Anda di halaman 1dari 30

BUSINESS COMBINATION

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Seminar Akuntansi yang dibimbing
oleh Bapak

Disusun oleh:

Kelompok :
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
bahasa indonesia ini sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa,
penulis kirimkan salam dan salawat kepada junjujan kita semua, Rasulullah
Muhammad SAW dan seluruh sahabatnya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar
Akuntansi Keuangan dengan judul BUSINESS COMBINATION. Dalam makalah
ini, Tim penulis menguraikan mengenai Investasi pada Entitas Lain, Kombinasi bisnis
entitas Sepengndali, dan Laporan keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi terciptanya karya tulis yang
lebih baik dimasa yang akan datang.

Mojokerto, . . . . . . . . .

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.1. Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.2. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.2. Kombinasi Bisnis............................................................................................3
2.2.1 Pengertian Bisnis Gabungan....................................................................3
2.2.2 Jenis dan Bentuk Penggabungan Badan Usaha.......................................3
2.2.3 Bentuk-bentuk penggabungan badan usaha............................................5
2.2.4 Pengendali Tertinggi................................................................................6
2.2.5 Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan......................8
2.2.6 Tanggal Kombinasi Bisnis / Penggabungan Badan Usaha......................9
2.2.7 Pihak-pihak yang Berperan dalam Kombinasi Bisnis atau
Penggabungan Badan Usaha................................................................................11
2.3. Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.......................................................12
2.3.1. Definisi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali..................................12
2.3.2. Kriteria Pengendalian............................................................................13
2.3.3. Sifat Transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.......................13
2.3.4. Pengungkapan Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.......................14
2.4. Laporan keuangan konsolidasian..................................................................16
2.4.1. Definisi laporan keuangan konsolidasian..............................................16
2.4.2. Kriteria Pengendalian............................................................................16
2.4.3. Prosedur Konsolidasi.............................................................................17

ii
2.4.4. Kepentingan non-pengendali.................................................................19
2.4.5. Kehilangan Pengendalian......................................................................19
2.4.6. Pengungkapan Konsolidasian................................................................20
2.5. Laporan keuangan tersendiri.........................................................................21
2.5.1. Pengungkapan Laporan Keuangan Tersendiri.......................................22
BAB III........................................................................................................................23
PENUTUP...................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................................26
Daftar Pertanyaan.....................................................................................................26
Jurnal Terkait............................................................................................................28

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, tidak satupun perusahaan yang telah didirikan oleh para pemiliknya,
tidak menghendaki adanya suatu perkembangan kelak dikemudian hari. Agar tingkat
perkembangan perusahaan itu sesuai dengan yang diharapkan, sudah barang tentu
diperlukan suatu perencanaa yang konkret. Hal inilah yang melatar belakangi
perusahaan melakukan penggabungan badan usaha (Business Combinations).
Tujuan perusahaan-perusahaan melakukan penggabungan badan usaha salah
satunya adalah mengurangi tingkat persaingan di antara perusahaan sejenis serta
adanya skala operasi yang lebih besar akan dapat menghemat berbagai macam biaya
yang dihasilkan dalam proses operasional.Disamping itu penggabungan badan usaha
dapat memperkuat posisi perusahaan didalam pasar.
Perusahaan menggabungkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki masing-
masing perusahaan yang bergabung. Dan pada saat ini banyak perusahaan mengalami
krisis sehingga perusahaan-perusahaan tersebut melakukan penggabungan badan
usaha agar dapat mempertahankan identitas serta melanjutkan usahanya.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan penggabungan badan usaha?
2. Apa sajakah bentuk-bentuk penggabungan badan usaha?
3. Siapa pihak pengendalian tertinggi dalam penggabungan badan usaha?
4. Bagaimana penyusunan laporan keuangan konsolidasi dan laporan keuangan
sendiri?

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penggabungan badan usaha
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penggbungan badan usaha
3. Untuk mengetahui siapa pihak pengendalian tertinggi dalam penggabungan
badan usaha
2

4. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan laporan keuangan konsolidasi dan


laporan keuangan sendiri
BAB II
PEMBAHASAN

2.2. Kombinasi Bisnis

2.2.1 Pengertian Bisnis Gabungan


Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08
tahun 1999 Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control)
atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224) Penggabungan badan usaha
adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih
perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.
Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan
usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara
menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan
ekonomi.

2.2.2 Jenis dan Bentuk Penggabungan Badan Usaha


Dilihat dari segi organisasi usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan
melalui salah satu dari dua jalan sebagai berikut :
1. Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal
Business Expansions.
Dalam hal ini dpat dilakukan dengan hanya memperluas usaha yang telah ada,
tanpa melibatkan unit-unit usaha diluar (organisasi) perusahaan. Usaha demikian itu

3
4

dapat dilakukan dengan membuka daerah-daerah pemasaran yang baru, menambah


(memperkenalkan) produk-produk baru, menambah saluran-saluran distribusi yang
baru atau dengan menggunakan metode penjualan yang baru dalam rangka
meningkatkan omzet penjualannya. Pada umumnya usaha-usaha demikian itu
dibelanjai dengan sumber-sumber dana yang normal, seperti umpamanya dari laba
yang tidak dibagi, hasil penjulan surat-surat hutang, obligasi (jangka panjang lainnya)
atau dengan mengeluarkan modal saham baru.
2. Mengadakan penggabungan badan usaha atau External Business Expansions.
Dalam hal ini untuk mengembangkan usahanya, suatu perusahaan mengadakan
penggabungan sumber-sumber ekonomis yang dimiliki oleh perusahaan lainnya.
Dengan demikian untuk mencapai perkembangan usaha tersebut, dilakukan dengan
melibatkan unit-unit usaha yang telah ada sebelumnya.
Penggabungan badan usaha pada umumya merupakan cara yang dianggap lebih
menguntungkan, dibandingkan dengan cara yang pertama. Karena melalui
penggabungan badan usaha itu dapat diperoleh adanya kepastian mengenai: daerah
pemasaran, sumber bahan baku, atau penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas
dan sarana yang lebih ekonomis dan efisien.
Dilihat dari segi cara terbentuknya pengembangan badan usaha melalui external
business expansions ini dapat dibedakan kedalam dua cara sebagai berikut :
1. Penggabungan badan usaha
Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya menjadi satu
perusahaan yang baru, atau berfungsinya beberapa perusahaan kedalam satu
perusahaan yang baru. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan yang digabung
kehilangan dan melepaskan statusnya sebagai suatu kesatuan usaha yang memiliki
badan hukum.
2. Pemilikan sebagian besar saham-saham perusahaan lain
Dengan dimilikinya sebagian besar saham-saham perusahaan lain, berarti berhak
sepenuhnya mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut. Apabila
hal ini menjadi maka terciptalah adanya hubungan antara perusahaan induk dengan
perusahaan anaknya. Baik perusahaan induk maupun perusahaan anak masing-masing
5

masih mepertahankan status badan hukum nya secara individual. Namun demikian
oleh karena perusahaan induk berhak mengendalikan operasi dan manjemen dari
perusahaan anak, maka dari segi ekonomis antara perusahaan induk dan anaknya
merupakan suatu kesatuan usaha. Apabila suatu perusahaan didirikan dengan tujuan
utama untuk memiliki sebagian besar dari saham-saham perusahaan lain disebut
Holding Company.

2.2.3 Bentuk-bentuk penggabungan badan usaha


1. Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung :
a. Penggabungan Horizontal
Pengabungan horizontal terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung
menjalankan fungsi produksi dan pejualan barang-barang yang sejenis, juga dengan
adanya skala operasi yang lebih besar akan dapat dihemat berbagai macam biaya.
b. Penggabungan Vertikal
Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan terhadap produk (jasa)
yang dihasilkan oleh perusahaan lain, atau sebaliknya perusahaan lain itu adalah
suplies bahan baku baginya dan kemudian mengadakan penggabungan perusahaan,
maka penggabungan demikian disebut penggabungan vertikal.
c. Penggabungan Konglomerat (conglomerate combinations)
Penggabungan ini merupakan kombinasi dari penggabungan horizontal dan
vertikal. Penggabungan ini terbentuk apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung
bukan perusahaan-perusahaan sejenis dan tidak pula mempunyai hubungan langganan
supplier.

2. Dilihat menurut kejadian hukumnya dapat dibedakan kedalam:


a. Merger
Merger adalah penggabungan perusahaan dengan jalan kepemilikan langsung
oleh suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain.
Pada cara ini perusahaan yang mengabil alih harta milik perusahaan lain merupakan
satu-satunya diantara perusahaan yang bergabung tersebut untuk tetap
mempertahankan identitas serta melanjutkan usahanya. Sedangkan perusahaan lain
yang menyerahkan harta miliknya dibubarkan dan dengan demikian kehilangan
6

statusnya sebagai unit usaha yang terpisah. Contoh perusahaan yang melakukan
merger salah satunya adalah Bank Lippo dengan Bank Niaga pada tahun 2008 dan
kedua bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka setelah merger menjadi
Bank CIMN Niaga.
b. Konsolidasi
Penggabungan perusahaan disebut dengan konsolidasi, jika dalam proses
penggabungan itu dibentuk sebuah perusahaan baru dengan tujuan khusus untuk
membeli (mengambil alih) harta milik dan mengakui hutang-hutang dari dua atau
lebih dari perusahaan yang telah ada. Contoh perusahaan yang melakukan konsolidasi
salah satunya yaitu antara Bank Bumi Daya (BBD), Bapindo, Bank Dagang Negara,
dan Bank Exim. Keempat bank tersebut berkonsolidasi dan berubah menjadi Bank
Mandiri.
c. Afiliasi
Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham
atau seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling
interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan
masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya. Contoh perusahaan yang
melakukan afiliasi salah satunya yaitu PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan
afiliasi dari Freeport-McMoRan.

2.2.4 Pengendali Tertinggi


Pengendalian ini dapat diperoleh dengan kepemilikan hak suara atas entitas lain.
Hak suara biasanya melekat dalam kepemilikan ekuitas suatu entitas walaupun tidak
selalu demikian. Jika hak suara yang dimiliki sedemikian besar, diperoleh hak
pengendalian, dan pada saat itu telah terjadi kombinasi bisnis. Kepemilikan equitas
suatu entitas dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan pengendalian atas entitas
tersebut, dan hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi kombinasi bisnis.
Entitas yang tidak berbadan hukum merupakan usaha yang didirikan namun
belum memiliki bentuk hukum tetap. Contoh bentuk hukum dalam hal ini meliputi
perusahaan perseorangan, CV Firma, Perseroan Terbatas, dan bentuk lainnya.
7

Sepanjang entitas bersangkutan merupakan bisnis yang riil, kombinasi bisnis dapat
dilakukan atas entitas tidak berbadan hukum tersebut.
Akan tetapi, makna mengendalikan lebih dari sekedar memiliki ekuitas entitas
lain. Pengendalian tidak harus selalu diperoleh dengan kepemilikan dan sebaliknya,
kepemilikan hak suara mayoritas tidak selalu memberikan hak pengendalian.
Pengendalian yang diperoleh tanpa adanya kepemilikan dapat terjadi melalui kontrak.
Sebagai contoh, suatu entitas telah terikat kontrak hanya menjual atau memberikan
jasa atau memberikan hak pemakaian aset pada entitas lain yang mengindikasikan
adanya pengendalian oleh entitas lain tersebut. Ini berarti entitas yang
mengendalikan. Sebaliknya, jika ada pengendalian tanpa kepemilikan, itu merupakan
indikasi bahwa telah terjadi kombinasi bisnis. Dalam kasus lain, suatu entitas
mungkin memiliki sebagian saham biasa entitas lain dan entitas pengakuisisi tersebut
dalam posisi mengendalikan.Kombinasi bisnis mengenal istilah entitas pengendali
dimana pengendalian diperoleh secara langsung maupun secara tidak langsung.
Sebagai contoh perusahaan sampoerna merupakan perusahaan rokok besar di
Indonesia, dengan melakukan diversifikasi dengan berbagai merk dan produk, hal ini
merupakan suatu langkah yang dijalankan oleh PT. Sampoerna agar perusahaan
mencapai income stabil. Tahun 2005 perusahaan ini diakuisisi oleh Philip Morris,
sejumlah 40 % dari saham sampoerna dibeli oleh Philip Morris. Philip Morris adalah
produsen rokok asal Amerika Serikat dengan keahlian pada produk rokok putih
seperti Marlboro, Virginia Slims, dan Benson & Hedges. Dari contoh diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa pengendali tertinggi adalah PT. Sampoerna karena PT
tersebut mempunyai saham lebih besar yaitu 60%.

2.2.5 Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan


Masalah yang timbul didalam proses penggabungan perusahaan dapat bersifat
komplek, tetapi dapat bersifat sederhana. Sebagai contoh penentuan jumlah yang
harus dibayar dan syarat-syarat pembayaran dalam pengabungan perusahaan dalam
pembayarannya berbentuk uang tunai relatif lebih sederhana jika dibanding dengan
8

penggabungan perusahaan dimana pembayarannya berbentuk surat-surat berharga,


yang harga pasarannya pun tidak mudah dapat ditentukan. Untuk itu bantuan dari
manajemen yang bersangkutan dan para ahli lain seperti akuntan, ahli hikum, dan
para analis sangat dibutuhkan.
1. Masalah konstribusi relatif perusahaan yang bergabung
Jika perusahaan baru dibentuk dalam konsolidasi akan mengeluarkan modal
saham sebagai alat pembayaran kepada perusahaan-perusahaan yang digabung, dapat
dipakai dua cara (pendekatan) didalam menentukan banyaknya saham yang harus
diserahkan kepada masing-masing perusahaan yang digabung.
2. Kontribusi relatif dari kekayaan bersih
Penentuan besarnya jumlah kekayaan bersih relatif seringkali diperlukan bantuan
dari ankuntan dn orang ahli dibidang menaksir harga-harga pasar. Laporan keuangan
dari masing-masing pihak harus disusun atas dasar harga pasarnya (Harga yang
disetujui semua pihak).
Tiap-tiap pos dari laporan keuangan harus diperiksa dan dianalisa secar khusus oleh
akuntan yang independen, dn jika dirasa perlu akuntan dapat menyusun kembali
laporann keuangan tersebut agar lebih informatif dan dapat diperbandingkan, serta
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntan yang lazim. Beberapa hal yang sering
memerlukan perhatian khusus dalam rangka penyususnan laporan keuangan tersebut
ialah metode penilaian yang dipakai terhadap investasi ( surat-surat berharga),
cadangan kerugian piutang, penentuan harga pokok dan prosedur penilaian terhadap
persediaan, kebijaksanaan terhadap kapitalisasi yang berhubungan dengan aktiva
tetap, metode, dan kebijaksnaan depresiasi aktiva tetap, metode dan kebijaksanaan
amortisasi aktiva tetap tak berwujud, pos pos kontinyensi serta kemungkinan adanya
pos-pos transitoris dan antisipasi yang belum dicatat.
Berdasar laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim kemudian diadakan penilaian kembali semua harta kekayaan
perusahaan sesuai dengan harga yang berlaku pada saat itu, untuk menentukan
besarnya kekayaan bersih relatif yang akan diserahkan kepada perusahaan yang baru
dibentuk buku-buku yang baru diselenggarakan, dan kekayaan bersih ( yang
diserahkan oleh masing-masing perusahaan yang digabung) kemudian dicatat sesuai
9

harga pasar yang berlaku. Adaya perubahan nilai yang terjadi pada aktiva tetap
berhubung perubahan nilai uang dan perubahan teknologi harus diakui agar diperoleh
penilaian yang wajar.
3. Kontribusi relatif dari laba yang diproyeksikan
Penentuan besarnya kontribusi relatif dari rata-rata keuntungan kepada
perusahaan yang baru dibentuk memerlukan juga bantuan dari orang yang ahli
dibidang ini. Laporan perhitungan rugi laba dari perusahaan yang digabung juga
harus dususun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansiyang lazim, seperti halnya pada
neraca. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hubungannya
dengan penentuan besarnya kontribusi relatif dari rata-rata keuntungan ialah
penentuan besrnya harga pokok barang yang dijual maupun harha pokok
produksinya, termasuk inventory pricing dan metode penilaian yang dipakai, biaya-
biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap termasuk depresiasi dan amortisasi
aktiva tetap tak berwujud.

2.2.6 Tanggal Kombinasi Bisnis / Penggabungan Badan Usaha


PSAK 22 revisi 2010 menjelaskan bahwa kombinasi bisnis terjadi pada saat satu
entitas mengendalikan entitas lain yang berupa bisnis. Tanggal transaksi kombinasi
bisnis merupakan tanggal diperolehnya kendali atas suatu bisnis. Tanggal kombinasi
bisnis merupakan akuisisi atau tanggal ketika pihak pengakuisisi secara hukum
mengalihkan imbalan, memperoleh aset, dan mengambil alih liabilitas atau kewajiban
pihak yang diakuisisi, atau disebut juga tanggal penutupan. Akan tetapi, pihak
pengakuisisi mungkin saja memperoleh pengendalian pada tanggal sebelum atau
setelah tanggal penutupan. Misalnya, dalam pejanjian ditulis dinyatakan bahwa pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak yang diakusisi pada tanngal
sebelum tanggal penutupan. Dalam hal ini, tanggal kombinasi bisnis adalah tanggal
diperolehnya pengendalian.
Sebagai contoh PT Trans Corporation (sebelumnya bernama PT Para Inti
Investindo) adalah unit usaha para group di bidang media, gaya hidup, dan hiburan.
Pada awalnya, Trans Corp didirikan sebagai penghubung antara stasiun televisi Trans
10

Tv dengan stasiun televisi yang baru saja diambil alih 49% kepemilikan sahamnya
oleh Para Group dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG), Trans 7 (dulunya Tv 7).
Trans Corp dimiliki oleh para group yang dimotori Chairul Tanjung Unit usaha.
Trans7 berdiri dengan nama TV7 berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000 yang sahamnya
sebagian besar dimiliki oleh Kompas Gramedia (KG) dan 12% dimiliki Bakrie &
Brothers (perusahaan konglomerat milik Aburizal Bakrie yang memiliki antv). Pada
tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara
Nomor 8687 sebagai PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Pada 4 Agustus 2006,
Para Group melalui PT Trans Corpora resmi membeli 49% saham PT Duta Visual
Nusantara Tivi Tujuh. Dengan dilakukannya re-launch pada tanggal 15 Desember
2006, tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7. Direktur Utama Trans7 saat
ini adalah Atiek Nur Wahyuni.
Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi
swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh
konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik Kita Bersama", konsep tayang
stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak
perusahaan PT Trans Corpora. Kantor Pusat stasiun ini berada di Studio TransTV,
Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan. Direktur Utama Trans TV saat ini
adalah Wishnutama. Trans TV memperoleh izin siaran didirikan pada tanggal 1
Agustus 1998 Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski baru
terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di
Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa
pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV kemudian pertama mengudara mulai
diluncurkan diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri sejak tanggal 15 Desember
2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam, TRANS TV memulai siaran secara
resmi.
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tanggal kombinasi bisnis untuk
Trans 7 yaitu pada tanggal 4 agustus 2006 dimana Para Group melalui PT Trans
Corpora resmi membeli 49% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Sedangkan
11

untuk transTV tanggal kombinasi terjadi pada tangal 15 Desember saat diresmikan
oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.

2.2.7 Pihak-pihak yang Berperan dalam Kombinasi Bisnis atau Penggabungan


Badan Usaha
Kombinasi bisnis melibatkan pihak pengakuisisi dan entitas target. Pihak
pengakuisisi merupakan pihak yang memeproleh kendali atas aktiva neto dna operasi
pihak yang diakuisisi. Pengendalian atas pihak yang diakuisisi mungkin diperoleh
dengen beberapa cara, seperti:
a. Dengan mengalihkan kas, setara kas, atau aset lainnya (termasuk aset neto yang
merupakan suatu bisnis);
b. Dengan menimbulkan laibilitas/kewajiban;
c. Dengan menerbitkan kepentingan ekuitas;
d. Dengen memebrikan l;ebih dari satu jenis imbalan; atau
e. Tanpa mengalihkan imbalan, termasuk yang hanya berdasarkan kontrak
Pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis disebut induk, yang berkewajiban
menyusun laporan konsolidasi yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya. Pada
umumnya, pihak pengakuisisi diidentifikasi sebagai pihak yangmengalihkan kas atau
aset lainnya, atau meiliki liabilitas sebagai pihak yang mengalihkan kas atau aset
lainnya, atau memiliki liabilitas atas kombinasi bisnis. Kas atau aset lainnya akan
diberikan atau dialihkan (liablilitas) kepada pemilik atau pengendali entitas target
sebelumnya. Jika terjadi hal semacam itu, PSAK 22 revisi 2010 memberikan indikasi
yang dapat dipakai untuk mennetukan nama perusahaan pengakuisisi, yakni:
1. Ukuran pihak pengakuisisi (dinyatakan dengan laba, aset atau pendapatan) lebih
besar dari entitas target.
2. Jika kombinasi bisnis melibatkan lebih dari dua pihak, maka pengakuisisi
biasanya merupakan pihak yang berinisiatif melakukan kombinasi bisnis, dan
ukurannya lebih besar dari pihak lain dalam kombinasi bisnis.
3. Entitas baru yang dibentuk sebagai hasil dari kombinasi bisnis tidak selalu
merupakan pihak pengakuisisi. Jika entitas baru dibentuk untuk menerbitkan
kepentingan ekuitas dalam rangka kombinasi bisnis, maka salah satu entitas yang
12

bergabung merupakan peihak pengakuisisi dengan melihat ukuran dan faktor


lainnya.
4. Jika kombinasi bisnis mengakibatkan manajemen suatu perusahaan mendominasi
penentuan anggota manajemen perusahaan yang bergabung, mak aperusahaan
yang dominan tersebut adalh perusahaan pengakuisisi.
Bahwa dalam kombinasi bisnis yang dilakukan dengan penerbitan ekuitas, pihak
pengakuisisi umumnya merupakan pihak yang menerbitkan ekuitas. Pengecualian
terjadi dalam Reverse Acquistion di mana pihak yang secara hukum diidentifikasi
sebagai pihak pengakuisisi, tetapi berdasarkan substansi akuntansi diidentifikasi
sebagai pihak yang diakuisisi.

2.3. Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

2.3.1. Definisi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali


Menurut ED PSAK 38 (2012) :
Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut.
Entitas sepengendali adalah entitas yang secara langsung atau tidak langsung
(melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada
di bawah pengendalian yang sama.
Kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah kombinasi bisnis yang semua
entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama
(baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak
bersifat sementara.

2.3.2. Kriteria Pengendalian


Dalam menentukan adanya pengendalian, entitas menerapkan kriteria yang
terdapat dalam PSAK 4 : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri.
13

2.3.3. Sifat Transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali


Menurut ED PSAK 38 (2012), transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali,
berupa pengalihan bisnis yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas
yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan
kepemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi tersebut tidak dapat
menimbulkan laba atau rugi bagi kelompok usaha secara keseluruhan ataupun bagi
entitas individual dalam kelompok usaha tersebut.
Contoh transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah sebagai berikut
(ED PSAK 38, 2012) :
Entitas induk memindahkan sebagian aset neto dari entitas anak yang
dimilikinya menjadi aset entitas induk yang bersangkutan. Transaksi ini
menyebabkan perubahan dalam bentuk hukum kepemilikan atas aset neto,
tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan aset neto
tersebut.
Entitas induk mengalihkan sebagian hak kepemilikannya dalam suatu entitas
anak ke entitas anak lain yang dimiliki oleh entitas induk. Transaksi ini juga
merupakan perubahan bentuk hukum kepemilikan entitas anak, tetapi tidak
merupakan perubahan substansi ekonomi kepemilikan entitas anak tersebut.
Entitas induk menukar kepemilikannya atas sebagian aset neto dalam entitas
anak yang dimilikinya dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas
anak lain (yang tidak dimiliki sepenuhnya), sehingga kepemilikan entitas
induk dalam entitas anak lain tersebut bertambah, sedangkan persentase
kepemilikan pemegang saham nonpengendali dalam entitas anak tersebut
berkurang. Dalam hal ini, walaupun bentuk hukum kepemilikan aset neto
dalam entitas anak berubah (dari milik langsung entitas induk menjadi milik
entitas anak lain), tetapi tidak terjadi perubahan substansi ekonomi
kepemilikan atas aset neto.
Menurut ED PSAK 38 (2012), berhubung transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas
bisnis yang dipertukarkan, maka transaksi tersebut diakui pada jumlah tercatat
14

berdasarkan metode penyatuan kepemilikan. Selisih antara jumlah imbalan yang


dialihkan dan jumlah tercatat dari setiap transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali diakui di ekuitas dan disajikan dalam pos tambahan modal disetor.
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan
keuangan dari entitas yang bergabung, untuk periode terjadinya kombinasi bisnis
entitas sepengendali dan untuk periode komparatif sajian, disajikan sedemikian rupa
seolah-olah penggabungan tersebut telah terjadi sejak awal periode entitas yang
bergabung berada dalam sepengendalian. Jumlah tercatat dari unsur-unsur laporan
keuangan tersebut merupakan jumlah tercatat dari entitas yang bergabung dalam
kombinasi bisnis entitas sepengendali.

2.3.4. Pengungkapan Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali


Menurut ED PSAK 38 (2012), untuk semua transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali, pengungkapan berikut disajikan dalam laporan keuangan pada periode
terjadinya kombinasi bisnis :
a. Nama dan penjelasan tentang entitas atau bisnis yang berkombinasi.
b. Penjelasan mengenai hubungan kesepengendalian dari entitas-entitas yang
bertransaksi dan bahwa hubungan tersebut tidak bersifat sementara.
c. Tanggal efektif transaksi.
d. Operasi atau kegiatan bisnis yang telah diputuskan untuk dijual atau dihentikan
akibat kombinasi bisnis tersebut.
e. Kepemilikan entitas atau bisnis yang dialihkan serta jenis dan jumlah imbalan
yang terjadi.
f. Jumlah tercatat bisnis yang dikombinasikan serta selisih antara jumlah tercatat
tersebut dan jumlah imbalan yang dialihkan.
g. Pengungkapan mengenai penyajian kembali laporan keuangan sebagaimana yang
dijelaskan di paragraf 12 yang dapat memberikan informasi minimal meliputi :
1. Ikhtisar angka-angka laporan keuangan yang telah dilaporkan sebelumnya
untuk periode yang disajikan kembali.
2. Ikhtisar jumlah tercatat aset dan liabilitas entitas atau bisnis yang
dikombinasikan.
3. Dampak penyesuaian kebijakan akuntansi.
4. Ikhtisar angka-angka laporan keuangan setelah disajikan kembali.
15

Entitas mengungkapkan saldo selisih yang disajikan dalam pos tambahan


modal disetor, baik yang timbul dari penerapan Pernyataan ini atas transaksi
kombinasi bisnis entitas sepengendali maupun dari transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali. Entitas yang menyerahkan aset neto atau kepemilikan atas ekuitas
dalam kombinasi bisnis entitas sepengendali mengungkapkan :

a. Porsi dari setiap selisih yang diakui di ekuitas yang dapat diatribusikan pada
pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar pada
tanggal hilangnya pengendalian.
b. Pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
(jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif).

2.4. Laporan keuangan konsolidasian

2.4.1. Definisi laporan keuangan konsolidasian


LK Konsolidasian adalah LK suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu
entitas tunggal

Entitas induk yang mempunyai satu atau lebih anak


Entitas anak yang dikendalikan oleh entias induk
Kelompok usaha adalah entitas induk dan seluruh entitas anaknya
Kepentingan non pengendali (NCI) adalah ekuitas anak yang tidak dapat
diatribusikan (lansung/tidak) pada entitas induk
Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional untuk memperoleh manfaat

Entitas pelaporan

Parent Financial Subsidiary


Statement Financial
Statement
16

Consolidated
Financial
Statement

2.4.2. Kriteria Pengendalian


Pengendalian ada ketika memiliki setengah atau kurang, jika terdapat
a. Kekuasaan melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian dengan investor
lain
b. kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
c. kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan direksi atau
organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau organ
tersebut; atau
d. kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau
organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau organ
tersebut.
1. Hak suara potensial
Merupakan instrumen yang dapat dikonversi menjadi saham (waran, option,
convertible bond). Keberadaan dan dampak dari hak suara potensial yang saat ini
dapat dilaksanakan atau dikonversi, termasuk hak suara potensial yang dimiliki oleh
entitas lain, dipertimbangkan ketika menilai apakah suatu entitas mempunyai
kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas lain. Apabila
Aktivitas tidak sama maka tetap dikonsolidasi maka mengacu pada pengungkan
segmen (PSAK 5).
17

2.4.3. Prosedur Konsolidasi


Menggabungkan LK entitas induk dan entitas anak dengan cara menjumlahkan
pos-pos sejenis dari aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban.
a. jumlah tercatat investasi entitas induk pada setiap entitas anak dengan porsi
entitas induk atas ekuitas entitas anak dieliminasi (lihat PSAK 22 yang
menjelaskan perlakuan goodwill yang dihasilkan);
b. kepentingan nonpengendali (NCI) atas laba atau rugi entitas anak yang
dikonsolidasikan selama periode pelaporan diidentifikasi;
c. kepentingan nonpengendali dari bagian kepemilikan entitas induk atas aset
neto entitas anak yang dikonsolidasikan diidentifi kasi secara terpisah.
Kepentingan nonpengendali atas aset neto terdiri dari:
1) jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis
awal yang dihitung sesuai PSAK 22; dan
2) bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak
tanggal kombinasi tersebut.
d. Saldo, transaksi, penghasilan, dan beban intra kelompok usaha dieliminasi
secara penuh.

1. Akun & transaksi eliminasi


a. Investasi
1) Akun investasi dieliminasi dengan ekuitas entitas anak
2) Jika kepemilikan pada entitas anak tidak 100% akan muncul kepentingan
non pengendali (NCI).
3) Perbedaan nilai wajar dan nilai buku harus diperhitungkan dalam
konsolidasi (nilai wajar yang dikonsolidasi)
4) Goodwill muncul jika nilai perolehan tidak sama dengan nilai wajar
b. Akun Utang piutang yang muncul antara anak dan induk harus dieliminasi
c. Transaksi yang boleh diakui adalah transaksi kepada pihak ketiga, transaksi
anak dan induk harus dieliminasi
d. Persediaan
1) Penjualan dan harga pokok penjualan
2) Jika barang belum terjual maka laba yang belum direalisasi harus
dikurangkan dari nilai inventory dan mempengaruhi laba yang telah
diakui.
e. Aset tetap
18

1) Pada tahun terjadi transaksi tidak boleh diakui keuntungan/kerugian dari


transaksi tersebut
2) Laba yang ada dalam aset tersebut harus dieliminasi
3) Nilai penyusutan harus disesuaikan
f. Obligasi
1) Obligasi hanya boleh diakui sebesar obligasi pada pihak eksternal.
2) Pendapatan / beban bunga harus dieliminasi

2. Tanggal beda policy beda


LK yang digunakan untuk menyusun LK konsolidasian disusun dengan tanggal
yang sama. Jika tidak sama, entitas anak menyusun LK dengan tanggal yang sama
dengan induk, kecuali tidak praktis Jika tanggal berbeda, penyesuaian dilakukan atas
dampak transaksi / peristiwa yang signifikan (tidak lebih 3 bulan).Lama periode
pelaporan dan perbedaan antar akhir periode, sama dari periode ke periode. LK
konsolidasian menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi dan
peristiwa lain dalam keadaan yang serupa jika tidak sama penyesuaian.

3. Perubahan bagian kepemilikan


Perubahan dalam bagian kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak
mengakibatkan hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas (dalam hal
ini transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik) sehingga
kepentingan non pengendali disesuaikan nilainya jika terpengaruh.

2.4.4. Kepentingan non-pengendali


Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk. Laba atau rugi dan setiap
komponen pendapatan komprehensif lain diatribusikan pada pemilik entitas induk
dan pada kepentingan nonpengendali. Kepentingan non pengendali dapat mempunyai
saldo defisit. (sebelumnya defisit tersebut diserap/diakui oleh entitas induk).
19

2.4.5. Kehilangan Pengendalian


1. Dapat terjadi dengan atau tanpa perubahan relatif/absolut tingkat kepemilikan.
2. Dapat terjadi melalui transaksi tunggal atau lebih dari satu transaksi.
a. Jika entitas induk kehilangan pengendalian harus dilakukan penyesuaian
(par 31).
b. Sisa investasi pada entitas anak terdahulu dan setiap jumlah terutang oleh
atau kepada entitas anak terdahulu dicatat sesuai dengan SAK lain sejak
tanggal hilangnya pengendalian dengan mengacu pada SAK 55 (nilai
wajar) / SAK 15 (investasi pada perusahaan asosiasi) 15
3. Menghentikanpengakuan aset (termasuk setiap goodwill) dan kewajiban
entitas anak pada nilai tercatatnya ketika pengendalian hilang;
4. Menghentikanpengakuan jumlah tercatat setiap kepentingan nonpengendali
pada entitas anak terdahulu pada tanggal hilangnya pengendalian (termasuk
setiap komponen pendapatan komprehensif lain yang diatribusikan pada
kepentingan nonpengendali
5. Mengakui:
a. Nilai wajar pembayaran yang diterima (jika ada) dari transaksi, peristiwa
atau keadaan yang mengakibatkan hilangnya pengendalian; dan
b. Distribusi saham, jika transaksi yang mengakibatkan hilangnya
pengendalian melibatkan distribusi saham entitas anak ke pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik;
6. Mengakui setiap sisa investasi pada entitas anak terdahulu pada nilai wajarnya
pada tanggal hilangnya pengendalian;
7. Mereklasifikasi ke laporan laba rugi, atau mengalihkan secara langsung ke
saldo laba jika disyaratkan oleh SAK lain, sejumlah yang diidentifikasi dalam
paragraf 32; dan
8. Mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian
dalam laporan laba rugi yang dapat diatribusikan pada entitas induk.

2.4.6. Pengungkapan Konsolidasian


Sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitas anak lebih dari setengah
kekuasaan. Alasan mengapa kepemilikan setengah kekuasaan suara tidak diikuti
dengan pengendalian. Pada Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas
20

anak jika LK memiliki tanggal / periode berbeda. Sifat dan luas setiap restriksi
signifikan dalam kemampuan entitas anak untuk mentransfer dana ke entitas induk.
Rincian yang menunjukkan dampak setiap perubahan bagian kepemilikan entitas
induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian. Jika
Pengendalian hilang, maka entitas induk mengungkapkan keuntungan atau kerugian
(jika ada) yang diakui sesuai dengan paragraf 31, dan porsi dari keuntungan atau
kerugian yang dapat diatribusikan pada pengakuan sisa investasi pada entitas anak
terdahulu dengan nilai wajar pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif jika tdk disajikan terpisah.

2.5. Laporan keuangan tersendiri


Laporan keuangan tersendiri hanya dapat disajikan sebagai informasi tambahan
dalam laporan konsolidasian. Entitas induk tidak boleh menyajikan laporan keuangan
tersendiri sebagai laporan keuangan tujuan umum (general purposes financial
statements). Jika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri sebagai
informasi tambahan, maka entitas induk tersebut mencatat investasi pada entitas anak,
pengendalian bersama entitas, dan entitas asosiasi pada:

1. biaya perolehan; atau


2. sesuai PSAK 55
Entitas menerapkan akuntansi yang sama untuk setiap kategori investasi. pada
PSAK 58 : Aset Tidak Lancar Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
ketika investasi akan dijual; PSAK 55 Instrumen Keuangan. Entitas induk mengakui
dividen dari entitas anak, pengendalian bersama entitas, atau entitas asosiasi pada
laporan laba rugi dalam laporan keuangan tersendiri ketika hak menerima dividen
ditetapkan. Investasi dalam pengendalian bersama entitas dan entitas asosiasi yang
dicatat sesuai dengan PSAK 55 dalam laporan keuangan konsolidasian dicatat dengan
cara yang sama dalam laporan keuangan tersendiri investor.
21

2.5.1. Pengungkapan Laporan Keuangan Tersendiri


Laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yang merupakan
informasi tambahan dalam laporan keuangan konsolidasian. Daftar investasi yang
signifikan dalam entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan entitas asosiasi,
termasuk nama, negara atau tempat kedudukan, proporsi kepemilikan, dan proporsi
hak suara yang dimiliki (jika berbeda); dan Penjelasan tentang metode yang
digunakan untuk mencatat investasi yang terdaftar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan
dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi
satu kesatuan ekonomi. Dari penggabungan usaha itu sendiri banyak bentuknya salah
satu bentuk badan usaha yang terkenal yaitu dilihat menurut kejadian hukumnya
dapat dibedakan kedalam marger, konsolidasi, akusisi, dan afiliasi. Dalam
penggabungan badan usaha harus memiliki tanggal kombinasi bisnis yang jelas yang
dimaksud dengan tanggal kombinasi bisnis itu sendiri adalah akuisisi atau tanggal
ketika pihak pengakuisisi secara hukum mengalihkan imbalan, memperoleh aset, dan
mengambil alih liabilitas atau kewajiban pihak yang diakuisisi, atau disebut juga
tanggal penutupan.
Tanggal kombinasi bisnis dilakukan oleh pihak pihak yang berperan dalam
kombinasi bisnis antara lain pihak pengakuisisi yang memeperoleh kendali atas
aktiva neto dana operasi pihak yang diakuisisi dan Entitas target yang dalam transaksi
kombinasi bisnisnya dikendalikan oleh entitas lain (entitas pengakuisisi) yang
dibentuk untuk menerbitkan kepentingan ekuitas dalam rangka kombinasi bisnis,
maka salah satu entitas yang bergabung merupakan pihak pengakuisisi dengan
melihat ukuran dan faktor lainnya.
Penggabungan usaha diatur menurut pandangan UU No.40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas mengenai penggabungan badan usaha yang isinya yaitu mengatur
masalah penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan dan mendefinisikan
pengambilalihan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau
orang perorangan yang bertujuan untuk mengambil alih, baik seluruh maupun
sebagian besar saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian
terhadap perseroan tersebut.

22
23
24

DAFTAR PUSTAKA

Suryanta, A., 2012. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN


LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI (PSAK 4/IAS 7). Available at:
http://softskill.bakrie.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/LK-
Konsolidasi-dan-LK-Tersendiri1.pdf [Accessed May 3, 2016].
Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi International Financial Reporting
Standart Kebutuhan atau Paksaan Studi Kasus pada PT Garuda
Airline Indonesia.SkripsiUndiptidakdipublikasikan.

Ankarath, Nandarkumar, Mehta, K.J., Ghosh, T.P., Alkafaji, Y.A. 2012.


Memahami IFRS Standar pelaporan keuangan Internasional.
Jakarta:Indeks.

Beams, Floyd A, dan Yusuf, Amir abadi. 1998. Akuntansi Keuangan


Lanjutan. Yogyakarta:PBFE

Darmayasa, Nyoman, Bagiada, I made. 2012. Konvergensi International


Financial Reporting Standard dan dampaknya terhadap perpajakan.
Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan.Vol 8, No 1, Hal 11-19.

Gamayuni, Rindu. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Indonesia


Menuju International Financil Reporting Standar.
JurnalAkuntansidanKeuangan.Vol 14, No 2, Hal 155-161.

Bragg, Steven. 2011. Panduan IFRS. Jakarta:Indeks.

Greuning, Hennie Van. 2005. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta:Salemba


Empat.

Hadi Darmadji, Stevanus dan Tan, Yuliawati. 20005. Akuntansi Lanjutan.


Malang:Bayumedia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Prinsip Akuntansi: Sejarah SAK.


www.iaiglobal.or.id, diakses pada 10 November 2012.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Edisi


Revisi 1 Juli 2009. Jakarta:SalembaEmpat.

Immanuela, Intan. 2009. Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi


Internasional. Jurnal Ilmiah Widya Warta.Vol. 33, No. 1, Hal.69-75.

Indriantoro, Nur, dan Supomo, Bambang. 2010. Metodologi

24
25

Penelitian.Yogyakarta:PBFE.
Januar,Jimmy.2011.KonvergensiIFRS.http://jimmyjanuar.blogspot.com/2011/03/k
onvergensi-ifrs.htm, diaksestanggal 9 November 2012.

Lolyta, Mia Dinda. 2011. Konvergensi PSAK ke IFRS.


http://Lolytamia.blogspot.com/2010/02/konvergensi, diakses tanggal
10 November 2012.

Manggoting, Yenny. 1999. Penggabungan Metode By Purchase dan


Pooling of Interest dalam Rangka penggabungan usaha (Bussiness
combination) dan efeknya terhadap pajak penghasilan.Jurnal
Akuntansi dan Keuangan.Vol 1, No 2, Hal 132 143.

Narsa, I Made. 2007. Struktur Meta Teori Akuntansi Keuangan (Sebuah


Telaah dan Perbandingan antara FASB dan IASC). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan. Vol. 9, No. 2, Hal 43-51.

Natawidnyana.2008.International Financial Reporting Standars: A Brief


Description.http://natawidnyana.wordpress.com/2008/10/28/international
financial-reporting-standards-ifrs-a-brief-description/, diakses tanggal 10
September 2012.

Petreski, Marjan. 2006. The Impact of International Accounting Standard on


Firms.http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=901301,
diakses tanggal 11 November 2012.

Pratiwi, Ratih Sukma. 2010. Pengadopsian IFRS ke Indonesia.


http://ratihsukma.blogspot.com/2010/02/pengadopsian-ifrs-
keindonesia.html, diaksestanggal 12 November 2010

25
26

26

Anda mungkin juga menyukai