Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“LIKUIDASI”

Disusun oleh :

Britney Pray B. Ramba


Christuvel Manansang
Frangko J. Parengkuan
Lavenia A. Antou
Novita Mulalinda
Sisilia Kellah

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang di
berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang
kami harapkan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen matakuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan yang berjudul “Likuidasi” sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan. Akhirnya, kami
berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa, dan pembaca pada
umumnya.

Tondano, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................................2

C. Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................3

A. Etika Dan Bisnis ........................................................................................................3

B. Hakikat Etika Bisnis ..................................................................................................5

C. Argumen Yang Mendukung Dan Yang Menentang Etika Bisnis .............................6

D. TanggungJawab Dan Kesalahan Moral .....................................................................7

BAB III

PENUTUP .....................................................................................................................8

A. Kesimpulan ...............................................................................................................8

B. Saran ..........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................9


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha) secara


keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua
utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu sesuai
dengan rasio laba / rugi. Berhentinya persekutuan sebagai bisnis mencakup penghentian
aktivitas bisnis persekutuan yang disebut entitas likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan
mencakup konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa
likuidasi, pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya
usaha. Laporan keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi
persekutuan yang meringkas seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi.
Laporan ini juga digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui
pengadilan.

Likuidasi sederhana mengacu pada konversi seluruh aktiva menjadi kas sebelum
distribusi dilakukan kepada sekutu. Ketika persekutuan dilikuidasi dengan pendistribusian
bertahap kepada sekutu, kas didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi
sebelum untung ataupun rugi likuidasi diakui. Untuk mencegah pembayaran yang berlebihan
kepada sekutu, jumlah kas yang didistribusikan dihitung dengan dua asumsi yaitu seluruh
sekutu secara pribadi tidak likui dan seluruh aktiva bukan kas rugi. Dengan asumsi ini ada
dua pendekatan utama untuk menghitung jumlah pembayaran aman kepada sekutu pada tiap
tahap distribusi.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai
likuidasi, tahap-tahap likuidasi sampai kepada pembagian harta hasil likuidasi. Hal inilah
yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua
pertanyaan kita tentang “ Likuidasi”.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN PROSES LIKUIDASI

Pengertian dan Proses Likuidasi


Di dalam Bab 3 di muka telah dijelaskan pembubaran persekutuan yang disebabkan
oleh perubahan pemilikan, akan terjadi bila ada sekutu baru yang masuk atau sekutu lama
yang keluar. Di dalam pembubaran persekutuan karena perubahan pemilikan tersebut
persekutuan lama bubar dan persekutuan baru berdiri, akan tetapi perusahaan masih jalan
terus. Jadi perusahaan tetap berjalan, hanya sekutu atau pemilikannya yang berubah, yaitu:

a. Sekutu bertambah, hal ini terjadi dengan masuknya sekutu baru.


b. Sekutu berkurang, hal ini terjadi sehubungan dengan pengunduran sekutu.

Menurut Beam (2000) disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu yang
menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap
bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti/bubar secara
bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.

Kondisi yang mendasari likuidasi :

1) salah seorang sekutu menghendaki pembubaran


2) salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui untuk
melanjutkan persekutuan
3) perselisihan intern diantara sekutu
4) salah seorang sekutu dinyatakan pailit

Di dalam likuidasi semua sekutu mengundurkan diri sehingga baik persekutuan maupun
perusahaan bubar. Proses likuidasi terdiri atas 4 tahap, yaitu:

1. Menghitung dan membagi laba atau rugi persekutuan sampai saat likuidasi. Pembagian
laba ini dilakukan sesual dengan metode pembagian laba. Tahap ini hanya diperlukan
apabila likuidasi tidak dilakukan pada awal atau akhir periode.
2. Menguangkan (menjual) semua aktiva selain kas. Tahap yang kedua ini sering disebut
dengan istilah realisasi. Apabila nilai realisasi aktiva tersebut tidak sama (berbeda) dengan
nilai buku- nya, maka selisihnya diakui sebagai laba atau rugi realisasi. Laba atau rugi
realisasi ini dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan ratio (metode) pembagian laba
yang dipakai.
3. Melunasi semua utang kepada pihak ketiga. Setelah tersedia kas maka kas tersebut
pertama-tama dipakai untuk melunasi utang. Menurut Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) urutan prioritas pelunasan utang di dalam hal likuidasi persekutuan
adalah:
(a) Utang kepada pihak ketiga (bukan sekutu). Utang yang mempunyai hak prioritas
untuk dilunasi terlebih dahulu adalah utang kepada pihak ketiga. Utang kepada pihak
ketiga ini pun mempunyai prioritas yang tidak sama.
(b) Utang kepada sekutu. Setelah semua utang kepada pihak ketiga dilunasi maka yang
mempunyai prioritas berikutnya adalah utang kepada para sekutu. Dalam praktek
seringkali pembayaran utang kepada para sekutu ini dilakukan bersama-sama dengan
pengem- balian modal. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan sifat persekutuan, yaitu
tanggung jawab tidak terbatas maka apabila kemudian terbukti bahwa modalnya tidak
cukup untuk menang- gung rugi maka sekutu yang bersangkutan harus membayar
dengan harta pribadi.
4. Membagi sisa kas yang masih ada kepada para sekutu. Setelah semua utang kepada pihak
ketiga dilunasi sisa kas yang ada akan dibagi kepada para sekutu, sesuai dengan isi
perjanjian persekutuan. Kas yang dibagikan kepada para sekutu terdiri atas 2 unsur, yaitu
pembayaran utang dan pengembalian modal kepada sekutu. Secara hukum pembayaran
utang kepada sekutu lebih diprioritaskan daripada pengembalian modal. Mengingat
tanggung jawab para sekutu adalah tidak terbatas dan untuk melindungi kepentingan
sekutu yang lain, pada umumnya pembayaran utang kepada sekutu dan pengembalian
modal dilakukan bersama.

Pembagian kas ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Secara serentak atau sekaligus,
yaitu setelah realisasi selesai.
a. Secara bertahap, sesuai dengan tersedianya kas tanpa me- nunggu selesainya realisasi.
b. secara bertahap, sesuai dengan tradisinya kas tanpa menunggu selesainya realisasi

2. Penggolongan Likuidasi

Berdasarkan saat dan frekuensi pembagian (distribusi) kas dilaksa- nakan, maka
likuidasi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Likuidasi sederhana (simple liquidation)


b. Likuidasi berangsur (installment liquidation)

B. likuiditas sederhana sering juga disebut dengan istiliah likuiditas tunggal, likuiditas
sekaligus atau likuiditas serentak.

1. semua sekutu modalnya bersaldo positif

Apabilah setelah rugi realisasi saldo modal awal sekutu adalah positif maka sekutu akan
menerima bagian kas. Dalam keadaan seperti ini masing-masing sekutu akan menerima
bagian kas sebesar saldo modal bersih sekutu yang bersangkutan.
Tabel 4.3
Persekutuan ABCD
Laporan Likuiditas
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA PASIVA
Keterangan Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
kas
non-kas dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)
Sebelum 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
realisasi
Realisasi 135.00 (275.000 - - (21.000) (28.000) (49.000) (42.000)
0 )
Saldo setelah
relisasi 160.00 - 90.000 13.000 (1.000) 4.000 21.000 33.000
0
Pelunasan utang
dagang (90.000 - (90.000 - - - - -
) )

Saldo setelah
pelunasan utang 70.000 - - 13.000 (1000) 4.000 21.000 33.000
menutup modal - -
deficit - - - (1000) 1000 -

Saldo setelah
defisit ditutup 70.000 - 12.000 - 4.000 21.000 33.000
-
Pembagian kas (70.000 - (12.000 - (4.000) (21.000) (33.000)
-
) )

Saldo setelah
pembagian kas - - - - - - - -

Jurnal yang dbuat oleh perusahaan dalam rangka likuiditas tersebut adalah :
1. Untuk mencatat realisasi dan mengakui rugi realisasi :
Kas............................Rp.135.000.000,00
Modal, A................... 21.000.000,00
Moda, B.................... 28.000.000,00
Modal,C................... 49.000.000,00
Modal,D.................. 42.000.000,00
Piutang Dagang....... Rp.90.000.000,00
Persediaan........ 100.000.000,00
Aktiva Tetap...... 85.000.000,00
Keterangan :
Dalam realisasi tersebut terjadi rugi :

-Nilai buku aktiva non-kas yang direalisasi :


Piutang dagang......... Rp.90.000.000,00
Persediaan........... Rp.100.000.00,00
Aktiva Tetap........ Rp.85.000.000,00
+
Jumlah............ Rp.275.000.000,00
-Nilai Realisasi.......... Rp.135.000.000,00
-
Pembagian rugi realisasi :
- A – 15% x Rp.140.000.000,00 – Rp.21.000.000,00
- B – 20% x Rp. 140.000.000,00 – Rp.28.000.000,00
- C – 35% x Rp. 140.000.000,00 – Rp.49.000.000,00
- D – 30% x Rp. 140.000.000,00 – Rp.42.000.000,00
2. Mencatat pelunasan utang
Utang dagang ........... Rp.90.000.000,00
Kas ....................... Rp.90.000.000,00
3. Mentransfer utang kepada A ke modal A yang defisit :
Utang –A ............. Rp. 1.000.000.00
Modal ......... Rp.1.000.000,00
4. Mencatat pembagian kas kepada para sekutu :
Utang kepada A............. Rp.12.000.000,00
Modal B .............. Rp. 4.000.000,00
Modal C .............. Rp.21.000.000,00
Modal D ............. Rp. 33.000.000,00
Kas ........... Rp.70.000.000,00

3. ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutupi dengan
utang-piutang

Seperti telah diuraikan dimuka bahwa apabila kerugian realisasi sangat besar dapat
berakibat modal sekutu menjadi negatif ( defisit). Modal yang defisit tersebut harus ditutupi
dengan utang kepada sekutu yang besangkutan. Apabila utang kepada sekutu tidak cukup
untuk menutup defisit atau persekutuan tidak mempunyai utang kepada kepada sekutu yang
modalnya defisit maka sekutu yang bersangkutan harus menutup dengan cara menyetor kas
atau aktiva yang lain asal disetujui oleh sekutu yang lain. Penyetoran ini dapat langsung
kepada sekutu yang lain dan dapat juga melalui persekutuan. Pembagian kas yang dapat
menunggu setoran dari sekutu yang defisit dan dapat juga langsung dilakukan, tergantung
pada perjanjian persekutuan. Apabila kas dibagi tanpa menunggu setoran kas, maka saldo
defisit tersebut untuk sementara ditanggung oleh sekutu yang lain.

Contoh 3
Dari data pada contoh 1, yaitu persekutuan ABCD yang membagi laba atau rugi
dengan rasio 15:20:35:30 dan dengan neraca seperti pada tabel 4.1 disepakati untuk
dilikuiditas. Seluruh aktiva non-ka dapat direalisasi dengan menghasilkan kas sebesar
Rp.95.000.000,00 dan semua sekutu dalam keadaan mampu.
Laporan likuidasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.
Persekutuan ABCD
Laporan Likuiditas
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA PASIVA
Keterangan Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
kas non-kas dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)
Sebelum realisasi 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
Realisasi 95.000 (275.000) - - (27.000) (36.000) (63.000) (54.000)

Saldo setelah
relisasi 120.000 - 90.000 13.000 (7.000) (4.000) 7.000 21.000
Pelunasan utang
dagang (90.000) - (90.000) - - - - -

Saldo setelah
pelunasan utang 30.000 - - 13.000 (7000) 4.000 7.000 21.000
menutup modal - -
deficit - - - (7000) 7000 -

Saldo setelah
defisit A ditutup 30.000 - - 6.000 - 4.000 7.000 21.000
Pembagian kas
(lihat lampiran) (30.000) - - (5.250) - - (5.250) (19.500)

Saldo setelah
pembagian kas - - - 750 - 4.000 1.750 1.500
Setoran kas dari B 4.000 - - - - (4.000) - -

Saldo setelah
setoran kas dari B 4.000 - - 750 - - 1.750 1.5OO
Pembagian kas
dari B 4.000 - - (750) - - (1.750) (1.500)

Setelah pembagian
kas dari B - - - - - - - -

Sekutu yang Harus Menyetor Modal Secara Pribadi dalam Keadaan Tidak Mampu

Apabila sekutu yang saldo modalnya defisit tersebut secara pribadi dalam keadaan
tidak mampu (insolvet) maka kewajibannya akan ditanggung oleh sekutu yang lain yang
mampu, masing-masing secara proposional dengan ratio pembagian rugi-laba. Kemampuan
ekonomis secara pribadi tergantung pada perbandingan harta pribadi dan utang pribadi.
Apabila jumlah harta pribadi melebihi (lebih besar daripada) jumlah utang pribadi maka
sekutu tersebut dalam keadaan mampu. Sebaliknya apabila jumlah harta pribadi lebih kecil
daripada jumlah utang pribadi maka secara pribadi dikatakan tidak mampu. Penyelesaian
tersebut bersifat sementara, dalam arti apabila sewaktu-waktu sekutu yang tidak mampu
tersebut mempunyai uang maka harus membayar kewajibannya.
Contoh 4

Dari data pada contoh 3 akan tetapi sekutu B ecara pribadi dalam keadaan tidak
kemampuan dalam bidang ekonomi.

Laporan likuidasi dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5

Perekutuan ABCD
Laporan Likuidasi
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA PASIVA

Keterangan
Kas Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
Non-kas Dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)

Sebelum realisasi 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
Realisasi 95.000 (275.000) - - (27.000) (36.000) (63.000) (54.000)

Saldo setelah
realisasi 120.000 - 90.000 13.000 (7.000) (4.000) 7.000 21.000
Pelunasan utang
dagang (90.000) - (90.000) - - - - -

Saldo setelah pe-


lunasan utang 30.000 - - 13.000 (7.000) (4.000) 7.000 21.000
Penutupan
defisit A - - - (7.000) 7.000 - - -

Saldo setelah
defisit A ditutup 30.000 - - 6.000 - (4.000) 7.000 21.000
Defisit B yang di-
tanggung A,C&D - - - - (750) 4.000 (1.750) (1.500)

Saldo 30.000 - - 6.000 (750) - 5.250 19.500


Penutupan defisit
A dengan utang - - - (750) 750 - - -

Saldo 30.000 - - 5.250 - - 5.250 19.500


Pembagian kas (30.000) - - (5.250) - - (5.250) (19.500)

- - - - - - - -

Penjelasan :

Defisit B sebesar Rp4.000.000,00 akan ditanggug oleh A, C dan D masing-masing dengan ratio :
A = 15
C = 35
D = 30
__
Jumlah = 80

Sehingga bagian masing-masing sekutu :


A = 15/80 x Rp4.000.000,00 = Rp750.000,00
C = 35/80 x Rp4.000.000,00 = Rp1.750.000,00
D = 30/80 x Rp4.000.000,00 = Rp1.500.000,00.

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan dalam rangka likuiditas tersebut adalah :

1. Untuk mencatat realisasi dan mengakui rugi realisasi :


Kas ....................... Rp 95.000.000,00
Modal, A ....................... Rp 27.000.000,00
Modal, B ....................... Rp 36.000.000,00
Modal, C ....................... Rp 63.000.000,00
Modal, D ....................... Rp 54.000.000,00
Piutang Dagang ...... Rp 90.000.000,00
Persediaan ........ 100.000.000,00
Aktiva Tetap ........ 85.000.000,00

Keterangan :
Dalam realisasi tersebut terjadi rugi :
Nilai buku aktiva non-kas yang direalisir :
Piutang Dagang ........ Rp 90.000.000,00
Persediaan ........ 100.000.000,00
Aktiva Tetap ........ 85.000.000,00

Jumlah ........... Rp275.000.000,00


Nilai realisasi ........... 95.000.000,00

Rugi realisasi ........... Rp180.000.000,00


Pembagian rugi realisasi :
A = 15% x Rp180.000.000,00 = Rp27.000.000,00
B = 20% x Rp180.000.000,00 = Rp36.000.000,00
C = 35% x Rp180.000.000,00 = Rp63.000.000,00
D = 30% x Rp180.000.000,00 = Rp54.000.000,00
2. Mencatat pelunasan utang
Utang Dagang .............. Rp90.000.000,00
Kas ........................ Rp90.000.000,00
3. Menutup defisit A sebesar Rp7.000.000,00 dengan utang kepada A
dengan jumlah sama :
Utang – A .................. Rp7.000.000,00
Modal, A .................. Rp7.000.000
4. Mencatat pembagian kas kepada para sekutu :
Utang kepada A ............. Rp 5.250.000,00
Modal, C ........................ 5.250.000,00
Modal, D ........................ 19.500.000,00
Kas ........................ Rp30.000.000,00
5. Kas yang Ada Tidak Cukup untuk Melunasi Utang kepada Pihak Ketiga
Kadang-kadang hasil realisasi aktiva non-kas sangat keci, sehingga untuk melunasi utang
kepada pihak ketiga saja tidak cukup. Dalam keadaan ini jumlah modal secara keseluruhan
sudah pasti negatif. Walaupun demikian ada kemungkinan sekutu tertentu bermodal positif.
Sepertinya yang telah dijelaskan didalam keadaan ke-3 dan ke-4 tersebut dimuka bahwa
sekutu yang modalnya negatif harus menyetor kas. Apabila sekutu tersebut secara pribadi
dalam keadaan tidak mampu maka kewajibannya ditanggung sekutu yang lain. Dengan
demikian ada kemungkinan sekutu yang modalnya positif akan tetapi harus menyetor kas
untuk melunasi utang kepada piak ketiga karena sekutu yang modalnya defisit tidak mampu.
Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik persekutuan, yaitu tanggung jawab tidak
terbatas.

Contoh 5
Dari data pada contoh 1 yaitu Persekutuan ABCD dengan para sekutu A, B, C,
dan D membagi laba atau rugi dengan ratio 15:20:35:30. Pada awal tahun 1991
persekutuan tersebut sepakat untuk dilikuidasi. Necara persekutuan per 31 Desember
1990 adalah seperti pada Tabel 4.1 tersebut pada contoh 1. Semua aktiva non-kas hanya
dapat direalisasi sebesar Rp55.000.000,00 dan sekutu B secara pribadi dalam keadaan
tidak mampu.
Laporan likuidasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 pada halaman berikut.
Tabel 4.6

Perekutuan ABCD
Laporan Likuidasi
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA PASIVA

Keterangan
Kas Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
Non-kas Dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)

Sebelum realisasi 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
Realisasi 55.000 (275.000) - - (33.000) (44.000) (77.000) (66.000)

Saldo setelah
realisasi 80.000 - 90.000 13.000 (13.000) (12.000) (7.000) 9.000
Pembayaran utang
pihak ke3 (80.000) - (80.000) - - - - -

Saldo setelah pem-


bayaran utang - - 10.000 13.000 (13.000) (12.000) (7.000) 9.000
Penutupan
defisit A - - - (13.000) 13.000 - - -

Saldo setelah
utang – A - - 10.000 - - (12.000) (7.000) 9.000
Defisit sekutu B
(tidak mampu) - - - - (2.250) 12.000 (5.250) (4.500)

Saldo - - 10.000 - (2.250) - 12.250 4.500


Setoran kas dari
A dan C 14.500 - - - 2.250 - 12.250 -

Saldo 14.500 - 10.000 - - - - 4.500


Pelunasan utang
dagang (10.000) - (10.000) - - - - -

Saldo 4.500 - - - - - - 4.500


Pembayaran kas
kepada D (4.500) - - - - - - (4.500)
- - - - - - - -

Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika terdapat kas
yang akan dibagikan kepada sekutu (distribusi kas) pasti dibagikan kepada sekutu atas bagian
pinjaman kepada sekutu yang bersangkutan, tetapi pada saat likuidasi maka kedudukan
pinjaman dari sekutu/loan dan modal sekutu yang bersangkutan adalah setingkat untuk
menghitung hak sekutu yang bersangkutan. Setelah melalui perhitungan yang tertuang dalam
skedul pembayaran kas, maka kas yang dibagikan kepada masing-masing sekutu barulah
dibedakan berdasarkan prioritas tersebut diatas untuk masing-masing sekutu yang
bersangkutan.

Proses likuidasi

Pada umumnya likuidasi persekutuan (partnership liquidation) melibatkan hal – hal sebagai
berikut :

1. mengonversi aktiva nonkas menjadi kas


2. mengakui keuntungan dan kerugian serta mengikuilidasi beban yang terjadi selama
periode likidasi
3. menyelesaikan semua kewajiban
4. mendistribusikan kas kepada para sekutu sesuai dengan saldo akhir akun modalnya

deskripsi umum dari proses likuidasi ini mengansumsikan hal – hal sebagai berikut :

1. persekutuan bersifat solven (yaitu aktiva persekutuan melampaui kewajiban


persekutuan)
2. semua sekutu memiliki ekuitas dalam aktiva bersih persekutuan
3. tidak ada saldo pinjaman yang beredar kepada setiap sekutu yang ada
4. semua aktiva dikonversi menjadi kas sebelum kas didistribusikan kepada para sekutu
apabila asumsi – asumsi tersebut diabaikan, proses likuidasi akan menjadi semakin kompleks,
oleh karena itu, bab ini akan di mulai dengan likuidasi yang sederhana atas persekutuan yang
solven dan berlanjut ke likuidasi persekutuan yang insolven.

Tujuan dari likuidasi

Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang tentang Kepailitan.

Proses likuidasi

Proses likuidasi terdiri dari 3 yaitu:

1. Likuidasi secara langsung/sekaligus:


Likuidasi secara langsung yaitu likuidasi yang dilakukan setelah seluruh aktiva
direalisasi. Untuk likuidasi secara langsung, syarat perlu menyusun skedul
pembayaran kas bila memenuhi minimal satu syarat sebagai berikut:

bila ada sekutu yang deficit

bila ada kas yang ditahan

bila masih ada saldo aktiva non kas

2. Likuidasi secara bertahap periodik


Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik
setelah terjadinya realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara
berulang-ulang sampai akhirnya semua perkiraan tidak bersaldo.

3. Likuidasi secara bertahap dengan program kas


Likuidasi secara bertahap dengan program kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara
periodik dimana daftar likuidasi yang disusun akan sama dengan likuidasi secara
bertahap periodik tetapi perlu membuat suatu
program kas terlebih dahulu sebelum daftar likuidasi disusun, yang menunjukkan
bagaimana kas dibagikan kepada para sekutu dikemudian hari. Disamping itu skedul
pembayaran kas pada cara ini juga agak berbeda dengan likuidasi secara bertahap
periodik.

Likuidasi persekutuan sederhana

Likuidasi persekutuan sederhana adalah konversi semua aktiva persekutuan menjadi kas
dengan satu distribusi kas kepada para sekutu dalam penyelesaian akhir atas permasalahan
persekutuan.

Mendebet saldo modal dalam persekutuan yang solven

Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven). Persekutuan
dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi kewajiban
persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah insolvensi.
Dari segi hukum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat / kumpulan yaitu persekutuan
yang dinyatakan tidak soven jika harta masing – masing sekutu di tambah harta persekutuan
tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.

Pembayaran terjamin kepada sekutu

Pembayaran terjamin (safe payments) adalah distribusi yang dapat dilkukan kepada sekutu
dengan kepastian bahwa jumlah yang didistribusikan tidak akan dikembalikan lagi kepada
persekutuan beberapa lama kemudian untuk menutupi kewajiban yang ada atau menesuaikan
modal sekutu.

Perhitungan pembayaran terjamin didasarkan pada asumsi :

1. Semua sekutu secara pribadi insolven (para sekutu tidak dapat melakukan
pembayaran apa pun ke dalam persekutuan)
2. Semua aktiva nnks mencerminkan kerugian yang mungkin dialami (aktiva nonkas
harus dianggap sebagai rugi untuk menentukan pembayaran terjamin.
Distribusi di muka memerlukan persetujuan sekutu

Setiap distibusi kepada para sekutu sebelum semua keuntungan dan kerugian direalisasikan
serta diakui memerlukan persetujuan dari semua sekutu.

Peringkat kerentanan

Peringkat kerentanan (vulnerability rangkings) yaitu tingkat kerentanan untuk kemungkinan


rugi ditentukan dalam pembagian setiap ekuitas sekutu dalam rasio laba ditahannya. Jumlah
ini merupakan maksimum rugi, dimana sekutu harus menyerap tanpa mengurangi ekuitasnya
dibawah nol.

Absorpasi kerugian yang diasumsikan

Skedul Absorpasi kerugian yang diasumsikan dibuat sebagai tahap kedua dalam
mengembangkan rencana distribusi kas. Skedul tersebut dimulai dengan ekuitas sebelum
likuidasi dan membebankan ekuitas setiap sekutu dengan bagian mengurangi kerugian yang
akan mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan. Langkah berikutnya adalah
membebankan ekuitas setiap sekutu yang tersisa dengan bagian kerugiannya yang akan
mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan berikutnya. Proses ini tetap berlanjut hingga
ekuitas semuanya, kevuali sekutu yang tidak rentan telah berkurang menjadi nol.

Persekutuan yang insolven

Apabila persekutuan dianggap insolven kas yang tersedia setelah semua aktiva nonkas
dikonveri menjadi kas tidak cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur
persekutuan akan memperoleh pemulihan sebagian dari aktiva persekutuan (peringkat 1) dan
akan meminta setiap sekutu menggunakan sumber daya pribadinya untuk memenuhi klaim
yang terisa (peringkat 3)
Dalam hal penentuan kemampuan masing-masing anggota perlu diperhatikan :

Hak-hak kreditur pribadi anggota

Berhak sepenuhnya menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta pribadi
pemilik. Dengan kata lain kreditur persekutuan hanya dapat mengklaim atas harta pribadi
pemilik bila hutang-hutang pribadi telah dilunasi. Sebaliknya kreditur pribadi anggota hanya
dapat mengajukan klaim atas aktiva persekutuan, bila kewajiban persekutuan kepada pihak
luar telah dilunasi dan masih mempunyai hak dalam persekutuaan.

Hak-hak kreditur persekutuan.

Berhak sepenuhnya untuk menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta
milik persekutuan. Dengan kata lain kreditur pribadi hanya dapat mengklaim atas harta milik
persekutuan bila semuat kewajiban persekutuan kepada pihak luar telah dilunasi. Sebaliknya
kreditur persekutuan hanya dapat mengajukan klaim atas aktiva pribadi anggota, bila semua
kewajiban pribadi kepada pihak luar telah dilunasi.

Tahap-Tahap Likuidasi

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142 ayat (1)
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142
ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-
alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat

(1) UUPT wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator. Berikut
ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 147
sampai dengan pasal 152 UUPT:
1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan
Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai
pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal
147 ayat (1) UUPT).

Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat


Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas,
pemberitahuan harus memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan
alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada Menteri
tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti dasar hukum
pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar. (Pasal 147
ayat (2), (3) dan (4) UUPT).

Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,


pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan
pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan (2)
UUPT).

2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan


Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam melakukan
pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus meliputi
pelaksanaan:

1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan


2. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi.
3. Pembayaran kepada para kreditor.
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar
daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan,
kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang
diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan.
(Pasal 149 ayat (2) UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor


Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal
pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut ditolak
oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka
waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan (Pasal 149
ayat (3) dan (4)). Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka
waktu tersebut, dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
tanggal penolakan, sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat
mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak
pembubaran perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang diajukan
kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang
diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan demikian pemegang saham wajib
mengembalikan sisa
kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah
tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5) UUPT). Apabila dalam hal likuidator tidak dapat
melaksanakan kewajibannya seperti yang diatur, atas permohonan pihak yang berkepentingan
atau atas permohonan kejaksaan ketua pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru
dan memberhentikan likuidator lama. Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah
yang bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan (2)
UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada hakim
pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).

5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil


akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan
pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban
likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator yang
pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4)
UUPT). Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus
nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya
status badan hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan (Pasal
152 ayat (5) dan (6) UUPT). Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana
dimaksud Pasal
152 ayat (3) dan (4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh
RUPS, pengadilan atau hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).
CONTOH:

Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi dengan rasio
laba/rugi yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.

Neraca Persekutuan ABC sesaat sebelum dilikuidasi menunjukkan sbb:

Persekutuan ABC

Neraca

Per 31 Desember 1998 (Jutaan rupiah)

Kas 100 Hutang Dagang 500

Aktiva non kas 1.400 Hutang kepada C 400

Modal A 300

Modal B 200

Modal C 100

Total aktiva 1.500 Total Hutang & Modal 1.500


Posisi aktiva dan kewajiban pribadi para sekutu adalah sebagai berikut:

Sekutu Aktiva Pribadi (diluar Kewajiban Pribadi (diluar

kepemilikan persekutuan) kepemilikan persekutuan)

A 900 500

B 700 700

C 500 900

Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara

langsung karena realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil

realisasi akan digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang kepada

pihak luar telah lunas dan apabila masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya kepada para

sekutu sesuai dengan hak para sekutu. Jika kas yang tersedia setelah realisasi dan

pembebanan biaya-biaya masih tidak mencukupi untuk membayar hutang kepada pihak luar

maka sekutu yang solven yang akan membayar hutang terlebih dahulu. Bila hutang kepada

pihak luar telah lunas dan masih ada sekutu yang bersaldo modal debit setelah kompensasi

maka sekutu tersebut menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak ada kas lagi.

Penyelesaian akhir dilakukan diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit tetapi secara

pribadi insolven.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran
kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang tersisa kepada para sekutu. Tujuan
utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
perusahaan yang dibubarkan tersebut. Berikut ini adalah tahap-tahap pembubaran persekutuan :

a. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan.


b. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan
c. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor
d. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator
e. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai