“LIKUIDASI”
Disusun oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang di
berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang
kami harapkan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen matakuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan yang berjudul “Likuidasi” sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan. Akhirnya, kami
berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa, dan pembaca pada
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................3
BAB III
PENUTUP .....................................................................................................................8
A. Kesimpulan ...............................................................................................................8
B. Saran ..........................................................................................................................8
Likuidasi sederhana mengacu pada konversi seluruh aktiva menjadi kas sebelum
distribusi dilakukan kepada sekutu. Ketika persekutuan dilikuidasi dengan pendistribusian
bertahap kepada sekutu, kas didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi
sebelum untung ataupun rugi likuidasi diakui. Untuk mencegah pembayaran yang berlebihan
kepada sekutu, jumlah kas yang didistribusikan dihitung dengan dua asumsi yaitu seluruh
sekutu secara pribadi tidak likui dan seluruh aktiva bukan kas rugi. Dengan asumsi ini ada
dua pendekatan utama untuk menghitung jumlah pembayaran aman kepada sekutu pada tiap
tahap distribusi.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai
likuidasi, tahap-tahap likuidasi sampai kepada pembagian harta hasil likuidasi. Hal inilah
yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua
pertanyaan kita tentang “ Likuidasi”.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Beam (2000) disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu yang
menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap
bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti/bubar secara
bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.
Di dalam likuidasi semua sekutu mengundurkan diri sehingga baik persekutuan maupun
perusahaan bubar. Proses likuidasi terdiri atas 4 tahap, yaitu:
1. Menghitung dan membagi laba atau rugi persekutuan sampai saat likuidasi. Pembagian
laba ini dilakukan sesual dengan metode pembagian laba. Tahap ini hanya diperlukan
apabila likuidasi tidak dilakukan pada awal atau akhir periode.
2. Menguangkan (menjual) semua aktiva selain kas. Tahap yang kedua ini sering disebut
dengan istilah realisasi. Apabila nilai realisasi aktiva tersebut tidak sama (berbeda) dengan
nilai buku- nya, maka selisihnya diakui sebagai laba atau rugi realisasi. Laba atau rugi
realisasi ini dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan ratio (metode) pembagian laba
yang dipakai.
3. Melunasi semua utang kepada pihak ketiga. Setelah tersedia kas maka kas tersebut
pertama-tama dipakai untuk melunasi utang. Menurut Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) urutan prioritas pelunasan utang di dalam hal likuidasi persekutuan
adalah:
(a) Utang kepada pihak ketiga (bukan sekutu). Utang yang mempunyai hak prioritas
untuk dilunasi terlebih dahulu adalah utang kepada pihak ketiga. Utang kepada pihak
ketiga ini pun mempunyai prioritas yang tidak sama.
(b) Utang kepada sekutu. Setelah semua utang kepada pihak ketiga dilunasi maka yang
mempunyai prioritas berikutnya adalah utang kepada para sekutu. Dalam praktek
seringkali pembayaran utang kepada para sekutu ini dilakukan bersama-sama dengan
pengem- balian modal. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan sifat persekutuan, yaitu
tanggung jawab tidak terbatas maka apabila kemudian terbukti bahwa modalnya tidak
cukup untuk menang- gung rugi maka sekutu yang bersangkutan harus membayar
dengan harta pribadi.
4. Membagi sisa kas yang masih ada kepada para sekutu. Setelah semua utang kepada pihak
ketiga dilunasi sisa kas yang ada akan dibagi kepada para sekutu, sesuai dengan isi
perjanjian persekutuan. Kas yang dibagikan kepada para sekutu terdiri atas 2 unsur, yaitu
pembayaran utang dan pengembalian modal kepada sekutu. Secara hukum pembayaran
utang kepada sekutu lebih diprioritaskan daripada pengembalian modal. Mengingat
tanggung jawab para sekutu adalah tidak terbatas dan untuk melindungi kepentingan
sekutu yang lain, pada umumnya pembayaran utang kepada sekutu dan pengembalian
modal dilakukan bersama.
Pembagian kas ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Secara serentak atau sekaligus,
yaitu setelah realisasi selesai.
a. Secara bertahap, sesuai dengan tersedianya kas tanpa me- nunggu selesainya realisasi.
b. secara bertahap, sesuai dengan tradisinya kas tanpa menunggu selesainya realisasi
2. Penggolongan Likuidasi
Berdasarkan saat dan frekuensi pembagian (distribusi) kas dilaksa- nakan, maka
likuidasi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
B. likuiditas sederhana sering juga disebut dengan istiliah likuiditas tunggal, likuiditas
sekaligus atau likuiditas serentak.
Apabilah setelah rugi realisasi saldo modal awal sekutu adalah positif maka sekutu akan
menerima bagian kas. Dalam keadaan seperti ini masing-masing sekutu akan menerima
bagian kas sebesar saldo modal bersih sekutu yang bersangkutan.
Tabel 4.3
Persekutuan ABCD
Laporan Likuiditas
(dalam 000 rupiah)
AKTIVA PASIVA
Keterangan Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
kas
non-kas dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)
Sebelum 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
realisasi
Realisasi 135.00 (275.000 - - (21.000) (28.000) (49.000) (42.000)
0 )
Saldo setelah
relisasi 160.00 - 90.000 13.000 (1.000) 4.000 21.000 33.000
0
Pelunasan utang
dagang (90.000 - (90.000 - - - - -
) )
Saldo setelah
pelunasan utang 70.000 - - 13.000 (1000) 4.000 21.000 33.000
menutup modal - -
deficit - - - (1000) 1000 -
Saldo setelah
defisit ditutup 70.000 - 12.000 - 4.000 21.000 33.000
-
Pembagian kas (70.000 - (12.000 - (4.000) (21.000) (33.000)
-
) )
Saldo setelah
pembagian kas - - - - - - - -
Jurnal yang dbuat oleh perusahaan dalam rangka likuiditas tersebut adalah :
1. Untuk mencatat realisasi dan mengakui rugi realisasi :
Kas............................Rp.135.000.000,00
Modal, A................... 21.000.000,00
Moda, B.................... 28.000.000,00
Modal,C................... 49.000.000,00
Modal,D.................. 42.000.000,00
Piutang Dagang....... Rp.90.000.000,00
Persediaan........ 100.000.000,00
Aktiva Tetap...... 85.000.000,00
Keterangan :
Dalam realisasi tersebut terjadi rugi :
3. ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutupi dengan
utang-piutang
Seperti telah diuraikan dimuka bahwa apabila kerugian realisasi sangat besar dapat
berakibat modal sekutu menjadi negatif ( defisit). Modal yang defisit tersebut harus ditutupi
dengan utang kepada sekutu yang besangkutan. Apabila utang kepada sekutu tidak cukup
untuk menutup defisit atau persekutuan tidak mempunyai utang kepada kepada sekutu yang
modalnya defisit maka sekutu yang bersangkutan harus menutup dengan cara menyetor kas
atau aktiva yang lain asal disetujui oleh sekutu yang lain. Penyetoran ini dapat langsung
kepada sekutu yang lain dan dapat juga melalui persekutuan. Pembagian kas yang dapat
menunggu setoran dari sekutu yang defisit dan dapat juga langsung dilakukan, tergantung
pada perjanjian persekutuan. Apabila kas dibagi tanpa menunggu setoran kas, maka saldo
defisit tersebut untuk sementara ditanggung oleh sekutu yang lain.
Contoh 3
Dari data pada contoh 1, yaitu persekutuan ABCD yang membagi laba atau rugi
dengan rasio 15:20:35:30 dan dengan neraca seperti pada tabel 4.1 disepakati untuk
dilikuiditas. Seluruh aktiva non-ka dapat direalisasi dengan menghasilkan kas sebesar
Rp.95.000.000,00 dan semua sekutu dalam keadaan mampu.
Laporan likuidasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.
Persekutuan ABCD
Laporan Likuiditas
(dalam 000 rupiah)
AKTIVA PASIVA
Keterangan Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
kas non-kas dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)
Sebelum realisasi 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
Realisasi 95.000 (275.000) - - (27.000) (36.000) (63.000) (54.000)
Saldo setelah
relisasi 120.000 - 90.000 13.000 (7.000) (4.000) 7.000 21.000
Pelunasan utang
dagang (90.000) - (90.000) - - - - -
Saldo setelah
pelunasan utang 30.000 - - 13.000 (7000) 4.000 7.000 21.000
menutup modal - -
deficit - - - (7000) 7000 -
Saldo setelah
defisit A ditutup 30.000 - - 6.000 - 4.000 7.000 21.000
Pembagian kas
(lihat lampiran) (30.000) - - (5.250) - - (5.250) (19.500)
Saldo setelah
pembagian kas - - - 750 - 4.000 1.750 1.500
Setoran kas dari B 4.000 - - - - (4.000) - -
Saldo setelah
setoran kas dari B 4.000 - - 750 - - 1.750 1.5OO
Pembagian kas
dari B 4.000 - - (750) - - (1.750) (1.500)
Setelah pembagian
kas dari B - - - - - - - -
Sekutu yang Harus Menyetor Modal Secara Pribadi dalam Keadaan Tidak Mampu
Apabila sekutu yang saldo modalnya defisit tersebut secara pribadi dalam keadaan
tidak mampu (insolvet) maka kewajibannya akan ditanggung oleh sekutu yang lain yang
mampu, masing-masing secara proposional dengan ratio pembagian rugi-laba. Kemampuan
ekonomis secara pribadi tergantung pada perbandingan harta pribadi dan utang pribadi.
Apabila jumlah harta pribadi melebihi (lebih besar daripada) jumlah utang pribadi maka
sekutu tersebut dalam keadaan mampu. Sebaliknya apabila jumlah harta pribadi lebih kecil
daripada jumlah utang pribadi maka secara pribadi dikatakan tidak mampu. Penyelesaian
tersebut bersifat sementara, dalam arti apabila sewaktu-waktu sekutu yang tidak mampu
tersebut mempunyai uang maka harus membayar kewajibannya.
Contoh 4
Dari data pada contoh 3 akan tetapi sekutu B ecara pribadi dalam keadaan tidak
kemampuan dalam bidang ekonomi.
Tabel 4.5
Perekutuan ABCD
Laporan Likuidasi
(dalam 000 rupiah)
AKTIVA PASIVA
Keterangan
Kas Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
Non-kas Dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)
Sebelum realisasi 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
Realisasi 95.000 (275.000) - - (27.000) (36.000) (63.000) (54.000)
Saldo setelah
realisasi 120.000 - 90.000 13.000 (7.000) (4.000) 7.000 21.000
Pelunasan utang
dagang (90.000) - (90.000) - - - - -
Saldo setelah
defisit A ditutup 30.000 - - 6.000 - (4.000) 7.000 21.000
Defisit B yang di-
tanggung A,C&D - - - - (750) 4.000 (1.750) (1.500)
- - - - - - - -
Penjelasan :
Defisit B sebesar Rp4.000.000,00 akan ditanggug oleh A, C dan D masing-masing dengan ratio :
A = 15
C = 35
D = 30
__
Jumlah = 80
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan dalam rangka likuiditas tersebut adalah :
Keterangan :
Dalam realisasi tersebut terjadi rugi :
Nilai buku aktiva non-kas yang direalisir :
Piutang Dagang ........ Rp 90.000.000,00
Persediaan ........ 100.000.000,00
Aktiva Tetap ........ 85.000.000,00
Contoh 5
Dari data pada contoh 1 yaitu Persekutuan ABCD dengan para sekutu A, B, C,
dan D membagi laba atau rugi dengan ratio 15:20:35:30. Pada awal tahun 1991
persekutuan tersebut sepakat untuk dilikuidasi. Necara persekutuan per 31 Desember
1990 adalah seperti pada Tabel 4.1 tersebut pada contoh 1. Semua aktiva non-kas hanya
dapat direalisasi sebesar Rp55.000.000,00 dan sekutu B secara pribadi dalam keadaan
tidak mampu.
Laporan likuidasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 pada halaman berikut.
Tabel 4.6
Perekutuan ABCD
Laporan Likuidasi
(dalam 000 rupiah)
AKTIVA PASIVA
Keterangan
Kas Aktiva Utang Utang Modal A Modal B Modal C Modal D
Non-kas Dagang -A (15%) (20%) (35%) (30%)
Sebelum realisasi 25.000 275.000 90.000 13.000 20.000 32.000 70.000 75.000
Realisasi 55.000 (275.000) - - (33.000) (44.000) (77.000) (66.000)
Saldo setelah
realisasi 80.000 - 90.000 13.000 (13.000) (12.000) (7.000) 9.000
Pembayaran utang
pihak ke3 (80.000) - (80.000) - - - - -
Saldo setelah
utang – A - - 10.000 - - (12.000) (7.000) 9.000
Defisit sekutu B
(tidak mampu) - - - - (2.250) 12.000 (5.250) (4.500)
Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika terdapat kas
yang akan dibagikan kepada sekutu (distribusi kas) pasti dibagikan kepada sekutu atas bagian
pinjaman kepada sekutu yang bersangkutan, tetapi pada saat likuidasi maka kedudukan
pinjaman dari sekutu/loan dan modal sekutu yang bersangkutan adalah setingkat untuk
menghitung hak sekutu yang bersangkutan. Setelah melalui perhitungan yang tertuang dalam
skedul pembayaran kas, maka kas yang dibagikan kepada masing-masing sekutu barulah
dibedakan berdasarkan prioritas tersebut diatas untuk masing-masing sekutu yang
bersangkutan.
Proses likuidasi
Pada umumnya likuidasi persekutuan (partnership liquidation) melibatkan hal – hal sebagai
berikut :
deskripsi umum dari proses likuidasi ini mengansumsikan hal – hal sebagai berikut :
Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang tentang Kepailitan.
Proses likuidasi
Likuidasi persekutuan sederhana adalah konversi semua aktiva persekutuan menjadi kas
dengan satu distribusi kas kepada para sekutu dalam penyelesaian akhir atas permasalahan
persekutuan.
Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven). Persekutuan
dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi kewajiban
persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah insolvensi.
Dari segi hukum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat / kumpulan yaitu persekutuan
yang dinyatakan tidak soven jika harta masing – masing sekutu di tambah harta persekutuan
tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.
Pembayaran terjamin (safe payments) adalah distribusi yang dapat dilkukan kepada sekutu
dengan kepastian bahwa jumlah yang didistribusikan tidak akan dikembalikan lagi kepada
persekutuan beberapa lama kemudian untuk menutupi kewajiban yang ada atau menesuaikan
modal sekutu.
1. Semua sekutu secara pribadi insolven (para sekutu tidak dapat melakukan
pembayaran apa pun ke dalam persekutuan)
2. Semua aktiva nnks mencerminkan kerugian yang mungkin dialami (aktiva nonkas
harus dianggap sebagai rugi untuk menentukan pembayaran terjamin.
Distribusi di muka memerlukan persetujuan sekutu
Setiap distibusi kepada para sekutu sebelum semua keuntungan dan kerugian direalisasikan
serta diakui memerlukan persetujuan dari semua sekutu.
Peringkat kerentanan
Skedul Absorpasi kerugian yang diasumsikan dibuat sebagai tahap kedua dalam
mengembangkan rencana distribusi kas. Skedul tersebut dimulai dengan ekuitas sebelum
likuidasi dan membebankan ekuitas setiap sekutu dengan bagian mengurangi kerugian yang
akan mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan. Langkah berikutnya adalah
membebankan ekuitas setiap sekutu yang tersisa dengan bagian kerugiannya yang akan
mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan berikutnya. Proses ini tetap berlanjut hingga
ekuitas semuanya, kevuali sekutu yang tidak rentan telah berkurang menjadi nol.
Apabila persekutuan dianggap insolven kas yang tersedia setelah semua aktiva nonkas
dikonveri menjadi kas tidak cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur
persekutuan akan memperoleh pemulihan sebagian dari aktiva persekutuan (peringkat 1) dan
akan meminta setiap sekutu menggunakan sumber daya pribadinya untuk memenuhi klaim
yang terisa (peringkat 3)
Dalam hal penentuan kemampuan masing-masing anggota perlu diperhatikan :
Berhak sepenuhnya menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta pribadi
pemilik. Dengan kata lain kreditur persekutuan hanya dapat mengklaim atas harta pribadi
pemilik bila hutang-hutang pribadi telah dilunasi. Sebaliknya kreditur pribadi anggota hanya
dapat mengajukan klaim atas aktiva persekutuan, bila kewajiban persekutuan kepada pihak
luar telah dilunasi dan masih mempunyai hak dalam persekutuaan.
Berhak sepenuhnya untuk menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta
milik persekutuan. Dengan kata lain kreditur pribadi hanya dapat mengklaim atas harta milik
persekutuan bila semuat kewajiban persekutuan kepada pihak luar telah dilunasi. Sebaliknya
kreditur persekutuan hanya dapat mengajukan klaim atas aktiva pribadi anggota, bila semua
kewajiban pribadi kepada pihak luar telah dilunasi.
Tahap-Tahap Likuidasi
Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142 ayat (1)
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142
ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-
alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat
(1) UUPT wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator. Berikut
ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 147
sampai dengan pasal 152 UUPT:
1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan
Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai
pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal
147 ayat (1) UUPT).
Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada hakim
pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).
Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi dengan rasio
laba/rugi yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.
Persekutuan ABC
Neraca
Modal A 300
Modal B 200
Modal C 100
A 900 500
B 700 700
C 500 900
Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara
langsung karena realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil
realisasi akan digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang kepada
pihak luar telah lunas dan apabila masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya kepada para
sekutu sesuai dengan hak para sekutu. Jika kas yang tersedia setelah realisasi dan
pembebanan biaya-biaya masih tidak mencukupi untuk membayar hutang kepada pihak luar
maka sekutu yang solven yang akan membayar hutang terlebih dahulu. Bila hutang kepada
pihak luar telah lunas dan masih ada sekutu yang bersaldo modal debit setelah kompensasi
maka sekutu tersebut menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak ada kas lagi.
Penyelesaian akhir dilakukan diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit tetapi secara
pribadi insolven.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran
kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang tersisa kepada para sekutu. Tujuan
utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
perusahaan yang dibubarkan tersebut. Berikut ini adalah tahap-tahap pembubaran persekutuan :