untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima Dan Disetujui Oleh Tim Pembimbing Skripsi Untuk Diajukan Kepada Panitia
Ujian Skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Manado di Tondano.
Menyetujui :
Dr. Olivia Josefin Lalamentik M.Si Alzefin YRM Sinolungan, SE, M.Si
NIP. 196110121987032003 NIP. 197304292002122001
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Olivia Josefin Lalamentik M.Si Alzefin YRM Sinolungan, SE, M.Si
NIP. 196110121987032003 NIP. 197304292002122001
Mengetahui,
Dr. Yosep P. Kambey SE, AK, MBA. Dr. Merry C.N.Rumagit, SE, ME.
NIP. 197603052009121002 NIP. 19751224 2003122002
ii
IDENTITAS MAHASISWA
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul: “Analisis
Pendapatan Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan” sebagai
syarat untuk memperoleh Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UniversitasNegeri Manado seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dan hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini bukan hasil
karya saya bersedia menerima sanksi pembatalan gelar akademi yang saya sandang dan
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
NIM : 18305021
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
(1 Timotius 4:12)
Ilmu Ekonomi’17
Almamaterku UNIMA
v
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK BABI
DI DESA TONDEGESAN SATU KECAMATAN KAWANGKOAN
Oleh:
Merry Imelda Mangare¹, Dr. Olivia J. Lalamentik M.Si²,
Alzefin YRM. Sinolungan, SE, M.Si ³
Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Manado, Indonesia
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri Manado, Indonesia
e-mail : mangaremerry0@gmail.com1, Olivialalamentik@gmail.com2, alzefinsinolungan@gmail.com3
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur biaya produksi penerimaan dan
pendapatan keluarga, usaha produksi dan pemasaran peternak babi (205 kepala keluarga) melalui
pendekatan keuntungan (BEP). Dengan harga jual ternak babi yang naik turun, serta hasil ternak yang
tidak seimbang.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data:
obsevarsi, wawancara, dokumentasi, kuesioner. Lokasi penelitian: Desa Tondegesan I, Kecamatan
Kawangkoan, Kabupaten Minahasa. Hasil penelitian peternak Babi di Desa Tondegesan I, Kecamatan
Kawangkoan, Kabupaten Minahasa yang memiliki keuntungan kira-kira sebesar Rp. 7.656.979.080.
layak untuk dikembangkan bagi para peternak Babi.
Kata kunci: Pendapatan, Penerimaan, Biaya Produksi, Pemasaran, Usaha ternak Babi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan tuntun-
Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul: “Analisis
Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi penulis dalam meraih gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi di Universitas Negeri Manado. Dalam
penulisan Skripsi ini, Penulis menyadari Skripsi ini belum sempurna, sebab segala
keterbatasan dari Penulis. Untuk itu demi kesempurnaan Skripsi ini, penulis sangat
membutuhkan dukungan dan pemikiran yang berupa masukkan, kritikkan dan saran yang
bersifat membangun.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, Penulis menemui banyak sekali kendala, kendala
tersebut dapat diatasi berkat bantuan dari orang yang luar biasa di belakang penulis, yang
selalu membantu dalam setiap aspek selama menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu,
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. Yosep P. Kambey SE, AK, MBA. Universitas
Negeri Manado
3. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Dr.Merry C.N. Rumagit, ME.dan Sekretaris Program
4. Dosen Pembimbing Akademik I Dr. Olivia Josefin Lalamentik, M.Si. dan Dosen
memberikan masukkan dan arahan selama dalam penelitian dan proses penyelesaian-
penyelesaian Skripsi.
5. Seluruh dosen, staf administrasi, satuan pengaman, bagian kebersihaan, dan lainnya yang
sudah membantu selama masa perkuliahan proses belajar mengajar mahasiswa Universitas
vii
Negeri Manado, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Program Studi Ilmu Ekonomi.
6. Buat orang tua dan suami dan keluarga yang tercinta dan terkasih yang sudah mendukung
fasilitas sarana dan prasana serta materiil dan spiritual selama masa proses perkuliahan di
7. Buat teman mahasiswa Alumni Angkatan 2018, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi
Akhir kata penulis menyadari apa yang dilihat masih banyak kekurangan untuk itulah kritik
Yang menyatakan
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
I.2. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 4
I.3. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
I.4. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 4
I.5. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 5
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Desa Tondegesan 1, Kacamatan Kawangkoan, Tahun 2017-2021.
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan
Kawangkoan.
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan
Kawangkoan.
Tabel 4.4 Data Tingkat Umur Penduduk di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan Kawangkoan, Tahun
2017-2021.
Tabel 4.5 Data Tingkat Pendidikan Responden Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan
Kawangkoan.
Tabel 4.6 Data Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan
Kawangkoan.
Tabel 4.7 Data Status Pemilikan Tanah Penduduk Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan
Kawangkoan.
Tabel 4.8 Data Pengalaman Berusaha Peternakan Babi di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan
Kawangkoan.
Tabel 4.9 Data Jumlah Produksi Peternakan Babi di Desa Tondegesan Satu, Kacamatan Kawangkoan.
Tabel 4.10 Data Penerimaan Usaha Peternak Babi Ada 205 Kepala Keluarga di Desa Tondegesan Satu,
Kacamatan Kawangkoan Tahun 2017.
Tabel 4.11 Data Penerimaan Usaha Peternak Babi Ada 205 Kepala Keluarga di Desa Tondegesan Satu,
Kacamatan Kawangkoan Tahun 2018.
Tabel 4.12 Data Penerimaan Usaha Peternak Babi Ada 205 Kepala Keluarga di Desa Tondegesan Satu,
Kacamatan Kawangkoan Tahun 2019.
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
akan berjalan lambat. Salah satu terna yang dapat dikembangkan dalam bidang
peternakan adalah ternak babi. Babi merupakan salah satu komoditas ternak yang
bersifat prolife sehingga memiliki potensi yang cukup baik untuk mencapai
peningaktan jumlah populasi melalui kelahiran. Peningkatan populasi ternak
menjadi ukuran manajemen pemeliharaan maupun kualitas ternak yang ada.
Asumsinya manajemen yang baik dan kualitas ternak yang baik, maka akan
terjadi peningkatan populasi yang terjadi secara optimal yaitu terjadi peningkatan
populasi ternak dalam satuan waktu tertentu sesuai dengan potensi genetic yang
dimiliki oleh ternaknya. Struktur populasi perkembangan populasi ternak babi,
digunakan untuk mengestimasi perkemabangan populasi ternak babi
(Sawo.K;hal.78, Para- Para, Vol.1.,No.2, Desember 2020; ISSN:2746-
217x;”Klasifikasi Struktur Populasi Ternak Babi di Keluarahan Nabarua Distrik
Nabire”)
Profil Desa Tondegesan I, di Kecamatan Kawangkoan, Hukum Tua: Bapak
Hendra Kalengkongan, terdapat Jumlah Penduduk sebanyak: 1.157 jiwa orang.
Kecamatan Kawangkoan dipimpin oleh: Ibu Anne Moniung. Adapun jumlah
populasi penduduk keseluruhan Kecamatan Kawangkoan :9.998 jiwa. Kode
Kemendagri adalah: 71.02.12. Luas wilayah Kecamatan Kawangkoan:15.02
Kilometer dan Jumlah Desa / Kelurahan adalah 416.
Wilayah Demografis, Kecamatan Kawangkoan, batas wilayahnya adalah:
Sebelah Utara: Kecamatan Kawangkoan Utara; Sebelah Timur : Kecamatan
Remboken dan Tompaso;Sebelah Selatan: Kecamatan Tompaso; Sebelah
Barat: Kecamatan Kawangkoan.
2
sapi, babi dan kuda, anjing dan sebagainya, selain bagian besar digunakan untuk
peternakan hewan, seperti Peternakan Babi.
Wilayah Geografis Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan terdapat di:
3
usaha peternakan babi.
Pendapatan keluarga masyarakat Desa Tondegesan, Kecamatan
Kawangkoan mengenai usaha peternakan babi berpengaruh pada profil
pemeliharaan ternak babi lokal bagi jumlah pemilikan ternak, mempunyai alasan
untuk memelihara ternak babi, anggota keluarga yang terlibat, system
pemeliharaan ternak perkandangan, pakan ternak babi guna pengembangan ternak
babi lokal selanjutnya faktor lingkungan internal dan eksternal dan strategi
pengembangan usaha peternak babi dan faktor pemasaran penjualan dan faktor
mempengaruhi produksi peternakan babi. Berdasarkan latar belakang uraian
diatas, peneliti melakukan penelitian : “Analisis Pendapatan Peternak Babi di
Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan”.
4
1.5. Manfaat Penelitian
I. Teoritis
1) Sebagai peternak babi dalam melakukan proses perhitungan struktur
biaya produksi, penerimaan pendapatan mengalolasikan sumber daya
yang ada secara efektif dan efisienmemperoleh keuntungan.
2) Sebagai informasi kepada pihak pemerintah daerah agar dapat mengambil
kebijakan usaha peternak babi dalam mengembangkan produksi dan
harga penjualan/pemasaran di tingkat regional, nasional dan
internasional.
3) Peternak babi mampu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan / konsumen
melalui produksi dan pemasaran yang berkesinambungan dalam jangka
panjang.
II. Praktis
Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi (S-1)
dalam melakukan Penelitian mengenai “Analisis Pendapatan Peternak
Babi, di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Pendapatan
Pendapatan dalam Ilmu Ekonomi menurut Samuelson dan Nordhaus
(2005) adalah sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicaapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas, sedangkan pendapatan rumah
tangga adalah total pendpaatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk
uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah rumah tangga atau sumber
lainnya. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, Pendapatan adalah hasil kerja
usaha dan sebagainya, sedangkan Pendapatan dalam kamus Managemen adalah
uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam
bentuk: upah (wage), gaji (salary), sewa (rent), tingkat suku bunga (interest rate),
komisi (commission) dan laba (profit).
6
seseorang memanfaatkan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
7
Menurut Yamit (1998:62), BEP/Break Event Point dapat diartikan sebagai
suatu keadaan dimana Total Pendapatan (TR/Total Revenue) besarnya sama
dengan Total Biaya Pengeluaran (Total Cost Expenditure) atau (TR = TC).
Menurut Hansen dan Mowen (1994:16), BEP/Break Event Point is where
total revenue equal total’s costs, the point is Zero Profit’s. Dalam Bahasa
Indonesia BEP adalah Total Pendapatan (TR) sama dengan Total Cost (TC)
intinya adalah nol keuntungan (Profit).
Menurut Harahap (2004), BEP/Break Event Point adalah suatu kondisi
perusahaan tidak memperoleh laba (profit) dan tidak menderita kerugian (losses)
artinya semua biaya yang telah dikeluarkan untuk Operasi Produksi bisa ditutupi
oleh Pendapatan dari Penjualan Produk.
Biaya Variabel
Output
8
Soekartawi, (2016): mengemukakan Teori Pendapatan merupakan salah satu
tujuan didirikannya suatu usaha. Dengan adanya Pendapatan berarti sebuah usaha
masih berjalan dan layak untuk dipertahankan walaupun masih ada beberapa hal
yang lain, selain Pendapatan yang bias menjadi bahan pertimbangan untuk
meneruskan sebuah usaha. Dengan memperhatikan jumlah pendapatan, akan
diketahui apakah suatu usaha mendapatkan untuk atau malah merugi. Ditinjau
dari segi Sisi Rumah Tangga Keluarga, maka Pendapatan pada prinsipsnya
mempunyai sifat menambah dan menaikkan nilai kekayaan pemilik peternakan
hewani babi, baik dalam bentuk penerimaan maupuhn tagihan.
Menurut Indriyo (2010) bahwa “Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi
meliputi: tanah (sewa), tenaga kerja (upah/gaji), tingkat suku bunga dan
keuntungan (laba)”.
(1). Goods and Services Market adalah pasar barang dan jasa ialah pertemuan
antara permintaan (Demand) dan penawaran (Supply) barang dan jasa.
(2). Labor Market: pasar tenaga kerja ialah interaksi antara permintaan dan
penawaran tenaga kerja.
(3). Money and Capital Market: pasar uang dan pasar modal ialah interaksi antara
9
permintaan uang dan penawaran uang. Asumsinya, “jika hak penggunaan uang
yang diperjualbelikan pasar adalah 1 tahun atau kurang “ atau Pasar Uang atau
Money Market. Capital Market adalah jika hak penggunaan uang diperjual belikan
dipasar lebih dari 1 tahun.
(1). Output Approach atau Metode Ouput atau Metode Produksi atau PDB
/Produk Domestik Bruto adalah total outuput /produksi yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian.
NO : Nilai Output
NI : Nilai Input Antara
Dimana, Aktivitas Produksi yang Baik adalah Aktivitas yang Menghasilkan NT >0
I = sektor produksi ke 1,2,3,4,5,6,7,8,9,n. (sektor pertanian, perkebunan,
peternakan, pertambangan, perikanan, kehutanan,dan sebagainya).
(2). Income Approach / Metode Pendapatan adalah nilai ouput perekonomian
sebagai nilai totalbalas jasa atas faktor produksi digunakan dalam proses produksi.
Hubungan antara Tingakt Ouput dengan 4 Faktor Produksi digunakan
Fungsi Produksi:Rumus: Q = f (L, K,U , E)
Dimana: Q = Output ; L = Labor/Tenaga Kerja; K = Kapital /Modal; U
= Money/Financial/Uang; E = Enterpreneurship /kewirausahaan / Pengusaha
Rumus: PN = w + i + r + п
Dimana:
w = wages / upah dan salary / gaji;
i = interest rate /tingkat suku bunga/modal /pendapatan bungar
r = rent / pendapatan sewa (rent) atau tanah (lahan)
п = profit / keuntungan /laba
(3). Metode Pengeluaran (Expenditure Approach): nilai PDB /Produk Domestik
Bruto merupakannilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode
tertentu.
10
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan (Income)
(a) Produksi
Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari suatu proses produksi.
Produksi Peternak Babi diperoleh dari kegiatan mengkombinasikan faktor-faktor
produksi seperti :
(1).tanah (lahan) atau (rent) atau sewa, (2).tenaga kerja (labor): upah
(wage) atau gaji (salary), (3).modal (capital) atau tingkat suku bunga (interest
rate) atau (i), (4).enterpreneurship/wirausaha/pengusaha/management/manajemen
(profit) atau keuntungan. Jadi dimana besar kecilnya kapasitas produksi peternak
babi sangat mempengaruhi terhadap pendapatan usaha peternak babinya.
(b) Luas Lahan/Tanah (Sewa/Rent)
Lahan merupakan pabrik produksinya usaha peternak babi (Soekartawi,
2002). Besar kecilnya luas lahan sangat berpengaruh terhadap produksi peternak
babi dan pendapatan usaha peternak babi.
(c) Tenaga Kerja (Labor) atau Upah (wage) dan Gaji (Sallary)
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan usaha peternak
babi sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternak babi tersebut.
“Apalagi digunakan lebih banyak tenaga kerja luar keluarga berarti akan
memperbesar biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh peternak babi”.
(d) Modal (Capital) atau Tingkat Suku Bunga (Interest Rate) (i)
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah biaya variabel
(VC /Variable Cost) yang digunakan pihak peternak babi dalam suatu proses
produksi. Asumsinya, besar kecilnya jumlah modal yang dimiliki peternak babi,
maka akan berpengaruhkepada pendapatan yang diperolehnya”.
(e) Harga Jual (Price Selling) atau Pihak Enterpreneurship/
Wirausaha/Pengusaha/Management
Selain Jumlah Produksi , Luas Lahan (Tanah), Tenaga Kerja, Modal, maka
Harga Jual Produksi Peternak Babi merupakan faktor yang titdak kalah
pentingnya dalam mempengaruhi besar kecilnya Pendapatan Usaha Peternak
Babi.
Konsep Penerimaan (Income) atau Pendapatan: menurut Rahardja dan
11
Manurung (2008:265): konsep Household Income/ Pendapatan Rumah Tangga
menunjukkan pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsinya.
Asumsinya: “Jika makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, maka tingkat
konsumsi akan makin tinggi”. “Jika makin tidak baik (rendah) tingkat pendapatan,
maka tingkat konsumsi akan makin rendah. Jadi tingkat pendapatan akan
meningkat, maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan
konsumsi, maka akan makin besar atau tingkat pendapatan akan menurun, maka
kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi akan makin
kecil atau tingkat pendapatan akan makin rendah (sedikit)”.
(2) Faktor Demografi (Kependudukan)
1) Jumlah Penduduk
Asumsinya: ”Jika Jumlah Penduduk banyak, maka akan memperbesar
pengeluaran konsumsi secara menyeluruh dan pengeluaran rata-rata per orang
atau per keluarga akan makin rendah”. Sebaliknya, “jika jumlah penduduk sedikit,
maka akan memperkecil pengeluaran konsumsi secara menyeluruh dan
pengeluaran rata-rata per orang atau perkeluarga akan makin tinggi”;
2) Komposisi Penduduk, dilihat dari :
(a).Usia (Produktif dan Tidak Produktif);
(b).Pendidikan: (Rendah, Menengah, Tinggi);
(c).Wilayah Tinggal (Perkotaan dan Pedesaan).
Asumsinya: “Makin banyak penduduk berusia kerja atau usa produktif
(15-64 tahun), maka akan makin besar tingakat konsumsi, terutama sebagian besar
dari kesempatan kerja tinggi, dengan upah wajar atau baik, sehinngga
menyebabkan makin banyak penduduk yang bekerja dan penghasilan atau
pendapatan akan makin besar”.
(d). Pendidikan: asumsinya: ”Jika makin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat, maka akan tingkat konsumsinya akan makin tinggi, menyebabkan
pada saat seseorang atau suatu keluarga akan makin berpendidikan tinggi, maka
kebutuhan hidup akan makin banyak”, sehingga kebutuhan informasi, pergaulan
masyarakat lebih baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap
12
keberadaan baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap
keberadaannya (eksistensi) dan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan lebih besar daripada biaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan
minum”. Asumsinya, “Jika makin banyak jumlah penduduk yang tinggal didaerah
wilayah perkotaan (urban), maka pengeluaran konsumsi akan makin tinggi,
sehingga menyebabkan umumnya wilayah perdesaan pola hidup masyarakat
perkotaan lebih konsumtif dibandingkan dengan masayarakat perdesaan”.
2.2. Biaya Produksi (Cost Production)
Biaya Produksi (Cost Production) adalah semua pengeluaran yang
dilakukan oleh pihak perusahaan atau peternak babi untuk memperoleh faktor
produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-
barang dan jasa-jasa yang diproduksikan perusahaan tersebut.
Fungsi Produksi (Coob Douglas) menunjukkan sifat hubungan diantara
faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dikenal
dengan istilah input dan jumlah produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi
Produksi selalu dinyatakan dalam bentuk Rumus: Q = fungsi (K, L, R,T )
Dimana:
K adalah Jumlah stok modal;
L adalah jumlah tenaga kerja, meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian
kewirausahaan, R adalah Kekayaan Alam (Tanah);
T adalah tingkat Teknologi yang digunakan;
Q adalah Jumlah Produksi Yang Dihasilkan oleh Berbagai Jenis Faktor Produksi
yaitu secara Bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang
dianalisis sifat produksinya (usahap eternak babi).
Menurut Mulyadi: Pengertian Biaya (Cost) mendefinisikan Biaya dalam
Arti Luas sebagai berikut: Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan Uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Produksi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan barang dan jasa. Istilah Produksi cenderung dikaitkan dengan Pabrik,
Mesin, maupun Lini Perakitan, menyebabkan pada mulanya Teknik dan Metode
dalam Manajemen Produksi memang dipergunakan untuk mengoperasikan pabrik
13
atau kegiatan lainnya.
Biaya Produksi (Cost Production) adalah biaya yang diperlukan untuk
memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasokan dan mengubahnya menjadi
produk yang selesai yang siap dijual. Menurut Sutrisno, dikutip oleh Gerungan
(2013:865) menyatakan bahwa Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Kesimpulan dari beberapa
pengertian diatas, yaitu Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan
digunakan untuk mengolah suatu bahan mentah yang diperoleh dari pemasok
menjadi barang jadi yang siap dijual.
Biaya Produksi :
MOS (Unit) = Volume Penjualan Dianggarkan – Volume Penjualan BEP
MOS (Rupiah) = Penjualan Dianggarkan – Penjualan BEP.
Bauran Penjualan (Sales Mix): menurut Supriyono (2014) diartikan
sebagai kombinasi relative berbagai jenis produk barang dan jasa terhadap total
pendapatan dalam suatu perusahaan. Perusahaan (Usaha Peternak Babi)
memproduksi banyak produk, bauran penjualan merupakan faktor yang penting
diperhitungkan untuk perhitungan konstirbusi margin dan titik impas perusahaan
secara keseluruhan. Bauran Penjualan digunakan untuk menghitung kontribusi
margin rata-rata tertimbang merupakan rata-rata dari kontribusi margin per unit
yang tertimbang oleh proporsi penjualan relatif dari setiap lini produk atau
jasa,sehingga manajemen akan selalu berusaha mencapai bauran atau komposisi
yang dapat menghasilkan laba/keuntungan paling besar. Jumla laba yang besar
dapat dicapai, apabila sebagian besar komposisi produk yang dijual mempunyai
marjin kontribusi yang tinggi. Pergeseran bauran penjualan dari jenis produk yang
menghasilkan kontribusi margin rendah ke produk yang menghasilkan marjin
kontribusi yang tinggi, mengakibatkan total laba/keuntungan yang bertambah.
Sebaliknya pergeseran bauran penjualan dari jenis produk yang menghasilkan
marjin kontribusi tinggi ke produk yang menghasilkan marjin kontribusi
rendah,sehingga mengakibatkan tatal /keseluruhan laba/keuntungan menjadi
berkurang. Oleh karena itu, analisis kontribusi marjin dan titik impas /BEP
14
/Break Event Point merupakan suatu model statis dari kondisi bisnis, kehidupan
kondisi yang didunia nyata sangat dinamis.
Penetapan Harga (Price) suatu barang atau jasa merupakan salah satu
faktor penentu bagi pihak konsumen (pembeli) dalam menentukan produksi
barang dan jasa yang akan digunakan. Harga memiliki peranan penentu dalam
pilihan membeli (penjual) atau produsen merupakan unsur penting menentukan
pangsa pasar dan probabilitas dipihak perusahaan (usaha peternak babi). Harga
memiliki pengaruh mengenai posisi kompetitif (persaingan) perusahaan (usaha
peternak babi) dan pangsa pasar dan harga menentukan pendapatan perusahaan
dan laba bersih. Konsumen harga sebagai persepsi tingkatan baik buruk
kualitas produk, terutama bila pihak konsumen (pembeli) dan pihak produsen
(penjual) harus mengambil keputusan dengan informasi yang tidak cukup.
Menurut Swastha dan Sukotjo dalam Amanah (2011): Harga adalah sejumlah
uang (ditambah beberapa produk, jika mungkin) dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Menurut Alma (2011): harga
sebagai nilai suatu barang dan jasa dinyatakan dengan uang (Money). Harga
memiliki 2 peranan utama dalam pengambilan keputusan para pembeli (pihak
Konsumen) yaitu (1).Peranan Alokasi, (2).Peranan Informasi. Penetapan harga
terhadap suatu barang dan jasa harus sesuai dan tepat, karena tingkat harga
diharapkan mampu untuk menutup Biaya (Cost) dan mendapatkan laba
(Profit)/laba/keuntungan. Penetapan Harga adalah keputusan harga akan diikuti
dalam jangka waktu tertentu.
15
mengkonversi pakan menjadi daging yang cepat, prolific yaitu mampu melahirkan
anak babi:10-14 ekor babi dalam satu periode melahirkan (Sihombing, 1997).
Tujuan penelitian: menganalisis jumlah pendapatan usaha ternak babi serta
menganalisis faktor mempengaruhi pendapatan usaha ternak babi. Model Analisis:
(1).PD=TR–TC, dimana: PD=Pendapatan Bersih; TR=Penerimaan
Keseluruhan; TC = Biaya Keseluruhan = FC +VC. (2).Y = a+ bX. 3 model usaha
yaitu pembibitan, penggemukkan dan usaha kombinasi.Pemeliharaan ternak
dengan cara:Semi Intensif yaitu ternak babi dipelihara dan dikandang sudah
terbuat dari beton baik dinding kandang maupun lantai (Kojo,et al, 2014). Contoh
pakan ternak seperti: batang pohon pisang, dedak padi, polar ketersediaannya
berlimpah dan mudah diperoleh (Sukanata,et al, 2014). Faktor berpengaruh
terhadap pendapatan usaha ternak babi antara lain: (a).biaya pakan, (b).jumlah
produksi, (c).jumlah anggota keluarga, (d).biaya tenaga kerja, (e).biaya sosial.
Metode Purpossive Sampling: 30 peternak; Teknik Sampling Total Quatoa
Sampling; Hasil penelitian: model usaha ternak babi di Kecamatan Tombulu yang
dominan adalah kombinasi dari pembibitan dan penggemukan. Pendapatan yang
diperoleh dari Usaha Ternak Babi sebesar Rp.39.207.785/periode atau
Rp.3.920.778/bulan. Jumlah produksi, biaya pakan dan biaya social adalah faktor
yang sangat berpengaruh pada pendpaatan usaha ternak babi.
Memaksimumkan Laba
a. ( = TR −TC)
Secara Teoritis Profit /Laba /Keuntungan adalah kompensasi atas resiko yang
ditanggung oleh pihak perusahaan (usaha peternak babi). Asumsinya, “semakin
besar resiko laba/keuntungan yang diperoleh harus semakin besar, maka laba atau
keuntungan / profit adalah nilai penerimaan (Revenue) total perusahaan (TR)
dikurangi total biaya (TC / Total Cost) yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan
atau usaha peternak babi”. Jika Laba/profit/keuntungan ( = TR −TC) Total
Revenue atau (TR)/Penerimaan Secara Keseluruhan yaitu Penerimaan Total
Produsen dari Hasil Penjualan Outputnya Kali Harga Jual Ouput, yaitu
P = Price (Harga);
Q = Quantity (Kuantitas Barang dan Jasa).
16
Penerimaan Rata-Rata (AR atau Average Revenue) yaitu Penerimaan Produsen
Per Unit Output yang Dijual.
Biaya secara Keseluruhan (TC atau Total Cost) adalah Jumlah Biaya yang
Dikeluarkan atau Jumlah Yang Dibayarkan Perusahaan (Usaha peternak Babi)
untuk membeli berbagai input variabel untuk keperluan /kebutuhan produksinya
atau usaha peternak babi.
b. TC = FC +VC
Fixed Cost atau Biaya Tetap adalah biaya yang tidak berubah seiring dengan
kenaikan atau penurunan jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau dijual. FC
atau Biaya Tetap merupakan biaya yang harus dibayar oleh perusahaan/ usaha
peternak babi, terlepas dariaktivitas bisnis tertentu.
Variable Cost atau Biaya Variabel (VC) adalah seluruh biaya yang
dibelanjakan/diproduksikan oleh pihak produsen (penjual) untuk mendapatkan
sejumlah faktor-faktor produksi (input) tertentu yang dibutuhkan oleh pihak
produsen/pihak penjual dan jumlahnya dapat dirubah.
17
Penelitian Terdahulu
18
ternak yang paling banyak dikembangkan oleh masyarakat Kecamatan Golewa
Selatan, Kabupaten Naga, Provinsi NTT.
AS 37 responden. Analisis Purpossive Sampling, secara Deskriptif.
Pengembangan peternakan berperan besar dalam pembangunan pertanian, baik
dalam aspek penyediaan pangan, penyerapan tenaga kerja, pengentasan
kemiskinan, maupun aspek kelestarian lingkungan hidup (Ririmasse, 2020).
Usaha ternak seperti babi, ayam, sapi, kerbau, domba dan kambing telah menjadi
bagian dari budaya, khusus dipelihara dengan tradisi berkelanjutan dari generasi
ke generasi untuk syarat utama dalam acara adat dan ritual budaya, mahar/belis
perkawinan serta pesta keluarga lainnya dan sebagian pelaku usaha berorientasi
bisnis, sehingga dalam pengembangannya diarahkan kepada peningkatan
keuntungan. Usaha pertanian dan peternakana dalam kehidupan masyarakat,
khusus pengembangan dan memanfaat sumbera daya secara optimal dan tepat
guna disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat, sarana prasarana, teknologi peternakan berkembang dan kelembagaan
serta kebijakan mendukung dalam upaya pembangaunan usaha peternakan yang
dijalankan (Prawira,dkk, 2015).Caranya adalah mengkaji potensi daerah pertanian
pada umumnya dan peternakan pada khususnya dalam mendukung pendpaatan
ekonomi rumah tangga petani (Tukan, 2020). Metode penelitian: melalui
wawancara, kuesioner. Jumlah sampel:12. Teknik Purpossive Sampling: analisis
Deskriptif.
Hasil penelitian: 1).Keterkaitan dengan karakteristik responden dalam
pengambilan keputusan untuk beternak adalah: (a).Rata-rata usaia peternak
tergolong dalam usia produktif dengan rata- rata usia: 51,5 tahun; (b).Rata-rata
tingkat pendidikan peternak babi sudah cukup memadai dengan rata-rata
pendidikan yang ditempu tamatan SMA; (c).Rata-rata jumlah anggota rumah
tangga peternak babi sebanyak 4,5 orang, (d).Rata-rata pengalaman beterrnak babi
sudah lebih dari 15 tahun; (2).Komoditas Ternak babi unggulan masyarakat
Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Naga adalah ternak ayam dan babi,
dengan masing-masing % jumlah kepemilikan pada Kriteria I ternak ungags
sebanyak: (43,53%) dan ternak babi sebanyak (29,41%), sedangkan pada Kriteria
19
II: ternak unggak sebanyak (29,02%) dan ternak babi sebanyak (22,93%).
Gawang E, Nono O,Luruk M, Keban A,(2022):”Analisis Usaha Ternak
Babi di Kabupaten Alor”, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
pendapatan dan kelayakan finansial dari usaha ternak babi di Kabupaten Alor.
Pembangunan Sub sektor Peternakan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan
untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya, berupa: lahan, ternak dan pakan
serta faktor produksi lainnya, berupa: tenaga kerja dan modal. Sebagai bagian
integral dari sektor pertanian, sub sektor peternakan memiliki nilai strategis dalam
pemenuhan kebutuhan manusia akan protein hewani, dimana kebutuhan semakin
meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan
pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi yang berimbang. Kebijakan
pembangunan peternakan diarahkan untuk mengingkatkan mutu ternak,
produktivitas ternak dan pemerataan ternak, produktivitas ternak, pemerataan
konsumsi akan protein hewani. Setiap cabang usaha ternak diharapkan dapat
memberikan sumbangan berarti dalam upaya meningkatkan dan mendistribusikan
pendapatan secara merata bagi peternak. Salah satu jenis ternak berperan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia akan protein hewani, serta meningkatkan
pendapatan pelaku usahanya adalah ternak babi, dikenal sebagai salah satu jenis
ternak dapat berkembang biak dengan cepat, mampu memanfaatkan hamper
segala jenis pakan serta memiliki nilai jual relative tinggi, baik di pasar dalam
negeri maupun luar negeri. Menurut Rodjak (2006): ternak babi berperan penting
sebagai cara Diversifikasi resiko dan keamanan kehidupan petani kecil maupun
rumah tangga miskin. Keuntungan dari beternak babi adalah makanan babi
mudah didapat, karena babi termasuk hewan Omnivora (peternakan segala) serta
kotoran babi sangat berguna sebagai pupuk (Kucain, et al, 2017). Metode
penelitian data kualitatif: data menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian,
menjelaskan sistem pemeliharaan ternak babi. Data Kuantitatif: data berupa angka
biaya produksi ternak babi, biaya peralatan, biaya tenaga kerja, biaya lain
berhubungan usaha ternak babi. Data Primer: wawancara: umur, pekerjaan
peternak, jumlah anggota keluarga, jumlah ternak, biaya, pakan, penjualan ternak,
harga penjualan. Data Sekunder: data dari buku, laporan, instansi pemerintah,
20
Dinas Peternakan. Dalam proses produksi usaha ternak babi, mempunyai kendala
sering dialami oleh peternak adalah (a).tingginya biaya produksi, (b).terjadinya
kenaikan biaya produksi tanpa di ikuti keuntungan merupakan masalah bagi
peternak, karena bahan input (biaya produksi) merupakan faktor penentu dalam
usaha peternakan babi dengan alasan ternak babi dalam memproduksi bahan input
(biaya produksi) merupakan faktor penentu dalam usuaha peternakan tetap
memelihara ternak babi dengan alasan ternak babi dapa mengkonsumsi banyak
jenis makanan, bahkan sisa makanan atau limbah dapur dan hasil ikutan pada
produk pertanian sebagai bahan pakan. Penggunaan input yang belum efisien akan
menyebabkan produktivitas yang rendah, sehingga keuntungan yang diterima
tidak maksimal dan tidak diketahui tingkat kelayakan dari usaha yang
dijalankannya. Tujuan untuk mengkaji usaha ternak babi didekati dengan analisis
usaha pendapatan dan analisis finansial Metode penelitian digunakan metode
Survei dan metode pengambilan contoh secara bertahap (multi stage sampling).
Data primer: wawancara langsung, Data Sekunder: instansi. Metode penelitian
acak non proporsional: 80 peternak. Analisis Pendapatan dan Analisis Finansial.
Metode Analisis Data: Deskriptif Kuantitatif: TC = TFC +TVC; R /C = Benefit
Cost Ratio adalah besaran nilai menunjukkan perbandingan antara Laba Bersih
(Benefit = B) dengan Total Biaya (TC = Total Cost).
*Nilai B/C > 0, maka usaha menghasilkan keuntungan,sehingga layak secara
ekonomis.
*Nilai B/C <0, maka usaha mengalami kerugian secara ekonomi.
*Nilai B/C = Total Keuntungan/Total Biaya.
BEP/Break Event Point keadaan perusahaan didalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
BEP Produksi yaitu jumlah produksi (unit) minimal yang harus dihasilkan,
dimana produsen (penjual) pada posisi tidak rugi dan tidak untung.
BEP (Produksi) = Total Cost (TC) / Price Selling (Harga Penjualan).
BEP Harga adalah tingkat atau besarnya harga per unit suatu produk yang
dihasilkan produsen (penjual) pada posisi tidak untung dan tidak rugi. BEP Harga
menjelaskan besarnya harga minimal per unit barang yang ditetapkan produsen.
21
BEP (Harga) = (TC /Biaya Total) / (Produksi Jumlah). Simpulan: (1).Usaha
ternak babi yang dijalankan oleh peternak di Kabupaten Alor telah memberikan
pendapatan real sebesar Rp.9.924.651 /tahun atau pendapatan berdasarkan
perhitungan biaya tunai sebeara Rp.2.599.941. (2). Usaha ternak babi di
Kabupaten Alor sudah layak secara Finansial dengan Nilai R/C = 3,48; B/C =
2,48; BEPq =0,29 ST, BEPs = Rp.426,200. Hasil penelitian: rata-rata
pendapatan/BiayaTotal/TC diperoleh tiap peternak dari usaha ternak
babi:Rp.9.924.651/tahun. Pendapatan atas Biaya Tunai: Rp.2.565.807/tahun.
Analisis Finansial: nilai R/C = 3,48; Nilai B/C = 2,48. BEP Q= (0,29). ST dan
BEPS = Rp.426.200. Hasil analisis bahwa usaha ternak babi di Kabupaten Alor
sudah menguntungkan dan layak secara finansial.
22
mempunyai efek negatif dan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan,
terutama didaerah permukiman dengan penduduk padat, karena dapat
menimbulkan polusi air, polusi udaha (bau). Polusi suara dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi ternak. Eksternalitas Negatif
dari usaha ternak babi merupakan biaya lingkungan (Social Cost) harus
ditanggung oleh penduduk sekitar. Identifitikasi Dampak Negatif Sistem Sosial
Ekonomi usaha ternak babi, maka perlu dilakukan penting perhitungan aspek
lingkungan dalam usaha ternak babi. Analisis Manfaat dan Biaya: lingkungan,
analisis sosial dapat diterima oleh masyarakat dan menentukan keuntungan
konvensional, yaitu selisihh Penerimaan Kotor (Gross Revenue) dan Biaya
Produksi (Cost Production): tanpa memperhitungkan Manfaat dan Biaya Sosial:
Finansial kegiatan khusus Produksi Ternak Babi dan Green/Net Benefit yaitu
perhitungan secara Ekonomi dengan Memasukkan Biaya Lingkungan, dan
Kelayakan Usaha baik secara Finansial maupun Ekonomi bagi kepentingan
peternak maupun peluang perkembangan ekonomi daerah. Pola usaha ternak babi
di Indonesia sangat bervariasi, dari usaha Tradisional hingga Industri Peternakan.
Menurut Pond dan Manner (1974): peternakan babi sebagai sarana untuk
menghasilkan protein hewani, sarana untuk mendatangkan keuntungan bagi
pengusaha, karena ternak babi dapat mengubah atau memanfaatkan sisa makanan
yang sudah tidak digunakan oleh manusia menjadi daging dan lemak yang
mempunyai nilai gizi tinggi. Menurut Soekartawi,et al (1985): analisis Peternakan
Babi didasarkan pada Masukkan (Input) dan Penerimaan dari Penjualan Hasil
(Output). Penerimaan adalah ukuran hasil produksi total sumberdaya yang
digunakan dalam usaha ternak babi. Menurut Bishop dan Thoussaint (1986):
jumlah penerimaan yang akan diperoleh peternak dari suatu proses produksi
dapat ditentukan dengan : mengalikan Jumlah Produksi yang Dihasilkan dengan
Harga Produksinya.
23
yang berlainan penilaiannya adalah:
(1). Dalam Analisis Ekonomi: Pajak Tidak dianggap sebagai Biaya dalam
perhitungan, sedangakan dalam Analisis Finansial: Pajak termasuk Biaya.
(3). Dalam Analisis Finansial, digunakan Harga Pasar (Market Prices), sedangkan
dalam Analisis Ekonomi digunakan Shadow Price menggambarkan Nilai Sosial
atau Nilai Ekonomi yang sesungguhnya dari Unsur Biaya maupun Hasil.
(5). Menurut Squire dan Van Der Tak (1982): Faktor yang Supply sudah tetap,
seperti: Tanah dan Tempat Bangunan, mungkin menghasilkan Sewa. Oleh karena,
Nilai Opportunity Cost bagi perekonomian yang berlaku.
24
adanya peternak babi partai besar dari luar daerah mendominasi pengiriman babi
kedalam daerah sehingga sudah terpenuhi dan harga babi akan turun.
Kesimpulan:(1).Perhitungan Pendapatan Peternak menunjukkan jenis
penggemukan merupakan alternatif usaha berprospek dari sisi finansial, karena
memberikan pendapatan tinggi bagi peternak, sedangakan disisi Ekonomi atau
Sosial mempertimbangkan Aspek Lingkungan, Usaha Ternak Babi Jenis
Kominasi merupakan Prospek pengembangan usaha terbaik;(2).Analisis
Sensitivitas menunjukkan penurunan Harga Babi mempengaruhi pendapatan
peternak dibandingkan peningakan harga pakan maupun peningkatan biaya
lingungan; (3).Analisis Sensitivitas ternyata jenis pembibitan mudah terimbas
oleh penurunan harga babi maupun peningaktan biaya lingkungan sedangkan jenis
kombinasi paling tidak terpengaruhi atau kurang peka terhadap kenaikan harga
pakan, penurunan harga babi, maupun peningkatan biaya lingkungan; (4).Analisis
Pendapatan Peternak maupun Pengembangan Kelayakan usaha menunjukkan
dari sisi Finansialnya hasil lebih tinggi dibandingkan penilaian secara Ekonomi,
karena penilaian secara Ekonomi memperhitungkan Harga Penyesuaian Biaya
Lingkungan sehingga didapatakan Nilai Lebih Rendah. Saran: Alokasi Modal
yang dimiliki untuk peningkatan Kualitas Bibit dan Pemeliharaan yang Benar,
sehingga Pengembangan Usaha Ternak Babi lebih menguntungkan; (2).Dalam
perbaikan Lingkungan dengan memperhatikan Kenyamanan dan Kesehatan
Lingkungan, dimana peternak dapat melakukan Usaha pada Tempat yang Terpisah
dari Permukiman, karena peningkatan peran dan koordinasi paguyuban ternak,
masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan. Implikasi adalah usaha ternak babi
sudah berlangsung lama dan turun temurun serta menjadi sumber pengahasilan
pokok peternak memerlukan pengelolaan secara optimal dan efisien. Pendekatan
Sosial yaitu pendekatan Teknologi dengan cara: pendayagunaan limbah, lebih
efektif melalui perbaikan pembuatan septic tank lebih lengkap sehingga
penanganan kotoran menjdai lebih bernilai jual. Pendekatan Ekonomi: cara
pemberian kompensasi, melalui perbaikan fasilitas pembangunan desa dan
bantuan dana incidental. Pendekatan Institusional dengan cara : melibatkan
peranan institusi terkait, yaitu Apara Desa dan Pemerintah, dalam hal: pembinaan
25
usaha dan realisasi pembuatan kandang kelompok babi yang terpisah dari
permukiman masyarakat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
peternak dengan tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat maupun
memberikan kontribusi tambahan bagi Pendapatan Daerah (PAD/ Pendapatan
Asli Daerah). Sawo K, (2020): “Klasifikasi Struktur Populasi Ternak Babi di
Kelurahan anabarua Distrik Nabire”: (Para- Para ; Volume 1, Nomor:2,
Desember 2020; ISSN:2746- 217x): Jurnal Ilmu Peternakan, Universitas Satya
Wiyata Mandala Nabire): Bertujuan untuk (1).mengetahui struktur populasi ternak
babi; (2).ketersediaan ternak pejantan di Kelurahan Nabarua, Distrik Nabire,
Kabupaten Nabire. Metode Penelitian adalah Deskriptif dengan Teknik Sensus,
dengan diperoleh 99 Peternak Babi, diwawancara mengetahui jumlah dan struktur
populasi serta ketersediaan ternak pejantan ternak babi di Kelurahan Nabarua.
Hasil penelitian dianalisis secara Tabulasi untuk mengetahui % dari setiap
komponen struktur popluasi yang ada. Hasil penelitian: tingkat kepemilikan
ternak pada rumah tangga peternak yang paling banyak adalah 1-5 ekor (46,15%),
struktur populasi ternak anak babi sebesar:20,39%; ternak betian adalah 55,90%
dengan rincian ternak dewasi:21,21%; ternak mudal: 14,18% dan ternak anak: 20-
50%, khusus untuk poplasi ternak jumlah dewasa, maka pemanfaatan ternak
sebagai pejantan adalah 10,49% dan ternak siap potong adalah 89,53%.
Kesimpulan: (1).Jumlah kepemilikan ternak palingbanyak adalah 1-5 ekor
(46,15%); (2).Struktur populasi ternak babi, ternak jantan adalah (44,10%),
dengan rincian ternak dewasa: (10,29%) ternak muda (13,46%), dan ternak anak
(20,39%); (3).Struktur Populasi ternak Babi, ternak betina adalh (55,90%), dengan
rincian: ternak dewasa (21,21 %), ternak muda (14,18%); ternak anak (20,50%);
(4).Berdasarkan jumlah populasi ternak jantan dewasa, maka pembanfaatan ternak
untuk pemacek adalah (10,49%) dan ternak siap potong adalah (89,53%). Saran:
diperlukan pengkaian apakah ada gangguan Reproduksi Ternak Induk, sehingga
peningkatan angaka kelahiran anak babi dapat ditingkatkan.
26
dengan memperhitungkan linkungan, jenis kombinasi memberikan pendapatan
tertinggi. Analisis Sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga babi
berpengaruh terhadap penurunan pendapatan peternak dibandingkan peningkatan
harga pakan dan peningkatan biaya lingkungan. Jenis pembibitan paling peka
terhadap Analisis Sensisitivitas, sedangkan jenis kombinasi penggemukkan dan
pembibitan tidak terpengaruhi.
27
membutuhkan kualitas sumberdaya manusia, pendidikan, pengalaman, umur dan
pengetahuan yang baik, manajemen yang produktif dan efisien berkelanjutan,
teknologi dan faktor pendukung faktor-faktor produksi dan jumlah pemilikan
peternak babi, alasan memelihara ternak babi, jumlah anggota keluarga terlibat,
sistem pemeliharaan, pakan ternak babi, pengembangan, pemasaran ternak babi,
faktor internal dan eksternal, faktor biaya produksi peternak babi, sumber daya
ekonomi dalam menunjang pendapatan keluarga peternak babi di Desa
Tondegesan belum memadai, nilai gizi/nutrisi terkandung dalam bahan pangan
asal hewan ternak babi sangat diperlukan untuk manfaat membuka wawasan
masyarakat konsumsi gizi beternak babi, vaksinasi/pengobatan, reproduksi, tata
cara pemeliharaan yang informatif, mudah dipahami, melakukan demo pembuatan
makanan olahan dari bahan pangan asal hewani, potensi sumberdaya manusia
dalam pengembangan peternak babi, peran aktif pihak pemerintah memberikan
pengetahuan pengembangan peternak babi dalam hal budidaya babi, penerapan
teknologi pengolahan pakan ternak inovatif melalui penyuluhan dan pelatihan
pembuatan pakan olahan, bantuan dalam modal/uang untuk peningkatan skala
usaha ternak babi mulai dari tingkat regional,nasional dan internasional. Oleh
karena itu, dibutuhkan proses biaya produksi untuk menghasilkan output yatu
biaya tetap dan biaya variabel. Dimana usaha peternak babi Desa Tondegesan
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarganya untuk kesejahteraan
masyarakat umumnya dan sisi rumah tangga keluarga yang berprinsip untuk
menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik peternak hewan babi baik
dalam bentuk penerimaan maupun tagihan/utang.
Menurut Indriyo (2010) bahwa Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi,
meliputi: (a).Tanah (Land):sewa (rent); (b).Tenaga kerja (Labor):(upah/tenaga
kerja tidak terdidik dan tidak terlatih): (wage) dan (gaji/ tenaga kerja terdidik dan
terlatih): (salary); (c).Modal (Capital):tingkat suku bunga:(interest rate/i),
terbagi 2:(modal tetap dan tidak tetap); (d).Enterpreneurship/Wirausaha:
Pengusaha: Profit (keuntungan).
28
Kerangka Berpikir
PENERIMAAN
PENDAPATAN
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Menurut Ferdinan (2005:58): jumlah variabel independen dilakukan dengan
25 sampel. Jumlah variabel independent dalam penelitian ini adalah 1 dan variabel
dependent adalah 1, jadi variabel dalam penelitian ada 2 sehingga 2 X 25 = 50
responden. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden/konsumen yang
beternak babi di desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
b. Observasi
c. Wawancara
d. Dokumentasi
31
data, informasi kealamian yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif kuantitatif. Untuk menghitung tingkat keuntungan ekonomis babi yang
akan menggunakan analisis Break Event Point (BEP) penerima, pendapatan, biaya
kemudian dilanjutkan dengan analisis return cost ratio.
a. BEP (Break Event Point) adalah suatu titik keadaan dimana penjualan
dan pengeluaran sama atau suatu kondisi dimana penjualan perusahaan
cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya.
𝑻𝑪
BEP =
𝑷
TR = Y . PY
Dimana :
TR = Total penerima
c. Biaya total adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk ternak babi,
dengan rumus :
TC = FC + VC
Dimana :
32
rumus :
PD = TR-TC
Dimana :
PD = Pendapatan
A = R/C
Dimana :
R = Penerimaan
C = Total cost
1. Uji Normalitas
2. Uji Validitas
33
mempunyai validitas, bila ukuran tersebut benar-benar dapat mengukur
apa yang dikehendaki untuk diukur. Untuk menguji validitas skala,
sering digunakan beberapa cara yaitu dengan melihat validitas
sebelumnya, dengan meminta pendapat para ahli atau dengan
menggunakan kriteria bebas lainnya merupakan efek komposit terhadap
item yang ingin dibuat skalanya.
3. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas Suatu pengukur dikatakan Reliabel, apabila pengukur
tersebut menghasilkan hasil yang konsisten. Instrumen yang Reliabel
adalah instrument yang kuat (robust), bekerja secara bik pada waktu yang
berbeda-beda dan dalam kondisi yang berbeda-beda (Yusi, 2009:90).
4. Uji T
Untuk menguji apakah variabel koefisien signifikan atau tidak, maka
dilakukan pengujianmelalui Uji T.
Rumus: t hitung = T hitung
r xy = Pangkat2 Korelasi Variabel X danY
n = Jumlah variabel.
34
BAB IV
35
dengan keadaan Topografis: datar sampai dengan miring. Adapun jenis tanah
yang dominan adalah Royosol dan Andosol dengan ph.4.5 – ph 7.5 dan didukung
oleh kompleks pusat pertokoan pasar tradisional, pasar hewan, terminas bus dan
angkutan di Kawangkoan merupakan pasar hewan yang barometer di Propinsi
Sulawesi Utara, menyebabkan pasar di Kawangkoan ini menjadi ajang pertemuan
para pedagang hewan, khususnya mengenai perdagangan sapi, babi dan kuda,
anjing dan sebagainya, selain bagian besar digunakan untuk peternakan hewan,
seperti Peternakan Babi.
Tabel 4.1.
Keadaan Penduduk Desa Tondegesan Satu,
Kecamatan Kawangkoan, Tahun 2017-2021.
No. Jenis Kelamin Dusun Dusun Dusun Dusun Jumlah %
I II III IV
36
Dusun II berjumlah 60 orang ; Dusun III berjumlah 60; Dusun IV berjumlah 83,
secara keseluruhan tahun 2017 laki-laki berjumlah 275 orang. (2).Jenis Kelamin
Perempuan Dusun 1 berjumlah 88 orang; Dusun II berjumlah 75 orang; Dusun III
berjumlah 79 orang; Dusun IV berjumlah 92 orang; secara keseluruhan tahun
2017 perempuan berjumlah 334 orang. Jadi jenis kelamin perempuan lebih
banyak dari pada jenis kelamin laki-laki dengan selisih Dusun I: 16 orang; Dusun
II: 15; Dusun III: 19 orang; Dusun IV: 9 orang.
Mata pencaharian merupakan salah satu sumber potensial suatu daerah Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan, karena memberikan kontribusi bagi
pembangunan daerah, sasarannya adalah mencapai kesejahteraan masyarakatnya.
Tabel 4.2.
Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Peternak Babi 226 80,4
2 Pedagang 16 1,9
3 Tukang 11 1,4
4 PNS 124 22,0
5 Buruh 62 10,3
6 Lainnya 52 4,8
Jumlah 491 100
Sumber: Data Primer Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Keterangan: Data Mata Pencaharian Keadaan Penduduk: Kantor Desa Tondegesan
37
nomor 3; Lainnya = 52 orang atau (4,8%) atau urutan nomor 4.
Tabel 4.3.
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Pra Sekolah 264 32,8
2 SD (Sekolah Dasar) 45 5,32
3 SLTP (Sekolah Lanjutan 40 5,48
Tingkat Pertama)
4 SLTA (Sekolah Lanjutan 62 7,0
Tingkat Atas)
5 Sarjana (Strata -1) 80 16,4
Jumlah 491 100 %
Sumber: Data Primer Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pra Sekolah sampai S-1.
Keterangan: Kantor Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
38
orang atau (16,4%). Jadi, total keseluruhan tingkat pendidikan masyarakatnya
berjumlah 491 orang.
39
33,3 %. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat tingkatan umur penduduk Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan 1, Tahun 2017 – 2021 memiliki mata
pencaharian sebagian sebagai peternak babi umurnya masih berada dalam usia
yang produktif. Dalam rentang usia ini penduduk masyarakat berada pada usia
produktif memiliki kemampuan fisik yang memungkinkan untuk memelihara
peternakan babi, dipelihara, sampai olahan pakan makanan ternak babi,
kebersihan, suntikan, kosentrat, dan selama melahirkan anak babi baru masa
depan sebagai regenerasi baru periode selama 6 bulan. Lahan peternakan babi
membutuhkan situasi dan kondisi 2 musim yaitu musim kering dan musim
hujan, terletak pada ketinggian 400 – 800 dpl dengan keadaan topografi datar
sampai dengan miring, jenis tanah yang dominan adalah reyosol dan andosol
dengan ph.4,5 – ph.7,5 dan didukung dengan dekat kompleks wilayah
Kawangkoan, Desa Tondegesan oleh pusat pertokoan, pasar tradisional, pasar
hewan, terminal bus dan angkutan di kompleks terminal Kawangkoan merupakan
pasar hewan yang barometer di Propinsi Sulawesi Utara, bagian Kabupaten
Minahasa, khusus wilayah Kawangkoan 1: Desa Tondegesan sebagai anjang
pertemuan para pedagang hewan, khusus perdagangan sapi, babi dan kuda, bebek
(itik)/angsa/bebek manila dan ayam dan khususnya peternakan hewan babi.
(b) Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi
suatu masyarakat Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan, asumsinya bahwa
“Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah
menerima informasi mengenai peternakan babi”. Dalam bidang Peternakan Babi,
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan sumberdaya manusia berpikir
dalam pengambilan keputusan dalam usaha peternakan babi. Tingkat Pendidikan
yang dimaksud adalah Pendidikan Formal yang pernah diikuti oleh Peternakan
Babi, seperti mendapat penyuluhan dan pelatihan dari Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Minahasa dan Tingkat Propinsi Sulawesi Utara.
40
Tabel 4.5.
Data Tingkat Pendidikan Responden Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
No. Pendidikan Terakhir Banyaknya Persentase (%)
1. Tamat Sekolah Dasar (SD) 104 73,3
2 Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat 62 20
Pertama (SLTP)
3 Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 49 6,6
(SLTA)
4 Tamat Sarjana Satu (S-1) - -
Jumlah 215 100%
Sumber: Data Distribusi Responden Tingkat Pendidikan Tamat SD sampai Tamat S-1
Keterangan: Data Primer diolah Tahun 2022
41
Tabel 4.6.
Data Jumlah Tanggungan Keluarga Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Nomor Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase ( %)
1 4 orang 120 66,7
2 3 orang 40 13,4
3 2 orang 40 13,4
4 1 orang 15 6,8
Jumlah 215 100%
Sumber: Data Primer Jumlah Tanggungan Keluarga Responden 1 orang sampai 4 orang dalam
Keluarga
Keterangan: Data Olahan Responden Data Primer Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
Tabel 4.2.4. Data Status Kepemilikan Tanah Penduduk Peternak Babi di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan menunjukkan bahwa Status Lahan Milik
Sendiri mempunyai jumlah responden sebanyak 215 orang atau (100%) dan Sewa
tidak ada.
42
(e) Pengalaman Berusaha Peternak Babi
Pengalaman usaha peternakan babi merupakan salah satu faktor dalam
peternakan babi, dimana keberhasilan produksi peternakan. Pengalaman yang
lebih lama membuat peternakan babi memiliki kemampuan dalam melakukan
kegiatan produksi dibandingkan dengan peternakan babi yang kurang
berpengalaman, menyebabkan peternakan babi yangberpengalaman dengan
memiliki sumber daya manusia mengenai masalah atau kendala dalam
memelihara dan beternak babi dalam membudidayakan atau mengembangkan
peternakan babi dalam memproduksi hewan babi untuk manajemen,
pemeliharaan, kandang, suntikan, konsentrat makanan dan minuman, dengan
pakan ternak hewan babi harus cepat besar dan sehat mengandung 6 unsur pokok
diantaranya: (1).Protein, (2).lemak, (3).Serat kasar; (4).Vitamin, (5).Mineral;
(6).Air. Bahan Pakan Ternak mengandung: (1).Mineral; (2).Konsentrat;
(3).Vitamin. Adapun manfaat peternakan babi yaitu: (1).Bisa menjadi simpanan
atau tabungan untuk masa depan; (2).Limbahnya dapat menghasilkan pupuk
organic; (3).Energi dalam bentuk Biogas.
Pengembangan peternakan babi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
berupa iklim secara langsung terhadap peternakan babi, seperti: suhu, kelembaban
dan curah hujan. Menurut Sarajar (2019)untuk ternak babi sebagai usaha
menunjang perekonomian peternakan babi dan mendorong peningkatan konsumsi
protein hewani. Menurut Tulak, (2017): strategi pengembangan peternakan babi
digunakan harga yang menyelesaikan permasalahan budaya atau acara adat dan
potensi dan faktor lingkungan eksternal dan internal serta strategi pengembangan
usaha peternakan babi. Menurut Wea (2007): karakteristik peternak babi dan
manajemen pemeliharaan babi lokal dan menggunakan perayaan adat/keagamaan.
Menurut Warsito (2017): pengetahuan manajemen peternakan dan pemanfaatan
hasil ternak babi sebagai sumber gizi masyarakatnya untuk mata pencaharian dan
cara memperoleh daging hewan babi dan tata cara proses penyembelihan ternak
yang baik. Menurut Prawira (2015): Potensi pengembangan peternakan sapi untuk
usaha produktif dibidang peternakan secara mandiri dan potensial dan tepat guna
disesuaikan dengan keadaan alam,sosial ekonomi masyarakat, sarana dan
43
prasarana, teknologi peternakan berkembang dan kelembagaan dan kebijakan
mendukung dan faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh langsung terhadap
ternak, seperti suhu, kelembaban dan curah hujan, kualitas sumber daya
manusia dan pola peternakan hewan (babi) dan teknologi dan pengembangan
usaha ternak hewan (babi).
Tabel 4.8.
Data Pengalaman Berusaha Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
No. Pengalaman Berusaha Jumlah Responden Persentase (%)
Peternakan Babi
1 10 – 20 tahun 65 26,60
2 20 – 30 tahun 70 33,30
3 35 – 45 tahun 80 40,00
Jumlah 215 orang 100%
Sumber: Data Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berusaha Peternakan Babi
Keterangan: Data Primer dioleh Tahun 2022
44
daging babi yang dicapai 65 orang peternak babi atau (13,4%). Adapun jumlah
produksi babi untuk 70 orang peternak babi terdapat harga Rp.60.000 –
Rp.65.000/ kilogram atau (66,60 %). Sedangkan untuk jumlah produksi <
Rp.60.000 / kilogram atau (20%) terdapat 80 orang peternak babinya. Jadi jumlah
keseluruhan peternak babi adalah 215 orang,meliputi perkiraan harga daging babi
Rp. 60.000 / kilogram sampai Rp.80.000/ kilogram produksinya di dalam biaya.
Tabel 4.9.
Data Jumlah Produksi Peternak Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
No. Jumlah Produksi Jumlah Peternak Babi Persentase (%)
(< Rp.60.000 – Rp.80.000) (Orang)
1 Rp.70.000- Rp.80.000 65 13,40
2 Rp.60.000 – Rp.65.000 70 66,6
3 < Rp.60.000 80 20,00
Jumlah Total Produksi 215 100 %
Sumber: Data primer Jumlah produksi Peternak Babi berkisar < Rp.60.000 – Rp.80.000
Keterangan: Data Primer olahan Jumlah Produksi Peternak Babi berkisar < Rp.60.000 – Rp.80.000,
Tahun 2022
45
Tabel 4.10
Data Penerimaan Usaha Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga,
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021.
No. Nama Keluarga Peternak Penerimaan Harga Jual Kuantitas Anak
Babi (Revenue) (Price) Babi (Q)
1 Rarung Mangare 250.000 250.000 1
2 Rompas Lontoh 250.000 250.000 1
3 Lengkong Kures 250.000 250.000 1
4 Pantow Sorogan 250.000 250.000 1
5 Pantow Mamesah 250.000 250.000 1
6 Rambitan Sumual 250.000 250.000 1
7 Mangare Sumilat 250.000 250.000 1
8 Lendeon Mangare 250.000 250.000 1
9 Pontoh Mangare 250.000 250.000 1
10 Kumayas Mangare 250.000 250.000 1
11 Goni Najoan 250.000 250.000 1
12 Saada Sorongan 250.000 250.000 1
13 Nomor Assa 250.000 250.000 1
14 Lapian Najoan 250.000 250.000 1
15 Sumolang Najoan 250.000 250.000 1
16 Mames Lontoh 250.000 250.000 1
17 Lapian Sambow 250.000 250.000 1
18 Lapian Monintja 250.000 250.000 1
19 Goni Tilaar 250.000 250.000 1
20 Mangare Mangare 250.000 250.000 1
21 Goni Sumual 250.000 250.000 1
22 Sumolang Saada 250.000 250.000 1
23 Rompas Saada 250.000 250.000 1
24 Mangare Kalengkongan 250.000 250.000 1
25 Kalengkongan Mamesah 250.000 250.000 1
26 Mangare Mamesah 250.000 250.000 1
27 Tendean Sumolang 250.000 250.000 1
28 Tendean Runtuwarow 250.000 250.000 1
29 Lapian Lontoh 250.000 250.000 1
30 Lontoh Mangare 250.000 250.000 1
31 Rompas Saada 250.000 250.000 1
32 Lontoh Malonda 250.000 250.000 1
33 Lapian Sulu 250.000 250.000 1
34 Rintjap Loing 250.000 250.000 1
35 Saada Sumolang 250.000 250.000 1
36 Mames Langi 250.000 250.000 1
37 Lengkong Sumolang 250.000 250.000 1
38 Runtuwarow Najoan 250.000 250.000 1
39 Saada Mamahit 250.000 250.000 1
40 Sorongan Runtuwarow 250.000 250.000 1
41 Lontoh Najoan 250.000 250.000 1
42 Lontoh Sorongan 250.000 250.000 1
43 Sumilat Larunu 250.000 250.000 1
44 Monintja Saada 250.000 250.000 1
45 Kalengkongan Rambitan 250.000 250.000 1
46 Kalengkongan Sumolang 250.000 250.000 1
47 Suoth Goni 250.000 250.000 1
48 Mamesah Najoan 250.000 250.000 1
46
49 Rembet Mamesah 250.000 250.000 1
50 Najoan Najoan 250.000 250.000 1
51 Najoan Momor 250.000 250.000 1
52 Mangare Sangian 250.000 250.000 1
53 Monitja Rembet 250.000 250.000 1
54 Goni Mamesah 250.000 250.000 1
55 Sorongan Kalengkongan 250.000 250.000 1
56 Najoan Karepu 250.000 250.000 1
57 Ramawow Najoan 250.000 250.000 1
58 Pinontoan Sumampow 250.000 250.000 1
59 Lambaiga Sambuaga 250.000 250.000 1
60 Pinontoan Sumampow 250.000 250.000 1
61 Telew Mangare 250.000 250.000 1
62 Pangkey Goni 250.000 250.000 1
63 Turangan Pangkey 250.000 250.000 1
64 Runtuwarou Koolay 250.000 250.000 1
65 Najoan Mamahit 250.000 250.000 1
66 Penu Sengkey 250.000 250.000 1
67 Najoan Sumolang 250.000 250.000 1
68 Sumolang Wowiling 250.000 250.000 1
69 Telew Mangare 250.000 250.000 1
70 Pinontoan Ponomban 250.000 250.000 1
71 Kalangi Sambow 250.000 250.000 1
72 Saada Paisa 250.000 250.000 1
73 Kumayas Lapian 250.000 250.000 1
74 Soronggan Mamahit 250.000 250.000 1
75 Goni Sorongaan 250.000 250.000 1
76 Pantow Mangare 250.000 250.000 1
77 Rembet Assa 250.000 250.000 1
78 Tilaar Najoan 250.000 250.000 1
79 Monitja Mangare 250.000 250.000 1
80 Rembet Monitja 250.000 250.000 1
81 Mamesah Sumege 250.000 250.000 1
82 Mamesah Monitja 250.000 250.000 1
83 Pangkey Kumendong 250.000 250.000 1
84 Kalesaran Rasu 250.000 250.000 1
85 Pinontoan Mewengkang 250.000 250.000 1
86 Mewengkang Saada 250.000 250.000 1
87 Pangkey Telew 250.000 250.000 1
88 Lontoh Rintjap 250.000 250.000 1
89 Mangare Tuwo 250.000 250.000 1
90 Lontoh Trivena 250.000 250.000 1
91 Sumolang Runtuwarow 250.000 250.000 1
92 Sumolang Momor 250.000 250.000 1
93 Lapian Assa 250.000 250.000 1
94 Kalengkongan Najoan 250.000 250.000 1
95 Kalengkongan Pangemanan 250.000 250.000 1
96 Lontoh Kalengkongan 250.000 250.000 1
97 Pangkey Lombogia 250.000 250.000 1
98 Monitja Lengkong 250.000 250.000 1
99 Maarua Mumu 250.000 250.000 1
100 Rembet Monitja 250.000 250.000 1
101 Mangare Mangare 250.000 250.000 1
47
102 Mangare Tuwo 250.000 250.000 1
103 Kuhu Goni 250.000 250.000 1
104 Nayoan Goni 250.000 250.000 1
105 Tujuwale Mandang 250.000 250.000 1
106 Tilaar Kawalo 250.000 250.000 1
107 Lumentah Lontoh 250.000 250.000 1
108 Pinontoan Rondoh 250.000 250.000 1
109 Kumayas Saada 250.000 250.000 1
110 Kumayas Ahmad 250.000 250.000 1
111 Mamesah Goni 250.000 250.000 1
112 Nayoan Mamesah 250.000 250.000 1
113 Nayoan Rembet 250.000 250.000 1
114 Lontoh Nayoan 250.000 250.000 1
115 Rembet Mintjelungan 250.000 250.000 1
116 Sumilat Goni 250.000 250.000 1
117 Bolung Nayoan 250.000 250.000 1
118 Sumilat Raintung 250.000 250.000 1
119 Nayoan Tilaar 250.000 250.000 1
120 Walangitan Tendean 250.000 250.000 1
121 Sumolang Mangare 250.000 250.000 1
122 Kalengkongan Sumolang 250.000 250.000 1
123 Assa Kumayas 250.000 250.000 1
124 Goni Lontoh 250.000 250.000 1
125 Rembet Sumolang 250.000 250.000 1
126 Nayoan Tendean 250.000 250.000 1
127 Rembet Assa 250.000 250.000 1
128 Rembet Lontoh 250.000 250.000 1
129 Samola Kalengkongan 250.000 250.000 1
130 Sumolang Sambow 250.000 250.000 1
131 Tumbol Sumolang 250.000 250.000 1
132 Kumendong Sumolang 250.000 250.000 1
133 Kumendong Lontoh 250.000 250.000 1
134 Sumolang Lontoh 250.000 250.000 1
135 Sumolang Supit 250.000 250.000 1
136 Kumayas Rembet 250.000 250.000 1
137 Bororing Tumbol 250.000 250.000 1
138 Lengkong Saada 250.000 250.000 1
139 Umbas Kalengkongan 250.000 250.000 1
140 Sumolang Pantow 250.000 250.000 1
141 Rumagit Nayoan 250.000 250.000 1
142 Goni Mamesah 250.000 250.000 1
143 Tilaar Nayoan 250.000 250.000 1
144 Sumilat Nayoan 250.000 250.000 1
145 Tilaar Mangare 250.000 250.000 1
146 Mangare Halimongo 250.000 250.000 1
147 Honi Pantow 250.000 250.000 1
148 Mamesah Pantow 250.000 250.000 1
149 Rembet Mangare 250.000 250.000 1
150 Mangare Tendean 250.000 250.000 1
151 Sulu Mamesah 250.000 250.000 1
152 Wati Mangundap 250.000 250.000 1
153 Lengkong Nayoan 250.000 250.000 1
154 Saada Tinte 250.000 250.000 1
48
155 Suryanto Mangare 250.000 250.000 1
156 Kalengkongan Paendong 250.000 250.000 1
157 Lontoh Sorongan 250.000 250.000 1
158 Pantow Nayoan 250.000 250.000 1
159 Riduan Sumolang 250.000 250.000 1
160 Tompunu Lasut 250.000 250.000 1
161 Sengkey Rasu 250.000 250.000 1
162 Pangalila Rembet 250.000 250.000 1
163 Goni Goni 250.000 250.000 1
164 Saada Pangalila 250.000 250.000 1
165 Najoan Astriana 250.000 250.000 1
166 Najoan Polii 250.000 250.000 1
167 Tendean Polii 250.000 250.000 1
168 Sendow Lontoh 250.000 250.000 1
169 Senduk Monitja 250.000 250.000 1
170 Lengkong Sembel 250.000 250.000 1
171 Tewu Rembet 250.000 250.000 1
172 Pantow Tamburian 250.000 250.000 1
173 Najoan Longdong 250.000 250.000 1
174 Sela Mangare 250.000 250.000 1
175 Mintjelungan Lontoh 250.000 250.000 1
176 Kalengkongan Musak 250.000 250.000 1
177 Sinyal Kuhu 250.000 250.000 1
178 Tamunu Kuhu 250.000 250.000 1
179 Sumolang Momor 250.000 250.000 1
180 Najoan Samola 250.000 250.000 1
181 Lontoh Lontoh 250.000 250.000 1
182 Najoan Sorongan 250.000 250.000 1
183 Giroth Sorongan 250.000 250.000 1
184 Kalengkongan Sorongan 250.000 250.000 1
185 Liu Saada 250.000 250.000 1
186 Mamahit Emor 250.000 250.000 1
187 Najoan Mangare 250.000 250.000 1
188 Rembet Paendong 250.000 250.000 1
189 Sengeky Rembet 250.000 250.000 1
190 Mangegong Runtuwarou 250.000 250.000 1
191 Kalengkongan Monintja 250.000 250.000 1
192 Umbas Kalengkongan 250.000 250.000 1
193 Kalengkongan Najoan 250.000 250.000 1
194 Tendean Najoan 250.000 250.000 1
195 Koyongian Sumolang 250.000 250.000 1
196 Assa Kuhu 250.000 250.000 1
197 Rembet Assa 250.000 250.000 1
198 Sukarya Mintjelungan 250.000 250.000 1
199 Sorongan Najoan 250.000 250.000 1
200 Panambunan Kuhu 250.000 250.000 1
201 Lontoh Diko 250.000 250.000 1
202 Najoan Saada 250.000 250.000 1
203 Wentunusa Najoan 250.000 250.000 1
204 Rawis Sengkey 250.000 250.000 1
205 Pangkey Rembet 250.000 250.000 1
Jumlah Rp.51.250.000 Rp.51.250.000 1
Sumber: Data Primer Penerimaan Usaha Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga Tahun 2017 : Keternagan: Data diolah Tahun 2017.
49
(c) Biaya Produksi (Cost Production) Usaha Peternak Babi
Biaya Produksi (Cost Production) adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha
peternak babi selama proses manufacturing atau pengelolaan dengan tujuan
menghasilkan produk yang akan dan siap untuk dipasarkan (pemasaran)
/marketing: pihak Demand/Permintaan/Pembeli dan pihak Supply/Penjual.
50
Tabel 4.11.
Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021.
Biaya TP 6 12 2 3 4 5
No. Keterangan
(BV)/VC Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
1. Biaya Pemilihan Bibit
Ternak Babi 123.000.000 246.000.000 492.000.000 738.000.000 984.000.000 1.230.000.000 @ Rp. 600.000
51
= Rp. 400.000 × 205 KK
= Rp. 82.000.000/205KK
10. Biaya Panen Ternak Babi
@ Rp. 60.000/Kg × 100Kg
( Babi Dewasa atau Harga
1.230.000 2.460.000.000 4.920.000.000 7.380.000.000 9.840.000.000 12.300.000.000 = Rp. 6.000.000/100Kg
Penjualan/Pemasaran di
6 bln/Ekor Hwan Babi Dewasa
pasar.
11. @ Rp. 300.000/Biaya Tranportasi/KK
Biaya Transportasi 61.500.000 123.000.000 246.000.000 369.000.000 492.000.000 615.000.000 × 205 KK
= Rp. 61.500.000/205 KK
Jumlah : = ∑ (𝑹𝒑) 1.834.500.000 6.663.800.000 5.166.000.000 24.113.150.000 26.902.450.000 38.055.750.000 Rp. 102.375.650.000/Thn 2017-2021/205KK
Sumber : Data Primer Peternak Babi Biaya Tidak Tetap Tahun 2017-2021
Keterangan : Data Primer diolah Tahun 2022
52
Tabel 4.12
Total Biaya Produksi (TC) Peternak Babi Di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021.
Biaya Total
= FC + VC
No. Jenis Biaya = (TC) Keterangan
1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun
A. Fixed Cost (FC)
a. Pajak 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
b. Air Bersih 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
c. Kandang Ternak Babi 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000
d. Sapu Lantai (Ijuk) 120.000 240.000 360.000 480.000 600.000
e. Sapu Lidi Kayu 120.000 240.000 360.000 480.000 600.000
f. Sekop 150.000 300.000 450.000 600.000 750.000
g. Selang Air 250.000 500.000 750.000 1.000.000 1.250.000
h. Ember 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000
i. Sikat Sapu Plastik 400.000 800.000 1.200.000 1.600.000 2.000.000
j. Gayung 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
k. Masker Muka 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
A. Variable Cost (VC)
l. Sarung Tangan/Topi 20.000 410.000 615.000 820.000 1.025.000
m. Sepatu Boot Plastik/Karet 51.250.000 102.500.000 104.000.000 205.000.000 256.250.000
n. Fasilitas Suntikan Hewan Babi 10.250.000 20.500.000 30.750.000 41.000.000 51.200.000
o. Dokter Hewan Rutin Ternak Babi 30.750.000 61.250.000 92.250.000 123.000.000 153.750.000
p. Tempat Makanan Ternak Babi 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
q. Tempat Minuman Ternak Babi 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
PLN/Balon Lampu/Kabel Listrik/ Seng
r. 150.000 300.000 450.000 600.000 750.000
Aluminium Biasa
s. Tali Timba Ternak Babi 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000
Jumlah Biaya Tetap (FC) = 𝑭𝑪 ∑ 100.160.000 200.940.000 254.000.000 402.380.000 502.925.000 ∑ 𝟏. 𝟒𝟔𝟏. 𝟏𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎
53
Tabel 4.12
Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021.
Biaya TP 6 12 2 3 4 5
No. Keterangan
(BV)/VC Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
Biaya Pemilihan Bibit
1. Ternak Babi 123.000.000 246.000.000 492.000.000 738.000.000 984.000.000 1.230.000.000 @ Rp. 600.000
54
= Rp. 400.000 × 205 KK
= Rp. 82.000.000/205KK
Biaya Panen Ternak Babi
@ Rp. 60.000/Kg × 100Kg
( Babi Dewasa atau Harga
10. 1.230.000 2.460.000.000 4.920.000.000 7.380.000.000 9.840.000.000 12.300.000.000 = Rp. 6.000.000/100Kg
Penjualan/Pemasaran di
6 bln/Ekor Hwan Babi Dewasa
pasar)
@ Rp. 300.000/Biaya Tranportasi/KK
11. Biaya Transportasi 61.500.000 123.000.000 246.000.000 369.000.000 492.000.000 615.000.000 × 205 KK
= Rp. 61.500.000/205 KK
Rp. 102.375.650.000/Thn
Jumlah : = ∑ (𝑹𝒑) 2.103.005.250 6.663.800.000 17.387.850.000 24.113.150.000 26.902.450.000 38.055.750.000
2017-2021/205KK
Sumber : Data Primer Peternak Babi Biaya Tidak Tetap Tahun 2017-2021
Keterangan : Data Primer diolah Tahun 2022
55
4.4. Analisis Pendapatan Peternak Babi
Analisis Pendapatan Peternak Babi untuk mengetahui besarnya pendapatan
keluarga yang diterima oleh peternak babi yang dikelola berdasarkan perhitungan
besarnya penerimaan dikurangi dengan Total Biaya yang dikeluarkan Peternak
Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan. Analisis data Pendapatan
Keluarga Peternak Babi dalam penelitian ini adalah Analisis Data Deskriptif
Kuantitatif. Untuk menghitung tingkat keuntungan Ekonomis Peternak Babi yang
akan menggunakan Analisis BEP/Break Event Point; Penerimaan, Pendapatan,
Biaya Produksi dan Analisis RCR / Analisis Return Cost Ratio.
4.5. Pembahasan
Penerimaan
a) TR = (Rp. 3.025.800.000)
b) TC = (Rp. 39.516.890.000)
c) Income = Pendapat = (Rp. 2.985.563.110.000) = FC + VC
d) BEP = (Rp. 16.063.776.422.800)
BEP = TR / TC
𝑇𝑅
RCR =
𝑇𝐶
(Rp.3.025.800.000)
=
(Rp.39.516.890.000)
= (Rp. 16.063.776.422.800)
= TR - TC
= (Rp. - 36.491.090.000)
56
Jika < 1 artinya Usaha Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan
Kawangkoan, Tahun2017-2021 akan Mengalami Kerugian (Losses).
Jadi nilai BEP ˃ 1: artinya R/C Ration mendapatkan hasil dari ˃ 1, maka
suatu usaha peternak babi 205 di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan
Kawangkoan: berjumlah BEP = (Rp. 7.656.979.080) tahun 2017-2021 Artinya
setiap suatu rupiah yang dikeluarkan oleh peternak babi 205 di Desa Tondegesan
Satu, Kecamatan Kawangkoan sebesar 7.6 rupiah, dimana sangat layak untuk
dikembangkan usaha peternak babi ada 205 kepala keluarga tahun 2017-2021
memberikan keuntungan (Profit) hasil R/C Ratio ˃ 1.
Jadi tingkat Pendapatan Keluarga bersih rata-rata peternak babi 205 dengan
pendapatan sebesar (Rp. 7.656.979.080).
57
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, disimpulkan penelitian sebagai berikut:
rendah dan hasil penjualan peternakan babi yang rendah selama tahun
2017-2021.
atau > 1 artinya usaha peternak babi layak dan menguntungkan. Nilai
BEP (Break Event Point) > 1 artinya R/C mendapatkan hasil dari > 1,
2021.
5.2. Saran
58
Agar peternak babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan
mampu untuk mengembangkan pemeliharaan, penjualan peternak babi
dalam 205 peternak babi Kepala Keluarga dalam tahun 2017-2021
menunjukkan keuntungan.
2. Bagi Pihak Pemerintah
Pihak Pemerintah melakukan program pembinaan kelompok Peternak
Babi ada 205 Kepala Keluarga di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan
Kawangkoan, dengan mengadakan program manajemen keuangan
semaksimal dan pengetahuan pendidikan yang memadai untuk
mengembangkan proses pemasaran/penjualannya selama tahun 2017-
2021 dan berkelanjutan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pihak Peneliti Lanjutan diperlukan referensi/kepustakan jurnal dan
artikel dan HAKI untuk kelayakan peneliti lanjutan di masa depan
59
DAFTAR PUSTAKA
60
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Alfabeta,cv.
Amstrong, Gary & Philip, Kotler, 2002.”Dasar-Dasar Pemasaran”.Jilid 1. Alih
Bahasa: Alexander Sindoro dan Benyamin Molan,Jakarta:
penerbit:Prenhalindo.
Armstrong, Kotler, 2015.”Marketing an Introducing Prentice Hall Twelfth
Edition”.Engliand:Pearson Education, Incorporation”.
Soekawarti 2016. Analisis Usaha Tani, UI. Press. Jakarta
Ani, L.N. (2020). “Pengaruh Inovasi Produk, Kreativitas Produk, dan Kualitas
Produk terhadap Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Kerajinan Tikar
Eceng Gondok Liar”, Jurnal Manajemen dan Bisnis, 2 (02). Hal.184-194.
Alma, Buchari, 2012. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
Jasa”.Bandung:Alfabeta.
Hansen, Do R, and Meryanne M. Women, (1994), Management Accounting,
Third Edition, South Western Publishing co, Ohio
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Cetakan ke-3. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Aler Tulak, Kaherunnisa, Landius, (2017).”Strategi Pengembangan Peternakan
Babi di Distrik Hubikiak, Kabupaten Jayawijaya”. Prodi Agribisnis
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Petra bablliem Wamena. Jurnal OPTIMA II:
Alber Tulak, KHaerunnisa dan Land
Suroto, K.S dan Murti, A.T. (2022). Analisis Kelayakan Financial Usaha Peternak
Babi Di Kabupaten Malang. Jurnal Buana Sains 22(1):65-70
Rauan, G. M. 2021. Analisis Pendapatan Peternak Babi Kecamatan Suluuan
Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol. 9 No.2 Hal.1109-
1116
61
LAMPIRAN
I. Identitas Peternak
1. Nama : ..................................
2. Umur : ..................................
3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan : ..................................
5. Agama : ..................................
6. Banyaknya ternak babi luas kandang : ..................................
7. Kepemilikan kandang : Sendiri Sewa
8. Pajak pertahun : ..................................
9. Pengalaman berusaha ternak Babi............................Tahun
10. Jumlah tanggungan keluarga..................................Orang
II. Pertanyaan
1. Jenis kelamin ternak babi apa yang di pelihara ?
Jawaban :
2. Dari mana saudara (i) memperoleh ternak babi tersebut untuk dipelihara ?
Jawaban :
- Perkilo ? : Rp .....
4. Berapa total tenaga kerja digunakan pada saat peliharaan ternak babi
sampai dengan hasil pemberanakan ?
Jawaban :
62
- Laki-laki : Rp .....
- Perempuan : Rp .....
Jawaban :
Jawaban :
Jawaban :
- Perkilogram : Rp .....
10. Alata-alat apa yang digunakan dalam beternak babi dan harga tiap alat ?
No. Alat Jumlah Harga
1.
2.
3.
4.
5.
TOTAL
63
11. Penggunaan Makanan
Jumlah Pupuk
Jenis Makanan Harga Jumlah
No. Makanan
(Kg) (Rp/Kg) (Rp)
(Kg)
An Organik
a.
1. b.
c.
d.
e.
Organik
a.
2. b.
c.
d.
e.
Pestisida
a.
3. b.
c.
d.
e.
- Biaya tansportasi :
- Konsusmsi :
64
Gambar 2.3. BEP (Break Event Point)
Price (harga)
Harga Jual = (Rp. 2.460.000
VC = (Rp. 38.055.750.000)
FC = (Rp. 1.461.140.000)
Losses (Rugi) Profit (Laba /Untung)
Output
𝑇𝑅
BEP =
𝑇𝐶
(Rp.3.025800.000)
𝐵𝐸𝑃 = = (Rp. 16.063.776.422.800)
(Rp.39.516.890.000)
⁕ (1.6)
Jika ˃ 1 = Untung (п)
65
DOKUMENTASI
66
67