Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL

BRUTO (PDRB), INFLASI DAN BELANJA DAERAH


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA
PROBOLINGGO PERIODE 2010-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Disusun Oleh :
ERIKA LENY DESTIA
18021000029

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Erika Leny Destia


Nomor Pokok : 18021000029
Universitas : Universitas Merdeka Malang
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Inflasi Dan Belanja Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kota Probolinggo Periode 2010-2020

Malang,19 Januari 2022

DISETUJUI DAN DITERIMA

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


Ekonomi Pembangunan

(Dr.HARSONO, Ir., M.S.) (Dra. FATIMA ABDULLAH, ME)

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Merdeka Malang

Dr. RUDY WAHYONO., M.Si

ii
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,
INFLASI DAN BELANJA DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH DI KOTA PROBOLINGGO PERIODE 2010-2020
Dipersiapkan dan disusun oleh:
ERIKA LENY DESTIA
18021000029

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 25 Januari 2022

Susunan Dewan Penguji


Ketua Penguji Sekertaris Penguji

Dra. FATIMA ABDULLAH, ME Dra. Hj. RIRIN SUDARWATI, MM

Anggota Penguji

Dra. NOEKE CHRISPUR M., MM

Skripsi Ini Telah Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Malang, 25 Januari 2022


Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Merdeka Malang

Dr. RUDY WAHYONO., M.Si

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Erika Leny Destia


Nomor Pokok : 18021000029
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Bidang Kajian Skripsi : Keuangan Daerah
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO, INFLASI
DAN BELANJA DAERAH TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA
PROBOLINGGO PERIODE 2010-2020
Lokasi/tempat yang diteliti : Kota Probolinggo
Alamat Rumah Asal : Dsn. Karanggayam III Rt/Rw 004/008 Ds.
Karanggayam Kec. Srengat Kab. Blitar
No. Telp/HP : 085832746842
Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar melakukan penelitian ini
dan penulisan skripsi tersebut diatas adalah benar-benar karya saya
sendiri dan tidak melakukan plagiasi. Jika saya melakukan plagiasi maka
saya bersedia untuk dicabut gelar akademik saya.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Malang, 25 Januari 2022


Peneliti,

(Erika Leny Destia)

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erika Leny Destia


Nomor Pokok : 18021000029
Universitas : Universitas Merdeka Malang
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Tempat dan Tgl. Lahir : Blitar, 23 Desember 1998
Alamat : Rt/Rw 04/08 Dsn. Karanggayam III Ds.
Karanggayam Kec. Srengat Kab. Blitar Prov.
Jawa Timur
Nama Orang Tua : Imam Suhadi
(Ayah)
(ibu) : Siti Mahmudah
Riwayat Pendidikan :
2003-2005 : TK Dharma Wanita Karanggayam
2005-2011 : SDN Karanggayam 03
2011-2014 : SMPN 02 Srengat
2014-2017 : SMAN 01 Rejotangan
2018-2022 S1 Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Merdeka Malang

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah peneliti panjatkan kepada Tuhan YME

atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”ANALISIS PENGARUH PRODUK

DOMESTIK REGIONAL BRUTO, INFLASI DAN BELANJA DAERAH

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA PROBOLINGGO

PERIODE 2010-2020. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Merdeka Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan,

bimbingan, doa, dukungan dan partisipasi langsung dari berbagai pihak.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Anwar Sanusi, SE., M.Si selaku Rektor Universitas Merdeka

Malang sekaligus Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Merdek Malang.

2. Dr. Rudi Wahyono, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Merdeka Malang.

3. Dr. Harsono Ir. Ms selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Merdeka

Malang.

4. Drs. Fatima Abdullah, ME selaku Dosen Wali sekaligus Dosen

Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu dan tenaganya

vi
untuk memberikan bimbingan, masukan-masukan serta pengarahan

dengan sabar dan sangat teliti sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

5. Bapak dan ibu Dosen atas ilmunya selama penulis kuliah di Universitas

Merdeka Malang.

6. Kedua orang tua penulis bapak Imam Suhadi dan ibu Siti Mahmudah

atas kerja kerasnya selama ini sehingga peulis dapat menempuh

pendidikan sampai jenjang Sarjana. Terimakasih juga atas doa,

dukungan, motivasi serta kasih sayang yang telah diberikan kepada

penulis.

7. Paman Adi dan ibu Siti Munawaroh beserta keluarga yang selalu

mendoakan serta memeberikan dukungan dan motivasi.

8. Teruntuk sahabat sejak kecil Rosi, Sulaiman, Adam dan Wahyu

terimakasih telah mendoakan, memberikan dukungan serta

mendengarkan keluh kesah penulis.

9. Teman dekat penulis seperjuangan Zetri Herdianti, Putri Nila Safira,

Kurniawati Saras M, Ilham Sufi A, Ahmad Fahrizal Ishaqi dan Acilly

Atalia yang selalu memberikan dukungan, mendengarkan keluh kesah

peulis, memberikan kontribusi dalam penelitian ini serta menjadi teman

baik penulis.

10. Teman-teman seperjuangan khususnya Ekonomi Pembangunan atas

kebersamaan, pengalaman serta kenangan selama ini. Semoga kalian

sukses terus dan menjadi keluarga.

vii
11. Keluarga kelembagaan Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

(HIMEP) yang telah memeberikan dukungan serta semangat kepada

penulis.

12. Seluruh pihak yang berperan secara langsung maupun tidak langsung

yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda

atas segala dan bantuan dan jerih payah yang dapat diberikan kepada

penulis sehingga skripsi penulis dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu dan pihak-

pihak yang membutuhkan.

Malang, 10 Januari 2022

Peneliti

Erika Leny Destia

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………........................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
ABSTRAKSI ..................................................................................................... xiii
ABSTRACTION................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah Penelitian ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah Penelitian .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Landasan Teori ........................................................................................................ 7
1. Teori Pendapatan Asli Daerah (PAD) .................................................................. 7
2. Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................................................ 12
3. Teori Inflasi........................................................................................................ 15
4. Teori Belanja Daerah ......................................................................................... 20
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 24
C. Kerangka Pikir ....................................................................................................... 27
D. Hipotesis................................................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 29
A. Identifikasi Variabel .............................................................................................. 29
B. Definisi Konseptual Variabel ................................................................................. 29
C. Definisi Operasional Variabel ................................................................................ 30
D. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 32
E. Lokasi Penelitian ................................................................................................... 32
F. Jenis dan Sumber Data.......................................................................................... 32

ix
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 33
H. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ........ 40
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ................................................... 63
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 63
B. SARAN-SARAN ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Probolinggo ............ 41


Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kota Probolinggo
Tahun 2020 .............................................................................................. 42
Tabel 3 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Probolinggo
Periode 2010-2020 .................................................................................. 43
Tabel 4 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan Kota Probolinggo Periode 2010-2020 ............................. 45
Tabel 5 Perkembagan Laju Inflasi Di Kota Probolinggo Periode 2010-2020
................................................................................................................. 46
Tabel 6 Perkembangan Belanja Daerah Kota Probolinggo Periode 2010-
2020 ......................................................................................................... 47
Tabel 7 Hasil Statistik Deskriptif.............................................................. 48
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 51
Tabel 9 Hasil Uji Multikolonieritas ........................................................... 52
Tabel 10 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................... 55
Tabel 11 Hasil Uji F................................................................................. 56
Tabel 12 Hasil Uji t .................................................................................. 57

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar: 1 Kerangka Pikir ........................................................................ 28


Gambar: 2 Grafik Scatterplot ................................................................... 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : 1 Uji Statistik Deskriptif .............................................................................. 68


Lampiran : 2 Uji Normalitas .......................................................................................... 68
Lampiran : 3 Uji Multikolinieritas .................................................................................. 69
Lampiran : 4 Uji Heteroskedastisitas........................................................................... 70
Lampiran : 5 Uji Autokorelasi ....................................................................................... 70
Lampiran : 6 Uji F ........................................................................................................... 71
Lampiran : 7 Uji t ............................................................................................................ 71
Lampiran : 8 Analisisis Regresi Linier Berganda ...................................................... 72
Lampiran : 9 Jumlah Kecamatan dan Luas Wilayah ................................................ 73
Lampiran : 10 Jumlah Penduduk ................................................................................. 74

xiii
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah dan untuk mengetahui variabel mana diantara Produk
Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah berpengaruh
dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo periode
2010-2020. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel Produk Domestik Regional
Bruto, inflasi dan belanja daerah secara bersama-sama berpengaruh
simultah terhadap Pendapatan Asli Daerah dan belanja daerah secara
parsial berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota
Probolinggo periode 2010-2020, sedangkan variabel Produk Domestik
Regional Bruto dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo periode 2010-2020.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Produk Dometik Regional Bruto,


inflasi, belanja daerah

xiv
ABSTRACTION
This study aims to analyze the effect of Gross Regional Domestic
Product, inflation and regional expenditure on Regional Original Income
and to find out which variables among Gross Regional Domestic Product,
inflation and regional expenditures have a dominant effect on Regional
Original Income in Probolinggo City for the 2010-2020 period. The
analytical technique used is using multiple linear regression analysis
techniques.
The results of this study are the variables of Gross Regional
Domestic Product, inflation and regional spending together have a
simultaneous effect on Regional Original Income and regional
expenditures partially have a positive effect on Regional Original Income in
Probolinggo City for the 2010-2020 period, while the Gross Regional
Domestic Product and inflation variables have no significant effect on
Regional Original Income in Probolinggo City for the 2010-2020 period.

Keywords: Regional Incom Original, Gross Domestic Regional Product,


inflation, regional expenditure

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembangunan Nasional adalah upaya menciptakan

masyarakat yang sejahtera adil dan makmur. Pemerataan

pembangunan nasional sebagai salah satu upaya yang telah

dilakukan oleh pemerintah, khususnya di setiap daerah yang masih

lemah dalam penerimaan pendapatan. Kegiatan pembangunan

nasional memiliki arah menuju pembangunan yang merata disetiap

daerah yang cenderung memiliki kelemahan dalam penerimaan

pendapatan, dengan demikian, setiap daerah harus mempunyai

pedoman untuk melaksanakan pembangunan daerah pada masing-

masing wilayahnya.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses


dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) pada wilayah tersebut (Arsyad,
2015:374).

Implementasi pembangunan daerah di Indonesia ditandai

dengan diadakannya otonomi daerah, yang pelaksanaannya

melalui prinsip desentralisasi yakni pemerintah pusat memberi

kewenangan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Pemerintah daerah dituntut untuk mandiri, inovatif dan kreatif dalam

1
2

menciptakan sumber–sumber dan berbagai peluang untuk

pemasukan kas daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

telah di amandemen dengan UU No 12 Tahun 2008 tentang

Pemerintahan Daerah bahwa otonomi daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Kemandirian daerah adalah salah satu hal penting dalam

pelaksanaan otonomi daerah, dimana hal tersebut didukung

dengan kemampuan keuangan suatu daerah. Dukungan keuangan

adalah salah satu faktor penting bagi pemerintah dalam mengurus

rumah tangganya sendiri. Dalam pemerintah daerah dukungan

keuangan tersebut dapat diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu modal dasar

pemerintah daerah untuk mendapatkan dana pembangunan dan

memenuhi belanja daerah. PAD adalah usaha daerah yang

berguna untuk memperkecil ketergantungan serta mendapatkan

dana dari pemerintah tingkat atas (Sitompul, 2013:10).

Semakin tinggi pendapatan perkapita riil suatu daerah,

semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk

membiayai pengeluaran rutin daerah. Maka dapat disimpulkan


3

bahwa, semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah semakin

besar pula potensi sumber penerimaan daerah, sehingga

kemampuan masyarakat membayar pajak dan retribusi semakin

meningkat.

PAD menjadi salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan

pembangunan daerah, dan ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan untuk menghitung PAD yaitu PDRB, inflasi dan belanja

daerah. Pengembangan potensi kemandirian daerah melalui PAD

didasarkan pada Undang-Undang yang berlaku melalui pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

terpisah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah guna

membiayai pembangunan daerah.

Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu

indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah

dalam periode tertentu. Menurut Tarigan, (2005:18) “PDRB

didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto (Gross Value

Added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah

tersebut”. Perhitungan dari nilai PDRB akan diperoleh pendapatan

regional suatu wilayah. Jika pendapatan ini dibagi dengan jumlah

penduduk di daerah tersebut akan mencerminkan tingkat

pendapatan per-kapita yang digunakan sebagai indikator untuk

membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah

lainnya. Perhitungan PDRB yang digunakan ada dua macam, yaitu


4

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga

Konstan. Menurut Juliansyah (2018), jika PDRB meningkat maka

PAD juga akan meningkat. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa PDRB memiliki pengaruh terhadap PAD.

Inflasi adalah kecenderungan dari naiknya harga-harga

barang secara terus menerus. Dalam hal ini, kenaikan harga tidak

dapat dilihat dari satu atau dua barang saja, melainkan dari

kenaikan suatu barang yang mengakibatkan kenaikan harga pada

barang lain (Boediono, 2005:65). Inflasi dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu terlalu banyaknya uang yang beredar,

tingginya jumlah permintaan terhadap suatu barang dan kenaikan

biaya produksi. Inflasi dapat mengakibatkan merosotnya

pendapatan riil masyarakat yang tentunya akan mempengaruhi

PAD.

“Belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah

yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih" (Halim,

2002:68). Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk

anggaran belanja daerah dalam APBD untuk menambah aset

tetap. Alokasi belanja daerah ini didasarkan pada kebutuhan

daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran tugas

pemerintah maupun fasilitas publik. Jika dikaitkan dengan PAD,

maka semakin besar belanja pemerintah daerah semakin besar

pula pengaruhnya terhadap PAD.


5

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di muka, maka

permasalahan yang perlu diteliti adalah apakah Produk Domestik

Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi Produk Domestik Regional Bruto, inflasi,

belanja daerah dan Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo periode 2010-2020 ?

2. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, inflasi

dan belanja daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo periode 2010-2020?

3. Manakah variabel yang berpengaruh dominan di antara Produk

Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo periode 2010-

2020?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan Produk Domestik Regional Bruto, inflasi,

belanja daerah dan Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo periode 2010-2020.


6

2. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,

inflasi, belanja daerah dan Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo periode 2010-2020.

3. Untuk menganalisis variabel yang berpengaruh dominan di

antara Produk Domestik Regional Bruto, inflasi, belanja daerah

dan Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo periode 2010-

2020.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan kegunaan

sebagai berikut:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

tentang bidang kajian keuangan daerah yaitu Produk Domestik

Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah yang berhubungan

dengan Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

dan masukan tentang pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto, inflasi dan belanja daerah yang berhubungan dengan

Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan serta dapat dijadikan acuan bagi

peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu modal dasar

pemerintah daerah untuk mendapatkan dana pembangunan dan

memenuhi belanja daerah. PAD adalah usaha daerah yang

berguna untuk memperkecil ketergantungan serta mendapatkan

dana dari pemerintah tingkat atas (Sitompul, (2013:10).

PAD merupakan “Penerimaan daerah yang berasal dari

daerah itu sendiri yang bersumber dari sektor pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dan lain-

lain pendapatan asli daerah yang sah” (Mardiasmo, 2002:132).

PAD adalah ‘’Semua penerimaan daerah yang berasal

dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku” (Halim, 2004:67).

Sektor pendapatan daerah mempunyai peranan penting,

karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah

dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan

daerah. Upaya untuk memeperbesar peran pemerintah dalam

pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri

7
8

dalam membiayai kegiatan operasional. Pendapatan daerah

tidak dapat dipisahkan dengan Belanja daerah, karena saling

berkaitan serta merupakan satu alokasi anggaran yang disusun

dan dibuat untuk melancarkan program-program pemerintahan

daerah. Berdasarkan teori dapat diketahui PAD merupakan

sumber-sumber penerimaan yang dipungut sesuai dengan

peraturan daerah yang berlaku dan dananya digunakan untuk

membiayai pembangunanan daerah.

Berikut adalah sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah:

a. Pajak Daerah

Menurut Siahaan dalam Putra (2005:7), Pajak daerah


adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah
kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000

tentang sumber-sumber penerimaan pajak. Jenis

pendapatan pajak dapat dibedakan menjadi dua yang terdiri

dari pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota antara lain :

1) Jenis pajak provinsi terdiri dari

a) Pajak kendaraan bermotor

b) Bea balik nama kendaraan bermotor

c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

d) Pajak kendaraan diatas air


9

e) Pajak air dibawah tanah

f) Pajak air permukaan

2) Jenis pajak kabupaten/kota tersusun dari

a) Pajak Hotel

b) Pajak Restoran

c) Pajak Hiburan

d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan

f) Pajak Pengambilan bahan galian golongan C

g) Pajak Parkir

Tarif pajak untuk daerah provinsi diatur dengan

peraturan pemerintahan dan penerapanya dilakukan

diseluruh Indonesia, sedangkan untuk daerah

Kabupaten/kota, ditetapkan oleh peraturan daerah masing-

masing dan peraturan daerah tentang pajak tidak dapat

berlaku surut.

b. Retribusi Daerah

Menurut (Mardiasmo,2011:15), " Retribusi Daerah

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu khusus disediakan atau diberikan

oleh pemerintah daerah”.

Berdasarkan Undang-Undang N0. 28 tahun 2009

tentang Pajak daerah dan Retribusi daerah, Retribusi daerah


10

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

diberikan oleh Pemda untuk kepentingan pribadi atau badan.

Peningkatan retribusi daerah yang memiliki potensi baik

akan meningkatkan PAD, retribusi yang diterima oleh

pemerintah daerah digunakan untuk membiayai

pembangunan daerah yang bersangkutan.

Retribusi daerah terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Retribusi Jasa Umum:

Retribusi Jasa umum adalah pelayanan yang

disediakan atau diberikan kepada pemerintah daerah

yang bertujuan untuk kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau

badan.

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut

prinsip komersial meliputi:

a) Pelayanan dengan menggunakan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal.

b) Pelayanan oleh pemerintah daerah yang belum

disediakan secara memadai oleh pihak swasta.


11

3. Retribusi Perizinan tertentu, adalah retribusi atas

kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka

pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembina, pengaturan, pengendalian

dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

pengguna sumber daya alam, sarana dan prasarana atau

fasilitas tertentu untuk melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

"Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan

kekayaan yang dipisahkan ini antara lain, deviden, laba dan

penjualan saham milik daerah". Djaenuri, (2012:99)

Berdasarkan peraturan mentri dalam negeri No.13

tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah,

ditentukan jenis pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan menurut objek pendapatan yang mencakup

adalah sebagai berikut:

1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan


milik daerah/BUMD
2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik pemerintah/BUMD.
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Menurut Yani, (2008;63) yang dimaksud dengan lain-

lain Pendapatan Asli Daerah yang sah adalah penerimaan


12

daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah,

retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004, yang termasuk Lain-


lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah meliputi:
1) Jasa giro
2) Pendapatan bunga
3) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
4) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan pengadaan barang atau jasa oleh
daerah.

2. Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

yang sangat penting untuk mengetahui kondisi ekonomi pada

suatu wilayah tertentu. "Pertumbuhan ekonomi adalah upaya

untuk meningkatkan kapasitas produksi guna mencapai

penambah output yang diukur dengan menggunakan Produk

Domestik Regional Bruto dalam suatu wilayah" (Adisasmita,

2013:4).

Produk Domestik Regional Bruto adalah kemampuan

daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki

menjadi suatu proses produksi. PDRB yang dihasilkan oleh

setiap daerah tergantung dari potensi sumber daya alam dan

faktor daerah tersebut. Pada umumnya ada beberapa faktor

produksi yang dapat dikelompokkan menjadi faktor produksi

tenaga kerja, kapital, sumber daya alam, teknologi dan faktor


13

sosial, keagamaan dan sistem pemerintahan. (Suparmoko,

2002:100).

"PDRB adalah nilai tambah dari hasil produksi nilai

barang dan jasa yang mampu diciptakan dari berbagai aktivitas

ekonomi dalam suatu daerah/wilayah" (Saberan, 2002:5).

PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan

jasa akhir (semua nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah

dalam periode tertentu (satu tahun), untuk menghitung nilai

seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam

satu tahun ada tiga pendekatan yang dapat digunakan (Sukirno,

2012:34).

Tiga pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Produksi

Nilai seluruh produksi diperoleh dari menjumlahkan

nilai-nilai hasil produksi yang dihasilkan dari berbagai industri

yang ada dalam perekonomian. Unit-unit produksi tersebut

dalam penyajianya dikelompokkan menjadi 9 lapangan

usaha (sektor) yaitu :

1) Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan

2) Pertambangan dan penggalian,

3) Industri pengolahan,

4) Listrik gas dan air bersih,

5) Bangunan atau kontruksi,


14

6) Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi,

7) Pengangkutan dan komunikasi,

8) Lembaga keuangan dan jasa perusahaan,

9) Jasa – jasa (termasuk jasa pemerintah)

b. Pendekatan Pendapatan

Nilai seluruh produksi dalam perekonomian diperoleh

dengan menjumlahkan pendapatan seluruh faktor produksi,

yang digunakan dalam produksi yaitu, pendapatan dari

sumber lain, tenaga kerja, modal yang ditawarkan dan

keahlian kepemimpinan. Cara penyajian PDRB disusun

dalam dua bentuk, yaitu :

1) Produk Domestik Ragional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku adalah nilai dari suatu barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun,

yang digunakan untuk melihat struktur ekonomi.

2) Produk Domestik Ragional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan adalah harga yang dihitung menggunakan harga

pada satu tahun tertentu dan digunakan untuk melihat

pertumbuhan ekonomi.

c. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran merupakan nilai seluruh

produksi yang diperoleh dari penjumlahan pengeluaran-

pengeluaran yang dilakukan rumah tangga dan perusahaan,


15

pemerintah dan luar negeri atas produk barang dan jasa

yang dihasilkan pada suatu daerah seperti :

1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga

swasta yang tidak mencari hutang/nirlaba.

2) Konsumsi pemerintah

3) Perubahan stok

4) Pembentukan modal tetap domestik bruto

5) Ekspor neto (ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor).

3. Teori Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari naiknya harga-harga

barang secara terus menerus. Dalam hal ini, kenaikan harga

tidak dapat dilihat dari satu atau dua barang saja, melainkan

dari kenaikan suatu barang yang mengakibatkan kenaikan

harga pada barang lain (Boediono, 2005:65).

Menurut Sukirno, (2004:72) “Inflasi adalah suatu proses

kenaikan harga-harga yang berlaku dalam dunia perekonomian.

Inflasi menyebabkan beberapa efek buruk pada perekonomian

salah satunya adalah mengurangi pendapatan riil”.

Tingkat inflasi yaitu, persentase kecepatan kenaikan

harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan

sebagai pengukuran untuk menunjukkan sampai dimana

buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2001:23).


16

a. Kenaikan harga diukur dengan menggunakan index

harga.

Menurut Manurung (2001:45) ada beberapa indikator

yang digunakan untuk mengukur laju inflasi selama satu

periode tertentu yaitu sebagai berikut :

1) Indeks Harga Konsumen (Consumer Price index)

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga barang atau jasa yang harus

dibeli konsumen dalam periode tertentu.

2) Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale price

Index)

Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada

jumlah barang pada tingkat perdagangan besar, yang

berarti harga barang mentah, bahan baku setengah jadi

masuk dalam perhitungan ini. Ukuran yang digunakan

dalam menghitung IHP adalah penjualan.

3) Indeks Harga Implisit (GNP Deflator)

GNP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa

yang masuk dalam perhitungan GNP. GNP Deflator

diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar

harga berlaku) dengan GNP riil (atas harga konstan).


17

b. Jenis-jenis inflasi

Jenis inflasi dibedakan menurut sifatnya dan menurut

penyebabnya, yaitu :

1) Menurut Sukirno, (2000:10) Inflasi berdasarkan sifatnya

adalah sebagai berikut:

a) Inflasi merayap (creeping inflation) adalah inflasi yang

tingkatanya tidak melebihi 2-3% selama setahun.

Kenaikan harga barang berjalan lambat, dengan

persentase yang kecil dalam dalam jangka waktu

yang relatif lama.

b) Inflasi menengah (galloping inflation) adalah inflasi

yang berada di sekitar 5-8% selama setahun.

Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang kala

berjalan dalam waktu yang relatif pendek.

c) Inflasi Tinggi (hiper inflasi) adalah inflasi yang ditandai

dengan naiknya harga sebesar 6 sampai 10 kali lipat.

Nilai uang merosot tajam, sehingga masyarakat lebih

memilih menukarkan uang mereka dengan barang

daripada menyimpan uang.

2) Menurut Sukirno, (2004:333) inflasi berdasarkan

penyebabnya dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni sebagai

berikut:
18

a) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull Inflation)

Inflasi yang disebabkan adanya kenaikan permintaan

total (agregate demand) dimana kenaikan harga yang

dapat menaikkan hasil produksi, sementara produksi

telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh.

b) Inflasi Desakan Biaya (Cost-push Inflation)

Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta

turunnya produksi. Keadaan ini timbul karena adanya

penurunan dalam penawaran total sebagai akibat

kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi

dapat timbul karena beberapa faktor antara lain:

(1) Perusahaan-perusahaan akan berusaha

mencegah perpindahan tenaga kerja dengan

menaikkan upah dan gaji.

(2) Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan

hanya akan berhasil apabila perusahaan

menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.

c) Inflasi Diimpor

Inflasi ini terjadi apabila barang-barang yang diimpor

mengalami kenaikan harga yang mempunyai peranan

penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan,

kenaikan biaya produksi ini juga menimbulkan


19

stagflasi. Stagflasi adalah akibat dari inflasi diimpor

dan penurunan nilai mata uang.

c. Cara Mengatasi Inflasi

Menurut Nopirin (2000:34-35) ada beberapa kebijakan

yang dapat digunakan untuk mengatasi inflasi, yaitu sebagai

berikut :

a. Kebijakan Moneter, kebijakan yang dilakukan melalui

pengaturan jumlah uang yang beredar. Uang giral

(demand deposit) adalah salah satu komponen jumlah

uang. Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui

penetapan cadangan minimum untuk menekan laju

inflasi, cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah

uang menjadi lebih kecil. Bank sentral juga menggunakan

tingkat diskonto (diskonto rate). Tingkat diskonto adalah

pinjaman yang diberikan oleh bank sentral dan bank

umum.

b. Kebijakan Fiskal, peraturan tentang pengeluaran

pemerintah dan perpajakan yang secara langsung dapat

mempengaruhi permintaan total dalam harga. Kebijakan

ini dapat mempengaruhi permintaan total dan inflasi

dapat ditekan.

c. Kebijakan yang berkaitan dengan output, kenaikan output

dapat memperkecil laju inflasi, bertambahnya jumlah


20

barang dalam negeri dapat menurunkan harga, sehingga

laju inflasi menurun.

d. Kebijakan Penentu Harga, kebijakan yang didasarkan

pada gaji atau upah dari masyarakat.

4. Teori Belanja Daerah

‘’Belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk melaksanakan wewenang dan

tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah diatasnya”

(Abdullah, 2001:199).

Belanja daerah dapat dikatakan sebagai suatu

kewajiban daerah. Hal ini sesuai dengan UU No. 23

Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, Belanja daerah adalah kewajiban daerah yang

diakui sebagai pungurangan nilai kekayaan bersih dalam

periode tahun anggaran berkenan.

“Belanja daerah adalah pengeluaran pemerintah

daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan

bersih pada satu periode anggaran" (Halim, 2002:68).

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari

Rekening kas Umum Daerah, yang mengurangi ekuitas

dana lancar, dimana merupakan kewajiban daerah dalam

satu tahun anggaran. Belanja daerah digunakan dalam

rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah agar


21

menjadi kewenang provinsi/kota/kabupaten yang terdiri

dan urusan wajib, urusan pilihan dan urusan penanganan

dalam bidang tertentu yang dilaksanakan bersama

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang ditetapkan

berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Menurut Permendagri (Nomor 21, 2011) Belanja daerah

dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

a. Belanja Langsung

Belanja langsung adalah belanja yang di anggarkan terkait

secara langsung dengan program dan kegiatan belanja

langsung terdiri dari belanja :

1) Belanja Pegawai

Digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah bagi

PNS non PNS dengan memperhatikan asas kepatutan,

kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran

program dan kegiatan pemerintah daerah.

2) Belanja Barang dan Jasa

Digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan

barang yang nilai manfaatnya kurang dari dua belas

bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program

kegiatan pemerintah daerah.


22

3) Belanja Modal

Digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pembelian atau pembangunan aset tetap

berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari dua

belas bulan.

b. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak

langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

1) Belanja pegawai

Digunakan untuk belanja kompensasi, dalam bentuk gaji

dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan

kepada PNS yang ditetatapkan sesuai dengan

perundang-undangan.

2) Belanja bunga

Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga

utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang

(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

3) Belanja subsidi

Digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya

produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar


23

harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan dapat

terjangkau oleh masyarakat banyak.

4) Belanja hibah

Digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah

dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada pemerintah

daerah lainnya dan kelompok masyarakat atau

perorangan yang telah ditetapkan peruntukannya.

5) Belanja bantuan sosial

Digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan

dalam bentuk uang atau barang kepada masyarakat yang

bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

6) Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan

pemerintah desa

Digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang

bersumber dari provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah

desa kepada pemerintah lainnya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

7) Belanja bantuan keuangan

Digunakan untuk menganggarkan bantuan yang bersifat

umum atau khusus dari provinsi kepada pemerintah

kabupaten/kota dan pemerintah desa kepada pemerintah

lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan

kemampuan keuangan.
24

8) Belanja tak terduga

Digunakan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau

tidak diharapkan seperti penanggulangan bencana alam

dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,

termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan

daerah dari tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk

menambah aset tetap. APBD merupakan salah satu alat untuk

meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat

yang sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata

dan bertanggung jawab. APBD seharusnya dikelola dengan

baik dan dana yang tersedia dimanfaatkan sebaik mungkin

guna untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat. Sehingga dapat mewujudkan tujuan daerah yang

telah di tetapkan dan dapat mengetahui kinerja suatu

pemerintah daerah.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Husna (2015) dengan judul Pengaruh PDRB, Inflasi,

Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kota Se Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk


25

mengetahui pengaruh PDRB, inflasi dan pengeluaran

pemerintah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder

dengan menggunakan analisis kuantitatif dan menggunakan

metode analisis ordinary least squares/OLS. Hasil yang

diperoleh dengan program Eview 7 bahwa nilai koefisien

determinasi (R) sebesar 0,669109 menunjukkan variabel PAD

dapat dijelaskan oleh variabel PDRB, inflasi dan pengeluaran

pemerintah sebesar 66,9 persen.

2. Weley et.al (2019) dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi dan

Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh Inflasi dan PDRB terhadap PAD di Kota

Manado. Data yang digunakan adalah data sekunder dimana

metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil

penelitian, Inflasi dan PDRB mempunyai pengaruh terhadap

PAD di Kota Manado yang ditunjukkan dengan nilai Fhitung

sebesar 33,73 yang lebih besar daripada nilai Ftabel sebesar

19,25 yang signifikan pada tigkat α = 0,01. Jadi, PDRB dan

inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PAD di

Kota Monado.

3. Kaluge et.al (2019) dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi,

Produk Domestik Ragional Bruto dan Jumlah Penduduk


26

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Malang tahun 2012-

2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto dan Jumlah Penduduk

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Malang. Metode

analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian ini, hanya variabel jumlah

penduduk yang memiliki nilai P value kurang dari alfa 0,05 yaitu

sebesar 0,0229 dan variabel lain memiliki nilai lebih dari 0,05,

yang berarti variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh

terhadap variabel PAD di Kota Malang.

4. Gunawan (2020) dengan judul Pengaruh Produk Domestik

Regional Bruto, Belanja Daerah dan Inflasi terhadap

Pendapatan Asli Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, belanja daerah dan

inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah pada 35

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian

yang digunakan yaitu Panel Data alat analisis yang digunakan

adalah EVIEWS 7. Hasil dalam penelitian ini adalah PDRB

berpengaruh secara signifikan terhadap PAD, belanja daerah

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PAD, inflasi

berpengaruh secara signifikan terhadap PAD.


27

5. Fiddah (2017) dengan judul Pengaruh Belanja Daerah dan

Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Maros. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh belanja daerah dan Produk Domestik

Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Maros. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan

menggunakan data sekunder dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah belanja

daerah mempunyai pengaruh secara parsial dan simultan

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Maros,

sedangkan Produk Domestik Regional Bruto juga mempunyai

pengaruh secara parsial dan simultan terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Maros.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini berisi tentang sumber-

sumber kajian terdahulu yang menjelaskan pengaruh Produk

Domestik Regional Bruto (X1), Inflasi (X2) dan Belanja Daerah (X3)

terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). Teori yang menjelaskan

tentang pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap

Pendapatan Asli Daerah adalah Saberan, (2002:5), teori yang

menjelaskan pengaruh inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah

dikemukakan oleh Boediono, (2005:65) dan teori yang menjelaskan


28

tentang pengaruh belanja daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah yang dapat dilihat dari Fidda (2017).

Berikut adalah gambaran kerangka pikir penelitian :

Produk Domestik Regional Bruto (X1)


1

Inflasi (X2) Pendapatan Asli Daerah (Y)


2

Belanja Daerah (X3)


Sumber : 3

Gambar: 1 Kerangka Pikir


Keterangan:
1. Saberan, (2002:5)
2. Boediono (2005:65)
3. Fiddah (2017)

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang ada,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto, Inflasi dan Belanja

Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kota Probolinggo.

2. Diduga Belanja daerah berpengaruh dominan terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas

(independent variable) dan satu variabel terikat (dependent

variable)

1. Variabel bebas (Xi) pada penelitian ini adalah Produk

Domestik Regional Bruto (X1), inflasi (X2), belanja daerah

(X3).

2. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Pendapatan

Asli Daerah.

B. Definisi Konseptual Variabel

Definisi Konseptual Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan “Penerimaan daerah

yang berasal dari daerah itu sendiri yang bersumber dari sektor

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,

hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah” (Mardiasmo,

2002:132).

29
30

2. Produk Domestik Regional Bruto

“Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai

tambah dari hasil produksi nilai barang dan jasa yang

mampu diciptakan dari berbagai aktivitas ekonomi dalam

suatu daerah/wilayah” (Saberan, 2002:5).

3. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari naiknya harga-

harga barang secara terus menerus. Dalam hal ini,

kenaikan harga tidak dapat dilihat dari satu atau dua

barang saja, melainkan dari kenaikan suatu barang yang

mengakibatkan kenaikan harga pada barang lain

(Boediono, 2005:65).

4. Belanja Daerah

“Belanja daerah adalah pengeluaran pemerintah

daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan

bersih pada satu periode anggaran" (Halim, 2002:68).

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah adalah besarnya

pendapatan yang di peroleh daerah, yang dipungut

berdasarkan peraturan perundang-undangan seperti


31

pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah di Kota Probolinggo yang diukur dengan

satuan rupiah per tahun pada periode 2010-2020.

2. Produk Domestik Regional Bruto (X1)

Produk Domestik Regional Bruto adalah besarnya

jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan

dari seluruh kegiatan ekonomi pada suatu wilayah, di

Kota Probolinggo menggunakan total Produk Domestik

Regional Bruto yang diukur dengan satuan rupiah per

tahun pada periode 2010-2020.

3. Inflasi (X2)

Inflasi adalah besarnya kenaikan harga barang

dan jasa yang terus menerus yang diukur dalam satuan

persen (%) per tahun di Kota Probolinggo pada periode

2010-2020.

4. Belanja Daerah (X3)

Belanja daerah adalah jumlah belanja yang terdiri

dari belanja operasional, belanja modal dan belanja tak

terduga yang termasuk pengeluaran daerah yang sah di

Kota Probolinggo yang diukur dengan satuan rupiah per

tahun pada periode 2010-2020.


32

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup kajian

ekonomi bidang keuangan daerah khususnya Pendapatan

Asli Daerah di Kota Probolinggo yang dikaitkan dengan

Produk Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Probolinggo, dengan

pertimbangan sebagai berikut :

1. Probolinggo adalah salah satu kota Provinsi Jawa Timur

yang mempunyai potensi untuk mengembangkan sektor

pariwisata yang dapat meningkatkan Produk Domestik

Regional Bruto dan Pendapatan Asli Daerah.

2. Belum ada penelitian sejenis yang berkaitan dengan

Produk Domestik Regional Bruto, inflasi, belanja daerah

dan Pendapatan Asli Daerah.

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif dan menggunakan data sekunder dalam

bentuk kurun waktu (time series).

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Data Produk Domestik Regional Bruto periode 2010-2020

bersumber dari Badan Pusat statistik (BPS)


33

2. Data Inflasi periode 2010-2020 bersumber dari Badan

Pusat Statistik (BPS)

3. Data Belanja Daerah bersumber dari Laporan Realisasi

Anggaran Daerah

4. Data Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Laporan

Realisasi Anggaran Daerah

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo

melalui situs online yaitu https://probolinggokota.bps.go.id/.

dan portal data https://djpk.kemenkeu .

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik

dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengumpulkan

data sesuai dengan masalah yang diteliti. Data yang

diperoleh bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Probolinggo dan Portal Data Kementrian Keuangan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis merupakan teknik yang digunakan

untuk menganalisis data dan diolah untuk memperoleh

gambaran yang jelas mengenai hubungan antara fenomena

yang diteliti yaitu Pendapatan Asli Daerah, Produk Domestik

Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah. Teknik analisa


34

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode analisis data yang

digunakan untuk memperoleh suatu gambaran tentang variabel-

variabel penelitian yaitu Pendapatan Asli Daerah, Produk

Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah di Kota

Probolinggo (Gujarati, 2003:75).

Analisis deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Nilai mean digunakan untuk menjelaskan rata-rata variabel,

b. Nilai Standar deviasi digunakan untuk menjelaskan tentang

penyimpangan masing-masing variabel,

c. Nilai minimum adalah nilai paling rendah dari suatu data,

d. Nilai maximum adalah nilai paling tinggi dari suatu data,

e. Nilai range digunakan untuk mengetahui selisih antara max

dan min dan untuk mengetahui sebaran data dari nilai min =

max.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda digunakan untuk

menganalisis pengaruh variabel bebas yaitu Produk

Domestik Regional Bruto, inflasi, belanja daerah terhadap

variabel terikat yaitu Pendapatan Asli Daerah.


35

Rumus regresi linier berganda yang digunakan

dalam penelitian ini (Suliyanto, 2011:55) adalah sebagai

berikut:

Y = α + B1X1+ B2X2 + B3X3 + ε

Keterangan :

Y = Pendapatan Asli Daerah


а = konstanta
B(1,2,3) = koefisien regresi
X1 = Produk Domestik Regional Bruto
X2 = inflasi
X3 = belanja daerah
ε = kesalahan prediksi (term)

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik uji asumsi klasik

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016:161) Uji normalitas bertujuan

untuk mengetahui apakah variabel independen maupun

dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah regresi yang berdistribusi normal

atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test. Hasil analisis ini

dapat dilihat dengan melihat nilai kritisnya. Jika nilai

signifikan (Sig) > a = 0,05, maka data tersebut dinyatakan

berdistribusi normal, dan sebaliknya apabila nilai signifikan


36

(Sig) < a = 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antara variabel bebas atau tidak, Ghozali (2016:103).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Penelitian ini

menggunakan uji TOL (tolerance) dan Variance

inflation factor (VIF), jika nilai VIF ≤ 10 atau nilai

tolerance ≥ 0,1, maka model tersebut tidak terjadi

gejala multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dan residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lain, jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas Ghozali (2016:134). Deteksi

heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode scatterplot dengan memplotkan


37

SRESID. Dasar-dasar pengambilan keputusan jika

tidak terdapat heterokedastisitas sebagai berikut:

1) Penyebaran titik-titik data tidak berpola

2) Tititk-titik data menyebar di atas dan dibawah atau

disekitar angka 0

3) Tititk-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau

dibawah saja.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar

kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Cara yang dapat digunakan untuk menguji ada

tidaknya autokorelasi diantaranya adalah dengan

Metode Run Test (Ghozali, 2011:107) digunakan untuk

melihat apakah data residual terjadi secara random

atau tidak. Jika residual tidak terdapat korelasi maka

nilai residual acak atau random. Jika nilai sig > nilai α

(5%), maka hipotesis nihil, artinya adalah nilai residual

menyebar secara acak maka tidak terjadi autokorelasi.

Sebaliknya jika nilai sig < α (5%), maka terjadi

autokorelasi.
38

4. Uji Hipotesis

a. Uji F (Uji Simultan)

Uji F ini dilakukan untuk mengetahui variabel

bebas secara bersama-sama apakah berpengaruh

secara simultan dengan variabel terikat, adapun rumus

uji F (Sugiono,2008:192) sebagai berikut:

R2/k
F= (1-R2)
n-k-1

Keterangan:
F = koefisien linier berganda
R2 = koefisian determinasi
K = jumlah variabel bebas
N = jumlah data

Model hipotesis:

Ho : B1 = B2 = 0
Ha : B1 ≠ B2 ≠ 0

Jika nilai sig/probabilitas ≤ α = 0,05 maka Ha

diterima (signifikan).

Jika nilai sig/probabilitas > α = 0,05 maka H0

diterima (tidak signifikan).

b. Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial

antara pengaruh masing-masing variabel bebas

secara individu tehadap variabel terikat. Uji t juga

digunakan untuk mengetahui pengaruh Produk


39

Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Rumus Uji t (Rahmawati, 2010:57) sebagai berikut:

𝐵𝑖
𝑡=
𝑆𝐵𝑖

Keterangan :

T = nilai uji signifikan parsial


Bi = koefisien regresi parsial
SBi = standar deviasi

Model hipotesis :

Ho : Bi = 0
Ha : Bi ≠ 0

Jika nilai sig/probabilitas ≤ α = (0,05) maka Ha

diterima (signifikan).

Jika nilai sig/probabilitas > α = 0,05 maka H0

diterima (tidak signifikan).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Gambaran Umum Kota Probolinggo

Kota Probolinggo adalah salah satu kota di Provinsi Jawa

Timur. Kota Probolinggo terletak sekitar 100 km di sebelah

tenggara Surabaya, di sebelah utara Kota Probolinggo

berbatasan dengan Selat Madura, serta di sebelah timur,

selatan dan barat bersebelahan dengan Kabupaten

Probolinggo. Kota Probolinggo berada di wilayah tapal kuda

Jawa Timur dan menjadi jalur utama pantai utara yang

menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Kota Probolinggo merupakan salah satu daerah kota

yang berada di wilayah bagian Utara Provinsi Jawa Timur. Kota

Probolinggo berada diposisi 7°43’41’’ sampai 7°49’04’’ Lintang

Selatan dan 113°10’ sampai 113°15’ Bujur Timur. Letak

geografis daerah berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura,

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dringu

(Kabupaten Probolinggo),

40
41

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Leces,

Wonomerto, Bantaran dan Sumberasih (Kabupaten

Probolinggo), dan

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sumberasih

(Kabupaten Probolinggo).

Kota Probolinggo memiliki luas wilayah 56.667 Km2.

Secara administrasi Kota Probolinggo terdiri dari 5 Kecamatan

yang terbagi dalam beberapa Kelurahan sebagai berikut:

Tabel 1
Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Probolinggo
Tahun 2020

Luas
Jumlah
No Kecamatan Kecamatan
Kelurahan
(Km2)
1 Mayangan 5 8.655
2 Kanigran 6 10.653
3 Kedopok 6 13.264
4 Wonoasih 6 10.981
5 Kademangan 6 12.754
Jumlah 29 56.667
Sumber Data: BPS Kota Probolinggo, diolah tahun 2022

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa Kecamatan

Mayangan dengan 5 Kelurahan memiliki luas 8.655 Km2,

Kecamatan Kanigran dengan 6 Kelurahan memiliki luas 10.653

Km2, Kecamatan Kedopok dengan 6 Kelurahan memiliki luas

13.624 Km2, Kecamatan Wonoasih dengan 6 Kelurahan


42

memiliki luas 10.981 Km2 dan Kecamatan Kademangan dengan

6 Kelurahan memiliki luas 12.754 Km2. Kecamatan dari yang

terluas yaitu Kecamatan Kedopok (13.624 Km2), Kecamatan

Kademangan (12.754 Km2), Kecamatan Wonoasih (10.981

Km2), Kecamatan Kanigran (10.653 Km2) dan yang terkecil yaitu

Kecamatan Mayangan dengan luas (86.55 Km2).

Wilayah Kota Probolinggo dengan kondisi topografi

terletak pada ketinggian 0 sampai kurang dari 50 meter di atas

permukaan air laut. Ketinggian tersebut dikelompokkan atas

ketinggian 0-10 meter, ketinggian 10-25 meter, ketinggian 25-50

meter. Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan

laut semakin besar. Seluruh Kota Probolinggo relatif berlereng

(0-2%), hal ini mengakibatkan masalah erosi tanah dan

genangan air cenderung terjadi.

Jumlah penduduk Kota Probolinggo tercatat 239 444 jiwa

pada tahun 2020, untuk mengetahui jumlah penduduk lebih rinci

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Kota Probolinggo Tahun 2020

Jumlah Penduduk (%)


Jenis kelamin
(Jiwa)
Laki-laki 118 020 59,01
Perempuan 121 424 60,71
Jumlah 239 444 119,72
Sumber Data: Data proyeksi Bps Kota Probolinggo, diolah tahun 2022
43

Berdasarkan informasi yang terdapat pada tabel 2, dapat

diketahui bahwa persentase jumlah penduduk laki-laki dan jumlah

penduduk perempuan hasilnya tidak jauh berbeda yang dapat

dilihat dari masing-masing persentase yaitu laki-laki 59,01% dan

perempuan 60,71%.

2. Deskripsi Masing-masing Variabel

Penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (Dependent

Variable) yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y) dan tiga variabel bebas

(Independent Variable) yaitu Produk Domestik Regional Bruto (X1),

inflasi (X2) dan belanja daerah (X3). Deskripsi dari masing-masing

variabel berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah

Data Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo dapat

dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Probolinggo
Periode 2010-2020
Pendapatan Asli Daerah
Tahun (%)
(Rp)
2010 45.715.475.874 -
2011 57.455.035.686 25,68
2012 69.261.488.711 20,55
2013 78.355.777.788 13,13
2014 135.062.805.888 72,37
2015 142.434.720.375 5,46
2016 171.307.335.437 20,27
2017 106.208.757.540 -38,00
2018 175.789.670.859 65,51
44

Lanjutan tabel 3
2019 175.775.285.717 -0,008
2020 200.975.118.286 14,34
Jumlah 1.358.341.472.161 198,33
Rata-rata 123.485.588.378 19,83
Sumber Data: Data sekunder, diolah 2022

Tabel 3 menunjukkan bahwa, perkembangan

Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2010-2020 mengalami

fluktuasi setiap tahun. Rata-rata perkembangan Pendapatan

Asli Daerah yang diperoleh dalam setiap tahunnya sebesar

Rp123.485.588.378 atau 19,83%.

Besarnya Pendapatan Asli Daerah tertinggi pada periode

2013-2014 sejumlah Rp135.062.805.788 dan perkembangan

tertinggi Pendapatan Asli Daerah yang terjadi dari periode 2013-

2014 sebesar 72,37%, sedangkan besarnya Pendapatan Asli

Daerah dari periode 2016-2017 sejumlah Rp106.208.757.540

serta perkembangan terendah Pendapatan Asli Daerah yang

terjadi pada periode 2015-2017 sebesar -38,00%.

b. Produk Domestik Regional Bruto

Data perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Di

Kota Probolinggo dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:


45

Tabel 4
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan Kota Probolinggo Periode 2010-2020

PDRB
Tahun (%)
(Rp)
2010 2.021.827 -
2011 2.154.855 6,58
2012 5.552.085 157,65
2013 5.911.291 6,47
2014 6.261.886 5,93
2015 6.628.755 5,86
2016 7.018.291 5,87
2017 7.430.616 5,88
2018 7.871.378 5.93
2019 8.338.768 5.94
2020 8.035.267 -3.64
Jumlah 67.225.019 202,48
Rata-rata 6.111.365 20,25
Sumber Data: Data Sekunder, diolah tahun 2022

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa, Produk

Domestik Regional Bruto di Kota Probolinggo mengalami

fluktuasi dari tahun ke tahun. Rata – rata perkembangan Produk

Domestik Regional Bruto setiap tahunnya sebesar Rp6.111.365

atau 20,25

Besarnya Produk Domestik Regional Bruto tertinggi pada

periode 2011-2012 yaitu Rp5.552.085 serta perkembangan

tertinggi terjadi pada periode 2011-2020 sebesar 157,65% dan

besarnya Produk Domestik Regional Bruto terendah terjadi

pada periode 2019-2020 yaitu Rp8.035.267, sedangkan


46

perkembangan PDRB terendah terjadi pada periode 2019-2020

yaitu -3,64%

c. Inflasi

Pada tabel 5 data perkembangan inflasi di Kota

Probolinggo dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5
Perkembagan Laju Inflasi Di Kota Probolinggo
Periode 2010-2020
Inflasi
Tahun (%)
(%)
2010 6.11 -
2011 3.73 -38.95
2012 5.75 54.16
2013 7.75 34.78
2014 6.60 -14.84
2015 2.08 -68.48
2016 1.53 -26.44
2017 3.20 109.15
2018 2.16 -32.50
2019 2.00 -7.41
2020 2.16 8.00
Jumlah 43,07 17,17
Rata-rata 3,92 1,72
Sumber Data: Data Sekunder, diolah tahun 2022

Berdasarkan pada tabel 5 dapat diketahui, laju inflasi di

Kota Probolinggo mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

Rata–rata perkembangan laju inflasi di Kota Probolinggo pada

periode 2010-2020 sebesar 3,92% atau dengan persentase

1,72%.
47

Besarnya laju inflasi tertinggi pada periode 2016-2017

sebesar 3,20% atau dengan perkembangan laju inflasi tertinggi

yang terjadi pada tahun 2016-2017 yaitu 109,15%, sedangkan

besarnya laju inflasi terendah yang terjadi pada tahun 2014-

2015 sebesar 2,08% dengan perkembangan laju inflasi

terendah sebesar -68,48%.

d. Belanja Daerah

Data perkembangan belanja daerah di Kota Probolinggo

dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6
Perkembangan Belanja Daerah Kota Probolinggo
Periode 2010-2020

Tahun Belanja Daerah (%)


(Rp)
2010 499.429.844.388 -
2011 578.773.995.563 15.89
2012 611.170.952.842 5.60
2013 655.932.038.460 7.32
2014 778.254.103.608 18.65
2015 731.680.260.277 -5.98
2016 911.768.784.365 24.61
2017 829.867.146.877 -8.98
2018 947.112.971.040 14.13
2019 1.058.974.718.131 11.81
2020 1.177.821.081.639 11.22
Jumlah 8.780.785.897.190 94,26
Rata-rata 798.253.263.381 9,426
Sumber Data: Data Sekunder, diolah tahun 2022

Tabel 6 menunjukkan bahwa, perkembangan belanja

daerah di Kota Probolinggo mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Rata-rata perkembangan belanja daerah yang terjadi pada


48

periode 2010-2020 sebesar Rp798.253.263.381 dengan

persentase 9,426%.

Besarnya belanja daerah pada periode 2015-2016

sebanyak Rp731.680.260.277 serta perkembangan belanja

daerah tertinggi terjadi pada tahun 2015-2016 sebesar 24,61%.

Besarnya belanja daerah yang memiliki nilai terendah terjadi

pada tahun 2016-2017 sebesar Rp829.867.146.877 dan

perkembangan belanja daerah terendah terjadi pada tahun

2016-2017 yaitu -8,98%.

3. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang menggunakan

software SPSS seri 25 dapat dilihat hasil sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PDRB 11 6.316.941 2,021,827.0 8,338,768. 6,111,365.


2,175,885.52
0 00 21

INFLASI 11
6.22 1.53 7.75 3.92 2.23

BELANJA
11 678,391,237, 499,429,84 1,177,821, 798,253,26 211.103.166.0
DAERAH
251 4,388 081,639 3,380 53.108

PAD 11 155,259,642, 45,715,475, 200,975,11 123,485,58 54,715,851,22


412 874 8,286 8,378 9
Sumber Data: Data Sekunder, diolah tahun 2022
49

Tabel 7 menunjukkan hasil analisis deskriptif yang terdiri

dari range, minimum, maximum, mean serta standar deviasi,

untuk variabel-variabel yang diteliti yaitu Pendapatan Asli

Daerah, Produk Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja

daerah dengan jumlah data (N) sebesar 11 tahun.

Variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y)

memiliki nilai range atau nilai selisih antara nilai maximum dan

nilai minimum berjumlah Rp155.259.642.412, nilai minimum

sebanyak Rp45.715.475.874, nilai maximum sebanyak

Rp200.975.118.286, nilai mean sebesar Rp123.485.588.378

dengan nilai standar deviasi sebesar Rp54.715.851.229. Nilai

mean Pendapatan Asli Daerah lebih besar dari nilai standar

deviasi yang artinya penyimpangan yang terjadi rendah maka

penyebaran nilainya merata.

Selanjutnya variabel independen yaitu variabel Produk

Domestik Regional Bruto menunjukkan nilai range atau selisih

antara nilai maximum dan minimum sebanyak Rp63.169.416,

nilai minimum sebanyak Rp2.021.827, nilai maximum sebanyak

Rp8.338.768, nilai mean sebesar Rp6.111.365 lebih besar

daripada nilai standar deviasi sebesar Rp2.175.885, yang

artinya penyimpangan yang terjadi rendah maka penyebaran

nilainya merata.
50

Variabel inflasi diperoleh nilai range atau selisih antara

nilai maximum dan minimum berjumlah 6,22%, nilai minimum

sebanyak 1,53%, nilai maximum sebanyak 7,75%, nilai mean

sebesar 3,91% dan nilai standar deviasi berjumlah 2,22%. Nilai

mean inflasi lebih besar dari pada standar deviasi, yang artinya

penyimpangan yang terjadi rendah yang berarti penyebaran

nilianya merata.

Variabel Belanja daerah mempunyai nilai range yaitu

selisih antara nilai maximum dan minimum berjumlah

Rp678.391.237.215, nilai minimum yang diperoleh sebanyak

Rp499.429.844.388 dan nilai maximum sebanyak

Rp1.177.821.081.639, dengan nilai mean sebesar

Rp798.253.263.380 lebih rendah dari pada nilai standar deviasi

sebesar Rp211.103.166.053, yang artinya penyimpangan yang

terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi variabel terikat dan variabel bebas

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test. Jika

hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai sig. diatas 0,05


51

maka data Residual terdistribusi dengan normal. Berikut

adalah hasil dari Uji Kolomogrov-Smirnov:

Tabel 8
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


BELANJA
PDRB INFLASI DAERAH PAD
N 11 11 11 11
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .156 .078c .200c,d .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber Data: Data sekunder, diolah tahun 2022

Tabel 8 dapat dilihat bahwa, hasil uji normalitas

variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1) menggunakan

uji Kolomogrov-Smirnov diperoleh nilai signifikan Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0,156 > 0,05 yang berarti data

residual berdistribusi normal, Variabel inflasi (X2)

menggunakan uji Kolomogrov-Smirnov memperoleh nilai

signifikan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,078 > 0,05 yang

berarti dapat dikatakan data residual berdistribusi normal,

variabel belanja daerah (X3) menggunakan uji Kolomogrov-

Smirnov diperoleh nilai signifikan Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,200>0,05 yang berarti data residual tersebut

berdistribusi secara normal dan variabel Pendapatan Asli

Daerah (Y) menggunakan uji Kolomogrov-Smirnov diperoleh


52

nilai signifikan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 > 0,05

dapat dikatakan data residual tersebut berdistribusi normal.

2) Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antara variabel-variabel bebas yang dalam penelitian

ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (X1), inflasi

(X2) dan belanja daerah (X3). Dasar perhitungan uji

multikolinieritas apabila nilai VIF ≤ 10 atau nilai

tolerance ≥ 0,1, maka model tersebut tidak terjadi

gejala multikolinieritas. Tabel hasil uji multikolonieritas

adalah sebagai berikut:

Tabel 9
Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
PDRB .270 3.708
INFLASI .533 1.877
BELANJA .198 5.039
DAERAH
a. Dependent Variabel : PAD
Sumber Data: Data Sekunder, diolah 2022

Tabel 9 perhitungan hasil dari uji multikolinieritas,

menunjukkan bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel

independen adalah untuk variabel Produk Domestik

Regional Bruto sebesar 3,708 < 10 dan tolerance 0,270 ≥


53

0,1, nilai VIF dari variabel inflasi 1,877 < 10 dan tolerance

0,533 ≥ 0,1 dan nilai VIF pada variabel belanja daerah

sebesar 5,039 < 10 dan tolerance 0,198 ≥ 0,1. Hal ini dapat

dikatakan model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi

adanya multikolonieritas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain.

Penelitian ini menggunakan uji heteroskedastisitas yang

menggunakan grafik scatterplot dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Penyebaran titik-titik data tidak berpola

b) Tititk-titik data menyebar di atas dan dibawah atau

disekitar angka 0

c) Tititk-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau

dibawah saja.
54

Sumber Data: Data Sekunder, diolah 2022


Gambar: 2 Grafik Scatterplot
Scatterplot pada gambar 2 menunjukkan bahwa tidak

ada pola yang teratur, dan titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat

dinyatakan tidak ada gejala heteroskedastitas dalam variabel

penelitian ini.

4) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk melihat apakah data residual

terjadi secara random atau sistematis, untuk menguji ada

tidaknya autokorelasi dengan menggunakan Metode Run

Test dengan ketentuan nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05

maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berikut merupakan tabel

hasil uji autokorelasi :


55

Tabel 10
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -3462431641.62674

Total Cases 11
Number of Runs 7
Z .029
Asymp. Sig. (2-tailed) .977
a. Median
Sumber Data: Data Sekunder, diolah 2022

Tabel 10 dapat diketahui hasil uji autokorelasi antara

Produk Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan menggunakan

Metode Run Test dapat diperoleh nilai signifikan sebesar

0,977 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut

menunjukkan nilai residual menyebar secara random

sehingga tidak terjadi autokorelasi.

c. Uji Hipotesis

1) Uji F (Uji Simultan)

Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat,

berikut adalah hasil uji F :


56

Tabel 11
Hasil Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 27.138.629.067.543.687 3 9.046.209.689.18 22.619 .001
.000.000 1.229.000.000

Residual 2.799.614.690.280.898. 7 399.944.955.754.


000.000 413.950.000
Total 29.938.243.757.824.587 10
.000.000
a. Dependent Variable: PAD
b. Predictors: (Constant), BELANJA DAERAH, INFLASI, PDRB
Sumber Data: Data Sekunder, diolah 2022

Tabel 11 menunjukkan bahwa, nilai signifikan pada

tabel hasil uji F adalah 0,001 < 0,05 yang berarti Ha diterima,

maka dapat disimpulkan variabel bebas Produk Domestik

Regional Bruto (X1), inflasi (X2), dan belanja daerah (X3)

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Pendapatan

Asli Daerah (Y).

2) Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui variabel bebas

manakah di antara Produk Domestik Regional Bruto (X1),

inflasi (X2), dan belanja daerah (X3) yang berpengaruh

dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). Berikut

adalah hasil uji t :


57

Tabel 12
Hasil Uji t
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) - 45.637.640. -.575 .583
26.229.408.128. 778.836
940
PDRB 5416.877 5597.010 .215 .968 .365
INFLASI - 3.893.016.5 -.170 -1.071 .320
4.169.573.692.5 75.648
75
BELANJA .167 .067 .643 2.476 .042
DAERAH
a. Dependent Variable: PAD
Sumber Data: Data Sekunder, diolah 2022

Hasil uji t pada tabel 12 menunjukkan bahwa, variabel

belanja daerah mempunyai nilai sig 0,042 < 0,05 yang

berarti Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

belanja daerah mempunyai pengaruh signifikan terhadap

variabel Pendapatan Asli Daerah.

d. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan tabel 11 dan 12, maka hasil regresi linier

berganda pada penelitian ini diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut :
58

Y = B3X3

Y = 0,167X3

Hasil dari analisis regresi linier memiliki nilai

koefisien belanja daerah (X3) sebesar 0,167 miliar rupiah,

artinya setiap kenaikan Rp1 miliar dari belanja daerah

akan menyebabkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah

sebesar 0,167 miliar rupiah.

Hasil perhitungan regresi berganda menunjukkan

nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,952a.

Hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas ini

dapat dikategorikan sangat kuat, sebagaimana diketahui

bahwa suatu hubungan dikatakan sempurna jika koefisien

korelasinya mencapai angka 100% atau 1 (baik dengan

angka positif atau negatif).

Hasil perhitungan regresi berganda, dapat diketahui

nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar

0,866. Koefisien determinasi ini mempunyai arti bahwa

Produk Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja

daerah secara bersama-sama mampu memberikan

pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar

86,6%, sedangkan sisanya 13,4% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini.


59

Hasil perhitungan regresi linier berganda, dapat diketahui

bahwa Produk Domestik Regional Bruto, inflasi dan belanja

daerah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah, yang dapat dilihat dari nilai sig. 0,001

< 0,05.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa nilai

minimal Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp45.715.475.874, nilai

maksimal sebanyak Rp200.975.118.286, dan nilai rata-rata sebesar

Rp123.485.588.378, yang berarti pada periode 2010-2020

Pendapatan Asli Daerah yang di peroleh di Kota Probolinggo rata-rata

yaitu Rp123.485.588.378.

Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto memiliki nilai rata-

rata sebesar Rp6.111.365 yang artinya pada periode 2010-2020 di

Kota Probolinggo memperoleh nilai tambah dari semua kegiatan

Produk Domestik Regional Bruto rata-rata sebanyak Rp6.111.365,

memiliki nilai minimal sebanyak Rp2.021.827, dan nilai maksimal

sebesar Rp8.338.768.

Variabel inflasi memiliki nilai rata-rata sebesar 3,91% yang

artinya tingkat inflasi pada periode 2010-2020 di Kota Probolinggo

memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,91%, inflasi memiliki nilai

minimal sebesar 1,53% dan nilai maksimal sebesar 7,75%.


60

Variabel Belanja daerah memiliki nilai minimal sebanyak

Rp499.429.844.388, nilai maksimal sebanyak Rp1.177.821.081.639

dan memiliki nilai rata-rata sejumlah Rp798.253.263.380, yang berarti

pada periode 2010-2020 belanja daerah yang dikeluarkan oleh

pemerintah rata-rata sejumah Rp798.253.263.380.

Hasil analisis secara simultan dalam penelitian ini,

menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (X1), inflasi (X2)

dan belanja daerah (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (Y) di Kota Probolinggo periode 2010-2020.

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa variabel

belanja daerah (X3) berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kota Probolinggo, hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi belanja daerah maka Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo periode 2010-2020 juga akan meningkat. Belanja daerah

sendiri merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai

kegiatan-kegiatan pemerintah daerah. Pemanfaatan belanja daerah

yang mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang

berarti belanja daerah tersebut harus berorientasi pada kepentingan

publik terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung,

pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Belanja daerah

diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dalam memenuhi kewajiban daerah, hal tersebut

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, penyediaan


61

fasilitas kesehatan, pendidikan, fasilitas sosial dan fasilitas umum

yang layak.

Hasil analisis secara parsial dalam penelitian ini, variabel

Produk Domestik Regional Bruto (X1) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo pada periode

2010-2020. Hal ini terjadi karena salah satu kontribusi PDRB adalah

sektor pertanian, namun luas lahan sektor pertanian di Kota

Probolinggo banyak yang dialihfungsikan menjadi sektor industri,

seharusnya pemerintah daerah dapat meningkatkan penerimaan

Pendapatan Asli Daerah melalui penarikan pajak daerah dan retribusi

daerah (Diskominfo Kota Probolinggo, 2018).

Hal ini terjadi karena salah satu kontribusi PDRB yaitu sektor

pertanian di Kota Probolinggo banyak yang dialihfungsikan menjadi

pabrik industri pengolahan, karena salah satu kontribusi sektor

pertanian yang banyak dialihfungsikan menjadi sektor industri,

seharusnya pemerintah daerah dapat meningkatkan penerimaan

Pendapatan Asli Daerah melalui penarikan pajak daerah dan retribusi

daerah (Diskominfo Kota Probolinggo, 2018).

Hasil analisis secara parsial, variabel inflasi (X2) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada

periode 2010-2020 di Kota Probolinggo. Jika dilihat dari penyebab

terjadinya inflasi yaitu (cost pust inflation) dimana inflasi ini terjadi

karena naiknya biaya produksi harga bahan baku, yang menyebabkan


62

perusahaan tidak bisa memenuhi omset penjualan dan tidak dapat

memenuhi permintaan pasar, sehingga penerimaan daerah yang

diterima dari perolehan pajak daerah juga akan menurun. Dampaknya

adalah tidak dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya

Husna (2018) bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah se-Jawa Tengah.

Dugaan bahwa belanja daerah berpengaruh dominan pada

penelitian ini terbukti, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang

berpengaruh signifikan yaitu hanya belanja daerah, sedangkan

variabel lain seperti Produk Domestik Regional Bruto dan inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota

Probolinggo periode 2010-2020. Belanja daerah sendiri merupakan

pegeluaran-pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintah.

Pemanfaatan belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dalam memenuhi kewajiban belanja

daerahnya seperti, penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan dan

fasilitas sosial.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata variabel Pendapatan Asli Daerah, Produk Domestik

Regional Bruto, inflasi dan belanja daerah di Kota Probolinggo

dari periode 2010-2020 yaitu Pendapatan Asli Daerah sebesar

Rp123.485.588.378, Produk Domestik Regional Bruto sebesar

Rp6.111.365, inflasi sebesar 3,195% dan belanja daerah

sebesar Rp798.253.263.380.

2. Variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1), inflasi (X2) dan

belanja daerah (X3) secara bersama-sama mempunyai

pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) di Kota

Probolinggo periode 2010-2020.

3. Variabel belanja daerah secara parsial berpengaruh dominan

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo periode

2010-2020.

B. SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan dan uraian–uraian

sebelumnya, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai

berikut :

63
64

1. Bagi Pemerintah Daerah

Melalui pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah di

harapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan kepatuhan

masyarakat untuk membayar pajak, sehingga penerimaan

Pendapatan Asli Daerah dapat meningkat, serta menggali

potensi-potensi dan sektor-sektor ekonomi di Kota Probolinggo

agar pemerintah mampu meningkatkan Produk Domestik

Regional Bruto yang bisa menarik investor untuk membuka

lapangan usaha, sehingga dapat menciptakan pajak baru untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota Probolinggo.

2. Bagi Masyarakat

Pentingnya sebagai masyarakat harus mempunyai

kesadaran untuk membayar pajak, agar Pendapatan Asli

Daerah di Kota Probolinggo terus meningkat dan dapat

digunakan untuk mensejahterakan masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lanjutan sehingga diperoleh

temuan yang bervariasi dan lebih baik dalam menjelaskan

Pendapatan Asli Daerah, misalnya dengan menambah variabel

lain seperti jumlah penduduk, investasi, pengeluaran

pemerintah dan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Universitas


Muhammadiyah Malang. Jawa Timur.

Arsyad, Lincolin. 2015. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima.


Yokyakarta: UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2019. http://www.bps.go.id (diakses pada 19


oktober 2021 jam 13.00 WIB)

________. 2020. http://www.bps.go.id (diakses pada tanggal 19 oktober


2021 jam 13.10 WIB)

Boediono. 2005. Ekonomi Moneter. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Diskominfo Kota Probolinggo. 2018. Analisis Strategi SMART City Kota


Probolinggo.

Djaenuri, Arif. 2012. Hubungan Keuangan Pusat Daerah. Ghalia


Indonesia: Bogor.

Fiddah, Andi Izatul. Pengaruh Belanja Daerah dan Produk Domestik


Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Maros. 2017. Thesis Pascasarjana.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

________ 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss


23. Edisi 8. Badan Penerbit Universitass Diponegoro.
Semarang.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonomi Dasar (terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Gunawan, Anjasmara. A. Skripsi Pengaruh Produk Domestik Regional


Bruto, Belanja Daerah Dan Inflasi terhadap Pendapatan Asli
Daerah Pada 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah.
2020.

Halim, Abdul. 20021). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan


Daerah. Edisi pertama Salemba Empat. Jakarta.

________ 20042). Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.

65
66

Husna. Umdatul. 2015. Skripsi. Pengaruh PDRB, Inflasi, Pengeluaran


Pemerintah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Daerah Kota
Se Jawa Tengah.
Kaluge, Setiiawan dan Hutomo. Analisis Pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto, Inflasi dan Jumlah Penduduk terhadap
Pedapatan Asli Daerah. 2019. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Laporan realisasi Anggaran Daerah. 2020 https://djpk.kemenkeu (diakses


pada 15 Oktober 2021 jam 20.00 WIB)

Manurung, Mandala. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makroekonomi dan


Mikroekonomi). Jakarta:LP FEUI
Mardiasmo. 20091). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:Andi Yogyakarta.

________ . 20022). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:Andi Yogyakarta.


Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi Pertama. BPFE. Yokyakarta.

Peraturan Pemerintah Daerah Dalam Negri No 13 Tahun 2006 Tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

________nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran


Pendapatan Dan Belanja Daerah
Peraturan pemerintah no 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.

Putra, Agil Karunia. 2011. Skripsi Analisis Pengaruh Produk Domestik


Regional Bruto Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Kabupaten Malang periode 1997-2009.
Saberan, H. 2002. Produk Domestik Regional Bruto. Rajawali. Jakarta.
Sekaran, Uma 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat:Jakarta.
Sitompul, Maradona. Analisis Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
sebagai Modal Pembangunanan. 2013. Jurnal Ilmu Pemerintah
dan Sosial Politik UMA. Vol 1 , No 1.
Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan
SPSS. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Ekonomi Makro. PT. Raja
Grafindo Persada .Jakarta.
67

Sukirno. Sadono. 20011). Pengantar teori Makro Ekonomi. Pt. Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

________ 20122). Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi 1. PT Raja


grafindo Persada.Jakarta.
________ 20133).Teori Pengantar Makroekonomi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan Dan Pembangunan
Daerah. Andi. Yogyakarta.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi cetakan


ke empat. Jakrta. PT. Bumi Aksara.
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Weley, Kumenaung dan Sumual. 2019. Analisis Pengaruh Inflasi dan
Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli
Daerah. 2019. Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan
Daerah. Vol.18 No. 06.
Yani. Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Daerah Di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
68

Lampiran : 1
Uji Statistik Deskriptif

Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Sum Mean Deviation
PDRB 11 6316941 2021827 8338768 67225017 6111365.21 2175885.518
INFLASI 11 6.22 1.53 7.75 43.07 3.9155 2.22553
BELANJA 11 6783912372 4994298443 1177821081 8780785897 7982532633 2111031660
DAERAH 51 88 639 189 80.78 53.108
PAD 11 1552596424 4571547587 2009751182 1358341472 1234855883 5471585122
12 4 86 160 78.15 9.625
Valid N (listwise) 11

Lampiran : 2
Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


BELANJA
PDRB INFLASI DAERAH PAD
N 11 11 11 11
a,b 7.98253E+11 1.2349E+11
Normal Parameters Mean 6111365.21 3.9155

2.11103E+11 5.4716E+10
Std. Deviation 2175885.518 2.22553

Most Extreme Differences Absolute .217 .239 .114 .173


Positive .153 .239 .114 .159
Negative -.217 -.159 -.078 -.173
Test Statistic .217 .239 .114 .173
c c c,d c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) .156 .078 .200 .200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
69

Lampiran : 3
Uji Multikolinieritas

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Standardize
d Collinearity
Unstandardized Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) - 456376407 -.575 .583
26229408128.94 78.836
0
PDRB 5416.877 5597.010 .215 .968 .365 .270 3.708
INFLASI - 389301657 -.170 -1.071 .320 .533 1.877
4169573692.575 5.648
BELANJA .167 .067 .643 2.476 .042 .198 5.039
DAERAH
a. Dependent Variable: PAD
70

Lampiran : 4
Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran : 5
Uji Autokorelasi

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value -3462431641.62674
Cases < Test Value 5
Cases >= Test Value 6
Total Cases 11
Number of Runs 7
Z .029
Asymp. Sig. (2-tailed) .977
a. Median
71

Lampiran : 6
Uji F

Hasil Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 2.714+E22 3 9.046E+21 22.619 .001
Residual 2.800E+21 7 3.999E+20
Total 2.994E+22 10
a. Dependent Variable: PAD
b. Predictors: (Constant), BELANJA DAERAH, INFLASI, PDRB

Lampiran : 7
Uji t

Hasil Uji t

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -2.623E+10 4.564E+10 -.575 .583
PDRB 5416.877 5597.010 .215 .968 .365
INFLASI -4169573693 3.893.016.576 -.170 -1.071 .320
BELANJA DAERAH .167 .067 .643 2.476 .042
a. Dependent Variable: PAD
72

Lampiran : 8
Analisisis Regresi Linier Berganda

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Model Summary
Change Statistics
Mode R Adjusted R Std. Error of R Square F Sig. F
l R Square Square the Estimate Change Change df1 df2 Change
a
1 .952 .906 .866 2.000E+10 .906 22.619 3 7 .001

a. Predictors: (Constant), BELANJA DAERAH, INFLASI, PDRB

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 2.714+E22 3 9.046E+21 22.619 .001
Residual 2.800E+21 7 3.999E+20
Total 2.994E+22 10
a. Dependent Variable: PAD
b. Predictors: (Constant), BELANJA DAERAH, INFLASI, PDRB

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.623E+10 4.564E+10 -.575 .583
PDRB 5416.877 5597.010 .215 .968 .365
INFLASI -4169573693 3.893.016.576 -.170 -1.071 .320
BELANJA DAERAH .167 .067 .643 2.476 .042
a. Dependent Variable: PAD
73

Lampiran : 9
Jumlah Kecamatan dan Luas Wilayah

Statistik Geografi Kota Probolinggo

Uraian Satuan Nilai

Luas Wilayah Kota Probolinggo Km2 56.667


12.754
- Kecamatan Kademangan Km2
(22.51%)
13.264
- Kecamatan Kedopok Km2
(24.04%)
10.981
- Kecamatan Wonoasih Km2
(19.38%)
- Kecamatan Mayangan Km2 8.655 (15.27%)
10.653
- Kecamatan Kanigaran Km2
(18.80%)

Sungai terpanjang Sungai Legundi

Jumlah Kecamatan kecamatan 5


- Kecamatan pesisir kecamatan 2
- Kecamatan bukan pesisir kecamatan 3

Jumlah Kelurahan kelurahan 29


- Kelurahan pesisir kelurahan 5
- Kelurahan bukan pesisir kelurahan 24

Sumber : BPS Kota Probolinggo


74

Lampiran : 10
Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Menurut Jenis Kelamin (Jiwa)


Kab/Kota Laki-laki Perempuan Total
2020 2019 2020 2019 2020 2019
Kota Probolinggo 118020 117026 121424 120384 239444 237410

Anda mungkin juga menyukai