Anda di halaman 1dari 79

PENGARUH BOARD MEETING, FOREIGN OWNERSHIP DAN

INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA


PERUSAHAAN SEKTOR TRADE SERVICES DAN INVESTMENT (STUDI
KASUS DI INDONESIA)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Manajemen

Oleh :

REGA WAYDI ANDINI


NIM. 1701025162

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Board Meeting, Foreign Ownership dan


Institutional Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan
pada Perusahaan Sektor Trade Services dan Investment
(Studi Kasus di Indonesia)
Nama Mahasiswa : Rega Waydi Andini
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Program Studi : S1-Manajemen

Menyetujui,
Pembimbing,

F. Defung, SE., MA.,Ph.D


NIP. 19700329 199903 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisni
Universitas Mulawarman

Prof. Dr. Hj. Syarifah Hudayah, M.Si


NIP. 19650707 199303 1 005

Lulus Tanggal Ujian : 23 Juni 2021

ii
HALAMAN PENGUJI

SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DINYATAKAN LULUS


Judul Skripsi : Pengaruh Board Meeting, Foreign Owership dan
Institutional Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan
pada Perusahaan Sektor Trade Services dan Investment
(Studi Kasus di Indonesia)
Nama : Rega Waydi Andini
NIM : 1701025162
Hari : Rabu
Tanggal : 23 Juni 2021

TIM PENGUJI

1. F. Defung, SE., MA., Ph.D 1


NIP. 19700329 199903 2 001

2. Rizky Yudaruddin, SE.,MM 2


NIP.19830208 200812 1 002

3. Maryam Nadir, SE., M.Si 3


NIP. 19750919 200801 2 013

iii
iv
HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman,


saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rega Waydi Andini
NIM 1701025162
Program Studi : S1-Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk
memberikan ijin kepada pihak UPT. Perpustakaan Universitas Mulawarman, Hak
Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Eksklusif Royalty-Free Right) atas skripsi
saya yang berjudul “PENGARUH BOARD MEETING, FOREIGN OWNERSHIP
DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRADE SERVICES DAN INVESTMENT
(STUDI KASUS DI INDONESIA)” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalty Non Eksklusif ini kepada UPT. Perpustakaan
Universitas Mulawarman berhak menyimpan, mengalih media atau
memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Dibuat di Samarinda
Tanggal: 30 Juni 2021
Yang Menyatakan,

Rega Waydi Andini


NIM.1701025162

v
RIWAYAT HIDUP

Rega Waydi Andini lahir pada tanggal 06 Mei 1999 di Muara

Wahau, Kalimantan Timur. Merupakan anak ke dua dari

empat bersaudara, dari pasangan Bapak Concong Andika dan

Ibu Seniwati Parida. Mulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri

(SDN) di SDN 1 Muara Wahau dan lulus pada tahun 2011. Kemudian

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Muara

Wahau dan lulus pada tahun 2014. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) di SMAN 1 Muara Wahau dan lulus pada tahun

2017.

Kemudian melanjutkan pendidikan Akademis pada tahun 2017 di Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur

dengan memilih jurussan Manajemen konsentrasi Keuangan, pada tahun 2020

melakukan program kuliah kerja nyata (KKN) 46 Desa Teluk Dalam, Kecamatan

Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Disamping itu aktif dalam

dunia kepenulisan, sebagai Author novel di platform online Wattpad dan Dreame.

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:


Ayahanda tercinta, Concong Andika dan Ibunda terkasih, Seniwati Parida
Kakak perempuanku satu-satunya, Seni Maharani Ba, S. IP
Kedua adik laki-lakiku, M. Fakar Farizzky dan M. Vetrozy Farizzky
Terkhusus kepada keponakan perempuanku yang cantik, Chayra Maqhany
Tidak lupa juga, teruntuk Mo Xiang Tongxiu
Kepada, keluarga besar dan sahabat-sahabatku, terimakasih atas segala
Motivasi dan dukungan yang tiada henti.

-Rega Waydi Andini-

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dimana

skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana manajemen

(SM) pada jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis universitas

mulawarman. Tak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW beserta sahabat-sahabatnya dan sampai kepada kita semua yang

masih konsekuen terhadap ajaran beliau.

Penulis tentunya tidak akan sanggup menyelesaikan skripsi ini tanpa dukungan

dengan doa dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan

kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang sudah membantu, khususnya kepada:

1. Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, rezeki dan karunianya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si Rektor Universitas Mulawarman

Samarinda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan di Universitas Mulawarman.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Syarifa Hudayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Mulawarman.

4. Ibu Dr. Saida Zainurossalamia ZA, SE, M.Si Selaku Ketua Jurusan

Manajemen, Bapak Robiansyah, SE., M.Sc Selaku Sekretaris Jurusan

Manajemen.

viii
5. Ibu Dr. Ariesta Heksarini, SE, MM Ketua Program Studi Jurusan

Manajemen.

6. Ibu F. Defung, SE., MA., Ph.D selaku dosen pembimbing terima kasih

yang sebesar-besarnya atas kesediaan waktu, ilmu, bimbingan dan arahan

serta segala kemudaan yang telah di berikan kepada saya dalam proses

penulisan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Sukisno Selamet Riadi, SE.,MM sebagai dosen wali

akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh dosen pengajar dan staf fakultas ekonomi dan bisnis universitas

mulawarman yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Kepada orang tua tersayang dan tercinta yaitu ayahanda Concong Andika

dan ibunda Seniwati Parida yang telah memberikan doa yang tulus,

dukungan, semangat serta kasih sayang yang tiada henti-hentinya,

sehingga penulis terus mempunyai semangat juang untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

10. Kepada kakak perempuanku satu-satunya Seni Maharani Ba, S.IP yang

telah membei dukungan kepada saya baik dukungan secara moral, material,

dan motivasi selama perjalanan studi penulis sampai dalam proses

penulisan skripsi ini.

11. Kepada kedua adik laki-lakiku, M. Fakar Farizzky dan M. Vetrozy

Farizzky, terima kasih telah menjadi kedua adik yang sangat baik dan

pengertian.

ix
12. Kepada keponakan kecilku, Chayra Maqhany, terima kasih telah hadir

untuk memberikan semangat yang tiada hentinya.

13. Kepada sahabatku Tri Mulyana S.M, terima kasih telah menjadi dosen

pembimbing keduaku yang dengan sabar telah membantuku dalam setiap

keadaan. Terima kasih telah menjadi sahabat dalam senang dan susah.

14. Kepada sahabatku Susi Jantini S.M terima kasih atas segala bantuan tidak

terhingganya sejak awal hingga sampai pada titik ini.

15. Kepada Anah S.M terima kasih telah menjadi sahabat yang selalu

mengingatkan kepada hal baik.

16. Kepada Wa Rusiani S.M, terima kasih telah selalu ada dan tidak henti-

hentinya mendengarkan segala kisah.

17. Kepada Slamet Wahyudi S.M, terima kasih telah menjadi sahabat sejak

awal memasuki dunia perkuliahan hingga akhir.

18. Kepada Meilani S.M terima kasih telah menjadi sahabat yang selalu

memberikan bantuan terkhusus bersangkutan dengan benda elektronik.

19. Kepada seluruh teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Namun disadari sepenhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat

kekurangan, karena itu mohon bimbingan, petunjuk, kritik, dan saran-saran

untuk tercapai hasil yang baik dalam skripsi ini serta di jadikan landasan untuk

perbaikan penulisan yang akan datang.

Samarinda. 5 April 2021

Rega Waydi Andini

x
Pengaruh Board Meeting, Foreign Ownership dan Institutional Ownership
Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Sektor Trade Service dan
Investment (Studi Kasus Di Indonesia)

Rega Waydi Andini1, Felisitas Defung, SE., MA.,Ph.D2


Program S1-Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman

ABSTRAK

Rega Waydi Andini : “Pengaruh Board Meeting, Foreign Ownership dan


Institutional Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Sektor
Trade Sevice dan Investment (Studi kasus di Indonesia).” Bimbingan F. Defung,
SE.,MA.,Ph.D.

Penelitian ini menguji hubungan frekuensi rapat dewan (board meeting),


kepemilikan asing dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan yang
diukur dengan pengembalian Aset (ROA). Penelitian ini menganalisis populasi
dan sampel sebanyak 18 pedagang perusahaan sektor jasa dan investasi yang
terdaftar di bursa efek Indonesia (2016-2019) menggunakan teknik purposive
sampling. Temuan penelitian menemukan bahwa hubungan positif yang tidak
signifikan antara frekuensi rapat dewan dan kepemilikan asing atas kinerja
perusahaan, dan kepemilikan institusional memiliki efek signifikan negatif
terhadap kinerja perusahaan.

Kata kunci: Jasa perdagangan dan investasi, pengembalian aset, rapat dewan,
kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kinerja perusahaan

xi
Pengaruh Board Meeting, Foreign Ownership dan Institutional Ownership
Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Sektor Trade Service dan
Investment (Studi Kasus Di Indonesia)

Rega Waydi Andini1, Felisitas Defung, SE., MA., Ph.D2


Program S1-Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman

ABSTRACT

This study examines the relationship of board meeting frequency (board meeting),
foreign ownership and institutional ownership on the firm performance measured
by Return on Assets (ROA). This study analyzes a population and a sample of 18
trade service and investment sector companies listed on the Indonesian stock
exchange (2016-2019) using a purposive sampling technique. The Findings of the
study suggest that a positive unsignificant association between the frequency of
corporate board meeting and foreign ownership on the firm performance, and
institutional ownership has a negative significant effect on firm performanace.

Keywords: Trade service and investment, return on assets, board meeting, foreign
ownership, institutional ownership, firm performance

xii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
HALAMAN PENGUJI...................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI...................................................... v
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
ABSTRAK............................................................................................................ x
ABSTRACT.........................................................................................................xi
DAFTAR ISI..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................7
2.1 Teori Agensi.......................................................................................... 7
2.2 Kinerja Perusahaan................................................................................ 7
2.3 Ownership Structure.............................................................................. 8
2.3.1 Board Meeting.............................................................................. 8
2.3.2 Foreign Ownership..................................................................... 10
2.3.3 Institutional Ownership.............................................................. 11
2.4 Penelitian Terdahulu............................................................................ 11
2.5 Kerangka Konsep.................................................................................12
2.6 Pengembangan Hipotesis..................................................................... 12
2.6.1 Board Meeting Terhadap Kinerja perusahaan............................ 12
2.6.2 Foreign Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan.....................14
2.6.3 Institutional Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan.............. 16
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................18
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...................................19
3.2 Populasi dan Sampel............................................................................19
3.3 Jenis dan Sumber Data.........................................................................19
3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................19
3.5 Alat Analisis, Model Persamaan dan Pengujian Hipotesis..................19

xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 23
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 23
4.1.1 Pengembangan Sektor Trade Service and Investment di
Indonesia Periode 2016-2019................................................. 23
4.1.2 Statistik Deskriptif.................................................................. 26
4.1.3 Pemilihan Model..................................................................... 28
4.1.4 Uji Asumsi Klasik.................................................................. 29
4.1.5 Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis.................................... 31
4.2 Pembahasan....................................................................................... 33
4.2.1 Pengaruh Board Meeting Terhadap Kinerja perusahaan........ 33
4.2.2 Pengaruh Foreign OwnershipTerhadap Kinerja perusahaan... 35
4.2.3 Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Kinerja
Perusahaan............................................................................. 37

BAB V PENUTUP..................................................................................... 39
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 39
5.2 Saran.............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................43

xiv
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel.................................................................... 18


Tabel 4.1 Statistik Deskriptif........................................................................26
Tabel 4.2 Tabel Hasil Regresi...................................................................... 31
Tabel 4.3 Hasil Hipotesis..............................................................................33

xv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Kerangka Konsep.............................................................................12

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN

Lampiran 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu........................................... 47


Lampiran 2. Penyaringan Sampel Penelitian Berdasarkan Teknik Purposive
Sampling............................................................................... 49
Lampiran 3. Populasi Penelitian .............................................................. 50
Lampiran 4. Daftar Perusahaan Sektor Trade Servive and Investment yang
Memenuhi Kriteria Sampel ................................................. 52
Lampiran 5. Daftar Perhitungan Variabel................................................. 53
Lampiran 6. Statistik Deskriptif................................................................ 55
Lampiran 7. Hasil Uji Chow..................................................................... 56
Lampiran 8. Hasil Uji Hausman............................................................... 57
Lampiran 9. Hasil Uji Multikolineritas..................................................... 58
Lampiran 10. Hasil Uji Heterokedastisitas................................................. 59
Lampiran 11. Hasil Uji Autokorelasi.......................................................... 60
Lampiran 12. Hasil Uji Regresi.................................................................. 61
Lampiran 13. Hasil Hipotesis....................................................................... 62

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan bisnis di Indonesia saat ini dalam kondisi yang tidak

berkesinambungan dimana perubahan terjadi terus menerus dengan dasar yang

mengganggu. Persaingan pasar untuk pelanggan, input dan modal membuat

kinerja perusahaan penting untuk kelangsungan hidup dan kesuksesan sebuah

bisnis. Kinerja perusahaan sangat penting karena memungkinkan manajer dan

peneliti untuk mengevaluasi tindakan spesifik perusahaan dan manajer, dimana

perusahaan dihadapkan dengan pesaing (perusahaan lain) dan bagaimana

perusahaan tumbuh dan berkinerja sepanjang waktu. Kinerja perusahaan pada

akhirnya menjadi kriteria evaluatif dalam penggunaan yang luas sebagai variabel

dependen (Richard, 2009).

Kinerja perusahaan adalah hasil kerja sekelompok orang dalam suatu

organisasi atau perusahaan, sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab

masing-masing perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, secara

hukum, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan

etika. Struktur papan didominasi oleh non-komisaris independen dapat

mempengaruhi kualitas penilaian dan keputusan direksi, menyediakan arahan

strategis sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Deegan,

2006).

Penilaian kinerja perusahaan yang baik dalam pandangan investor adalah

perusahaan yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi atas

1
2

investasi mereka. Selain itu perusahaan yang memiliki tingkat efisien yang

tinggi dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki dalam mengahasilkan laba juga

mendapatkan perhatian yang baik oleh investor sebelum menginvestasikan dana

yang mereka miliki.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai perusahaan

adalah kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang

baik akan menghasilkan laba yang maksimal sehingga memiliki tingkat

pengembalian investasi yang tinggi. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat

dari rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio

yang sangat diperhatikan oleh calon investor. Terdapat berbagai macam rasio

profitabilitas. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah

Return on Asset (ROA). Return on asset (ROA) merupakan rasio yang menarik

dan menjadi perhatian bagi investor. Menurut Tandelilin, (2010) ROA

menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa

menhasilkan laba, hal yang membuat ROA menjadi salah satu faktor penting yang

dilihat investor untuk melihat kinerja perusahaan.

Rapat dewan (Board Meeting) menjadi wadah yang melaluinya dewan

direksi melakukan tugas (Vafeas, 1999). Teori yang melandasi hal ini adalah teori

agensi dimana biaya agensi dapat dikurangi melalui proses mengintensifkan

pemantauan dewan melalui pertemuan dan rapat rutin. Dengan melakukan

pertemuan rutin hal ini dapat membantu memantau dan menilai kerja manajer

dengan lebih baik dan dapat secara terus menerus menverifikasi kegiatan agen

sehingga dapat dengan mudah mengatasi masalah yang timbul secara tepat waktu
3

dan efektif. Frekuensi rapat dewan dianggap sebagai ukuran kekuatan dan

pemantauan yang efektif oleh dewan direksi. Semakin tinggi tingkat frekuensi

rapat dewan sepanjang tahun, maka semakin baik kinerja suatu perusahaan

(Jensen 1976). Namun teori ini bertentangan dengan hasil pengamatan laporan

keuangan.

Sebagai contoh PT. Catur Sentosa Adiprana TBK melalui dewan

komisaris menilai bahwa direksi telah mengelola perusahaan dengan melakukan

perencanaan dan mengeksekusi strategi bisnis dengan baik, dan menunjukan

indeks kehadiran rapat dewan komisaris sebesar 0,8. Yang jika dipersentasekan

menyentuh angka 80 persen pada tahun 2018 dan 2019. Namun indeks rapat yang

bisa dikatakan baik ini, justru tidak mempengaruhi kinerja perusahaan dengan

baik, terbukti perusahaan mencatat laba usaha pada tahun 2018 senilai Rp 89,610

dan turun pada tahun 2019 menjadi Rp 68,480.

Kepemilikan asing adalah kepemilikan/kendali penuh atau mayoritas atas

bisnis disebuah negara oleh perusahaan yang kantor pusatnya tidak di negara itu

(Bilyk, 2009). Kebutuhan investor asing mengenai proteksi terhadap pengelolaan

saham dan pengungkapan laporan keuangan mengharuskan investor asing

mendorong manajemen perusahaan untuk lebih transparan dalam mengungkapkan

laporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengendalikan konflik keagenan.

Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang

terjadi diantara pemegang saham dengan manajer, persentase kepemilikan


4

institusional yang cenderung tinggi memicu kinerja perusahaan lebih baik dan

berdampak positif (McConnell dan Serveas 1990).

Namun, teori tentang pengaruh foreign ownership dan institusional

ownership terhadap kinerja perusahaan ditemukan bertentangan dengan hasil

pengamatan laporan keuangan di lapangan. Sebagai contoh PT. Catur Sentosa

Adiprana TBK dan yang terdaftar sebagai perusahaan utama dalam sektor trade

services dan investment, perusahaan ini masing-masing pada tahun 2018 dan 2019

memiliki lembar saham yang dibeli oleh pihak asing maupun institusi, tercatat PT.

Catur Sentosa Adiprana TBK memiliki 1.468.520.524 lembar saham yang

dipegang pihak institusi pada tahun 2018 dan meningkat pada tahun 2019 sebesar

1.474.091.214. Selanjutnya, sebesar 2.655.307.832 dan 2.647.296.642 lembar saham

yang dipegang pihak asing pada tahun 2018 dan 2019. Dengan jumlah saham

yang tidak terlalu banyak dan meski mencatat adanya kenaikan kepemilikan

institusi pada tahun 2019, akan tetapi kepemilikan asing dan institusi tidak terlalu

mempengaruhi meningkat apa tidaknya kinerja perusahaan untuk contoh

perusahaan di atas., dikarenakan kenaikan jumlah kepemilikan saham tidak

terlihat signifikan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Buchdadi et al,

(2019) tentang bagaimana board meeting mempengaruhi kinerja perusahaan,

pengaruh foreign ownership (Byuyan, 2018) dan pengaruh institutional ownership

(Cornett, Marcus, Saunders, & Tehranian, 2007) terhadap kinerja perusahaan

menunjukan pengaruh yang positif. Kinerja perusahaan penting untuk


5

kelangsungan hidup dan kesuksesan bisnis suatu perusahaan, seperti persaingan

pasar untuk memperoleh pelanggan serta proses operasional dan modal.

Pemasaran, operasi bahkan sumber daya manusia dan strategi, semuanya pada

akhirnya dinilai melalui kontribusi mereka terhadap kinerja perusahaan.

mengukur kinerja perusahaan sangat penting, karena memungkinkan manajer dan

peneliti untuk mengevaluasi tindakan spesifik perusahaan dan manajer, dimana

perusahaan dihadapkan dengan pesaing mereka (perusahaan lain), dan bagaimana

perusahaan tumbuh dan berkinerja sepanjang waktu. Oleh sebab itu, penulis

menjadikan kinerja perusahaan menjadi kriteria evaluatif dalam penggunaan yang

luas sebagai variabel dependen (Richard et al, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah board meeting berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

perusahaan pada perusahaan sektor trade services dan investment yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019?

2. Apakah foreign ownership berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

perusahaan sektor trade services dan investment yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016-2019?

3. Apakah institutional ownership berpengarh positif signifikan terhadap

kinerja perusahaan sektor trade services dan investment yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019?


6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini ialah:

1. Untuk menguji pengaruh board meeting terhadap kinerja perusahaan pada

sektor trade services dan investment yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2019.

2. Untuk menguji pengaruh foreign ownership terhadap kinerja perusahaan

pada perusahaan sektor trade services dan investment yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019.

3. Untuk menguji pengaruh institutional ownership terhadap kinerja

perusahaan pada perusahaan sektor trade services dan investment yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Investor, dapat menjadi masukan dan informasi bagi investor dalam

mengambil keputusan investasi saham diperusahaan.

2. Peneliti selanjutnya, dapat menjadi bahan pertimbangan atau

dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

3. Peneliti, menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh board

meeting, foreign ownership dan institutional ownership terhadap kinerja

perusahaan dalam perusahaan sektor trade services dan investment.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan adalah

kontrak antara Principal (Pemilik perusahaan/investor) dengan Agent (manajer)

untuk melakukan beberapa kegiatan layanan dan administrasi pada perusahaan

atas nama mereka (Principal) dengan memberikan wewenang berupa

pendelegasian dan wewenang pengambilan keputusan kepada Agent (manajer).

Menurut Eisenhardt (1989) teori agensi berkaitan dengan penyelesaian dua

masalah, pertama: adalah masalah keagenan yang muncul ketika terjadi konflik

antara pemegang saham (investor/pemilik perusahaan) dengan agen (manajer) dan

kedua: kendala yang dihadapi pemegang saham berupa sulitnya memantau dan

memverifikasi apa yang dilakukan agen secara rutin. Masalah keagenan ini akan

memicu konflik internal dalam perusahaan dan menyebabkan kinerja perusahaan

menjadi buruk.

2.2 Kinerja Perusahaan

Dalam literatul berupa merujuk dari berbagai sumber jurnal tidak

ditemukannya definisi tertentu tentang apa itu kinerja perusahaan, namun menurut

Santos, (2012) dalam penelitian manajemen strategis, kinerja perusahaan adalah

kontruks relavan yang sering digunakan sebagai variabel dependen. Kinerja bisnis

atau kinerja perusahaan seperti yang dsebutkan oleh Venkatraman & Ramanujam,

(1986) adalah merupakan bagian dari proses pengefektivitas organisasi

(perusahaan) yang mencangkup hasil operasional dan keuangan perusahaan.

7
8

Seperti yang dijelaskan oleh Venkatraman dan Ramanujan (1986) bahwa kinerja

operasional adalah paling baik dipandang sebagai anteseden kinerja keuangan.

Menurut Deegan (2006) kinerja perusahaan adalah hasil kerja sekelompok

orang dalam suatu organisasi atau perusahaan, sesuai dengan kewenangan dan

tanggung jawab masing-masing perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan

perusahaan, secara hukum, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan

moral dan etika. Struktur papan didominasi oleh non-komisaris independen dapat

mempengaruhi kualitas penilaian dan keputusan direksi, menyediakan arahan

strategis sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Kinerja perusahaan penting untuk kelangsungan hidup dan kesuksesan

bisnis suatu perusahaan, seperti persaingan pasar untuk memperoleh pelanggan

serta proses operasional dan modal. Pemasaran, operasi bahkan sumber daya

manusia dan strategi, semuanya pada akhirnya dinilai melalui kontribusi mereka

terhadap kinerja perusahaan. mengukur kinerja perusahaan sangat penting, karena

memungkinkan manajer dan peneliti untuk mengevaluasi tindakan spesifik

perusahaan dan manajer, dimana perusahaan dihadapkan dengan pesaing mereka

(perusahaan lain), dan bagaimana perusahaan tumbuh dan berkinerja sepanjang

waktu. Kinerja perusahaan pada akhirnya menjadi kriteria evaluatif dalam

penggunaan yang luas sebagai variabel dependen (Richard et al, 2009). Menurut

Richard (2009) kinerja perusahaan diukur melalui ukuran objektif kinerja-

akuntansi dan pengukuran pasar keuangan. Ukurannya berkisar dari bermacam-

macam rasio operasi keuangan (misalnya, laba bersih setelah pajak, pengembalian

aset (ROA), laba atas ekuitas (ROE), saham, laba atas investasi). Dalam penelitian
9

ini, kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan perhitungan akuntansi yaitu

menggunakan pengembalian aset (ROA). Rasionya adalah menilai kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba.

2.3 Ownership Structure

2.3.1 Board Meeting (Rapat Dewan)

Menurut KNKG (2006), Dewan Komisaris adalah organ perusahaan dan

secara kolektif bertanggung jawab untuk mengawasi dan memberi nasihat kepada

Direksi dan memastikan bahwa Perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan

yang baik. Salah satu cara untuk melaksanakan tugas adalah melakukan

pertemuan dengan dewan komisaris. Peningkatan rapat / rapat dewan komisaris

mengindikasikan hal itu pengawasan manajemen tinggi, ini karena rapat dewan

komisaris akan membahas kinerja dewan direksi. Dalam pedoman implementasi

GCG, perusahaan diharuskan untuk memberikan laporan tentang jumlah rapat

yang dilakukan oleh dewan komisaris dan tingkat kehadiran dari masing-masing

anggota dewan komisaris dalam rapat. Dalam Peraturan Keuangan Otoritas Jasa

No.33 / POJK.04 / 214 ditetapkan bahwa dewan komisaris memegang sebagian

besar pertemuan debitur 2 bulan sekali asalkan dihadiri oleh mayoritas anggota.

Menurut pedoman GCG (2006) dewan komisaris terdiri dari dua bagian yaitu

komisaris non-independen dan komisaris dependen. Komisaris non-independen

adalah mereka yang merupakan bagian dari perusahaan terdiri dari karyawan dan

pemegang saham utama. Sedangkan komisaris independen bukan lah bagian dari

perusahaan atau terkait langsung dengan perusahaan, tetapi karena karena

kemampuannya yang berguna bagi perusahaan komisaris independen ditunjuk


10

mewakili pemegang saham, mengawasi direktur, kegiatan di perusahaan dan

komisaris non-independen. Teori keagenan berpendapat peran dewan komisaris

independen menjadi efektif ketika mendapat pengawasan dari tim manajemen

yang didominasi oleh dewan internal (Ashikin, Saat, Karbhari, & Heravi, 2011)

Pengukuran rapat dewan komisaris sendiri adalah jumlah kehadiran

rapat/total rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris. Dimana diukur lagi

dengan jumlah pertemuan yang diadakan oleh dewan komisaris. Data ini

diperoleh dari pengukuran yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunannya

(Aryani, Setiawan, & Rahmawati, 2017)

2.3.2 Foreign Ownership (Kepemilikan Asing)

Kepemilikan asing adalah kepemilikan/kendali penuh atau mayoritas atas

bisnis disebuah negara oleh perusahaan yang kantor pusatnya tidak di negara itu

(Bilyk, 2009) Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pasal 1 ayat ke 6

tentang Penanaman Modal, penanam modal asing diartikan sebagai perseorangan

warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan

penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kepemilikan asing

merupakan proporsi kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh

perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar

negeri atau perorangan, badan hukum, pemerintah pembelian langsung pada

perusahaan maupun melalui Bursa Efek. Kebutuhan investor asing mengenai

proteksi terhadap pengelolaan saham dan pengungkapan laporan keuangan

mengharuskan investor asing mendorong manajemen perusahaan untuk lebih

transparan dalam mengungkapkan laporan keuangan perusahaan. Pengukuran


11

kepemilikan asing sendiri diukur melalui persentase kepemilikan saham oleh

investor asing (Byuyan, 2018).

2.3.3 Institutional Ownership (Kepemilikan Institusional)

Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang

terjadi diantara pemegang saham dengan manajer. Semakin besar kepemilikan

oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan

institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan

dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga

kinerja perusahaan juga akan meningkat. Pengukuran kepemilikan institusional

sendiri dilihat persentase kepemilikan saham oleh perusahaan institusional

(Cornett et al., 2007). Menurut Zureigat, (2011) proporsi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh investor institusional dengan jumlah besar membuat investor

tersebut dapat secara langsung mempengaruhi keputusan manajerial. Maug, (1998)

menyatakan apakah Kepemilikan Institusional mempengaruhi keputusan secara

strategis atau tidak relatif sesuai dengan fungsi dari Kepemilikan atau

Kepemilikan mereka di perusahaan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Kajian-kajian mengenai kinerja perusahaan telah banyak dikaji oleh

berbagai peneliti di dunia, Sebagaimana penjelasannya telah terlampir pada tabel

lampiran 1.
12

2.5 Kerangka Konseptual

Board Meeting

(X1)

Foreign
Ownership Kinerja
(X2) Perusahaan (Y)

Institutional
Ownership
(X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Board Meeting terhadap Kinerja Perusahaan

Menurut Eisenhardt (1989) teori agensi berkaitan dengan penyelesaian dua

masalah, pertama: adalah masalah keagenan yang muncul ketika terjadi konflik

antara pemegang saham (investor/pemilik perusahaan) dengan agen (manajer) dan

kedua: kendala yang dihadapi pemegang saham berupa sulitnya memantau dan

memverifikasi apa yang dilakukan agen secara rutin. Masalah keagenan ini akan

memicu konflik internal dalam perusahaan dan menyebabkan kinerja perusahaan

menjadi buruk. Dalam hal ini ada beberapa mekanisme yang dapat dilakukan

untuk mengatasi masalah keagenan, menurut Jensen dan Meckling (1976)

disinilah peran unik dewan komisaris bekerja, dimana dewan memiliki wewenang

memantau dan mendisplinkan manajemen dalam kasus kinerja yang buruk. Rapat

dewan (board meeting) menjadi wadah yang melaluinya dewan melakukan tugas
13

(Vafeas, 1999). Teori yang melandasi hal ini adalah teori agensi dimana biaya

agensi dapat dikurangi melalui proses mengintensifkan pemantauan dewan

melalui pertemuan dan rapat rutin. Dengan melakukan pertemuan rutin hal ini

dapat membantu memantau dan menilai kerja manajer dengan lebih baik dan

dapat secara terus menerus menverifikasi kegiatan agen sehingga dapat dengan

mudah mengatasi masalah yang timbul secara tepat waktu dan efektif. Frekuensi

rapat dewan dianggap sebagai ukuran kekuatan dan pemantauan yang efektif oleh

dewan direksi. Semakin tinggi tingkat frekuensi rapat dewan sepanjang tahun,

maka semakin baik kinerja suatu perusahaan (Jensen 1976).

Sedangkan penelitian yang dilakukan Aryani et al.,(2017) menunjukan

adanya hubungan negatif signifikan antara board meeting dan kinerja perusahaan

pada 175 perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Indeks, sedangkan

berdasarkan penelitian Chou, Chung, & Yin, (2013) yang mereka lakukan pada

perusahaan Taiwan menunjukan hubungan positif antara rapat dewan pada

Kinerja perusahaan jika rapat dewan terlibat langsung dalam rapat, sedangkan

menurut mereka rapat dewan akan memberikan efek negatif pada kinerja

perusahaan jika rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan mereka. Berdasarkan

penelitian Buchadi,et al, (2019) pada 135 perusahaan industri yang bergerak pada

sektor industri logam di Bursa Efek Jakarta, rapat dewan komisaris berpengaruh

positif pada kinerja perusahaan berdasarkan nilai pasar dan kehadiran rapat dewan

komisaris berpengaruh positif pada kinerja perusahaan berbasis akuntansi.

Berlawanan dengan penelitian Buchadadi et al., (2019) penelitian yang dilakukan

Abdallah, Qadorah, Hanim, & Fadzil, (2018) pada 64 industri perusahaan yang
14

terdaftar di Bursa Efek Amman Yordania, dan ditemukan hubungan yang tidak

signifikan antara frekuensi rapat dewan dan kinerja perusahaan yang diukur

melalui ROA pada perusahaan industri di Yordania. Namun penelitian ini

menemukan bahwa dewan independen secara signifikan mempengaruhi kinerja

perusahaan terkait dengan ROA. Secara hubungan logika, sektor trade service dan

investment tidak jauh berbeda dengan sektor lainnya sehingga hipotesis penulis

positif signifikan.

H 1 : Board Meeting berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja

Perusahaan.

2.6.2 Foreign Ownership terhadap Kinerja Perusahaan

Kepemilikan asing adalah kepemilikan/kendali penuh atau mayoritas atas

bisnis disebuah negara oleh perusahaan yang kantor pusatnya tidak di negara itu

(Bilyk, 2009). Kebutuhan investor asing mengenai proteksi terhadap pengelolaan

saham dan pengungkapan laporan keuangan mengharuskan investor asing

mendorong manajemen perusahaan untuk lebih transparan dalam mengungkapkan

laporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengendalikan konflik keagenan.

Berdasarkan penelitian dari Nakano & Nguyen, (2013) menunjukan

bahwa kepemilikan asing pada industri elektronik di Jepang mengarah pada

meningkatnya kinerja perusahaan dari tahun 2005 sampai 2011. Mereka

menghubungkan bahwa investor asing lebih mungkin menghambat Jepang dari

terlalu banyak memegang uang tunai, dan hal ini tidak cukup beresiko.
15

Anh, (2018) meneliti efek kepemilikan asing pada kinerja perusahaan di

Vietnam, ditemukan hasilnya berlawanan dengan penelitian sebelumnya, mereka

menemukan pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja perushaan. Mereka

menggambarkan sama seperti halnya Jepang, Vietnam memiliki ciri-ciri tata

kelola perusahaan dengan sistem yang tidak efesien.

Sedangkan dalam penelitian Bremholm, (2015) berdasarkan hasil

regresi, kepemilikan asing memiliki efek positif pada kinerja perusahaan, baik

dalam regresi ROA mapun Tobin’s Q. Hasil dari Bremholm (2015) sesuai dengan

hasil penelitian dari Nakano dan Nguyen, (2013). Hasil dari penelitian Bremholm

(2015) bertentangan dengan hasil dari penelitian Anh, (2018). Dimana menurut

Bremholm, (2015), hasil yang Anh, (2018) bahas berasal dari sampel Negara

mereka yaitu Vietnam yang masih merupakan pasar yang sedang berkembang,

kepemilikan asing yang rendah, dan tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk

melakukan pemantauan yang memadai. Walaupun Jepang sama seperti Vietnam

dalam aspek tata kelola perusahaan yang tidak efesien, namun investor asing tidak

memiliki masalah dalam melakukan pemantauan yang memadai. Perbedaan dalam

hasil mungkin dikarena Jepang sudah melewati rintangan awal dari kesenjangan

dalam hal pemantauan, dimana pemegang saham yang mana yang bertanggung

jawab atas bagian utama dari pemantauan perusahaan. begitu pula penelitian yang

dilakukan oleh Aydin, Sayim, & Yalaman, (2007) dimana hasil penelitian

menunjukan perusahaan dengan Kepemilikan Asing yang beroperasi di Turki

berkinerja lebih baik daripada yang dimiliki Domestik dalm hal ROA. Dalam

penelitian ini Kepemilikan Asing meningkatkan Kinerja Perusahaan. Secara


16

hubungan logika, sektor trade service dan investment tidak jauh berbeda dengan

sektor lainnya sehingga hipotesis penulis positif signifikan.

H 2 : Foreign Ownership berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja

Perusahaan.

2.6.3 Institutional Ownership terhadap Kinerja perusahaan

Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang

terjadi diantara pemegang saham dengan manajer. Semakin besar kepemilikan

oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan

institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan

dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga

kinerja perusahaan juga akan meningkat. Pengukuran kepemilikan institusional

sendiri dilihat persentase kepemilikan saham oleh perusahaan institusional

(Cornett et al., 2007).

Berdasarkan penelitian Chaganti, (1991) pada perusahaan manukfaktur di

Amerika Serikat menemukan sedikit bukti bahwa kepemilikan Institusional

terhadap kinerja perusahaan saling berkolerasi. Mcconnell & Servaes, (1990),

melaporkan bahwa hubungan antara kepemilikan institusional berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan penelitian Masry, (2016) pada 73 perusahaan gabungan Mesir

yang terdaftar di Bursa Efek Mesir, perusahaan yang tergabung bergerak dalam

beberapa kegiatan ekonomi seperti perusahaan komersial, industri, dan jasa,

dimana dalam penelitiannya tentang dampak kepemilikan institusional yang


17

terdaftar di pasar saham Mesir menunjukan kepemilkan institutional memiliki

hubungan positif signifikan dengan kinerja perusahaan. Menurut Masry (2016)

keterlibatan kepemilikan Institusional dalam memantau dan mengendalikan

kegiatan dalam perusahaan dapat mengurangi konflik keagenan dan meningkatkan

kinerja perusahaan di negara berkembang. Sedangkan untuk kelembagaan pada

kinerja perusahaan, telah menunjukan Kepemilikan Institusional terkhusus

perusahaan Holding Company yang mewakili kepemilikan pemerintahan,

memiliki efek yang positif signifikan dengan kinerja perusahaan. Begitu pula

dengan kepemilikan asuransi, kepemilikan reksadana (berefek tidak signifikan

untuk bank dan dana investasi) memiliki efek yang positif signifikan terhadap

kinerja perusahaan. Dari sudut teori agensi, keaktivan pemilik institusional akan

mengurangi konflik agen. Karena ketika pemilik Institusional bertindak sebagai

pemantau tindakan manajerial, ini akan menyebabkan peningkatan Kinerja

Perusahaan. sejalan dengan teori efesiensi dan teori agensi serta melihat studi

terdahulu, maka jika Kepemilikan Institusional meningkat maka akan

meningkatkan kinerja perusahaan. Secara hubungan logika, sektor trade service

dan investment tidak jauh berbeda dengan sektor lainnya sehingga hipotesis

penulis positif signifikan.

H 3 : Institutional Ownership berpengaruh positif signifikan terhadap

Kinerja Perusahaan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah board meeting, foreign

ownership dan institutional ownership sebagai variabel bebas (independen) yang

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen. Dalam perhitungannya Variabel dependen

menggunakan konsep perhitungan akuntansi-akuntansi yaitu menggunakan

pengembalian aset (ROA). Rasionya adalah menilai kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba. Adapun dalam penelitian ini menggunakan perusahaan

sub sektor Trade Sevice and Investment peeriode 2016-2019. Selanjutnya untuk

pengukuran variabel dapat dilihat sebagai berikut:

No. Variabel Definisi Pengukuran Sumber

1. Variabel Kemampuan
ROA =
Laba Bersih setelah Pajak ((Al-daoud,
Dependen: perusahaan untuk Total Aset Saidin, &
Kinerja memanfaatkan × 100% Abidin, 2016)
perusahaan sumber daya yang
(Y) dimilikinya.
2. Variabel Proporsi jumlah (Aryani et al.,
Independen: rapat yang diadakan Jumlah Kehadiran Rapat 2017)
Board dan dihadiri oleh BM =
Total Rapat
meeting dewan komisaris
(X1)
3. Foreign Proporsi (Nguyen dan
ownership kepemilikan saham Kepemilikan Asing = Persentase Nakano.,2013)
(X2) terbesar oleh pihak Kepemilikan Saham oleh Investor
asing Asing
4. Institutional (Masry.,
ownership Proporsi Kepemilikan Institusional = (2016)
(X3) kepemilikan saham Persentase Kepemilikan oleh
terbesar oleh pihak Perusahaan Institusional
institusi
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel

18
19

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor trade

services & investement yang terdaftar di BEI periode 2016-2019. Sampel yang

digunakan dipilih dengan teknik purposive sampling serta untuk pemilihan dan

jumlah sampel dapat dilihat di lampiran 2.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder

yang berasal dari website www.idx.co.id. Data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini meliputi data laporan tingkat rasio return on assets perusahaan,

rata-rata indeks kehadiran rapat oleh dewan komisaris, persentase kepemilikan

saham asing dan persentase kepemilikan saham institusional.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Peneliti memperoleh data dari laporan keuangan dan laporan

tahunan perusahaan sektor trade services & investement yang terdaftar di BEI

periode 2016-2019.

3.5 Alat Analisis, Model Persamaan dan Pengujian Hipotesis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yakni deskripsi

statistik dan regresi data panel. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

berusaha menganalisis suatu gejala atau peristiwa yang terjadi pada waktu

sekarang atau masalah actual yang terjadi pada perusahaan sektor trade services

dan investment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019.


20

Sedangkan analisis data panel adalah penggabungan antara data runtut waktu

(time series) dan data silang (cross section). Sebelum melakukan pengujian

hipotesis dilakukan Uji Asumsi Klasik dengan melakukan tiga pengujian yaitu;

Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi.

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen, jika antar variabel independen ada korelasi yaitu cukup tinggi

(umumnya di atas 0,09) maka hal ini merupakan indikasi adanya

multikolinieritas

2. Uji Heteroskesditas

Uji heteroskesditas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi

ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan dengan pengamatan

lainnya. Jika nilai sig> 0,05 maka data non heteroskesditas

(Yudaruddin,2014:152)

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya

hubungan nilai statistik dan Durbin Watson (DW) dapat berkisar dari 0

hingga 4. Nilai d mendekati 0, ini menunjukkan autokorelasi positif.

Autokorelasi negative sangat jarangditemukan. Apabila terjadi, residu

yang dihasikan biasanya besar, tetapi tandanya akan berlawanan.

Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:


21

Firm Perf= α1 + β1 BMEET + β2FO + β3IO + e

Keterangan:
Firm Perf : Kinerja Perusahaan
α1 : Konstanta
β1…β3 : Koefisien
e : Variabel Pengganggu
BMEET : Board Meeting
FO : Foreign Ownership
IO : Institutional Ownership

Selanjutnya melakukan pengujian hipotesis dengan Uji F dan Uji t. Uji statistik

F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam

model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pada

Uji statistikmenunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya

konstan. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Jika tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05(< 5%), maka (H1 diterima dan H0 ditolak), dan

jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 5%), maka (H1 ditolak dan H0

diterima). Adapun intepretasi dari hipotesis Uji F dan Uji t ialah sebagai berikut:

Uji F:

H1 diterima dan H0 ditolak: Secara simultan variabel independen berpengaruh


signifikan terhadap variabel dependen.

H0 diterima dan H1 ditolak: Secara simultan variabel independen tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.

Uji T:

H1 diterima dan H0 ditolak: Secara parsial variabel independen berpengaruh


signifikan terhadap variabel dependen.
22

H0 diterima dan H1 ditolak: Secara parsial variabel independen tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Perkembangan Sektor Trade Service dan Investment

Sektor perdagangan, jasa dan investasi merupakan salah satu sektor yang

termasuk dalam indeks saham sektor BEI. Sektor perdagangan, jasa dan investasi

merupakan salah satu penopang serta memberi kontribusi yang signifikan dalam

pembangunan perekonomian di Indonesia. Perkembangan industri perdagangan,

jasa dan investasi menjadi parameter dalam pembangunan industri nasional.

Sektor ini menjadi sektor yang kuat karena merupakan kebutuhan umum

masyarakat Indonesia. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan investasi

menjadi peluang yang sangat baik dimana banyaknya suntikan dana investor yang

dapat menjadi kekuatan bagi perekonomian nasional.

Sebagian besar ekonomi modern sebenarnya adalah ekonomi jasa.

Menurut data yang dilaporkan Bank Dunia, industri perdagangan jasa

menyumbangkan 70% dari produk domestik bruto (PDB) dunia. Ekonomi modern

bukan hanya bergantung pada peran langsung jasa dalam menciptakan lapangan

kerja dan nilai ekonomi, tetapi juga perannya di balik layar, menambah nilai pada

hampir setiap segmen produksi barang. Misalnya, jasa bisnis seperti desain dan

teknik, memainkan peran penting dalam rangkaian kegiatan produksi baik di hulu

maupun hilir. Dan jasa distribusi memungkinkan pergerakan barang yang efisien,

sehingga meningkatkan daya saing global negara tersebut. Menurut Badan Pusat

Statistik, perdagangan jasa dan investasi menyumbangkan 51% pada PDB

23
24

Indonesia di tahun 2015. Sebaliknya, manufaktur hanya menyumbangkan 24%,

pertanian, pertambangan, kehutanan, dan perikanan menyumbangkan 14%,

pertambangan dan penggalian menyumbang 10%, serta listrik, gas, dan air

menyumbangkan 1% sisanya. Jasa telah menjadi semakin penting dalam

perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000, perdagangan jasa dan investasi

menyumbangkan 44% dari PDB. Meskipun terdapat sedikit penurunan akibat

krisis keuangan tahun 2008–2009, jasa sebagai bagian dari PDB tumbuh menjadi

51% pada tahun 2014. Ini berarti perdagangan jasa dan investasi menjadi lebih

terintegrasi ke dalam perekonomian Indonesia. Pertumbuhan jasa merupakan

pertanda baik bagi perekonomian Indonesia, karena ekonomi yang didominasi

oleh jasa merupakan ciri khas negara maju, sementara negara-negara yang kurang

berkembang lebih mengandalkan industri primer.

Menurut statistik Badan Pusat Statistik, porsi lapangan kerja terbesar

terdapat dalam kelompok perdagangan grosir dan ritel/hotel dan restoran.

Pekerjaan ini menyumbangkan lebih dari 40% lapangan kerja jasa. Sumbangan

terbesar kedua untuk lapangan kerja jasa berasal dari kelompok jasa masyarakat,

sosial, dan pribadi, dengan porsi sekitar 30% dari pekerjaan jasa. Porsi di kedua

kelompok tersebut cukup stabil dari waktu ke waktu. Porsi bidang konstruksi

meningkat dari 12% menjadi hampir 14%, sementara porsi sektor transportasi dan

penyimpanan sedikit menurun. Kelompok pembiayaan, real estat, penyewaan, dan

bisnis menyumbangkan porsi terkecil dari pekerjaan jasa, 5,4%, walaupun porsi

tersebut sedikit meningkat seiring waktu.


25

Sebagai contoh, pada tahun 2015 PT Telekomunikasi Indonesia menerima

sertifikat pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Telkom Tahap I dan penyerahan

secara simbolis pembukaan rekening efek dari PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex)

kepada 10.000 karyawannya. Penerbitan obligasi korporasi oleh PT Telkom ini

menjadi catatan tersendiri karena nilainya mencapai Rp7 triliun dan ada seri

dengan tenor 30 tahun. Suksesnya penerbitan obligasi PT Telkom yang sebagian

besar dananya diperuntukkan pembangunan infrastruktur ini menunjukkan tingkat

kepercayaan investor korporasi yang tinggi pada keberlanjutan pembangunan

jangka panjang di Indonesia

Namun pada tahun 2017, dari 85 emiten perdagangan yang sudah merilis

kinerja keuangannya, 40 persennya diantaranya mencatatkan penurunan laba

bersih dimana 28 emiten mengalami kerugian.

Untuk menghadapi kondisi tersebut perusahaan-perusahaan yang bergerak

dibidang perdagangan, jasa dan investasi di Indonesia perlu meningkatkan kinerja

perusahaan. Dukungan pemerintah mengalir dalam beberapa kebijakan yang dapat

mempermudah masuknya investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini

diyakini dapat memperkuat struktur industri di Tanah Air. Dengan terciptanya

situasi perekonomian dan perdagangan Indonesia yang kondusif serta nilai tukar

rupiah yang stabil dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan,

keadaan makro ekonomi yang baik ini disertai strategis bisnis yang dilakukan oleh

perusahaan dapat memberikan dampak meningkatnya kinerja dan pendapatan

perusahaan.
26

4.1.2 Statistik Deskriptif

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

ROA BMEET FO IO
Mean 2.305833 0.894583 39.06896 73.10910
Median 1.275000 0.955000 35.30000 75.89500
Maximum 31.35000 1.000000 99.66000 99.65000
Minimum -144.5900 0.450000 0.160000 12.49400
Std. Dev. 19.43753 0.138561 27.76822 21.62441
Observations 72 72 72 72
Sumber Lampiran 6 Data diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.1 dapat terlihat bahwa ROA memiliki nilai terkecil

(minimum) yang menunjukan tingkat kemampuan terendah perusahaan dalam

menghasilkan laba rugi bersih terhadap total aset sebesar -144,59% oleh PT

Trikomsel Oke Tbk tahun 2016 dan nilai maksimum yang menunjukan tingkat

kemampuan tertinggi perusahaan menghasilkan laba rugi terhadap total aset

31,35% oleh PT Surya Citra Media Tbk pada tahun 2016.. Hasil rata-rata ROA

menunjukan kemampuan rata-rata perusahaan trade service dan investment

periode 2016-2019 dalam menghasilkan laba bersih terhadap total aset sebesar

2,305833%. Hasil standar deviasi ROA diatas nilai mean sebesar 19,43753 yang

artinya ROA memiliki tingkat variasi data yang tinggi.

Hasil deskriptif statistik variabel BMEET menunjukan nilai minimum 0,45

dan nilai maksimum 1,00. Hasil ini menunjukan tingkat kehadiran rapat terendah

dewan komisaris adalah sebesar 45% oleh PT Multistrada Arah Sarana Tbk pada

tahun 2019 dan tingkat kehadiran rapat dewan komisaris tertinggi adalah 100%

oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah PT Saraswati Griya Lestari Tbk

pada tahun 2016-2019. Nilai mean BMEET sebesar 0.894583(89%). Hasil ini

menunjukan bahwa nilai rata-rata tingkat kehadiran rapat dewan komisaris oleh
27

perusahaan trade service dan investment periode 2016-2019 adalah 89%. Hasil

standar deviasi BMEET dibawah nilai mean sebesar 27.76822. Yang artinya

BMEET memiliki tingkat variasi data yang rendah.

Variabel FO menunjukan nilai terendah (minimum) yang menunjukan

tingkat persentase kepemilikan saham asing terendah sebesar 0,16% oleh PT

Saraswati Griya Lestari Tbk tahun 2016-2019 dan menunjukan tingkat persentase

kepemilikan saham asing tertinggi (maximum) sebesar 99,66% oleh PT

Multistrada Arah Sarana Tbk tahun 2019. Nilai mean FO adalah 39.06896. Hasil

ini menunjukan bahwa nilai rata-rata kepemilikan saham asing oleh perusahaan

trade service dan investment periode 2016-2019 adalah 39,06%. Hasil standar

deviasi FO dibawah nilai mean sebesar 27.76822. Yang artinya FO memiliki

tingkat variasi data yang rendah.

Variabel IO menunjukan nilai terendah (minimum) yang menunjukan

tingkat persentase kepemilikan saham oleh pihak institusional terendah sebesar

12,49% oleh PT Mitra Pinastika Mustika Tbk pada tahun 2019, dan menunjukan

tingkat persentase kepemilikan saham oleh pihak institusi tertinggi (maximum)

sebesar 99,65% oleh PT Multistrada Arah Sarana Tbk pada tahun 2019. Nilai

mean IO adalah 73.10910. Hasil ini menunjukan bahwa nilai rata-rata

kepemilikan saham oleh pihak institusi oleh perusahaan trade service dan

investment periode 2016-2019 adalah 73,10%. Hasil standar deviasi IO dibawah

nilai mean sebesar 21.62441. Yang artinya IO memiliki tingkat variasi data yang

rendah.
28

4.1.3 Pemilihan Model

1. Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model Common Effect dan

Fixed Effect yang lebih tepat digunakan. Uji Chow dilakukan dengan

hipotesis sebagai berikut :

H0 : Common Effect Model

Ha : Fixed Effect Model

Dengan aturan pengambilan kesimpulan jika probabilitas untuk Cross-

Section F < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga model yang

tepat adalah Fixed Effect dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk

memilih apakah menggunakan Fixed Effect atau Random Effect. Dan, jika

probabilitas untuk Cross-Section F > 0,05 maka H0 diterima sehingga

model yang tepat digunakan adalah model Common Effect.

Dari hasil pengujian dengan uji chow dapat dilihat hasil bahwa nilai

probabilitas Cross-Section F adalah 0,0000 (< 0,05) artinya H0 ditolak, dan

Ha diterima, sehingga yang tepat untuk uji data panel ini adalah Fixed

Effect Model (Lihat Lampiran 7)

2. Uji Hausman

Setelah dilakukan uji Chow dengan hasil yang menunjukan bahwa Fixed

Effect Model yang tepat untuk regresi data panel, maka selanjutnya

dilakukan uji Hausman. Uji Hausman digunakan untuk memilih apakah


29

Fixed Effect Model atau Random Effect Model yang paling tepat

digunakan. Uji Hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

Ha: Fixed Effect Model

Aturan pengambilan kesimpulan adalah jika probabilitas untuk Chi-Square

< 0,05 maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah Fixed Effect. Dan

jika probabilitas untuk Chi-Square > 0,05 maka H0 diterima sehingga

model yang tepat digunakan adalah model Random Effect. Dari hasil

pengujian dengan uji Hausman dapat dilihat hasil bahwa nilai probabilitas

Chi-Square adalah 0,0317 (< 0,05) artinya H0 ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian berdasarkan uji Hausman model yang tepat untuk uji

data panel ini adalah Fixed Effect Model. (Lihat Lampiran 8).

4.1.4 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolineritas

Untuk mengetahui multikolineritas dalam suatu model adalah dengan

melihat koefisien korelasi hasil output uji multikolineritas. Jika terdapat

koefisien korelasi >0.80 maka terdapat gejala multikolineritas.

Berdasarkan pengujian terhadap nilai koefisien di atas, masing-masing

variabel mempunyai nilai koefisien (< 0,80) maka dapat disumpulkan

bahwa model tidak mengalami masalah multikolineritas (Lihat Lampiran

10).
30

2. Uji Heterokedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data terjadi gejala

heterokedastisitas atau tidak. Jika nilai probabilitas variabel bebas < 0,05

maka terdapat masalah heterokedastisitas jika .> 0,05 maka tidak terdapat

masalah heterokedastisitas. Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas

menunjukan seluruh nilai probabilitas variabel bebas BMEET, FO dan IO

(> 0,05) sehingga disimpulkan tidak terjadi masalah heterokedastisitas

(Lihat Lampiran 11).

3. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam model yang

digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel, dengan

mengacu kepada nilai Durbin Watson. Dimana jia nilai d mendekati 0.

Diperoleh nilai DW sebesar 2,376344, yang kemudian mengacu kepada

tabel Durbin Watson dimana diperoleh nilai DL sebesar 1,5323, nilai DU

sebesar 1,3054, nilai 4-DU sebesar 2,2946 dan nilai 4-DL sebesar 2,4677.

Berdasarkan bagan autokorelasi, nilai DW yang sebesar 2,376344 berada

di antara > 4-DU < 4-DL yang artinya tidak tahu apakah terjadi

autokorelasi atau tidak. (Lihat Lampiran 12).


31

4.1.5 Hasil Regresi dan Hipotesis

Tabel 4.2
Hasil Regresi Pada Variabel Rapat Dewan (BMEET),
Kepemilikan Asing (FO) Dan Kepemilikan Institusi (IO)
Variabel Variabel Koefisien
t-hitung Prob. Arah Ket.
Terikat Bebas Regresi

Konstanta 18.38750 0.963434 0.3402

Tidak
BMEET 0.436346 0.026716 0.9788 (+) Signifikan
ROA
Tidak
FO 0.429423 1.1713806 0.0930 (+)
Signifikan

IO -0.454788 -2.757615 0.0082 (-) Signifikan

R–Square 0.771046
Adjust RSquare 0.661339
F-Statistik 7.028235
F Signifikan 0.000000
Sumber Lampiran 13 Data diolah Tahun 2021

Pada model PLS nilai koefesien determinan (R2) sebesar 0.771046.

Artinya variabel kinerja perusahaan (ROA) dapat dipengaruhi sebesar 77 persen

oleh variabel independen (BMEET, FO dan IO). Sedangkan sisanya 23 persen

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.

Hasil pengujian regresi data panel menunjukan bahwa nilai F statistik

sebesar 7.028235 dengan nilai signifikansi (F signifikan) sebesar 0.000000< 0,05.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa tiga variabel independen yaitu BMEET, FO

dan IO secara bersamaan berpengaruh secara simultan terhadap ROA pada

perusahaan Trade Service and Investment periode 2016-2019 di BEI.


32

Pada uji t variabel BMEET (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 0.026716

dengan tingkat profitabilitas sebesar 0.9788 >0,05 yang artinya secara persial

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. Variabel FO (X2) memiliki

nilai t hitung sebesar 1.713806 dengan tingkat profitabilitas sebesar 0.0930 > 0,05

yang artinya secara persial variabel berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

ROA. Variabel IO (X3) memiliki nilai t hitung sebesar -0,454788 dengan tingkat

profitabilitas sebesar 0,0082 < 0,05 yang artinya secara persial variabel

berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

Berdasarkan hasil pengujian regresi pada tabel 4.7 yang ditampilkan maka

model dari penelitian ini sebagai berikut:

Firm Perf = 18.38750 + 0.436346BMEET + 0.429423FO - 0.454788IO+e

Berikut penjelasan dari hasil regresi diatas:

1. Konstanta pada hasil regresi menunjukan nilai 18.38750, yang artinya jika

variabel independen lainnya 0 maka nilai kinerja perusahaan sebesar

18.38750.

2. Koefisien variabel BMEET menunjuk nilai +0.436346 yang artinya jika

variabel independen lainnya dianggap tetap dan variabel BMEET

mengalami kenaikan satu satuan maka akan menaikan kinerja

perusahaan sebesar 0.436346. Sebaliknya, jika variabel BMEET

mengalami penurunan sebanyak satu-satuan maka akan menurunkan

kinerja perusahaan sebesar 0.436346.

3. Koefisien variabel FO menunjukan nilai +0.429423 yang artinya jika

variabel independen lainnya dianggap tetap dan variabel FO mengalami


33

kenaikan satu satuan maka akan menaikan kinerja perusahaan sebesar

0.429423. Sebaliknya, jika variabel FO mengalami penurunan sebanyak

satu-satuan maka akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar 0.429423.

4. Koefisien variabel IO menunjukan nilai - 0.454788, yang artinya jika

variabel independen lainnya dianggap tetap dan variabel IO mengalami

kenaikan satu satuan maka akan menurunkan kinerja perusahaan sebesar

0.454788. Sebaliknya jika variabel IO mengalami penurunan sebanyak

satu-satuan maka akan menaikan kinerja perusahaan sebesar 0.454788.

4.2 Pembahasan

Tabel 4.3 Hasil Hipotesis

Hipotesis Pernyataan Hipotesis Awal Hasil


Hipotesis

Hipotesis 1 Board Meeting berpengaruh positif Ditolak


signifikan terhadap kinerja perusahaan
Foreign Ownership berpengaruh positif
Hipotesis 2 signifikan terhadap kinerja perusahaan Ditolak
Institutional Ownership berpengaruh
Hipotesis 3 positif signifikan terhadap kinerja Ditolak
perusahaan

4.2.1 Pengaruh Board Meeting Terhadap Kinerja Perusahaan

Hasil pengujian peneliti menunjukkan nilai BMEET sebesar 0.436346

terhadap ROA dengan signifikansi sebesar 0,9788 > 0,05. Artinya model regresi

dalam penelitian ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA

(Hipotesis 1 ditolak).
34

Berdasarkan hasil regresi menunjukan bahwa board meeting berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan pada sektor Trade Service and

Investment di BEI periode 2016-2019. Berdasarkan teori keagenan, Jansen dan

Meckling (1976) menyatakan bahwa frekuensi rapat dewan dianggap sebagai

ukuran kekuatan dan pemantauan yang efektif oleh dewan komisaris. Semakin

tinggi tingkat frekuensi rapat dewan sepanjang tahun, maka semakin baik kinerja

perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Qodarah dan Fadzil (2018)

yang dilakukan pada 64 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Amman,

Yordania. Dimana rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan negara berkembang.

Proses kerja dewan komisaris benar-benar berdampak besar terhadap

kinerja perusahaan. Rapat Dewan Komisaris diperlukan untuk efektivitas kerja

dewan direksi. Jika dewan komisaris lebih sering bertemu, mereka akan

membahas hal-hal yang menjadi fokus perusahaan dan memantau manajemen

secara lebih efektif. Oleh karena itu, kinerja dewan komisaris akan lebih baik

dengan koordinasi yang lebih baik dan selaras dengan kepentingan pemegang

saham (Lipton dan Lorsch, 1992). Senada dengan hal tersebut, Conger et al (1996)

menyatakan bahwa rapat dewan komisaris merupakan bagian penting dalam

meningkatkan efektivitas dewan dan keputusan yang lebih baik.

Alasan ditemukannya hubungan yang tidak signifikan ini adalah rapat

efektif apabila dihadiri sebagian besar dewan komisaris. Selain itu meski

berdasarkan hasil statistik deskriptif menunjukan bahwa rapat dewan komisaris


35

menunjukan frekuensi rata-rata rapat adalah 89 persen, tapi berdasarkan data yang

ditemukan dalam laporan tahunan perusahaan, beberapa komisaris di perusahaan

sektor Trade Service and Investment di BEI tidak menghadiri rapat secara

langsung, tetapi mengirim seseorang untuk mewakili diri mereka di dalam rapat

seperti sekretaris pribadi mereka. Dan, waktu terbatas yang dimiliki penyebut

untuk menjalankan rapat adalah mungkin tidak cukup untuk membahas masalah

substansial dalam perusahaan. Selain itu frekuensi rapat yang dilakukan oleh

dewan komisaris selama satu tahun belum tentu membahas tentang kinerja

perusahaan sehingga agenda rapat yang dibahas kadang tentang pengembalian

modal atas investasi yang mereka tanamkan terhadap perusahaan tersebut yang

berakibat kinerja dari dewan direksi kurang menjadi bahasan topik yang menarik

di dalam agenda rapat.

4.2.2 Pengaruh Foreign Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan

Hasil pengujian peneliti menunjukkan nilai FO sebesar 0.436346 terhadap

ROA dengan signifikansi sebesar 0,9788 < 0,05. Artinya model regresi dalam

penelitian ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA (Hipotesis 2

ditolak).

Berdasarkan hasil regresi data panel menunjukan bahwa Foreign

Ownership berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.

Kepemilikan asing adalah kepemilikan/kendali penuh atau mayoritas atas bisnis

disebuah negara oleh perusahaan yang kantor pusatnya tidak di negara itu (Bilyk,

2009). Kebutuhan investor asing mengenai proteksi terhadap pengelolaan saham

dan pengungkapan laporan keuangan mengharuskan investor asing mendorong


36

manajemen perusahaan untuk lebih transparan dalam mengungkapkan laporan

keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengendalikan konflik keagenan.

Kemudian berdasarkan penelitian dari Nakano & Nguyen, (2013)

menunjukan bahwa kepemilikan asing pada industri elektronik di Jepang

mengarah pada meningkatnya kinerja perusahaan dari tahun 2005 sampai 2011.

Mereka menghubungkan bahwa investor asing lebih mungkin menghambat

Jepang dari terlalu banyak memegang uang tunai, dan hal ini tidak cukup beresiko.

Alasan ditemukannya hasil tidak signifikan adalah, seperti yang

dikemukakan oleh Oxelheim dan Randoy (2003) yang menyatakan bahwa

pengaruh kepemilikan asing bersifat kondisional tergantung pada syarat dan

kondisi tertentu terkait bagaimana tujuan atas kepemilikan mereka. Kepemilikan

asing akan memiliki tingkat pengaruh dan derajat keterlibatan yang berbeda

tergantung pada keberadaan direksi asing yang mereka rekomendasikan. Tanpa

keterwakilan yang semestinya dari pihak mereka di jajaran dewan direksi atau

komisaris, maka peran mereka sebagai pengawas luar dalam sistem governance

akan terbatas. Anggota jajaran dewan direksi atau komisaris asing diasumsikan

mewakili kepentingan investor asing. Keberadaan kepemilikan asing dan posisi

mereka sebagai bagian dari anggota dalam jajaran dewan direksi atau komisaris

bersama-sama akan membantu perusahaan dengan menyediakan keahlian global

dan memberikan pengawasan secara independen.

Berdasaarkan hasil statistik deskripsi, rata-rata kepemikan asing pada

perusahaan sektor Trade Service and Investment yang terdaftar di Bursa Efek
37

Indonesia menunjukan nilai persentase yang kecil, yaitu dengan nilai rata-rata

sebesar 39 persen. Kepemilikan asing yang rendah dan juga tidak adanya investor

asing yang terlibat di dalam jajaran direksi pada perusahaan sektor Trade Service

dan Investment, sama sekali tidak bisa memberikan pengaruh yang cukup untuk

melakukan pemantauan yang memadai. Meskipun berpengaruh positif terhadap

kinerja perusahaan, akan tetapi sebenarnya tidak memberi pengaruh yang terlihat

besar terhadap kinerja perusahaan.

4.2.3 Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Kinerja Perusahaan

Hasil pengujian peneliti menunjukkan nilai IO sebesar -0,454788 terhadap

ROA dengan signifikansi sebesar 0,0082 < 0,05. Artinya model regresi dalam

penelitian ini berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA (Hipotesis 3

ditolak).

Berdasarkan hasil regresi menunjukan hasil bahwa Institutional

Ownership memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rata-rata kepemilikan institusi menunjukan

nilai rata-rata sebesar 60 persen kepemilikan dalam perusahaan Trade Service and

Investment di BEI tahun 2016-2019 dimiliki oleh pihak institusi. Dengan tingkat

kepemilikan pihak institusi yang bisa dikatakan lumayan tinggi, seharusnya sesuai

teori Jensen dan Meckling (1976) dimana semakin besar kepemilikan institusi

maka akan semakin besar kekuatan dan dorongan institusi keuangan untuk

mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih

besar untuk mengoptimalkan nilai peruisahaan sehingga kinerja perusahaan juga

meningkat.
38

Hal ini disebabkan bahwa besar atau kecilnya kepemilikan institusional

atas perusahaan belum mampu mengontrol dan mengawasi tindakan kesempatan

manajer dalam menjalankan perusahaan. Apalagi biasanya pemegang saham

berinvestasi di banyak perusahaan untuk mendiversifikasi risiko. Mereka

berinvestasi untuk aliran dividen di masa depan daripada berinvestasi untuk masa

depan perusahaan. Dalam konteksnya, pemegang saham lebih suka menjual

saham mereka daripada hak pelaksanaan. Selain itu, pemegang saham yang

tersebar tidak memiliki kemampuan memantau manajemen secara efektif. Mereka

biasanya tidak memiliki cukup pengetahuan dan informasi untuk membuat

keputusan yang memenuhi syarat (Lee, 2008). Investor institusional tertentu

mungkin memiliki keterampilan untuk meningkatkan kinerja perusahaan

portofolio mereka, tetapi keterampilan ini mungkin langka di antara investor

institusi secara keseluruhan (Black, 1997). Sehingga, jika semakin banyak

kepemilikan saham atas investor institusi justru malah semakin menekan pihak

manajer untuk bekerja menghasilkan laba bagi mereka dan memberikan tekanan

kerja yang begitu banyak, dan menambah biaya agensi yang memberikan dampak

penurunan pada kinerja perusahaan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Rapat Dewan (board meeting) memiliki arah positif tidak signifikan,

pada sektor trade service and investment yang terdaftar di BEI periode

tahun 2016-2019. Berdasarkan teori keagenan, Jansen dan Meckling (1976)

menyatakan bahwa frekuensi rapat dewan dianggap sebagai ukuran

kekuatan dan pemantauan yang efektif oleh dewan komisaris. Semakin

tinggi tingkat frekuensi rapat dewan sepanjang tahun, maka semakin baik

kinerja perusahaan. Alasan ditemukannya hubungan yang tidak signifikan

ini adalah rapat efektif apabila dihadiri sebagian besar dewan

komisaris. Selanjutnya, Lipton dan Lorsch (1992) berpendapat bahwa

waktu terbatas yang dimiliki penyebut untuk menjalankan rapat adalah

mungkin tidak cukup untuk membahas masalah substansial dalam

perusahaan. Selain itu frekuensi rapat yang dilakukan oleh dewan

komisaris selama satu tahun belum tentu membahas tentang kinerja

perusahaan sehingga agenda rapat yang dibahas kadang tentang

pengembalian modal atas investasi yang mereka tanamkan terhadap

perusahaan tersebut yang berakibat kinerja dari dewan direksi kurang

menjadi bahasan topik yang menarik di dalam agenda rapat.

39
40

2. Kepemilikan asing (foreign ownership) memiliki arah positif signifikan,

pada sektor trade service and investment yang terdafaftar di BEI periode

tahun 2016-2019. Kepemilikan asing adalah kepemilikan/kendali penuh atau

mayoritas atas bisnis disebuah negara oleh perusahaan yang kantor pusatnya

tidak di negara itu (Bilyk, 2009). Kebutuhan investor asing mengenai

proteksi terhadap pengelolaan saham dan pengungkapan laporan keuangan

mengharuskan investor asing mendorong manajemen perusahaan untuk

lebih transparan dalam mengungkapkan laporan keuangan perusahaan.

Sehingga dapat mengendalikan konflik keagenan. Alasan ditemukannya

hubungan tidak signifikan adalah seperti yang dikemukakan oleh Oxelheim

dan Randoy (2003) yang menyatakan bahwa pengaruh kepemilikan asing

bersifat kondisional tergantung pada syarat dan kondisi tertentu terkait

bagaimana tujuan atas kepemilikan mereka. Kepemilikan asing akan

memiliki tingkat pengaruh dan derajat keterlibatan yang berbeda tergantung

pada. Keberadaan direksi asing yang mereka rekomendasikan. Tanpa

keterwakilan yang semestinya dari pihak mereka di jajaran dewan direksi

atau komisaris, maka peran mereka sebagai pengawas luar dalam sistem

governance akan terbatas. Anggota jajaran dewan direksi atau komisaris

asing diasumsikan mewakili kepentingan investor asing.

3. Kepemilikan institusional (institutional ownership) memiliki arah negatif

tidak signifikan. Hal ini disebabkan bahwa besar atau kecilnya kepemilikan

institusional atas perusahaan belum mampu mengontrol dan mengawasi

tindakan kesempatan manajer dalam menjalankan perusahaan. Apalagi


41

biasanya pemegang saham berinvestasi dibanyak perusahaan untuk

mendiversifikasi risiko. Mereka berinvestasi untuk aliran dividen dimasa

depan daripada berinvestasi untuk masa depan perusahaan. Dalam

konteksnya, pemegang saham lebih suka menjual saham mereka daripada

hak pelaksanaan. Selain itu, pemegang saham yang tersebar tidak memiliki

kemampuan memantau manajemen secara efektif. Mereka biasanya tidak

memiliki cukup pengetahuan dan informasi untuk membuat keputusan yang

memenuhi syarat (Lee, 2008).

5.2 Saran

Dari hasil analisis terhadap kesimpulan dari penelitian ini, terdapat

beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan yaitu:

1. Perusahaan sebaiknya mengoptimalkan peran komisaris dalam rapat

dewan untuk memantau kinerja dari dewan direksi. Hasil penilitian ini

menunjukan minimnya kepedulian komisaris dalam rapat yang

dijadwalkan untuk membahas kinerja direksi, diduga juga dewan

komisaris merangkap jabatan yang lain atau memiliki pekerjaan yang lain,

sehingga memiliki waktu terbatas untuk menjalankan fungsi pengawasan

di perusahaan.

2. Perusahaan perlu mempertimbangkan investor asing yang memiliki saham

pada perusahaan, untuk berperan dalam tata kelola perusahaan.

Keberadaan kepemilikan asing dan posisi mereka sebagai bagian dari

anggota dalam jajaran dewan direksi bersama-sama akan membantu


42

perusahaan dengan menyediakan keahlian global dan memberikan

pengawasan secara independen.

3. Perusahaan sebaiknya menambahkan kebijakan yang bisa membersamai

kebijakan pemerintah soal dana investasi yang masuk, baik dari investor

asing maupun institutional. Kebijakan seperti terjaminnya keamanan bagi

investor. Agar investor lebih tertarik berperan aktif memantau kinerja

perusahaan.

4. Perusahaan juga perlu mempertimbangkan setiap tuntutan yang diminta

oleh pihak investor institusi, sekiranya tuntutan itu memungkinkan

perusahaan mengeluarkan banyak biaya, maka sebaiknya dipertimbangkan

untuk memberikan solusi lain atas tuntutan investor institusi. Dan

sebaiknya juga perusahaan memilah investor institusi yang ingin

menanamkan modal bagi perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdallah, A., Qadorah, M., Hanim, F., & Fadzil, B. (2018). The Effect of Board
Independence and Board Meeting on Firm Performance : Evidence from
Jordan. 6(5), 105–109. https://doi.org/10.11648/j.jfa.20180605.11
Al-daoud, K. I., Saidin, S. Z., & Abidin, S. (2016). Board Meeting and Firm
Performance: Evidence From The Amman Stock Exchange. 12(2), 6–11.
Anh, P. N. (2018). Effect of Foreign Ownership on Firm Performance in Vietnam
1. 1–9.
Aryani, Y. A., Setiawan, D., & Rahmawati, I. P. (2017). Board Meeting and Firm
Performance. Proceedings of International Conference on Economics,
2017(ICE), 438–444. Retrieved from
http://www.ums.edu.my/fpep/files/Anni.pdf
Ashikin, N., Saat, M., Karbhari, Y., & Heravi, S. (2011). Effective Oversight
Roles of Board of Directors – Tphe Case of Listed Firms on Bursa Malaysia.
World Review of Business Research, 1(1), 231–245.
Aydin, N., Sayim, M., & Yalaman, A. (2007). Foreign Ownership and Firm
Performance : Evidence from Turkey Foreign Ownership and Firm
Performance : Evidence from Turkey. (January).
Bathula,H.(2008).Board Charaterictics and Firm Performance:Evidence New
Zealand (January)
Bilyk, O. (2009). Foreign Ownership and Firm Performance: A Closer look At
Offshore_POwned Companies In Ukraine. 1, 1–56.
Black, B. S. (1998) Shareholder Activism and Corporate Governance in the U.S.
In P.
Newman (ed.) The New Palgrave Dictionary of Economics and the Law.
Macmillan.
Bremholm, A. (2015). Foreign ownership and foreign directors – the effects on
firm performance in Japan Author. 1, 1–62.
Buchadi, A., Ulupui, I., Dalimunthe, S., Pamungkas, B., & Fauziyah, Y. (2019).
Board Of Director Meeting And Firm Performance. 23(2), 1–7.
Byuyan, M. S. . (2018). Determinants and effects of voluntary disclosure with a
focus on Corporate Governance and firm performance: Evidence from
Bangladesh. School of Accounting Australia.
Chaganti, R. (1991). Institutional ownership, capital structure, and firm
performance. 12(July 1989), 479–491.
Chou, H. I., Chung, H., & Yin, X. (2013). Attendance of board meetings and
company performance: Evidence from Taiwan. Journal of Banking and

43
Finance, 37(11), 4157–4171. https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2013.07.028
Company, Jensen, C., & Meckling, H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. 3, 305–360.
Cornett, M. M., Marcus, A. J., Saunders, A., & Tehranian, H. (2007). The impact
of institutional ownership on corporate operating performance. Journal of
Banking and Finance, 31(6), 1771–1794.
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2006.08.006.
Deegan.2006.Legitimacy theory.Methodological issues in accounting
research:theories and methods:161-181.
Eisenhardt, K. M., & Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory : An Assessment
and Review. 14(1), 57–74.
Fernandez, Mercedes Rodriguez, et al. (2014). Board characteristics and firm
performance in Spain. The international journal of business in society,
Corporate Governance, Vol. 14 Iss 4 pp. 485 – 503.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia”. Jakarta.
Lee, Sanghoon. 2008. Ownership Structure and Environmental Performance:
Evidence from Panel Data of South Korea. Working gPaper No 2008-17.
University of Utah, Salt Lake City.
Lipton, M., Lorsch, J., 1992. “A Modest Proposal For Improved Corporate
Governance”. Business Lawyer 48, 59–77.
Masry, M. (2016). The Impact of Institutional Ownership on the Performance of
Companies Listed In the Egyptian Stock Market Mohamed Masry. 7(1), 5–15.
https://doi.org/10.9790/5933-07130515
Maug, E. (1998). Large shareholders as monitors: Is there a trade-off between
liquidity and control? Journal of Finance, 53(1), 65–98.
https://doi.org/10.1111/0022-1082.35053
Mcconnell, J. J., & Servaes, H. (1990). Additional evidence on equity ownership
and corporate value *. 27, 595–612.
Mohammad Zureigat, Q. (2011). The Effect of Ownership Structure on Audit
Quality: Evidence from Jordan. International Journal of Business and Social
Science, 2(10), 38–46.
Nakano, M., & Nguyen, P. (2013). Foreign ownership and firm performance:
Evidence from Japan’s electronics industry. Applied Financial Economics,
23(1), 41–50. https://doi.org/10.1080/09603107.2012.705425
Oxelheim, Lars dan Trond Randoy. 2003. The Impact Of Foreign Board
Membership On Firm Value. Journal of Banking and Finance, Vol 27 No 12.

44
Richard, P. (2009). Measuring Organizational Performance: Towards
Methodological Best Practice. 35(June), 718–804.
https://doi.org/10.1177/0149206308330560
Santos, J. B. (2012). Toward a Subjective Measurement Model for Firm
Performance. (May), 95–117.
Tandelilin, E. (2010). Dasar-dasar Manajemen Investasi. Keuangan, 34.
Vafeas, N. (1999). Board meeting frequency and firm performance. Journal of
Financial Economics, 53(1), 113–142. https://doi.org/10.1016/S0304-
405X(99)00018-5
Venkatraman, & Ramanujam. (1986). On the Measurement of Business
Performance in Stategy Research: A Comparison of Approaches. Journal of
Management and Governance, 1, 1–30.

45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Objek/alat Variabel Hasil/Variabel Indepen Uraian


analisis Dependen Variabel
BMEET FO IO
1. Aryani et al., 175 Kinerja -/SIG Penelitian ini
(2017) perusahaan Perusahaan menggunakan
dalam variabel
daftar JII company size,
periode sales growth,
2006-2010 leverage, age
of the
Regresi company
data panel
2. Qodorah, dan 64 industrri Kinerja +/TSIG Penelitian ini
Fadzil (2018) perusahaan Perusahaan menggunakan
yang Idependensi
terdaftar di Dewan, dan
Bursa Efek Rapat Dewan
Amman,
Yordania

Regresi
data panel
3. Chou, Chung, 647 dan 661 Kinerja +/TSIG Penelitian ini
Yin (2013) perusahaan Perusahaan menggunakan
(Taiwan) variabel
2006 dan kontrol
2007 leverage, dan
dengan penjualaan
jumlah serta peluang
direktur investasi
4.564, dan
4.743
4. Buchdadi et al., Data Kinerja +/SIG Penelitian ini
(2019) diperoleh Perusahaan menggunakan
dari Bursa ROA untuk
Efek kinerja
Jakarta berbasis
periode akuntansi dan
2013-2016 Tobin Q
untuk kinerja
Regresi berbasis
data panel pasar
5. Nguyen, dan Data Kinerja +/SIG Penelitian ini
Nakano (2013) diperoleh Perusahaan menggunakan
dari regresi
perusahaan multivariabel
yang (Tobin Q)
terdaftar di periode 2009-
pasar saham 2015
Vietnam
6. Olga Bilyk 264 Kinerja +/SIG Penelitian ini
(2009) perusahaan Perusahaan menggunakan
Manufaktur variabel

47
Ukraina control
periode leverage, firm
2002-2006 size,
likuiditas,
return on
sales, capital
productivity
ratio
7 Semua Kinerja +/SIG Penelitian ini
Aydin, Sayin, perusahaan Perusahaan menggunakan
dan yang variabel
Yalam(2007) terdaftar di kontrol
Istanbul return on
Stock asets
Echange
periode
2003-2004
8. 250 Kinerja +/SIG Penelitian ini
Adam perusahaan perusahaan menggunakan
Bremholm di Tokyo ROA untuk
(2015) periode mengukur
2010-2013 kinerja
berjumlah perusahaan,
total 1000 variable
pengamatan Dummy, firm
age
9. Sampel Corporate +/SIG Penelitian ini
Cornnett et al., penelitian operating menggunakan
(2007) ini adalah performance perhitungan
perusahaan ROA
yang masuk
dalan S&P
100 periode
1993-2000
10. 40 Kinerja +/TSIG Penelitian ini
Chuganti,(1991) perusahaan Perusahaan menggunakan
manufaktur ROA, ROE,
periode 3 Rasio harga
tahun di AS penghasilan
(PE)
11. 1.173 Corporate +/SIG Penelitian ini
McConnel, perusahaan Value menggunakan
Serve (1990) untuk tahun perhitungan
1976, 1.093 Tobin’Q
(1986)
12. 73 Kinerja +/SIG Regresi
Mohamed Mary perusahaan Perusahaan berganda dari
(2016) yang data panel
terdaftar di periode 8
pasar saham tahun
Mesir
periode 8
tahun

48
Lampiran 2. Penyaringan Sampel Penelitian Berdasarkan Teknik Purposive
Sampling

No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan sektor trade services dan investment yang terdaftar 49
di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019
2 Perusahaan sektor trade services dan investment yang tidak 0
memberikan laporan/data keuangan berturut-turut selama 4
tahun dari periode 2016-2019

3 Perusahaan sektor trade services dan investment yang tidak 31


aktif perdagangan sahamnya, delisting dan data tidak lengkap

Jumlah Sampel 18

49
Lampiran 3. Populasi Penelitian

No Kode Nama Perusahaan


Perusahaan
1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
2 AUTO Astra Otoparts Tbk
3 BATA Sepatu Bata Tbk
4 BRAM Indo Kordsa Tbk
5 CARS Industri dan Perdagangan Bintr Tbk
6 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk
7 DUCK Jaya Bersama Indo Tbk
8 ERAA Erajaya Tbk
9 ESTI Ever Shine Tex Tbk
10 FILM MD Pictures Tbk
11 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
12 GJTL Gajah Tunggal Tbk
13 HDTX Panasia Indo Resources Tbk
14 HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk
15 HRTA Hartadinata Abadi tbk
16 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk
17 IMAS Indomobil Sukses Tbk
18 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk
19 INDS Indospring Tbk
20 IPTV MNC Vision Networks Tbk
21 KICI Kedaung Indah Can Tbk
22 LPPF Matahari Department Store Tbk
23 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk
24 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
25 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
26 MDIA Intermedia Capital Tbk
27 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
28 MPMX Mitra Pinastika Mustika tbk
29 MSIN MNC Studios International Tbk
30 MSKY MNC Sky Vision Tbk
31 MYTX Asia Pacific Investama Tbk
32 PANR Panorama Sentrawisata Tbk
33 PBRX Pans Brother Tbk
34 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk
35 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
36 PZZA Sarimelati Kencana Tbk
37 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk
38 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
39 RISE Jaya Sukses Makmur Tbk

50
40 SCMA Surya Citra Media Tbk
41 SMSM Selamat Sempurna Tbk
42 SONA Sona Topas Tourism Industry Tbk
43 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk
44 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk
45 TRIO Trikomsel Oke Tbk
46 TURI Tunas Ridean Tbk
47 UFOE Damai Sejahtera Abadi Tbk
48 VIVA Visi Media Tbk
49 WOOD Integra Indocabinet Tbk

51
Lampiran 4. Daftar Perusahaan Sektor Trade Service and Investment yang
Memenuhi Kriteria Sampel

No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan


1. ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
2. AUTO Astra Otoparts Tbk
3. CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk
4. ERAA Erajaya Tbk
5. GJTL Gajah Tunggal Tbk
6. HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk
7. IMAS Indomobil Sukses Tbk
8. MAMI Mas Murni Indonesia Tbk
9. MASA Mitra Adiperkasa Tbk
10. MPMX Mitra Pinastika Mustika tbk
11. PANR Panorama Sentrawisata Tbk
12. PBRX Pans Brother Tbk
13. RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
14. SMSM Selamat Sempurna Tbk
15. SCMA Surya Citra Media Tbk
16. SONA Sona Topas Tourism Industry Tbk
17. TRIO Trikomsel Oke Tbk
18. TURI Tunas Ridean Tbk

52
Lampiran 5. Data perhitungan Variabel

KODE Tahun ROA BMEET FO IO


PERUSAHAAN
ACES 2016 18.9 0.75 35.76 39.1
ACES 2017 17.6 0.91 34.81 32.43
ACES 2018 18.3 0.91 35.97 38.83
ACES 2019 17.5 0.79 36.19 38.7
AUTO 2016 3.3 0.89 15.63 96.94
AUTO 2017 3.7 0.85 15.63 96.94
AUTO 2018 4.3 0.88 15.63 96.94
AUTO 2019 5.1 0.84 15.68 96.94
CSAP 2016 0.02 0.8 83.81 45.62
CSAP 2017 1.16 0.8 83.38 45.9
CSAP 2018 0.02 0.8 92.5 59.56
CSAP 2019 0.02 0.8 92.5 59.38
ERAA 2016 0.07 0.94 15.29 65.97
ERAA 2017 0.68 0.94 19.95 83.71
ERAA 2018 0.07 1 19.95 61.25
ERAA 2019 0.08 0.95 17.38 88.21
GJTL 2016 3.4 0.86 59.5 59.61
GJTL 2017 0.2 0.81 59.51 59.61
GJTL 2018 (0.4) 0.54 59.51 59.61
GJTL 2019 1.4 0.81 59.51 59.61
HOTL 2016 (1.21) 1 0.16 65.96
HOTL 2017 1.19 1 0.16 65.96
HOTL 2018 (0.57) 1 0.16 65.96
HOTL 2019 (0.57) 1 0.16 65.96
IMAS 2016 (1.22) 1 73.484 99.429
IMAS 2017 (0.2) 0.8 73.325 99
IMAS 2018 0.24 0.8 73.544 96.606
IMAS 2019 0.35 0.85 73.56 97.203
MAMI 2016 2.32 1 35.3 51.9
MAMI 2017 2.41 1 21.71 51.9
MAMI 2018 0.39 1 5.86 51.9
MAMI 2019 0.01 1 30.07 36.03
MASA 2016 -1 0.9 42.96 76.91
MASA 2017 -1 0.54 35.56 70.93
MASA 2018 -3 0.79 34.5 68.43
MASA 2019 -2 0.45 99.66 99.65
MPMX 2016 2.7 1 35.56 90.69
MPMX 2017 4.2 0.91 43.1 91

53
MPMX 2018 31 1 11.514 13.48
MPMX 2019 4.9 1 8.741 12.49
PANR 2016 0.13 1 10.12 95.52
PANR 2017 1.36 1 7.45 84.89
PANR 2018 -1.38 1 7.45 84.89
PANR 2019 -1.05 0.93 6.18 94.35
PBRX 2016 2.5 0.67 16.29 74.36
PBRX 2017 1.5 0.67 15.26 73.01
PBRX 2018 2.9 0.67 16.49 74.88
PBRX 2019 2.4 0.67 18.88 79.24
RICY 2016 1 1 36.2 51.69
RICY 2017 1 1 36.19 51.68
RICY 2018 1 1 36.2 51.69
RICY 2019 1 1 36.87 52.36
SMSM 2016 22 1 15.28 83.85
SMSM 2017 23 1 16.73 83.76
SMSM 2018 23 1 18.81 83.66
SMSM 2019 21 1 22.96 83.26
SCMA 2016 31.35 0.64 30.41 94.76
SCMA 2017 24.47 0.96 32.18 96.35
SCMA 2018 24.03 0.92 29.44 98.51
SCMA 2019 15.65 0.97 25.18 96.19
SONA 2016 -1.41 0.75 45 79.67
SONA 2017 4.74 1 45.05 79.73
SONA 2018 9.87 1 45.09 79.75
SONA 2019 7.05 1 45.05 79.73
TRIO 2016 -114.59 1 96.47 96.18
TRIO 2017 -28.53 1 99.3 72.93
TRIO 2018 -7.69 1 99.3 72.93
TRIO 2019 -75.96 1 99.26 72.89
TURI 2016 11.8 1 5.59 90.43
TURI 2017 9.1 1 5.29 98.89
TURI 2018 9.8 1 4.5 98.13
TURI 2019 9.5 0.55 4.43 97.37

54
Lampiran 6. Statistik Deskriptif

ROA BMEET FO IO
Mean 2.305833 0.894583 39.06896 73.10910
Median 1.275000 0.955000 35.30000 75.89500
Maximum 31.35000 1.000000 99.66000 99.65000
Minimum -144.5900 0.450000 0.160000 12.49400
Std. Dev. 19.43753 0.138561 27.76822 21.62441
Observations 72 72 72 72
Sumber Lampiran 6 Data diolah Tahun 2021

55
Lampiran 7. Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 6.183824 (17,51) 0.0000


Cross-section Chi-square 80.555859 17 0.0000

56
Lampiran 8. Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 8.822323 3 0.0317

57
Lampiran 9. Hasil Uji Multikolineritas

BM FO IO
BM 1.000000 -0.204272 -0.092512
FO -0.204272 1.000000 0.045196
IO -0.092512 0.045196 1.000000

58
Lampiran 10. Hasil Uji Heterokedastisitas

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 06/11/21 Time: 23:05
Sample: 2016 2019
Periods included: 4
Cross-sections included: 18
Total panel (balanced) observations: 72

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.056980 6.786016 1.039930 0.3033


BM -2.968812 5.802988 -0.511601 0.6111
FO 0.012557 0.087477 0.143550 0.8864
IO 0.002050 0.056854 0.036063 0.9714

59
Lampiran 11. Hasil Uji Autokorelasi

R-squared 0.771046 Mean dependent var 2.305833


Adjusted R-squared 0.661339 S.D. dependent var 19.43753
S.E. of regression 11.31159 Akaike info criterion 7.950734
Sum squared resid 6141.694 Schwarz criterion 8.709622
Log likelihood -262.2264 Hannan-Quinn criter. 8.252849
F-statistic 7.028235 Durbin-Watson stat 2.376344
Prob(F-statistic) 0.000000

60
Lampiran 12. Hasil Regresi Pada Variabel Rapat Dewan (BMEET),
Kepemilikan Asing (FO) Dan Kepemilikan Institusi (IO)
Variabel Variabel Koefisien
t-hitung Prob. Arah Ket.
Terikat Bebas Regresi

Konstanta 18.38750 0.963434 0.3402

Tidak
BMEET 0.436346 0.026716 0.9788 (+) Signifikan
ROA
Tidak
FO 0.429423 1.1713806 0.0930 (+)
Signifikan

IO -0.454788 -2.757615 0.0082 (-) Signifikan

R–Square 0.771046
Adjust RSquare 0.661339
F-Statistik 7.028235
F Signifikan 0.000000
Sumber Lampiran 13 Data diolah Tahun 2021

61
Lampiran 13 Hasil Hipotesis

Hipotesis Pernyataan Hipotesis Awal Hasil


Hipotesis

Hipotesis 1 Board Meeting berpengaruh positif signifikan Ditolak


terhadap kinerja perusahaan

Foreign Ownership berpengaruh positif


Hipotesis 2 signifikan terhadap kinerja perusahaan Ditolak

Hipotesis 3 Institutional Ownership berpengaruh positif Ditolak


signifikan terhadap kinerja perusahaan

62

Anda mungkin juga menyukai