Anda di halaman 1dari 146

PENGELOLAAN DANA DESA DALAM MENDORONG

PEMANFAATAN POTENSI KAMPUNG RAWA BIRU


DISTRIK SOTA KABUPATEN MERAUKE

SKRIPSI

OLEH
MUHAMMAD ANCA DAIT
NPM. 201660201018

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2021
PENGELOLAAN DANA DESA DALAM MENDORONG
PEMANFAATAN POTENSI KAMPUNG RAWA BIRU
DISTRIK SOTA KABUPATEN MERAUKE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Musamus Merauke

OLEH :
MUHAMMAD ANCA DAIT
NPM. 201660201018

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2021
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

iii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhammad Anca Dait lahir di Mindiptana


pada tanggal 23 Oktober 1997, yang merupakan anak ketujuh
dari delapan bersaudara dari Ayah Dai Taha dan Ibu Hafiah
Jade. Penulis memulai Pendidikan formal di TK Pertiwi
Maroanging pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2003
kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang Sekolah
Dasar di SD OSKAM Mindiptana pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2010. Tahun
2010 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP YPPK
Santo Yohanes Mindiptana dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA YPPK Santo Yohanes
Mindiptana Kemudian pindah sekolah pada tahun 2014 di SMA Negeri 9 Wajo dan
lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis mendaftar kuliah melalui jalur
SBMPTN dan diterima menjadi mahasiswa di Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Musamus Merauke.

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Jangan berdoa untuk mendapatkan hidup yang mudah, Tetapi berdoalah agar

diberi kekuatan dalam menghadapi kehidupan yang sulit”

- Bruce Lee -

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan skripsi ini kepada :

1. Alm. Ayah tercinta Dai Taha dan Ibu tersayang Hafiah Jade

2. Kakak-kakak dan adik yang terkasih (Indra Ibran Dait, Irna Dait, Irwan Dait,

Rahmini Dait, Syikriani Rahma dan Nuraini)

3. Seluruh Keluarga Besar, teman-teman dan semua pihak yang telah

memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bagi pihak yang akan menggunakan penelitian ini sebagai bahan untuk

melakukan penelitian lanjutan.

vii
ABSTRAK

Muhammad Anca Dait, (2016-60-201-018) Pengelolaan Dana Desa Dalam


Mendorong Pemanfaatan Potensi Kampung Rawa Biru Distrik Sota Kabupaten
Merauke. Dibimbing oleh Dosen Agustinus Fangohoy,SE,.M.Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prioritas pengelolaan dana desa
dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan potensi sumber daya di
Kampung Rawa Biru. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, sedangkan tehnik analisis data terdiri dari 3 tahap : Data Reduksi (Data
Reduction), Penyajian Data (Data Display), dan Penarikan Kesimpulan. Penelitian
ini menggunakan 14 informan yang dipilih berdasarkan pengetahuan dan
keikutsertaan narasumber dalam pengelolaan dana desa di Kampung Rawa Biru.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan dana desa di Kampung Rawa
Biru tahun anggaran 2019 sudah menerapkan aspek transparasi dan partisipasi yang
baik dari para aparatur maupun masyarakat, namun pada tahap penatausahaan
pemerintah rawa biru kurang memperhatikan aspek akuntabilitas sehingga terdapat
kekurangan data pada saat peneliti melakukan observasi seperti yang tercantum
dalam Permengri No. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa.
Kemudian dari hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa pemerintah
telah menetapkan skala prioritas penggunaan dana desa sesuai dengan Permendes
No. 16 tahun 2018 dimana program yang berjalan dibidang pembangunan desa
seperti bantuan sosial dianggap sudah mendorong tingkat kesejateraan masyarakat.
dilain sisi, sebagian dari program yang berjalan di bidang pemberdayaan masyarakat
dianggap kurang efektif dan sebagiannya lagi dianggap mendorong potensi ekonomi
masyarakat desa.

Kata Kunci : Dana Desa, Potensi Kampung

viii
ABSTRACT

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat
kekuatan, kesabaran dan juga menujukan jalan terbaik bagi penulis, karena berkat
rahmat dan ridho nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini adalah salah satu syarat akademik yang harus ditempuh oleh
mahasiswa khususnya di Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, yang berdiri di dalam kampus Universitas Musamus Merauke. Untuk itu,
penulis dengan segala kekurangan berusaha sebaik mungkin menyusun skripsi
dengan judul : “Pengelolaan Dana Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi
Kampung Rawa Biru Distrik Sota Kabupaten Merauke”
Penulis menyadari, telah banyak mendapat dukungan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga dan
sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Philipus Betaubun, ST., MT Alm. selaku Rektor Universitas Musamus
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengenyam pendidikan
tinggi di Universitas Musamus Merauke.
2. Dr. Maria Veronica Irene Herdjiono, S.E.,M.Si selaku Wakil Rektor Universitas
Musamus berserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
dalam menjalani proses perkuliahan hingga sampai pada tahap penyusunan
skripsi.
3. Dr. Samel W. Ririhena, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis
hingga sampai kepada tahap penyusunan skripsi.
4. Dr. Syahruddin, S.E., M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
dan selaku Dosen yang bersedia menjadi ketua sidang dalam proses kelancaran
dan perbaikan naskah skripsi yang dibuat oleh penulis.
5. Marthen A.I.Nahumury, SE,.M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
yang telah banyak membantu penulis dalam proses Akademik.

x
6. Agustinus Fangohoy, SE,.M.Si selaku Dosen Pembimbing Penelitian yang telah
banyak memberikan masukan, saran, dan kesabaran yang sangat besar dalam
proses bimbingan hingga pada tahap akhir penyusunan skripsi.
7. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Musamus Merauke yang membantu kelancaran penulis baik dalam urusan
Akademik dan juga Administrasi.
8. Kepala BAKK beserta seluru Staf Universitas Musamus yang telah membantu
proses perkuliahan mahasiswa dari awal sampai pada akhir tugas penulisan
penelitan skripsi.
9. Bapak Kepala Desa dan seluruh Aparatur di Desa Rawa Biru selaku pihak yang
bersedia menjadi Informan dan penyedia data yang diperlukan penulis dalam
penyusunan skripsi.
10. Kepada Keluarga Besar khususnya kepada kedua Orang Tua yang selalu
memberikan kasih sayang, doa dan masih banyak lagi pengorbanan yang tidak
dapat disebutkan sehingga penulis bisa sampai kepada tahap penyusunan skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan kuliah dan juga orang-orang terdekat di lingkungan
yang selalu ada untuk menolong dan membantu penulis dalam melengkapi
kekurangan maupun dalam penyusunan skripsi.
12. Semua pihak yang telah berperan membantu penulis dalam penyusunan proposal
skripsi ini yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat ditindaklanjuti sebagai bahan acuan


penelitian selanjutnya, dan juga bermanfaat bagi pembaca terutama bagi pihak yang
telah bersedia menjadi informan dalam penelitian.

Merauke, 17 Juni 2021


Penulis,

Muhammad Anca Dait


NPM. 2016 60 201 018

xi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................................................v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................8
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................10
A. Landasan Teori ......................................................................................10
B. Penelitian Terdahulu ..............................................................................28
C. Kerangka Pikir .......................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................31
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................31
B. Jenis Dan Sumber Penelitian .................................................................31
C. Informan Penelitian ...............................................................................33
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................35
E. Teknik Analisis Data .............................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................40
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................40

xii
B. Karakteristik Responden........................................................................52
C. Hasil Analisis Data ................................................................................58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ...........................................................82
BAB V PENUTUP .................................................................................................98
A. Kesimpulan ............................................................................................98
B. Saran ......................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................100

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bantuan Dana Desa Tahun 2019 ......................................................... 5

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Rawa Biru ................................................... 43

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Rawa Biru ................................................... 43

Tabel 4.4 Penduduk Desa Rawa Biru Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................. 44

Tabel 4.5 Jumlah Keluarga Berdasarkan Pendapatan per-bulan ....................... 46

Tabel 4.6 Jumlah Ternak Berdasarkan Kepemilikan ........................................ 47

Tabel 4.7 Daftar Potensi Kelembagaan Desa .................................................... 50

Tabel 4.8 APBK Pemerintahan Desa Rawa Biru Tahun 2019 .......................... 72

Tabel 4.9 Hasil Pengelolaan Dana Desa Dalam Pemanfaatan Potensi.............. 94

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir .............................................................................30

Gambar 4.2 Peta Batas Wilayah Desa Rawa biru ...........................................41

Gambar 4.3 Peta Tata Ruang Desa Rawa Biru................................................42

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Rawa Biru........................49

Gambar 4.5 Proses Penyusunan dan Pengesahan RAB APBK .......................62

Gambar 4.6 Proses Pelaksanaan Dana Desa ....................................................64

Gambar 4.7 Proses Pelaporan dan Pertanggungjawaban ................................70

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan

pelaksanaan pembangunan nasional melalui berbagai macam penerapan program

daerah, agar laju pembangunan daerah serta laju pembangunan desa dan kota

semakin baik dalam era persaing global. Namun pembangunan nasional dalam era

otonomi daerah juga menghadapi berbagai macam persoalan pembangunan seperti

adanya kesenjangan pembangunan antara desa dan kota.

Kesenjangan pembangunan antara daerah yang ada di indonesia mengakibatkan

rendahnya tingkat kesejakteraan masyarakat dan salah satunya dipengaruhi oleh

rendahnya kualitas sumber daya manusia sebagai faktor pendorong peningkatan

pembangunan didaerah. Di lain sisi, upaya pembangunan masih berorentasi

sektoral dan kurang memperhatikan karakteristik dari kondisi sumber daya yang

ada di wilayahnya, sedangkan sumber-sumber daya modal pembangunan belum

tentu selalu memenuhi kebutuhan modal untuk pembangunan di daerah. Tantangan

pembangunan kedepannya adalah mengupayakan jalannya pengelolaan

pembangunan daerah secara lebih baik, dengan mengoptimalkan seluruh sumber-

sumber dana untuk memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber daya yang

ada di daerah, yang termaksud didalamnya adalah potensi sumber daya alam dan

potensi sumber daya manusia.


2

Terkait dengan masalah kesenjangan pembangunan ekonomi dengan melihat

data kemiskinan, Menurut Data BPS (Badan Pusat Statistik, 2020) Persentase

jumlah penduduk miskin Maret tahun 2019 di daerah perkotaan turun sebanyak

136,5 ribu orang (dari 10,13 juta orang pada September 2018 menjadi 9,99 juta

orang pada Maret 2019). Sementara itu, daerah perdesaan turun sebanyak 393,4

ribu orang (dari 15,54 juta orang pada September 2018 menjadi 15,15 juta orang

pada Maret 2019). Dari data yang ada, kita sudah dapat melihat bahwa strategi

pemerintah untuk terus mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi dengan

fokus melaksanakan pembangunan nasional dengan menaruh perhatian besar

terhadap pembangunan di desa.

Pada hakikatnya pembangunan daerah bertujuan untuk kesejahteraan rakyat

yang hendaknya dimulai dari pembangunan desa yang merupakan skop terkecil

sekaligus dasar dari keberhasilannya suatu pembangunan secara nasional, karena

didalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan serta menyentuh secara

langsung kepentingan sebagian besar masyarakat (Romualdus T P M Djanggo et al,

2019). Dalam pembangunan desa, pemerintahan desa berkedudukan sebagai

subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan di indonesia sehingga desa

memiliki kewenangan, tugas dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakatnya sendiri atau dikenal dengan otonomi daerah. Maka

dalam menyelenggarakan kewenangan, tugas, dan kewajiban pemerintahan

maupun pengadaan pembangunan, pemerintah desa/desa juga diwajibkan memiliki

sumber pendapatan desa sendiri untuk menjalankan program kerja di daerah atau
3

dengan pengoptimalkan mengelolaan bantuan keuangan yang diberikan dari

pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat.

Ada juga beberapa persoalan yang dihadapi desa yang berkaitan langsung

dengan sumber pendapatan desa dalam menjalankan roda pemerintahan desa,

seperti :

1. Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang kecil

dan sumber pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang sangat kecil

pula;

2. Kesejahteraan masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa

mempunyai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi;

3. Masalah itu diikuti dengan rendahnya dana operasional desa untuk

menjalankan pelayanan publik;

4. Ketidak mampuan masyarakat setempat dalam mengoptimalkan potensi

wilayah.

Menanggapi persoalan tersebut, pemerintah memberi dukungan keuangan

dengan mengeluarkan kebijakan berupa bantuan dana desa. Sebagaimana yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah R.I No 8 (2016) Tentang dana desa yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi

desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota.

Maksud pemberian dana desa sebenarnya adalah sebagai bantuan stimulan atau

dana perangsang untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan, dan

pemberdayaan masyarakat. Menurut catatan Pemerintah (Kemenkeu, 2019) bahwa


4

pada tahun 2015, di seluruh tanah air telah di luncurkan dana desa sebesar Rp 20,7

Triliun, berikutnya pada tahun 2016 dana desa naik menjadi Rp 46,98 Triliun,

kemudian pada tahun 2017 dan tahun 2018 dana desa naik menjadi Rp 60 Triliun,

dan terakhir tahun 2019, dana desa naik menjadi Rp 70 Triliun.

Di samping pemberian dana bantuan desa atau dana desa. Pemerintah Pusat

mengharapkan selain tujuan dari pemerintah desa menciptakan pembangunan desa,

diharapkan juga dari pembangunan tersebut terdapat pemberdayaan yang bernilai

dinamis dalam mendorong pemanfaatan potensi desa, yang selaras dengan

Permendes No 16 (2018) tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

yaitu pada bagian kesatu Bidang Pembangunan Desa, Pasal 5 ayat (1) yang

mengatakan bahwa dana desa digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) diutamakan untuk

membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pelayanan sosial dasar

yang berdampak langsung pada meningkatnya kualitas hidup masyarakat.

Kemudian pada Bagian kedua Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pasal (10)

Nomor (1) yang mengatakan bahwa dana desa digunakan untuk membiayai

program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan untuk

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat desa dalam penerapan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna dan temuan

baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat desa dengan

mendayagunakan potensi dan sumber dayanya sendiri.


5

Berada di Distrik Sota Kabupaten Merauke. Desa Rawa Biru terletak di area

Taman Nasional Wasur yang didirikan tahun 1990 yang berjarak 80/Km dari pusat

kota. Desa Rawa Biru merupakan salah satu dari 5 Desa lokal di Distrik Sota yang

mendapatkan bantuan keuangan daerah (ADD) mapun pusat (DD).

Melihat data dari Rancangan Penggunaan Dana Desa (RPD) Tahun 2019 dan

dari Observasi Awal didesa Rawa Biru, berkenaan dengan prioritas pengelolaan

dana dalam pemanfaatan potensi desa. Berikut ini data pencairan dana desa didesa

Rawa Biru dalam masa 1 (Satu) Tahun Anggaran/Satu Priode Anggaran.

Tabel 1.1 Bantuan Dana Desa Tahun 2019

Priode Anggaran Desa


Anggaran Dana Desa

Tingkat I (20%)
Rp 222.765.758,-

2019 Tingkat II (40%)


Rp 284.532.559,-

Tingkat III (40%)


Rp 378.331.306,-
Sumber : Data RPD Desa Rawa Biru

Dari penjelasan diatas dapat dilihat gambaran sekilas mengenai pengelolaan

dana desa dengan berpatokan pada tabel hasil pencairan dana desa yang dibuat oleh

Pemerintah Desa Rawa Biru tahun 2019, di mana dalam penyaluran bantuan dana

desa terdapat 3 kali tahap pencairan yang pada tahap awal (Tahap ke I) pencairan

yang berjumlah Rp 222.765.758,- , tahap ke II (Dua) pencairan dana desa yang

berjumlah Rp 284.532.559,- Kemudian Pada Tahap ke III (Tiga) pencairan dana

desa yang berjumlah Rp 378.331.306,-.


6

Dari adanya tahap-tahap pencairan dana desa kemudian dibuat perencanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah Desa Rawa Biru

dengan berbagai macam program kegiatan yang sudah direalisasikan seperti adanya

pembangunan jalan, bantuan rumah masyarakat dan bantuan kemudahan usaha

masyarakat yang berada di Desa Rawa Biru.

Diharapkan dengan adanya pembangunan yang telah terlaksana maka desa

akan mampu menyelenggarakan otonominya dengan melayani kebutuhan dan

kepentingan masyarakat di daerahnya, kemudian dalam proses pengelolaan dana

desa, diharapkan juga pemerintah desa tidak hanya berfokus pada penyelesaian

seluruh tahapan pengelolaan dana desa dan hasil akhir berupa terciptanya

pembangunan di desa. Namun pemerintah desa harusnya lebih berfokus pada

menciptakan sebuah proses pembangunan yang diciptakan oleh masyarakat desa

setempat yakni sebuah hasil pembangunan yang menggambarkan keinginan

masyarakat, kebutuhan dan hasil kerja bersama seluruh elemen masyarakat desa

setempat.

Dana desa harus dapat digunakan secara tepat guna untuk mengembangkan

potensi Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai potensi non ekonomi yang menjadi

modal penunjang pembangunan Maupun Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di

desa menjadi kegiatan ekonomi atau usaha produktif yang dapat memajukan

perekonomian desa. Desa Rawa Biru memiliki kekayaan alam hutan dan rawa yang

indah dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata yang menarik

dan di sektor perikanan rawa/kali dan hasil hutan terdapat ikan Mujair, Gastor dan
7

Kayu Putih yang sangat berpotensi untuk menjadi lumbung pangan masyarakat dan

sekaligus menjadi peluang ekonomi desa tersebut.

Kondisi inilah yang kemudian akan diteliti didesa Rawa Biru Distrik Sota

Kabupaten Merauke, terkait dengan bagaimana proses pengelolaan dana desa

dalam mendorong pemanfaatan potensi Desa Rawa Biru Kabupaten Merauke.

Alasan peneliti memilih dana desa sebagai bahan penelitian dikarenakan dana

desa salah satu program pemerintah Indonesia yang mempunyai pengaruh yang

besar dalam mendorong pembangunan desa. Apabila dalam pengelolaannya benar-

benar direncanakan dengan baik dan terarah maka program pemerintah dalam

memberi bantuan dana desa akan memajukan pembangunan desa, meningkatkan

pelayanan publik di desa, dan tentu saja akan bermuara pada kesejahteraan

masyarakat desa. Oleh karena itu, penulis melaksanakan penelitian dengan judul

“Pengelolaan Dana Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi Kampung

Rawa Biru Distrik Sota Kabupaten Merauke”


8

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dibuatlah

rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana prioritas pengelolaan dana desa yang

dibuat Pemerintah Desa dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan

potensi sumber daya yang ada di Desa Rawa Biru?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

dibuatlah tujuan penelitian sebagai berikut: Mengetahui prioritas dari pengelolaan

dana desa yang dibuat Pemerintah Desa dan seberapa besar pengaruhnya terhadap

pemanfaatan potensi sumber daya di Desa Rawa Biru.

D. Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis

maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan dan menambah ilmu

pengetahuan terkait masalah pembangunan daerah tingkat desa, khususnya

pembangunan daerah yang ada di Provinsi Papua.


9

2. Manfaat Praktis

1) Bagi penulis, hasil penulisan ini merupakan langkah menimbah ilmu

pengetahuan, menambah pengalaman dan juga keterampilan dalam

meneliti khususnya mengenai pengelolaan dana desa.

2) Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi acuan sebelum mengambil keputusan dan menambah

wawasan pembaca sebagai referensi resmi.

3) Bagi pihak pemerintah desa, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dipergunakan dan dilihat sebagai data gambaran hasil tindakan maupun

sebagai bahan evaluasi kerja pemerintahan di Desa Rawa Biru.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Desa

Menurut Ndraha, T. (1991) Pengertian resmi tentang desa menurut

Undang-Undang adalah :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat, termaksud didalamnya kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di

bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam

ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem

Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Ini berarti desa

merupakan suatu pemerintahan yang mandiri yang berada didalam

subsistem Pemerintahan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.
11

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Menurut Widjaja, H A W (2003) menyatakan bahwa desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang

bersifat istimewa, landasan pemikiran mengenai desa adalah keanekaragaman,

partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Kemudian

Undang Undang, No 6 (2014) menyebutkan bahwa desa atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disebut Desa Peraturan Bupati, No 9 (2016) Pasal 1, Desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, desa

sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang diakui otonominya.

a. Sumber Pendapatan Desa

Sumber pendapatan desa diatur pada Undang Undang, No 6 (2014) Pasal 72.

Melalui ketentuan ini desa berhak untuk mendapatkan 10% dari dana
12

perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK), di

samping sumber-sumber pendapatan lain.

1. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Pendapatan desa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No

72 (2005) tentang Desa, Pasal 68 ayat (1) dan penjelasannya menyebutkan

Sumber pendapatan Desa terdiri atas:

1) Pendapatan Asli Desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa,

hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain

pendapatan asli desa yang sah.

2) Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh Per

Seratus) untuk desa dan dari retribusi kabupaten/kota sebagian

diperuntukkan bagi desa;

3) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima

oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh

perseratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional

yang merupakan Dana Desa (DD).

4) Bantuan keuangan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan.
13

5) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Maksud

dari “sumbangan dari pihak ketiga” dapat berbentuk hadiah, donasi,

wakaf, dan atau lain-lain sumbangan.

Realisasi dana perimbangan desa akan sangat ditentukan oleh sejauh mana

kabupaten dan desa bisa memperjelas apa yang akan dilayani dimasing-masing

level. Dana perimbangan desa dari setiap desa ditetapkan dengan

mempertimbangkan porsi dari desa yang bersangkutan, tidak ditetapkan melalui

pembagian sama rata, melainkan bagian desa dihitung dengan porsi kebutuhan

dan potensi di desa tersebut. Kebutuhan desa diperhitungkan dari variabel :

jumlah penduduk, luas wilayah, kondisi geografis, potensi alam, tingkat

pendapatan masyarakat, dan jumlah mereka yang berada di bawah garis

kemiskinan. Sedangkan potensi desa adalah gambaran mengenai peluang

penerimaan desa, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor lainnya.

Perhitungan ini sendiri merupakan perhitungan yang melibatkan atau bahkan

dilakukan sendiri oleh masyarakat desa.

2. Potensi Desa

Potensi dalam tulisan ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan

kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan

(Depdikbud, 1989). Jadi, Potensi desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan

kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk

dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


14

a. Macam-Macam Potensi Desa

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa secara garis besar potensi desa

dapat dibedakan menjadi dua; Pertama adalah potensi fisik sumber daya alam

dan sumber daya manusia. Kedua adalah potensi non fisik berupa masyarakat

dengan corak dan interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan,

dan organisasi sosial desa, serta aparatur dan pamong desa.

Secara lebih rinci potensi desa dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Potensi Fisik

1) Sumber Daya Alam

Sumber daya alam yang dimiliki Desa Rawa Biru seperti lahan

kosong, hutan, rawa yang pada saat ini belum dimanfaatkan secara

maksimal.

2) Sumber Daya Manusia

Potensi yang dimiliki Desa Rawa Biru adalah Aparatur Pemerintahan

Desa, Tenaga Pendidik, Tenaga Medis dan tersedianya sumber daya

masyarakat yang bisa diberdayakan untuk mengelola lahan kosong.

2. Potensi Non fisik

1) Sumber Daya Ekonomi

Potensi sumber daya ekonomi yang dimiliki Desa Rawa Biru adalah

adanya Sektor Wisata Alam, Tumbuhan Perkebunan Seperti Kumbili, dan

Ubi Kayu, Tangkapan Buruan Seperti daging Rusa, dan yang terakhir dari

hasil tangkapan Kali/Rawa seperti Ikan Mujair, dan Gastor.


15

b. Tujuan Pengembangan Potensi Desa

Secara umum tujuan pengembangan potensi desa adalah untuk mendorong

terwujudnya kemandirian masyarakat desa/kelurahan melalui Pengembangan

Potensi Unggulan dan Penguatan Kelembagaan serta Pemberdayaan

Masyarakat. Sedangkan secara khusus tujuan pengembangan potensi desa

adalah:

1. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan

pembangunan secara terbuka, demokratis dan bertanggung jawab;

2. Mengembangkan kemampuan usaha dan peluang berusaha demi peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan Rumah Tangga Miskin.

3. Membentuk dan mengoptimalkan fungsi dan peran Unit Pengelola Keuangan

dan Usaha (UPKu) sebagai Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

4. Membentuk, Memfasilitasi dan Memberikan pembinaan Pokmas UEP

terutama pada aspek kelembagaan dan pengembangan usaha.

5. Mengembangkan potensi ekonomi unggulan desa/kelurahan yang

disesuaikan dengan karakteristik tipologi desa/kelurahan.

Potensi fisik dan nonfisik desa tersebut merupakan faktor penunjang peranan

desa sebagai hinterland, yaitu daerah penghasil bahan-bahan pokok bagi

masyarakat kota (Depdikbud, 1989).

3. Pemerintahan Desa

Tercantum dalam Undang-Undang No 6 (2014) adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan guna mengatur kepentingan masyarakat setempat yang


16

termasuk dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peraturan Bupati, No 9 (2016) Pasal 1, juga menyebutkan bahwa pemerintahan

desa atau disebut desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang penyelenggaraan terdapat kepala desa sebagai kepala

pemerintahan tingkat desa yang dibantu oleh perangkat desa dan juga

mempunyai Badan Musyawarah Desa atau biasa disebut dengan Bamuskam.

a. Kepala Desa

Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Musyawarah Desa

(Bamuskam). Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang

lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala desa juga memiliki wewenang

menetapkan peraturan desa yang sebelumnya telah mendapat persetujuan

bersama Bamuskam.

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban kepala desa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 (Undang-Undang No 6, 2014), seperti:

1. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir

tahun anggaran kepada Bupati/Wali kota;

2. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa pada akhir

masa jabatan kepada Bupati/Wali kota;

3. Memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara

tertulis kepada Badan Musyawarah Desa setiap akhir tahun anggaran;


17

4. Memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat desa setiap akhir tahun

anggaran.

b. Perangkat Desa

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa dibantu oleh perangkat Desa.

Perangkat Desa terdiri atas :

1. Sekretariat Desa

Sekretariat desa yang dipimpin oleh sekretaris desa bertugas membantu

kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sedangkan sekretaris

desa dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kepala Urusan (Kaur).

2. Kaur Desa

Kaur atau Kepala Urusan mempunyai tugas untuk membantu sekretaris

desa dalam bidang kepengurusan yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai

dengan Peraturan Pemerintah R I No 47 (2015) Pasal 62, dinyatakan bahwa

sekretaris desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 (tiga) bidang Kepala

Urusan.

c. Badan Musyawarah Desa

Badan Musyawarah Desa (Bamuskam) atau yang disebut dengan nama lain

adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan

ditetapkan secara demokratis. Badan Musyawarah Desa merupakan lembaga

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota


18

Bamuskam adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan

keterwakilan wilayah. Anggota Bamuskam terdiri dari ketua rukun warga,

pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota Bamuskam adalah 6 tahun dan dapat

diangkat/diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan

dan anggota Bamuskam tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala

desa dan perangkat desa. Bamuskam berfungsi menetapkan peraturan desa

bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

(Undang-Undang No 6, 2014).

Badan Musyawarah Desa mempunyai fungsi :

1. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan

3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

4. Good Governance

Menurut Krina (2003) Governance, yang diterjemahkan menjadi tata

pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi

guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan

mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan

kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,

menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-

perbedaan diantara mereka.


19

Definisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan

sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan

sektor non pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Good governance sangat

terkait dengan dua hal yaitu (1) good governance tidak dapat dibatasi hanya pada

tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat

politik tertentu.

a. Prinsip-Prinsip Good Governance

United Nations Development Programme (UNDP) merekomendasikan

beberapa karakteristik governance, yaitu partisipasi masyarakat, kerangka

hukum yang adil, transparansi, responsivitas, berorientasi pada kepentingan

masyarakat yang lebih luas, efisiensi dan efektifitas, akuntabilitas, dan

penyelenggaraan pemerintahan yang memiliki visi jauh ke depan. Sedangkan

World Bank mengungkapkan sejumlah karakteristik good governance adalah

masyarakat sipil yang kuat dan partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan

yang dapat di prediksi, eksekutif yang bertanggung jawab, birokrasi yang

profesional dan aturan hukum. Masyarakat Transparansi Indonesia menyebutkan

sejumlah prinsip good governance yaitu: Partisipasi masyarakat, tegaknya

supremasi hukum, transparansi, berorientasi pada konsensus, kesetaraan,

efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis. Asian Development Bank

sendiri menegaskan adanya konsensus umum bahwa good governance dilandasi

oleh 4 pilar yaitu (1) accountability, (2) transparency, (3) predictability, dan (4)

participation.
20

Jelas bahwa jumlah komponen ataupun prinsip yang melandasi tata

pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari

satu pakar ke pakar lainnya. Bappeda (2003) mengatakan bahwa paling tidak ada

sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi

good governance, yaitu (1) Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3) Partisipasi

Masyarakat.

5. Dana Desa

Menurut Peraturan Pemerintah R I No 8 (2016) tentang dana desa

merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) yang di peruntukkan bagi desa yang di transfer melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

Dana desa (DD) adalah Dana yang dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk

desa, yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN)

ditransfer melalui kas daerah Kabupaten/Kota untuk sementara. Pemberian dana

desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan

otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu

sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi

dan pemberdayaan masyarakat.


21

a. Prioritas Penggunaan Dana Desa

Program dana desa merupakan bentuk kepercayaan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah desa agar dapat merencanakan dan melaksanakan program

dan kegiatan di desanya sendiri, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Tujuan pembangunan menurut Undang-undang desa adalah meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan pembangunan fisik, dan ekonomi, serta sebisa

mungkin memanfaatkan sumber daya alam yang bersifat berkelanjutan (Putu E

A, 2014).

Prioritas penggunaan dana desa harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi masyarakat, mengikut sertakan masyarakat, mendapat dukungan

dari masyarakat, dan adanya pengawasan, serta pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat yang bersifat berkelanjutan.

Diharapkan dengan adanya Peraturan Permendes No. 16 (2018) yang

diterbitkan oleh menteri desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia tentang prioritas penggunaan dana desa tahun

2019, maka pemerintah desa memiliki arah dan pandangan yang jelas mengenai

pemanfaatan dana desa.

Penggunaan dana desa tahun 2019 menurut Permendes No 16 (2018) Pasal

(4) yang tercantum dalamnya adalah sebagai berikut:


22

Ayat 1 : Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan

program dan kegiatan di bidang pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa.

Ayat 2 : Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan

kegiatan prioritas yang bersifat lintas bidang.

Ayat 3 : Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2), diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi masyarakat desa berupa peningkatan kualitas hidup,

peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan serta

peningkatan pelayanan publik di tingkat desa.

Peraturan Bupati, No 9 (2016) Pasal 6, menyebutkan bahwa dana desa (DD)

diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat

yang meliputi bidang pelaksanaan pembangunan desa dan bidang pemberdayaan

masyarakat desa.

6. Pengelolaan Dana Desa

Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP, 2015),

keuangan desa merupakan hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan

uang. Hak dan kewajiban tersebut akan menimbulkan tiga akun utama yakni

pendapatan, belanja serta pembiayaan. Dimana akun tersebut perlu dikelola

dengan baik agar nominal yang didapat atau dikeluarkan dapat dipergunakan

sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang


23

No. 6 (2014) bahwa siklus pengelolaan keuangan desa dimulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban.

Pemahaman mengenai pengelolaan program dana desa didesa menjadi aspek

penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh para pemangku kepentingan di

level pemerintahan desa/desa, khususnya perangkat desa, dalam mewujudkan

transparasi dan akuntabilitas keuangan desa serta partisipasi masyarakat. Setiap

kegiatan yang dilaksanakan didalam rangkaian kegiatan harus di dahului oleh

suatu keputusan yang disetujui oleh kepala desa dan sepakati oleh Bamuskam.

Adapun proses pengelolaan keuangan desa berdasar pada (Permendagri No 113,

2014).

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan pembangunan desa meliputi RPJMDesa dan RPK Desa.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) merupakan

rencana pembangunan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun. Dalam penyusunan

RPJMDesa, pemerintah desa menggunakan suatu forum untuk membahas dan

menyetujui mengenai program-program yang akan dilaksanakan dan dibiayai

dari dana desa (BPKP, 2015). Namun, untuk mendapat persetujuan mengenai

perencanaan yang tertuang di dalam RPJMDesa dan RKPDesa harus dilakukan

tahapan musyawarah. Perencanaan keuangan desa dilakukan setelah tersusunnya

RPJMDesa dan RKPDesa, dimana RPJMDes dan RKPDes menjadi dasar untuk

menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). APBDes

merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang disetujui oleh BPD.
24

Dalam penyelenggaraannya, Musrenbagdes harus melibatkan masyarakat dalam

pengambilan keputusan karena keterlibatan masyarakat (partisipasi) menjadi

indikator keberhasilan Musrenbangdesdes (Mondale et al, 2017).

Proses penyusunan APBDes dimulai dari Pelaksana Kegiatan. Pelaksana

Kegiatan harus menyampaikan usulan-usulan kegiatan kepada sekretaris desa

sesuai dengan RKPDesa yang telah ditetapkan. Setelah itu sekretaris desa

menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDes dan menyampaikannya

kepada kepala desa. Selanjutnya kepala desa menyampaikannya kepada BPD

untuk disepakati bersama. Setelah disepakati, kepala desa wajib menyampaikan

rancangan APBDes kepada Bupati/Wali kota melalui Camat paling lambat 3

(tiga) hari sejak disepakati bersama (BPKP, 2015).

Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi paling lama 20 (dua puluh) hari

sejak diterimanya Rancangan Peraturan tentang APBDes. Dalam hal ini

Bupati/Wali kota akan memberikan evaluasi atas rancangan tersebut, jika

memang tidak sesuai maka akan dikembalikan kepada kepala desa. Kepala desa

wajib menyempurnakan rancangan tersebut paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak

diterimanya hasil evaluasi. Peraturan desa tentang APBDes ditetapkan paling

lambat tanggal 31 Desember Tahun Anggaran Berjalan (BPKP, 2015).

b. Pelaksanaan (Implementation)

Pelaksanaan keuangan desa merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan

dengan penerimaan dan pengeluaran uang untuk kegiatan di lapangan (Elma

Julita, 2018). Dalam pelaksananya, kegiatan yang berhubungan dengan


25

penggunaan dana desa dilaksanakan oleh suatu tim desa. Tim tersebut yang

melaksanakan kegiatan sampai finish (mempertanggung jawabkan) suatu

proyek. Tim tersebut lebih dikenal dengan istilah tim pelaksana desa, disingkat

TPD (Muh Rahman et al, 2016).

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan harus

melalui rekening kas desa. Dalam penggunanya pun wajib disertai bukti baik

tertulis maupun sejenisnya, agar dapat dipertanggung jawabkan pemakaiannya.

Pelaksanaan kegiatan yang bertujuan untuk mengajukan pendanaan untuk

melaksanakan kegiatan harus disertai dokumen Rencana Anggaran Biaya atau

disingkat RAB (Permendagri No 113, 2014).

c. Penatausahaan

Penatausahaan keuangan desa merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan pencatatan yang dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa harus

mencatat semua penerimaan serta pengeluaran terkait penggunaan dana desa.

Penatausahaan yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran kas harus

menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank (BPKP,

2015). Saat ini, kegiatan penatausahaan sudah dijalankan oleh operator, dimana

operator tersebutlah yang menjalankan semua kegiatan penatausahaan dengan

menggunakan sistem keuangan desa. Dengan sistem ini, semua kegiatan

penatusahaan akan lebih mudah dalam pengelolanya.


26

d. Pelaporan

Pelaporan adalah bentuk pertanggung jawaban atas hasil apa saja yang sudah

terealisasi atas program atau kegiatan yang sudah dicanangkan atau dibentuk

sebelumnya selama kurun waktu tertentu, biasanya satu periode. Laporan juga

menjadi salah satu sumber informasi mengenai kegiatan yang sudah berlangsung

(Mondale et al, 2017).

Pada tahap ini, kepala desa harus menyampaikan laporan realisasi

pelaksanaan APBDes kepada Bupati/Wali kota. Laporan tersebut berupa laporan

semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Laporan semester pertama

berupa laporan realisasi APBDes sedang laporan semester akhir disampaikan

paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya (Permendagri No 113,

2014).

e. Pertanggung Jawaban

Pertanggung jawaban keuangan desa merupakan tahap akhir pengelolaan

keuangan desa setelah tahap pelaporan (Mamuaya et al., 2017). Pertanggung

jawaban tersebut disampaikan ke Bupati/Wali kota serta disampaikan juga dalam

forum musyawarah desa. Masyarakat berhak memperoleh informasi baik tertulis

atau melalui media informasi lain yang dapat dengan mudah di akses oleh

masyarakat. Laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APBDes yang

disampaikan terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan (Permendagri No

113, 2014).
27

Laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APBDes ditetapkan

dengan peraturan desa. Dimana peraturan desa tentang laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes wajib melampirkan

(Undang-Undang No 6, 2014) :

1. Format laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APBDes

2. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran

berkenaan.

3. Format laporan program pemerintah Daerah yang masuk ke desa.

Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes Semester Pertama menggambarkan

mengenai pendapatan, belanja dan pembiayaan selama semester I yang akan

dibandingkan dengan target dan juga anggarannya, sedangkan untuk laporan

Semester Akhir menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan

sampai pada akhir tahun, yang sifatnya adalah akumulasi hingga akhir tahun

anggaran.
28

B. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang

relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu pengelolaan dana desa

dalam mendorong pemanfaatan potensi Desa Rawa Biru Distrik Sota.

1. Vita Faizah (2019) dengan judul “Pengelolaan Dana Desa Dan Dampaknya

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat” (Studi Pada Desa Rawa Biru Kecamatan

Ceper Kabupaten Klaten). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

bagaimana pengelolaan dana desa dan dampaknya terhadap kesejahteraan

masyarakat desa Rawa Biru. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif dimana data yang diolah merupakan hasil dari survei lapangan (data

primer) juga data terpercaya yang sudah tersedia didalam bentuk dokumen

(data sekunder). Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pemerintah

desa Rawa Biru sudah melakukan pengelolaan dana desa sesuai dengan

Permendagri No.113 Tahun 2014, kemudian dari sisi pendidikan, kesehatan

dan pertanian dampaknya dari pengelolaan dana desa sudah dirasakan oleh

masyarakat desa Rawa Biru.

2. Choirur Rijal (2019). dengan judul “Program Pemanfaatan Dana Desa Untuk

Pembangunan Masyarakat” (Studi Kasus Sidoluhur Kecamatan Jaken

Kabupaten Pati). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsep dana

desa dan pembangunan juga mengetahui bagaimana implementasi dana desa

dalam pembangunan. Metode dan pendekatan yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif kemudian data yang digunakan adalah data primer dan juga
29

data sekunder. Hasil yang diperoleh dari penelitian menggambarkan bahwa

pembangunan masyarakat desa sidoluhur berjalan dengan begitu masif.

Peneliti menyimpulkan bahwa pembangunan di desa Sidoluhur berdampak

baik pada ekonomi masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

3. Risma Hafid (2017), dengan judul “Pemanfaatan Dana Desa Dalam

Pembangunan desa Mangilu Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep”.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan dana desa

digunakan sesuai program, kemudian apa saja yang dihasilkan dan juga untuk

mengetahui keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dana desa. Adapun

pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan mengelolah data primer

dan juga data sekunder dari sumber yang diyakini peneliti. Hasil dari penelitian

ini mengatakan bahwa dari segi pelaksanaan maupun pemanfaatannya sudah

efektif karena melihat dari wawancara dan observasi bahwa masyarakat sangat

rasakan hasil dari pemanfaatan dana desa dengan dibuatnya talud (ases jalan),

yang memudahkan masyarakat.


30

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan apa yang sudah diuraikan sebelumnya maka kerangka pemikiran

oleh peneliti dapat digambarkan pada skema di bawah ini :

Dana Desa

Pengelolaan Dana Desa : Prioritas Penggunaan :

1. Perencanaan 1. Pembagunan Desa


2. Pelaksanaan 2. Pemberdayaan Masyarakat
3. Penatausahaan
4. Pelaporan dan
Pertanggungjawaban

Permendagri No. 113/2014 Permendes No. 16/2018


Tentang Pengelolaan Tentang Prioritas Penggunaan
Keuangan Desa Dana Desa Tahun 2019

Potensi Desa

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi didesa Rawa Biru, Distrik Sota Kabupaten

Merauke. Lokasi penelitian digunakan untuk mendapatkan data, informasi,

keterangan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan penelitian sekaligus

sebagai tempat dilaksanakannya penelitian.

2. Waktu Penelitian

Jangka waktu penelitian yang digunakan untuk peneliti yaitu dimulai dari

bulan Juni hingga bulan Oktober 2020 yang merupakan tahap perencanaan

penyusunan penelitian sampai pada tahap akhir pengelolaan data penelitian

proposal skripsi.

B. Jenis Dan Sumber Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk melihat

serta memahami fenomena yang ada disekitar yang disajikan dengan cara

mendeskripsikan menggunakan kata-kata (Moleong, 2013). Studi ini akan

membantu peneliti untuk menjelaskan karakteristik dari subyek yang diteliti,


32

mengkaji beberapa aspek dalam fenomena pengelolaan dana desa dan

dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.

Menurut Nafidah & Anisa (2017) metode penelitian deskriptif kualitatif

yaitu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata

atau lisan dari seseorang yang dapat diamati yang diharapkan dapat dianalisis

dan dikaji segala temuannya pada saat penelitian dilakukan. Lebih spesifiknya

penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus (case study)

yakni pengamatan secara langsung terhadap suatu obyek pada titik waktu

tertentu. Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan didesa Rawa Biru, Distrik

Sota, Kabupaten Merauke.

2. Sumber Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya seperti dokumen hanya menjadi data tambahan. Sumber data utama

ini dicatat melalui buku catatan atau field note atau dapat pula menggunakan

media perekam atau audio tapes, serta dapat menggunakan handphone sebagai

media foto. (Moleong, 2013).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung (dari

tangan pertama) yakni melalui wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, biasanya

melalui perantara atau dalam bentuk dokumen. Sumber data sekunder umumnya

berupa bukti, laporan tahunan, dan catatan dokumen lainnya (Moleong, 2013).
33

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa penjelasan

informan (Kepala desa, Perangkat desa, BPD, dan Tokoh masyarakat) yang

mampu menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan dalam rangka

pelaksanaan dan pemanfaatan dana desa didesa Rawa Biru, Distrik Sota,

Kabupaten Merauke.

b. Data Sekunder

Data sekunder atau data pendukung dalam penelitian ini bersumber dari

beberapa literatur atau dokumen yang menjelaskan mengenai dana desa yaitu

peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan mentri desa, undang-undang

tentang desa peraturan bupati,peraturan desa serta data dan bukti penggunaan

dana desa didesa Rawa Biru, Distrik Sota, Kabupaten Merauke.

C. Informan Penelitian

Posisi narasumber sebagai sumber data penelitian sangat penting perannya

sebagai individu yang memiliki informasi. Narasumber bukan sekedar memberikan

tanggapan terhadap masalah yang ditanyakan, tetapi juga memilih arah dan selera

dalam menyajikan informasi yang dimilikinya (Nugrahani, 2014).

Penelitian mengenai pemanfaatan dana desa dalam mendorong pemanfaatan

potensi desa Rawa Biru, Distrik Sota, Kabupaten Merauke ini memerlukan

informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan masalah

penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat. Serta Informan
34

yang diambil dengan pertimbangan bahwa informan yang dipilih dianggap banyak

mengetahui atau berkompeten terhadap masalah yang dihadapi, informan diambil

dengan maksud tidak mesti menjadi wakil dari seluruh populasi, tetapi informan

memiliki pengetahuan yang cukup, serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya

tentang objek penelitian, Oleh sebab itu, informan yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Kepala Desa

Menjadikan Kepala Desa Rawa Biru sebagai salah satu informan karena

secara hierarki kepala desa ialah penanggungjawab segala bentuk kegiatan dari

dana desa yang dikelolah oleh pemerintah desa.

2. Aparatur Desa

Menjadikan Sekertaris dan Bendahara desa sebagai informan dalam

pemerintahan karena keduanya selaku aparat pelaksana dalam pengelolaan

administrasi desa dan juga sebagai orang yang mengontrol kegiatan

pembangunan desa.

3. Badan Musyawarah Desa

Badan musyawarah Desa (Bamuskam) dipilih sebagai salah satu informan

karena secara hierarki merupakan bagian dari pemerintah desa yang bertugas

untuk mengawasi rancangan dan kegiatan dari pemerintah desa dan juga sebagai

penyalur aspirasi-aspirasi masyarakat.


35

4. Masyarakat Desa

Menjadikan 10 Subjek dari Masyarakat yang ada didesa Rawa Biru sebagai

informan karena dianggap sebagai objek yang terkena dampak dari

pembangunan desa dan juga masyarakat yang memiliki kapasitas dan

pengetahuan yang cukup tentang dana desa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada umumnya data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui

pengamatan (Observasi), wawancara, dan kajian dokumentasi. Fokus pengamatan

dilakukan terhadap 3 komponen utama, yaitu space (ruang, tempat), actor (pelaku)

dan aktivitas (kegiatan). Selama penelitian berlangsung, peneliti memposisikan diri

sebagai human instrument yang meluangkan waktu banyak di lapangan (Nugrahani,

2014).

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui suatu percakapan

yang dilakukan antara dua orang atau lebih yang saling berhadapan untuk

bertukar informasi (Sugiyono, 2015). Wawancara menjadi suatu teknik

pengambilan informasi yang digunakan untuk mendapatkan data sebanyak

mungkin, secara lengkap dan mendalam dari seorang informan.

Dalam penelitian pengelolaan dana desa dan dampaknya terhadap

Kesejahteraan Masyarakat, peneliti akan berperan penuh sebagai pewawancara

(interviewer) atau orang yang memberikan pertanyaan. Peneliti akan mencatat


36

semua data dan percakapan, serta informasi yang dianggap penting yang

selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan penelitian.

Informan yang dipilih adalah informan yang terlibat langsung serta

memahami dan dapat memberikan informasi atau gambaran tentang pengelolaan

dana desa dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Informan tersebut

diantaranya, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Bamuskam dan

Masyarakat.

Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti dibantu dengan alat perekam, buku

catatan serta kamera. Alat perekam digunakan untuk merekam semua

pembicaraan yang dilakukan pada saat wawancara berlangsung agar bisa

menjadi bahan cross chek bila informasi tidak sempat dicatat oleh peneliti. Buku

catatan digunakan sebagai media mencatat secara manual mengenai informasi

penting yang didapatkan oleh penulis. Sedangkan kamera dapat digunakan

sebagai media untuk mendokumentasikan kegiatan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti, karena foto dapat menjadi bukti keabsahan penelitian.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek (benda) maupun subyek atau

orang (Nugrahani, 2014). Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap fokus masalah penelitian yaitu pengelolaan dana desa dan

dampaknya terhadap pemanfaatan potensi desa dan datang langsung ke lokasi

penelitian yaitu didesa Rawa Biru.


37

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

memanfaatkan catatan, arsip, gambar, foto serta dokumen-dokumen penting

lainnya. Menurut Moleong (2013) pada dasarnya semua dokumen dapat

dimanfaatkan untuk menguji, dan menafsirkan apa yang telah terjadi.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang

selanjutnya akan dikembangkan menjadi pola hubungan tertentu untuk selanjutnya

ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2015). Analisis data dalam penelitian

deskriptif kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan juga

pada saat selesai mengumpulkan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini yakni teknik Miles dan Huberman. Berikut tahapan analisis data

dengan teknik Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015).

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang

informasi yang tidak diperlukan (Sugiyono, 2015). Pada saat penelitian

berlangsung data yang diperoleh jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dipilah-pilah informasi mana saja yang sekiranya dianggap perlu dan penting

dalam suatu penelitian.


38

Reduksi data akan dilaksanakan secara terus menerus selama kegiatan

penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk

uraian atau laporan yang terperinci (Sugiyono, 2015).

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flow chart, dan lain sebagainya (Sugiyono, 2015).

Melalui penyajian data, maka suatu informasi akan lebih terorganisir secara rapi

dan juga lebih ada keterkaitan antar datanya. Dengan penyajian data, maka akan

memudahkan peneliti untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi,

merencanakan tahap selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami tersebut

(Sugiyono, 2015).

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap terakhir dalam analisis ini dengan merumuskan suatu pernyataan

yang dianggap mendukung untuk dijadikan data atau pembahasan dalam

penelitian. Kesimpulan harus dapat menjawab rumusan masalah yang sudah

dirumuskan sejak awal penelitian berlangsung (Moleong, 2013). Kesimpulan

akhir dari penelitian yang harus dapat menggambarkan arah pengelolaan dana

desa dari prioritas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah desa, kemudian dari

pengelolaan dana desa apakah mempunyai pengaruh yang besar dalam


39

mendorong pemanfaatan potensi desa yang didalamnya juga terdapat

peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa.

Tahap akhir dalam analisis data yakni penarikan kesimpulan dan juga

verifikasi. Kesimpulan awal dalam penelitian masih bersifat sementara, sehingga

simpulan perlu diuji kebenarannya agar cukup mantap dan benar-benar bisa

dipertanggung jawabkan (Sugiyono, 2015).


40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Desa Rawa Biru

Desa Rawa Biru terbentuk dari serangkaian kejadian dan peristiwa-peristiwa

masa lalu seperti tercatat dalam dokumen desa maupun berdasarkan

informasi/catatan dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.

Masyarakat suku Kanum sebelumnya masih tinggai di tanah adatnya

masing-masing. Ketika jaman Belanda mereka tinggal atau dikumpulkan di desa

yanggandur. Tahun 1962 Para Penjaja Belanda membuat bangunan yaitu pompa

air bertempat di rawa yang sekarang merupakan Desa Rawa Biru. Tahun 1962

ketika pembebasan Irian Barat, sebagian masyarakat suku Kanum pindah ke

Desa Weu dan Papua New Guinea (PNG). Setelah pemerintahan indonesia

masyarakat yang tinggal di Desa Weu diminta untuk tinggal di Desa Yereu untuk

melestarikan dan menjaga air di Rawa Biru dan sejak itulah Desa Yereu bernama

Desa Rawa Biru. Desa Rawa Biru semula ditempati oleh kakak beradik dari

marga Maywa, yang kemudian bertambah marga Mbanggu, Dimar, dan

Sanggra. Tahun 2011, sebagian masyarakat suku kanum yang tinggal di PNG

kembali ke desa Rawa Biru dan tinggal di dusun Yakiu atau RT 3, yang terletak

di dekat perbatasan antara Indonesia dan PNG.


41

2. Kondisi Geografis

Desa Rawa Biru merupakan salah satu Desa yang berada di Provinsi Papua

yang terletak di Kabupaten Merauke, Distrik Sota, dengan letak yang strategis

diantara batas-batas Desa sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Yanggandur, Distrik Sota

b. Sebelah Timur : Negara; Papua Nugini

c. Sebelah Selatan : Desa Kondo, Distrik Naukenjerai

d. Sebelah Barat : Desa Tomer, Distrik Naukenjerai

Secara geografis Desa Rawa Biru terletak pada ketinggian tanah 8 m sampai

10m dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan 6,3 mm/tahun, dataran rendah

dan suhu udara rata-rata 21C sampai dengan 30C.

Gambar 4.2 Peta Batas Wilayah Desa Rawa biru


42

Luas wilayah Desa Rawa Biru, Distrik Sota, Kabupaten Merauke sebesar

41,465,766 Ha. Luas Desa Rawa Biru 112,56 Ha terbagi menjadi luas rawa

sebesar 36,776 Ha, pemukiman sebesar 25,359 Ha, dan prasarana umum, 3,398

km/1,185 Ha.

Gambar 4.3 Peta Tata Ruang Desa Rawa Biru

Adapun nama-nama Marga yang ada di Desa Rawa Biru adalah Mayuwa,

Ndiken, Ndimar, Mbanggu dan Sanggra yang terdapat di dalam Kawasan Desa

Rawa Biru yang terbagi menjadi 4 wilayah Dusun Inti dari 1 RW dan 3 RT.

3. Kondisi Demografi

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil sensus partisipatif yang dilakukan oleh pemerintah Desa

Rawa Biru tahun 2018, tercatat jumlah penduduk Desa Rawa Biru sebanyak 346

jiwa dengan perbandingan laki-laki 170 jiwa dan perempuan sebanvak 176 jiwa,

dengan jumlah kepala keluarga (KK) yaitu sebanyak 79 Kepala Keluarga.

Jumlah ini cukup banyak dan merupakan aset yang dimiliki Desa Rawa Biru,

jika potensi ini diberdayakan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
43

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Rawa Biru


Berdasarkan jenis kelamin

Jenis
No. RT 01 RT 02 RT 03 Total
Kelamin
1. Laki-Laki 69 60 41 -
2. Perempuan 59 65 52 -
3. Transgender - - - -
Jumlah 128 125 93 346
Sumber : Data Profil Desa Rawa Biru

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Rawa Biru


Berdasarkan Tingkat Umur

No Kelompok Umur Jumlah


1 0 – 5 Tahun 50
2 6 – 12 Tahun 73
3 13 – 18 Tahun 54
4 19 – 25 Tahun 59
5 26 – 40 Tahun 40
6 40 – 60 Tahun 32
7 ˃ 60 Tahun 38
Jumlah 346
Sumber : Data Profil Desa Rawa Biru

4. Kondisi Ekonomi

Sementara dari segi perekonomian, sumber penghasilan masyarakat Desa

Rawa Biru sangat beragam, tetapi sebagian besar masyarakat desa bekerja

sebagai nelayan dan bekebun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini


44

Tabel 4.4 Penduduk Desa Rawa Biru Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Belum / Tidak Bekerja -


2. Mengurus Rumah Tangga -
3. Pelajar / Mahasiswa 89
4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) -
5. Pedagang -
6. Petani / Pekebun 191
7. Peternak 7
8. Nelayan / Perikanan 10
9. Industri -
10. Karyawan Swasta/BUMN -
12. Buruh Tani / Perkebunan -
13. Buruh Peternakan -
17. Honorer -
Jumlah
Sumber : Data Profil Desa Rawa Biru

Mayoritas corak utama perekonomian masyarakat Desa Rawa Biru adalah

berkebun. Hal ini dapat dilihat dari besarnya lahan produktif di Desa Rawa Biru

yang memiliki luas paling besar dari proyeksi luas wilayah keseluruhan.

Pertanian di Desa Rawa Biru masih terbilang sederhana, dalam hal membajak

tanah perkebunan yang masih menggunakan alat-alat perkebunan seperti

cangkul, dan belum menggunakan alat modern seperti traktor atau semprotan
45

tabung. Sedangkan untuk hasil utama pertanian di Desa Rawa Biru sendiri

masyarakat juga sering menanam hasil perkebunan seperti umbi-umbian.

Di lain sisi, Ikan tangkapan sebagai hasil utama nelayan di Desa Rawa Biru

sangat membantu perekonomian masyarakat Desa. Ikan dijadikan komoditas

utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Biasanya ikan tersebut sebagian

dikonsumsi sendiri dan sebagian yang lain dijual untuk memenuhi kebutuhan

yang lain. Masyarakat menjual ikan dan menggunakan hasil jualan tersebut

untuk kebutuhan sehari-hari seperti, belanja kebutuhan rumah tangga, kebutuhan

pendidikan anak dan lain sebagainya. Kebutuhan yang banyak tersebut membuat

ekonomi masyarakat menjadi lemah. Oleh sebab itu, tidak jarang masyarakat

banyak mencari pekerjaan sampingan seperti berburuh untuk menambah

pengahasilan mereka. Selain itu, bidang lain yang menjadi pilihan adalah

berdagang, perantauan dan lain sebagainya.

Dalam konteks produk dagangan, masyarakat sering menggunakan hasil

tangkapan ikan dan hasil alam lain untuk dijual pada pemasok yang berasal dari

kota merauke, dan juga membuat produk minyak herbal yang bahan dasarnya

berasal dari ikan dan juga kayu putih. Namun, terdapat kendala yang membuat

usaha-usaha tersebut menjadi berjalan tidak efektif seperti, lemahnya SDM,

ketatnya persaingan, dan pemasaran yang sempit. Oleh sebab itu, usaha-usaha

tersebut hanya menjadi usaha mikro yang hasilnya minim untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Berikut tabel yang menggambarkan pendapatan rata-rata

perbulan masyarakat yang ada di desa rawa biru mata menurut tingakatannya.
46

Tabel 4.5 Jumlah Keluarga Berdasarkan Pendapatan per-bulan

No. Pendapatan Per Bulan Jumlah KK


1. Kurang Dari Rp. 500.000 50
2. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 10
3. ˃ Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 4
4. ˃ Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 2
5. ˃ Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000 -
6. Lebih Dari Rp. 5.000.000 -
Jumlah 68
Sumber : Data Profil Desa Rawa Biru

5. Persebaran Potensi Ekonomi Desa Rawa Biru

a. Kawasan Perkebunan

Pengembangan Kawasan Perkebunan Tradisiomal, yaitu pada areal seluas ±

15 Ha dari luas Desa Rawa Biru. Pengembangan kawasan peruntukan

perkebunan dilakukan di Zonasi Budidaya Tanaman Bulanan Seperti Sawi,

Bayam, dan Kangkung. Desa Rawa Biru saat ini sedang dikembangkan

pembibitan dalam rangka pengembangan kawasan perkebunan terutama untuk

dikembangkan pada Kawasan Peruntukan Perkebunan dengan memanfaatkan

Zonasi Pertanian Lahan Kering.


47

b. Kawasan Perikanan

Peruntukan budi daya perikanan air tawar di Desa Rawa Biru,

dikembangkan pada rawa yang ada di Desa Rawa Biru. Panjang Zonasi rawa

yang ada di Desa Rawa Biru bekisar ± 7 Km dan lebarnya mencapai ± 50 Km

yang akan menjadi potensi bagi pengembangan perikanan air tawar.

c. Kawasan Peternakan

Melihat luas areal lahan kering dan semak yang ada di Desa Rawa Biru,

dimana terdapat ± 1000 hektar lahan maka potensi peternakan sangat baik untuk

dikembangkan di Desa Rawa Biru. Selain sektor Pertanian tanaman Pangan

Desa Rawa Biru juga Mengembangankan Ternak Ayam dan Babi. Ini

dimaksudkan penduduk Desa Rawa Biru Untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan

yang membutuhkan Dana besar, Biaya Mendadak, sebagai langkah Kesiap

siagaan Masyarakat dalam mengatasi masalah Ekonomi.

Tabel 4.6 Jumlah Ternak Berdasarkan Kepemilikan

No Kepemilikan Ternak Jumlah KK


1. Ayam -
2. Bebek / Itik -
3. Kambing -
4. Babi 6
5. Sapi -
6. Kerbau -
7. Kuda -
Jumlah 6
Sumber : Data Profil Desa Rawa Biru
48

Dari Tabel di atas menunjukan bahwa potensi tenak sangat baik karena lahan

pengembalaan yang cukup dan penyediaan pangan ternak cukup memadai.

Penataan ruang untuk lahan untuk peternakan harus dikembangkan agar potensi

ternak sapi akan memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat di Desa

Rawa Biru.

d. Kawasan Parawisata

1. Parawisata Alam

Salah satu potensi ekonomi yang dapat dikembangkan di Desa Rawa

Biru adalah Parawisata alam dengan potensi areal seluas ± 1000 hektar

dari luas Desa Rawa Biru. Keunggulan wisata alam di Desa Rawa Biru

adalah Kawasan cagar alam berupa pemandangan hutan dan rawa yang

kas yang air rawa nya juga dapat digunakan sebagai sumber air mineral

atau air minum bagi masyarakat.

2. Periwisata Buatan

Mengenai peruntukan untuk Parawisata buatan, masyarakat dan

pemerintah desa dapat membangkannya di kawasan pemukiman dan

zona rawa. Pengembangan wisata buatan ini selain wisata alam dapat

juga menjadi wisata buatan seperti kawasan pamancingan atau

penginapan alam.
49

6. Pemerintah Desa Rawa Biru

a. Apatur Desa Rawa Biru

Desa Rawa Biru digolongkan sebagai Desa swadaya. Artinya, Desa Rawa

Biru merupakan Desa yang tertinggal dan terbelakang dari banyak aspek

termasuk organisasi. Organisasi formal dan informal masih banyak yang belum

berjalan sebagaimana mestinya. Desa Rawa Biru hanya memiliki 2 struktur

organisasi yaitu, Pemerintah Desa dan BPD. Sedangkan LPMD (lembaga

Pemberdayaan Desa) masih belum dibuat strukturnya, karena terkendala sumber

daya yang enggan untuk mengisi lembaga tersebut. Berikut struktur organisasi

perangkat Desa di Desa Rawa Biru.

Kepala Desa
BAMUSKAM LEMBAGA ADAT

Thomas K Sanggra

SEKERTARIS

Maurip S
KAUR. KAUR.
PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN

Lodevikus M M Alfred M Mayua


BENDAHARA KAUR. UMUM

KAUR. PEM, Wenslaus K Mb Markus M D


MASYARAKAT

Herman M Mb
KETUA RW 01

Agustinus Y S

KETUA RT O1 KETUA RT 02 KETUA RT 03

Wilibrodus M S Alexander K D Lukas K Mayua

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Rawa Biru


50

b. Lembaga Masyarakat Desa

Lembaga yang dibentuk dari hasil musyawara masyarakat desa tentunya

mempunyai potensi untuk mendorong proses pembangunan sekaligus sebagai

lembaga yang mengatur jalannya pemerintahan yang ada di daerah. Desa Rawa

Biru memiliki beberapa lembaga pemerintahan dan lembaga masyarakat yang

mempunyai potensi yang dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7 Daftar Potensi Kelembagaan Desa

No. Lembaga Potensi


- Tersedianya Kantor desa yang
mendukung
1. Aparat desa - Fasilitas kantor yang lengkap
- Perlu pelatihan untuk aparat
desa
2. Bamuskam - Perlu pelatihan
3. RT / RW - Aparat lengkap
4. PKK - Kader PKK Desa ada
- Perlu pembinaan dan pelatihan
5. LINMAS
dari aparat keamanan
6. POSYANDU - Kader dari masyarakat ada
7. Kelompok Tani - Perlu pembinaan dan pelatihan
Sumber : Data Profil Desa Rawa Biru

c. Visi Misi Desa

Untuk memberi arah perencanaan pembangunan di tingkat desa diperlukan

kesatuan visi desa yang dirumuskan secara partisipatif sehingga mampu menjadi

semacam roh pembangunan, yang memberi semangat dan perekat bagi pihak-

pihak yang terlibat di dalamnya.


51

Visi merupakan pernyataan cita-cita untuk mewujudkan keadaan yang

diinginkan di masa yang akan datang. Visi juga mencerminkan kepribadian dan

kornitmen masyarakat desa beserta aparaturnya dalam rangka membangun dan

mengembangkan desa.

1. Visi desa Rawa Biru:

“ Mewujudkan Kampung Rawa Biru Sebagai Desa Produksi


Minyak Kayu Putih, Perikanan Darat Dan Sumber Mata Air
Berbasis Kearifan Lokal ”

2. Misi desa Rawa Biru:

1. Melakukan Reformasi birokrasi di jajaran Aparatur pemerintahan

Kampung Rawa Biru guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat.

2. Mengoptimalkan kinerja perangkat desa secara maksimal sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi perangkat kampung demi tercapainya pelayanan

yang lebih baik bagi masyarakat.

3. Penyediaan Sarana Prasarana Kampung.

4. Peningkatan Sarana Prasarana Kampung, Sumber daya air dan perikanan

darat.

5. Peningkatan teknologi tepat guna pengelolaan minyak kayu putih

6. Menumbuhkan kerja sama dengan pihak lain dalam penetapan TTG

(Teknologi tepat guna) minyak kayu putih, Sumber daya alam air, dan

perikanan darat.
52

B. Karakteristik Responden

Dalam melakukan tindakan penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data

primer dari para informan. Dimana perolehan data didapatkan langsung dari

lapangan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur kepada informan.

Hasil dari wawancara kemudian diolah sebagai informasi penelitian yang dapat

digunakan untuk menarikan kesimpulan akhir. Namun untuk mendapatkan

informasi atau data yang lebih akurat peneliti membutuhkan beberapa informan

terpilih yang mengetahui betul permasalahan yang ingin diketahui oleh peneliti.

Informan utama dalam penelitian ini adalah para aparatur yang menjabat dalam

pemerintahan desa rawa biru seperti bapak Kepala Desa, Sekertaris Desa,

Bendahara Desa dan ketua Organisasi Badan Permusyawaratan Desa sebagai

perwakilan yang terpilih dalam menyampaikan semua aspirasi dan keinginan

masyarakat yang berada di desa rawa biru. Sedangkan masyarakat desa rawa biru

yang terpilih secara acak yaitu sebanyak 10 orang, akan dijadikan sebagai informan

penunjang dalam penelitian. Dari beberapa karakteristik yang sudah terpiliih

kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Informan 1

Informan utama ini adalah Bapak Thomas K. Sanggra yang berusia 39

tahun, kemudian dengan inisial (TS) beliau menjabat sebagai Kepala Desa

Rawa Biru, dengan latar pendidikannya adalah SMP. Wawancara dirumah

pribadi Bapak Bapak Thomas K. Sanggra pada hari Kamis Tanggal 01 Oktober

2020 Pukul 10.00 WIT. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai


53

Pengelolaan Dana Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi Desa Rawa

Biru Tahun 2019. Proses wawancara berjalan dengan lancar.

b. Informan 2

Informan utama ini adalah Bapak Maurits Sugianto yang berusia 45 tahun,

kemudian dengan istilah (MS) beliau adalah Sekretaris Desa Rawa Biru,

dengan latar pendidikannya adalah SMA. Wawancara pada hari Selasa Tanggal

29 September 2019 Pukul 19.00 WIT, bertempat dirumah pribadi Bapak

Maurits Sugianto. peneliti mengajukan pertanyaan tentang Pengelolaan Dana

Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi Desa Rawa Biru Tahun 2019.

c. Informan 3

Informan utama ini adalah Bapak Wenslaus K. Mb yang berusia 38 tahun,

kemudian dengan inisial (WM) beliau adalah Bendarahara Desa Rawa Biru,

dengan latar pendidikannya adalah SMP. Wawancara pada hari Senin Tanggal

29 September 2020 Pukul 16.10 WIT, bertempat dirumah pribadi Bapak

Wenslaus K. Mb. Peneliti mengajukan pertanyaan tentang Pengelolaan Dana

Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi Desa Rawa Biru Tahun 2019.

d. Informan 4

Informan utama ini adalah Bapak Primius Sanggra yang berusia tahun

kemudian dengan inisial (PS) beliau adalah Bamuskam Desa Rawa Biru,

Dengan latar pendidikannya adalah SD, Wawancara pada hari Selasa 5 Maret

2019 Pukul 09.20 WIT, bertempat di kediaman beliau Bapak Primius Sanggra,
54

peneliti mengajukan pertanyaan tentang Pengelolaan Dana Desa Dalam

Mendorong Pemanfaatan Potensi Desa Rawa Biru Tahun 2019.

e. Informan 5

Informan penunjang ini adalah Ibu Walmince Iba yang berusia 34 tahun

kemudian dengan inisial (WI) beliau adalah masyarakat Desa Rawa Biru,

dengan latar pendidikannya adalah SMA dan berprofesi sebagai Ibu Rumah

Tangga, wawancara pada hari Rabu 30 September 2020 pukul 10.32 WIT,

bertempat dibalai Desa Rawa Biru, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai

seberapa besar manfaat dari pengelolaan dana desa oleh aparatur desa yang

masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

f. Informan 6

Informan penunjang ini adalah Bapak Lukas Pait yang berusia 29 tahun,

kemudian dengan inisial (LP) beliau adalah masyarakat Desa Rawa Biru,

dengan latar pendidikannya adalah SMA dan berprofesi sebagai petani,

wawancara pada Hari Rabu 30 September 2020 pukul 11.20 WIT, bertempat

dibalai Desa Rawa Biru, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai seberapa

besar manfaat dari pengelolaan dana desa oleh aparatur desa yang masyarakat

sudah rasakan manfaatnya.

g. Informan 7

Informan penunjang ini adalah Bapak Tadius Timban yang berusia 35

tahun, kemudian dengan inisial (TT), beliau adalah masyarakat Desa Rawa

Biru, dengan latar pendidikannya adalah SMP dan berprofesi sebagai nelayan,
55

wawancara pada Hari Rabu 30 September 2020 pukul 13.36 WIT, bertempat

di kediaman beliau Bapak Tadius Timban, peneliti mengajukan pertanyaan

mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan dana desa oleh aparatur

Desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

h. Informan 8

Informan penunjang ini adalah Bapak Yansen Mayua yang berusia 28

tahun, kemudian dengan inisial (YM), beliau adalah masyarakat Desa Rawa

Biru, dengan latar pendidikannya adalah SD dan berprofesi sebagai petani,

wawancara pada Hari Rabu 30 September 2020 pukul 14.00 WIT, bertempat

di kediaman beliau Bapak Yansen Mayua, peneliti mengajukan pertanyaan

mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan dana desa oleh aparatur

desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

i. Informan 9

Informan penunjang ini adalah Bapak Albertus MBanggu yang berusia 30

tahun, kemudian dengan inisial (AB), beliau adalah masyarakat Desa Rawa

Biru, dengan latar pendidikannya adalah SD dan berprofesi sebagai Ketua Rt

2. Wawancara pada Hari Rabu 30 September 2020 pukul 14.28 WIT, bertempat

di kediaman beliau Bapak Albertus Banggu, peneliti mengajukan pertanyaan

mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan dana desa oleh aparatur

desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.


56

j. Informan 10

Informan penunjang ini adalah Bapak Finsen Mbanggu yang berusia 49

tahun, kemudian dengan inisial (FM), beliau adalah masyarakat Desa Rawa

Biru, dengan latar belakang pendidikannya adalah SD dan berprofesi sebagai

petani. Wawancara pada hari Rabu Rabu 30 September 2020 pukul 19.56 WIT.

Bertempat di kediaman beliau Bapak Finsen Mbanggu, peneliti mengajukan

pertanyaan mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan Dana Desa oleh

aparatur desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

k. Informan 11

Informan penunjang ini adalah Bapak Simon Mbanggu yang berusia 49

tahun, kemudian dengan inisial (SM), beliau adalah masyarakat Desa Rawa

Biru, dengan latar belakang pendidikannya adalah SD dan berprofesi sebagai

petani. Wawancara di pada Hari Kamis 01 Oktober 2020 pukul 13.11 WIT.

Bertempat di kediaman beliau bapak Simon Mbanggu. peneliti mengajukan

pertanyaan mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan Dana Desa oleh

aparatur desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

l. Informan 12

Informan penunjang ini adalah Bapak Yohanes Dimar yang berusia 35

tahun, kemudian dengan inisial (YD), beliau adalah masyarakat Desa Rawa

Biru, dengan latar belakang pendidikannya adalah SD dan berprofesi sebagai

petani. Wawancara di pada Hari Kamis 01 Oktober 2020 pukul 13.31 WIT.

Bertempat di kediaman beliau bapak Yohanes Dimar. peneliti mengajukan


57

pertanyaan mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan Dana Desa oleh

aparatur desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

m. Informan 13

Informan penunjang ini adalah Ibu Dina Sanggra yang berusia 31 tahun.

Kemudian dengan inisial (DS) beliau adalah masyarakat Desa Rawa Biru

dengan latar pendidikannya adalah SD dan berprofesi sebagai petani.

Wawancara pada Hari Kamis 01 Oktober 2020 pukul 15.05 WIT. Bertempat

di kediaman beliau Ibu Dina Sanggra. peneliti mengajukan pertanyaan

mengenai seberapa besar manfaat dari pengelolaan Dana Desa oleh aparatur

desa yang masyarakat sudah rasakan manfaatnya.

n. Informan 14

Informan 14 Informan penunjang ini adalah bapak Martinus Mbanggu

yang berusia 31 tahun , kemudian dengan inisial (MM) , beliau adalah

masyarakat Desa Rawa Biru dengan latar pendidikannya adalah SD dan

berprofesi sebagai nelayan. Wawancara pada Hari Kamis 01 Oktober 2020

pukul 16.10 WIT. Bertempat di kediaman beliau Bapak Martinus Mbanggu.

peneliti mengajukan pertanyaan mengenai seberapa besar manfaat dari

pengelolaan Dana Desa oleh aparatur desa yang masyarakat sudah rasakan

manfaatnya.
58

C. Hasil Analisis Data

1. Perencanaan

Dalam perencanaan pembuatan RAB RKPDes dan APBD diwajibkan agar

selaras dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Permendagri No

113 tahun 2014 Pasal 20 tentang Perencanaan Pengelolalan Keuangan Desa.

Pembahasan ini dilakukan didalam forum Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Desa (Musrenbangdesdes) yang sebelum sudah harus

dilaksanakan Musyawara Lingkungan (Musling) ditingkat RT RW.

Sebagaimana penjelasan yang diberikan oleh kepala desa rawa biru ( I.1 )

dari pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses dari penyusunan rencana penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

” Kalau perencanaan di desa rawa biru dimulai dari bamuskam


bersama-sama dengan masyarakat desa untuk melakukan
Musrenbangdes mengumpulkan usulan, kemudian dari usulan
tersebut disusun ulang oleh tim khusus sebagai RAB RKP dan
diverifikasi pendamping dari provinsi guna melihat yang mana
saja bisa dimasukkan ke dalam pagu (RAB APBD) lalu kemudian
disusun ulang dan setelah itu baru bisa di kirim untuk memenuhi
persyaratan pencairan dana desa.“

2. Apakah dalam penyusunan RKPD, program dibuat telah disesuaikan

dengan peraturan pemerintah tentang prioritas penggunaan dana desa?

” Kalau didesa rawa biru sendiri, pemerintah desa membuat dahulu


hasil RAB RKP dari usulan masyarakat lalu kemudian hasil
tersebut diserahkan pada pendamping dari provinsi untuk
diseleksi lagi, mana-mana saja yang sesuai dengan peraturan
pemerintah pusat dan pagu dana desa mengenai prioritas
penggunaan dana desa. Jadi, tentu saja bapak sudah sesuaikan.”
59

3. Apakah program yang sudah dibuat pemerintah desa memiliki visi atau misi

dalam mendorong potensi yang ada didesa?

“ Usulan dari masyarakat tentunya akan mendorong potensi yang


ada didesa karena sesuai dengan inginan masyarakat. Jadi,
sebelum diadakannya Musrenbangdes untuk mengumpulkan
aspirasi atau usulan dari masyarakat, pemerintah desa sudah
terlebih dahulu memberi tahu masyarakat bahwa usulan yang
akan kumpulan harus juga disesuaikan dengan visi misi desa.”

Di lihat dari hasil wawancara kepala kampung tentang proses

penggunaan dana desa maka dapat diartikan bahwa kepala kampung

sangat memahami dari awal hingga akhir proses perencanaan dana desa

yang juga sudah di implementasikan dalam pengelolaan dana desa.

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Sekertaris Desa ( I.2 ) :

1. Bagaimana proses dari penyusunan rencana penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

“ didalam perencanaan keuangan desa desa rawa biru dibantu oleh


(P3MD) itu pendamping dari provinsi, jadi dalam membuatan
RAB APBD dan tentunya penyusunan tersebut dilakukan atas
usulan - usulan dari masyarakat melalui pengadaan
Musrenbangdes.”

2. Apakah dalam penyusunan RKPD, program dibuat telah disesuaikan

dengan peraturan pemerintah tentang prioritas penggunaan dana desa?

” Seharunya sudah, karena RAB yang dibuat oleh desa diseleksi lagi
oleh pihak P3MD dan saya rasa disitu sudah diarahkan mana-
mana saja yang sesuai dengan peraturan dana desa.”

3. Apakah program yang sudah dibuat pemerintah desa memiliki visi atau misi

dalam mendorong potensi yang ada didesa?


60

“ ya tentunya yang diharapkan program kami dapat mendorong


potensi yang ada di desa, salah satu contohnya seperti
pembuatan dermaga dan pembuatan perahu, itu bertujuan untuk
mendorong perekonomian masyarakat.”

Di lihat dari hasil wawancara sekertaris kampung tentang proses

penggunaan dana desa maka kemudian dapat diartikan bahwa sekertaris

kampung sangat memahami fungsi setiap lembaga yang berperan dalam

proses perencanaan dana desa yang dilakukan dalam pemerintahan

kampung rawa biru.

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Bendahara Desa ( I.3 ) :

1. Bagaimana proses dari penyusunan rencana penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

“ awalnya kita melihat dulu masukan dari masyarakat apa yang


mereka kasih tau itu yang disusun sebagai sebagai pertimbangan
karena tentu kita juga harus menyesuaikan dengan dana yang
ada, baru kemudian kita masukan kedalam RAP.”

2. Apakah dalam penyusunan RKPD, program dibuat telah disesuaikan

dengan peraturan pemerintah tentang prioritas penggunaan dana desa?

“ jadi prioritas dana desa kan itu dibatasi hanya pada 2 bidang
saja, sedangkan prioritas itu bapa dong serasikan lagi sama
kebutuhan masyarakat desa ”

3. Apakah program yang sudah dibuat pemerintah desa memiliki visi atau misi

dalam mendorong potensi yang ada didesa?

“ iyakan jelas harus disesuaikan dengan visi misi desa, karena


tujuan kami mengelola dana desa untuk membangunan desa, dan
juga karena tuntutan dari peraturan daerah ”
61

Di lihat dari hasil wawancara bendahara kampung tentang proses

penggunaan dana desa maka dapat di artikan bahwa bendahara kampung

juga mengetahui proses perencanaan dari implementasi yang perna

dilakukan sebelumnya, artinya pengetahuan dan tindakan dalam proses

perencanaan lebih ditekankan pada pengalaman dan pengetahuan umum

dari peraturan pengelolaan dana desa.

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Ketua Bamuskam ( I.4 ) :

1. Bagaimana proses dari penyusunan rencana penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

“ biasanya pemerintah mengadakan musyawara dibalai desa, disitu


nanti bersama sama disusun RAP dari hasil kesepakatan
bersama masyarakat yang ikut dalamm rapat tersebut.”

2. Apakah dalam penyusunan RKPD, program dibuat telah disesuaikan

dengan peraturan pemerintah tentang prioritas penggunaan dana desa?

“ kalau peraturannya prioritas itu bapak kurang tau isinya tapi


kalau prioritas desa itu pemerintah desa masih mendahulukan
masuk dari masyarakat, itu bapak rasa pemerintah desa sudah
mengutamakan kepentingan masyarakat desa “

3. Apakah program yang sudah dibuat pemerintah desa memiliki visi atau misi

dalam mendorong potensi yang ada didesa?

“ kalau bapak melihat dari RAP yang perna dibuat itu sudah baik
untuk desa, karena itu kan suara dari masyarakat juga. Jadi
bapak kira itu jelas untuk kemajuan desa ini”
62

Muling tingkat
Musrenbangdes
RT/RW

Pengesahan Penyusunan RAB


RAPBK APBK dari RKPDes
Menjadi APBK oleh oleh Tim pelaksana
Kepala Desa dan Desa
Bamuskam

Gambar 4.5 Proses Penyusunan dan Pengesahan RAB APBK

Pernyataan keempat narasumber tersebut sudah dinyatakan sesuai dengan

hasil observasi dilapangan, bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua

Bamuskam Desa Rawa Biru, Hal ini menunjukkna bahwa perencanaan yang

terkait dengan lembaga masyarakat dalam hal ini Musrenbangdes di Desa Rawa

Biru sudah sesuai prosedur yang ada.

2. Pelaksanaan

Kemudian, untuk pelaksanaan pembangunan yang didanai oleh Dana Desa

diharus membuat tim pelaksana yang sering disebut dengan tim 11 yang

melibatkan seluruh masyarakat dan dilaksanakan secara swakelola dengan

menggunakan sumber daya atau bahan baku lokal dimana hal ini dimaksudkan

untuk menjalankan fungsi akuntabilitas, transparasi maupun fungsi partisipasi

(UU No. 6 Tahun 2014). Sebagaimana penjelasan yang diberikan oleh kepala

desa rawa biru ( I.1 ) dari pertanyaan sebagai berikut :


63

1. Bagaimana tahapan pelaksanaan dari penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

“ ketika dana desa sudah dicairkan, mulailah disesuaikan kembali


pada RKP Desa, Mana yang kemudian diprogramkan paling
awal itulah yang dilaksanakan terlebih dahulu. Kalau
mengelolaan dananya itu dari aparatur desa sendiri kemudian
melaksanaannya dipercayakan kepada masyarakat desa dan
diawasi oleh pendamping desa.”

2. Apakah dalam proses pelaksanaan program dana desa Tahun 2019 sesuai

dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh pemerintah desa?

Ataukah ada perubahan dalam pelaksanaan dilapangan?

“ kalau perubahan dalam pelaksanaannya itu tidak ada, karena


sudah dipersiapkan terlebih dahulu seperti bahan dan alat yang
dibutuhkan itu sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaannya program dimulai.”

Di lihat dari hasil wawancara kepala kampung tentang proses

pelaksanaan dana desa maka dapat di simpulkan bahwa kepala kampung

mengetahui proses pelaksanaan dari implementasi yang sudah dilakukan

dimana program prioritas kampung dirasa sudah siap sebelum di

implementasikan. Dilain sisi kepala kampung juga sudah menjelaskan

langkah – langkah dalam melakukan proses implementasi dari

perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya oleh tim pelaksana.

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Sekertaris Desa ( I.2 ) :

1. Bagaimana tahapan pelaksanaan dari penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?


64

“ didalam pelaksanaanya program yang sudah dibuat tentunya


tidak dijalankan sekaligus jadi kembali ke RKP Desa yang sudah
dibuat sesuai urutan, baru setelah itu kemudian apatur desa
melakukan tindak pembagian tugas pada kaur yang bersangkutan
dengan program terkait bidangnya.“

2. Apakah dalam proses pelaksanaan program dana desa Tahun 2019 sesuai

dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh pemerintah desa?

Ataukah ada perubahan dalam pelaksanaan dilapangan?

“ syukur, kalau untuk pencairan dana yang tahun 2019 itu untuk
sekarang ini tidak ada perubahan, jadi masih sesuai dengan
perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.”

Pemberian
Pencairan ke Wewenang Bagi Pelaksanaan oleh
buku kas desa Tim Pelaksana tim Pelaksana

Gambar 4.6 Proses Pelaksanaan Dana Desa

Pernyataan kedua narasumber tersebut sudah dinyatakan sesuai dengan hasil

observasi dilapangan, bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan sekertaris,

Hal ini menunjukkna bahwa pelaksanaan yang terkait dengan dokumen

pelaksanaan dalam hal ini RKPD di Desa Rawa Biru sudah sesuai prosedur yang

ada.

3. Penatausahaan

Penatausahaan Keuangan Desa merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa (BPKP, 2015). Di Desa

Rawa Biru sendiri, kegiatan penatausahaan juga dilakukan oleh Sekertaris

Keuangan. Bendahara desa harus mencatat semua penerimaan dan pengeluaran


65

terkait penggunaan dana desa. Penatausahaan yang terkait dengan penerimaan

dan pengeluran kas harus menggunakan buku kas umum dan buku bank (BPKP,

2015). Sebagaimana penjelasan yang diberikan oleh Bendahara Desa Rawa Biru

( I.2 ) dari pertanyaan sebagai berikut :

1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penatahanusahaan dari penggunaan

dana desa di Desa Rawa Biru ?

” mencatatan hasil pelaksanaan kedalam buku itu tentunya hanya


dikelolah oleh pihak yang bertanggungjawab, kayak bapak ini
selaku bendahara desa, dan pak sekam kemudian sebagai
aparatur desa juga membantu pak dalam penataushaan ”

2. Bagaimana mekanisme penatausahaan (pembukuan) dari hasil penggunaan

dana desa yang dibuat oleh pemerintah desa Rawa Biru?

“ kalau dalam pelaksanaannya itu bapak sendiri bertugas


membantu para tim pelaksana kegiatan untuk memegang bukti
pembelian dari transaksi dan mencatat setiap hasil transaksi ke
dalam buku pengeluaran keuangan desa. ”

Di lihat dari hasil wawancara sekertaris kampung tentang proses

penggunaan dana desa maka dapat di simpulkan bahwa sekertaris

kampung mengetahui proses pembukuan dari hasil implementasi yang

sudah dilakukan, artinya bukti pembukuan dan tindakan dalam proses

perencanaan lebih sudah terbukti dilakukan dengan peraturan yang ada.

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Bendahara Desa ( I.3 ) :

1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penatahanusahaan dari penggunaan

dana desa di Desa Rawa Biru ?


66

” mencatatan hasil pelaksanaan kedalam buku itu tentunya hanya


dikelolah oleh pihak yang bertanggungjawab, kayak bapak ini
selaku bendahara desa, dan pak sekam kemudian sebagai
aparatur desa juga membantu pak dalam penataushaan ”

2. Bagaimana mekanisme penatausahaan (pembukuan) dari hasil penggunaan

dana desa yang dibuat oleh pemerintah desa Rawa Biru?

“ kalau dalam pelaksanaannya itu bapak sendiri bertugas


membantu para tim pelaksana kegiatan untuk memegang bukti
pembelian dari transaksi dan mencatat setiap hasil transaksi ke
dalam buku bank dan buku kas umum desa. ”

Pernyataan kedua narasumber tersebut sudah dinyatakan sesuai dengan hasil

observasi dilapangan, bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan Bendahara

Desa Rawa Biru, Hal ini menunjukkna bahwa Penatausahaan yang terkait

dengan pencatatan hasil pengelolaan dana desa sudah sesuai prosedur yang ada.

4. Laporan Realisasi dan Laporan Pertanggung Jawaban

Laporan adalah bentuk kewajiban dari hasil yang sudah terealisasi atas

program atau kegiatan yang sudah dicanangkan atau dibentuk sebelumnya

selama kurun waktu tertentu, biasanya persemester (laporan realisasi

pelaksanaan APBDes). Laporan juga menjadi salah satu sumber informasi

mengenai kegiatan yang sudah berlangsung (Mondale, Aliamin dan Fahlevi,

2017).

Laporan Pertanggungjawaban keuangan desa Atau biasa di singkat LPJ

merupakan tahap akhir pengelolaan keuangan desa setelah tahap pelaporan.

Pertanggungjawaban tersebut disampaikan kepada Bupati/Walikota paling

lambat 1 (satu) bulan setelah akhir priode anggaran (Permendagri No. 113 Tahun
67

2014). Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Desa Rawa

Biru ( I.1 ) sebagai berikut :

1. Bagaimana Teknis pelaporan dan pertanggung jawaban hasil pelaksanaan

dana desa yang dibuat oleh pemerintah desa Rawa Biru?

“ untuk tehniks pelaporan realisasi itu mungkin tidak berbeda jauh


dengan desa lain,begitu juga dengan LPJ. Jadi, misalnya tahap
1 (satu) sudah dikerjakan itu langsung kami dari pemerintah desa
melengkapi berkas laporan realisasi terus nanti kami serahkan
ke DPMK sebagai bentuk laporan realisasi begitu.”

2. Apakah Masyarakat Mengtahui laporan hasil pelaksanaan dari penggunaan

dana desa?

“ tentunya masyarakat tau, kami gunakan media baliho, jadi setiap


hasil akhir pelaksanaan itu kami perlihatkan digedung balai desa
dalam bentuk laporan APBD“

3. Dari mulai tahap pembuatan perencanaan penggunaan dana desa sampai

kepada tahap pertanggung jawaban dana desa, Apakah disesuaikan dengan

peraturan pemerintah tentang tata cara pengelolaan dana desa (Permendagri

No.113 Tahun 2014) ?

“ sebagai aparat pemerintahan desa itu kami tentu harus menaati


peraturan yang dibuat karena dalam proses pengelolaan itu juga
kami diarahkan oleh pendamping profesional dari distrik
maupun dari pusat jadi tentu apa yang kami buat searah dengan
peraturan yang ada ”

Di lihat dari hasil wawancara Kepala kampung tentang proses akhir

pengelolaan dana desa maka dapat di simpulkan bahwa Kepala kampung

mengetahui secara dan juga mengimplementasikan pelaporan dan

pertanggungjawab yang sudah dibuat dalam proses penatausahaan.


68

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Sekertaris Desa ( I.2 ) :

1. Bagaimana Teknis pelaporan dan pertanggung jawaban hasil pelaksanaan

dana desa yang dibuat oleh pemerintah desa Rawa Biru?

“ pelaporannya sendiri itu, kami apatur desa bersama sama


memverifikasi pemberkasan tiap semester, jadi kalau sudah baru
kita serahkan ke pendamping Provinsi baru nanti dilanjutkan ke
PMK, kalau sudah diterima oleh pihak Dinas PMK, baru kita
sampaikan hasil realisasinya dalam bentuk baliho ke
masyarakat.”

2. Apakah Masyarakat Mengtahui laporan hasil pelaksanaan dari penggunaan

dana desa?

“ masyarakat tahu, iya jadi karena kan setiap hasil dari


pelaksanaan akan kami buatkan baliho jadi dari itu masyarakat
bisa mengetahui hasil APBDnya begaimana “

3. Dari mulai tahap pembuatan perencanaan penggunaan dana desa sampai

kepada tahap pertanggung jawaban dana desa, Apakah disesuaikan dengan

peraturan pemerintah tentang tata cara pengelolaan dana desa (Permendagri

No.113 Tahun 2014) ?

“ Iya kita sesuaikan, jadi itukan memang ada aturan aturannya,


mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam mengelolaan
dana desa. Itu sudah kita pahami dan sudah dilaksanakan ”

Di lihat dari hasil wawancara sekertaris kampung tentang proses akhir

penggunaan dana desa maka dapat di simpulkan bahwa sekertaris

kampung mengetahui proses pelaporan dan petanggungjawaban dari hasil

implementasi yang sudah dilakukan. Bukti dan tindakan dalam proses

pertanggungjawaban kurang lebih sudah terbukti dilakukan dengan

peraturan yang ada.


69

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Bendahara Desa ( I.3 ) :

1. Apakah Masyarakat Mengtahui laporan hasil pelaksanaan dari penggunaan

dana desa?

“ bapak merasa mayarakat tau, karena setiap pembuatan laporan


hasil pelaksanaan itu kita ada buat baliho untuk kasih lihat
langsung kemasyarakat desa hasil pelaksanaan dana desa “

2. Dari mulai tahap pembuatan perencanaan penggunaan dana desa sampai

kepada tahap pertanggung jawaban dana desa, Apakah disesuaikan dengan

peraturan pemerintah tentang tata cara pengelolaan dana desa (Permendagri

No.113 Tahun 2014) ?

“ dalam perencanaan sampai kepada tahap pertanggungjawaban


itu kami dikontrol oleh pendamping, ya bisa dibilang bapak
sudah jalanakan sesuai dengan aturan yang ada. ”

Di lihat dari hasil wawancara bendahara kampung tentang proses

akhir dana desa maka dapat di simpulkan bahwa sekertaris kampung

mengetahui proses pertanggungjawaban dari hasil pembukuan yang sudah

dibuat sebelumnya dalam tahap penatausahaan, artinya bukti pembukuan

dan tindakan dalam proses pertanggungjawaban dan perlaporan sudah

terbukti dilakukan dengan peraturan yang ada.

Kemudian dari penjelasan yang diberikan oleh Ketua Bamuskam ( I.4 ) :

1. Apakah Masyarakat Mengtahui laporan hasil pelaksanaan dari

penggunaan dana desa?

“ masyarakat tau, karena pemerintah desa jugakan melihatkan


masyarakat kalau ada projek dari dana desa ,terus biasanya
masyakat lihat dari baliho yang isinya hasil pelaksanaan.”
70

2. Dari mulai tahap pembuatan perencanaan penggunaan dana desa sampai

kepada tahap pertanggung jawaban dana desa, Apakah disesuaikan dengan

peraturan pemerintah tentang tata cara pengelolaan dana desa (Permendagri

No.113 Tahun 2014) ?

“ kalau untuk sesuai peraturan atau tidak itu bapak kurang tau,,
tapi sepengetahuan bapak aparat desa sudah jalankan dengan
baik karena ada pengawai desa juga turut mengawasi dari pada
penggunaan dana desa”

Pelaksanaan Melengkapi Diverifikasi oleh


Program Dokumentasi Kepala Desa

Diverifikasi oleh
Pendamping
Provinsi

Laporan Pengesahan dan


Diserahkan ke
Realisasi pada Penggandaan
Dinas PMK
Masyarakat Dokumen

Gambar 4.7 Proses Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Pernyataan keempat narasumber tersebut sudah dinyatakan sesuai dengan hasil

observasi dilapangan, bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua

Bamuskam Desa Rawa Biru, Hal ini menunjukkna bahwa proses

pertanggungjawaban yang terkait dengan transparasi dalam hal ini penyampaian

hasil laporan realisasi di Desa Rawa Biru sudah sesuai prosedur yang ada.
71

5. Prioritas Penggunaan Dana Desa

Secara umum terdapat empat bidang yang wajib dilakukan terkait

penggunaan dana desa, yakni meliputi bidang Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, bidang Pembinaan

Kemasyarakatan serta bidang Pemberdayaan Masyarakat (Meutia dan Liliana,

2017). Namun Dana Desa lebih diprioritaskan untuk bidang pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat (Permendes No.16 Tahun 2018).

Sesuai dengan peraturan diatas, bahwa di Desa Rawa Biru penggunaan dana

desa juga lebih diprioritaskan untuk bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa dan

untuk bidang Pemberdayaan Masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Anggaran

Pendapatan dan Belaja Desa Rawa Biru pada tahun 2019. Pada banner tersebut

dapat terlihat bahwa dana desa yang berjumlah Rp 1.113.893.000,-

diperuntukkan untuk 2 bidang utama yaitu bidang Pembangunan Desa dan

bidang Pemberdayaan Masyarakat. Berikut adalah laporan APBDesa tahun

anggaran 2019 di Desa Rawa Biru :


72

Tabel 4.8
APBK Pemerintahan Desa Rawa Biru Tahun 2019

KODE REK URAIAN ANGGARAN SUMBER DANA


1 2 3 4 5
a b c a b a a a
1 BIDANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 646.221.650,-
2 BIDANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN 697.945.469,-
2 1 Sub Bidang Pendidikan 38.000.000,-
Dukungan Pendidikan Bagi Siswa Miskin/Berprestasi (Sarana Transportasi 38.000.000,- DD. T.A 2019
2 1 10
Siswa SD Dari RT 3)
2 1 10 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 Sub Bidang Kesehatan 68.155.000,-
Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan; Ibu Hamil, Lansia, 61.755.000,- DD. T.A 2019
2 2 02
Insentif Kader Posyandu, dst)
2 2 02 5 2 Belanja Barang dan Jasa
Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan; Ibu Hamil, Lansia, 6.400.000,- SILPA DD.T.A 2018
2 2 02
Insentif Kader Posyandu, dst)
2 2 02 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 125.765.469,-
2 3 02 Pemeliharaan Jalan Lingkungan Permukiman/Gang 16.875.469,- DD. T.A 2019
2 3 02 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 10 Pembangunan Jalan Desa 108.890.000,- DD. T.A 2019
2 3 10 5 2 Belanja Modal
2 4 Sub Bidang Kawasan Pemukiman 405.385.000,-
73

Dukungan Pelaksanaan Program Pembangunan/Rehab Rumah Tidak 303.480.000,- DD. T.A 2019
2 4 01
Layak Huni (RTLH) GAKIN (Pemetaan, Validasi, dll)
2 4 01 5 3 Belanja Modal
Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Fasilitas Jamban Umum/MCK 101.905.000,- DD. T.A 2019
2 4 14
umum, dll
2 4 14 5 3 Belanja Modal
2 7 Sub Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral 60.640.000,-
2 7 01 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif Tingkat Desa 22.440.000,- SILPA DD.T.A 2018
2 7 01 5 2 Belanja Modal
Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi 38.200.000,- DD. T.A 2019
2 7 02
Alternatif Tingkat Desa
2 7 02 5 3 Belanja Modal
3 BIDANG PEMBINAAN MASYARAKAT 191.590.396,-
4 BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 953.133.000,-
4 1 Sub Bidang Kelautan dan Perikanan 326.415.000,-
Pembangunan/ Rehabilitasi/ Peningkatan Pelabuhan Perikanan Sungai/ 83.300.000,- DD. T.A 2019
4 1 4
Kecil milik Desa
4 1 5 Bantuan Perikanan (Bibit/Pakan, dst) 173.075.000,- DD. T.A 2019
4 1 5 5 2 Belanja Barang dan Jasa
4 1 5 Bantuan Perikanan (Bibit/Pakan, dst) 70.040.000,- SILPA DD.T.A 2018
4 1 5 5 2 Belanja Barang dan Jasa
4 2 Sub Bidang Pertanian dan Peternakan 504.162.242,-
Peningkatan Produksi Tanaman Pangan (Alat Produksi dan pengolahan 144.692.242,- DD. T.A 2019
4 2 1
pertanian, penggilingan padi/jagung, dll)
74

4 2 1 5 2 Belanja Barang dan Jasa


Peningkatan Produksi Tanaman Pangan (Alat Produksi dan pengolahan 208.690.000,- SILPA DD.T.A 2018
4 2 1
pertanian, penggilingan padi/jagung, dll)
4 2 1 5 2 Belanja Barang dan Jasa
Peningkatan Produksi Peternakan (Alat Produksi dan pengolahan 65.000.000,- ADK. T.A 2019
4 2 2
peternakan, kandang, dll)
4 2 2 5 2 Belanja Barang dan Jasa
Peningkatan Produksi Peternakan (Alat Produksi dan pengolahan 85.750.000,- SILPA ADK.T.A
4 2 2
peternakan, kandang, dll) 2018
4 2 2 5 2 Belanja Barang dan Jasa
4 3 Sub Bidang Penigkatan Kapasitas Aparatur 29.495.000,-
4 3 02 Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa 29.495.000,- SILPA DD.T.A 2018
4 3 02 5 2 Belanja Barang dan Jasa
4 7 Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian 93.060.758,-
4 7 03 Pengembangan Industri Kecil level Desa 60.595.758,- DD. T.A 2019
Pembentukan/Fasilitasi/Pelatihan/Pendampingan Kelompok Usaha 32.465.000,- SILPA DD.T.A 2018
4 7 04
Ekonomi Produktif (Pengrajin, Pedagang, Industri Rumah Tangga, dll)
JUMLAH BELANJA 2.488.890.515
SURPLUS / DEFISIT (662.863.865)
PEMBIAYAAN (662.863.865)
Penerimaan Pembiayaan -
Pengeluaran Pembiayaan -
Sumber:APBK Rawa Biru Tahun 2019
75

a. Bidang Pembangunan Desa

Pelaksanaan bidang pembangunan yang ada di Desa Rawa Biru menjadi

salah satu prioritas penggunaan dana desa pada tahun 2019. Pembangunan

tersebut meliputi Dukungan Pendidikan Bagi Siswa Miskin, Penyelenggaraan

Posyandu, Pemeliharaan Jalan Lingkungan Permukiman, Pembangunan Jalan

Desa, Pembangunan/Rehab Rumah Tidak Layak Huni, Rehabilitasi/Peningkatan

Fasilitas Jamban Umum, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif.

Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dibiayai dari dana desa yang ada di

Desa Rawa Biru pada tahun anggaran 2019 meliputi:

1. Dukungan Transportasi Pendidikan Bagi Siswa

Pemberian dana bantuan sektor pendidikan menjadi salah satu program

yang ada di Desa Rawa biru. Program ini lebih difokuskan untuk

memfasilitasi anak-anak sekolah dasar (SD) dengan pegadaan perahu bob

sebagai alat transportasi penyebrangan antar sungai yang dalam

pelaksanaannya diserahkan kepada masyarakat setempat untuk

mengelolanya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan perangkat

desa, sebagai berikut:

“ disektor pendidikan, ada program pengadaan barang dan jasa itu


berupa transiportasi air atau perahu, agar anak-anak yang
berada di RT 3 mau pergi kesekolah bisa menyebrangi rawa
dengan menggunakan perahu tersebut”. (Kepala Desa Rawa
Biru, 29 November 2019).

2. Penyelenggaraan Posyandu

Pemberian bantuan untuk Pos kesehatan desa (Posyandu) dalam bentuk

pelayanan bagi ibu dan anak balita merupakan salah satu bentuk keperdulian
76

pemerintah desa Rawa Biru dalam melihat kodisi kesehatan yang ada di desa

Rawa Biru. Hal ini sudah sesuai dengan hasil observasi dan wawancara

langsung dengan aparatur Bidan yang bekerja di poskesdes tersebut.

Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan sekertaris

desa sebagai berikut:

“ Dari bidang kesehatan, itu sebelumnya tahun anggaran 2018


sudah bangunkan rumah bagi tenaga kesehatan. Jadi tahun
anggaran 2019 itu kami lanjutkan ke pelayanan kesehatannya
seperti pelayanan ibu hamil, dan imunisasi untuk balita ”.
(Kepala Desa Rawa Biru, 30 November 2020).

3. Pembangunan Jalan Aspal Betonisasi

Kondisi demografi desa rawa biru yang mempunyai ketinggian tanah

yang rendah berkisar 8m - 10m dari permukaan laut yang kemudian jika

musim penghujan tiba volume air sungai/rawa dapat menutupi dan merusak

permukaan jalan yang masih tanah. Hal ini yang kemudian menjadi Aalasan

kedua bagi pemerintah desa untuk kemudian menjadi pembangunan jalan

pemukiman sebagai salah satu program yang menjadi prioritas utama dalam

bidang pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan sarana

prasaranan umum didalam desa.

4. Pembangunan RTLH bagi masyarakat

Pembangunan RTLH bagi KK kurang mampu yang ada di Desa Rawa

Biru pada tahun 2019 berjumlah lima rumah. Salah satu menjadi prioritas di

bidang pembangunan pada Desa Rawa Biru tahun 2019 yang kemudian

syarat ketentuan masyarakat yang akan dibangunkan rumah tidak layak huni
77

adalah rumah yang belum dibetonisasi yaitu rumah masih standar yang

terbuat dari kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kaur Keuangan

Desa Rawa Biru.

5. Pembangunan jamban bagi masyarakat

Pembangunan jamban bagi masyarakat juga menjadi prioritas di bidang

pembangunan pada Desa Rawa Biru tahun 2019. Kemudian untuk kriteria

KK kurang mampu yang mendapatkan bantuan pembuatan jambanisasi

adalah rumah yang belum memiliki tempat untuk buang air besar.

Diharapkan dengan adanya program ini masyarakat Desa Rawa Biru tidak

lagi buang air besar sembarangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Sekam Rawa Biru, sebagai berikut:

“ dulu ada ODF nya dek, maksudnya aturan jangan buang BAB di
tempat yang dilarang seperti dirawa. Lalu kami memprogramkan
Mck, dan ini mungkin yang terakhir agar masyakarat semua
memiliki MCK karena ditahun sebelumnya tidak semua dibangun
MCK ”. (Sekam Rawa Biru, 30 November 2020).

6. Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif

Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif ini berlokasi di

Desa Rawa Biru Terkhusus di RT 3 merupakan fokus prioritas

pembangunan yang ada didesa Rawa Biru. Pemeliharaan dan ini dilakukan

pada rumah warga yang tidak memiliki listrik untuk penerangan. Dengan

pemeliharaan dan peningkatan ini diharapkan masyarakat lebih nyaman,

karena dapat memiliki listrik dan penerangan rumah dimalam hari. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Sekam Rawa Biru, sebagai berikut:


78

“ dibidang pembangunan tahun anggaran 2019, itu ada


programkan peningkatan sarana listrik untuk desa, tapi kami
fokus di RT 3 karena berhubung di RT 3 itu jauh dari PLN yang
ada disini makanya untuk sementara kami berikan mesin genset
untuk kebutuhan listrik disana, kalau untuk RT 1 (satu) dan RT 2
(dua) itu hanya perbaikan dan penerangan jalan desa saja ”.
(Sekam Rawa Biru, 30 November 2020).

b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan bentuk dari pembangunan yang

berpusat pada manusia. Namun berbeda dengan pembangunan fisik,

pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilihat langsung hasilnya atau dirasakan

langsung manfaatnya oleh masyarakat, karena pada hakikatnya pemberdayaan

masyarakat berfungsi untuk mengubah perilaku masyarakat ke ara yang lebih

baik lagi, sehingga kualitas dan kesejahteraan masyarakat sekitar dapat

meningkat (Anwas, 2014).

Ukuran keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah seberapa besar

partisipasi masyarakat yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

Semakin banyak warga masyarakat yang terlibat maka kegiatan pemberdayaan

bisa dikatakan berhasil. Setidaknya terdapat empat indikator pemberdayaan,

yakni kegiatan yang terencana dan kolektif, memperbaiki kehidupan

masyarakat, prioritas bagi masyarakat kurang mampu, serta dilakukan melalui

program peningkatan kapasitas (Anwas, 2014). Kegiatan pemberdayaan

masyarakat yang dibiayai dari dana desa di Desa Rawa Biru adalah sebagai

berikut:
79

1) Pembangunan Pelabuhan Perikanan Sungai Kecil milik Desa

Pembangunan Pelabuhan Perikanan Sungai Kecil milik Desa

merupakan fasilitas pendukung produktivitas masyarakat dalam mengelolah

potensi alam yang juga menjadi prioritas di bidang Pemberdayaan

Masyarakat Desa Rawa Biru. Program ini dibuat oleh pemerintah desa agar

dapat mempermudah para nelayanan untuk memindahkan hasil tangkapan

perikanan yang didapatkan dari sungai/ rawa yang ada di desa dan juga

sebagai salah satu prasarana yang dapat digunakan masyarakat untuk

berpergian dari pusat desa ke RT 3 yang ada di seberang rawa maupun

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sekam Rawa Biru,

sebagai berikut:

“ mengadaan barang dan jasa itu kalau perikanan ada


pembangunan pelabuhan, nah itu kita bangunan di 2 (dua)
tempat, ada di RT 3 dan ada juga disini... fungsi itu untuk untuk
prasarana penghubung antar RT 3 dengan desa disini juga untuk
mendukung para nelayan “. (Sekam Rawa Biru, 30 November
2020).

2) Bantuan Perikanan

Salah satu program yang menjadi prioritas di bidang Pemberdayaan

Masyarakat Desa Rawa Biru tahun 2019 ada pada sektor perikanan.

Perikanan sebagai salah satu sektor perekonomian masyarakat tentunya

akan sangat membutuhkan sarana prasarana yang memadai agar dapat

mempermudah masyarkat dalam melakukan aktivitasnya sebagai nelayan

dan tentunya akan peningkatan hasil tangkapan masyarakat secara berkala.


80

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kepala Desa Rawa Biru, sebagai

berikut:

“ ya.. jadi ada juga program untuk mendukung potensi didesa,


contoh seperti pengadaan peralatan dan alat, itu untuk
masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. kami belikan jaring,
terus ada juga perahu, dan mesin bob untuk kelancaran
pekerjaan para penelayan “. (Kepala Desa Rawa Biru, 30
November 2020).

3) Peningkat Produksi Tanaman Pangan

Produksi tanaman pangan adalah salah satu faktor penghidupan

ekonomi masyarakat terutama bagi penduduk desa yang masih berorentasi

pada pada sektor perkebunan dan perikanan. Progaram pertanian yang

kemudian harus dipertimbangkan dan dijadikan sebagai salah satu program

yang menjadi prioritas di bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Rawa

Biru tahun 2019 dikarenakan mempunyai dampak yang besar bagi

kesejakteraan masyarakat desa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Sekam Rawa Biru, sebagai berikut:

“ iya. ada juga kalau untuk petani, jadi kami beri dukungan alat
pertanian kayak alat perkakas seperti cangkul dll. ada juga bibit
terus pupuknya, lahan pertaniannya pun juga sama, sudah kita
disediakan untuk masyarakat.” (Sekam Rawa Biru, 30 November
2020).

4) Peningkatan Produksi Peternakan

Selain membantu meningkatkan perekonomian masyarakat desa

sebagai salah satu permintaan pasar yang ada didaerah tentunya program

peningkatan produksi disektor peternakan juga sangat bermanfaat untuk

menjaga ketersedia stok daging berjangka panjang agar kemudian tidak


81

berdampak buruk pada tingginya harga daging di desa. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Kepala Desa Rawa Biru, sebagai berikut:

“ untuk ternak sendiri, itu ada pembagian bibit ternak ayam, ya jadi
untuk masyarakat pelihara... dan berhubung masih awalan jadi
banyak masyarakat disini juga masih belum bisa
mengembangbiakan hewan ternak jadi masih butuh
penyesuaian.” (Sekam Rawa Biru, 30 November 2020).

5) Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa

Dalam menjalankan roda pemerintahan aparatur pemerintahan desa

dituntut untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka dari itu

dibutuhkan keahlian (skill) yang memadai dari masing-masing aparatur desa

yang ada dibidangnya. Keahlian aparatur yang semakin baik tentu akan

meningkatkan kualitas pelayanan maupun kinerjanya sebagai pegawai

pemerintahan, khususnya didalam roda pemerintah desa berstatus desa atau

desa tertinggal yang rata-rata aparatur yang menjabat masih membutuhkan

program pelatihan khusus untuk meningkatkan kapasitas maupun

kapabilitasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sekam Rawa Biru,

sebagai berikut:

“ Selain untuk masyarakat itu.. ada juga program pemberdayaan


untuk aparatur. Jadi dikasih pelatihan, kayak pelatihan
komputer.. terus ada juga buku pedoman pembukuan dan
pelaporan untuk pegangan aparat desa.” (Sekam Rawa Biru, 30
November 2020).

6) Pengembangan Industri Kecil level Desa

Dalam menunjang pembangunan disuatu daerah tentunya diperlukan

kemajuan dalam bidang perindustrian. Hal ini penting untuk diperhatikan

karena bidang tersebut mempunyai peran penting dalam meningkatkan


82

perekonomian yang juga berdampak besar pada kesejangan ekonomi yang

ada suatu daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sekam Rawa Biru,

sebagai berikut:

“ masyarakat sering membuat perahu sama papan rumah dan itu


kita pahami sebagai potensil.. makanya dilakukan pengadaan
alat potong kayu itu berapa buah untuk mempermudah
pengelolaannya”. (Sekam Rawa Biru, 30 November 2020).

7) Pelatihan dan Pendampingan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif

Dalam meningkatkan mengelola sumber daya alam yang tersedia dan

juga sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat tentu akan

sangat membutuhkan sumberdaya manusia yang baik dalam

pengelolaannya sehingga dapat menghasilkan produk yang berikan manfaat

lebih kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sekam

Rawa Biru, sebagai berikut:

“ ada pelatihan kerajinan seperti menganyam tas belanja, ada juga


tas noken dan masih ada yang lain.. itu ada, tapi tidak untuk
semua kalangan.. dan untuk sementara programnya cuman
dikususkan untuk ibu-ibu PKK saja”. (Sekam Rawa Biru, 30
November 2020).

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Perencanaan

Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara pada Kepala Desa dan

Sekertaris Desa Rawa Biru bahwa pemerintah Desa Rawa Biru sudah melakukan

prosedur pengelolaan dana desa sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014

Pasal 20 tentang Perencanaan pengelolaan keuangan desa. Setelah melakukan

wawancara dengan beberapa narasumber seperti Ketua BPD dan juga


83

Pendamping Desa Rawa Biru serta mencocokkan dengan peraturan yang berlaku

maka pemerintah Desa Rawa Biru dianggap telah melakukan prosedur

pengelolaan dana desa tahap awal yakni perencanaan dengan memperhatikan

ketentuan prioritas dari penggunaan dana desa.

Dalam melaksanakan musyawarah, pemerintah Desa Rawa Biru ikut serta

melibatkan unsur masyarakat yang sehingga program-program yang di danai

dari dana desa dapat diketahui oleh masyarakat berdasarkan kebutuhan yang

mereka inginkan. Namun penetapan skala prioritas pendanaan tersebut masih

tetap mengacu pada RPJMDes serta RKPDes yang sudah dibuat sebelumnya

dengan mempertimbangkan kebutuhan yang paling mendesak.

2. Pelaksanaan

Sesuai hasil dari observasi tentang proses pelaksanaan pengelolaan Dana

Desa yang dilakukan oleh pemerintah Desa Rawa Biru maka sudah sesuai

dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pasal 24 yang dalam proses

menjalankan program-program sudah dilakukan dengan membentuk Tim khusus

yang disebut TPK. Tim tersebut juga terdiri dari unsur masyarakat dan aparatur

desa rawa biru. Dalam pelaksanaanya, sesuai hasil wawancara bahwa

pembangunan sudah seharusnya memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar,

seperti sumber daya manusia yakni mengambil tenaga kerja dari masyarakat

sekitar dimana hal ini juga sudah dibuktikan oleh aparatur desa dari dokumentasi

hasil pelaksanaan penggunaan dana desa.


84

3. Penatausahaan

Kegiatan penatausahaan di Desa Rawa Biru dilaksanakan oleh Kaur

Keuangan dengan didapingi oleh sekertaris desa. Penatausahaan yang terkait

dengan penerimaan dan pengeluran kas di Desa Rawa Biru sebagian sudah

dilaksanakan pembukuannya seperti adanya RPJMK dan APBK namun

sebagiannya lagi belum dapat dibuktikan dokumentasinya seperti belum adanya

bukti data pencairan dan penggunaan dana tiap tahap/semester yang sesuai

dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Hasil observasi dan wawancara kepada Kepala Desa Rawa Biru daan

Sekertaris Desa menyatakan bahwa pemerintah Desa Rawa Biru sudah

melakukan segala bentuk pertanggungjawaban penggunaan dana desa sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Setiap pelaksanaan program yang dibiayai dari

dana desa wajib dibuatkan laporan pertanggungjawaban (LPJ).

Pertanggungjawaban tersebut akan dilaporkan kepada Camat yang selanjutnya

diteruskan kepada Bupati yang didiperiksa terlebih dahulu oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMK) selaku pihak yang bertanggungjawab

atas pelaporan penggunaan dana desa yang dibuat oleh desa terkait.

Kemudian dalam observasi dokumentasi yang dilakukan peneliti ditemukan

bahwa:

1. Selama proses pengamatan dokumentasi laporan. peneliti tidak menemukan

adanya bukti laporan yang lengkap tentang bukti perbelanjaan atau kegiatan
85

penggunaan dana desa yaitu pada tahap pencairan 2 dan 3 yang seharusnya

terlampir pada laporan realiasasi akhir tahun pelaksanaan.

2. Dari hasil wawancara kepada masyarakat maka ditemukan bahwa

pemerintahan desa Rawa Biru tidak mencapaikan laporan hasil realisasi

APBDes akhir tahun anggaran kepada masyarakat desa.

5. Prioritas Penggunaan Dana Desa

Penggunaan dana desa yang ada di desa Rawa Biru ditujukan untuk kegiatan

pembangunan dan juga pemberdayaan masyarakat. Hal ini sudah sesuai dengan

peraturan yang berlaku yakni dengan merujuk pada Permendesa No. 16 Tahun

2018 tentang penetapan skala prioritas penggunaan dana desa tahun 2019.

Walapun prioritas yang dibuat pada tahun 2019 bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi masyarakat namun program pembangunan ini dan tidak

berfokus pada bentukan badan usaha milik desa (BUMDes) yang dapat

digunakan masyarakat untuk membantu meningkatkan pendapat asli desa

melalui pengelolaan hasil alam yang ada didesa rawa biru atau hanya berfokus

pada upaya pembentukan dan penguatan usaha perindividu dari masyarakat.

a. Bidang Pembangunan Desa

1. Dukungan Transportasi Pendidikan Bagi Siswa

Dari hasil observasi dilapangan diketahui bahwa sebagian

masyarakat yang berada atau bertempat tinggal di RT 3 mempunyai

kesulitan tersendiri dikarenakan letaknya yang terpisah jauh dari pusat

desa rawa biru yang berada disebelah barat rawa. kesulitan dalam
86

pelakukan perjalan antara rawa desa didiberikan solusi yang difokuskan

bagi anak sekolah yang dimana dilakukan pengadaan perahu bot sebagai

alat transportasi penyebrangan antar sungai (Rawa) yang pengerjaannya

diserahkan kepada masyarakat setempat sebagai jasa yang didiupahkan.

Pemberian dana bantuan disektor pendidikan ini merupakan hasil

dari kesepatakan pemerintah desa bersama masyarakat sebagai bentuk

dari pelaksanaan Permendesa No. 16 Tahun 2018 Pasal 5 bagian 2 (b)

tentang Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan

sarana prasarana pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan

yang diantaranya adalah pendidikan dan kebudayaan.

2. Penyelenggaraan Posyandu

Pemberian bantuan untuk Pos Kesehatan Terpadu (Posyandu) dalam

bentuk pelayanan bagi ibu dan anak balita merupakan salah satu bentuk

permudahan pelayanan yang ada didalam daftar program bidang

pembangunan desa Rawa Biru. Dari hasil observasi dan wawancara

terhadap masyarakat desa yang menyatakan bahwa adanya program

tersebut membuat masyarakat lebih merasakan pelayanan yang baik dari

posyandu terutama bagi ibu yang sedang mengandung maupun bagi

balita yang membutuhkan asupan gizi dan pelayanan kesehatan.

3. Pembangunan Jalan Aspal

Dari hasil observasi pada Desa Rawa Biru sendiri ditemukan bahwa

pembangunan jalan dipemukiman Desa Rawa Biru dalam kondisi baik


87

meskipun hanya sebatas jalan umum didalam desa. Namun

pembanagunan jalan pemukiman baru hanya difokuskan pada pusat desa

yaitu terletak di RT 1 dan RT 2 sedangkan untuk RT 3 yang terpisah oleh

rawa belum diadakannya pengadaan jalan aspal karena disebabkan oleh

faktor demografi dimana desa Rawa Biru Mempunyai 2 wilayah yang

terpisah oleh rawa yang mengakibatkan adanya keterlambatan dalam

pembangunan jalan.

4. Pembangunan RTLH bagi masyarakat

Sesuai dengan Permendesa No. 16 Tahun 2018 tentang penetapan

prioritas penggunaan dana desa Tahun 2019, Program Pembangunan 5

(lima) RTLH bagi Keluarga kurang mampu merupakan salah satu

prioritas dibidang pembangunan desa yang pengerjaannya langsung

melibatkan jasa masyarakat setempat. Dari hasil observasi lapangan dan

juga dari hasil wawancara kepada masyarakat ditemukan fakta bahwa

masyarakat sangat merasa diuntungkan dari adanya pembangunan yang

didapat dari penggunaan dana desa sebagai sumber dana pembangunan

RTLH bagi masyarakat kurang mampu. Sedangkan untuk pembangunan

sendiri membutuhkan waktu yang relatif lama agar sampai kepada tahap

penyelesaian.

5. Pembangunan jamban bagi masyarakat

Pembangunan jamban untuk KK miskin ini juga sudah sesuai dengan

Permendagri No. 16 Tahun 2018 perihal peningkatan kualitas dan akses


88

terhadap pelayanan sosial dasar tentang pengadaan, pembangunan,

pengembangan dan pemeliharaan sarana prasaran kesehatan yang salah

satunya mengenai jambanisasi. Kemudian dalam perencanaan jasa

pengerjaan dan penetapan kriteria KK kurang mampu yang mendapatkan

bantuan pembuatan jambanisasi.,ini merupakan hasil dari kesepakatan

bersama masyarakat desa dan dalam pengerjaannya juga turun

melibatkan masyarakat desa.

Program pembangunan ini dikhususkan bagi masyarakat yang belum

memiliki jamban dirumah. Diharapkan dengan dibangunnya jamban ini,

masyarakat tidak lagi buang air besar di sembarang tempat, karena akan

menganggu kenyamanan dan juga tidak baik dari sisi kesehatan

masyarakat sendiri.

6. Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif

Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif ini berlokasi di

Desa Rawa Biru Terkhusus di RT 3 yang merupakan salah satu program

pemerataan pembangunan yang fokus pada menerangan rumah warga.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif bertujuan agar

semua masyarakat yang berada di desa rawa biru dapat merasakan

adanya penerangan lampu maupun listrik untuk kebutuhan lain. Namun

dalam proses pengamatan dokumensi dari pengadaan sarana

prasarananya peneliti mendapatkan gambaran bahwa bantuan

Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi Alternatif ini belum


89

sepenuhnya dapat dinikmati selama seharian penuh atau hanya bisa

dibilang penggunaanya hanya pada waktu malam saja.

b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

1. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Sungai Kecil milik Desa

Pembangunan Pelabuhan Perikanan Sungai Kecil milik Desa

merupakan fasilitas pendukung produktivitas masyarakat mengenai

pengelolaan potensi ekonomi yang ada di sungai di desa rawa biru.

Sesuai dengan pelaksanaan Permendagri No. 16 Tahun 2018 perihal

Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana

prasarana ekonomi masyarakat Pemerintah Desa bersama masyarakat

sebagai tenaga kerja bersepakat untuk bersama-sama membangun

prasarana sungai sebagai sebagai bentuk dukungan pemerintah desa

untuk para nelayan di sungai rawa biru agar dapat difungsi sabagai

tempat bersandarnya perahu bot.

2. Bantuan Perikanan

Dibidang Perikanan, pemberdayaan dilakukan dalam bentuk bantuan

alat kerja, dimana setiap para petani diberikan bantuan alat tangkap ikan,

Hal ini juga sudah sesuai dengan Permendesa No. 16 Tahun 2018 perihal

peningkatan kualitas dan akses terhadap para nelayan. Pemerintah desa

mengharapkan dapat mempermudah kegiatan para nelayan untuk

melakukan kegiatan tangkap ikan di sungai setelah diadakannya bantuan

untuk para nelayan di desa rawa biru.


90

Namun pada observasi lapangan, peneliti menemukan fakta bahwa

bantuan alat tangkap yang diberikan belum dapat sepenuhnya

meningkatkan hasil tangkapan masyarakat karena rawa yang digunakan

masyarakat sebagai tempat mencari ikan tidak bisa dipanen secara

berkala atau secara terus menerus karena ditakutkan akan menyebabkan

kerusakan alam yang pada awalnya juga sudah dijaga oleh masyarakat

itu sendiri.

3. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

Berhubungan dengan produksi tanaman pangan sebagai salah satu

faktor penghidupan ekonomi masyarakat terutama bagi penduduk desa

rawa biru yang masih terikat pada potensi alam (Hutan). Hal ini yang

kemudian dilihat dan dimasukan sebagai salah satu program prioritas

pembangunan dalam Permendesa No. 16 Tahun 2018 pasal 5 (Bagian C)

perihal usaha pertanian untuk ketahanan pangan yang dapat

memperdayakan masyarakat. Perhatian pemerintah desa rawa biru

terhadap prioritas pembangunan ini memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk membentuk memperdayaan lahan kosong yang ada

untuk dapat dijadikan sebagai lahan produktif sebagai pendorong

perekonomian masyarakat didesa.

Walaupun pada hasil observasi dilapangan, ditemukan bahwa

program pertanian yang dibuat tidak begitu efektif untuk penguatan

usaha pertanian. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi usaha


91

dibidang pertanian. Kemudian pemberian bantuan bukanlah hal yang

bertujuan untuk meningkatkan produk unggulan desa melainkan untuk

membentuk usaha ekonomi masyarakat bidang pertanian dengan tujuan

pembukaan lapangan kerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup bagi

masyarakat Desa.

4. Peningkatan Produksi Peternakan

Pembentukan skala prioritas pembangunan didalam sektor

peternakan tentunya akan membantu ekonomi masyarakat melalui

pembentukan usaha baru maupun pengembangan usaha peternakan. Hal

ini dinyatakan sudah selaras dengan Permendes tentang prioritas

penggunaan dana desa pada bidang pemberdayaan masyarakat dengan

maksud dan tujuan pengembangan lapangan kerja. Hal yang kemudian

didapati dari hasil observasi lapangan adalah program bidang pada usaha

peternakan belum bisa dimaksimalkan masyatakat Desa Rawa Biru

untuk dijadikan sebagai modal pembentukan usaha karena disebabkan

oleh kurangnya pemahaman tentang pembentukan usaha ternak sehingga

banyak dari masyarakat belum mampu menyelolah dan mengembangkan

bantuan pengadaan hewan ternak dengan baik.

5. Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa

Untuk dapat menjalankan roda pemerintahan desa dengan baik,

pemerintah Desa Rawa Biru perlu mengadakan program peningkatan

kapasitas dan kapabilitas desa dengan wajib memberikan pelatihan dan


92

pendempingan. Hal ini tentunya sudah sesuai dengan prioritas

penggunaan dana desa yang ada pada pasal 10 Nomor 2 (e). Program ini

tentunya sangat berguna karena dari observasi ditemukan bahwa rata-rata

aparatur yang menjabat dalam pemerintah desa rawa biru memiliki latar

belakang pendidikan dan pengalaman yang rendah tentang pemerintahan

sehingga sangatlah tepat jika program pemberdayaan juga dilakukan

dalam struktur pemerintah desa.

6. Pengembangan Industri Kecil level Desa

Penting untuk diperhatikan bahwa pengembangan industri

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesejakteraan

masyarakat karena berdampak besar pada penurunan angka

pengangguran disuatu daerah. Jadi, untuk mendukung partisipasi

masyarakat maka pemerintah desa Rawa Biru membuat program

pengembangan industri kecil level desa untuk memfasilitasi usaha

masyarakat dengan melakukan pengadaan peralatan sensor kayu. Pada

observasi lapangan ditemukan bahwa usaha industri Kecil tersebut masih

dikelolah secara individual dan tidak mengikut sertakan pihak lain dalam

pengelolaannya seperti pemerintah desa atau pihak tiga lainnya (bukan

BUMDes). Oleh sebab itu, fokus pemberdayaan dalam program ini

adalah untuk membantu memfasilitasi masyarakat dalam menjalankan

profesinya sebagai tukang sensor kayu.


93

7. Pelatihan dan Pendampingan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif

Selain mengupayakan peningkatan kesetaraan sosial masyarakat dari

pembuatan program pembangunan dan melakukan kegiatan padat karya

tunai untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat desa.

Pemerintah desa juga mengupayakan untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi masyarakatnya melalui pembentukan usaha yang menarik

langsung partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan dengan ciptakan

usaha ekonomi produktif masyarakat desa sehingga diharapkan mampu

menciptakan produk lokal yang mempunyai daya saing dan daya jual

dipasar daerah. Namun pada hasil dokumentasi dana desa ditemukan

bahwa program yang dibuat hanya sebatas membiayai pelatihan selama

beberapa hari dan tidak berfokus pada pengembangan usaha yang

diharapkan mampu untuk mendorong peningkatan produktifitas

masyarakat Desa Rawa Biru.

Dari data Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 kemudian dari hasil

Observasi dan wawancara narasumber didesa Rawa Biru, berkenaan

dengan prioritas pengelolaan dana desa dalam pemanfaatan potensi di

desa Rawa Biru, maka dibuatlah tabel sebagai berikut :


94

Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengelolaan Dana Desa

Efektif
No. Potensi Desa Program Dana Desa
Ya / Tidak
Bidang Pembangunan Desa

1 Dukungan Transportasi Ya
Pendidikan Bagi Siswa

2 Penyelenggaraan Posyandu Ya

3 Sumberdaya Peningkatan Sarana dan Ya


Manusia Prasarana Energi Alternatif
Pembangunan RTLH bagi
4 Ya
masyarakat

5 Pembangunan jamban bagi Ya


masyarakat
Sumberdaya
6 Pembangunan jalan aspal Ya
Ekonomi
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan Pelabuhan
1 Perikanan Sungai Kecil milik Ya
Desa

2 Bantuan Perikanan Ya

3 Peningkatan Produksi Tidak


Sumberdaya Tanaman Pangan
Ekonomi
4 Peningkatan Produksi Tidak
Peternakan
Pelatihan dan Pendampingan
5 Kelompok Usaha Ekonomi Tidak
Produktif
6 Pengembangan Industri Kecil Ya
level Desa

7 Sumberdaya Peningkatan Kapasitas Ya


Manusia Perangkat Desa
95

6. Dampak Pengelolaan Dana Desa

Secara umum, dampak dari adanya penggunaan dana desa dapat dilihat dari

beberapa segi Perkembangan Potensi yang terjadi di Desa Rawa Biru

diantaranya ada dari segi Potensi Ekonomi, Potensi Sumberdaya Manusia

(SDM), dan Potensi Sumberdaya Alam (SDA).

a. Potensi sumberdaya manusia

Masyarakat desa sebagai Sumber daya manusia atau biasa disebut dengan

SDA merupakan salah satu faktor penentu terhadap kemajuan pembangunan

maupun kemajuan perekonomian disuatu daerah. Maka dari itu, perlu adanya

peningkatan kualitas SDM disegala bidang yang ada didalam desa. Salah satu

upaya pemerintah desa rawa biru untuk meningkatkan kualitas SDM dari

pengelolaan dana desa yaitu dengan membuat program bantuan dibidang

pendidikan dengan cara memfasilitasi kebutuhan transportasi siswa kurang

mampu yang berada jauh dari sekolah. Di sisi lain, peningkatan kualitas SDM

juga dilakukan dengan melakukan beberapa meningkatan pelayanan kesehatan

seperti penyelenggaraan Posyandu untuk orang tua, anak bayi dan ibu hamil

yang kemudian pembiayaan ditanggung langsung dari hasil penggunaan dana

desa.

Selain itu, dari peningkatan pelayanan publik, pemerintah Desa Rawa Biru

jaga mengusahakan adanya peningkatan kualiatas SDM bidang usaha ekonomi

masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan yang dibuat untuk mengkatkan

keterampilan masyarakat dalam memproduksi anyaman yang bahan dasarnya


96

berasal dari kayu sotan dan kulit kayu. Berdasarkan hasil wawancara dari

beberapa narasumber dan dari beberapa observasi yang dilakukan, ditemukan

bahwa untuk program bantuan di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan

dampaknya sudah dirasakan langsung oleh masyarakat.

b. Potensi ekonomi

Dari proses pengelolaan dana desa yang sudah berjalan setahun penuh

tentunya akan ada banyak sekali pembaharuan dari segi pembangunan fisik desa

maupun pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang kemudian diharapkan

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi desa melalui program-program yang

sudah direcanakan dan direalisasikan secara bersama-sama.

Adapun hal terkait potensi ekonomi Desa Rawa Biru yang dapat dikelolah

sebagai modal untuk mendorong perekonomian masyarakat seperti pada tujuan

pemanfaatan potensi Alam (SDA) yang diberikan berbagai macam bantuan

seperti pembuatan prasarana pelabuhan perikanan, pemberian sarana trasportasi

air dan juga berbagai macam alat kerja nelayan yang kemudian dapat

dimanfaatkan sebagai alternatif untuk meningkatkan produk ikan dari potensi

sungai yang ada di Desa Rawa Biru. Adapun solusi dari pemanfaatan potensi

hutan dan lahan kosong yang ada di Desa Rawa Biru yaitu seperti pemberian

bantuan alat kerja untuk para petani dan tukang sensor dan berbagai jenis bibit

tanaman yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi lahan yang tadinya

masih berstatus lahan non-produktif menjadi lahan produktif.


97

Selain bantuan peningkatan pada sektor usaha padat modal ada juga bantuan

lain yang dapat dilihat sebagai indikator pendorong potensi ekonomi desa seperti

program pelatihan dan pendampingan untuk para pengerajin (PKK) yang

kemudian dari pelatihan tersebut bisa dijadikan sebagai modal kerja untuk dapat

meningkatkan kualitas dan jumlah produksi kerajinan. Namun dari banyaknya

usaha yang dibuat oleh pemerintah desa, persoalan dasar yang masih

menyulitkan masyarakat yaitu terletak pada jangkauan pemasaran hasil

produksinya, tingkat produksi yang masih relatif rendah dan kegiatan ekonomi

masyarakat yang dihasilkan belum cukup untuk mendorong pengembangan

potensi desa karena sebagian besar orietasi produk yang dihasilkan bukan

berasal dari potensi unggulan yang ada di Desa Rawa Biru.


98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil wawancara menunjukan bahwa pengelolaan keuangan yang dimulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan pertanggung jawaban

yang ada di Desa Rawa Biru, secara umum sudah menunjukan adanya kesesuaian

dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 dimana paratur desa rawa biru sudah

menjalankan segala bentuk prinsip pengelolaan dengan mengikut sertakan

masyarakat sebagai bentuk dari partisipasi dan transparasi. Adapun pengamatan

Laporan hasil pengelolaan dana desa yang didapatkan dari observasi lapangan

adalah terdapat kekurangan atau tidak lengkapnya pembukuan pengelolaan dana

desa maupun tidak adanya pertanggungjawaban akhir pengelolaan dana desa

kepada masyarakat desa.

Sesuai dengan Permendes No.16 Tahun 2018 tentang penetapan skala prioritas

penggunaan dana desa tahun 2019 Pengelolaan dana desa di desa rawa biru

diperuntukkan untuk mendorong aspek pembangunan dibidang pelaksanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Adapun hasil implementasi program

di bidang pelaksanaan pembangunan seperti program bantuan Dukungan

Transportasi Pendidikan Bagi Siswa, Penyelenggaraan Posyandu, Pembangunan

Jalan Aspal, Pembangunan RTLH bagi masyarakat, dan Pembangunan jamban bagi

masyarakat sudah dirasa efektif oleh masyarakat.


99

Sedangkan di bidang pemberdayaan masyarakat seperti program Peningkatan

Kapasitas Perangkat Desa, Peningkatan Produksi Tanaman Pangan, Peningkatan

Produksi Peternakan, dampak yang dirasakan tidak begitu efektif karena kemudian

hanya difungsikan untuk memenuhi kebutuhan hidup ada beberapa program bidang

pemberdayaan yang dirasa efektif untuk membangun potensi ekonomi masyarakat

maupun potensi sumberdaya manusia yang ada di Desa Rawa Biru seperti adanya

pelatihan kerja dan bantuan usaha lokal berbasis sumber daya alam yang ada didesa

seperti Pembangunan Pelabuhan Perikanan Sungai Kecil milik Desa, Bantuan

Perikanan, Pengembangan Industri Kecil level Desa, Pelatihan dan Pendampingan

Kelompok Usaha Ekonomi Produktif.

B. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka saran

dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak Pemerintah Kampung Rawa Biru, disarankan agar mempertahankan

dan memperkuat program yang memberikan dampak positif pada masyarakat

dan sebaliknya melakukan perbaikan atas program yang tidak efektif sebagai

suatu program evaluasi yang nantinya dapat dimaksimalkan kembali pada priode

anggaran yang akan datang.

2. Bagi masyarakat kampung disarankan agar dapat lebih merawat dan menjaga

apa yang telah diberikan pemerintah kampung sebagai program bantuan

pembangunan kampung sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.


100

DAFTAR PUSTAKA

BPKP. (2015). Petunjuk Pelaksanaan Bimbingandan Konsultasi Pengelolaan


Keuangan Desa. Diputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan
Daerah.

Bappeda. (2003). Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
Partisipasi. Jakarta.

Choirur, R. (2019). Program Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pembangunan


Masyarakat (Studi Kasus Desa Sidoluhur Kecamatan Jaken Kabupaten Pati).
Society.

Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Pustaka.

Elma Julita. (2018). Pengelolaan Dana Desa (DD) Di Desa Sungai Ara Kecamatan
Pelalawan Kabupaten Pelalawan Tahun 2016. JOM FISIP Vol. 5: Edisi I
Januari – Juni 2018, 5(Dd).

Keuangan Pemerintah Desa Rawa Biru (2020). APBK (Anggaran Pendapatan


Belanja Desa Pemerintahan Desa Rawa Biru) Tahun 2019.

Krina, L. L. (2003). Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi


dan Partisipasi. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Mamuaya, J. V., Sabijono, H., & Gamaliel, H. (2017). Analisis Pengelolaan


Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 (Studi Kasus
Di Desa Adow Kecamatan Pinolosian Tengah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 5(2).

Moleong, J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Lexy. 2007.

Mondale, T. F., Aliamin, A., & Fahlevi, H. (2017). Analisis Problematika


Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Perbandingan pada Desa Blang Kolak I
dan Desa Blang Kolak II, Kabupaten Aceh Tengah). Jurnal Perspektif
Ekonomi Darussalam, 3(2).

Muh Rahman, A., Memen, S., & Alfian, H. (2016). Transparansi Dan Akuntabilitas
Pengelolaankeuangan Alokasi Dana Desa (Add) Dalampencapaian Good
Governance. Hilos Tensados, 1.

Nafidah, L. N., & Anisa, N. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di


Kabupaten Jombang. Akuntabilitas, 10(2), 273–288.
101

Ndraha, T. (1991). Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa. Bumi Aksara.

Nugrahani. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Bahasa


Pendidikan. Solo: Cakra Books.

Pemerintah Desa Rawa Biru (2020). Profil Desa Rawa Biru Tahun 2019.

Pemerintah Desa Rawa Biru (2020). RPD (Rancangan Penggunaan Dana) Tahun
2019

Putu E A. (2014). Desa Dalam Kaitannya Dengan Otonomi Desa Berdasarkan


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Risma, H. (2017). Pemanfaatan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa Mangilu.


Skripsi

Romualdus T P M Djanggo, Asrudi, M. W. (2019). Sosialisasi Penyusunan


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. 2(1), 29–35.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif,


kualitatif, dan R&D). Alfabeta,Bandung.

Vita, F. (2019). Pengelolaan Dana Desa Dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan


Masyarakat (Studi pada Desa Rawa Biru Kecamatan Ceper Kabupaten
Klaten).Skripsi

Widjaja, H. A. W. (2003). Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat, dan
utuh. Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada.

PERATURAN

Peraturan Bupati, No. 9. (2016). Tata Cara Pembagian dan Penetapan Dana Desa
Tahun Anggaran 2016. 1–10.

Peraturan Pemerintah R I No 47. (2015). Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Pemerintah R I No 72. (2005). Peraturan Perundang-Undang Tentang


Desa.

Peraturan Pemerintah R I No 8. (2016). Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran


Pendapatan Dan Belanja Negara. 2.
102

Permendagri No 113. (2014). Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Physical


Review B.

Permendes No 16. (2018). Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019.

Undang-Undang No 6. (2014). Peraturan Perundang-Undangan Tentang Desa.

SUMBER LAIN

Https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/07/15/1629/persentase-penduduk-
miskin-maret-2019-sebesar-9-41-persen.html.
Http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=204.
103

LAMPIRAN
104

Lampiran 1
Pedoman Wawancara 1

Judul Penelitian

“ Pengelolaan Dana Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi

Desa Rawa Biru Distrik Sota Kabupaten Merauke “

Tanggal Penelitian : .................

Waktu Penelitian : .................

A. Identitas Informan ( Perangkat Desa )

1. Nama Informan : ..................

2. Jenis Kelamin : ..................

3. Usia : ..................

4. Jabatan (Pekerjaan) : ..................

5. Tingkat Pendidikan : ..................

B. Pertanyaan Wawancara

1. Perencanaan

1. Bagaimana proses dari penyusunan rencana penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

2. Apakah dalam penyusunan RKPD, program dibuat telah disesuaikan dengan

peraturan pemerintah tentang prioritas penggunaan dana desa?

3. Apakah program yang sudah dibuat pemerintah desa memiliki visi atau misi

dalam mendorong potensi yang ada didesa?


105

2. Pelaksanaan

1. Bagaimana tahapan pelaksanaan dari penggunaan Dana Desa yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa Rawa Biru?

2. Apakah dalam proses pelaksanaan program dana desa Tahun 2019 sesuai

dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh pemerintah desa?

Ataukah ada perubahan dalam pelaksanaan dilapangan?

3. Penatausahaan

1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penatahanusahaan dari penggunaan

dana desa di Desa Rawa Biru?

2. Bagaimana mekanisme penatausahaan (pembukuan) dari hasil penggunaan

dana desa yang dibuat oleh pemerintah desa Rawa Biru?

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

1. Bagaimana Teknis pelaporan dan pertanggung jawaban hasil pelaksanaan

dana desa yang dibuat oleh pemerintah desa Rawa Biru?

2. Apakah masyarakat pengetahui laporan hasil pelaksanaan dari penggunaan

dana desa (laporan pertanggung jawaban)?

3. Dari mulai tahap pembuatan perencanaan penggunaan dana desa sampai

kepada tahap pertanggung jawaban dana desa, Apakah disesuaikan dengan

peraturan pemerintah tentang tata cara pengelolaan dana desa (Permendagri

No.113 Tahun 2014) ?


106

Transkrip Hasil Wawancara

Informan 1
“ Kalau perencanaan di desa rawa biru dimulai dari bamuskam
bersama-sama dengan masyarakat desa untuk melakukan
Musrenbangdes mengumpulkan usulan, kemudian dari usulan
tersebut disusun ulang oleh tim khusus sebagai RAB RKP dan
diverifikasi pendamping dari provinsi guna melihat yang mana saja
bisa dimasukkan ke dalam pagu (RAB APBK) lalu kemudian
disusun dan setelah itu baru bisa di kirim untuk memenuhi
persyaratan pencairan dana desa.“
Bagaimana proses dari
penyusunan rencana Informan 2
“ didalam perencanaan keuangan desa desa rawa biru dibantu oleh
penggunaan Dana
(P3MD) itu pendamping dari provinsi, jadi dalam membuatan RAB
Desa yang dilakukan APBD dan tentunya penyusunan tersebut dilakukan atas usulan-
oleh Pemerintah Desa usulan dari masyarakat melalui pengadaan Musrenbangdes.”
Rawa Biru? Informan 3
“ awalnya kita melihat dulu masukan dari masyarakat apa yang
mereka kasih tau itu yang disusun sebagai sebagai pertimbangan
karena tentu kita juga harus menyesuaikan dengan dana yang ada,
baru kemudian kita masukan kedalam RAP.”

Informan 4
“ biasanya pemerintah mengadakan musyawara dibalai desa, disitu
nanti bersama sama disusun RAP dari hasil kesepakatan bersama
masyarakat yang ikut dalamm rapat tersebut.”
Apakah dalam
Informan 1
penyusunan RKPD, ” Kalau didesa rawa biru sendiri, pemerintah desa membuat dahulu
program dibuat telah hasil RAB RKP dari usulan masyarakat lalu kemudian hasil
tersebut diserahkan pada pendamping dari provinsi untuk diseleksi
disesuaikan dengan
lagi, mana-mana saja yang sesuai dengan peraturan pemerintah
peraturan pemerintah pusat dan pagy dana desa mengenai prioritas penggunaan dana
tentang prioritas desa. Jadi, tentu saja bapak sudah sesuaikan.”
107

penggunaan dana Informan 2


desa? ” Seharunya sudah, karena RAB yang dibuat oleh desa diseleksi
lagi oleh pihak P3MD dan saya rasa disitu sudah diarahkan mana-
mana saja yang sesuai dengan peraturan dana desa.”

Informan 3
“ jadi prioritas dana desa kan itu dibatasi hanya pada 2 bidang
saja, sedangkan prioritas itu bapa dong serasikan lagi sama
kebutuhan masyarakat desa ”
Informan 4
“ kalau peraturannya prioritas itu bapak kurang tau isinya tapi
kalau prioritas desa itu pemerintah desa masih mendahulukan
masuk dari masyarakat, itu bapak rasa pemerintah desa sudah
mengutamakan kepentingan masyarakat desa “

Informan 1
“ Usulan dari masyarakat tentunya akan mendorong potensi yang
ada didesa karena sesuai dengan inginan masyarakat. Jadi,
sebelum diadakannya Musrenbangdes untuk mengumpulkan
aspirasi atau usulan dari masyarakat, pemerintah desa sudah
terlebih dahulu memberi tahu masyarakat bahwa usulan yang akan
kumpulan harus juga disesuaikan dengan visi misi desa.”

Informan 2
“ ya tentunya yang diharapkan program kami dapat mendorong
Apakah program yang potensi yang ada di desa, salah satu contohnya seperti pembuatan
sudah dibuat dermaga dan pembuatan perahu, itu bertujuan untuk mendorong
pemerintah desa perekonomian masyarakat.”

memiliki visi atau Informan 3


misi dalam “ iyakan jelas harus disesuaikan dengan visi misi desa, karena
mendorong potensi tujuan kami mengelola dana desa untuk membangunan desa, dan
juga karena tuntutan dari peraturan daerah ”
yang ada didesa?
Informan 4
“ kalau bapak melihat dari RAP yang perna dibuat itu sudah baik
untuk desa, karena itu kan suara dari masyarakat juga. Jadi bapak
kira itu jelas untuk kemajuan desa ini”
108

Informan 1
“ Ketika dana desa sudah dicairkan, mulailah disesuaikan kembali
pada RKP Desa, Mana yang kemudian diprogramkan paling awal
Bagaimana tahapan itulah yang dilaksanakan terlebih dahulu. Kalau mengelolaan
dananya itu dari aparatur desa sendiri kemudian melaksanaannya
pelaksanaan dari
dipercayakan kepada masyarakat desa dan diawasi oleh
penggunaan Dana pendamping desa.”
Desa yang dilakukan
oleh Pemerintah Desa Informan 2
“ didalam pelaksanaanya program yang sudah dibuat tentunya
Rawa Biru?
tidak dijalankan sekaligus jadi kembali ke RKP Desa yang sudah
dibuat sesuai urutan, baru setelah itu kemudian apatur desa
melakukan tindak pembagian tugas pada kaur yang bersangkutan
dengan program terkait bidangnya.“

Apakah dalam proses


pelaksanaan program Informan 1
dana desa Tahun 2019 “ kalau perubahan dalam pelaksanaannya itu tidak ada, karena
sudah dipersiapkan terlebih dahulu seperti bahan dan alat yang
sesuai dengan apa dibutuhkan itu sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
yang telah pelaksanaannya program dimulai.”
direncanakan
sebelumnya oleh
pemerintah desa?
Informan 2
Ataukah ada “ syukur, kalau untuk pencairan dana yang tahun 2019 itu untuk
perubahan dalam sekarang ini tidak ada perubahan, jadi masih sesuai dengan
perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.”
pelaksanaan
dilapangan?

Siapa saja yang Informan 2


terlibat dalam proses “ ya pencatatan itu bisanya dikerjakan oleh bapak bendahara,
penatahanusahaan dari bapak juga turut membantu jika terjadi kendala yang bapak
sekertaris tidak pahami, sedangkan bapak kepala desa itu tugasnya
penggunaan dana desa untuk memastikan semua berkas sesuai dengan apa yang sudah
di Desa Rawa Biru? dilaksanakan “
109

Informan 3
“ mencatatan hasil pelaksanaan kedalam buku itu tentunya hanya
dikelolah oleh pihak yang bertanggungjawab, kayak bapak ini
selaku bendahara desa, dan pak sekam kemudian sebagai aparatur
desa juga membantu pak dalam penataushaan ”

Bagaimana Informan 2
“ iya jadi pencatatan itu dibuat dari bukti transaksi pelaksanaan
mekanisme
dimasukan kedalam LPJ oleh bendahara desa untuk setiap
penatausahaan program yang sudah dijalankan. Bukti itu dari slip, nota, atau
(pembukuan) dari kwitansi.”
hasil penggunaan dana
Informan 3
desa yang dibuat oleh “ kalau dalam pelaksanaannya itu bapak sendiri bertugas
pemerintah desa Rawa membantu para tim pelaksana kegiatan untuk memegang bukti
Biru? pembelian dari transaksi dan mencatat setiap hasil transaksi ke
dalam buku bank dan buku kas umum desa. ”

Informan 1
“ Untuk tehniks pelaporan realisasi itu mungkin tidak berbeda jauh
dengan desa lain,begitu juga dengan LPJ. Jadi, misalnya tahap 1
(satu) sudah dikerjakan itu langsung kami dari pemerintah desa
Bagaimana Teknis
melengkapi berkas laporan realisasi terus nanti kami serahkan ke
pelaporan dan DPMK sebagai bentuk laporan realisasi begitu.”
pertanggung jawaban
hasil pelaksanaan
dana desa yang dibuat Informan 2
“ pelaporannya sendiri itu, kami apatur desa bersama sama
oleh pemerintah desa
memverifikasi pemberkasan tiap semester, jadi kalau sudah baru
Rawa Biru? kita serahkan ke pendamping Provinsi baru nanti dilanjutkan ke
PMK, kalau sudah diterima oleh pihak Dinas PMK, baru kita
sampaikan hasil realisasinya dalam bentuk baliho ke masyarakat.”
110

Informan 1
“tentunya masyarakat tau, kami gunakan media baliho, jadi setiap
hasil akhir pelaksanaan itu kami perlihatkan digedung balai desa
dalam bentuk laporan APBD“

Apakah masyarakat Informan 2


“ masyarakat tahu, iya jadi karena kan setiap hasil dari
pengetahui hasil pelaksanaan akan kami buatkan baliho jadi dari itu masyarakat
bisa mengetahui hasil APBDnya begaimana “
pelaksanaan dana desa

(laporan pertanggung Informan 3


“ bapak merasa mayarakat tau, karena setiap pembuatan laporan
jawaban)? hasil pelaksanaan itu kita ada buat baliho untuk kasih lihat
langsung kemasyarakat desa hasil pelaksanaan dana desa “

Informan 4
“ masyarakat tau, karena pemerintah desa jugakan melihatkan
masyarakat kalau ada projek dari dana desa ,terus biasanya
masyakat lihat dari baliho yang isinya hasil pelaksanaan.”

Dari mulai tahap


pembuatan Informan 1
perencanaan “ bapak tentu harus menaati peraturan yang dibuat karena dalam
proses pengelolaan itu juga kami diarahkan oleh pendamping
penggunaan dana desa
profesional dari distrik maupun dari pusat jadi tentu apa yang kami
sampai kepada tahap buat searah dengan peraturan yang ada ”
pertanggung jawaban
dana desa, Apakah
disesuaikan dengan Informan 2
“ Iya kita sesuaikan, jadi itukan memang ada aturan aturannya,
peraturan pemerintah
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam mengelolaan
tentang tata cara dana desa. Itu sudah kita pahami dan sudah dilaksanakan ”
111

pengelolaan dana desa Informan 3


(Permendagri No.113 “ dalam perencanaan sampai kepada tahap pertanggungjawaban
Tahun 2014) ? itu kami dikontrol oleh pendamping, ya bisa dibilang bapak sudah
jalanakan sesuai dengan aturan yang ada. ”

Informan 4
“ kalau untuk sesuai peraturan atau tidak itu bapak kurang tau,,
tapi sepengetahuan bapak aparat desa sudah jalankan dengan baik
karena ada pengawai desa juga turut mengawasi dari pada
penggunaan dana desa”
112

Lampiran 2
Pedoman Wawancara 2

Judul Penelitian

“ Pengelolaan Dana Desa Dalam Mendorong Pemanfaatan Potensi

Desa Rawa Biru Distrik Sota Kabupaten Merauke “

Tanggal Penelitian : .................

Waktu Penelitian : .................

C. Identitas Informan ( Masyarakat )

1. Nama Informan : ..................

2. Jenis Kelamin : ..................

3. Usia : ..................

4. Pekerjaan : ..................

5. Tingkat Pendidikan : ..................

D. Pertanyaan Wawancara

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang bantuan dana desa dan tujuan dari

penyaluran bantuan dana desa?

2. Apakah masyarakat dilibatkan dalam musyawarah desa tentang pembuatan

rencana penggunaan dana desa?

3. Apakah masyarakat juga sering dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan

dari penggunaan dana desa dalam pembangunan desa rawa biru?


113

4. Apakah masyarakat mengetahui isi dari laporan penggunaan dana desa yang

telah dibuat oleh pemerintah desa tahun 2019?

5. Apakah terdapat program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

aparatur pemerintah desa dari bantuan dana desa?

6. Apakah ada bantuan ekonomi berupa uang/barang untuk memfasilitasi usaha

kerja dari pemerintah desa?

7. Apakah ada bantuan sosial berupa uang/barang untuk meningkatkan

kesejakteraan masyarakat, seperti bantuan sekolah, perbaikan rumah warga,

atau pelayanan kesehatan?

8. Bagaimana menurut bapak/ibu adakah perubahan yang dirasakan oleh

masyarakat dari kondisi ekonomi masyarakat desa sebelum dan sesudah

adanya realisasi dari bantuan dana desa tahun 2019?


114

Transkrip Hasil Wawancara

Informan 5
“ Dana desa itu bantuan dari pemerintah, tujuan bantuan ini untuk
membangunan kami masyarakat didesa yang begitu banyak
kekurangan. ”

Informan 6
“ iya yang bapak mengerti dana desa itu bantuan dari pemerintah
desa dan dana itu tujuannya untuk membangunan kehidupan
masyarakat yang ada di desa ini”

Informan 7
“ Kalau menurut bapak itu dana desa, dana bantuan dari daerah
yang pengerjaannya itu harus dengan peraturan yang ada “

Apa yang bapak/ibu Informan 8


“ dana desa itu bantuan dari negara untuk kita masyarakat tidak
ketahui tentang
mampu didesa, dan tujuannya untuk membantu meningkatkan
bantuan dana desa dan pembangunan dan masyarakatnya “
tujuan dari penyaluran
Informan 9
bantuan dana desa?
“ dana desa bantuan untuk membangun desa, ada pembangunan
fisik desa terus ada juga untuk masyarakat.”

Informan 10
“ menurut bapak dana desa itu berasal dari pusat untuk desa, kalau
tujuannya untuk kegiatan pembangunan didesa.“

Informan 11
“ menurut bapak dana desa itu bantuan dari pusat,dan tujuan dan
desa bantu mendanai masyarakat untuk membangun desa.”

Informan 12
“ dana desa itu dari pemerintah pusat, dan tujuannya itu untuk
bangun desa ini.”
115

Informan 13
“ itu dana desa dari pusat dikasih kedesa untuk membangunan desa
dan masyarakat tidak mampu.”

Informan 14
“ yang saya mengerti itu dana bantuan desa itu dari daerah untuk
bantu masyarakat desa yang tidak mampu.”

Informan 5
“ Kalau untuk musyawarah itu betu,l masyarakat biasa ikut untuk
mencapai kesepatan bersama, dan begitu juga dengan
pengerjaannya masyarakat juga ikut serta.”

Informan 6
“ iya sering, jadi kita masyarakat desa ini, memberikan masukan
untuk aparat desa dorang nanti susun program untuk dikerjakan
nanti”

Apakah masyarakat
Informan 7
dilibatkan dalam “ Jelas kami dilibatkan karena itukan sesuai dengan aturan yang
musyawarah desa pemerintah desa sampaikan bahwa harus ada suara dari
tentang pembuatan masyarakat “

rencana penggunaan Informan 8


dana desa? “ semua diatur untuk masyarakat bisa mengambil bagian dalam
memberikan masukan untuk RAB “

Informan 9
“ iya masyarakat ikut, bapak sendiri sering terlibat dalam
perencanaan itu. Jadi masyarakat ikut ”

Informan 10
“ iya ikut, jadi semua masyarakat datang karena sebelumnya dari
pemerintah desa ada kasih pengumuman ‘
116

Informan 11
“ biasanya bapak ikut bersama masyarakat lain kumpul dibalai
karena ada di undangan dari kepala desa utntuk bicarakan dana
desa.”

Informan 12
“ biasa diundang ,iya jadi biasa masyarakat ikut serta untuk buat
rencana bangun desa.”

Informan 13
“ ya bisa ikut, biasa dikasih tau untuk ikut kebalai supaya bahas
pemakaian dana desa itu.”

Informan 14
“ sering ,kita masyarakat kasih masukkan terus dari aparat dorang
kumpul masukkan itu untuk mencari kesepatan bersama.”

Informan 5
“ Pelaksanaan itu dianjurkan oleh pemerinatah desa untuk kami
masyarakat ikut serta dan kerjanya itu kami masyarakat dikasih
upah kerja juga “

Informan 6
Apakah masyarakat “ iya, jadi kita masyarakat biasa diminta ikut dalam kegiatan
juga sering dilibatkan program dana desa yang mereka buat itu. “
dalam pelaksanaan
Informan 7
pembangunan dari “ iya kami terlibatkan dalam pengerjaannya, jadi nanti ada tim dari
penggunaan dana desa pemerintah desa yang mengarahkan.”
dalam pembangunan
desa rawa biru? Informan 8
“ iya jelas masyarakat harus ikut dalam pelaksanaan, karena kan
mereka juga yang ikut merencanakan.”

Informan 9
“ kalau yang atur itu dari aparat desa, kalau masyarakat itu
sebagai tenaga kerja dalam pelaksanaan dan itu sudah dibatsi “
117

Informan 10
“ pelaksanan nya ada masyarakat , jadi nanti ada tukang atau
kepala tugas yang mengatur pekerjaan masyarakat”

Informan 11
“ iya itu kita masyarakat dilibatkan semua dalam bentuk
perorangan dan perkelompok dalam program pelaksanaan.”

Informan 12
“ iya,biasanya mama sama bapa dorang ikut, kalau bapa dong
yang kerja nanti mama dorang siapkan makan.”

Informan 13
“ sering sekali, karena mereka panggil kebai desa untuk minta
pendapat dari kita masyarakat.”

Informan 14
“ bisa begitu, iya jadi nanti kita disuruh kasih masukan apa-apa
saja yang masyarakat mau bangun dari desa,begitu.”

Informan 5
“ biasa begitu, jadi bisa dana yang mereka sudah urus kemudain
dari kota kembali dan mereka buat baliho untuk masyarakat bisa
lihat “

Apakah masyarakat
Informan 6
mengetahui isi dari “ ada, kita masyarakat lihat dari itu baliho, jadi dari situ
laporan penggunaan masyarakat bisa tau hasil yang sudah penggunaan dana desa itu “
dana desa yang telah
dibuat oleh Informan 7
pemerintah desa tahun “ kalau untuk laporan akhir itu bapak tidak tau, tapi kalau dalam
penyusunan itu bapak dorang tau hasilnya ”
2019?
118

Informan 8
“ jadi dalam bentuk baliho begitu, jadi masyarakat bisa melihat
dan mengetahui hasilnya. Itu setiap tahun begitu.”

Informan 9
“ kau untuk laporan itu hanya dikasih lihat pas perencanaannya
saja, kalau untuk laporan akhir itu tidak dikasih tau “

Informan 10
“ iya kalau untuk laporan akhir masyarakat tidak dikasih lihat, itu
mungkin hanya aparat saja yang boleh lihat.”

Informan 11
“ iya itu masyarakat dikasih tau,berapa yang sudah dipake,tetapi
tidak semua orang dikasih tau hanya beberapa orang saja.”

Informan 12
“ kalau itu saya tidak tau soalnya kita masyarakat punya tugas
hanya sebatas ikut serta dalam pelaksanaan dilapangan.”

Informan 13
“ laporan itukan tidak ada kalau akhir pelaksanaan kita tidak ada,
jadi yang tau itu cuma aparat desa saja.”

Informan 14
“ tidak tau, kita hanya sebatas kerja saja, kalau untuk
pemberitahuan akhir pelaksanaan kita tidak tau.”

Informan 5
“ Kalau dari dana desa ada, jadi pemerintah bawa bibit tanaman
terus bawa jaring terus buat perahu dan ada juga alat untuk
perkebunan “

Informan 6
“ Kalau program pemberdayaan itu ada seperti bantuan kerja
Apakah terdapat
masyarakat, terus ada juga pembukaan lahan untuk nanti
program masyarakat pake sebagai tempat berkebun”
119

pemberdayaan Informan 7
masyarakat yang “ ada ,ada pemerintah desa biasa buat untuk maasyarakat, tapi
dilakukan oleh biasanya sekali setahun “

aparatur pemerintah Informan 8


desa dari bantuan dana “ ada, banyak, adanya banyak, tapi biasanya lebih banyak ke
mama-mama kalau untuk bapak dorang itu kayak penanaman
desa?
begitu.”

Informan 9
“ kalau pelatihan itu banyak ,kebanyakan itu untuk ibu-ibu dan
juga ada untuk aparat desa kalau bapak dorang itu kayak pelatihan
menanam.”

Informan 10
“ ada, ada program pemeberdayaan masyarakat yang pemerintah
desa buat ,seperti mengacam sama belajar masak untuk ibu-ibu
desa.”

Informan 11
“ program pemberdayaan itu bapak rasa tidak ada, tapi kalau
untuk latihan tarian latihan menganyam dari rotan itu ada”

Informan 12
“ ada, biasa ada dibuat seperti ada pelatihan menganyam terus
bapak dorang juga biasa ikut pelatihan menanam.”

Informan 13
“ ada, tahun 2019 itu ada beberapa saja, masyarakat dikasih
pelatihan terus dikasih alat kerja sekalian.”

Informan 14
“ dana desa kemarin itu ada, cuman tidak tau juga kelanjutannya
karena itu pas tahun kemarin 2019.”
120

Informan 5
“ Kalau untuk bantuan uang itu mama rasa tidak ada kecuali pas
kerja program desa saja ada upah yang dikasih kalau usaha kerja
itu seperti tadi itu kayak jaring ikan, teru alat potong kayu,kulkas
sama alat berkebun.”

Informan 6
“ kalau uang saya rasa tidak ada kecuali upah kerja dari program
pembangunan, untuk barang usaha ada kayak sensor kayu sama
perahu untuk masyarakat nelayan”

Informan 7
“ iya ada, bantuan uang dan barang itu ada, kalau seperti bapak
inikan nelayan jadi bantuannya seperti jaring ikan.”
Apakah ada bantuan
Informan 8
ekonomi berupa
“ itu ada seperti roda bantuan roda tiga itu untuk membantu angkat
uang/barang untuk masyarakat punya barang-barang usaha.terus ketinting untuk
memfasilitasi usaha angkutan diair.”
kerja dari pemerintah
Informan 9
desa? “ bantuan usaha itu juga ada seperti nelayan dapat jaring dan
perkakas, kalau petani itu seperti alat cangkul terus beni tanaman.”

Informan 10
“ kalau dari dana desa itu ada kayak perkakas untuk olah tana itu,
kalau nelayan dapat jaring saja.”

Informan 11
“ itu ada, kalau untuk usaha masyarakat itu,itu biasa berupa uang
sama perakatan kerja.”

Informan 12
“ kalau untuk usaha itu ada semacam bantuan peralatan seperti
jaring ikan, mesin perahu sama alat berkebun.”
121

Informan 13
“ iya uang ada, barang itu seperti motor roda 3 itu untuk angkut
barang usaha masyarakat, yang lain juga seperti alat kerja jaring
sama alat sensor kayu.”

Informan 14
“ ada, itu dikasih untuk masyarakat bisa kerja tambah gampang,
jadi tidak perlu beli lagi, kayak jaring ikan terus mesin potong kayu
sama perahu itu.”

Informan 5
“ Ada jadi seperti bantuan sekolah, pembuatan rumah, terus
bantuan perahu,dan pelayanan juga ada .”

Informan 6
“ klau barang itu ada, kalau sekolah itu pemerintah desa kasih
perahu buat anak sekolah bisa menyeberangi rawa ini, kalau
Apakah ada bantuan pelayanan dari pustu juga ada untuk anak-anak kecil sama ibu
hamil. “
sosial berupa
uang/barang untuk Informan 7
meningkatkan “ kau bantuan sosial itu juga ada semenjak bapak kepala desa baru
naik itu ada bantuan seperti itu, sebelum sebelumnya itu belum
kesejakteraan
ada.”
masyarakat, seperti
bantuan sekolah, Informan 8
perbaikan rumah “ kalau untuk dana sosial itu ada, untuk sekolah ada, untuk pustu
juga ada itu pelayanan kesehatan.”
warga, atau pelayanan
kesehatan?
Informan 9
“ bantuan sosial iya ada juga, kayak perehapan rumah terus
,rumah bantuan tapi kebanyak bantuan dari dinas sosial.”

Informan 10
“ kalau dari dana desa itu ada yang namanya pembuatan rumah
bantuan,ada juga untuk pelayanan kesehatn di pustu.”
122

Informan 11
“ tidak untuk keluarga tidak ada, kalau kayak rehap rumah itu ada,
terus ada juga untuk pelayanan sehatan geratis.”

Informan 12
“ untuk kesejateraan masyarakat itu kayaknya ada semacam
bantuan rumah dan pelayanan kesehatan masyarakat di pustu.”

Informan 13
“ seperti rumah masyarakat itu bantuan buat keluarga tidak mampu
sama juga berobat dipermuda jadi masyarakat tinggal berobat.”

Informan 14
“ itu ada karena, karena kemarin sudah direalisasikan oleh aparat
desa seperti rumah masyarakat begitu.”

Informan 5
“ Menurut mama itu ada, ada perubahan yang mama rasakan dari
Bagaimana menurut desa dari kepemimpinan bapak kepala desa yang baru tapi tidak
begitu besar dan pendapan dari masyarakat juga masih sama“
bapak/ibu adakah
perubahan yang Informan 6
dirasakan oleh “ kalau menurut bapak ada perubahan dari pembangunan desa
,kalau dari ekonomi bapak rasa mungkin sangat raskan itu dari
masyarakat dari
uapah dari pelaksanaan program itu saja kalau dari pendapatan
kondisi ekonomi sendiri masih sama saja.”
masyarakat desa
sebelum dan sesudah Informan 7
adanya realisasi dari “ ada, kalau menurut bapak pu pengamatan itu ada perubahan dari
tahun tahun sebelumnya itu ada.”
bantuan dana desa
tahun 2019?
Informan 8
“ setiap tahun anggaran itu bapak rasa ada perubahan didesa dan
masyarakat semua juga rasa”
123

Informan 9
“ kalau menurut bapak ada ,tapi tidak terlalu besar juga dibanding
desa di yanggandur.”

Informan 10
“ ada perubahan itu sangat jelas bapak sekelurga rasa manfaatnya
dan perubahannya itu sangat besar juga bapak rasa untuk
pembangunan desa”

Informan 11
“ saya rasa ada perubahan dari segi ekonomi sama pembangunan
desa rawa biru, itu bapak rasakan.”

Informan 12
“ bisa dibilang ada perubahan, masyarakat dulukan tidak ada
bantuan usaha, maka terbantu sama bantuan itu, terus dengan
pembangunan desa juga sudah bagus.”

Informan 13
“ rasa, ada masyarakat rasa pasti karena hampir setiap program
itu sasarannya kepada masyarakat.”

Informan 14
“ iya ada banyak perubahan yang masyarakat rasakan dari
bantuan dana desa itu dari usaha masyarakat sampai pembangunan
desa juga masyarakat rasakan.”
124

Lampiran 3
Dokumentasi Program Dana Desa Tahun Anggaran 2019

Musrenbangdes

Pembangunan Pelabuhan/Jembatan Rawa

Bantuan Peralatan Perikanan


125

Bantuan Kebutuhan Petani

Pembukaan Lahan Pertanian

Bantuan Pembuatan Perahu Bob Masyarakat


126

Lampiran 4
Dokumentasi Wawancara Aparatur Desa Rawa Biru

Kepala Desa Rawa Biru Sekertaris Desa Rawa Biru

Bendahara Desa Rawa Biru Bamuskam Desa Rawa Biru


127

Lampiran 5
Dokumentasi Wawancara Masyarakat
128

Lampiran 6
Surat Permohonan Izin Penelitian
129
130

Lampiran 7
Surat Balasan Izin Penelitian
131

Anda mungkin juga menyukai