Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH BELANJA MODAL, DANA PERIMBANGAN, DAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN

DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2011-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E) pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

Oleh :

Ayu Fitriah Magfira


NIM 90300117045

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ayu Fitriah Magfira

NIM : 90300117045

Tempat/Tgl. Lahir : Bantaeng, 27 Mei 1999

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat : Kamp. Borong Kalukua Kelurahan Tanah Loe Kecamatan

Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng

Judul : Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan dan

Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan

Kabupaten Bantaeng Tahun Anggaran 2011-2020

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar dan hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan atau dibuat orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini

dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 11 Januari 2022

Penyusun,

Ayu Fitriah Magfira


NIM 90300117045

ii
iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas limpahan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan

Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda

Rasulullah Muhammad saw., sebagai suri tauladan bagi setiap umat di seluruh

alam. Skripsi ini berjudul ―Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan dan

Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten Bantaeng Tahun

Anggaran 2011-2020‖ sudah selesai pada durasi yang dipersiapkan.

Penyusunan skripsi ini terselesaikan dengan adanya kerjasama, bantuan,

arahan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung. Terutama kepada orang tua penulis yaitu

Ayahanda Alimuddin dan Ibunda Murniati yang paling berjasa atas apa yang

sampai saat ini saya capai, telah mendidik saya, membesarkan saya dengan penuh

kasih sayang, menyekolahkan saya sampai pada tingkat ini, pengorbanan dan doa

yang dicurahkan selama ini. Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan

rasa terima kasih atas sumbangsih pemikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan

moril dan materi khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D selaku Rektor UIN Alauddin

Makassar beserta para Wakil Rektor dan semua staf.

iv
2. Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar bersama para Wakil Dekan.

3. Dr. Hasbiullah, SE., M.Si dan Dr. Baso Iwang, SE., M.Si, Ph.D selaku Ketua

dan Sekretaris dari Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN Alauddin Makassar berkat semua dukungan dan bimbingan beliau

sewaktu perkuliahan.

4. Bapak Dr. Sudirman, SE., M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak

Mustafa Umar, S.Ag., M.Ag selaku dosen pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan,

arahan, masukan serta saran yang sangat berguna bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Abdul Wahab, SE., M.Si selaku dosen penguji 1 dan Bapak

Abdul Rahman, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan

saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Abdul Rahman, S.Pd., M.Si selaku pembimbing akademik saya yang

selalu memberikan masukan dan saran serta arahan positif kepada saya.

7. Segenap pegawai unit akademik, bagian tata usaha, bagian jurusan dan bagian

perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Terima kasih berkat

dukungannya pada pengurusan dan layanan akademik dan administrasi.

8. Segenap bapak/ibu dosen terutama di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar dengan tulus ikhlas sudah membagikan ilmunya

untuk penulis sewaktu perkuliahan.

v
9. Kepada keluarga penulis, terutama orang tua, adik dan semua keluarga yang

tidak mampu penulis sebutkan. Terima kasih telah mendukung, mendoakan

dan memotivasi penulis.

10. Kepada teman-teman seperjuanganku di bangku perkuliahan, Ilmu Ekonomi

A dan Ilmu Ekonomi B Angkatan 2017. Terima kasih atas doa dan

dukungannya terhadap penulis.

11. Teruntuk teman-teman yang selalu bersama dari awal perkuliahan, yaitu Bela

Adelia, Annisa, Rossyani, Intan, Lisa, Putra, Endri dan teman-teman yang

tidak saya sebutkan namanya. Terima kasih atas doa dan dukungan, selalu

menyemangati untuk sabar dalam menunggu dosen pembimbing maupun

dosen penguji serta segala hal yang kita lewati bersama.

12. Teruntuk teman-teman KKN Kelurahan Banyorang Kecamatan Tompobulu

Kabupaten Bantaeng, terkhusus Riska Kumala yang sekarang ini sudah jadi

sahabat terdekat. Terima kasih atas doa dan dukungan serta telah

mengajarkan arti persaudaraan selama 45 hari.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan sumbangsih berupa dukungan semangat kepada penulis. Terima

kasih atas dukungan kalian terhadap penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak meskipun penulis menyadari penuh bahwa skripsi ini jauh dari

kesempurnaan. Dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga

kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk

vi
penelitian yang lebih baik kedepannya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, Mei 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ........................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

ABSTRAK ...................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Keuangan Daerah .......................................................................... 7


B. Kinerja Keuangan Daerah ............................................................. 8
C. Belanja Modal ............................................................................... 11
D. Dana Perimbangan ........................................................................ 14
E. Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 16
F. Belanja Modal, Dana Perimbangan dan PAD ............................... 17
G. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 19
H. Kerangka Pikir............................................................................... 24
I. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26

viii
A. Desain Penelitian ........................................................................... 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 26
C. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 27
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 28
E. Metode Penelitian .......................................................................... 29
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 30
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 37

A. Gambaran umum Lokasi Penelitian .............................................. 37


B. Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 39
C. Analisis Data ................................................................................. 44
D. Pembahasan ................................................................................... 52

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 56

A. Kesimpulan.................................................................................... 56
B. Saran .............................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57

LAMPIRAN .................................................................................................... 65

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Belanja Modal, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan Asli Daerah Tahun 2016-2020 ..................................... 2

Tabel 2.1 Skala Interval Desentralisasi Fiskal ................................................. 11

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 19

Tabel 3.1 Tahapan Kegiatan ............................................................................ 26

Tabel 4.1 Anggaran Belanja Modal Kabupaten Bantaeng Tahun Anggaran

2011-2020 ........................................................................................ 40

Tabel 4.2 Anggaran Dana Perimbangan Kabupaten Bantaeng Tahun

Anggaran 2011-2020 ....................................................................... 42

Tabel 4.3 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun

Anggaran 2011-2020 ....................................................................... 43

Tabel 4.4 Rasio Desentralisasi Fiskal Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-

2020 ................................................................................................. 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................. 47

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 47

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................... 48

Tabel 4.8 Hasil Regresi Linear Berganda ........................................................ 49

Tabel 4.9 Hasil Uji F ........................................................................................ 51

Tabel 4.10 Hasil Determinasi (R2) ................................................................... 52

Tabel 4.11 Hasil Uji T ...................................................................................... 53

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 25

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas..................................................................... 46

xi
ABSTRAK

NAMA : AYU FITRIAH MAGFIRA

NIM : 90300117045

JUDUL : PENGARUH BELANJA MODAL, DANA PERIMBANGAN


DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP KINERJA
KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN
2011-2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh belanja modal, dana


perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan pada
pemerintah kabupaten Bantaeng. Metode penelitian yang digunakan metode
kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data primer yang di peroleh dari
laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten Bantaeng. variabel dependen
penelitian ini adalah kinerja keuangan (Y) dan variabel independen adalah belanja
modal (X1), dana perimbangan (X2) dan pendapatan asli daerah (X3). Metode
yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas
dan uji autokorelasi serta analisis linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan belanja modal tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan, sedangkan dana perimbangan dan pendapatan asli daerah berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja keuangan.

Kata kunci : Belanja modal, dana perimbangan, pendapatan asli daerah dan
kinerja keuangan

xii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinerja merupakan hasil dari apa yang telah direncanakan aik secara

individu maupun seagai organisasi. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan rencana

maka efek yang aik akan tercapai.

Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan

indikator keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk

menilai kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga

diperoleh posisi keuangan yang mewakili realita sentitas dan potensi-potensi

kinerja yang berlanjut.

Dalam Permendagri nomor 13 tahun 2006 pasal 22 menyebutkan bahwa

struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan

daerah. Selanjutnya dalam pasal 23 dijelaskan bahwa pendapatan daerah meliputi

semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah

ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu

dibayar kembali oleh daerah; sedangkan yang dimaksud belanja daerah meliputi

semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas

dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah; dan pembiayaan daerah meliputi

semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus.

Dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah,

idealnya pelaksanaan belanja daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja

1
2

yang berorientasi pada prestasi kerja, dengan memperhatikan keterkaitan antara

pendanaan dengan keluaran dan outcome yang diharapkan dari kegiatan dan

program, sehingga pendekatan kinerja mencerminkan efisiensi dan efektivitas

pelayanan publik.

Adapun firman Allah Swt., dalam surah An-Nisa ayat 58

ِِ ‫ك ُم ْم ِي‬ َّ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْال َ َمَاََ ِ ِإ َى أ أ َ ْل ِه َاَ َو ِإاَا َك َم ْتم ُ ْم يَ ْن َ اىَََّ ِ أ َ ْن تَكْ ُم ُت ا ِي َْى َدلْ ِ إ ِإ َّن‬
ُ ‫َّللاَ اِ ِد َّتَ يَ ِد‬ َّ ‫ِإ َّن‬
‫نرا‬
ً ‫ص‬ ِ َ‫س ِتندًَ ي‬ َ َ‫إِ َّن َّللاَ كَن‬
َ َّ
Artinya:

―Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya maha mendengar lagi
maha melihat‖. (Q.S An-Nisa (4): 58)

Seperti dalam ayat di atas, Allah swt., selalu mengingatkan kita semua

dalam firmannya agar senantiasa amanah dan berlaku adil dalam menetapkan

hukum, terutama dalam hal pengelolaan keuangan karena berbicara keuangan

tentunya kita membicarakan hal yang sangat sensitif.

Tabel 1.1
Perkembangan Belanja Modal, Dana Perimbangan dan Pendapatan
Asli Daerah Tahun 2011-2020

Tahun Perkembangan (%)


Belanja Modal Dana Perimbangan PAD
2016 1,58 0,93 (0,20)
2017 (0,30) (0,20) 0,68
2018 (0,12) 0,12 0,10
2019 0,01 0,08 (0,19)
2020 (0,41) (0,15) 0,55
Sumber : Olah Data, 2021
3

Berdasarkan data tabel 1.1 yang diperoleh peneliti, dapat kita lihat anggaran

belanja modal yang mengalami mengalami naik turun dari tahu 2016 - 2020.

Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan

Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi.

Dana perimbangan atau dana transfer memiliki fungsi yang sangat penting dalam

pencapaian efesiensi dan keseimbangan dalam memberikan layanan jasa publik,

dikarenakan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dimana pendapatan yang

diperoleh dari pusat selalu menggambarkan ketergantungan daerah dalam

memenuhi kebutuhannya terhadap pemerintah pusat yang berakibat menurunnya

kinerja keuangan (Badruddin, 2017). Dana perimbangan terdiri atas: Dana Bagi

Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan data tabel 1.1 yang didapatkan peneliti, dana perimbangan naik

ditahun 2016 dan tahun berikutnya mengalami penurunan. Tahun 2018 sempat

naik 0,12 % dan kembali menurun dalam dua tahun berikutnya.

Setiap daerah pasti memiliki sumber daya tersendiri yang bisa mereka pakai

guna menghasilkan pendapatan (income) untuk menjalankan roda

perekonomiannya. Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, Pendapatan

asli daerah adalah penambah nilai kekayaan bersih yang berhak diakui pemerintah

daerah. PAD atau pendapatan asli daerah merupakan sumber pendapatan daerah

yang berasal dari kegiatan ekonomi daerah itu sendiri. Melalui PAD, daerah

dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah

yang digali dari dalam wilayah daerah bersangkutan.


4

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 menjelaskan bahwa sumber

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1). Pajak Daerah; 2). Retribusi Daerah; 3).

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4). Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang sah.

Berdasarkan dari data tabel 1.1 yang diperoleh peneliti, dapat kita lihat

perkembangannya. Tahun 2016 mengalami penurunan dan naik kembali ditahun

2017 dan 2018. Kemudian 2019 kembali menurun dan ditutup tahun 2020

kembali naik sebesar 0,55 %.

Melihat pentingnya hal-hal yang berkaitan dengan belanja modal, dana

perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan. Maka,

peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul ―Pengaruh

Belanja Modal, Dana Perimbangan Dan Pendapatan Asli Daerah terhadap

Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah belanja modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah

Kabupaten Bantaeng tahun anggaran 2011-2020 ?

2. Apakah dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah

Kabupaten Bantaeng tahun anggaran 2011-2020 ?

3. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah

Kabupaten Bantaeng tahun anggaran 2011-2020 ?


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui belanja modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan

daerah Kabupaten Bantaeng tahun anggaran 2011-2020.

2. Untuk mengetahui dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan

daerah Kabupaten Bantaeng tahun anggaran 2011-2020.

3. Untuk mengetahui pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap kinerja

keuangan daerah Kabupaten Bantaeng tahun anggaran 2011-2020.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian,

maka manfaat penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagi Civitas Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menambah

wawasan mengenai pengaruh belanja modal, dana perimbangan dan

pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan daerah kabupaten Bantaeng

tahun anggaran 2011-2020, serta menambah referensi penelitian di bidang

belanja modal.

2. Bagi Otoritas Moneter di Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam

menganalisis pengaruh belanja modal, dana perimbangan dan pendapatan asli

daerah terhadap kinerja keuangan daerah kabupaten Bantaeng, serta


6

diharapkan menjadi bahan referensi dalam menetapkan strategi atau

kebijakan mengenai belanja modal kedepannya.

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai pengaruh belanja modal, dana perimbangan dan pendapatan asli

daerah terhadap kinerja keuangan daerah kabupaten Bantaeng tahun anggaran

2011-2020. Selain itu, diharapkan juga penelitian ini dapat memperkaya

referensi mengenai studi dalam bidang pemerintah daerah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keuangan Daerah

Mamesah dalam (Halim, 2012 : 25) mengatakan keuangan daerah secara

sederhana dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang

dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang sebelum dimiliki/dikuasai oleh negara

atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan

ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku.

PP Nomor 58 tahun 2005 Keuangan Daerah adalah semua hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat

dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

UU Nomor 23 tahun 2014 Keuangan Daerah merupakan semua hak dan

kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang

dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Keuangan daerah dikelola melalui manajemen keuangan daerah. Oleh

karena itu, manajemen keuangan daerah adalah pengorganisasian dan pengelolaan

sumber-sumber daya atau kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk mencapai

tujuan yang dikehendaki daerah tersebut (Halim, 2001).

Dalam buku Keuangan Daerah (2018) karya Khusaini, pengelolaan

keuangan daerah sebagai keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

7
8

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

keuangan daerah.

B. Kinerja Keuangan Daerah

Undang-undang No.32 tahun 2004 dan UU No.33 tahun 2004 menjelaskan

bahwa pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pengelolaan

keuangan daerah yang baik tentunya diharapkan berpengaruh terhadap kemajuan

suatu daerah (Puspitasari, 2015). Pengelolaan yang baik dilakukan secara

ekonomis, efisien dan efektif atau memenuhi prinsip value for money serta

partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan keadilan.

Selain kedua UU tersebut ada hukum yang melandasi pelaksanaan

pengelolaan keuangan pada pemeritah daerah yaitu surat Al- Qur’an.

ِ ْ ‫َط ِل َوتُلْىُ ْ ا ِي َاَ ْٓ اِ َى ْاى ُك َّم َِم ِىم َأ ْ ُكهُ ْ ا فَ ِر ْيقًَ ِ ّم ْ ا َ ْم َ ا ِ اىَََّ ِ ِي‬
‫ََلْْ ِم َوا َ ْام ُ ْم‬ ِ ‫َو ََل ت َأ ْ ُكهُ ْْٓ ا ا َ ْم َ اىَ ُم ْم َي ْن ََ ُم ْم ِي َْى َب‬

َ‫ࣖ ت َ ْدهَ ُت ْ ن‬

Artinya:
―Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud
agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui‖. (Q.S Al-Baqarah (2) : 188).

Dari Surah alquran di atas, harapanya pemerintah menggunakan anggaran

untuk urusan rakyat dan menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya. Salah satu penilaian dalam pengelolaan anggaran dikatakan baik

adalah melalui penilaian kinerja keuangan. Kinerja keuangan adalah suatu ukuran

kinerja pada suatu organisasi yang menggunakan indikator keuangan. Analisis

kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai masa lalu dengan
9

melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili

realitas atau mewakili kondisi pada suatu organisasi.

Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan

indikator keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk

menilai kinerja dimasa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga

diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi

kinerja yang akan berlanjut (Nugroho dan Rohman, 2012:3).

Susanti dan Saftiana (2009:10) menyatakan kinerja keuangan Pemerintah

Daerah adalah kemampuan suatu daerah untuk menggali dan mengelola

sumbersumber keuangan asli daerah guna memenuhi kebutuhannya agar tidak

tergantung sepenuhnya kepada Pemerintah Pusat. Sehingga mempunyai

keleluasaan dalam menggunakan dana tersebut untuk kepentingan masyarakat

daerah dalam batasbatas yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa Kinerja keuangan

daerah adalah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dalam

melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat sesuai

dengan aturan perundang-undangan.

C. Pengukuran Kinerja Keuangan

Anderson dan Clancy (1991) mendefinisikan bahwa:

―Pengukuran kinerja sebagai feedback from the accountant to management


that provides information about how well the action represent the plans; it also
identifies where managers may need to make corrections or adjustments in future
planning and controlling activities‖

―Umpan balik dari akuntan kepada manajemen yang memberikan


informasi tentang seberapa baik tindakan tersebut mewakili rencana; itu juga
10

mengidentifikasi di mana manajer mungkin perlu melakukan koreksi atau


penyesuaian dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan di masa depan‖.

Pada dasarnya terdapat 2 hal yang dapat dijadikan sebagai indikator

kinerja, yaitu kinerja anggaran dan anggaran kinerja. Kinerja anggaran merupakan

instrumen yang dipakai oleh DPRD untuk mengevaluasi kinerja kepala daerah,

sedangkan anggaran kinerja merupakan instrumen yang dipakai oleh kepala

daerah untuk mengevaluasi unit-unit kerja yang ada di bawah kendali daerah

selaku manager eksekutif. Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk

mengetahui apakah suatu program kerja telah dilaksanakan secara efisien dan

efektif (Mardiasmo, 2002:19).

Menurut Widodo (2001), rasio kemadirian adalah rasio yang

menunjukkan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah,

penggunaan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan

dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan

pemerintah pusat atau pinjaman. Berdasarkan literatur lain dijelaskan bahwa

desentralisasi fiskal merupakan pendelegasian tanggung jawab, otoritas dan

sumber-sumber yang berkaitan (seperti keuangan, karyawan dan lain-lain) dari

pemerintah pusat kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah (Ahmad

Mulyana, 2006:26). Desentralisasi fiskal dirumuskan sebagai berikut.

Rasio Desentralisasi Fiskal :


11

Derajat desentralisasi fiskal, khususnya komponen PAD dibandingkan

dengan TPD (Total Penerimaan Daerah), menurut hasil penemuan Tim Fisipol

UGM menggunakan sekala interval sebagaimana yang terlihat dalam tabel

berikut:

Tabel 2.1
Skala Interval Desentralisasi Fiskal

PAD/TDP (%) Kemampuan Keuangan Daerah


< 10.00 Sangat Kurang
10.01-20.00 Kurang
20.01-30.00 Cukup
30.01-40.00 Sedang
40.01-50.00 Baik
> 50.00 Sangat Baik
Sumber: 2004:106

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah

daerah yaitu pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, belanja modal,

pertumbuhan ekonomi, ukuran legislatif dan leverage (perbandingan antara utang

dan modal).

Beberapa kriteria yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui

kemampuan pemerintah daerah dalam mengatur rumah tangganya sendiri,

kemampuan struktural organisasinya, kemampuan aparatur pemerintah daerah,

kemampuan mendorong partisipasi masyarakat dan kemampuan keuangan daerah.

(Syamsi, 1986: 99).

D. Belanja Modal

Menurut Halim dan Abdullah (2007:101), belanja modal merupakan

pengeluaran untuk perolehan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari

periode akuntansi. Belanja modal termasuk, belanja tanah, belanja peralatan dan
12

mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi, dan

jaringan, serta belanja aset tetap lainnya.

Sedangkan Nordiawan (2007:33), menyatakan bahwa belanja modal

adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap

tertentu. Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah

daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur,dan harta tetap lainnya. Secara

teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan

membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau juga dengan

membeli.

Belanja Modal menurut Halim (2008: 101) merupakan pengeluaran

anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih

dari satu periode akuntansi. Pengertian tersebut sesuai dengan pengertian belanja

modal menurut Undang-undang No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi.

Menurut UU Nomor 71 Tahun 2010 Belanja Modal adalah pengeluaran

pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja modal didefinisikan

sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau

pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12

(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah, seperti dalam

bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan,

dan aset tetap lainnya.


13

Hoesada (2016: 238) menjelaskan bahwa belanja modal merupakan salah

satu indikator produktif dari penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah

sehingga tidak dapat ditujukan kepada masyarakat perorangan atau rumah tangga

karena dalam pelaksanaannya haruslah bersinggungan dengan pelayanan publik.

Semakin besar persentase alokasi belanja modal menandakan bahwa pemerintah

daerah lebih produktif. Hal ini dikarenakan umumnya dalam penggunaan aset

yang dihasilkan selalu bersinggungan dengan pelayanan publik dan digunakan

oleh masyarakat umum. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa alokasi belanja

modal berhubungan dengan pelayanan publik, sehingga jumlah alokasi belanja

modal setiap tahunnya harus relatif besar. Semakin besar alokasi belanja modal,

maka pelayanan pemerintah daerah kepada publik dapat dikatakan meningkat,

begitu juga sebaliknya.

Penyempurnaan peraturan perundang-undangan dalam Undang undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan masih banyak undang-

undang yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah yang telah ditetapkan

seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara, Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Halim (2008: 101) menyebutkan bahwa yang termasuk dalam Belanja

Modal adalah: 1) Belanja Modal Tanah; 2) Belanja Peralatan dan Mesin; 3)

Belanja Gedung dan Bangunan; 4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan; 5)
14

Belanja Aset Tetap lainnya; 6) Belanja Aset lainnya. Dalam Standar Akuntansi

Pemerintahn (SAP) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2005, Belanja Modal dapat diklasifikasikan dalam lima kategori utama, yaitu

belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung

dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan serta belanja modal fisik

lainnya.

Belanja Modal merupakan suatu bentuk kegiatan pengelolaan keuangan

daerah yang harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efektif, efisien, ekonomis transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan memberikan manfaat untuk

masyarakat. Ukuran keberhasilan dari pemanfaatan Belanja Modal sendiri

adalah tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat harga

(Halim, 2014: 229). Dalam hal ini Belanja Modal dikatakan berhasil dalam

pelaksanaannya jika alokasi Belanja Modal untuk pengadaan aset tetap daerah

telah memenuhi kelima kriteria, yaitu tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu,

tepat sasaran dan tepat harga.

E. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang dana perimbangan

keuangan antara pemerintah pust dan pemerintah disebutkan bahwa dana


15

perimbangan terdiri Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi

Hasil.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

menyatakan bahwa, ―Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan

kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam

APBN.‖

Dana Perimbangan bertujuan untuk membantu daerah dalam mendanai

pembangunan, serta mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan

antara pusat dan daerah.

Dana perimbangan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005

tentang Dana Perimbangan terdiri dari:

1. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil atau DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004, dana alokasi umum

adalah dana perimbangan untuk daerah yang sudah dialokasikan dalam APBN

berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan neto dalam negri yang telah

ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek keadilan


16

dan pemerataan yang selaras dengan pembangunan pemerintah dan perhitungan

alokasi umumnya ditetapkan sesuai dengan Undang-undang.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Menurut Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Dana Alokasi Khusus

(DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang

berupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK

ditetapkan setiap tahun dalam APBN.

F. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Menurut Mardiasmo (2002), pendapatan asli daerah adalah penerimaan

yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada

pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan

potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 terdiri dari Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan

retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan sesuai dengan undang-undang

tentang pajak daerah dan retribusi daerah.Jenis hasil pengelolaan kekayaandaerah

yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba
17

atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

G. Belanja Modal, Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah

1. Hubungan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan

Belanja modal yang besar merupakan cerminan dari banyaknya

infrastruktur dan sarana yang dibangun. Semakin banyak pembangunan yang

dilakukan akan meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan daerah dan

menghasilkan lebih banyak keuntungan bagi pemerintahan dalam beberapa tahun

ke depan.

Menurut Astiti dan Mimba (2016), jika pengalokasian dana untuk

pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah daerah bertambah

banyak maka akan meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah

daerah. Selain itu, dengan adanya infrastuktur yang baik dapat menciptakan

efisiensi diberbagai sektor dan produktivitas masyarakat semakin meningkat

(Andirfa, 2016). Sejalan dengan penelitian Mulyani dan Wibowo (2017) serta

Puspitasari dkk (2015) menunjukkan bahwa belanja modal dapat mempengaruhi

kinerja keuangan pemerintah daerah. Namun, penelitian Fajar Nugroho dan Abdul

Rohman (2012) menunjukkan Belanja modal secara signifikan berpengaruh

negatif secara langsung terhadap kinerja keuangan. Artinya komponen Belanja

Modal ternyata tidak mempengaruhi Pertumbuhan Kinerja Keuangan Pemerintah

Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah.


18

Belanja modal pada intinya akan membangun infrastruktur sarana dan

prasarana yang dibutuhkan daerah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi ke

depannya, sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja keuangan daerah.

2. Hubungan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan

Dana perimbangan memainkan peran yang cukup krusial dalam

pelaksanaan keuangan daerah. Sebagaimana fakta di lapangan, tidak semua

daerah memiliki potensi pendapatan asli daerah yang sama untuk dimaksimalkan.

Sehingga, dana perimbangan bisa menjadi sumber keuangan tambahan bagi

daerah.

Semakin besar dana perimbangan, semakin besar sumber keuangan daerah

sehingga akan mendorong kinerja keuangan daerah. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Noor Farieda Awwaliyah, Ratno Agriyanto, dan

Dessy Noor Farida (2019), yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara

dana perimbangan dan kinerja keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan oleh

Tri Yuni Pratiwi (2018) juga menemukan adanya hubungan positif, namun tidak

signifikan, antara dana perimbangan dan kinerja keuangan daerah. Adapun dalam

penelitian Mulia Andirfa dkk (2016) menunjukkan bahwa secara parsial variabel

Dana Perimbangan (DP) berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan daerah

Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh

3. Hubungan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan

Kemampuan daerah dalam maksimalisasi pendapatan asli daerah akan

berdampak pada keuangan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakatnya. Pendapatan asli daerah mencerminkan potensi yang ada dalam


19

daerah serta bersifat spesifik dan tidak akan bernilai sama antara satu daerah

dengan daerah lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Mustanda (2019),

peningkatan pendapatan asli daerah akan berdampak pada peningkatan kinerja

keuangan. Ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwasih (2017)

dan Awwaliyah, Agriyanto, dan Farida (2019).

H. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan studi untuk menganalisis

kinerja keuangan.

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

Peneliti dan
NO Judul Hasil
Tahun
Pengaruh Berdasarkan hasil pengolahan data

Pendapatan Asli penelitian terhadap hipotesis yang

disusun, sebagaimana telah dibahas


Daerah, Dana
maka kesimpulan sebagai berikut:
Perimbangan Dan
Dwi Saraswati, 1. Pengujian secara simultan
Belanja Modal
1 S.Pd, M.Si menunjukan bahwa pendapatan
terhadap
(2017) asli daerah, dana perimbangan,
Pertumbuhan
dan belanja modal, memberikan
Ekonomi Daerah
pengaruh secara positif terhadap
Dengan Kinerja pertumbuhan ekonomi daerah.

Keuangan 2. Pengujian secara parsial, maka


20

Pemerintah Daerah hanya pendapatan asli daerah dan

Sebagai Variabel dana perimbangan yang

Pemoderasi Pada memberikan pengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi


Kabupaten/Kota
daerah.
Propinsi Sumatera
3. Pengujian variabel pemoderasi
Utara
menunjukkan bahwa kinerja

keuangan pemerintah daerah

yang kurang efisien tidak dapat

memoderasi hubungan

pendapatan asli daerah, dana

perimbangan dengan

pertumbuhan ekonomi di

kabupaten/kota Propinsi

Sumatera Utara pada tahun

pengamatan 2010-2012.

Pengaruh Berdasarkan hasil

Pendapatan Asli penelitian dan pembahasan yang

Nanda Dipa Daerah, Dana telah diuraikan, dapat ditarik

Prastiwi dan Perimbangan, Dana kesimpulan sebagai berikut:


2
Andri Waskita Keistimewaan Dan 1. Pendapatan Asli Daerah

Aji (2020) Belanja Modal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja terhadap Kinerja Keuangan

Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan


21

Pemerintah Daerah Kota di Provinsi Daerah Istimewa

(Studi Kasus pada Yogyakarta Tahun Anggaran 2013-

Pemerintahan 2018.

Daerah Kabupaten 2. Dana Perimbangan

dan Kota di Daerah berpengaruh signifikan negatif

Istimewa terhadap Kinerja Keuangan

Yogyakarta Tahun Pemerintah Daerah Kabupaten dan

Anggaran 2013- Kota di Provinsi Daerah Istimewa

2018) Yogyakarta Tahun Anggaran 2013-

2018.

3. Dana Keistimewaan

berpengaruh tidak signifikan

terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten dan

Kota di Provinsi Daerah Istimewa

Yogykarta Tahun Anggaran 2013-

2018.

4. Belanja Modal berpengaruh

tidak signifikan terhadap Kinerja

Keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten dan Kota di Provinsi

Daerah Istimewa Yogykarta Tahun

Anggaran 2013-2018.
22

5. Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Dana Keistimewaan,

dan Belanja Modal secara

bersamasama berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Kinerja

Keuangan Pemerintah Daerah

Tahun Anggaran 2013-2018.

1. Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh positif dan signifikan


Pengaruh
terhadap Kinerja Keuangan
Pendapatan Asli
Pemerintah Daerah Pada Kab/Kota
Daerah (PAD),
di Provinsi Jawa Timur
Belanja Modal,
2. Belanja Modal berpengaruh
Dana Perimbangan
positif dan signifikan terhadap
dan Ukuran
Devika Ratih Kinerja Keuangan Pemerintah
3 Pemerintah Daerah
Anggraeni
Daerah Pada Kab/Kota di Provinsi
(2020) terhadap Kinerja
Jawa Timur
Keuangan
3. Dana Perimbangan berpengaruh
Pemerintah Daerah
negatif dan signifikan terhadap
pada Kab/Kota di
Kinerja Keuangan Pemerintah
Provinsi Jawa
Daerah Pada Kab/Kota di Provinsi
Timur
Jawa Timur

4. Ukuran Pemerintah Daerah


23

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah Pada Kab/Kota

di Provinsi Jawa Timur

Belanja Modal secara parsial

berpengaruh positif terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah


Pengaruh Belanja
Daerah, dan Dana Perimbangan
Modal, Dana
Mulia Andirfa,
secara parsial berpengaruh negatif
Dr. Hasan Basri, Perimbangan dan
terhadap Kinerja Keuangan
M.Com, CA dan Pendapatan Asli
4 Pemerintah Daerah pada. Namun
Dr. M.Shabri Daerah terhadap
hasil pengujian variabel
A.Majid, SE, Kinerja Keuangan
Pendapatan Asli Daerah secara
M.Ec (2016) Kabupaten dan
parsial tidak berpengaruh terhadap
Kota di Provinsi
Kinerja Keuangan Pemerintah
Aceh
Daerah pada Kabupaten dan Kota

di Provinsi Aceh.

Pengaruh Berdasarkan hasil regresi berganda,


Afia Maulina,
Pendapatan Asli variabel pendapatan asli daerah dan
Mustafa
Daerah, Dana dana perimbangan menunjukkan
5 Alkamal dan
Perimbangan, hubungan positif dan hasil yang
Nabilla Salsa
Belanja Modal, dan signifikan terhadap kinerja
Fahira (2021)
Ukuran Pemerintah keuangan pemerintah daerah.
24

Daerah terhadap Sementara itu, variabel belanja

Kinerja Keuangan modal dan ukuran pemerintah

Pemerintah Daerah daerah juga menunjukkan

hubungan yang positif, namun

tidak menunjukkan hasil yang

signifikan terhadap kinerja

keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, saya memperoleh kesimpulan

bahwa belanja modal, dana perimbangan dan pendapatan asli daerah memiliki

pengaruh terhadap kinerja keuangan.

I. Kerangka Pikir

Kinerja keuangan dapat digunakan untuk meningkatkan alokasi belanja

modal, dana perimbangan dan pendapatan asli daerah dalam pembangunan sarana

dan prasarana yang digunakan untuk kepentingan masyarakat dan menunjang

pertumbuhan ekonomi.
25

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

Belanja Modal (X1)

Dana Perimbangan (X2) Kinerja Keuangan


Pemerintah Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah


(X3)

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian,

peneliti menyimpulkan hipotesis sebagai berikut.

1. Belanja modal berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

daerah kabupaten Bantaeng

2. Dana perimbangan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

daerah kabupaten Bantaeng

3. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

keuangan daerah kabupaten Bantaeng


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis kuantitatif yang didesain

dengan menggunakan pendekatan konfirmatori, yaitu mengkonfirmasi hubungan

atau pengaruh variabel X1 (Belanja Modal), X2 (Dana Perimbangan) dan X3

(Pendapatan Asli Daerah) terhadap variabel Y (Kinerja Keuangan)

Analisis ini didasari oleh hipotesis, penelitian, dan bukti – bukti terdahulu,

untuk memutuskan model pengukururan. Variable yang diginakan dalam analisis

konfirmatori adalah:

1. Variabel laten adalah variable yang tidak dapat dibentuk secara langsung.

2. Variabel indicator adalah variabel yang dapat dibentuk secara langsung

melalui observasi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah

Kabupaten Bantaeng di Bantaeng, Sulawesi Selatan Indonesia.

Berikut adalah tahap dan waktu pelaksanaan penelitian yang direncanakan.

Tabel 3.1
Tahapan kegiatan

Waktu Pelaksanaan (2021)


No Tahapan Kegiatan
Agust September Oktober November Desember
1 Persiapan
2 Pengambilan Data
3 Olah Data
4 Konsultasi
Sumber : Data Diolah (2021)

26
27

C. Definisi Operasional Variabel

1. Kinerja Keuangan Daerah (Y) adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil

kinerja keuangan pemerintah daerah, meliputi anggaran dengan menggunakan

indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau perundang-

undangan selama satu periode anggaran. Pada penelitian ini kinerja keuangan

pemerintah daerah diukur dengan menggunakan rasio kemandirian keuangan

daerah yang dihitung berdasarkan perbandingan antara Jumlah Pendapatan

asli daerah dengan total pendapatan daerah.

Rasio Desentralisasi Fiskal :

2. Belanja Modal (X1) adalah pengeluaran untuk memperoleh aset tetap dan aset

lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja

modal meluputi belanja untuk memperoleh tanah, gedung dan bangunan,

peralatan serta aset tak berwujud. Dalam penelitian ini, anggaran belanja

modal yang akan digunakan yaitu pada tahun 2011-2020. Belanja modal

dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut.

BM = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung

dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja Aset

Tetap Lainnya

3. Dana Perimbangan (X2) merupakan dana bantuan dari pemerintah pusat yang

diberikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan dimaksudkan

untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan


28

antar daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal, serta meningkatkan

kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah. Dalam penelitian

ini, anggaran dana perimbangan yang digunakan yaitu 2011-2020. Dana

perimbangan diukur menggunakan rumus sebagai berikut.

DP = Dana Bagi Hasil + Dana Alokasi Umum + Dana Alokasi Khusus

4. Pendapatan Asli Daerah (X3) adalah penerimaan kas berupa hasil dari

pungutan pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang

dipisahkan, serta lain lain pendapatan asli daerah yang sah yang diakui

sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dan kemudian digunakan sebagai

modal untuk memenuhi kepentingan umum melalui program-program

pemerintah daerah. Dalam penelitian ini, anggaran pendapatan asli daerah

yang digunakan yaitu 2011-2020. PAD dapat diukur menggunakan rumus

sebagai berikut.

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan

yang Dipisahkan + Lain-lain PAD yang Sah

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah sumber data yang diperoleh melalui perantara atau secara tidak

langsung berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip.

Menurut Sugiono (2017: 137), data sekunder sebagai berikut.

―Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen‖.
29

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal-komparatif

merupakan jenis penelitian yang menguji suatu hipotesis tentang hubungan sebab

akibat dari beberapa variabel. Penelitian ini dapat digunakan untuk menguji,

apakah suatu variabel memiliki pengaruh terhadap variabel lainnya, dan dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan relatif variabel bebas

terhadap keberadaan variabel terikatnya. Menurut Azwar (1999), pada hakikatnya

penelitian kausal-komparatif adalah ―ex post facto‖, artinya data dikumpulkan

setelah semua peristiwa yang diperhatikan terjadi.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa Laporan

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diperoleh dari

Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) kabupaten Bantaeng.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif dan

verifikatif, dimana dalam penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan dan juga

menginterpretasikan pengaruh antara variabel-variabel yang akan ditelaah

hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta hubungan antara variabel yang diteliti.

Menurut Nazir (2011:54) metode deskriptif adalah:

―Untuk studi menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat dimana di


dalamnya termasuk studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari
beberapa fenomena kelompok dan individu serta studi menentukan
frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan
memaksimumkan reabilitas. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab
permasalahan mengenai seluruh variabel penelitian secara independen.‖
30

Penelitian desktiptif ini digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan

fakta yang terjadi pada variabel yang diteliti yaitu pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, belanja modal dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Sedangkan

pengertian metode verifikatif menurut Mashuri dan Zainudin (2009:45) adalah

sebagai berikut:

―Analisis verifikatif adalah untuk memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan


untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan
di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.‖

Adapun pengertian metode verifikatif menurut Nazir (2011:91) adalah sebagai

metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar

variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik

sehingga didapat hasil pembuktiaan yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.

Tujuan dari penelitian deskriftif verifikatif adalah untuk menjelaskan, meringkas

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang ditimbulkan

dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi,

kemudian mengangkat ke permukaan gambaran tentang kondisi, situasi ataupun

variabel tersebut.

Pendekatan verifikatif ini digunakan untuk menguji besarnya pengaruh

belanja modal, dana perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja

keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng secara parsial dengan

melakukan uji hipotesis yaitu uji t (parsial).

F. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer, maka metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


31

1. Metode dokumentasi (documentary study) adalah pengumpulan berbagai data

dan informasi yang dipublikasikan oleh suatu lembaga, dinas dan instansi

terkait dalam situs website resmi yang dapat dilihat oleh masyarakat.

Kemudian diolah dan dipublikasikan kepada masyarakat luas dengan melihat

catatan tertulis atau dokumen dari situs website instansi tersebut.

2. Mengolah Data. Setelah data berhasil dikumpulkan, data harus diproses dan

diolah untuk menghasilkan informasi yang berguna. Untuk mengekstrak data

menjadi informasi, perlu metode tertentu yang sesuai dengan karakteristik

data sehingga hasil analisisnya akurat dan impactful. Pengolahan data harus

dilakukan secara cermat dan teliti karena hasilnya akan digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan bentuk pengujian sebagai berikut.

1. Uji Persyaratan Analisis

Pengujian prasyarat analisis merupakan konsep dasar untuk menetapkan

statistik uji mana yang diperlukan, uji menggunakan statistik parametrik atau non

parametrik. Uji prasyarat yakni uji normalitas, uji Multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Ghozali (2013: 110) menyatakan bahwa:

―Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel


berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan untuk melakukan
pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal.‖
32

Suatu model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal

atau mendekati data normal. Normalitas dapat diuji dengan menggunakan Test

Normality Kolmogorov-Sminov dalam program Eviews.

Menurut Santoso (2012: 393) dasar pengambilan keputusan dapat

dilakukan dengan melihat angka probabilitasnya, yaitu:

1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal.

2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (independent). Jika

variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortHogonal.Variabel orthogonal adalah variabel independent yang nilai korelasi

antar sesama variabel independent sama dengan nol. (Ghozali, 2011:105).

Pengujian multikolinearitas dapat dilihat salah satunya dari besaran VIF

(Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang

bebas multikolinearitas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1, batas

VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala

multikolinearitas (Gujarati, 2012:432). Menurut Santoso (2012: 236) rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

VIF = Tolerance =
33

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). Dampak yang akan terjadi apabila

terdapat keadaan heterokedastisitas adalah sulit mengukur standar deviasi yang

sebenarnya, dapat menghasilkan standar deviasi yang terlalu lebar maupun terlalu

sempit. Jika tingkat error dari varians terus bertambah, maka tingkat kepercayaan

akan semakin sempit.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID

dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah

residual (Y-prediksi − Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


34

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi (Ghozali, 2011: 110). Pada penelitian ini, pengujian

autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson yaitu dengan

membandingkan durbin watson hitung (d) dengan nilai durbin watson tabel, yaitu

batas atas (du) dan batas bawah (dL). Uji Durbin-Watson dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

DW =

Keterangan:

DW = Nilai Durbin-Watson test

E = Nilai residual

Et-1 = Nilai residual satu periode sebelumnya

Adapun kriteria pengambilan keputusan atas uji autokorelasi menurut

Santoso (2012:293) adalah sebagai berikut:

a) Bila du < DW < 4-du berarti mengindikasikan tidak ada masalah autokorelasi

b) Bila du ≤ DW ≤ du atau 4-du ≥ 4-dL maka tidak ada kesimpulan yang dapat

diambil

c) Bila DW < dL maka diindikasikan terjadi autokorelasi positif

d) Bila DW > 4-dL maka diindikasikan terjadi autokorelasi negatif


35

2. Alat Analisis Data

Regresi linier berganda digunakan apabila penelitian bermaksud meramalkan

bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua variabel independen

sebagai faktor prediktor dimanipulasi (naik turunnya nilai) (Sugiyono, 2013:192).

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk

membuktikan sejauh mana pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan

belanja modal terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Model yang diuji dalam

penelitian ini bisa dinyatakan dalam persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut:

Y = α + β1 χ1 + β2 χ2 + β3 χ3 + ε

Keterangan:

Y = Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3

X1 = Pendapatan Asli Daerah

X2 = Dana Perimbangan

X3 = Belanja Modal

ε = Standar error

a. Uji F

Uji f menunjukkan apakan apakah dari variabel independenn secara

bersama-sama pat berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, ada

beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Taraf signifikan α = 0,05


36

b. H1 akan ditolak jika Fhitung > Ftabel, artinya variabel independen secara

simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

c. Ha akan diterima jika Fhitung < Ftabel, artinya variabel independen secara

simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

b. Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah

di antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

c. Uji t (Parsial/individu)

Menurut Ghozali (2018; 88), uji t digunakan untuk menguji masing-

masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terhadap

variabel dependen terhadap parsial. Uji parsial atau uji t digunakan untuk melihat

signifikasi pengaruh variabel X terhadap Y. Uji t digunakan untuk melihat

seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam

menerangkan variabel dependen. Tingkat signifikan yang digunakan dalam uji t

dengan level 0,05 (α = 5%). Beberapa kriteria uji t, yaitu sebagai berikut.

a. Bila thitung > ttabel dan nilai signifikan < 0,05 makan hipotesis diterima, yang

artinya secara parsial variabel dependen memilliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.


37

b. Bila thitung > ttabel dan nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak, yang

artinya secara parsial variabel independen tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan

Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21'13''-5°35'26''

Lintang Selatan dan 119°51'42''-120°05'27'' Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten

Bantaeng sekitar 395,83 km2, panjang pantai 21,5 km dengan lebar 4 mil atau

kurang lebih 0,87 persen dari luas total Sulawesi Selatan.

Letak geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga

dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan pesisir pantai, dengan dua

musim. Iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan

tahunan rata-rata setiap bulan 14 mm. Dengan adanya kedua musim tersebut

sangat menguntungkan bagi sektor pertanian.

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan provinsi Sulawesi Selatan

yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba

Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto

Secara administratif kabupaten Bantaeng terbagi atas 8 kecamatan, yaitu

Bissappu (32,84 km2), Uluere (67,29 km2), Sinoa (43 km2), Bantaeng (28,85 km2),

38
39

Eremerasa (45,01 km2), Tompobulu (76,99 km2), Pa’jukukang (48,9 km2), dan

Gantarangkeke (52,95 km2).

2. Kondisi Perekonomian Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada

bagian barat dan timur sepanjang 21,5 km yang cukup potensial untuk

perkembangan perikanan dan rumput laut..

Dengan kondisi alam yang sangat cocok dengan berbagai jenis hewan dan

tanaman, memberikan peluang daerah Bantaeng untuk dikembangkan menjadi

sentra produksi beberapa komoditas unggulan. Beberapa komoditi berhasil

dikembangkan, seperti padi, jagung, talas, ubi kayu, kacang hijau dan kacang

tanah. Adapun tanaman sayuran yang juga telah berkembang, yaitu kol, kentang,

wortel, labu siam, bawang merah dan petai.

Kemudian dibidang peternakan dan perikanan juga mengalami

perkembangan. Keberhasilan komoditi yang begitu banyak ini membuat pasar

perdagangan juga bergerak mengalami peningkatan yang pesat.

Selain itu, perkembangan dibidang pariwisata juga mengalami

peningkatan. Dilihat dari banyaknya masyarakat yang seringkali berlibur diakhir

pekan, menarik perhatian untuk membuat dan mengembangkan tempat wisata

sehingga mampu meningkatkan perekonomian.

B. Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer, yaitu data yang

diperoleh secara langsung dari Badann Pengelola Keuangan Daerah kabupaten


40

Bantaeng. Adapun data yang saya gunakan yaitu belanja modal, dana

perimbangan dan pendapatan asli daerah dalam kurun waktu 2016-2020 (data 5

tahun).

1. Perkembangan Belanja Modal Kabupaten Bantaeng Tahun Anggaran

2011-2020

Belanja modal adalah belanja pemerintah daerah yang manfaatnya

melebihi satu tahun anggaran, menambah aset atau kekayaan daerah yang

memerlukan pembiayaan rutin atau pemeliharaan. Perkembangan belanja modal

kabupaten Bantaeng mengalami peningkatan, namun beberapa tahun kebelakang

mengalami penurunan. Seperti yang terdapat pada data berikut.

Tabel 4.1
Anggaran Belanja Modal Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2020

Tahun Anggaran Belanja Modal (Rp) Perkembangan (%)


2011 81.991.776.755 -
2012 100.880.296.800 0,23
2013 126.841.445.823 0,26
2014 145.144.822.592 0,14
2015 163.295.024.944 0,13
2016 420.571.093.753 1,58
2017 294.865.004.212 (0,30)
2018 260.047.458.091 (0,12)
2019 262.064.890.874 0,01
2020 153.922.448.317 (0,41)
Sumber: BPKD Kabupaten Bantaeng, 2021

Tahun 2011, jumlah belanja modal sebesar Rp. 81.991.776.755. kemudian

ditahun berikutnya selalu terjadi peningkatan. Seperti ditahun 2012 sebanyak Rp.

100.880.296.800. ditahun berikutnya, 2013 juga mengalami peningkatan menjadi


41

Rp. 126.841.445.823. Tahun 2014 pun meningkat Rp. 145.144.822.592. Hal yang

sama terjadi ditahun 2015, sebesar Rp. 163.295.024.944. Selanjutnya, di tahun

2016 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar Rp. 420.571.093.753

Anggaran belanja modal mengalami penurunan ditahun berikutnya.

Adapun penurunan yang terjadi, dari tahun 2016 sejumlah Rp. 420.571.093.753.

kemudian tahun berikutnya 2017 menurun menjadi Rp. 294.865.004.212. Tahun

2018 kembali mengalami penurunan menjadi Rp. 260.047.458.091. Selanjutnya

ditahun 2019 mengalami kenaikan menjadi Rp. 262.064.890.874 dan ditahun

berikutnya mengalami penurunan kembali menjadi Rp. 153.922.448.317.

2. Perkembangan Dana Perimbangan Kabupaten Bantaeng Tahun

Anggaran 2011-2020

Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah untuk keperluan desentralisasi. Perkembangan dana

perimbangan di kabupaten Bantaeng selalu meningkat disetiap tahunnya, seperti

pada data berikut.


42

Tabel 4.2
Anggaran Dana Perimbangan Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2020

Tahun Anggaran Dana Perimbangan (Rp) Perkembangan (%)


2011 292.452.445.368 -
(Rp)
2012 344.408.423.853 0,18
2013 379.041.873.781 0,10
2014 408.978.886.332 0,08
2015 425.326.898.729 0,04
2016 819.264.045.000 0,93
2017 658.165.177.663 (0,20)
2018 739.066.954.850 0,12
2019 796.302.243.000 0,08
2020 673.431.586.077 (0,15)
Sumber: BPKD Kabupaten Bantaeng 2021

Anggaran dana perimbangan dari data diatas meningkat dalam beberapa

tahun. Tahun 2011, sebesar Rp. 292.452.445.368. Di tahun berikutnya menjadi

Rp. 344.408.423.853. kemudian pada 2013, juga meningkat sebesar Rp.

379.041.873.781. Tahun 2014 juga meningkat sebesar Rp. 408.978.886.332.

Selanjutnya tahun 2015 meningkat menjadi Rp. 425.326.898.729. Tahun 2016,

anggaran dana perimbangan sebesar Rp. 819.264.045.000, kemudian mengalami

penurunan ditahun berikutnya menjadi Rp. 658.165.177.663, kemudian ditahun

2018 naik menjadi Rp. 739.066.954.850, ditahun berikutnya naik menjadi Rp.

796.302.243.000 dan tahun 2020 kembali mengalami penurunan menjadi Rp.

673.431.586.077. Perkembangan negatif pada tahun 2017 dan 2020 ini

dipengaruhi oleh dana alokasi khusus yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.
43

3. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun

Anggaran 2011-2020.

Pendapatan Asli Daerah adalah sesuatu yang dasar dalam mempengaruhi

APBD dikarenakan kontribusi PAD Terhadap APBD sangatlah besar, yang

apabila tingkat PAD semakin besar maka suatu daerah yang bergantung kepada

pemerintah pusat akan semakin minim. Perkembangan pendapatan asli daerah

kabupaten Bantaeng.

Tabel 4.3
Anggaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2020

Tahun Anggaran Pendapatan (Rp) Perkembangan (%)


2011 34.914.155.160 -
Asli Daerah
2012 45.540.971.484 0,30
2013 44.806.454.607 (0,02)
2014 77.640.520.139 0,73
2015 87.951.981.237 0,13
2016 70.431.365.667,56 (0,20)
2017 118.655.219.545,53 0,68
2018 130. 007. 842.943,24 0,10
2019 105.603.888.500 (0,19)
2020 163.530.975.955 0,55
Sumber: BPKD Kabupaten Bantaeng,2021

Selanjutnya, pendapatan asli daerah dari data diatas mengalami

peningkatan dan sempat juga menurun. Tahun 2011 sebesar Rp. 34.914.155.160.

Tahun berikutnya sebesar Rp. 45.540.971.484. selanjutnya 2013, turun menjadi

44.806.454.607. kemudian kembali naik di tahun 2014 sebesar Rp.

77.640.520.139. Meningkat lagi ditahun selanjutnya menjadi Rp. 87.951.981.237.


44

Ditahun 2016 PAD sebesar Rp. 70.431.365.667,56. Kemudian ditahun berikutnya

2017, mengalami peningkatan menjadi Rp. 118.655.219.545,53. Ditahun

berikutnya juga kembali mengalami kenaikan sebesar Rp. 130.007.842.943,24.

Kemudian tahun 2019, PAD turun menjadi Rp. 105.603.888.500 dan kembali

naik ke puncak ditahun 2020 menjadi Rp. 163.530.975.955. Adapun terjadinya

perkembangan yang negatif pada tahun 2016 dan 2019 ini, karena dipengaruhi

oleh pemasukan pajak daerah dan retribusi daerah yang menurun dari tahun

sebelumnya.

4. Pertumbuhan Kinerja Keuangan Kabupaten Bantaeng Tahun Anggaran

2011-2020.

Kinerja keuangan adalah gambaran dari hasil pencapaian dari kegiatan

yang akan atau telah kita laksanakan. Untuk mengukur kinerja keuangan dalam

penelitian ini, saya menggunakan rasio derajat desentralisasi fiskal. Adapun data

yang akan saya gunakan sebagai berikut.


45

Tabel 4.4
Rasio Desentralisasi Fiskal Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2020

Rasio
Tahun PAD (Rp) Total Pendapatan (Rp)
Desentralisasi
Anggaran
(%)
2011 34.914.155.160,00 814.448.192.170,00 0,042
2012 45.540.971.484,00 921.899.089.628,00 0,049
2013 44.806.454.607,00 567.228.479.164,00 0,078
2014 77.640.520.139,00 1.201.924.787.990,00 0,064
2015 87.951.981.237,00 1.322.638.589.977,00 0,066
2016 70.431.365.667,56 1.929.255.113.542,56 0,036
2017 118.655.219.545,53 1.671.093.484.066,53 0,071
2018 130.007.842.943,24 1.771.159.043.419,24 0,073
2019 105.603.888.500,00 1.879.622.295.874,00 0,056
2020 163.530.975.955,00 1.684.582.439.609,00 0,097
Jumlah 0,636
Sumber: Olah Data Excel, 2021

C. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu uji yang bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi, pada variabel dependen dan variabel independen

keduanya memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini,

penentuan uji normalitas menggunakan uji Jarque-Bera. Normalitas data dapat

terlihat jika uji Jarque-Bera memiliki nilai signifikan > 0,05 atau 5 % maka data

terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai signifikan < 0,05 atau 5 %

maka data tidak terdistribusi normal.


46

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021

Pada gambar 4.1 dapat dinyatakan hasil uji normalitas dari data yang

digunakan dalam penelitian ini bahwa diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,926

(1) lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian

ini terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terdapat adanya korelasi antara variabel independen. Berdasarkan aturan

Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF kurang dari 10 maka dinyatakan

tidak terjadi gejala multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai VIF lebih dari 10

maka dinyatakan terjadi gejala multikolinearitas.


47

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Output Eviews 1o data diolah, 2021

Pada tabel 4.5 dinyatakan hasil uji multikolinearitas dari data yang

digunakan dalam penelitian ini bahwa diperoleh nilai centered VIF yang kurang

dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi

multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian residul dari satu pengamatan ke pengamatan

lainnya.

Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021

Pada tabel 4.6 dapat dinyatakan bahwa hasil uji heteroskedastisitas dari

data yang digunakan dalam penelitian ini, nilai signifikansi Probability Chi-
48

Square (0,185) > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini

tidak terjadi heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpanan

asumsi klasik autokorelasi, yakni korelasi antara residual satu pengamatan dengan

pengamatan lainnya pada model regresi . Uji autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Bruesch Godfrey (uji Lagrange Multiplier/LM test).

Jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya, jika nilai

signifikan < 0,05 maka terjadi autokorelasi. Jika terdapat korelasi, maka dikatakan

terjadi autokorelasi pada model tersebut. Suatu model regresi yang baik

seharusnya tidak terdapat autokorelasi pada penelitian tersebut.

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021

Pada tabel 4.7 dapat dinyatakan hasil uji autokorelasi dari data yang

digunakan dalam penelitian ini bahwa nilai signifikan Probability Chi-Squere

(0,0449) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terjadi

autokorelasi.

2. Analisis Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan Analisis regresi linier berganda, yaitu

hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel

dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel


49

independen dan variabel dependen berhubungan positif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan.

Analisis regresi linear berganda dilakukan dengan cara menetapkan

persamaan Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε. Berikut hasil perhitungan nilai-

nilai:

Tabel 4.8
Hasil Regresi Linear Berganda

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021


Berdasarkan tabel 4.8 hasil analisis regresi linier berganda, penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = 0,295 - 0,003X1 - 0,076X2 + 0,076X3 + e

Keterangan:

Y = Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

X1 = Belanja Modal

X2 = Dana Perimbangan

X3 = Pendapatan Asli Daerah

e = Tingkat Kesalahan Pengganggu (standar eror)

Persamaan regresi linier berganda diatas mampu menjelaskan bahwa nilai

konstanta sebesar 0,295 menunjukkan bahwa apabila belanja modal, dana

perimbangan dan pendapatan asli daerah dianggap konstan menyebabkan kinerja


50

keuangan pemerintah daerah mengalami peningkatan sebesar 0,29 persen. Nilai

koefisien regresi belanja modal sebesar -0,003 menunjukkan bahwa apabila

belanja modal mengalami peningkatan sebesar satu persen menyebabkan kinerja

keuangan pemerintah daerah mengalami penurunan sebesar 0,003 persen dengan

anggapan bahwa variabel lainnya konstan. Nilai koefisien regresi dana

perimbangan sebesar -0,076 menunjukkan bahwa apabila dana perimbangan

mengalami peningkatan sebesar satu persen menyebabkan kinerja keuangan

pemerintah daerah mengalami penurunan sebesar 0,076 persen dengan anggapan

bahwa variabel lainnya konstan. Nilai koefisien regresi pendapatan asli daerah

sebesar 0,076 menunjukkan bahwa apabila pendapatan asli daerah mengalami

peningkatan sebesar satu persen menyebabkan kinerja keuangan pemerintah

daerah mengalami peningkatan sebesar 0,076 persen dengan anggapan bahwa

variabel lainnya konstan.

a. Uji F

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel

independen belanja modal (X1), dana perimbangan (X2) dan pendapatan asli

daerah (X3) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen kinerja keuangan pemerintah daerah (Y).

Apabila nilai signifikan < 0,05, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima

dan variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap

variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikan > 0,05, maka dapat

disimpulkan hipotesis ditolak dan variabel independen secara bersama-sama tidak

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.


51

Tabel 4.9
Hasil Uji F

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021


Berdasarkan pada tabel 4.9 dapat dinyatakan bahwa hasil uji signifikasi

(Uji F), maka mendapatkan nilai probability F-statistic sebesar (0,000) < 0,05 dan

nilai Fhitung (73544,78) > Ftabel (3,18). Sehingga variabel independen berpengaruh

sangat signifikan terhadap variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel-variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Apabila

nilai R2 mendekati 1 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen

sangat baik dalam menerangkan variabel dependen dan variabel-variabel

independen memiliki hubungan yang kuat terhadap variabel dependen.

Sebaliknya, apabila nilai R2 mendekati nol dan bukan mendekati 1 dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel independen sangat terbatas dalam

menerangkan variabel dependen dan variabel-variabel independen memiliki

hubungan yang lemah terhadap variabel dependen.


52

Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021


Berdasarkan pada tabel 4.10 dapat dinyatakan hasil uji koefisien

determinan (R2) diperoleh pengaruh belanja modal, dana perimbangan dan

pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan daerah kabupaten Bantaeng

adalah sebesar 0,999. Maka, variasi dari variabel belanja modal, dana

perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan daerah

kabupaten Bantaeng adalah sebesar 99,99 persen.

c. Uji t

Uji t atau uji parsial pada variabel independen belanja modal (X1), dana

perimbangan (X2) dan pendapatan asli daerah (X3) terhadap variabel dependen

kinerja keuangan (Y).

Apabila nilai signifikan < probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan

terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan hipotesis

diterima. Namun sebaliknya, apabila nilai signifikan > probabilitas 0,05 maka

dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.
53

Tabel 4.11
Hasil Uji t

Sumber : Output Eviews 10 data diolah, 2021


Berdasarkan pada tabel 4.11 dapat dinyatakan belanja modal (X1)

menunjukkan nilai signifikansi α (0,0959 > 0,05) dan nilai thitung (-1,973) < ttabel

(2.178). maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya variabel belanja modal tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah.

Variabel dana perimbangan (X2) menunjukkan nilai signifikansi < α

(0,0003 < 0,05) dan nilai thitung (-7,428) < nilai ttabel (2.178), sehingga hipotesis H0

diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel dana perimbangan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan.

Variabel pendapatan asli daerah (X3) menunjukkan nilai signifikansi < α <

(0,000 < 0,05) dan nilai t hitung (12,297) > nilai tabel (2.178), sehingga hipotesis H0

ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel pendapatan asli daerah berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan.

D. Pembahasan

1. Pengaruh Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Daerah

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa belanja modal tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh apapun jika belanja modal meningkat maupun menurun terhadap kinerja

keuangan.
54

Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan

Nugroho dan Rohman (2012) dengan judul ―Pengaruh Belanja Modal Terhadap

Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai

Variabel Intervening‖ dan mendapatkan hasil bahwa belanja modal berpengaruh

negatif signifikan terhadap pertumbuhan kinerja keuangan daerah secara

langsung dikarenakan kinerja dari pegawai kurang maksimal dan anggaran

belanja modal sering digunakan untuk kepentingan pribadi sehingga

menimbulkan tindakan korupsi. Hasil penelitian lainnya yang senada dengan

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Darwanis dan Saputra (2014)

yang mendapatkan hasil bahwa belanja modal berpengaruh negatif terhadap

kinerja keuangan pemerintah daerah.

Penelitian Nanda Dipa Prastiwi dan Andri Waskita Aji (2020) dengan judul

―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dana Keistimewaan Dan

Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah‖ menunjukkan

hasil yang negatif serta Afia Maulina, Mustafa Alkamal dan Nabilla Salsa Fahira

(2021) dengan judul ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

Belanja Modal, Dan Ukuran Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah‖ menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara hubungan

belanja modal terhadap kinerja keuangan

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Daerah

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa dana perimbangan berpengaruh

terhadap kinerja keuangan daerah, maka dapat disimpulkan bahwa dana


55

perimbangan akan berpengaruh jika terjadi peningkatan maupun penurunan

terhadap kinerja keuangan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noor Farieda

Awwaliyah, Ratno Agriyanto, dan Dessy Noor Farida (2019) berjudul ―The effect

of regional original income and balance funding on regional government financial

performance‖ dan ditemukan hubungan positif yang signifikan antara dana

perimbangan dan kinerja keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Tri

Yuni Pratiwi (2018) berjudul ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012-

2016‖ juga menemukan adanya hubungan positif, namun tidak signifikan, antara

dana perimbangan dan kinerja keuangan daerah.

Adapun penelitian Dwi Saraswati (2017) berjudul ―Pengaruh Pendapatan

Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel

Pemoderasi Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara‖ serta penelitian Afia

Maulina, Mustafa Alkamal dan Nabilla Salsa Fahira (2021) berjudul ―Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah, dana Perimbangan, Belanja Modal, Dan Ukuran

Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah daerah‖ menemukan

adanya pengaruh positif signfikan dana perimbangan terhadap kinerja keuangan.

3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh

terhadap kinerja keuangan daerah, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli
56

daerah akan berpengaruh jika terjadi peningkatan maupun penurunan terhadap

kinerja keuangan.

Sejalan dengan penelitian ini, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Dwi Saraswati (2017) berjudul ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan Dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dengan

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Pemoderasi Pada

Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara‖; Nanda Dipa Prastiwi dan Andri Waskita

Aji (2020) berjudul ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dana

Keistimewaan Dan Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

(Studi Kasus pada Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013-2018)‖; Devika Ratih Anggraeni (2020)

berjudul ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Modal, Dana

Perimbangan dan Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah pada Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur‖; Mulia Andirfa, Dr.

Hasan Basri dan Dr. M.Shabri A.Majid (2016) berjudul ―Pengaruh Belanja Modal,

Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan

Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh‖ serta Afia Maulina, Mustafa Alkamal dan

Nabilla Salsa Fahira (2021) dengan judul penelitian ―Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Ukuran Pemerintah Daerah

terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah‖ menemukan adanya pengaruh

positif signifikan dari pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan daerah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, peneliti memperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Belanja modal berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan tingkat α sebesar 0,0959, artinya setiap kenaikan belanja modal tidak

akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung.

2. Dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan tingkat α sebesar 0,0003, artinya setiap kenaikan dana perimbangan

akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung.

3. Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi dengan tingkat α sebesar 0,0000, artinya setiap kenaikan pendapatan

asli daerah akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang penulis berikan kepada

pihak - pihak terkait dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi instansi mempertimbangkan program- program dalam sektor

peningkatan lapangan usaha.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain seperti

angka ketergantungan, investasi dan tenaga kerja.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menganilisis kinerja keuangan dengan

rasio kemandirian, efektivitas dan efisiensi.

57
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Lokasi Khusus terhadap Kinerja Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota se-
Sumatera Bagian Selatan. Simposium Nasional Akuntanasi 18, Universitas
Sumatera barat, Medan 16-19 September 2015.
Abdullah S, Halim A. 2006. Studi Atas Belanja Modal Pada Angggaran
Pemerintah Daerah Dalam Hubungan Dengan Belanja Pemeliharaan Dan
Sumber Pendapatan. Badan Pendidikan dan Pelatihan Republik Indonesia
(2008).
Abidin, Muhammad Burhan. ―Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
Terhadap kinerja Keuangan (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia).‖ (2017).
Afriyeni, A. 2017. Profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Padang di
Tinjau Dari Rasio Likuiditas. Jurnal Benefita.
Agus, Elliya & Muhammad Safri. (2016). Kinerja Keuangan Daerah dan
Pembiayaan Belanja Modal Kabupaten Merangin. Jurnal Perspektif
Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, 4(1), 37-50. Fakultas Ekonomi
Universitas Jambi.
Al-Qur’an dan Terjemahannya Surah Al-Baqarah ayat 188.
Al-Qur’an dan terjemahannya Surah An-Nisa ayat 58.
Andirfa, Mulia dkk. (2016). Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan Dan
Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten Dan Kota
Di Provinsi Aceh. Jurnal Magister Akuntansi. 5(3), 30-38. Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala
Asnidar & Hardi, N. (2019). Pengaruh Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Langsa. Jurnal Samudra Ekonomika, 3(1), 9-18.
Astuti, N.D., 2017. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Dana Alokasi
Umum (Dau) Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi
Bengkulu Tahun 2010-2014. Universitas Negeri Yogyakarta.
Awwaliyah, N. F., Agriyanto, R., & Farida, D. N. (2019). The effect of regional
original income and balance funding on regional government financial
performance. Journal of Islamic Accounting and Finance Research, 1(1).
Ayu, Putri Puspita (2018). ―Analisis PAD dan Dana Perimbangan Terhadap
Kinerja Keuangan Pemda Se-Jawa Barat‖. Jurnal Akuntansi & EKonomi
FE. UN PGRI Kediri ISSN: 2541-0180, 3(1), 88.

58
59

Badjra, Ida Bagus dkk. (2017). Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dan Dana
Perimbangan Terhadap Belanja Modal Dan Kinerja Keuangan Daerah
Provinsi Bali. Jurnal Akuntansi Indonesia, 6(1), 29-40. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana
Bahrun A. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta.
Bayu, w., 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Perimbangan Dan
Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan (Doctoral Dissertation,
Politeknik Negeri Sriwijaya).
Bpkad Kabupaten Banjar. (2017). Kinerja Keuangan Daerah. Banjar:
https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/09/07/kinerja-keuangan-
daerah/ (diakses 24 Agustus 2021, pukul 02.30 WITA)
Dewi., 2018. Pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan belanja modal
berpengaruh positf dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
kabupaten/kota di provinsi sumatera utara. Fakultas Sosial Sains
Universitas Pembangunan Panca Budi.
Darwanis, R., Saputra. (2014). Pengaruh Belanja Modal terhadap PAD dan
Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah, Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 1 (2) 183-199
Dzauqyabdissalam, Ahmad. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar. Skripsi.
Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasar: Makassar.
Florida, A., 2007. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Darah (PAD) Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi
Sumatera Utara. Tesis. Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sumatera Utara,
Medan.
Hastuti, Siska Dewi. (2018). Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pendapatan Asli
Daerah dan Dampaknya pada Kinerja Keuangan pada BPKPAD
Pemerintah Kabupaten Selayar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Makassar: Makassar.
Heryanti, C.D., 2019. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur (Doctoral dissertation, Stiesia
Surabaya).
60

Hidayat, M. Fajar. 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Terhadap


Alokasi Belanja Modal (Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Timur).
Jurnal Skripsi. Universitas Brawijaya.
Jauhar, Fauzan. (2016). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kab/Kota Se Sumatera Barat. Artikel. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Julitawati, dkk. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh. Jurnal Akuntansi ISSN2302-0164 Volume I, No.I, Agustus
2012. Universitas Syiah Kuala.
Lathifa, Hasna & Haryanto. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal
Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2017. Diponegoro Journal Of
Accounting, 8(2), 1-10.
Manek, M. and Badrudin, R., 2016. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana
Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Telaah Bisnis, 17(2), pp.81-98.
Maulina, A., Alkamal, M., & Fahira, N. S. (2021). Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, dana Perimbangan, Belanja Modal, Dan Ukuran Pemerintah
Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah daerah. Journal of
Information System, Applied, Management, Accounting and Research,
5(2), 390-399.
Mulyani, Sri & Hardiyanto Wibowo. (2017). Pengaruh Belanja Modal, Ukuran
Pemerintah Daerah, Intergovernmental Revenue Dan Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Kinerja Keuangan (Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jawa
Tengah,Tahun 2012-2015). KOMPARTEMEN. 85(1), Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Mustanda, I Ketut dan Ni Made Diah Permata Sari. 2019. ―Pengaruh Ukuran
Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.‖ E-Jurnal Manajemen. 8 (8): 4759-
4787.
Nugroho, F & Rohman, A. (2012). Pengaruh Belanja Modal Terhadap
Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah
Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus di Propinsi Jawa Tengah).
Diponegoro Journal Of Accounting, 1(2), 1-13.
Nugroho, Fajar & Abdul Rohman. (2012). Pengaruh Belanja Modal Terhadap
Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah
Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Di Propinsi Jawa Tengah).
61

Diponegoro Journal Of Accounting. 1(2), 1-14. Fakultas Ekonomika dan


Bisnis Universitas Diponegoro.
Nuhhirto, Darza. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dengan
Kinerja Keuangan Sebagai Pemoderasi Pada Pemerintah Kabupaten Rokan
Hulu. Jurnal. Tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Pasir
Pengaraian
Patiroi, Andi. (2019). Analisis Kemampuan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam
Membiayai Belanja Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng.
Jurnal Economic Resources. 2(2), 87-101. Badan Pemeriksa Keuangan
Sulawesi Selatan, Indonesia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Prastiwi, Nanda Dipa & Andri Waskita Aji. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Dana Keistimewaan Dan Belanja Modal
Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada
Pemerintahan Daerah Kabupaten Dan Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun Anggaran 2013-2018). Jurnal Kajian Bisnis. 28(1), 89-
105. Fakultas Ekonomi Universitas Sarjawiyata Tamansiswa.
Pratiwi, TY (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan
Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Dan Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012-2016. Program
Studi Akuntansi Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta .
Purwasih. 2017. ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan
Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi
Kasus pada Pemerintah Daerah‖ Kabupaten/Kota DIY Tahun 2011—
2016). Universitas PGRI Yogyakarta.
Puspitasari, P. (2015). ―Pengaruh Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Kinerja
Keuangan Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel
intervening‖. Jurusan Akuntansi, 3(1), 1-23.
Putro, Nugroho Suratno, 2010. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah). Skripsi. Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
Rahmayati, A., 2016. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Sukoharjo Tahun Anggaran 2011- 2013. Eka Cida, 1(1).
62

Rudiyanto, Muhamad. (2015). Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan


Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi
pada Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Provinsi Banten).Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Saraswati, D. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan
Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dengan Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Pemoderasi
Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Akuntansi Bisnis dan
Publik , 8 (1), 44-55.
Saraswati, I.A. and Ramantha, I.W., 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal dan Investasi
Swasta sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi, 24(1), pp.662-686.
Sari, N & Mustanda, I. (2019). Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Pendapatan
Asli Daerah Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah. E-Jurnal Manajemen. 8(8). 4759-4787. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana Bali.
Sari, Novita dkk. (2020). Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dan
Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan. Journal of Economic,
Business and Accounting. 4(1), 219-223. Universitas Prima Indonesia
Medan.
Siregar, H. (2016). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Riau Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel
Pemoderasi. KURS, 1(1), 140-152.
Sularso, H., Restianto, Y.E. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi
Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Media Riset Akuntansi, Vol.1 No.2: 109-124.
Sumarmi, S. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah
Kabupaten/Kota Di Provinsi Di Yogyakarta.diunduh pada tanggal 29
Nopember 2016. http://upy.ac.id/ekonomi/files
Suprianto. 2013. ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Pemerintah Provinsi Gorontalo‖. Jurnal Universitas Negeri Gorontalo
Susanti. (2020). Indikator Ekonomi Kabupaten Bantaeng Tahun 2020. Bantaeng:
Badan Pusat Statistik Bantaeng.
Suseno, Ajeng Agysta. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Barat
63

Tahun 2012-2016). Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan


Bisnis. Universitas Pasundan: Bandung
Syafnidawaty.(2020). Hipotesis. Diakses pada 8 Juli 2021, dari
https://raharja.ac.id/2020/11/04/hipotesis/
Tahir, Irmayunita, Masdar Mas’ud, dan Annas Plyriadi. (2020). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Daerah Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah Kota Makassar. Tata Kelola, 7(1), 61-70.
Tuasikal, Askam. 2008.Pengaruh DAU, DAK, PAD, Dan PDRB Terhadap
Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Indonesia. Jurnal
Telaah & Riset Akuntansi. Vol. 1, No. 2. Juli 2008 Hal.142-155.
Ridhoningsih, Adhelia Ulfi. (2019). Indikator Ekonomi Kabupaten Bantaeng
Tahun 2019. Bantaeng: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng
Wahyudin, Ihsan & Hastuti. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Barat. Indonesian
Accounting Research Journal. 1(1), 86-97. Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Bandung.
Wenny, Dhia Cerrya. 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota di
Provinsi Sumatra Selatan. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol.2, No.I,
September 2012. STIE MDP.
Wiguna, Kusnadi Yudha (2015). ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Belanja Modal Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumetera Selatan‖.
Jurnal Unmura, 4(2).
Wijayanto, Raka (2017). ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi
Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)‖. Skripsi Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yusuf, A. Muri. (2019). Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan Edisi Pertama. Cetakan ke-5 Jakarta : Prenadamedia Group.
Yustikasari, Yulia, dan Darwanto. 2007. Pengaruh Perumbuhan Ekonomi, Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Jurnal Kritis. Univeritas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Zain, Wardiman. (2017). Analisis Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
Berdasarkan Value For Money pada Pemerintah Daerah Kabupaten
64

Bantaeng. Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri


Makassar.
65
66

A. LAMPIRAN DATA
1. Anggaran dan Perkembangan Belanja Modal Tahun 2011-2020

Tahun Anggaran Belanja Modal (Rp) Perkembangan (%)


2011 81.991.776.755 -
2012 100.880.296.800 0,23
2013 126.841.445.823 0,26
2014 145.144.822.592 0,14
2015 163.295.024.944 0,13
2016 420.571.093.753 1,58
2017 294.865.004.212 -0,30
2018 260.047.458.091 -0,12
2019 262.064.890.874 0,01
2020 153.922.448.317 -0,41

2. Anggaran dan Perkembangan Dana Perimbangan

Tahun Anggaran Dana Perimbangan (Rp) Perkembangan (%)


2011 292.452.445.368 -
2012 344.408.423.853 0,18
2013 379.041.873.781 0,10
2014 408.978.886.332 0,08
2015 425.326.898.729 0,04
2016 819.264.045.000 0,93
2017 658.165.177.663 -0,20
2018 739.066.954.850 0,12
2019 796.302.243.000 0,08
2020 673.431.586.077 -0,15
67

3. Anggaran dan Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Tahun Anggaran Pendapatan (Rp) Perkembangan (%)


2011 34.914.155.160 -
Asli Daerah
2012 45.540.971.484 0,30
2013 44.806.454.607 (0,02)
2014 77.640.520.139 0,73
2015 87.951.981.237 0,13
2016 70.431.365.667,56 (0,20)
2017 118.655.219.545,53 0,68
2018 130. 007. 842.943,24 0,10
2019 105.603.888.500 (0,19)
2020 163.530.975.955 0,55

4. Derajat Desentralisasi Fiskal Tahun 2011-2020

Tahun
PAD (Rp) Total Pendapatan (Rp) Rasio
Anggar
Desentralisas
an
2011 34.914.155.160 814.448.192.170 0,042
2012 45.540.971.484 921.899.089.628 0,049
2013 44.806.454.607 567.228.479.164 0,078
2014 77.640.520.139 1.201.924.787.990 0,064
2015 87.951.981.237 1.322.638.589.977 0,066
2016 70.431.365.667,56 1.929.255.113.542,56 0,036
2017 118.655.219.545,5 1.671.093.484.066,53 0,071
2018 130.007.842.943,2 1.771.159.043.419,24 0,073
3
2019 105.603.888.500 1.879.622.295.874 0,056
4
2020 163.530.975.955 1.684.582.439.609 0,097
Jumlah 0,636
68

B. LAMPIRAN HASIL
1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Uji Autokorelasi
69

5. Hasil Regresi Berganda

6. Uji F

7. Uji Koefisien Determinasi (R2)

8. Uji T
70

70
71
72
73

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ayu Fitriah Magfira, dikenal dengan panggilan Ayu. Lahir di

Kabupaten Bantaeng, 27 Mei 1999. Penulis lahir dari pasangan

Bapak Alimuddin dan Ibu Murniati sebagai anak pertama dari

2 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasarnya mulai

SDN 19 Landang, kemudian melanjutkan ke Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Lasepang, lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 4 Bantaeng. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun

2017 di bangku perkuliahan di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sebagai

salah satu mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Dan

pada akhirnya penulis menyelesaiakan pendidikan Strata 1 (satu) pada tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai