Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR


PUBLIK DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA MAKASSAR

BESSE HERIANI
10573 039 1712

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
SKRIPSI

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR


PUBLIK DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA MAKASSAR

BESSE HERIANI
10573 039 1712

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi


pada Jurusan Akuntansi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

i
MOTTO

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungghnya beserta

kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai, maka tegaklah.

Dan kepada Tuhanmu, hendaklah engkau berharap”.(Q.S Al Insyiraah 5-8)

Orang – orang yang sukses telah belajar membuat diri merekaa

melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus

dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.

Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang

bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.

Hal ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah

harapan.

iv
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk ibu yang selalu memberikanku semangat setiap

harinya dan mendoakanku di setiap shalatnya.

Terimah kasih atas semuanya.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

limpahan Rahmat dan Karunia –Nya sehingga skripsi yang berjudul “ Analisis

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik dalam Mewujudkan Good

Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar” dapat diselesaikan.

Pelaksanaan penelitian skripsi ini sedikit mengalami kesulitan dan hambatan

namun berkat kerja keras penulis dan adanya bimbingan dan bantuan dari

beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan seperti sekarang ini

karena berkat bantuan dari orang – orang yang selama ini telah membantu,

mendukung dan membimbing penulis. Untuk itu penulis tak lupa menyampaikan

terimah kasih kepada :

1. Dr, H. Irwan Akib, M.Pd.., Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE, M.Si. Ak. Ca Selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Para dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

vi
vii

5. Bapak Drs. Asdi, MM dan Bapak Abd. Salam HB, SE.,M.Si.Ak.Ca

Selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak

membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi

kesempurnaan skripsi ini.

6. Pemerintah Kota Makassar khususnya BPKA yang telah memberi izin

meneliti sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

7. Buat teman – teman di Akuntansi 9 angkatan 2012 khususnya

Hikmatullah, Suriani, Dian, Fitri, Linda, Haerul Ummah dan Hamka

yang telah banyak membantu selama perkuliahan.

8. Buat idolaku Super Junior Cho Kyuhyun yang telah memberikan

motivasi setiap hari melalui musiknya.

9. Teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi Anggreni wati, Rina

Andriana dan Eva Noviyanthy yang selalu menemani sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis ucapkan banyak

terimah kasih.

10. Kedua orang tuaku penulis ucapkan banyak terimah kasih untuk

semua bimbingannya, nasehatnya dan dukungannya hingga penulis

bisa jadi seperti sekarang, buat saudara – saudara serta keluargaku

yang selama ini banyak memberikan bantuan, Terimah kasih atas

segala motivasinya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh

dari unsur kesempurnaan, masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan yang

disebabkan oleh keterbatasan ilmu maupun minimnya pengalaman yang penulis


viii

miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

kritikan dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas akhir ini.

Semoga segala bentuk bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak

dibalas oleh Allah SWT dan semoga tugas akhir ini dinilai ibadah di sisi- Nya dan

bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya, khususnya pada lingkungan

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar. Akhirnya semoga segenap aktivitas yang kita lakukan

mendapat bimbingan dan Ridho dari-Nya. Allahumma Amin.

Makassar, Agustus 2016

BESSE HERIANI
NIM. 10573 03917 12
ABSTRAK

BESSE HERIANI.2012. Analisis Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor


Publik Dalam Mewujudkan Good Governance Pada Pemerintah Daerah Kota
Makassar, dibimbing oleh Asdi dan Abd. Salam HB.
Penelitian dilakukan dengan metode analisis dekriptif kualitatif. Metode
ini dilakukan dengan menjabarkan hasil dari pengamatan dan wawancara terhadap
Kebijakan Pengelolaan Keuangan dalam Mewujudkan Good Governance pada
Pemerintah Daerah Kota Makassar.
Data berupa Laporan Keuangan, Realisasi Anggaran, dan Data yang
diperoleh dalam bentuk tulisan yang berupa gambaran umum objek penelitian,
yaitu pengumpulan data melalui wawancara langsung pada bagian Badan
Pengelolan Keuangan dan Aset yang berkaitan dengan masalah yang diteliti pada
Pemerintah Daerah Kota Makassar.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pemerintah Kota Makassar dalam
menerapkan prinsip partisipasi dan transparansi belum sepenuhnya
terimplementasi untuk menunjang terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
baik dalam hal ini ada beberapa aspek yang membuat hal tersebut belum tercapai
salah satunya adalah tidak adanya website khusus BPKA yang disediakan.

Kata kunci : Good Governance ,PengelolaanKeuangan

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Akuntansi Sektor Publik ........................................................................... 9
B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah .............................................. 11
C. Manfaat dan Kinerja Pemerintah (Sektor Publik) ................................... 13
D. Good Governance.................................................................................... 17
E. Konsep Asas Pemerintahan Daerah......................................................... 28
F. Kerangka Pikir ........................................................................................ 33
G. Hipotesis .................................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 35
B. Variabel dan Defenisi OperasionalVariabel ............................................ 35
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 36

x
xi

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 37


E. Metode Analisis Data .............................................................................. 37
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 38

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN


A. Sejarah Singkat ..................................................................................... 40
B. Visi dan Misi ........................................................................................ 41
C. Kegiatan Usaha ................................................................................... 42
D. Struktur Organisasi ................................................................................ 42
E. Fungsi dan Tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA)
Kota Makassar ................................................................................. 44

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .................................................................................... 53
B. Pembahasan ......................................................................................... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................ 69
B. Saran ....................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 73


RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................... 75
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pikir ................................................................. 34

Gambar 1.2 Struktur Organisasi BPKA Kota Makassar ................ 44

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Instrumen Penelitian ................................................................................. 74

2. Surat Permohonan JudulSkripsi ................................................................ 77

3. Surat Keterangan Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi .................. 78

4. Surat Izin Penelitian pada Pemerintah Daerah Kota Makassar ................ 79

5. Surat Balasan Persetujuan Penelitian........................................................ 80

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Makassar ........................ 81

7. Kartu Kontrol Bimbingan ......................................................................... 82

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sederhana good governance pada umumnya diartikan sebagai

pengelolaan pemerintahan yang baik yaitu mengikuti kaidah-kaidah tertentu

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance.

Pelaksanaan good governance memiliki peranan penting dalam praktik

akuntansi publik pada instansi pemerintah.Dalam hal ini pemerintah

diwajibkan bertanggungjawab dan terbuka kepada masyarakat (publik) dalam

penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah.

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

bahwa Otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dengan berlakunya undang – undang

tersebut membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk

pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki, khususnya dalam

upaya peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyrakat.

Proses penyelenggaraan kekuasan negara dalam melaksanakan

penyediaan public good and services merupakan bagian dari Good

Governance. Agar Good Governance menjadi kenyataan dan sukses,

dibutuhkan komitmen dari semua pihak yaitu pemerintah dan

masyarakat.Good Governance yang berkualitas menuntut adanya koordinasi

yang baik integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral yang tinggi.

1
2

Terselenggaranya Good Governance merupakan persyaratan utama untuk

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita – cita

bangsa dan negara. Dalam rangka itu, di perlukan pengembangan dan

penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdaya guna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab dan bebas dari kolusi

korupsi nepotisme (KKN).

Dalam suatu good governance, akuntabilitas suatu instansi

pemerintahan merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi

instansi yang bersangkutan.

Meningkatnya tuntutan masyarakat akan akuntabilitas, rasa adil dan

bersih, serta transparan atas penyelenggaraan pemerintahan harus disikapi

dengan serius dan sistematis. Penegakan goodgovernance dan clean

government harus menjadi komitmen bersama oleh segenap jajaran

penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Seiring dengan hal tersebut, pemerintah pusat dan daerah telah

mencanangkan sasaran untuk meningkatkan pelayanan birokrasi kepada

masyarakat dengan arah kebijakan penciptaan tata pemerintahan yang bersih

dan berwibawa.

Peran utama sektor publik adalah menyediakan informasi akuntansi

yang akan digunakan oleh manajer publik dalam melakukan fungsi

perencanaan dan pengendalian organisasi. Informasi – informasi diberikan


3

sebagai alat atau sarana untuk menjalankan fungsi – fungsi sehingga tujuan

pemerintah dapat tercapai.

Perencanaan sektor publik sangat penting dilakukan untuk

mengantisipasi keadaan di masa yang akan datang. Bagi tiap-tiap jenis

organisasi, sistem perencanaan berbeda-beda tergantung pada tingkat

ketidakpastian dan ketidakstabilan lingkungan yang dihadapi organisasi,

maka diperlukan sistem perencanaan yang semakin kompleks dan canggih.

Dalam organisasi sektor publik, lingkungan yang memengaruhi sangat

heterogen.Faktor politik dan ekonomi sangat dominan dalam mempengaruhi

tingkat kestabilan organisasi. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat

prediksi-prediksi dan etimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang

dikaitkan dengan keadaan ekonomi dan politik saat ini.

Karena sebagian besar biaya yang terjadi di sektor publik, maka peran

manajer publik sangat penting dalam mengendalikan biaya. Akuntansi sektor

publik sangat erat dengan proses pemilihan program penurunan biaya.

Akuntansi sektor publik juga berfungsi untuk memfasilitasi dihasilkannya

anggaran sektor publik yang efektif, efisien dan ekonomis.

Salah satu upaya untuk menilai akuntabilitas kinerja tersebut adalah

dengan dilakukannya reformasi anggaran sektor publik. Penganggaran sektor

publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi

sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada

kinerja dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun.Anggaran


4

sektor publik dibuat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan menentukan tingkat kebutuhan masyarakat agar terjamin

secara layak.

Untuk mewujudkan good governance pada sektor publik ada beberapa

hal yangterkait dengan kebijakan yang harusdiperhatikan antara lain meliputi

penetapanstandar etika dan perilaku aparaturpemerintah, penetapan struktur

organisasi dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang

peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik.

Kinerja aparatur pemerintahan akhir- akhir ini banyak yang menjadi

sorotan, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokrasi dalam

pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh

atas pelayanan yang dilakukan oleh operator pemerintah selama ini.

Pengukuran akuntabilitas aparatur pemerintah dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif karena belum tersedianya

suatu sistem pengukuran yang menginformasikan tingkat keberhasilan

organisasi serta masih adanya anggapan bahwa keberhasilan kinerja suatu

instansi pemerintahan tergantung dari kemampuan instansi tersebut menyerap

anggaran tanpa mengukur hasil maupun dampak yang dicapai dari

pelaksanaan program. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model

pengukuran kinerja yang membantu memberikan informasi atas efektivitas

dan efisiensi pencapaian kinerja suatu organisasi sebagai bahan

pertanggungjawaban kepala pemerintahan terhadap masyarakat melalui

lembaga legislatif.
5

Sesuai dengan amanat peraturan pemerintah kinerja Nomor 58 Tahun

2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah yang telah dijabarkan dalam

keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman

pengelolaan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran dan

pendapatan belanja daerah, yang secara substantif memberikan pedoman bagi

pelaksanaan sistem anggaran berbasis performance budget, yaitu suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kinerja dari

perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan. Melalui pengukuran kinerja

diharapkan instansi pemerintah dapat mengetahui, mengukur, dan

mengevaluasi kinerja dalam suatu peiode tertentu.Sehingga penghargaan dan

tindakan disiplin dapat dilakukan lebih objektif.

Kota Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan dalam basis

dinamika perputaran modal dalam pasar ekonomi maka kota Makassar

merupakan sentral kekuasaan politik sehingga diklaim oleh beberapa

pemangku kekuasaan ekonomi sebagai pintu gerbang Kawasan Timur

Indonesia, dalam pemerintahan daerah kota Makassar untuk mewujudkan

Good Governance pemerintah akan menghadapi globalisasi yang sarat

dengan persaingan liberalisme arus, informasi investasi, modal, tenaga kerja ,

dan budaya.

Di sisi internal pemerintah daerah kota Makassar akan menghadapi

masyarakat yang semakin cerdas dan masyarakat yang semakin banyak

tuntutannya. Pemberian otonomi daerah akan mengubah perilaku pemeritah

daerah untuk lebih efisien dan profesional.


6

Kebijakan pengelolaan keuangan di pemerintah daerah kota Makassar

dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dapat dipandang sebagai strategi

yang memiliki tujuan ganda, strategi untuk memperkuat perekonomian daerah

dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional untuk menghadapi era

perdagangan bebas, secara internal masyarakat tengah dilanda, ancaman

disentegritas bangsa, dan kepanikan publik yang diakibatkan lemahnya

keamanan dan ketertiban umum.

Reformasi keuangan daerah berhubungan dengan perubahan sumber –

sumber pembiayaan pemerintah daerah yang meliputi penerimaan keuangan

daerah dan reformasi keuangan daerah sehingga akan berdampak pada

perlunya dilakukannya reformasi anggaran daerah.

Pemerintah daerah memberikan pengarahan bukan hanya pada produksi

pelayanan publik tetapi pemerintah daerah harus menyediakan beragam

pelayanan publik dan tidak harus terlibat secara langsung dengan proses

produksinya (providing). Karena produksi pelayanan publik diserahkan pada

pihak swasta dan pihak ketiga ( lembaga swadaya masyarakat ).

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik meneliti

dengan judul: “Analisis Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik

dalam Mewujudkan Good Governance pada Pemerintah Daerah Kota

Makassar”.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka rumusan

masalahnya yaitu apakah kebijakan pengelolaan keuangan sektor publik dapat

mewujudkan Good Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka

maksud serta tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik dalam mewujudkan Good

Governance pada Pemerintahan Daerah Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan mempunyai

manfaat bagi semua pihak, antara lain :

1. Untuk penulis, menambah wawasan mengenai masalah kebijakan dalam

pengelolaan keuangan sektor publik dalam mewujudkan Good

Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar.

2. Bagi instansi terkait, dapat dijadikan objek penelitian, pengevaluasian

serta bahan sumbangan pikiran dalam rangka peningkatan mutu

pengelolaan keuangan dan pelayanan kepada masyarakat agar semakin

baik.
8

3. Untuk pihak lain, dapat memperluas pengetahuannya dan menumbuhkan

minat untuk mengadakan pengkajian dan penelitian lebih lanjut

mengenai masalah yang diteliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntansi Sektor Publik

1. Pengertian Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan

(purposive activity).Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil

tertentu, dan hasil tersebut harus memiliki manfaat.Akuntansi yang

digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik mempunyai tujuan

yang berbeda.Dari persepektif ilmu ekonomi, sektor publik dapat

dipahami sebagai suátu entitas yaitu aktivitasnya berhubungan dengan

usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan hak publik.Sejalan dengan perspektif ilmu

ekonomi tersebut, tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk

memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan

publik.Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan

akuntansi pada sektor swasta.Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi

tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang

mempengaruhinya.

Jika diamati secara lebih mendalam, akuntansi sektor publik

memiliki peranan yang vital dan menjadi subyek untuk didiskusikan baik

oleh praktisi sektor publik maupun kalangan akademisi.Fokus perhatian

pembahasan akuntansi sektor publik yang hendaknya mendapat porsi

yang lebih besar dari kalangan praktisi maupun akademisi adalah

9
10

penekanan pada upaya untuk memajukan sektor publik yang dianggap

kurang efisien dan kurang menarik agar tidak tertinggal jauh dengan

sektor swasta yang dipandang lebih maju dan efisien. Namun demikian,

saat ini pada kalangan praktisi khususnya pemerintahan, sudah mulai ada

perhatian yang lebih besar terhadap penilaian kelayakan praktik

manajemen pemerintahan yang mencakup perlunya dilakukan perbaikan

sistem akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan, perencanaan

keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta

berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan

pemerintah.

2. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Bidang yang dikelola pemerintah umumnya berkaitan dengan

penyediaan barang atau jasa yang vital bagi masyarakat.Namun, selain

layanan umum, pemerintah juga melaksanakan aktivitas penyedian

barang atau jasa seperti yang dilakukan sektor swasta. Disamping

perbedaan bidang yang dikelola, dalam bebrepa hal sektor publik dan

sektor swasta memiliki persamaan, yaitu :

1. Merupakan bagian integral sistem ekonomi yang menggunakan

sumber-sumber yang sama untuk mencapai tujuan.

2. Sama-sama memperoleh dan menggunakan sumber-sumber yang

langka untuk menghasilkan barang atau jasa.


11

3. Melakukan analisis biaya, pengendalian evaluasi aktivitas untuk

menjamin sumber keuangan dikelola secara ekonomis, efektif dan

efisien.

4. Dalam beberapa hal, dapat pula menghasilkan produk yang sama.

B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

1. Pengertian Kebijakan

Kebijakan merupakan penetapan prioritas dan dalam hubungannya

dengan undang-undang merupakan landasan yang menjadi dasar

pelaksanaan kebijakan pemerintah. Kebijakan setidaknya selalu

mengandung tiga komponen dasar yaitu tujuan yang luas, sasaran yang

spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut. Sebagai suatu tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu maka kebijakan tidak begitu saja lahir karena

kebijakan harus bersifat menyeluruh dan dilandasi prinsip-prinsip dasar

demokrasi, kesetaraan, keadilan dan disertai oleh kesadaran akan

keanekaragaman kehidupan kita bersama sebagai bangsa dalam semangat

Bhinneka Tunggal Ika. Ketentuan yang menjadi dasar pemerintah daerah

untuk mengatur dan mengurus pemerintahan adalah Pasal 18 ayat (2)

UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah daerah propinsi, daerah

kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Menurut J.F. Anderson dalam bukunya Joko Widodo Analisis

Kebijakan Publik, mengartikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan


12

yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh

pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.

2. Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam ketentuan umum pada PP Nomor 58 Tahun 2005,

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban, pengawasan daerah. Pengelolaan keuangan daerah

dalam hal ini mengandung beberapa kepengurusan dimana kepengurusan

umum atau yang sering disebut pengurusan administrasi dan

kepengurusan khusus atau juga sering disebut pengurusan

bendaharawan.Dalam pengelolaan anggaran/keuangan daerah harus

mengikuti prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik. Pada

Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan

APBD Tahun Anggaran 2007 menyatakan bahwa “APBD harus disusun

dengan memperhatikan prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik,

sebagai berikut: (a) Partisipasi Masyarakat, (b) Transparansi dan

Akuntabilitas Anggaran, (c) Disiplin Anggaran, (d) Keadilan Anggaran,

(e) Efisiensi dan Efektivias Anggaran dan (f) Taat Asas”. Pengelolaan

Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (PP 58/2005,

pasal 1).
13

C. Manfaat dan Kinerja Pemerintah (Sektor Publik)

1. Kinerja Sektor Publik

Kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan

kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau

fungsi yang di audit. Kinerja merupakan suatu proses yang sistematis

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif agar dapat

melakukan penilaian secara independen atas ekonomi, efisiensi dan

efektivitas operasi dalam pencapaian hasil yang di inginkan dan kepatuhan

terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan

kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-

pihak penggunaan laporan tersebut. Adapun pengertian kinerja sektor

publik sebagai berikut :

Menurut Indra Bastian (2007:47) “Kinerja adalah pemeriksaan secara

obyektif dan sistematik terhadap macam bukti untuk dapat melakukan

penilian secara independen atas kinerja entitas atau program

pemerintah.”

Kinerja sektor publik memang bukan sekedar masalah teknik belaka,

akan tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan Good

Governance memiliki peran yang sangat vital dan signifikan. Akuntansi

sektor publik akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya


14

tuntutan dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-

lembaga sektor publik.

Pengertian di atas menjelaskan bahwa audit kinerja sektor publik

adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada instansi pemerintah dengan

tujuan menilai kinerja dalam hal ekonomis, efesiensi, dan efektivitas untuk

memperbaiki kinerja dan mengoptimalisasikan pelayanan publik.

2. Manfaat Kinerja Sektor Publik

Manfaat kinerja menurut Mahmudi (2007:189) secara lebih spesifik,

manfaat kinerja bagi organisasi sektor publik antara lain :

1. Meningkatkan pendapatan. Hal ini karena kebocoran, pengelapan dan

ketidakoptimalan dalam sisi pedapatan bisa diketahui dan diperbaiki.

2. Mengurangi biaya atau belanja. Melalui kinerja, sumber penyebab

kebocoran dan pemborosan organisasi bisa diidentifikasi sehingga

melalui efisiensi dapat melakukan penghematan biaya.

3. Memperbaiki efisiensi dan produktifitas. Hal ini juga berarti

memperbaiki proses.

4. Memperbaiki kualitas pelayanan yang diberikan.

5. Meningkatkan kesadaran manajemen sektor publik terhadap perlunya

transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya publik.

Uraian menjelaskan bahwa kinerja organisasi sektor publik telah

diperoleh dan digunakan secara ekonomis, efisiensi dan efektif serta

terhindar dari pembocoran dan salah sasaran dalam penggunaanya. Selain

itu kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah pengguna sumber daya


15

untuk mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomis,

efisiensi dan efektivitas serta tidak melanggar ketentuan perundangan dan

keibjakan yang telah ditetapkan.

Disamping itu kinerja juga bermanfaat untuk mengidentifikasi

cara-cara guna memperbaiki permasalahan di sektor publik yang dapat

menghambat dalam pencapaian tujuannya serta mendorong dilakukannya

perbaikan sistem pengendalian manajemen sektor publik guna menuju

good governance.

Pentingnya anggaran sektor publik tidak semua aspek kehidupan

tercakup oleh anggaran sektor publik.Terdapat beberapa aspek kehidupan

yang tidak tersentuh anggaran sektor publik, baik skala nasional maupun

lokal.Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu tingkat kebutuhan

masyarakat.

Reformasi sektor publik pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia

dapat dipandang sebagai suatu strategi yang memiliki tujuan

ganda.Pertama, pemberian otonomi daerah merupakan strategi untuk

merespon tuntutan masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama,

yaitu sharing of power, Distribution of income, dan kemandirian sistem

manajemen di daerah.Kedua , otonomi daerah dimaksudkan sebagai

strategi untuk memperkuat perekonomian dalam rangka memperkokoh

perekonomian nasional untuk menghadapi era perdagangan bebas.

Reformasi keuangan daerah berhubungan dengan perubahan

sumbe-sumber pembiayaan pemerintah daerah yang meliputi perubahan


16

sumber-sumber penerimaan keuangan daerah, dimensi reformasi keuangan

daerah tersebut adalah :

a. Perubahan kewenangan daerah dalam pemanfaatan dana

perimbangan keuangan.

b. Perubahan prinsip pengelolaan anggaran.

c. Perubahan prinsip penggunaan dana pinjaman.

d. Perubahan strategi pembiayaan.

Di samping itu, secara internal bangsa Indonesia tengah dilanda

multikrisis.Ancaman diistegrasi bangsa dan kepanikan publik yang di

akibatkan oleh lemahnya keamanan dan ketertiban umum serta

ketidakpastian hukum.Agar bangsa ini bisa secepatnya keluar dari

belenggu krisis multidimensional dan tidak mengalami ancaman

diisentegrasi yang semakin parah.

Pemberian otonomi daerah tidak berarti permasalahan bangsa akan

selesai dengan sendirinya. Otonomi daerah tersebut harus diikuti dengan

serangkaian reformasi di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik

tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi

mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung

berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien,

efektif, transparsi dan akuntabilitas sehingga cita-cita reformasi yaitu

menciptakan good governance benar-benar terjadi.


17

D. Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Menurut Haryanto (2007:7), Good Governance sering disebut pada

berbagai event dan peristiwa oleh berbagai kalangan, pengertian Good

Governance bisa berlainan antara satu dengan yang lain. Ada sebagian

kalangan mengartikan Good Governance sebagai kinerja suatu lembaga

dan juga sebagian kalangan lain yang mengartikan good governance

sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan meniscayakan adanya

civic culture sebagai penopang sustanaibilitas demokrasi itu sendiri.

Pengertian good governance sering diartikan sebagai tata

kepemerintahan yang baik.Kata ‘baik’ disini dimaksudkan sebagai

mengikuti kaidah – kaidah tertentu sesuai dengan prinsip – prinsip dasar

good governance.

World Bank dalam Nico Andrianto (2007:24) mendefenisikan good

governance sebagai suatu penyelenggara manajemen pembangunan yang

solid dan bertanggungjawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi dan

pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan

pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrative

menjalankan disiplin anggaran, serta penciptaan legal and political

framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Dari uraian di atas good governance merupakan isu sentral yang

paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa

ini.Menurut Sedarmayanti (2013:4) hal ini dikarenakan adanya tuntutan


18

gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk

menyelenggarakan pemerintah yang baik sejalan dengan meningkatnya

pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh

globalisasi.

Menurut United National Development Program (UNDP),

Governance atau tata pemerintah memiliki tiga dominan yaitu :

a. Negara atau tata pemerintahan

1) Menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil

2) Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan

3) Menyediakan public service yang efektif dan accountable

4) Menegakkan HAM

5) Melindungi lingkungan hidup

6) Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public

b. Sektor swasta atau dunia usaha dan ( priver sektor)

1) Menjalankan industry

2) Menciptakan lapangan kerja

3) Menyediakan insenttif bagi karyawan

4) Meningkatkan standar kehidupan masyarakat

c. Masyarakat

1) menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi

2) mempengaruhi kebijakan

3) mengembangkan SDM
19

UNDP sebagaimana yang dikutip oleh lembaga administrasi negara

(LAN) mengajukan karakteristik Good Governance sebagai berikut :

a. Participation. Setiap warga masyarakat mempunyai suara dalam

pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui

intermidasi institusi legitimilasi yang mewakili kepentingannya.

Partisispasi ini di bangun atas dasar kebebasan bersosialisasi dan

berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

b. Rule of Law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa

pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.

c. Transparency. Transparansi di bangun atas dasar kebebasan arus

informasi. Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara

langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan informasi

harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

d. Responsiveness. Lembaga-lembaga proses-proses harus mencoba

untuk melayani

e. Consensus orientation. Good Governance menjadi perantara

kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pelimpahan terbaik bagi

kepentingan yang baik luar dalam hal kebijakan-kebijakan maupun

prosedur-prosedur.

f. Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai kesepakatan untuk meningkatkan atau menjaga

kesejahteraan mereka.
20

g. Efficiency and Effectiveness. Proses-proses dan lembaga-lembaga

sebaik mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan

dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

h. Accountability : Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

swasta dan masyarakat kepada publik dan lembaga-lembaga.

Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang

dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal dan

eksternal.

i. Strategic vision. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus

memiliki visi jauh kedepan.

2. Mewujudkan Good Governance

Dalam perspektif administrasi publik atau administrasi negara,

salah satu penyebab terjadinya krisis multidimensi di Indonesia adalah

karena adanya salah kelola dalam penyelenggaraan tata pemerintahan.Hal

ini di tandai dengan banyaknya tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme

serta rendahnya kinerja aparatur pemerintah baik dalam pengelolaan

anggaran negara maupun dalam pelayanan publik.Oleh karena itu,

menciptakan sebuah tata kelola pemerintahan yang baik sudah menjadi

salah satu isu penting di Indonesia, terutama sejak bergulirnya era

reformasi yang dimulai pada tahun 1998.

Untuk mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan

dengan mencapai keadaan yang baik dalam pengelolaan sumber-sumber

alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Dan juga good


21

governanceakantercapai jika lembaga pengawas dan pemeriksa berfungsi

secara baik. Apabila lembaga pengawas dan pemeriksa telah tertata

dengan baik, maka yang perlu dilakukan adalah memberbaiki teknik

pengawasan dan pemeriksaan. Salah satunya adalah dengan memperkuat

pelaksanaan pemeriksaan (audit) tidak hanya pemeriksaan keuangan

(financial audit) akan tetapi perlu juga dilakukan value for money audit

atau sering disebut pemeriksaan kinerja (performance audit). Sebagaimana

diatur dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) tahun 2007,

value for money audit atau pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk memeriksa tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektivitas

pelaksanaan suatu program/kegiatan dan unit kerja tertentu.

Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus

transparansi, efektif dan efesiensi, serta mampu menjawab ketentuan dasar

keadilan. Menurut Shalendra D.Sharma (2007: 31) “Konsep good

governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur

hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.”

Human interest adalah faktor yang saat ini mempengaruhi baik

buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan

yang baik.Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa

setiap manusa memiliki kepentingan.Baik kepentingan individu,

kelompok, atau kepentingan masyarakat nasional bahkan

internasional.Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut

selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam mereleasasikan yang namanya “


22

GoodGovernance” benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan

melahirkan jarak dan sekat antara individu dan sekelompok yang membuat

sulit tercapainya kata “sepakat”`

Good Governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang

mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang

dapat di pertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu consensus

yang ingin dicapai oleh pemerintahan dalam suatu negara.Negara berperan

memberikan pelayanan demi kesejahteraaan rakyat dngan sistem peradilan

yang baik dan sistem pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada publik.

Merujuk pada 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan dalam

pembangunan yaitu :

1. Ekonomi

2. Lingkungkan

3. Pembangunan manusia

Ada 3 (tiga) pihak yang berperan penting dalam mewujudkan Good

Governance diantaranya yaitu :

1. Pihak pemerintah (penyelenggaraan negara)

2. Pihak korporat atau dunia usaha (penggerak ekonomi)

3. Masyarakat sipil (mengemukakan kesesuaiannya)

Hal - hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh terhadap

clean and good governance diantaranya yaitu :


23

1. Integritas pelaku pemerintahan peran pemerintah yang sangat

berpengaruh , maka integritas dari para pelaku pemerintahan cukup

tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk

melakukan penyimpangan misalnya korupsi.

2. Kondisi politik dalam negeri jangan menjadi dianggap lumrah setiap

hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh politik. Bagi

terwujudnya good governance konsep politik yang tidak/kurang

demokratis yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan.

Maka tentu harus segera dilakukan perbaikan.

3. Kondisi ekonomi masyarakat krisis ekonomi bisa melahirkan

berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan mengganggu

kinerja pemerintaan secara menyeluruh.

4. Kondisi sosial masyarakat. Masyarakat yang solid dan berpartisipasi

aktif akan sangat menentukan berbagai kebijakan pemerintahan.

Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang

merupakan perwujuduan riil good governance. Masyarakat juga

melahirkan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum

berdaya dihadapan negara, dan masih banyak timbul masalah sosial

yang didalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan

sangat kecil kemungkinan good governance bisa ditegakkan.

5. Sistem hukum menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap

penyelenggaran negara. Hukum merupakan faktor penting dalam


24

penegakkan good governance. Kelemahan sistem hukum akan

berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.

Good Governance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem

hukum yang lemah. Oleh karena itu penguatan sistem hukum atau

reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya

good governance.

Mencari orang yang jujur dan memiliki integritas tinggi sama halnya

dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau

pelaku pemerintahan yang unggul akan berpengaruh baik dengan

penyelenggaraan negara. Korupsi yang masih tetap eksis sampai saat ini

adalah salah satu faktor yang mempersulit dicapainya good

governance.Pemberantasan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) menjadi

agenda wajib yang tidak pernah lelah untuk dilakukan.Inilah satu hal yang

tidak boleh dilewatkan untuk mencapai pemerintahan yang baik.

Salah satu agenda reformasi total Indonesia adalah menciptakan

Good Governance dalam rangka membentuk Indonesia baru.Harus diakui

bahwa saat ini Good Governance masih menjadi mimpi besar bagi bangsa

Indonesia.Jika dilihat dari kaca mata akuntansi sektor publik paling tidak

terdapat tiga permasalahan utama mengapa good governance masih jauh

dari kenyataan salah satunya yaitu belum adanya sistem akuntansi

pemerintah daerah yang baik yang dapat mendukung pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan secara handal.


25

3. Good Governance pada Pemerintah daerah

Secara umum, berlakunya Undang – undang nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah akan membawa perubahan yang sangat

mendasar dalam sistem kewenangan pemerintah. Demikian pula

berikutnya Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Pertimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sekaligus memberi dasar

perubahan dalam hal keuangan, sehingga hal tersebut akan membawa

perubahan secara keseluruhan dalam aspek kesisteman di Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah ( baik Daerah Provinsi maupun daerah

Kota/Kabupaten).

Dalam Undang – undang yang baru ini prinsip otonomi menjadi

lebih lengkap.khususnya untuk daerah Kota/Kabupaten yaitu :

1. Kewenangan otonomi yang luas

Kewenangan otonomi yang luas merupakan keleluasaan

daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Nyata

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan kewenangannya dalam bidang pemerintahan

harus didasarkan pada kenyataan yang diperlukan serta tumbuh,

hidup dan berkembang di daerah tersebut.

3. Bertanggung jawab

Adapun otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa

perwujudan tanggung jawab sebagai konsekuensi pemberian hak


26

dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan

demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan

serasi antar pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka

menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam

rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan

pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia sesuai

dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.Sedangkan kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan kepada kepala daerah dalam rangka

dekonsentrasi harus disertai dengan pembiayaan sesuai dengan

kewenangan yang dilimpahkan tersebut.

Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup

kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten

dan kota, serta kewenangan dalam bidang pemerintah tertentu lainnya.

Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom termasuk juga kewenangan

yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan kota. Dan

kewenangan provinsi sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan

dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku

wakil pemerintah.
27

Selanjutnya daerah berwenang mengelola sumber daya nasional

yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara

kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota wilayah laut adalah

sepertiga dari batas laut daerah provinsi. Bidang pemerintahan yang wajib

dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan

umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,

industry dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,

pertahanan, koperasi dan tenaga kerja.

Dengan bergesernya pusat-pusat kekuasaan dan meningkatkan

operasionalisasi dan berbagai kegiatan lainnya di daerah, maka

konsekuensi logis pergeseran tersebut harus dibarengi dengan

meningkatnya good governance di daerah.

Adapun karakteristik Good Governance di pemerintahan daerah

sebagai berikut :

1. Transparansi, yaitu pemerintahan yang baik akan bersifat transparan

dan tak ada yang berubah untuk ditutupi dari rakyat, baik di tingkat

daerah hingga tingkat pusat.

2. Akuntabilitas, yaitu kewajiban aparat atau pejabat pemerintah untuk

bertanggung jawab terhadap segala kebijakan yang diambilnya.

3. Keterbukaan, yaitu berarti pemerintah menerima masukan dari rakyat

termasuk kritik apabila itu bersifat membangun. Pemerintah juga harus

siap menampung keluh kesah rakyatnya.


28

4. Aturan hukum, yaitu aturan hukum ini berlaku apabila ada seseorang

yang melanggar apa yang sudah ditentukan. Hukum ini harus tega dan

bersifat membuat jera pelakunya. Jangan sampai ada ketidakadilan di

mata hukum, siapapun yang bersalah harus dikenakan sanksi yang

sesuai, baik itu rakyat biasa atau pejabat sekalipun.

5. Pengendalian, yaitu penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus

sering di monitor, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan

yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians ( selisih )

terhadap penerimaan dan pengeluaran daerah agar dapat sesegera

mungkin dicari penyebab timbulnya varians tindakan antisipasi ke

depan.

E. Konsep Asas Pemerintahan Daerah

1. Asas penyelenggaraan pemerintahan daerah

Dalam penyelenggaraan pemerintahan di dalam negara kesatuan

republik Indonesia, ada beberapa asas yang digunakan yaitu :

a. Desentralisasi

Keberadaan dan pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadi

penting ketika kekuasaan pusat menyadari semakin sulit untuk

mengendalikan sebuah negara secara penuh dan efektif.Dengan

demikian maka desentralisasi berarti melepas atau menjauhi

pusat.Hooggertwerf sebagaimana dikutip oleh Sarung dajang (2011)

mengemukakan bahwa “desentralisasi adalah sebagai pengakuan atau


29

wewenang oleh badan umum yang lebih rendah yang secara mandiri

dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sendiri mengambil

keputusan pengaturan dan pemerintah, serta struktur kewenangan,

yang terdiri dari hal itu”

b. Dekontralisasi

Dekontralisasi sebenarnya sentralisasi juga tetap lebih halus daripada

sentralisasi. Dekontralisasi adalah pelimpahan wewenang admnistrasi

dari pemerintahan pusat kepada pejabatnya yang berada pada wilayah

negara diluar kantor pusatnya. Dalam konteks ini yang dilimpahkan

adalah wewenang administrasi belaka bukan wewenang politis.

Menurut Hanif Nurcholis, (2005:14) Wewenang politis tetap dipegang

oleh pemerintah pusat.

c. Tugas pembantuan

Selain asas desentralisasi dan dekontrasi, dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah di Indonesia dikenal juga yang disebut dengan

asas pembantuan. Menurut pasal 1 butir 9 undang-undang nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dinyatakan bahwa tugas

pembuatan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah atau jasa

desa dari provinsi kepada kabupaten/kota atau desa serta dari

pemerintah kabupaten kepada untuk melaksanakan tugas tertentu.

2. Kebijakan Mutu Sektor Publik berdasarkan PP 71.2010

Bahwa untuk melaksanakan Ketentuan pasal 32 ayat (2) Undang-

undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 184
30

ayat (3) Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

undang Nomor 32 Tahun 204 tentang Pemerintah Daerah, perlu

menetapkan Peraturan tentang Standar Akuntansi Pemerintahan :

a. Pasal 5 ayat Undang-undnag Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaga Negara Reublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)

c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004.

d. Reformasi Keuangan Daerah

Secara langsung juga akan berdampak pada perlunya dilakukan

reformasi anggaran daerah (APBDN).

Reformasi anggaran meliputi proses penyusunan, pengesahan,

pelaksanaan, danpertanggungjawaban anggaran daerah menurut UU

No.22 Tahun 1999 adalah tidak diperlukan lagi pengesahan dari

menteri dalam negeri untuk APBD provinsi dan pengesahan Gubernur

untuk APBD kabupaten/kota, melainkan diperlukan pengesahan dari

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD melalui peraturan Daerah.


31

Sejalan dengan perlunya dilakukan reformasi sektor publik, saat

ini telah keluar peraturan Pemerintah sebagai operasional dari UU No.

22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999. Peraturan pemerintah

(PP) untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

tersebut adalah :

1. Peraturan pemerintah (PP) No. 104 Tahun 2000 tentang Dana

Perimbangan

2. Peraturan pemerintah (PP) No. 105 Tahun 2000 tentang

pengelolalaan dan pertanggungjawaban Keuangan daerah.

3. Peraturan pemerintah (PP No. 106 Tahun 2000 tentang

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam

pelaksanaan dekonstrasi dan tugas pembantu.

4. Peraturan pemerintah (PP) No. 107 Tahun 2000 tentang

pinjaman Daerah.

5. Peraturan pemerintah (PP) No. 108 Tahun 2000 tentang cara

pertanggungjawaban kepala daerah.

6. Peraturan pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2000 tentang

kedudukan keuangan daerah dan wakil kepala daerah.

7. Peraturan pemerintah (PP) No. 110 Tahun 2000 Tentang

kedudukan keuangan dewan Perwakilan Daerah.

Informasi akuntansi diperlukan untuk melakukan perencanaan

keuangan, menghitung biaya program, dan penganggaran.Anggaran

publik merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian


32

pemerintah. Anggaran publik sebagai alat perencanaan

mengindintifikasikan target yang harus dicapai oleh pemerintah.

Sedangkan anggaran sebagai alat pengendalian mengedintifikasi

alokasi sumber dana publik melibatkan partisipasi banyak pihak,

sehingga informasi finansial sangat diperlukan agar masyarakat umum

dapat mengevaluasi anggaran yang diajukan oleh pemerintah.

Membuat anggaran membutuhkan pertimbangan-pertimbangan

teknis akuntansi yang matang.Dalam membuat anggaran, akuntansi

sektor publik dibutuhkan terutama untuk mengestimasi biaya program

yang efektif sesuai dengan kemampuan ekonomi pemerintah.

Terkait dengan manajemen pemerintah keuangan daerah, akuntansi

sektor publik (terutama manajemen) berperan dalam hal :

1. Perencanaan strategis

2. Pemberian informasi biaya

3. Penilaian investasi publik

4. Penganggaran

5. Evaluasi kinerja

Perencanaan strategis akuntansi manajemen sektor publik sudah

dibutuhkan sejak tahap perencanaan.Pada tahap strategis pemerintah

daerah membuat alternative program yang dapat mendukung strategis

organisasi.
33

Pemberian informasi biaya akuntansi manajemen sektor publik

memiliki peran yang strategis dalam perencanaan keuangan publik

terkait dengan identifikasi biaya-biaya yang terjadi.

Penilaian investasi akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat

organisasi sektor publik hendak melakukan investasi yaitu untuk

menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan finansial.

Penganggaran sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa

akuntansi manajemen memainkan peran yang vital dalam proses

pemilihan program, menentukan biaya program, dan penganggaran.

Evaluasi kinerja akuntansi manajemen sektor publik berperan

dalam memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial

dan organisasi.

F. Kerangka Pikir

Pemerintah Kota Makassar merupakan salah satu daerah otonom di

Republik Indonesia, yang mempunyai kewenangan mengatur sumber daya

sendiri.Dalam menjalankan aktivitas pemerintah sebagai suatu organisasi

yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan.

Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya bukan kebijakan pengelolaan

keuangan sektor publik yang menjadi faktor satu-satunya, akan tetapi ada

faktor lain yang juga ikut didalamnya dalam mewujudkan tujuan tersebut.

Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance )

dituntut adanya sistem pengelolaan keuangan yang terpadu dalam


34

pengambilan keputusan. Tersedianya informasi keuangan yang sehat akan

memudahkan walikota dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu

peranan dalam kebijakan pengelolaan keuangan sektor publik dalam upaya

peningkatan kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan tidak bisa tidak

dianggap penting. Untuk melihat bagaimana penerapan kebijakan

pengelolaan keuangan sektor publik dalam mewujudkan Good Governance di

Pemerintahan daerah Kota Makassar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema alur kerangka pikir.

Skema 1.2

Pemerintah Daerah Kota Makassar

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Akuntansi Sektor Publik

Good Governance

Hasil

G. Hipotesis

Diduga bahwa kebijakan pengelolaan keuangan sektor publik dapat

mewujudkan Good Governance pada Pemerintah Daerah kota Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian untuk memperoleh data dalam

penulisan penelitian ini adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Makassar, Jln. Ahmad Yani No. 2, Kecamatan Makassar, Sulawesi Selatan.

Sedangkan waktu penelitian yang dilakukan penulis yaitu dari tanggal 9

April hingga 9 Juni 2016.

B. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen).

a. Variabel Independen

Variabel Independen (variabel bebas) yaitu variabel yang ada atau

terjadi mendahului variabel terikatnya, dan keberadaanya merupakan

variabel yang menjelaskan terjadinya topik penelitian.Variabel

independen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Pengelolaan

Keuangan Sektor Publik.

b. Variabel Dependen

Variabel Dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang

diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas, dan keberadaan

variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan topic penelitian.Adapun

35
36

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Mewujudkan Good

Governance.

2. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel digunakan agar tidak menimbulkan

penafsiran ganda yaitu dengan dengan memberikan batasan terhadap

variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Kebijakan pengelolaan keuangan sektor publik adalah rangkaian

konsep dan prinsip yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam

pengelolaan keuangan sektor publik. Pengelolaan keuangan

dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan terhadap fungsi-fungsi

keuangan.

b. Mewujudkan Good Governance adalah melaksanakan tata kelola

pemerintahan yang baik sesuai dengan prinsip – prinsip yang terdapat

dalam pemerintahan yang berpegang pada konsep asas daerah

desentralisasi, dekontralisasi dan tugas pembantuan.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :

1. Dokumentasi yaitu, melakukan penghimpunan atas data-data sekunder

untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini berupa laporan

pengelolaan keuangan.

2. Pengamatan (Observation), yaitu pengumpulan data dengan mengamati

sistem pengelolaan keuangan yang diteliti. Pengamatan ini dilakukan


37

untuk melengkapi data yang diperlukan dan sebagai bahan informasi atau

data penelitian.

3. Wawancara (Interview) , yaitu pengumpulan data dengan mengadakan

tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan pengelola

keuangan dalam perusahaan untuk memberikan penjelasan mengenai

masalah yang berkaitan dengan variabel penelitian.

D. Jenis dan Sumber data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini sebagai berikut :

Data kualitatif yaitu data yang berupa keterangan atau penjelasan

dari pihak yang berwenang seperti keputusan direksi, sejarah singkat

perusahaan, struktur organisasi dan pendekripsian tugas-tugasnya dan

data lain yang relevan dengan objek penulisan.

2. Sumber data

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh yang sudah merupakan

data olahan dari perusahaan yang bersangkutan, seperti laporan-laporan

keuangan setiap bagian.

E. Metode Analisis

Untuk membahas masalah yang dikemukakan sebelumnya penulis akan

menganalisis data dalam penelitian dengan menggunakan metode analisis

Deskriptif kualitatif. Analisia ini berdasarkan data yang dinyatakan dalam


38

bentuk uraian informasi laporan pengelolaan keuangan kemudian

dikembangkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan atau

menguatkan suatu gambaran dalam hal ini yaitu mengenai indeks kebijakan

pemerintah dalam mewujudkan Good Governance di Pemerintahan Daerah

Kota Makassar.
BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kota Makassar

Pada masa kemerdekaan yang ditandai dengan Proklamasi Kemerdekaan

Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan Dasar

Negara Undang-Undang Dasar 1945.Dasar Negara ini memberikan landasan

structural yang kokoh dalam menjamin stabilitas pemerintahan dengan

menggambarkan sistem dan mekanisme pemerintahan.

Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di

persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di

Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia

dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain,

wilayah kota Makassar berada pada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8

derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter

dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar

dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni

sungai tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang

bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah

kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar

ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2013 tentang perubahan

kedua atas peraturan daerah nomor 3 tahun 2009 tentang pembentukan dan

susunan organisasi perangkat daerah Kota Makassar, makaBadan Pengelolaan

39
40

Keuangan dan Aset Kota Makassar merupakan salah satu unsur staf yang

dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Walikota.

B. Visi dan Misi BPKA

Visi Organisasi berkaitan dengan pandangan kedepan menyangkut

kemanan organisasi di bawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara

konsisten dan produktif. Adapun Visi Badan pengelolaan Keuangan dan Aset

Kota Makassar periode 2014 – 2019 adalah

“ Mewujudkan APBD yang berkualitas menuju opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) 2019”

Untuk merealisasikan Visi yang telah ditetapkan, maka Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset memiliki Misi :

1. Menciptakan kesesuaian APBD dengan dokumen perencanaan dan

tepat waktu.

2. Meningkatkan Akurasi Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D)

3. Meningkatkan sistem pengelolaan keuangan daerah menuju opini BPK

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

4. Meningkatkan pengelolaan barang milik daerah yang profesional dan

modern.
41

5. Meningkatkan sarana, prasarana dan SDM dalam pengelolaan keuangan

yang transparan dan akuntabel.

C. Kegiatan Usaha

Pemerintah Kota Makassar khususnya Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah dalam upaya melaksanakan kegiatan sebagai pelaksana

otonomi daerah di bidang keuangan dan aset serta pengembangan

kelembagaannya , maka hal – hal yang dilakukan dalam bentuk standar

pelayanan yang ditetapkan di antaranya :

1. Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

2. Penerbitan Naskah Perjanjian Hibah Daerah

3. Verifikasi Sistem Pengendalian Manajemen

4. Gaji dan Penerbitan Surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran dan

Bantuan Sosial

5. Peminjaman surat – surat berharga (BPKB, Sertifikat Tanah, Saham,

Deposito)

D. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Makassar terdiri dari :

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat, terdiri atas;

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian


42

b. Subbagian Perlengkapan;

c. Subbagian Keuangan.

3. Bidang Anggaran, terdiri atas;

a. Subbidang Perencanaan dan penyusunan Anggaran

b. Subbidang Pengendalian Anggaran.

4. Bidang Perbendaharaan, terdiri atas;

a. Subbidang Pengelolaan Kas Daerah

b. Subbidang Perbendaharaan dan Gaji

5. Bidang Akuntansi, terdiri atas;

a. Subbidang Pembukuan

b. Subbidang Pelaporan

6. Bidang Aset, terdiri atas;

a. Subbidang Mutasi dan Inventarisasi Aset

b. Subbidang Pengadaan dan Pemanfaatan Aset

7. Unit Pelaksanan Teknis (UPT)

Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Makassar disajikan pada skema sebagai berikut :


43

Skema 1.2

Struktur Organisasi

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar

E. Fungsi dan Tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota


Makassar
44

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar dalam

peraturan yang ditetapkan oleh walikota Makassar tahun 2014 – 2919

mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam menyusun dan

melaksanakan kebijakan daerah dalam penyusunan pedoman dan petunjuk

teknis pembinaan, pengendalian dan pengkoordinasian pengelolaan keuangan

dan aset.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan

dan aset.

2. Penyusunan rencana dan program pembinaan, pengaturan, pengendalian

dan evaluasi pelaksanaan APBD.

3. Penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah,

rancangan perubahan perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah

serta penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

4. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pengelolaan dan pengendalian serta

evaluasi administrasi keuangan daerah.

5. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pinjaman dan pemberian

jaminan atas nama pemerintah daerah serta pengeloaan utang dan piutang

daerah.

6. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan sistem akuntansi dan

pelaporan keuangan daerah.


45

7. Penyusunan rencana inventarisasi barang daerah dan mutasi aset.

8. Penyusunan rencana dan program pengelolaan aset/bdarang milik daerah

serta pelaksanaan persertifikataan tanah Pemerintah Kota Makassar.

9. Penyusunan rencana dan program bimbingan dan petuncjuk teknis

pengelolaan aset/barang milik daerah.

10. Penyusunan rumusan kebijakan teknis pedoman pengelolaaan dan

penghapusan aset/barang milik daerah serta pembinaan Unit Layanan

Pengadaan Barang/Jasa.

11. Melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pengeloaan aset/aset

milik daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota.

12. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional

pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan pengurusan barang milik

daerah yang berada dalam penguasaanya.

13. Pengeloaan administrasi urusan tertentu;

14. Pembinaan tenaga fungsional.

15. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Kota makassar dipimpin oleh Kepala Badan dengan

dibantu jajaran struktural, sebagai berikut :

A. Sekretariat
46

1. Sekretariat mempunyai tugas memberikan pelayanan

administrative bagi seluruh satuan kerja di lingkungan Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset.

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 2

ayat (1) peraturan ini, Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. Pengelolaan ketatausahaan Badan

b. Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan

c. Pelaksanaan urusan keuangan Badan

d. Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan

e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan

f. Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat

kerja Badan

B. Bidang Anggaran

1. Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah dalam

urusan penyusunan anggaran, adminsitrasi anggaran dan

pembiayaan dan investasi yang menjadi kewenangan pemerintah

Kota

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud pada pasal 6

ayat (1) peraturan ini, Bidang Anggaran menyelenggarakan

Fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Anggaran


47

b. Penyusunan rencana dan program kerja Bidang Anggaran

c. Pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan

pembahasan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

d. Pelaksanaan kebijakan penyusunan anggaran pendapatan

belanja daerah dan perubahan anggaran pendapatan belanja

daerah.

e. Penyusunan KUA dan PPAS beserta perubahannya

f. Pengkoordinasian penyusunan standar harga dan analisis

standar belanja daerah

g. Melaksanakan pengesahan DPA-SKPD dan DPPA-SKPD

h. Penyusunan perencanaan anggaran kas dan menetapkan SPD

i. Pelaksanaan penyusunan peraturan perundangan daerah dan

kebijakan pengelolaan anggaran

j. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk

pelaksaan anggaran pendapatan belanja daerah dan

pelaksanaan pembiayaan dan investasi daerah

k. Pelaksanaan kebijakan dan pedoman pengelolaan

pembiayaan dan investasi

l. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan bidang tugasnya

m. Pengelolaan administrasi urusan tertentu

C. Bidang Perbendaharaan;
48

1. Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah

dalam pengelolaan perbendaharaan umum daerah,

perbendaharaan belanja dan verifikasi bukti penerimaan dan

pengeluaran keuangan daerah

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 9

ayat (1) peraturan ini, Bidang Perbendaharaan menyelenggarakan

fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang

Perbendaharaan

b. Perumusan bahan/data dan informasi untuk menyusun

program pembangunan di bidang Perbendaharaan

c. Pelaksanaan penerbitan SP2D

d. Pelaksanaan pemantauan penerimaan dan pengeluaran APBD

oleh Bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk

e. Pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam

pelaksanaan APBD

f. Pelaksanaan penyimpanan uang daerah dan penempatan uang

daerah

g. Pelaksanaan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat

pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah

h. Pengkoordinasian pelaksanaan kewajiban perpajakan


49

i. Penyusunan kebijakan petunjuk teknis dan petunjuk

pelaksanaan pengelolaan perbendaharaan umum daerah,

belanja dan verifikasi kelengkapan penerimaan dan

pengeluaran keuangan daerah

j. Pelaksanaan penyusuna peraturan pelaksanaan dan

pengendalian anggaran pendapatan dan belanja daerah dan

perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

k. Pelaksanaan verifikasi dan meneliti kelengkapan administrasi

penerimaan kas dan pengeluaran kas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

l. Pengelolaan administrasi urusan tertentu

D. Bidang Akuntansi

1. Bidang Akuntansi mempunyai tugas menyelenggarakan akuntansi

atas transaksi keuangan, asset, utangg piutang dan ekuitas dana,

termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya dalam rangka

menyusun laporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah

sesuai dengan standar akuntansi pemerintah

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 12

ayat (1) peraturan ini, Bidang Akuntansi menyelenggarakan

fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Akuntansi


50

b. Penyusunan kebijakan dan pedoman teknis operasional

penyelanggaraan akuntansi daerah

c. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi pengelolaan

keuangan daerah

d. Pelaksanaan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban

keuangan pemerintah daerah sesuai Standar Akuntansi

Pemerintah.

e. Pelaksanaan pemberian pinjaman atas nama pemerintah

daerah

f. Melaksanakan pengelolaan keuangan dan piutang daerah

g. Penyelenggaraan evaluasi laporan keuangan dan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah

h. Pengelolaan administrasi urusan tertentu

E. Bidang Aset

1. Bidang Aset mempunyai tugas mengendalikan dan

mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Badan yang

meliputi mutasi asset dan inventarisasi serta pemanfaatan dan

pemberdayaan asset

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 15

ayat (1) peraturan ini, Bidang Aset menyelenggarakan fungsi :


51

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Aset

b. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang

c. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis

sesuai lingkup bidang tugasnya

d. Perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Badan yang

meliputi asset dan inventarisasi serta pemanfaatan dan

pemberdayaan asset

e. Pelaksanaan pengumpulan dan penyusunan bahan kebijakan

umum dan teknis rencana kebutuhan asset daerah, penelitian

dan pengkajian kebutuhan barang daerah, penilaian dan

penyusutan asset daerah, pencatatan barang milik daerah,

inventarisasi data asset daerah, penyimpanan seluruh bukti

asli kepemilikan kekayaan daerah serta pelaksanaan sensus

barang milik daerah setiap 5 (lima) tahun sekali.

f. Pelaksanaan penyusunan pedoman petunjuk teknis

pemanfaatan dan pengendalian kekayaan daerah, evaluasi

daftar hasil pengadaan barang daerah, pemantauan dan

pengawasan kepemilikan asset daerah serta dokumentansi

kepemilikan asset berupa kendaraan, tanah dan bangunan.

g. Pelaksanaan hubungan kerjasama pelaksanaan tugas dengan

SKPD terkait
52

h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dalam lingkup

tugasnya

i. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Pada Pemerintah Daerah Kota


Makassar

Pemerintah kota Makassar telah menerapkan otonomi

daerah.Dengan menerapkan pendekatan baru ini relative akan menghadapi

cukup banyak kendala. Pemerintah kota Makassar telah mendukung upaya

penyempurnaan sistem sumber daya manusia dengan memberikan

pemahaman yang memadai dan pemerintah juga sangat memahami peran

dan fungsi laporan keuangan mereka.

Pembuatan laporan keuangan pemerintah kota Makassar bertujuan

untuk memberikan informasi keuangan yang berguna untuk pembuatan

keputusan ekonomi, sosial, politik dan juga laporan akuntabilitas itu

sendiri. Selain dari tujuan tersebut, tujuan yang lebih penting dalam

laporan itu adalah kepuasan pengguna informasi.

Salah satu alat untuk memfasilitasi kepuasan informasi yaitu

melalui penyajian laporan keuangan pemerintah kota Makassar yang

konfrehensif. Pemerintah diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan

yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan aliran kas dan neraca.

Laporan keuangan tersebut merupakan komponen penting untuk

menciptakan akuntansi sektor publik dan merupakan salah satu alat ukur

kinerja pemerintah kota Makassar.

52
53

Pemerintah kota Makassar dalam membuat laporan keuangan

merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai

dasar untuk pengambilan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah

kota Makassar perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai.

Penyajian laporan keuangan oleh pemerintah kota Makassar

bertujuan untuk mewujudkan good governance. Oleh karena itu,

pemberlakuan otonomi daerah dan pemerintah Kota Makassar kemudian

menjadikan prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai landasan

perwujudan good governance dalam pelayanan kepada masyarakat.

Tuntutan pengelolaan keuangan daerah secara langsung agar

pengelolaan dilakukan secara transparan sehingga terciptanya akuntabilitas

publik, reformasi keuangan secara langsung juga akan berdampak pada

perlunya dilakukan reformasi anggaran daerah (APBD), reformasi

anggaran tidak hanya pada aspek perubahan struktur (APBD) namun jika

diikuti dengan perubahan proses penyusunan anggaran, anggaran

pendapatan dan pembiayaan daerah dalam era otonomi disusun dengan

pendapatan kinerja, suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada

upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya

atau input yang ditetapkan, berbagai perubahan tersebut harus tetap

berpegang pada prinsip – prinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran)

yang baik.

Pengelolaan keuangan pada pemerintah Kota Makassar berjalan

dengan peraturan – peraturan yang telah ditetapkan.Pengelolaan keuangan


54

mencakup aktivitas pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, pelaporan

dan evaluasi. Pengelolaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan

ditandai dengan hasil laporan keuangan yang transparan dan akuntabel,

masyarakat sebagai pihak pemberi kepercayaan kepada pemerintah untuk

mengelola keuangan public berhak untuk mendapatkan informasi dan

pemerintah wajib memberikan informasi keuangan yang akan digunakan

untuk pengembalian keputusan ekonomi, sosial dan politik oleh pihak

yang berkepentingan.

b. Hambatan dan Kendala yang Ada Dalam Pencapaian Target yang


Telah di Tetapkan

Secara umum dalam pelaksanaan program/kegiatan – kegiatan

pada SKPD dalam lingkup Pemerintahan Kota Makassar, masih terdapat

berbagai permasalahan yang mengakibatkan beberapa program/kegiatan

yang belum efektif dalam pelaksanaannya. Permasalahan yang berkaitan

dengan kebijakan pengelolaan keuangan diantaranya, yaitu :

1. Pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Provinsi akan mengalami pengaruh dan dampak dari krisis ekonomi

global baik besaran target maupun realisasi pencapaian target

pendapatan daerah secara umum;

2. Sebagian Pendapatan Daerah belum memiliki DataBase yang

akurat;

3. Penerapan sanksi belum sepenuhnya dilaksanakan;

4. Sumber Daya Aparatur khususnya pengelolaan Pendapatan daerah

masih perlu ditingkatkan;


55

5. Penerimaan masyarakat terhadap aturan yang menyangkut pajak dan

retribusi belum maksimal;

6. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan pemungutan baik pajak

dan retribusi daerah relatif masih kurang memadai;

7. Penetapan target yang terlalu tinggi tidak sebanding dengan potensi

yang ada;

8. Transfer yang dilakukan Pemerintah Pusat sering mengalami

keterlambatan;

9. Belum efektifnya penyerahan kewenangan yang diikuti oleh

penyerahan sumber-sumber penerimaan dari Pemerintah Pusat yang

dapat dijadikan obyek Retribusi Daerah;

10. Produktivitas pemanfaatan Aset/kekayaan daerah sebagai obyek

Retribusi masih relatif rendah;

11. Penerimaan yang bersumber dari Perusahaan Daerah masih kecil

karena masih diperhadapkan dengan berbagai masalah managemen

dan Modal;

12. Kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beraktivitas di

Kota Makassar, melalui Sumbangan Pihak Ketiga belum signifikan

dibandingkan dengan hasil kegiatan yang dilaksanakan;

13. Penyaluran realisasi penerimaan hak Pemerintah Daerah atas

penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam dari Pemerintah

Pusat belum dilaksanakan tepat waktu;


56

14. Formulasi Bagi Hasil Pajak/Non Pajak dan Dana Alokasi Umum dari

Dana Perimbangan belum memihak kepada penguatan Otonomi

Daerah.

c. Implementasi Prinsip – Prinsip Good Governance pada Pemerintah


Daerah Kota Makassar

Dari hasil wawancara yang dilakukan penyusun dapat diketahui

bahwa prinsip – prinsip dalam good governance telah terimplementasi

dengan baik pada pemerintah kota Makassar. Dalam prinsip partisipasi hal

ini dibuktikan dengan masyarakat yang ikut terlibat dalam pengambilan

keputusan dalam proses perencanaan pembangunan kota Makassar

menjadi lebih baik, serta mereka menyalurkan aspirasinya melalui media

yang disediakan oleh pemerintah kota Makassar itu sendiri, selain itu pula

mereka menyampaikan apa yang menjadi keluhan kepada pemerintah.

Dimana dari keluhan tersebut dapat dijadikan sebagai masukan bagi

pemerintah agar pemerintah lebih memperhatikan masyarakat. Dan dari

hasil wawancara juga dapat diketahui bahwa pemerintah telah

menyediakan media komunikasi untuk masyarakat seperti melalui media

massa, lembaga musyawarah untuk menampung aspirasi masyarakat.

Kemudian pada prinsip supremasi hukum telah terlihat dari kondisi

penegakan hukum di Kota Makassar yang sudah berjalan dengan cukup

baik, namun tentu saja masih memerlukan peningkatan terutama dalam

rangka pencegahan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan dan

pelanggaran hukum. Adapun langkah kebijakan yang telah diambil oleh


57

pemerintah Kota Makassar dengan memberikan kepastian hukum dan

ketentraman dalam kehidupan masyarakat, yaitu :

1. Meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang hukum serta

menyelenggarakan penyuluhan hukum agar masyarakat dapat

mengerti dalam rangka meningkatkan kesadaran serta budaya hukum

dan taat hukum.

2. Penyusunan dan pengkajian produk hukum daerah dimana hasil yang

dicapai yaitu legalisasi rancangan peraturan perundang – undangan

berupa terbentuknya produk hukum terdiri dari peraturan daerah,

penetapan keputusan walikota dan pengaturan keputusan walikota.

3. Peningkatan sistem jaringan dokumentansi hukum dimana hasil yang

dicapai adalah tersedianya buku perda, lembar keputusan walikota,

buku himpunan perda, buku himpunan keputusan walikota.

Selain itu Pemerintah Kota Makassar telah mengimplementasikan

prinsip ketiga yaitu prinsip transparansi. Hal ini diketahui dengan adanya

upaya pemerintah untuk menyediakan informasi yang beguna bagi

masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut dengan cara

menyediakan informasi melalui media massa atau media elektronik. Dan

mereka juga menyediakan informasi bagi pihak – pihak yang

membutuhkan.

Dalam menyediakan informasi pemerintah Kota Makassar telah

melakukan pemberian informasi terbuka, yang dilihat dari sistem yang

digunakan dalam memberikan informasi kepada masyarakat.Dari


58

hasilwawancara yang diberikan pemerintah Kota Makassar menyatakan

telah menggunakan sistem online dalam hal pemberian informasi secara

transparansi atau terbuka. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya website

khusus yang di sediakan oleh pemkot sehingga semua yang dilakukan

pemerintah bisa diakses oleh publik dimulai dari jumlah honorarium,

jumlah gaji pegawai, jumlah pengeluaran ATK dan termasuk dalam

jumlah pembangunan jembatan begitupun juga ABPD secara gambaran

umumnya bisa di akses dengan mudah.

Pemerintah Kota juga telah mengimplementasikan kepedulian

terhadap stakeholder dengan baik hal ini telah dibuktikan setiap tahunnya

walikota Makassar mengadakan kegiatan atau event yang dinamakan MC

EXPO (Makassar City) yang dihadiri sejumlah stakeholder dan

pimpinan SKPD di lingkup Pemerintah Kota Makassar yang kegiatannya

melibatkan masyarakat luas serta komunitas – komunitas di kota

Makassar dan untuk tahun ini kegiatan ini akan dilaksanakan kembali

pada tanggal 8 – 11 Mei 2016 serta pemerintah kota telah memberikan

wewenang atau kesempatan kepada stakeholder untuk merumuskan pola

pembangunan technopark yang bersifat jangka panjang sebagai indikator

dalam mengukur keberhasilannya. Dalam hal ini pemerintah telah

memberikan kesempatan kepada para stakeholder untuk bersama – sama

untuk membangun atau menjadikan kota Makassar menjadi lebih baik.


59

B. Pembahasan

Dalam kebijakan pengelolaan keuangan yang berhubungan dengan

perwujudan good governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar telah

terimplementasi dengan baik hal ini dapat diketahui dengan adanya pelayanan

yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dan mereka cepat dalam

menanggapi keluhan yang disampaikan oleh masyarakat. Serta dapat

diketahui juga dengan adanya media pelayanan masyarakat yang disediakan

baik melalui media massa dan media elektronik atau bertatap muka langsung.

Hal in adalah merupakan salah satu cara mereka untuk melaksanakan prinsip

utama dalam good governance diantaranya :

1. Akuntabilitas yang terjadi di Kota Makassar dalam penyelenggaraan

pemerintah sudah mempertanggungjawabkan hasil kerja atas

pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat, pemerintah kota

Makassar juga sudah memperkuat cara – cara yang mereka gunakan

dalam melaksanakan tugasnya.

2. Transparansi yang terjadi dalam Pemerintahan Kota Makassar sudah

berjalan dengan cukup efektif. Pemerintah kota Makassar menjamin

akses terhadap berbagai informasi mengenai proses kerja, anggaran

untuk pelaksanaan kebijakan pemantauan dan evaluasi, pemerintah kota

Makassar juga sudah memberikan kekuasaan kepada para pejabat

pemerintahan dan sudah memudahkan masyarakat untuk memperoleh

informasi dengan mudah kepada masyarakat.


60

3. Para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi pelaksanaan

kegiatan Pemerintah Daerah pada periode pelaporan telah memudahkan

fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset,

kewaijban, dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk kepentingan

masyarakat.

4. Pengendalian pemerintah kota Makassar sudah dapat membandingkan

antara yang di anggarkan dengan yang dicapai, pemerintah kota

Makassar menyatakan bahwa perlu dilakukan analisis varians antara

penerimaan dan pengeluaran daerah agar dapat segera mungkin dicari

penyebab timbulnya varians tindakan antisipsi kedepan.

5. Keterbukaan dan kejujuran pemerintah Kota Makassar sudah bisa

menerima masukan dari rakyat termasuk kritik apabila itu bersifat

membangun, pemerintah kota Makassar juga sudah siap menampung

san mendengarkan keluhan masyarakat.

6. Aturan hukum pemerintah kota Makassar bahwa hukum harus tegas dan

membuat jerah pelakunya jangan sampai ada ketidakadilan dimata

hukum, siapapun yang bersalah harus dikenakan sanksi yang sesuai,

baik itu rakyat biasa ataupun pejabat.

a. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Makassar

Laporan keuangan Pemerintah Daerah memiliki makna dan urgensi

yang sangat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

dimana Laporan tersebut secara substansial merupakan realisasi dari

pelaksanaan program/kegiatan yang disusun dan dilaksanakan dengan


61

mempertimbangkan potensi dan kondisi sosial ekonomi wilayah sebagai

salah satu indicator untuk kemajuan dan perkembangan suatu daerah.

Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam rangka menyelenggaraan

Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang – Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbanagnan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Maka Pengelolaan Keuangan

Daerah sebagaimana dimaksud merupakan sub penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Selain kedua undang – undang tersebut diatas, terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan

daerah yang telah terbit lebih dahulu. Undang – undang yang dimaksud

adalah undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara,

Undang –undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

Undang – Undang Nomor 15 tentang pemeriksaan , pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun

2005 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah,

Peraturan Pemerintah Nomo 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah. Pada dasarnya pikiran yang melatarbelakangi terbitnya

peraturan perundang-undangan di atas adalah keinginan untuk mengelola

keuangan daerah secara efektif dan efisien.

Hal ini tentunya dapat terwujud melalui tata kelola pemerintahan

yang baik dalam mencapai tujuan sesuai pilar-pilar utama yaitu


62

transparansi, akuntabilitas dan partisipatif. Hal ini tentu dapat dipahami

karena sejauh mana penyelenggaraan kewenangan mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa dan aspirasinya sangat

ditentukan oleh Kemampuan Keuangan Derah .

Dalam hubungannya dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban

atas Keuangan Daerah yang sesuai dengan semangat desentralisasi dan

otonomi daerah maka setiap daerah telah mencoba sesuai kemampuan

masing-masing untuk menerapkan dan meningkatkan efisiensi pengelolaan

sumber daya keuangan, dengan dilandasi oleh ketentuan Perundang-

undangan tentang pelaksanaan pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah khususnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 dan mengalami perubahan menjadi Peraturan Menteri dalam

Negeri Nomor 59 Tahun 207 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah.

Laporan pertanggung jawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Kota Makassar menyajikan informasi tentang

Perhitungan atas pelaksanaan dari semua Program dan kegiatan –kegiatan

yang telah di anggarkan dalam tahun anggaran berkenaan yang memuat

Realisasi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan serta

Neraca yang menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana

berdasarkan pengendalian intern yang memadai sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku.


63

Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Daerah Kota

Makassar disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang

mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan yang meliputi serangkaian

prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,

sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD, dan sebagai entitas pelaporan, maka Pemerintah

Daerah harus menyusun laporan keuangan yang terdiri dari :

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca Daerah

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Daerah disusun

untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan

seluruh transaksi yang dilakukan dan dirancang dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan informasi secara transparan dari semua kelompok

pengguna yang meliputi :

1. Masyarakat

2. Para Wakil Rakyat, Lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan

pinjaman

Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah

Daerah Kota Makassar Tahun Anggaran 2016 dimaksudkan untuk :


64

a. Memberi gambaran program / kegiatan yang dianggarkan dalam RKA

tiap – tiap SKPD sehingga dapat menjadi pedoman atau kerangak

acuan yang bersifat umum dalam mencermati dan menjalankan

Anggaran Pemerintah Daerah Tahun 2016.

b. Merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen

laporan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dari aspek keuangan

Tahun Anggaran 2016.

c. Memberikan informasi secara singkat tentang realisasi Anggaran

Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan yang ada pada Pemerintah

Daerah Tahun Anggaran 2016.

d. Sebagai acuan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah

Kota Makassar Tahun Anggaran 2016.

Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kota Makassar disusun

dengan tujuan :

a. Memberikan kemudahan pada publik untuk mengetahui seberapa

besar pelaksanaan realisasi pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran

2016.

b. Sebagai salah satu bahan evaluasi dalam perencanaan APBD

berikutnya.

b. Laporan Realisasi Angaran pada Pemerintah Kota Makassar

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu

komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi


65

tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk

suatu periode tertentu.Penyandingan antara anggaran dan realisasinya

menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati

antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi

dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah

pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.Laporan Realisasi Anggaran

menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam

satu periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan

atas Laporan Keuangan.Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang

mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,

sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan

realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka

yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis

pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) denganrincian lebih lanjut

yaitu : jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis

belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran.Klasifikasi belanja menurut

organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau pada Catatan


66

atas Laporan Keuangan sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi

disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Adapun bentuk Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota

Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini :

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR


LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPTAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

(dalam rupiah)
NO URAIAN ANGGARAN 2015 REALISASI 2015
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah 785.486.018.000,00 635.647.206.877
4 Pendapatan Retribusi Daerah 135.664.742.000,00 115.220.022.385,00
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 13.591.767.000,00 13.389.022.041,72
6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 57.405.085.000,00 64.615.641.548,88
7 Jumlah Pendaptan Asli Daerah 992.147.612.000,00 828.871.892.852,66

8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Hasil Pajak 102.982.632.000,00 65.213.907.250,00
11 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 2.538.659.000,00 1.840.245.234,00
12 Dana Alokasi Umum 1.198.866.380.000,00 1.198.866.380.000,00
13 Dana Alokasi Khusus 138.133.780.000,00 136.847.060.000,00
14 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan 1.442.521.451.000,00 1.402.767.592.484,00

15 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA


16 Dana Otonomi Khusus - -
17 Dana Penyesuaian 398.503.857.000,00 398.503.857.000,00
18 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya 398.503.857.000,00 398.503.857.000,00

19 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI


20 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 324.287.196.000,00 265.485.218.888,43
21 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - -
22 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi 324.287.196.000,00 265.485.218.888,43
23 Total Pendapatan Transfer 2.165.312.504.000,00 2.066.756.668.372,43

24 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


25 Pendapatan Hibah 4.500.000.000,00 -
26 Bantuan Keuangan 59.782. 795.000,00 56.981.349.512,00
27 Pendapatan Dana Darurat - -
28 Pendapatan Lainnya - -
29 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 64.282.795.000,00 56.981.349.512,00
30 JUMLAH PENDAPATAN 3.221.742.911.000,00 2.952.609.910.737,09

31 BELANJA
32 BELANJA OPERASI
33 Belanja Pegawai 1.347.685.076.000,00 1.193.551.732.693,31
34 Belanja Barang 1.309.453.003.756,00 1.162.028.991.434,08
67

NO URAIAN ANGGARAN 2015 REALISASI 2015


35 Belanja Bunga 2.000.000.000,00 1.554.071.748,86
36 Belanja Subsidi - -
37 Belanja Hibah 23.378.000.000,00 21.405.755.517,00
38 Belanja Bantuan Sosial - -
39 Jumlah Belanja Operasi 2.682.516.079.756,00 2.378.540.551.393,25

40 BELANJA MODAL
41 Belanja Tanah 44.290.318.700,00 23.572.150.840,00
42 Belanja Peralatan dan Mesin 287.281.899.869,00 261.558.387.760,00
43 Belanja Gedung dan Bangunan 153.277.886.307,00 121.682.989.491,00
44 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 288.441.893.468,00 263.918.045.260,00
45 Belanja Aset Tetap Lainya 1.726.299.400,00 796.352.478,00
46 Belanja Aset Lainnya 4.036.972.100,00 1.543.900.000,00
47 Jumlah Belanja Modal 779.055.269.844,00 673.026.825.829,00

48 BELANJA TAK TERDUGA


49 Belanja Tak Terduga 13.225.659.400,00 9.609.273.415,00
50 Jumlah Belanja Tak Terduga 779.055.269.844,00 9.609.273.415,00

51 JUMLAH BELANJA 3.474.797.009.000,00 3.601.176.650.637,25

52 TRANSFER
53 TRANSFER BAGI HASIL KE KELURAHAN
54 Bagi Hasil Pajak - -
55 Bagi Hasil Retribusi - -
56 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - -
57 JUMLAH TRANSFER/ BAGI HASIL KE KELURAHAN - -

58 TRANSFER/ BANTUAN KEUANGAN


59 Bantuan Keuangan Ke Pemerintah Daerah Lainnya - -
60 Bantuan Keuangan Lainnya 1.097.743.000,00 1.097.743.000,00
61 JUMLAH TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 1.097.743.000,00 1.097.743.000,00

62 TOTAL BELANJA DAN TRANSFER 3.475.894.752.000,00 3.062.274.393.637,25


63 SURPLUS/DEFISIT -254.151.841.000,00 -109.664.482.900,16

64 PEMBIAYAAN
65 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66 Penggunaan SiLPA 258.151.841.000,00 258.145.116.393,31
67 Pencairan Dana Cadangan - -
68 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - -
69 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat - -
70 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Lainnya - -
71 Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank - -
72 Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank - -
73 Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi - -
74 Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya - -
75 Penerimaan Kembali Pinjaman Keapada Perusahaan Negara - -
76 Penerimaan Piutang Daerah - -
77 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya - -
78 Penerimaan Piutang Daerah - 34.697.000,00
88 Penerimaan Kewajiban Pihak Ketiga - -
89 Jumlah Penerimaan Pembiayaan 258.151.841.000,00 258.179.813.393,31
68

NO URAIAN ANGGARAN 2015 REALISASI 2015


90 PENGELUARAN BIAYA
91 Pembentukan Dana Cadangan - -
92 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah - -
93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 4.000.000.000,00 3.783.370.505,79
94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainya - -
95 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri -Lembaga Keuangan Bank - -
105 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri -Lembaga Keuangan Bukan Bank - -
106 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi - -
107 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya - -
108 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Negara - -
109 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah - -
110 Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya - -
111 Jumlah Pengeluaran 4.000.000.000,00 3.783.370.505,79

112 PEMBIAYAAN NETTO 254.151.841.000,00 254.396.442.887,52

113 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN - 144.731.959.987,36

c. Laporan Neraca Pemerintah Daerah Kota Makassar

Neraca pemerintah kota Makassar dalam penyajian laporan

keuangan dari daerah masing – masing penting sebab pemerintah pada

umumnya mempunyai jumlah aset yang disignifikan dan utang

pengungkapan atas informasi merupakan suatu elemen dasar dari

transparansi fiskal dan akuntabilitas, disamping itu seiring dengan tuntutan

yang dikehendaki dalam PP No 11 tahun 2010 tentang informasi keuangan

daerah, neraca pembukuan menjadi suatu yang harus dimiliki oleh setiap

pemerintah daerah sebab bila sistem informasi keuangan daerah ingin

menghasilkan laporan keuangan secara lengkap pada akhir tahun, maka

terlebih dahulu disusun neraca untuk lebih jelas dalam penyusunannya.Hal

ini bentuk neraca Pemerintah Kota Makassar dapat di lihat pada lampiran.

Pemerintah kota Makassar juga telah melihat dari segi biaya atau

kewjiban yang harus dikeluarkan baik itu berupa modal maupun hutang.

Dalam hal ini pemerintah kota Makassar mempunyai suatu catatan sistem

dalam aspek yang mengukur dan membahas pembukuan berpasangan ,


69

pendataan dan pencatatan suatu aktivitas transaksi yang memiliki data

kredit.

Dengan demikian neraca pemerintah kota Makassar yang berisi

tentang catatan transaksi akan siap menjadi sebuah laporan yang akan

digunakan untuk resensi pemerintah.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan pada bab bab sebelumnya dalam penelitian

ini, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan dalam Mewujudkan Good

Goovernance Pemerintah Kota Makassar Tahun 2016 di Kota Makassar

khususnya di BPKA Kota Makassar telah terimplementasi dengan baik

meskipun masih ada kekurangan dalam penerapan tersebut. Hal tersebut

didasarkan karena masih terdapat beberapa masalah yang berkaitan

dengan pengelolaan keuangan daerah yang ditemukan yaitu belum

adanya website khusus BPKA Kota Makassar yang dapat menunjang

bagi optimalisasi pelaksanaan prinsip partisipasi, tranparansi, efisiensi

dan akuntabilitas sebagai bagian dari pelaksanaan dan E-Government.

Padahal hal tersebut menjadi sangat urgen karena di era modern saat ini,

teknologi dan kecanggihan zaman menjadi bagian yang erat yang tidak

dapat dipisahkan.

2. BPKA Kota Makassar dalam pengelolan keuangannya menggunakan

sistem yang dibangun berdasar Undang – undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang tersebut pada intinya

berdasar pada tiga prinsip utama yaitu prinsip desentralisasi, prinsip

dekontralisasi dan prinsip tugas pembantuan. Implementasi Undang-

undang otonomi daerah dan desentralisasi fiscal membawa konsekuensi

70
71

pada kemandirian daerah dalam mengoptimalkan penerimaan daerahnya.

Optimalisasi penerimaan daerah ini sangat penitng bagi daerah dalam

rangka menunjang pembiayaan pembangunan secara mandiri dan

berkelanjutan.

3. Pemerintah Kota Makassar dalam mewujudkan good

governanceberkaitan dengan kebijakan pengelolaan keuangan belum

secara maksimal terimplementasi dengan baik. Hal ini diketahui dari

prinsip transparansi yang diterapkan belum sepenuhnya terlaksana.

Sedangkan BPKA dalam mengelola keuangan berdasar pada prinsip

desentralisasi , dekontralisasi dan tugas pembantuan.

B. Saran

Kebijakan Pengelolaan Keuangan dapat Mewujudkan Good Goovernance

pada Pemerintah Daerah Kota Makassar Tahun 2016 meskipun belum secara

maksimal dilaksanakan dengan baik, karena masih ditemukan kendala-

kendala seperti diatas. Agar implementasi Good Governance tersebut bisa

berjalan sebagaimana mestinya maka penyusun menyarankan :

1. BPKA Kota Makassar membuat website sendiri terlepas dari website

Kota Makassar. Website tersebut seharusnya komprehensif seperti bisa

menyertakan isi tupoksi, visi , misi, laporan keuangan dari tahun

pertahun ataupun survey melalui website, link – link tautan yang

berkaitan dengan BPKA atau link-link yang berhubungan dengan

Tupoksi BPKA dan lain – lain. Hal tersebut sebagai bagian dan
72

optimalisasi prinsip partisipasi, transparansi, efisiensi atau efektivitas

serta akuntabilitas.

2. BPKA dalam mengelola keuangan seharusnya dibarengi dengan sumber

daya manusa (SDM) yang baik, yaitu tugas dan kewajiban dari petugas –

petugas yang berkaitan bisa tepat waktu dalam melaksanakan tugasnya

seperti pengunggahan laporan yang dikelola oleh SIPKD tersebut.

Sehingga ketika tingkat kesadaran dari manusianya baik maka sistem

yang sudah adapun akan berjalan baik. hal tersebut akan menjadi

penopang optimalisasi dalam mewujudkan pelaksanaan Good

Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar.


DAFTAR PUSTAKA

A.W. Solichin, 2005. Analisis Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.

Anderson, James F. 1979. Public Policy Making. Second Edition. Chicago, Holt
Rinehart and Winston. USA dalam Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan
Publik. Banyumedia Publishing. Malang.
Bastian, Indra. 2002. “Sistem Akuntansi Sektor Publik”; Modal Untuk Pelatihan
Penyusunan Laporan Keuangan, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Dwiyanto Agus .2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik.Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.

Dajang Sarung. 2011. Otonomi Daerah Dalam Transisi, pada Seminar Nasional
Manajemen Keuangan Daerah Era Global, 12 April, Yogyakarta.

Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryanto, 2007. Membangun Kinerja Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju


Good Governance. Edisi kedua. Bandung : Mandar Maju.

Lembaga Administrasi Negara dan BPKB .2000.Akuntabilitas dan Good Governace,


modul Sosialisasi sistem Akuntabilitas Kinerja Instan Pemerintah (AKIP).

Mardiasmo dan Kirana Jaya, Wihana.1999. “Pengelolaan Keuangan Daerah yang


Berorientasi pada Kepentingan Publik. Yogyakarta :KOMPAK STIE YO.

Mardiasmo, 2002, 2004, 2005, 2009.Akuntansi Sektor Publik. Edisi Empat.


Yogyakarta : Penerbit Andi.

Mahmudi. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penertbit Andi.

Republik Indonesia, 2004. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia, 2005. Amanat peraturan pemerintah kinerja Nomor 58 Tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Republik Indonesia, 2014. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah.

Sedarmayanti. 2013. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik). Bandung:


Mandar Maju.

73
74

Sugiyono, 2015. “Metode Penelitian Pendidikan”. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Juliantara, Dadang. 2000. “Arus Balik Kekuasaan dari Pusat Ke Daerah”. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

Wibawa, Samodra. 2005. Good Governance Dan Otonomi Daerah. Yogyakarta:


Gajah MadaUniversity Press.

………., 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah.

……….., 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta

……….., 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007.
RIWAYAT HIDUP

BESSE HERIANI, Lahir di Makassar, Sulawesi

Selatan. Pada tanggal 17 November 1993. Anak ke

lima dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan

Alamsyah dan Besse Tenri Esa.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar

(SD) pada tahun 2000 SD Negeri Toddopuli 1

Makassar, di SMP Dirgantara dan tamat pada Tahun 2009, kemudian melanjutkan

pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMA) di SMA Negeri 7

Makassar dan tamat pada tahun 2012, pada tahun 2012 penulis melanjutkan pada

Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas

Muhammadiyah Makassar melalui jalur penerimaan Mahasiswa Baru.

Berkat pertolongan Allah SWT, perjuangan dan kerja keras disertai iringan

doa dari orang tua dan saudara, perjuangan panjang penulis dalam mengikuti

pendidikan di perguruan tinggi dan dapat berhasil dengan tersusunnya Skripsi

yang berjudul “Analisis Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik dalam

Mewujudkan Good Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar”.

75

Anda mungkin juga menyukai