Anda di halaman 1dari 74

EFEKTIFITAS PENERIMAAN PENDAPATAN RETRIBUSI

PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

MUHAMMAD ABD RASYID SHODIKIEN


NIM 105710216215

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2020
EFEKTIFITAS PENERIMAAN PENDAPATAN RETRIBUSI
PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

MUHAMMAD ABD RASYID SHODIKIEN


NIM 105710216215

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2020

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup

takkan indahtanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat,

namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui

dengan baik, meski harus memerlukan tetesan keringat dan pengorbanan

lain yang tak dapat diperhitungkan.

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang

senantiasa ada saat sukamaupun duka, selalu setia mendampingi, saat

kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibutercinta) yang selalu memanjatkan doa

kepada putra Mu tercinta dalam setiapsujudnya. Terima kasih untuk

semuanya.

Motto hidup

“Seorang pengecut yaitu mereka yang selalu merasa mati sebelum

kematian mereka, namun Seorang Pemberani yaitu dia yang tidak pernah

merasa mati kecuali hanya sekali” (Samson Rahman, MA)

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang

waktunya meraka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan

tidak dapat „pula‟ memajukannya.” (QS. Al-A‟raaf : 34)

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya.Tiada daya dan

upayaserta kekuatan yang penulis miliki untuk dapat menyelesaikan skripsi ini

selainatas limpahan karunia dan anugerah-Nya. Sholawat serta salam

senantiasadicurahkan kepada junjungan ilahi robbi, Nabi Besar Muhammad SAW

yangsenantiasa kita nantikan syafa’atnya fiddini waddunnya ilal akhiroh.Peneliti

dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Efektivitas

Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan Persampahan di Kota Makassar”.

Peneliti menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, karena hal ini tidak lepas dari keterbatasan, kemampuan dan ilmu

pengetahuan yang peneliti miliki. Segala saran dan kritik yang bersifat

membangun peneliti harapkan dengan senang hati, sehingga dapat bermanfaat

dan berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di masa yang akan

datang. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,

pengarahan, serta kerendahan hati. Untuk ini peneliti mengucapkan terima kasih

yang sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar

2. Bapak Ismail Rasulong, S.E., M.M sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu H. Naidah, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar

vii
i
4. Bapak Asdar, SE., M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ekonomi

Pembangunan Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

5. H. Naidah, SE., M.Si sebagi Dosen Pembimbing Akademik Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

6. Bapak Dr. Muh Rusydi, SE., M.Si Sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan serta petunjuk sehingga tersusunnya Skripsi ini

7. Ibu Wardah, SE., M.E Sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta petunjuk sampai tersusunnya Skripsi ini

8. Seleuruh Dosen dan Asisten Dosen pada Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telahbanyak memberikan pengetahuan kepada peneliti

selama masa perkuliahan

9. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

10. Untuk Ibu dan Bapak tercinta yang selalu berada disamping peneliti dan

selalu memberikan dukungannya dan selalu mendo‟akan peneliti setiap saat.

11. Rekan-rekan seperjuangan HMJ-IESP, (Taswin, Ikhwan Saputra, A.Faisal

Ansary, Muhammad Rifki, Adnan Musyawir, Tomy Wahyudi, Jayadi, dan

masih banyak lainya.)

12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015 (AGENSI) yang banyak memberi

saran dan semangatnya dalamaktivitas studipenulis.

viii
13. Teman-teman kelas EP 15 B yang telah menemani dan memperhatikan saya

selama studi ini.

14. Rekan-rekan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat, PT. Pertamina

(Persero) Batch 2 2019, yang telah banyak memberi pelajaran dalam

menyusun skripsi ini.

15. Saudara M. Vikram Alamzah, yang telah menjadi sahabat, rekan kerja, juga

sekaligus mentor terbaik dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat

jauhdari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para

pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini, penulisberharap agar skripsi ini

dapatmembawa kemaslahatan bagi semua umat, Aamiin.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, Oktober 2020

Muhammad Abdul Rasyid Shodikien

ix
ABSTRAK

Muhammad Abdul Rasyid Shodikien, Efektifitas Penerimaan Pendapatan


Retribusi Pelayanan Persampahan Di Kota Makassar. Dibimbing Oleh : Dr. Muh
Rusydi, SE., M.Si Pembimbing I, Warda, SE., M.E Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan potensi pendapatan


retribusi persampahan di Kota Makassar.Data yang digunakan adalah data
sekunder yang didapatkan dari Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yang
merupakan induk retribusi persampahan/kebersihan dari 14 Kecamatan di Kota
Makassar.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi, yang berhubungan dengan penelitian ini. Dihitung dengan metode
perhitungan efektifitas dan potensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan retribusi makassar sudah


sangat efektif. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan pemerintah yang
sangat besar untuk mencapai realisasi pendapatan retribusi sampah.Potensi
pendapatan retribusi persampahan lebih besar dibandingkan realisasi yang telah
diterima.Pemerintah Kota Makassar mempunyai peluang atau kemampuan untuk
meningkatkan pendapatan daerah dari retribusi persampahan.

Kata kunci : PAD, Retribusi Persampahan, Efektifitas, Potensi

x
ABSTRACK

Muhammad Abdul Rasyid Shodikien, Effectiveness of Revenue Receipt of Solid


Waste Service Retribution in Makassar City. Supervised by: Dr. Muh Rusydi, SE.,
M.Si Advisor I, Warda, SE., M.E Advisor II.

This study aims to determine the effectiveness and potential income of solid
waste retribution in Makassar City. The data used is secondary data obtained
from the Regional Revenue Agency of Makassar City, which is the main waste /
cleaning fee from 14 Districts in Makassar City. Data collection techniques were
carried out by means of interviews and observations, which are related to this
research. Calculated by the method of calculating the effectiveness and potential.

The results of this study indicate that the Makassar levy income has been very
effective. This is because the costs incurred by the government are very large to
achieve revenue realization of waste retribution. The potential income from solid
waste retribution is greater than the realization that has been received. Makassar
City Government has the opportunity or ability to increase local revenue from
solid waste retribution.

Key words: PAD, Solid Waste Retribution, Effectiveness, Potential

xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah...................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13


A. Tinjauan Teoritis ............................................................................ 13
1. Pengertian Efektivitas ........................................................ 13
2. Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD) ............................. 13
3. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan ................. 17
B. Tinjauan Empiris ............................................................................ 18
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 21
D. Hipotesis........................................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 24


A. Jenis Penelitian ............................................................................. 24
B. Lokasi dan Waktu .......................................................................... 24
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran .............................. 25
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 25

xii
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 27
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 30


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 30
1. Deskripsi Kota Makassar ......................................................... 30
2. Keadaan Penduduk ................................................................. 31
3. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 33
4. Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar ............................. 33
B. Analisisi Efektifitas Penerimaan Pendapatan Retribusi Persampahan
Kota Makassar .............................................................................. 34
C. Hasil Penelitian .............................................................................. 42
1. Efektifitas Rertribusi Persampahan Kota Makassar.................. 43
2. Potensi Pendapatan Retribusi Persampahan Kota Makassar .. 44
D. Pembahasan ................................................................................ 45
1. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan...... 45
2. Potensi Pendapatan Retribusi Pelayanan Persampahan ......... 45

BAB VPENUTUP ........................................................................................... 48


A. Kesimpulan.................................................................................... 48
B. Saran............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 50

LAMPIRAN ..................................................................................................... 52

BIOGRAFI PENULIS

xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Efektifitas ............................................................................ 29


Tabel 4.1 Luas Area dan Presentasi Terhadap Luas Wilayah Menurut
Kecamatan di Kota Makassar ......................................................... 31
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Makassar .............. 32
Tabel 4.3 Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar
Tahun 2015..................................................................................... 35
Tabel 4.4 Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar
Tahun 2016..................................................................................... 37
Tabel 4.5 Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar
Tahun 2017..................................................................................... 38
Tabel 4.6 Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar
Tahun 2018..................................................................................... 39
Tabel 4.7 Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar
Tahun 2019..................................................................................... 40
Tabel 4.8 Rekapitulasi Efektifitas Penerimaan Pendapatan Retribusi
Sampah di Kota Makassar Tahun 2015-2019 ................................ 41
Tabel 4.9 Potensi Retribusi Persampahan di Kota Makassar
Tahun 2015-2019............................................................................ 42

xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 23

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah 34

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebersihan lingkungan merupakan salah satu indikator yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, baik itu kebersihan lingkungan

tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Masalah kebersihan tidak kunjung

selesai hampir di setiap kota di Indonesia. Permasalahan ini muncul setiap

tahun dan terus berlangsung tanpa ada solusi yang tepat dalam

pelaksanaannya. Kondisi perkotaan yang masih jauh dari predikat kota bersih

masih menjadi info yang populer diangkat oleh banyak media setiap harinya.

Ketika sampah masih banyak berserakan dimana-mana kerap dianggap tidak

sesuai dengan visi Kota yang sebagian besar menekankan aspek

kebersihan, keindahan dan kerapihan kota atau kita kenal dengan istilah 3K.

Oleh karena itu kebersihan, keindahan dan kerapihan seringkali menjadi

target utama kebijakan-kebijakan pemerintah kota. Pertambahan jumlah

penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah

meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keberagaman

karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai

jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau

kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan

kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang

dihasilkan.

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, dipungut retribusi atas

pelayanan pengelolaan persampahan dankebersihan di Daerah. Di Kota

Makassar berdasarkan data yang masuk tahun 2014 pada Sub. Bagian

1
2

Pengaduan pada Bagian Humas Sekretariat Kota Makassar, pada bulan april

terdapat sebanyak enam aduan terkait masalah kebersihan. Sedangkan di

bulan Mei sebanyak sembilan aduan terkait masalah kebersihan. Pada

tanggal 12 Juni pengaduan tentang kebersihan mengalami peningkatan

menjadi 13 aduan (Adelita, 2014). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

masih kurangnya kebersihan lingkungan yang ada di Kota Makassar.

Menurut penulis, potensi retribusi persampahan di kota Makassar

sangat mendukung peningkatan serta kekuatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), dikarenakan secara geografis luas kota Makassar meliputi 14

kecamatan, sehingga dianggap mampu meningkatkan penerimaan

pendapatan retribusi daerah di kota Makassar itu sendiri.

Berdasar dari permasalahan persampahan yang erat kaitannya dengan

kesehatan, maka Walikota Makassar dalam rangka mewujudkan Makassar

Green And Clean membuat sebuah kebijakan Makassar Tidak Rantasa

(MTR) dengan gerakan “Lihat Sampah Ambil” Sebagai bentuk solusi untuk

menangani permasalahan kebersihan yang ada sehingga mulai di kenalkan

kepada masyarakat pada tingkat sekolah sekolah yang ada di Kota

Makassar.

Retribusi daerah adalah pembayaran dari rakyat kepada pemerintah

karena adanya suatu balas jasa yang diterima dari pembayaran tersebut

menurut Suparmoko (2001). Hal ini digunakan untuk meningkatkan

pendapatan daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan daerah. Pada pasal

1 angka 26 UU No. 34/2000 disebutkan bahwa retribusi daerah dibagi

menjadi 3 golongan yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan

retribusi perizinan tertentu. Salah satu jenis retribusi umum adalah retribusi
3

pelayanan persampahan/kebersihan. Faktor-faktor penyebab sektor retribusi

daerah berpotensi sebagai sumber keuangan daerah yaitu :

1. Retribusi dapat memperkuat pendapatan asli daerah (PAD). Retribusi

daerah dipungut atas rutinitas dalam menjaga kebersihan lingkungan

masyarakat kota Makassar.

2. Sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi

masyarakat dikota Makassar.

Untukitu peran sosialisasi dan komunikasi yang efektif yang melibatkan

masyarakat setempat sangat dibutuhkan, masyarakat perlu diajak dan

dibimbing untuk menata kondisiagar menjadi lebih baik. Hanya ada satu cara

yaknimengubah pola berpikir masyarakat melalui pendekatan komunikasi

yang efektif sehingga lambat laun menjadi suatu budaya yakni malu bila

kotor.

Ibnu Syamsi (2008), dalam buku “Dasar–Dasar Kebijakan Keuangan

Negara” juga mengemukakan hal yang sama dimana menempatkan salah

satu indikator kemampuan daerah dalam mengatur keuangannya. Sehingga

dalam mengurus urusan rumah tangga daerah sangat dibutuhkan dana atau

biaya yang memadai yang pada akhirnya mendorong daerah untuk

memaksimalkan potensi pemasukan daerah melaui pos–pos penerimaan

yang salah satunya adalah Pendapatan Asli Daerah.

Menurut Atep Adya Barata (2004), yang dimaksud dengan pendapatan

asli daerah adalah semua hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih. Dalam arti luas pendapatan daerah adalah

semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas danadalam periode

tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Daerah.


4

Oleh Karena besarnya kebutuhan fiskal daerah maka pemerintah

daerah harus mendapat dukungan sumber-sumber keuangan yang memadai

baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak dan

Bukan Pajak, Pinjaman, maupun Subsidi/Bantuan dari Pemerintah Pusat.

Pembangunan pada tingkat nasional maupun tingkat daerah saat ini

dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-

Undang Dasar 1945 yang berbunyi “untuk memajukan kesejahteraan umum”,

sehingga pembangunan yang ada didaerah merupakan bagian dari

pembangunan nasional. Sedangkan pembangunan daerah sendiri

diupayakan agar daerah tersebut dapat mengelola potensi daerahnya

bersama masyarakat serta meningkatkan perkembangan pada bidang

ekonomi dan menciptakan suatu lapangan kerja baru bagi masyarakatnya.

Kebijakan otonomi daerah yang secara efektif mulai dilaksanakan pada

Januari 2001 menimbulkan reaksi pro dan kontra dalam masyarakat, akan

tetapi bagi pemerintah daerah yang memiliki sumber daya alam yang banyak

menanggapi peraturan otonomi daerah tersebut dengan sangat antusias,

sebaliknya pemerintah daerah yang kurang memiliki sumber daya alam

merasa sedikit kawatir. Kekawatiran ini disebabkan karena pemerintah

daerah selalu menerima sumbangan dari pemerintah pusat untuk mendanai

daerahnya. Untuk memaksimalkan otonomi daerah dan meningkatkan

pembangunan, serta mengurangi sumbangan dari pemerintah pusat,

makapemerintah daerah harus lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD).
5

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintah daerah. Sesuai dengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000,

tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, yang menyebutkan:

“Bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah

dan pembangunan daerah untuk menetapkan Otonomi Daerah yang luas,

nyata, dan bertanggung jawab.”

Untuk meningkatkan pajak daerah dan retribusi daerah perlu dilakukan

upaya efektivitas dan efisiensi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.

Salah satunya melalui subjek dan objek pendapatan daerah sehingga dapat

meningkatkan produktivitas Penghasilan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan Asli Daerah tidak lepas dari besaran posnya yang sangat

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi daerah tersebut dimana makin tinggi

pendapatan pada sektor ekonomi yang bertumbuh maka makin banyak pula

pajak yang akan diperoleh dari sektor tersebut.

Keempat komponen tersebut sangat penting dan masing-masing

memberikan kontribusi bagi penerimaan PAD. Pentingnya PAD sebagai

sumber keuangan daerah. Sebagai daerah otonom harus memiliki keuangan

dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,

mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya.

Menurut Komaruddin, (2014) Bila mengacu pada kondisi realitas di

lapangan yang ada, kesadaran warga Kota Makassar yang terbilang rendah

menurut hasil wawancara dengan sejumlah pegawai Dinas Pertamanan dan


6

Kebersihan tidak mutlak kesalahanmasyarakat. Hal ini juga disebabkan

upaya persuasif dalam hal komunikasi dengan masyarakat belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan.

Dengan kondisi sarana dan prasarana pengelolaan sampah Dinas

Pertamanan dan kebersihan saat ini secara langsung juga mempengaruhi

pembiayaan operasional persampahan. Biaya operasional untuk menunjang

pengelolaan sampah diperoleh dari subsidi pemerintah dan pendapatan asli

daerah yaitu retribusi sampah. Terkait biaya operasional untuk menunjang

pengelolaan persampahan di Kota Makassar selalu mengalami defisit

anggaran setiap tahunnya, pada tahun 2012 target penerimaan sebesar Rp

5.596.163.000 hanya terealisasi sebesar Rp 3.804.416.400,00 atau sebesar

67,98 % (Sumber: Laporan Akuntabilitas kinerja Dinas 2012) sehingga

dengan kondisi tersebut berpengaruh pada sejumlah pembiayaan dalam

pengelolaan persampahan. Pemerintah Kota Makassar dengan berbagai

kekurangan dan tantangan serta hambatan yang dialami dalam penanganan

masalah sampah juga telah menyadari sepenuhnya hal ini, namun untuk

menerapkan paradigma baru pengelolaan masih terasa sulit dilaksanakan

oleh karena masih terbatasnya pemahaman berbagai komunitas masyarakat

kota mengenai sampah sebagaisumber daya dan ancamannya di masa

mendatang. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dinas

kebersihan dan pertamanan Kota Makassar memerlukan dukungan dari

semua pihak termasuk masyarakat dan pemerintah. Dukungan masyarakat

dapat berupa ikut serta dalam penangganan persampahan yang merupakan

produksi dari rumah tangga masyarakat yang bersangkutan, pemeliharaan

pertamanan di depan rumahnya atau di sekelilingnya dan juga berupa


7

pembayaran restribusi yang lebih tinggi, sedangkan dukungan pemerintah

daerah dapat berupa peningkatan dana operasional yang lebih memadai

sehingga kebutuhan-kebutuhan Dinas Kebersihan dan Pertamanan tercukupi

dan pada akhirnya dapat memberikan pelayanan lebih baik kepada

masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya yakni melayani 14 kecamatan

dengan luas 175,77 Km2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan didukung

dengan total keseluruhan pengangkut sampah 372 orang, total tukang sapu

berstatus PNS 33 orang dan berstatus kontrak 29 orang, bagian

pemeliharaan peralatan dan alat berat 13 PNS dan 10 tenaga kontrak

totalnya 23 orang.

Metode pembayaran retribusi persampahan di Kota Makassar

dilaksanakan dengan pemindahan kewenangan proses pengumpulan yang

sebelumnya dilaksanakan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan,

dipindahkan langsung ke tiap – tiap Kecamatan yang ada di Kota Makassar.

Pihak kecamatan berkordinasi dengan Badan Pendapatan Daerah untuk

mengeluarkan kupon atau tanda telah membayar retribusi yang dicetak oleh

badan pendapatan daerah, setelah itu kecamatan akan mendistribusikan

kupon tersebut ke kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Makassar untuk

melakukan proses penagihan atas retribusi persampahan di wilayah

kelurahan masing –masing..

Sumber-sumber pendapatan daerah dalam UU No.25/1999 antara lain

adalah dengan PAD (pendapatan asli daerah) terdiri dari dengan hasil pajak

daerah, penerimaan dari hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik

daerah, dan hasil kekayaan milik daerah yang telah dipisahkan serta lain-lain

PAD yang sah dari penerimaan daerah diatas hanya pajak daerah dan
8

penerimaan retribusi yang menjadi salah satu sumber penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan daerah. Retribusi daerah adalah pembayaran

dari rakyat kepada pemerintah karena adanya suatu balas jasa yang diterima

dari pembayaran tersebut menurut Suparmoko (2013). Hal ini digunakan

untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan

daerah. Disini perlu dipahami oleh masyarakat bahwa pemungutan pajak

daerah dan retribusi daerah ini sebagai sumber penerimaan yang dibutuhkan

oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Retribusi daerah menurut Munawir (2011:4) didefinisikan sebagai ”iuran

rakyat kepada pemerintah berdasarkan undang-undang (yang

dapatdipaksakan) dengan mendapatkan jasa balik atau kontra prestasi dari

pemerintah secara langsung dan dapat ditunjuk”. Salah satu cara untuk

mengatur sistem pemungutan adalah dengan pajak daerah dan retribusi

daerah yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997, dan

yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Aturan pelaksanaannya

berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang

Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1997 tentang

Retribusi Daerah.

Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara

pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh

karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan

sikap, perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan. Sebagai upaya

menggugah kepedulian dalam penanganan permasalahan lingkungan,

khususnya persampahan serta untuk menciptakan kualitas lingkungan


9

pemukiman yang bersih dan ramah lingkungan maka, harus dilakukan

perubahan paradigma pengelolaan sampah. Banyaknya jumlah penduduk di

Kota Makassar menimbulkan berbagai masalah ditengah masyarakat, Salah

satunya adalah masalah persampahan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi

persampahan di Kota Makassar cukup besar seiring dengan laju

pertumbuhan penduduk yang pesat. Yang menjadi indikasi masalah adalah

data awal menunjukkan tentang penerimaan retribusi persampahan sejak

tahun 2011 sampai 2013 yang tidak menunjukkan adanya peningkatan,

bahkan target belum tercapai secara maksimal (Yory, 2015:2).

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu

sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain adalah persampahan, dengan

demikian perlu adanya perhatian dari semua pihak baik unsur pemerintah

maupun masyarakat sebagai wajib retribusi dalam menyikapi bagaimana

melakukan pengelolaan retribusi persampahan yang ada sehingga betul-

betul dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli

Daerah.

Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar mengalami peningkatan.

Pada periode 2011–2013, Pendapatan Asli Daerah meningkat dari Rp 345

miliar pada tahun 2011 menjadi Rp 621 miliar pada tahun 2013. Kontribusi

pendapatan Retribusi Persampahan terhadap total PAD mengalami

penurunan dari 1,07 % pada tahun 2011 menjadi 0,58% di tahun 2012.

Prinsip retribusi adalah kesetaraan antara hak dan kewajiban.

Pemerintah menyediakan pelayanan dan karena itu, penerima layanan

berkewajiban membayar jasa pemerintah. Hanya saja, retribusi bersifat “take

and give” (imbal- jasa). Besar-kecilnya imbal jasa yang diterima pemerintah
10
1

sangat ditentukan oleh tingkat kepuasan pengguna jasa. Kamaruddin (2014)

dalam penelitiannya mengenai Kinerja Pemerintah Kota Dalam Mengatasi

Persampahan di Makassar (Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7.) Mengatakan dengan

kondisi sarana dan prasarana pengelolaan sampah Dinas Pertamanan dan

Kebersihan saat ini secara langsung juga mempengaruhi pembiayaan

operasional persampahan. Biaya operasional untuk menunjang pengelolaan

sampah diperoleh dari subsidi pemerintah dan pendapatan asli daerah yaitu

retribusi sampah. Terkait biaya operasional untuk menunjang pengelolaan

persampahan di Kota Makassar selalu mengalami defisit anggaran setiap

tahunnya, pada tahun 2012 target penerimaan sebesar Rp 5.596.163.000

hanya terealisasi sebesar Rp 3.804.416.400,00 atau sebesar 67,98 %

(Sumber: Laporan Akuntabilitas kinerja Dinas 2012) sehingga dengan kondisi

tersebut berpengaruh pada sejumlah pembiayaan dalam pengelolaan

persampahan. Pemerintah Kota Makassar dengan berbagai kekurangan dan

tantangan serta hambatan yang dialami dalam penanganan masalah sampah

juga telah menyadari sepenuhnya hal ini, namun untuk menerapkan

paradigma baru pengelolaan masih terasa sulit dilaksanakan oleh karena

masih terbatasnya pemahaman berbagai komunitas masyarakat kota

mengenai sampah sebagai sumber daya dan ancamannya di masa

mendatang. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dinas

kebersihan dan pertamanan Kota Makassar memerlukan dukungan dari

semua pihak termasuk masyarakat dan pemerintah. Dukungan masyarakat

dapat berupa ikut serta dalam penangganan persampahan yang merupakan

produksi dari rumahtangga masyarakat yang bersangkutan, pemeliharaan

pertamanan di depan rumahnya atau di sekelilingnya dan juga berupa


11

pembayaran restribusi yang lebih tinggi, sedangkan dukungan pemerintah

daerah dapat berupa peningkatan dana operasional yang lebih memadai

sehingga kebutuhan-kebutuhan Dinas Kebersihan dan Pertamanan tercukupi

dan pada akhirnya dapat memberikan pelayanan lebih baik kepada

masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya yakni melayani 14 kecamatan

dengan luas 175,77 Km2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan didukung

dengan total keseluruhan pengangkut sampah 372 orang, total tukang sapu

berstatus PNS 33 orang dan berstatus kontrak 29 orang, bagian

pemeliharaan peralatan dan alat berat 13 PNS dan 10 tenaga kontrak

totalnya 23 orang. Bagian monitoring dan evaluasi pengngkutan kebersihan 2

orang, jumlah sopir pengangkut sampah 73 orang PNS dan 48 tenaga

kontrak, jumlah pengawas pengangkutan sampah 14 kecamatan 11 PNS dan

2 tenaga kontrak, idealnya setiap kecamatan minimal 3 pengawas, jumlah

pengelolah TPA 17 orang dan idealnya 22 orang. Jumlah pekerja sampah

ditambah sopir dan pengawas 460 orang. Total unit kendaraan truk sampah

151 unit, idealnya tambahan 50 truk baru, jumlah kontainer 200 unit, idealnya

setiap kelurahan 2 kontainer. Berarti jumlah container yang dibutuhkan di

Kota Makassar sebanyak 288 container.

Retribusi pelayanan persampahan ini memiliki dasar hukum yang

dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem pungutan

ini merupakan sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada

pemerintah untuk menentukan besar retribusi. Dari beberapa uraian di atas,

maka penulis tertarik untuk meneliti tentang:“Efektifitas Penerimaan

Pendapatan Retribusi Pelayanan Persampahan Kota Makassar”


12

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan indikasi-indikasi yang diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Efektivitas penerimaan pendapatan retribusi persampahan di

Kota Makassar ?

2. Bagaimana potensi penerimaan pendapatan retribusi persampahan di

kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pendapatan retribusi

persampahan di Kota Makassar

2. Untuk mengetahui potensi penerimaan pendapatan retribusi

persampahan di kota Makassar

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah kota Makassar dalam

rangka meningkatkan penerimaan (PAD) Pendapatan Asli Daerah.

2. Sebagai landasan, bahan informasi atau referensi untuk penelitian-

penelitan yang akan dilakukan di masa datang.

3. Mengetahui faktor – faktor dominan yang mempengaruhi penerimaan

pendapatan retribusi persampahan di kota Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTeoritis

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil. Sedangkan menurut

kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.Pengertian efektivitas

menurut Hidayat (1986) yaitu suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah tercapai. Dimana

makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Sedangkan menurut Schemerhon (1986:35) efektivitas adalah

pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan

output anggaran. Adapula pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi

Saksono (1984) yaitu efektivitas adalah sebagian besar tingkat kelekatan

output yang dicapai dengan ouput yang diharapkan dari sejumlah input.

2. Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah telah menyebabkan

perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan

Daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun

dalam hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang

dikenal sebagai otonomi daerah.

13
14

Pemerintah memiliki peranan dalam mengembangkan suatu potensi

yang ada di suatu daerah untuk membiayai pembangunan, mengatur, dan

juga mengurus kepentingan masyarakat setempat untuk pelaksanaan

otonomi daerah. Dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah

memerlukan dana yang besar dan mesti didukung oleh sumber-sumber

penerimaan daerah itu sendiri. Perimbangan keuangan pusat dan daerah

adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara

kesatuan dalam pembagian keuangan secara profesional, demokrasi,

adil, transparan dengan selalu memperhatikan potensi, kondisi juga

kebutuhan daerah dalam UU No.33/2004.

Sumber-sumber pendapatan daerah antara lain adalah PAD

(pendapatan asli daerah) yang diperoleh dari penerimaan pajak daerah,

retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

PAD adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkanPeraturan Daerahdan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah

merupakan sumber pendapatan yang dapat diperoleh dengan

memanfaatkan serta mengelola sumber-sumber keuangan daerahnya

sendiri.

Berdasarkan ketentuan Departeman Keuangan, PAD adalah

penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah sebagai

salah satu sumber pendapatan daerah merupakan sumber pendapatan


15

yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan serta mengelola sumber-

sumber keuangan daerahnya sendiri.

Menurut Atep Adya Barata (2004), yang dimaksud dengan

pendapatan asli daerah adalah “semua hak Pemerintah Daerah yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dalam arti luas

pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang

menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan

yang menjadi hak Pemerintah Daerah”. Atep menjelaskan bahwa

pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang

menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan.

Menurut HAW. Widjaja (2009) “Pendapatan Asli Daerah merupakan

pendapatan daerah yang terdiri dari pajak, retribusi, hasil perusahaan

milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah seperti bagian laba,

deviden dan penjualan saham milik Daerah, serta pinjaman lain-lain”.

Pendapatan Asli Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang

bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan

keleluasaan kepada Daerah dalam menggali pendanaan dalam

pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas Desentralisasi.

Keempat komponen tersebut sangat penting dan masing-masing

memberikan kontribusi bagi penerimaan PAD. Pentingnya PAD sebagai

sumber keuangan daerah, sebagai berikut yaitu Daerah Otonom harus

memiliki keuangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang


16

cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah

daerahnya. Ketergantungan pada bantuan pusat harus seminimal

mungkin sehingga PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar

yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah

sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan Negara”.

Besarnya PAD sangat menentukan tingkat perkembangan otonomi suatu

daerah. Semakin besar jumlah penerimaan PAD berarti semakin besar

pula kesempatan daerah tersebut untuk mengadakan perkembangan dan

pembangunandaerah menuju penyelenggaraan otonomi daerah yang

nyata dan bertanggung jawab. Setiap daerah berkewajiban

mensukseskan pembangunan daerah dan harus mampu mengandalkan

pendapatan daerahnya terutama yang berasal dari PAD. Untuk

meningkatkan PAD, setiap daerah harus menggali segala sumber dana

yang ada, yang berguna sebagai pembiayaan pembangunan daerahnya

masing- masing.

PAD inilah yang akan membantu dana yang diperoleh dari

pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan anggaran pendapatan

daerah. Sumber- sumber pendapatan potensial yang dimiliki suatu daerah

akan menentukan juga tingkat kemampuan keuangannya. Setiap daerah

mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan kondisi

ekonomi, sumber daya alam, besaran wilayah, tingkat pengangguran dan

jumlah penduduk.

Untuk meningkatkan PAD, setiap daerah harus menggali segala

sumber dana yang ada, yang berguna sebagai pembiayaan

pembangunan daerahnya masing- masing. PAD inilah yang akan


17

membantu dana yang diperoleh dari pemerintah pusat untuk memenuhi

kebutuhan anggaran pendapatan daerah.

3. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, dipungut Retribusi

sebagai pembayaran atas pelayanan Persampahan/Kebersihan yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah.Obyek Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan persampahan/kebersihan

yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah meliputi:

a) Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara

b) Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan

sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah

c) Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah

Subjek retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah Orang

pribadi atau badan yang memperoleh/menikmati pelayanan

persampahan/kebersihan. Wajib retribusi adalah setiap orang pribadi

atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan.

Objek Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan adalah

pelayanan persampahan / kebersihan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah, meliputi :

a) Pengambilan / pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara
18

b) Pengangkutan sampah dari sumbernya dan / atau lokasi pembuangan

sementara ke lokasi pembuangan / pembuangan akhir sampah

c) Penyediaan lokasi pembuangan / pemusnahan akhir sampah.

Subjek retribusi sampah meliputi :

1) Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan termasuk

golongan retribusi jasa umum.

2) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas klasifikasi,

frekuensi, luas volume, kategori, dan lokasi.

B. Tinjauan Empiris

Nama & Judul Metode Hasil Pembahasan


Tahun Penelitian
Widhi “Potensi Retribusi Kuantitatif Perhitungan potensi retribusi
Ariestianti R Kebersihan kebersihan sampah rumah tangga
(2011) Sampah Rumah dilakukan dengan dua pendekatan.
Tangga Dalam Pertama, dengan menggunakan
Pendapatan Asli perhitungan matematis jumlah rumah
Daerah Studi di kota Semarang. Kedua, dengan
Kasus di Kota menggunakan pendekatan trend
Semarang” jumlah rumah tangga yang ada di kota
Semarang. Beberapa temuan utama
dari penelitian ini adalah sebagai
berikut. Pertama, perhitungan potensi
retribusi kebersihan sampah rumah
tangga melalui pendekatan matematis
jumlah rumah tangga memberikan
hasil yang lebih besar dibandingkan
dengan pendekatan trend jumlah
rumah. Kedua, selama ini potensi
retribusi kebersihan sampah di kota
Semarang belum digali secara optimal.
Besarnya realisasi penerimaan dari
retribusi ini selalu lebih besar
dibandingkan dengan target yang
ditetapkan. Penetapan taget itu sendiri
ternyata masih jauh dari potensinya.
19

Jufaizal “Analisis Kuantitatif Dari hasil penelitian yang diperoleh,


(2016) Efektifitas menunjukkan pertumbuhan Retribusi
Pelaksanaan Persampahan/Kebersihan Kabupaten
Pemungutan Rokan Hulu terus mengalami
Retribusi Sampah peningkatan.Berdasarkan hasil
Kabupaten Rokan penerimaan Retribusi
Hulu” Persampahan/Kebersihan dari target
yang ditetapkan, hasil penerimaan
selama 4 (empat) tahun menunjukkan
peningkatan efektivitas penerimaan
Retribusi Persampahan/Kebersihan di
Kabupaten Rokan Hulu. Dengan
efektivitas selama 4 (empat) tahun
secara berturut-turut dari tahun 2011
nilai efektivitas Retribusi
Persampahan/ Kebersihan adalah
sebesar 68,33%. Tahun 2012 nilai
efektivitas Retribusi Persampahan/
Kebersihan adalah sebesar 95,91%.
Tahun 2013 nilai efektivitasRetribusi
Persampahan/ Kebersihan adalah
sebesar 96,14%. Tahun 2014 nilai
efektivitas Retribusi Persampahan/
Kebersihan adalah sebesar 107,95%
dengan rata-rata efektivitas baru
mencapai 92,08%.
Juanda Elia “Analisis Kuantitaif Tingkat efektifitas retribusi
Rembet Efektivitas Deskriptif persampahan tahun 2015 sebesar
(2018) Penagihan 10,05% (tidak efektif). Kemudian di
Retribusi tahun 2016 tingkat efektivitasnya
Persampahan mengalami penurunan menjadi 5,96%
Dan (tidak efektif). Tetapi pada tahun 2017
Kontribusinya tingkat tingkat efektivitasnya
Terhadap meningkat tajam menjadi 44,69%.
Pendapatan Asli Walaupun tidak efektif, namun pada
Daerah Kota tahun 2017 merupakan tingkat
Tomohon” efektivitas tertinggi selama 3 tahun
Perda ini efektif diberlakukan. Jadi,
tingkat efektivitas penerimaan retribusi
persampahan berfluktuatif selama 3
tahun berjalan, ditahun awal
mengalami penurunan, namun ditahun
berikutnya mengalami peningkatan.
20

Kamaruddin “Kinerja Kualitatif Kota Makassar masih kurang


(2014) Pemerintah berdasarkan data yang peneliti dapat
Dalam Mengatasi jumlah armada pengangkut sampah 81
Persampahan di truk (usia diatas 20 tahun) 28 truk (usia
Kota Makassar” diatas 10 tahun) 42 truk usia dibawah
5 tahun Sumber : Perlengkapan/Dinas
Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar. Dapat dilihat bahwa sarana
dan prasarana pengelolaan sampah di
Kota Makassar memang tidak
memadai karena jumlah kendaraan
pengangkut sampah masih kurang
ditambah banyak yang sudah tua dan
sering rusak menyebabkan pelayanan
pengangkutan sampah di Kota
Makassar belum berjalan maksimal
sehingga pengelolaan sampah di Kota
Makassar dapat dikatakan belum
efektif. Oleh karena itu, perlu adanya
penambahan armada pengangkut
sampah sekitar 50 unit untuk melayani
pengangkutan sampah di Kota
Makassar agar lebih maksimal.
Yory “Manajemen Kualitatif Penerimaan retribusi persampahan
Pagewang Pelayanan merupakan salah satu yang
(2015) Retribusi menunjang peningkatan
Persampahan di pendapatanasli daerah (PAD), namun
Kota Makassar: kontribusi retribusi persampahan
Studi Kasus terhadap pendapatan asli daerah
Pelayanan mengalami penurunan karena tidak
Retribusi tercapainya realisasi terhadap target
Persampahan Di yang telah ditentukan. Hal ini
Kecamatan disebabkan karena pembayaran
Tamalanrea.” retribusi persampahan tidak
sepenuhnya menyentuh seluruh objek
wajib retribusi, tidak adanya data yang
valid mengenai data wajib retribusi,
tingkat pelayanan yang masih minim
sehingga masyarakat enggan untuk
membayar retribusi.
21

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Sumber – sumber pendapatan daerah antara lain adalah

PAD (pendapatan asli daerah) yang diperoleh dari penerimaan pajak daerah,

retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah. Retribusi

daerah adalah pembayaran dari rakyat kepada pemerintah karena adanya

suatu balas jasa yang diterima dari pembayaran tersebut. Hal ini digunakan

untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan

daerah.

Pada pasal 1 angka 26 UU No. 34/2000 disebutkan bahwa retribusi

daerah dibagi menjadi 3 golongan yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa

usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Salah satu jenis retribusi umum

adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Retribusi dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Penelitian ini akan mengulas tentang permasalahan efektivitas

penerimaan pendapatanretribusi persampahan di Kota Makassar. Efektivitas

adalah seberapa jauh tercapainya suatu target yang telah ditentukan

sebelumnya. Efektifitas merupakan nilai yang dihitung berdasarkan

presentase perbandingan realisasi penerimaan retribusi sampah dengan

target penerimaan retribusi sampah. Hal tersebut dapat menggambarkan

bagaimana efektivitasdan potensi retribusi persampahan terhadap

peningkatan pendapatan asli daerah Kota Makassar.

Alur penelitian digunakan peneliti untuk merumuskan masalah,

memperoleh data, dan menentukan perhitungan analisis data untuk

menghasilkan kesimpulan seperti pada gambar 2.1 (Halaman 22)


22

Untuk meningkatkan pajak daerah dan retribusi daerah perlu dilakukan

upaya efektivitas penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Salah

satunya melalui subjek dan objek pendapatan daerah sehingga dapat

meningkatkan produktivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan Asli Daerah tidak lepas dari besaran potensi yang sangat

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi daerah tersebut dimana makin tinggi

pendapatan pada sektor ekonomi yang bertumbuh maka makin banyak pula

penerimaan yang akan diperoleh dari sektor tersebut.

RetribusiPersampahan

Efektivitas Retribusi Potensi Retribusi


Persampahan Persampahan

Gambar 2.1

KERANGKA PEMIKIRAN

Seperti yang terlihat pada Gambar 2.1, retribusi persampahan adalah salah

satu komponen di dalam retribusi daerah yang dapat meningkatkan

penerimaan daerah. Dalam hal ini maka yang akan diteliti bagaimana

peningkatan retribusi persampahan,untuk mengetahui apakah sudah dapat

dikategorikan efektif atau belum efektif pada periode tahun 2015-2019. Lalu

bagaimana denganpotensi retribusi persampahan itu sendiri, apakah potensi

yang ada lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi yang telah diterima tiap

tahunnya.
23

D. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah tertuang pada

tulisan sebelumnya, maka hipotesa yang muncul adalah :

1. Diduga bahwa penerimaan retribusi persampahan di Kota Makassar

belum efektif.

2. Diduga bahwa realisasi penerimaan retribusi persampahan yang

diperoleh lebih kecil dari potensi yang ada.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian atau analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian, yang lebih

menekankan fenomena sosial. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk

menganalisis efektifitas dan potensi penerimaan retribusi persampahan yang

ada di kota Makassar.

Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif dapat digunakan

pendekatan kuantitatif berupa pengumpulan dan pengukuran data yang

berbentuk angka. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan untuk mengungkapkan kebenaran dari sebuah teori. Metode ini

cenderung menjadi sebuah penelitian ilmiah. Dengan cara mengumpulkan

data menggunakan ilmu pasti yaitu melalui kuesioner, survey, percobaan

penelitian dan wawancara.Hasilakhir dari metode kuantitatif ini berupa angka-

angka objektif yang ditampilkan secara statistik.

Alasan menggunakan penelitian deskriptif kuantatif karena penulis akan

menyajikan hasil tentang efektifitas realisasi penerimaan retribusi pelayanan

persampahan per periode 2015-2019.

24
25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Pada lokasi penelitian ini akan dilakukan diBadan Pendapatan Derah

Kota Makassar (BAPENDA) yang didalamnya mencakup 14 Kecamatan

yang ada di kota Makassar, sebagai berikut :

1) Mariso 8) Bontoala

2) Mamajang 9) Ujung Tanah

3) Tamalate 10) Tallo

4) Rappocini 11) Panakkukang

5) Makassar 12) Manggala

6) Ujung Pandang 13) Biringkanaya

7) Wajo 14) Tamalanrea

Hal ini didasarkan karena instansi tersebut diberi kewenangan untuk

melakukan pemungutan serta mengelola retribusi persampahan.

2. Waktu

Penelitian ini dilalukan pada tanggal 29 Agustus s/d 29 Oktober

2020, berdasarkan surat yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pinu Provinsi Sulawesi Selatan

Nomor: 5509/S.01/PTSP/2020.

Penulis melakukan penelitian dilokasi ini karena penulis ingin

mengetahui lebih dalam tentang prosedural atas formasi beberapa

kecamatan dalam hal pendapatan retribusi persampahan di Kota

Makassar.
26

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Defenisi operasional penelitian merupakan suatu pernyataan dalam

bentuk yang khusus dan merupakan kriteria yang bisa diuji secara empiris.

Defenisi operasional penelitian adalah variabel yang selanjutnya dapat

mengukur, menghitung atau mengumpulkan informasi melalui logika empiris.

Untuk memperjelas konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini,

maka dikemukakan defenisi operasional penelitian sebagai berikut:.

1. Efektivitas retribusi daerah merupakan perbandingan antara realisasi dan

target penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat digunakan sebagai

ukuran keberhasilan dalam melakukan pungutan.

2. Retribusi Persampahan adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentinganPribadi atau

Badan.Objek Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan adalah

pelayanan persampahan / kebersihan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah.

3. Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk

dikembangkan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebagai rujukan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono,

2017:80).Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini


27

adalahLaporan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Makassar tahun 2012-

2021, dimana didalamnya telah mencakup Realisasi Pendapatan

Retribusi Kebersihan/Persampahan Kota Makassar.

2. Sampel

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini ialah Data Target dan

Realisasi Penerimaan PendapatanRetribusiKebersihan/Persampahan

untuk mengetahui efektivitas dan potensipenerimaan pendapatan retribusi

persampahan di Kota Makassar per 5tahun yaitu periode 2015-2019.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui kepustakaan untuk memperoleh landasan

teori terkait penelitian yang dilakukan dengan cara membaca berbagai

literatur yang ada hubungannya dengan topik penelitian ini.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan melakukan pengumpulan data historis

atau dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini. Data

sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu Data target dan

realisasi Retribusi Persampahan Kota Makassar per tahun 2015-2019

yang diterbitkan oleh setiap Kantor Kecamatan (Mariso, Mamajang,

Rappocini).

3. Metode Wawancara

Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara

mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan

informan, yaitu pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan objek


28

yang akan diteliti.Dalam hal inipegawai yang menangani retribusi

persampahan, serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan

penerimaan retribusi persampahan di Kota Makassar

F. Teknik Analisis Data

1. Analisisi Deskriptif Kuantitaif

Metode analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti, tanpa melakukan analisis

dan membuat teknik penganalisaan data yang menggunakan angka-

angka untuk menarik kesimpulan dari kejadian-kejadian yang dapat

diukur. Dalam hal ini adalah dengan melakukan perbandingan terhadap

hasil perhitungan penelitian.Penelitian deskriptif kuantitatif menyajikan

data tentang realisasi penerimaan retribusi persampahan.

2. Analisis Efektivitas

Menurut Mardiasmo dalam Sukur (2015:20), efektivitas adalah

ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi

tersebut dapat dikatakan telah berjalan dengan efektif. Konsep

efektivitas bila dikaitkan dengan penerimaan retribusi persampahan,

efektivitas yang dimaksudkan adalah seberapa besar realisasi

penerimaan retribusi persampahan berhasil mencapai target yang

seharusnya dicapai pada suatu periode tertentu, dengan rumus sebagai

berikut.

Efektivitas = x 100%
29

Kriteria penilaian terhadap efektivitas pemungutan retribusi

mengacu pada Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 690.900-327

Tahun 1994 tentang Kriteria Penilaian dan Kinerja Keuangan. Penetapan

tingkat efektivitas pemungutan retribusi selengkapnya dijelaskan dalam

Tabel 3.1.

Tabel 3.1
Kriteria Efektivitas

Persentase Kriteria Tanda/Kode


>100% Sangat Efektif SE
>90% - 100% Efektif E
>80% - 90% Cukup Efektif CE
>60% - 80% Kuraxng Efektif KE
>60% Tidak Efektif TE
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

3. Potensi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) diterbitkan oleh

Balai Pustaka yang dimaksud dengan potensi adalah kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan;

daya. Potensi retribusi persampahan untuk mengukur apakah penetapan

target pemungutan retribusi persampahan sudah dilakukan sebaik-

baiknya. Retribusi persampahan dapat diperoleh dari jumlah rumah

tangga yang ada di kota Makassar, kemudian dikalikan dengan tarif yang

diberlakukan. Adapun perhitungannya sebagai berikut:

Potensi Retribusi Persampahan= Jumlah Rumah Tangga x Tarif x 12

bulan.
BAB IV
HASILDAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Kota Makassar

Kota Makassar adalah salah satu wilayah administratif yang

setingkat dengan kabupaten di Sulawesi Selatan, terletak antara

119º24'17'38” Bujur Timur dan 5º8'6'19” Lintang Selatan yang berbatasan

sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten

Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat

Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km2 yang

meliputi 14 kecamatan, 143 kelurahan, 971 RW dan 4.789 RT. Untuk

dapat melihat luas wilayah dan persentase terhadap luas wilayah

masing – masing kecamatan di Kota Makassar.

Berdasarkan Tabel 4.1, bahwa kecamatan yang memiliki wilayah

paling luas adalah Kecamatan Biringkanaya dengan luas area adalah

48,22 km2 atau 27,43 persen dari luas Kota Makassar. Berikutnya adalah

Kecamatan Tamalanrea dengan luas wilayah sebesar 31,84 km2 atau

18,11 persen dari luas Kota Makassar dan yang menempati urutan ketiga

adalah Kecamatan Manggala 24,14 km2 atau 13,73 persen dari luas Kota

Makassar. Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah

Kecamatan Mariso dengan luas wilayah sebesar 1.82 km2 atau 1,04

persen dari luas Kota Makassar. Disusul Kecamatan Wajo terkecil kedua

sebesar 1,99 km2 atau 1,13 persen dari luas Kota Makassar dan

Kecamatan Bontoala terkecil ketiga dengan luas wilayah sebesar 2,10

km2 atau 1,19 persen dari luas Kota Makassar.

30
31

Tabel 4.1

Luas Area dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatandi

Kota Makassar (km2)

Kode Kecamatan Luas Area Presentase terhadapa luas Kota


Wil (Km2) Makassar (%)
010 Mariso 1,82 1,04
020 Mamajang 2,25 1,28
030 Tamalate 20,21 11,50
031 Rappocini 9,23 5,25
040 Makassar 2,52 1,43
050 Ujung Pandang 2,63 1,50
060 Wajo 1,99 1,14
070 Bontoala 2,10 1,19
080 Ujung Tanah 5,94 3,38
090 Tallo 5,83 3,32
100 Panakkukang 17,05 9,70
101 Manggala 24,14 13,73
110 Biringkanaya 48,22 27,43
111 Tamalanrea 31,84 18,11
7371 Makassar 175,77 100
Sumber: Makassar Dalam Angka, 2019

2. Keadaan Penduduk

Penduduk kota Makassar tahun 2019 tercatat sebanyak 1.512.146

jiwa yang terdiri dari 748.729 laki-laki dan 763.417 perempuan dimana

angka tersebut memperlihatkan komposisi penduduk berdasarkan

rasiojenis kelamin penduduk kota Makassar yaitu sekitar 97,67 persen

yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki

yang menegaskan bahwa kota Makassar memiliki penduduk wanita yang

lebih besar dari penduduk laki- laki.

Populasi dan penyebaran penduduk suatu daerah sangat

mempengaruhi ketersediaan akan sumberdaya manusia yang

diberdayakandalam upaya pertumbuhan ekonomi dan pembangunannya,

tidak terkecuali kota Makassar sebagai Ibu kota propinsi Sulawesi Selatan
32

yang secara geografis juga berada pada posisi strategis sebagai pintu

gerbang kawasan timur Indonesia yang berimplikasi pada derasnya arus

urbanisasi maupun migrasi masuk dari kabupaten, kota maupun propinsi

lainnya.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Makassar

Tahun 2019

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Mariso 30.609 29.890 60.499
2 Mamajang 30.129 31.323 61.452
3 Tamalate 102.128 103.413 205.541
4 Rappocini 82.162 87.959 170.121
5 Makassar 42.553 42.962 85.515
6 Ujung Pandang 13.716 15.338 29.054
7 Wajo 15.470 15.983 31.453
8 Bontoala 27.886 29.311 57.197
9 Ujung Tanah 18.037 17.497 35.534
10 Tallo 70.303 70.027 140.324
11 Panakkukang 73.971 75.693 149.664
12 Manggala 75.094 74.393 149.487
13 Biringkanaya 110.138 110.318 220.456
14 Tamalanrea 56.533 59.310 115.843
Jumlah Total 748.729 763.417 1.512.146
Sumber: makassarkota.bps.go.id

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penduduk masih berkonsentrasi

diwilayah kecamatan Biringkanaya, yaitu sebanyak 220.456 jiwa atau

sekitar 12,93 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Tamalate

sebanyak 205.541 jiwa (12,92 persen) dan Kecamatan Rappocini

sebanyak 170.121 jiwa (11,26 persen), sebaliknya kecamatan yang

terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 29.054 jiwa (1,99

persen). Ditinjau dari kepadatan penduduknya, Kecamatan Makassar


33

adalah terpadat yaitu 32.550 jiwa per km2, disusul kecamatan Mariso

(31.057 jiwa per km persegi) dan Kecamatan Mamajang (26.298 jiwa per

km persegi).

3. Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Retribusi Persampahan yang di

kelola oleh Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Makassar.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar No. 11 Tahun 2011

tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi

Persampahan/Kebersihan sebagai salah satu sumber penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Khususnya di Kota Makassar yang lebih

memungkinkan untuk dikembangkan saat ini adalah penerimaan

retribusi persampahan/kebersihan dalam mewujudkan kota yang bersih

dan hijau. Oleh karena itu, segala kewenangan dalam kegiatan yang

terkait dengan Retribusi persampahan/kebersihan milik pemerintah

daerah.

4. Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

a. Visi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yaitu; “Prima Dalam

Pelayanan Dan Unggul Dalam Pengelolahan Pendapatan Daerah”

b. Misi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar adalah sebagai

berikut:

1) Menggali sumber-sumber PAD secara optimal;

2) Menyempurnakan system pengelolaanPAD;

3) Meningkatkan kordinasi;

4) Menyusun/merevisi kembali Peraturan Daerah;

5) Meningkatkan pengawasan pengelolahan pendapatan daerah;


34

6) Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia;

7) Melakukan evaluasi secara berkala;

8) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai; dan

9) Meningkatkan penyuluhan, pelayanan,dan pengawasan agar

terbinakesadaran Wajib Pajak/Wajib Retribusi.

c. Struktural Orgaisasi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

B. Analisis Efektifitas Penerimaan Pendapatan Retribusi Persampahan

Kota Makassar

Retribusi Pelayanan sampah, dipungut atas pelayanan pengelolaan

persampahan dankebersihan di Daerah. Objek Retribusi adalah pelayanan

kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.


35

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah tercapai. Dimana makin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Potensi pendapatan retribusi sampah didapatkan dari jumlah objek

retribusi yang ada di kota Makassar. selama ini potensi retribusi kebersihan

sampah di kota Makassar belum digali secara optimal. Besarnya realisasi

penerimaan dari retribusi ini selalu lebih besar dibandingkan dengan target

yang ditetapkan. Penetapan taget itu sendiri ternyata masih jauh dari

potensinya. Seperti yang bisa kita lihat pada beberapa tabel dibawah,

Tabel 4.3

Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar Tahun 2015

No. Kecamatan Target (Rp) Realisasi (R100p)


1 Makassar 100.000.000 60.547.000
2 Manggala 225.000.000 231.312.000
3 Bontoala 200.000.000 51.376.000
4 Tallo 145.000.000 64.336.000
5 Wajo 300.000.000 467.450.000
6 Tamalate 200.000.000 102.234.000
7 Ujung Tanah 100.000.000 50.104.000
8 Rappocini 920.500.000 1.404.507.000
9 Ujung Pandang 100.000.000 92.312.000
10 Biringkanaya 89.012.000 38.000.000
11 Panakukang 300.012.000 100.277.000
12 Tamalanrea 500.012.000 200.549.000
13 Mariso 289.190.000 76.312.680
14 Mamajang 115.676.000 168.602.500
TOTAL 3.583.902.000 2.927.919.180
Sumber : BPKA Kota Makassar
36

Dari tabel 4.3 (Halaman ) dapat dilihat bahwa hanya ada 5 kecamatan di

Kota Makassar yang dapat mencapai target, yaitu kecamatan manggala,

kecamatan wajo, kecamatanrappocini, kecamatan panakukkang

dankecamatan mamajang. Dengan realisasi tertinggi yang di capai oleh

kecamatan rappocini. Sedangkan dengan realisasi terendah adalah

kecamatan ujung tanah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan retribusi

persampahan sesuai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Makassar,

dan besar nya tarif yang tidak sesuai dengan pendapatan masyarakat,

namun ada juga faktor pendorong yang utama yaitu pada tahun 2015 adalah

awal dari program retribusi persampahan yang tingkat sosialisasinya masih

minim dan rendah. Sehingga masih terbilang sedikit masyarakat yang belum

mendapatkan informasi mengenai program ini.


37

Tabel 4.4

Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar Tahun 2016

No. Kecamatan Realisasi (Rp) Target (Rp)


1 Makassar 60.547.000 112.526.000
2 Manggala 331.312.000 225.000.000
3 Bontoala 51.376.000 200.129.000
4 Tallo 64.336.000 145.394.000
5 Wajo 467.450.000 300.219.000
6 Tamalate 102.234.000 200.191.000
7 Ujung Tanah 21.104.000 100.981.000
8 Rappocini 1.404.507.000 923.500.000
9 Ujung Pandang 92.312.000 102.198.000
10 Biringkanaya 38.000.000 89.012.000
11 Panakukang 100.277.000 300.012.000
12 Tamalanrea 200.549.000 500.012.000
13 Mariso 76.312.680 289.190.000
14 Mamajang 168.602.500 115.676.000
TOTAL 3.178.919.180 3.604.040.000
Sumber : BPKA Kota Makassar

Dari tabel 4.4 (Halaman ) dapat dilihat bahwa hanya ada 5 kecamatan di

Kota Makassar yang dapat mencapai target ditahun 2016, yaitu kecamatan

manggala, kecamatan wajo, kecamatanrappocini, kecamatan panakukkang

dankecamatan mamajang. Dengan realisasi tertinggi yang di capai oleh

kecamatan rappocini. Sedangkan dengan realisasi terendah adalah

kecamatan ujung tanah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan retribusi

persampahan sesuai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Makassar,

dan besar nya tarif yang tidak sesuai dengan pendapatan masyarakat.
38

Tabel 4.5

Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar Tahun 2017

No. Kecamatan Target (Rp) Realisasi (Rp)


1 Makassar 550.000.000 477.122.000
2 Manggala 511.000.000 680.538.000
3 Bontoala 700.000.000 936.677.500
4 Tallo 395.000.000 520.205.000
5 Wajo 850.000.000 825.679.000
6 Tamalate 600.000.000 617.093.000
7 Ujung Tanah 80.000.000 202.820.000
8 Rappocini 1.350.000.000 1.709.755.000
9 Ujung Pandang 1.050.000.000 1.103.890.000
10 Biringkanaya 500.000.000 579.985.000
11 Panakukang 1.000.000.000 1.138.564.000
12 Tamalanrea 505.000.000 524.292.000
13 Mariso 350.000.000 544.269.880
14 Mamajang 200.000.000 775.221.000
TOTAL 8.641.000.000 10.636.111.380
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Dari tabel 4.5 (Halaman ) dapat dilihat bahwa hanya kecamatan

Makassardan kecamatan Wajo yang belum dapat mencapai target. Dengan

capaian efektifitas sebesar 86.75% (Cukup Efektif) untuk kecamatan

Makassar dan 97.14 (Efektif) untuk kecamatan Wajo. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat kepuasan masyarakat atas

pelayanan retribusi persampahan sesuai yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Makassar, dan besar nya tarif yang tidak sesuai dengan

pendapatan masyarakat serta kurang maksimalnya sosialisasi penyelenggara

retribusi sampah kepada masyarakat.


39

Tabel 4.6

Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar Tahun 2018

No. Kecamatan Target (Rp) Realisasi (Rp)


1 Makassar 560.000.000 564.868.000
2 Manggala 850.000.000 927.852.000
3 Bontoala 700.000.000 848.646.500
4 Tallo 512.199.000 579.323.000
5 Wajo 850.000.000 1.130.102.000
6 Tamalate 600.000.000 845.501.000
7 Ujung Tanah 100.000.000 345.112.000
8 Rappocini 1.350.000.000 1.921.984.000
9 Ujung Pandang 1.200.000.000 1.036.540.000
10 Biringkanaya 550.000.000 616.954.783
11 Panakukang 1.000.000.000 1.037.220.000
12 Tamalanrea 550.000.000 655.100.000
13 Mariso 450.000.000 579.110.000
14 Mamajang 300.000.000 500.000.000
TOTAL 9.572.199.000 11.588.313.283
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Dari tabel 4.6 (Halaman ) dapat dilihat bahwa ada 1 kecamatan di Kota

Makassar yang tdak dapat mencapai targetnya, yaitu kecamatan Ujung

Pandang. Dengan target sebesar Rp 1.200.000.000 namun realisasi yang di

capai sebesar 1.036.540.000. Jadi tingkat efektifitas penerimaan retribusi

mencapai 86.38% yang berarti Cukup Efektif Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat kepuasan masyarakat atas

pelayanan retribusi persampahan sesuai yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Makassar, dan besar nya tarif yang tidak sesuai dengan

pendapatan masyarakat kecamatan Ujung Pandang.


40

Tabel 4.7

Rekapitulasi Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar Tahun 2019

No. Kecamatan Target (Rp) Realisasi (Rp)


1 Makassar 1.000.000.000 1.020.066.000
2 Manggala 1.200.000.000 815.000.000
3 Bontoala 1.050.000.000 1.178.882.000
4 Tallo 1.000.000.000 818.802.000
5 Wajo 1.300.000.000 1.589.354.000
6 Tamalate 1.800.000.000 1.819.042.000
7 Ujung Tanah 300.000.000 380.827.000
8 Rappocini 2.200.000.000 2.506.484.000
9 Ujung Pandang 2.200.000.000 1.310.096.000
10 Biringkanaya 2.500.000.000 2.182.507.000
11 Panakukang 2.000.000.000 1.467.759.000
12 Tamalanrea 1.200.000.000 1.213.288.000
13 Mariso 1.000.000.000 650.703.000
14 Mamajang 1.200.000.000 815.000.000
TOTAL 20.050.000.000 18.252.930.000
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Dari tabel 4.7 (Halaman ) dapat dilihat bahwa hanya ada 4 kecamatan di

Kota Makassar yang tidak dapat mencapai target, yaitu kecamatan

mamajang, kecamatan Mariso, kecamatanPanakukang, kecamatan Tallo

dankecamatan Ujung Pandang. Dengan realisasi terendah yang di capai oleh

kecamatan Mariso. Sedangkan dengan realisasi yang hampir mencapai

target adalah kecamatan Ujung pandang. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan

retribusi persampahan sesuai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota

Makassar, dan besar nya tarif yang tidak sesuai dengan pendapatan

masyarakat.
41

Retribusi menurut (Marihot. P. Siahaan, 2005 ) adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah. Menurut Ditjen Cipta

Karya Departemen PU dalam Hartono (2006) besarnya retribusi sampah

yang dapat ditarik dari masyarakat untuk setiap rumah tangga besarnya

minimal 0,5 persen dan maksimal 1 persen dari penghasilan per rumah

tangga perbulannya. Dalam penelitian ini, tarif retribusi sampah berpengaruh

langsung terhadap penerimaan retribusi sampah.

Hal ini seperti yang diungkapkan Kotler (1997) yang mengatakan bahwa

kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap jasa yang diberikan akan

mempengaruhi tingkah laku konsumen selanjutnya. Hal ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Prayitno (2005) tentang

tingkat kepuasan atas pelayanan hotel yang menemukan ada dua variabel

yang menentukan tingkat kepuasan pelanggannya, yaitu kualitas pelayanan

dan tingkat harga kamar, dan masing-masing memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kepuasan konsumen.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Salequzzaman, Sqadiqul dan

Mostafa (2000), Nur As‟adah, Supirin dan Syafrudin (2010), begitu juga

Santosa, Darsono dan Syafrudin (2010) telah menemukan bahwa kinerja

operasional pengelola sampah atau tingkat pelayanan pengelolaan sampah

sangat mempengaruhi kemauan (willingnessto pay) masyarakat dalam

membayar tarif retribusi sampah.

Efektivitas merupakan suatu proses guna mencapai target yang telah di

tetepkan sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan

Retribusi Persampahan Kota Makassar, dapat dilakukan dengan perhitungan


42

efektivitas, Yaitu dengan cara membandingkan realisasi penerimaan retribusi

persampahan dengan target retribusi pemungutan retribusi persampahan

yang telah di tetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota

Makassar.

Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelummnya, untuk menentukan

Efektivitas, maka di gunakan rumus sebagai berikut:

Efektivitas = x 100%

2015 = x 100% =81.6%

2016 = x 100% =88.2%

2017 = x 100% = 123.09%

2018 = x 100% = 121.06%

2019 = x 100% = 91.04%

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian terhadap Efektivitas Penerimaan PendapatanRetribusi

Pelayanan Persampahan di Kota Makassar. Peneliti telah mencari data

penerimaan Retribusi Persampahan serta data data lain yang berkaitan

dengan penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai

“Evektivitas Penerimaan PendapatanRetribusi Pelayanan Persampahan di

Kota Makassar”, maka di peroleh data sebagai berikut.


43

1. Efektifitas Retribusi Persampahan Kota Makassar

Efektivitas retribusi persampahan dapat diperoleh dari realisasi

penerimaan retribusi sampah dibagi dengan target penerimaan retribusi

persampahan lalu dikali 100 persen. Efektifitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang

telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai,

makin tinggi efektivitasnya. Efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono

(1984) yaitu efektivitas adalah sebagian besar tingkat kelekatan output

yang dicapai dengan ouput yang diharapkan dari sejumlah input.

Efektivitas retribusi daerah adalah nilai yang dihitung berdaasarkan

prosentse perbandingan realisasi penerimaan retribusi daerah dengan

target penerimaan retribusi daerah.

Tabel 4.8

Rekapitulasi Efektifitas Penerimaan Pendapatan Retribusi sampah

di Kota Makassar Tahun 2015-2019

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase Kriteria

2015 3.583.902.000 2.927.919.180 81.6% Cukup Efektif

2016 3.178.919.180 3.604.040.000 88.2% Cukup Efektif

2017 8.641.000.000 10.636.111.380 123.09% Sangat Efektif

2018 9.572.199.000 11.588.313.283 121.06% Sangat Efektif

2019 20.050.000.000 18.252.930.000 91.04% Efektif

Rata-rata 100.99% Sangat Efektif


Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar Tahun 2015-2019
44

2. Potensi Pendapatan Retribusi Persampahan Kota Makassar

Potensi pendapatan retribusi persampahan di peroleh dari tarif

retribusi sampah di peroleh dari jumlah wajib retribusi dikali tarif lalu dikali

12 bulan.Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelummnya, untuk

menentukan Potensi Retribusi Persampahan, maka di gunakan rumus

sebagai berikut:

Potensi Retribusi Persampahan= Jumlah Rumah Tangga x Tarif x 12

bulan

2015 = (69.183 x 16.000) x 12

= 1.106.928.000 x 12

= 13.283.136.000

2016 = (70.833x 16.000) x 12

= 1.133.328.000x 12

= 13.599.936.000

2017 = (72.431 x 16.000) x 12

= 1.158.896.000 x 12

= 13.906.752.000

2018 = (101.476 x 16.000) x 12

= 1.623.616.000 x 12

= 19.438.392.000

2019 = (142.291 x 16.000) x 12

=2.276.656.000 x 12

= 27.319.872.000
45

Tabel 4.9

Potensi Pendapatan Retribusi Persampahan Kota Makassar

Tahun 2015-2019

Wajib
Total Perbulan Potensi
Tahun Retribusi Tarif (Rp)
(Rp) Pertahun (Rp)
Terdaftar
2015 69.183 16.000 1.106.928.000 13.283.136.000

2016 70.833 16.000 1.133.328.000 13.599.936.000

2017 72.431 16.000 1.158.896.000 13.906.752.000

2018 101.476 16.000 1.623.616.000 19.438.392.000

2019 142.291 16.000 2.276.656.000 27.319.872.000

Rata-rata 17.509.617.00
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

D. Pembahasan

1. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa tingkat efektifitas

penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan Kota Makassar dari tahun

2015-2019 memiliki rata-rata sebesar 100,99%. Jadi berdasarkan kriteria

atau indikator tersebut maka dapat dinilai dan dikatakan bahwa efektivitas

penerimaan RetribusiPersampahan Kota Makassar yaitu Sangat Efektif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Badan Pendapatan Daerah (Bapenda)

Kota Makassar sangat efektif dalam mengelola Retribusi

Persampahan/Kebersihan di Kota Makassar.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Muh Agus Muslim Tahun 2018, dengan judul Penelitian

“Potensi Pendapatan Retribusi Persampahan Di Kota Semarang”. Hasil


46

Penelitian ini yaitu variable Efektivitas retribusi persampahan/kebersihan

berpengaruh positif, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pemungutan

retribusi persampahan/kebersihan berjalan secra efektif karna dalam lima

tahun anggaran, angkanya hampir melampaui angka 100 persen dan ini

pun di sebabkan karena target dari tahun sebelumnya di kurangi. Setelah

di bandingkan tingkat efektivitas retribusi persampahan/kebersihan

berdasarkan data dari dispenda dengan data yang ada di APBD, terlihat

bahwa rata-rata tingkat efektivitas retribusi persampahan/kebersihan lebih

tinggi daripada retribusi persampahan/kebersihan yang ada di APBD, di

mana rata-rata efektivitas retribusi persampahan/kebersihan sebesar

90,42% berdasarkan kriteria atau indicator tersebut maka dapat di nilai

bahwa efektivitas penerimaan retribusi persampahan/kebersihan efektif.

2. Potensi Pendapatan Retribusi Persampahan Kota Makassar

Jumlah penduduk adalah salah satu indikator penting dalam suatu

negara. Para ahli ekonomi klasik yang dipelopori Adam Smith bahkan

menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input yang potensial

yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan

pendapatan suatu perusahaan. Dalam hal ini diasumsikan bahwa

semakin meningkat jumlah penduduk makan jumlah pedapatan retribusi

akan meningkat pula.

Kota Makassar memiliki potensi retribusi persampahan yang seiring

mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, dengan pendapatan

retribusi persampahan yang rata-ratanya sebesar Rp. 17.509.617.000

pertahunnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah wajib retribusi yang

seiring meningkat setiap tahun. Selama ini potensi retribusi


47

kebersihansampah di kota Makassar belum digali secara optimal.

Besarnya realisasi penerimaan dari retribusi ini selalu lebih besar

dibandingkan dengan target yang ditetapkan.Penetapan taget itu sendiri

ternyata masih jauh dari potensinya. Ada potensi pendapatan yang hilang

sebesar Rp. 10.421.016.820 atau selisih sebesar 76.6 persen setiap

tahunnya. Hal ini disebabkan karena pengelolaan pelayanan retribusi

persampahan yang dilakukan oleh pemerintah belum maksimal, salah

satunya adalah tidak merata nya pembayaran yang dilakukan masyarakat

akibat tidak adanya ketetapan yang tegas untuk menetapkan tarif yang

harus dibayar.Walaupun pemerintah telah mengeluarkan peraturan

walikota, namun hal ini masih bersifat pilihan yang artinya bisa dilakukan

sesuai aturan dan bisa juga tidak. Tergantung dari kesepakatan antar

warga dan pemerintah setempat.

Penelitian yang sesuai dilakukan oleh Soleha (2007) yang

menemukan bahwa rendahnya keinginan masyarakat dalam membayar

retribusi sampah adalah karena manajemen perencanaan yang tidak

melibatkan masyarakat secara keseluruhan, pengelolaan keuangan yang

tidak transparan di tingkat masyarakat, serta kurangnya komunikasi

antara pimpinan masyarakat di tingkat atas dengan masyarakatnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai efektifitas penerimaan pendapatan retribusi pelayanan

persampahan di Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar sudah sangat efektif

dengan rata-rata rasio efektifitas sebesar 100,99%. Menurut keputusan

Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900.327 nilai tersebut masuk dalam

kategori sangat efektif.Dengan peningkatan jumlah objek retribusi yang

mencapai 142.291 wajib retribusi terdaftar ditahun 2019. Hal ini

dikarenakan adanya transisi pemindahan wewenang untuk pengurusan

retribusi sampah kepada masing kecamatan dan berlakunya dengan

tegas peraturan walikota yang telah menetapkan iuran pembayaran

sampah kepada masyarakat.

2. Potensi pendapatan retribusi sampah di Kota Makassar jauh lebih besar

jika dibandingkan dengan realisasi yang telah diterima, hal ini bisa terjadi

karena masih banyak objek yang belum terdaftar didalam pendataan

pemerintah dan nilai dari pembayaran retribusi tersebut masih belum ada

kepastian. Artinya walaupun ada penetapan harga yang harus dibayarkan

sesuai dengan jumlah sampah, namun petugas masih memberikan

negosiasi kepada warga untuk menentukan sendiri iuran yang sanggup

dibayarkan. Disamping itu warga masih belum terbiasa dengan sistem

48
49

baru yang dijalankan pemerintah mengenai pembayaran retribusi sampah

di Kota Makassar.

B. Saran

Dari analisis yang diperoleh peneliti ingin menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Makassar masih perlu mengevaluasi kebijakan

mengenai penerimaan retribusi persampahan, dalam hal ini metode

pembayaran perlu di pertegas sesuai dengan peraturan walikota.

2. Pemerintah Kota Makassar perlu melakukan perencanaan dengan

menggunakan pendekatan yang bersifat bottom up planning, yang dibuat

dengan melibatkan mulai dari pihak RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan

Kota. Agar proses pelaksanaan retribusi sampah dapat lebih maksimal.

3. Pemerintah Kota Makassar perlu mengadakan sosialisasi lebih di tingkat

kecamatan dan kelurahan mengenai kebijakan pembayaran retribusi

sampah di Kota Makassar, hal ini berhubungan dengan potensi

pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan realisasi yang telah

diterima.

4. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang serupa akan

lebih baik jika meneliti mengenai penetapan anggaran untuk retribusi

persampahan di Kota Makassar agar dapat lebih efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Adelita Rezky, 2014, Kebijakan Persampahan di Kota Makassar Barata, Atep

Adya, 2004, Dasar –dasar Pelayanan Prima, Jakarta

Ardhaniah Abdullah, 2012, Analisis Kontribusi Pajak, Retribusi dan Pendapatan

Lainnya Yang Dianggap Sah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi


Sulawesi Selatan Periode 1999-2011

Departemen Dalam Negeri, 2006, Kepmendagri No. 690.900.327

Halim, Abdul, 2004, Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta

Hartono, 2006, Peningkatan pelayanan sampah di kota brebes melalui


peningkatan kemampuan pembiayaan

Hidayat, 1986, Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta

Ibnu Syamsi, 1993, Dasar –dasar Kebijakan Keuangan Negara, Jakarta

Irfan Khairul, 2014, Potensi Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka


Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Indramayu

Junius Nanda Purna Ebtawan 2012, meneliti tentang Analisis Efektivitas,


Efisiensi, dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kota Madiun Tahun 2002-2011

Kamaruddin, 2014, Jurnal Pepatuzdu, Vol 7 No.1 Kinerja Pemerintah Kota


Dalam Mengatasi Persampahan di Makassar

Kottler, 1997, marketing management “analysis, planning, implementation and


control, New Jersey

Malayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta

Mangkoesoebroto, Guritno, 1993, Ekonomi Publik, Edisi-III, BPFE, Yogyakarta

Mardiasmo, 2002, Ekonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta

Mulyamah, 1987, Manajemen Perubahan, Jakarta

Nicholson, W, 1995. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya, Terjemahan

50
dari Intermediate Microeconomics, oleh Agus Maulana. Bina Rupa Aksara.
Jakarta

Nur As‟adah, Supirin, Syafrudin, 2010, Implikasi kemauam membayar tarif


retribusi sampah terhadap kinerja sistem pengelolaan sampah di kawasan
pemukiman, pilar, volume 2

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Pedoman


Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah

Prasetyo Budi Saksono, 1984, Dalam Menuju SDM Berdaya.Bumi Aksara.


Jakarta

Pratiwi, Prayetno, 2005, Analisis Kepuasan Konsumen

Putranto, 2007. Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang.

R. Soedargo, 1946, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, N.V. Eresco, Bandung.

Salequezzaman, Sqadidul, Mostafa, 2000, Willingness to pay for community,


Bangladesh,Murdoch University, Australia

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan Pusat dan


Daerah

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah


antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

51
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari Badan Pendapatan Daerah Kota


Makassar

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Badan Pengelolaan Keuangan


dan Aset Kota Makassar

Lampiran 3. Data Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan


Persampahan/Kebersihan Kota Makassar Tahun Anggaran
2015 s.d Tahun Anggaran 2016

Lampiran 4. Data Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan


Persampahan/Kebersihan Kota Makassar Tahun Anggaran
2017 s.d Tahun Anggaran 2019

Lampiran 5. Dokumentasi Observasi & Wawancara bersama Kepala Sub.


Bagian Keuangan Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

52
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari Badan Pendapatan Daerah Kota
Makassar

53
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Makassar

54
Lampiran 3. Data Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Kota Makassar Tahun Anggaran 2015 s.d
Tahun Anggaran 2016

55
Lampiran 4. Data Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Kota Makassar Tahun Anggaran 2017 s.d
Tahun Anggaran 2019

56
Lampiran 5. Dokumentasi Observasi & Wawancara bersama Kepala Sub.
Bagian Keuangan Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

57
58
BIOGRAFI PENULIS

Muhammad Abdul Rasyid Shodikien lahir di Makassar


pada tanggal 19 Mei 1997 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara, dan dari pasangan Bapak Nasbun Nur Alim
dan Ibu Istiqamah. Penulis sekarang bertempat tinggal di
Jl. Dg Tata 3, lorong 4, No.15 Kota Makassar. Penulis
telah menempuh pendidikan sebagai berikut,
penulis masuk SDN Cendrawasih Makassar dan lulus tahun 2009,
kemudian melanjutkan ke SMPN 18 Makassar dan lulus pada tahun
2012. Setelah lulus dari SMP, kemudian melanjutkan ke jenjang
pendidikan tingkat lanjut di SMK Negri 2 Makassar dan lulus pada tahun
2015. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
tingkat perguruan tinggi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar program
strata satu sampai sekarang. Sebagai tugas akhir, maka penulis menulis
sebuah skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerimaan Pendapatan
Retribusi Pelayanan Persampahan di Kota Makassar ”.

Anda mungkin juga menyukai