Anda di halaman 1dari 99

SKRIPSI

PENGARUH PENYAJIAN DAN AKSESIBILITAS LAPORAN


KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
PADA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN GOWA

NUR AHMAD HASAN


105730402112

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2017
PENGARUH PENYAJIAN DAN AKSESIBILITAS LAPORAN
KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
PADA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN GOWA

NUR AHMAD HASAN


105730402112

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2017

i
ABSTRAK

Nur Ahmad Hasan. 2017. Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan keuangan
Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh H. Sultan Sarda selaku pembimbing 1 dan Linda
Arisanty Razak, selaku pembimbing ke II

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh penyajian


laporan keuangan Daerah dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas
pen-gelolaan keuangan Daerah oleh para pengguna Laporan keuangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna eksternal laporan keuangan di
Kabupaten Gowa dengan metode pengumpulan data melalui survey kuesioner.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunan metode purposive sampling,
kemudian ditentukan sampel sebanyak 45 responden dari pengguna eksternal laporan
keuangan. Metode analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis pada
penelitian ini berupa beberapa uji statistik.
Hasil dari pengujian hipotesis didalarn penelitian ini menunjukkan bahwa
penyajian laporan keuangan Daerah berpengaruh signifikan secara positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah, aksesibilitas laporan keuangan berpen-
garuh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah.
Serta penyajian laporan keuangan Daerah dan aksesibilitas laporan keuangan secara
bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan Daerah. Saran yang bisa diberikan adalah untuk meningkatkan penyajian
laporan keuangan secara lengkap serta lebih melonggarkan akses laporaan keuangan
tersebut kepada publik, sehingga bisa tercipta sebuah akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah yang lebih baik.
Kata Kunci: Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan,
Akuntabilitas Keuangan Daerah.

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan segala

limpahan rahmat, kesehatan dan kekuatannya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan studi di

Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar yang dimana

penelitiannya kami laksanakan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat bimbingan,

arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM, Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi SE.,M.Si.Ak.CA, Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Drs H. Sultan Sarda, MM, Dosen pembimbing pertama yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

iv
5. Ibu Linda Arisanty Razak,SE.,M.Si.Ak.CA, Dosen pembimbing kedua

yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

6. Kepada kedua orangtua tercinta H. Hambali, S.Ag., M.Si.

dan

Hj. Saenab. S.Pd serta kedua kakak Abd. Wahid Hasan, S.Pd., M.Pd dan

Muh. Arief Hasan, S.Farm. Skripsi ini peniliti dedikasikan sepenuhnya

buat mereka yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan iringan

doa kepada Allah SWT, sehingga segala rintangan dan hambatan dapat

teratasi selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Skripsi ini,

semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

Demikianlah skripsi ini penulis buat. Penulis menyadari bahwa banyak

kekurangan atas skripsi ini disebabkan karena kekurangan dan keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan adanya saran dan masukan yang membangun dari semua pihak

untuk menyempurnakan skripsi penulis ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Makassar, 18 Mei

2017

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul. ............................................................................................. i

Halaman Pengesahan .................................................................................... ii

Abstrak........................................................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................... iv

Daftar Isi ...................................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan ............................................................................ 8

1. Pengertian Laporan Keuangan ..................................................... 8

2. Penyajian Laporan Keuangan ...................................................... 11

3. Opini Badan Pemeriksa Keuangan ................................................ 12

B. Aksesibilitas Laporan Keuangan ...................................................... 15

C. Akuntabilitas Pengelolaan keuangan daerah ...................................... 18

D. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 20

E. Kerangka Pikir ................................................................................... 21

F. Hipotesis penelitian ........................................................................... 22

vi
G. Rumusan Hipotesis ............................................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 27

B. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 27

C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 27

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 28

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 28

F. Metode Penelitian ............................................................................ 31

G. Analisis Data ..................................................................................... 32

H. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 32

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Sejaran singkat Kab. Gowa ............................................................... 34

B. Letak geografis secara umum Kab. Gowa ......................................... 36

C. Visi dan misi pemerintah Kab. Gowa ................................................ 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden ............................................................... 38

2. Analisis deskripsi dan variabel Penelitian .................................... 44

a. Penyajian laporan keuangan (X1) ........................................... 45

b. Aksesibilitas laporan keuangan (X2) ...................................... 48

c. Akuntabilitas Pengelolaan keuanagn daerah (Y) ................... 50

3. Uji Validitas dan Uji Realibilitas ................................................. 54


vii
a. Uji validitas instrumen penelitian .......................................... 54

b. Uji realibilitas instrumen penelitian ....................................... 57

4. Pengujian hipotesis ...................................................................... 58

5. Uji koefision determinasi .............................................................. 59

6. Uji parsial dengan T-Test ............................................................. 60

7. Uji Simultan F Test ....................................................................... 62

B. Pembahasan penelitian ...................................................................... 63

1. Penyajian laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten

gowa tahun 2015 ........................................................................... 63

2. Penyajian laporan keuangan daerah memiliki pengaruh

terhadap akuntabilitas pengelolaan kekuangan daerah ................ 64

3. Aksesibilitas laporan keuangan memiliki pengaruh

terhadap akuntablitas pengelolaan keuangan daerah ................... 65

4. Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas

Laporan keuangan daerah berpengaruh secara simultan

Terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah ................. 66

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 69

B. Saran .................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71

LAMPIRAN ................................................................................................ 73

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem good

governance dimana dalam sistem ini Negara Indonesia mengacu pada

pertumbuhan pembangunan, ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola

urusan-urusan Negara. Dalam penyelenggara Negara tak lepas dari masalah

akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan Negara, karena

aspek keuangan Negara menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan

bangsa, baik dari segi sifat, jumlah maupun pengaruhnya terhadap kemajuan,

ketahanan, dan kestabilan perekonomian bangsa.

Menurut Mardiasmo (2006), pada dasarnya pembuatan laporan

keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat

pendukung adanya suatu akuntabilitas yang berupa keterbukaan Pemerintah

atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik demi kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah melakukan pertanggungjawaban atas laporan keuangan karena

Pemerintah dikenal sebagai pelaku ekonomi yang besar dalam mengelola

keuangan demi pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Dengan

demeikian laporan keuangan digunakan oleh Pemerintah untuk memenuhi

ekspektasi masyarakat untuk mengungkapkan posisi keuangan dan kinerjanya

dalam memberikan jasa pada publik. Pemerintah kurang efisien terhadap

transparansi kepada masyarakat melainkan laporan keuangan tersebut hanya di

publikasikan dalam lingkungan Pemerintah saja, padahal masyarakat berperan

1
2

penting terhadap keterbukaan laporan kinerja Pemerintah selain itu Otonomi

Daerah masih dipahami secaras sempit sehingga hanya Pemerintah Daerah

yang aktif, sedangkan peran serta masyarakat luas belum terkena dampaknya.

Untuk mewujudkan prinsip transparansi maka Pemerintah Daerah harus

memliki aksesibilitas yang memadai guna memudahkan para stakeholder untuk

mendapatkan informasi mengenai kinerja Pemerintah Daerah. Aksesibilitas

dapat diartikan sebagai sarana pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada

publik secara terbuka dan jujur berupa laporan keuangan yang dapat di akses

dengan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Akuntabilitas sangat berperang penting dalam hal proses

pengelolaan keuangan di sector Pemerintah Daerah karena dijadikan sebagai

asas atau dasar mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan

yang benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan dari pihak

Pemerintah kepada masyarakat. Sehigga di butuhkanlah sebuah penyajian dan

eksesbilitas laporan keuangan yang benar-benar bisa di pertanggung jawabkan

dengan rinci dan terbuka kepada masayarakat.

Menurut Sukhemi (2010), meneliti mengenai proses untuk

mewujudkan akuntabilitas publik. Proses akuntabilitas publik ternyata

mengalami perjalanan yang sangat panjang. Hal ini dibuktikan dengan saluran

untuk mewujudkan akuntabilitas publik yang dimulai dari pelayan

masyarakat kemudian menuju ke arah menteri, parlemen, pengadilan dan

ombudsman baru menuju ke arah masyarakat. Fenomena yang terjadi

dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah

menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di


3

pusat maupun Daerah. Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik

yang harus diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Kemampuan untuk memberikan aksesibilitas, tingkat pengungkapan laporan

keuangan kepada stakeholder adalah kriteria yang menentukan tingkat

akuntabilitas keuangan Daerah.

Menurut Ratna Amalia Safitri (2009) telah melakukan penelitian

yang bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai

pengaruh penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan

terhadap penggunaan informasi keuangan daerah. Penyajian laporan keuangan

yang lengkap dan secara langsung tersedia dan aksesibilitas bagi pengguna

informasi menentukan sejauh mana transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa

(1) Penyajian laporan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap penggunaan

informasi keuangan daerah. (2) Aksesibilitas laporan keuangan daerah

berpengaruh dan signifikan terhadap penggunaan informasi keuangan daerah.

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Himmah Bandariy (2011) yang memperoleh bukti empiris

mengenai pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan

aksesibilitas laporan keuangan terhadap penggunaan informasi keuangan

daerah (Studi Pada Kabupaten Eks Karesidenan Banyumas). Hasil yang

diperoleh penelitian ini adalah (1) Penyajian laporan keuangan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi keuangan daerah. (2)

Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penggunaan informasi keuangan daerah.


4

Menurut Mulyana (2006), menguji secara empiris apakah

penyajian neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh

positif terhadap upaya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Hasil penelitian menunjukan bahwa baik penyajian neraca

daerah maupun aksesibilitas laporan keuangan keduannya berpengaruh positif

secara signifikan terhadap upaya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Berdasarkan pertentangan hasil beberapa penelitian di atas,

peneliti tertarik untuk menganalisis lebih lanjut mengenai pengaruh penyajian

laporan keuangan daerah dan aksebilitas laporan keuangan daerah terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan proses

pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar

dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan

DPRD terkait dengan kegagalan maupun keberhasilannya sebagai bahan

evaluasi tahun berikutnya. Masyarakat tidak hanya memiliki hak

untuk mengetahui pengelolaan keuangan tetapi berhak untuk menuntut

pertanggungjawaban atas pengaplikasian serta pelaksanaan pengelolaan

keuangan daerah tersebut, Halim (2007).

Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan akuntabilitas

pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu

dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah

diterima secara umum. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 17


5

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan

sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan

peraturan pemerintah. Untuk memberikan layanan kepada masyarakat,

pemerintah daerah dituntut lebih responsif atau cepat dan tanggap. Terdapat

3 (tiga) mekanisme yang dapat dilaksanakan daerah agar lebih responsif,

transparan, dan akuntabel serta selanjutnya dapat mewujudkan good

governance yaitu: (1) mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta

membangun kerjasama pemberdayaan masyarakat, (2) memperbaiki internal

rules dan mekanisme pengendalian, dan (3) membangun iklim kompetisi dalam

memberikan layanan terhadap masyarakat serta marketisasi layanan. Ketiga

mekanisme tersebut saling berkaitan dan saling menunjang untuk memperbaiki

efektivitas pengelolaan pemerintahan daerah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa merupakan salah satu entitas

pelaporan yang diwajibkan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan

ketentuan yang ada. Dibandingkan dengan wilayah atau sebagian daerah

pemerintahan lainnya yang dalam proses penyajian laporan keuangannya

masih mengalami kendala-kendala atau masalah-masalah Pemerintah

Kabupaten Gowa berturut-turut memperoleh predikat WTP (Wajar Tanpa

Pengecualian) oleh hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap

laporan keuangan mulai dari tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun

anggaran 2015. Hal ini menunjukkan Bahwa Pemerintah Kabupaten Gowa

konsisten terhadap penyusunan dan aksesibilitas laporan keuangan yang sesuai

dengan standar akuntansi pemerintah.


6

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang didapat, maka yang menjadi pokok masalah dalam

penulisan ini adalah:

1. Apakah penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan Daerah pada pemerintah daerah Kabupaten Gowa?

2. Apakah aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah Kabupaten Gowa?

3. Apakah penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh secara

simultan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada

pemerintah daerah Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penyajian laporan keuangan terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah

Kabupaten Gowa.

2. Memahami besarnya pengaruh aksesibilitas laporan keuangan terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah

kabupaten Gowa.
7

3. Untuk Mengetahui penyeajian dan aksesiblitas laporan keuangan

berpengaruh secara simultan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan

pada pemerintah daerah kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penellitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan antara lain:

a. Pemerintah

Sebagai referensi dalam hal penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas

laporan keuangan dalam rangka peningkatan akuntabilitas pengelolaan

keuangan Daerah.

b. Penulis

Menambah pengetahuan mengenai penyajian laporan keuangan,

aksesibilitas laporan keuangan, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Daerah.

c. Akademisi

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk melakukan

penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi mengenai akuntabilitas

pengelolaan keuangan Daerah.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sebuah sarana mengkomunikasikan

informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Ikatan Akuntansi

Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 menyatakan laporan keuangan sebagai

bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk

membantu investor dan kreditor sekarang serta pemakai lain dalam menilai

jumlah, waktu, dan kepastian dari penerimaan kas dari deviden atau bunga

dan hasil dari penjualan, penarikan, atau jatuh tempo dari sekuritas dari

pinjaman. Laporan keuangan merupakan gambaran umum dari suatu

perusahaan pada waktu tertentu dan memberikan gambaran tentang kondisi

keuangan yang dicapai oleh perusahaan pada waktu tertentu.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2012) mengemukakan pengertian laporan

keuangan yaitu sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan struktur yang

menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas.

Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah

penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja

keuangan (financial perfomance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang

sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya.

Menurut Munawir (2010), laporan keuangan pada umumnya terdiri

dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
8
9

menunjukkan jumlah aset, kewajiban san ekuitas dari satu perusahaan pada

tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan

hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama

priode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan

penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas

perusahaan. Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan

suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan

perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat

diketahui dari laporan keuangan.

Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi terstruktur

posisi keuangan akibat transaksi yang dilakukan. Sebagai organisasi yang

mengelola dana masyarakat, organisasi sektor publik harus mampu

memberikan pertanggungjawaban publik melalui laporan keuangannya.

Penyajian informasi yang utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan

transparansi dan nantinya akan mewujudkan akuntabilitas, Nordiawan (2010).

Semakin baik penyajian laporan keuangan pemerintah daerah maka akan

berimplikasi terhadap peningkatan terwujudnya akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Dalam suatu permerintahan, selain bertujuan melaporkan

seluruh kegiatan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

secara sistematis dan terstruktur, peranan laporan keuangan permintah yang

disajikan oleh setiap entitas pelaporan juga digunakan untuk kepentingan

sebagai berikut:
10

1) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan

kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga

memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas

seluruh Aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk pentingan

masyarakat.

2) Akuntabilitas

Mempertanggung jawaabkan pengelolaan sember daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

3) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak

untuk mengetahui serta tarbuka dan menyeluruh atas pertanggung

jawaban permerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan

kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4) Kesimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan

penerimaan pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh

pengeluaran yang diaolokasikan dan apakah generasi yang akan datang

diasumsikan akan menanggung beban pengeluaran tersebut.

Atas penerapan laporan keuangan pemerintah tersebut, pelaoran

kekuangan pemerintah ditujukan agar dapat menyajikan informasi yang


11

bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat

keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.

2. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi terstruktur

posisi keuangan akibat transaksi yang dilakukan. Laporan keuangan

organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan

akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap

pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen

sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya

adalah informasi akuntansi berupa laporan keuangan, Mardiasmo (2002).

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit pemerintahan

pengguna anggaran yang diwajibkan menye- lenggarakan akuntansi dan

menyusun laporan keuangan untuk menyelenggarakan akuntansi dan

menyusun laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. SKPD

selaku pengguna anggaran harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi

keuangan, asset, utang dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan

belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap

SKPD harus membuat laporan keuangan unit kerja. Laporan keuangan yang

harus dibuat setiap unit kerja adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan

tersebut disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.


12

Menurut Nordiawan (2010), tujuan penyajian laporan keuangan

adalah: 1) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode

berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran 2) Menyediakan informasi

mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya

dengan anggaran yang ditetapkan 3) Menyediakaninformasi mengenai

jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan 4) Menyediakan informasi

mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan

mencukupi kebutuhan kasnya 5) Menyediakan informasi mengenai posisi

keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber

penerimaannya 6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi

keuangan entitas pelaporan.

Menurut Bastian (2006), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok

yaitu: 1) relevan yaitu informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat

mempengaruhi kebutuhan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu atau masa kini 2) Andal yaitu laporan keuangan bebas dari

pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap

fakta secara jujur, serta dapat diferivikasi 3) Dapat dibandingkan yaitu

informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan

laporan keuangan periode sebelumnya atau entitas pelaporan lain pada

umumnya 4) Dapat dipahami yaitu informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta

istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna untuk

mengetahui isi yang dimaksud dalam laporan keuangan.


13

3. Opini Badan Pemeriksa Keuangan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 (UU 15/2004) tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pada pasal 4

ayat 2 berbunyi “Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan

keuangan”. Pemeriksaan Keuangan yang dimaksud adalah pemeriksaan yang

dilaksanakan oleh, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia (BPK RI) dalam rangka memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, yang turut meliputi pendapatan dan belanja pemerintah pusat

maupun daerah. Nantinya, pada laporan hasil pemeriksaan keuangan akan

dimuat opini atas laporan keuangan tersebut. Opini adalah pernyataan

profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Pada penjelasan pasal 16

UU 15/2004 juga dijelaskan bahwa, opini merupakan pernyataan profesional

pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam

laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria. Kriteria yang dimaksud

adalah kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan

pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan

efektivitas sistem pengendalian intern (Akuntansi-Pemerintah.blogspot.com :

2015).

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat Opini BPK) merupakan

pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan

yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria

yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan


14

pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan

efektivitas sistem pengendalian intern, (Wikipedia:2015).

Pemeriksaan keuangan dimaksudkan untuk memberikan opini apakah

laporan keuangan sudah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sementara, pemeriksaan kinerja dimaksudkan

untuk menilai apakah pelaksanaan suatu program atau kegiatan entitas sudah

ekonomis, efisien, dan efektif. Sedang, pemeriksaan dengan tujuan tertentu

(PDTT) adalah pemeriksaan selain dua jenis tersebut, termasuk disini adalah

pemeriksaan investigatif untuk mengungkap adanya kecurangan (fraud) atau

korupsi, pemeriksaan lingkungan, pemeriksaan atas pengendalian intern, dan

lain-lain. BPK dapat memberikan empat jenis opini, yaitu Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Memberikan

Pendapat (TMT) dan Tidak Wajar, (www.bpk.co.id:2015).

a) Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), diberikan dengan kriteria: sistem

pengendalian internal memadai dan tidak ada salah saji yang material atas

pos-pos laporan keuangan. Secara keseluruhan laporan keuangan telah

menyajikan secara wajar sesuai dengan SAP.

b) Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), diberikan dengan kriteria:

sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang

material pada beberapa pos laporan keuangan. Laporan keuangan dengan

opini WDP dapat diandalkan, tetapi pemilik kepentingan harus

memperhatikan beberapa permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos

yang dikecualikan tersebut agar tidak mengalami kekeliruan dalam

pengambilan keputusan.
15

c) Opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP), diberikan apabila terdapat

suatu nilai yang secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada

pembatasan lingkup pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak

cukup bukti dan atau sistem pengendalian intern yang sangat lemah. Dalam

kondisi demikian auditor tidak dapat menilai kewajaran laporan keuangan.

Misalnya, auditor tidak diperbolehkan meminta data-data terkait penjualan

atau aktiva tetap, sehingga tidak dapat mengetahui berapa jumlah

penjualan dan pengadaan aktiva tetapnya, serta apakah sudah dicatat

dengan benar sesuai dengan SAP. Dalam hal ini auditor tidak bisa

memberikan penilaian apakah laporan keuangan WTP, WDP, atau TW.

d) Adapun opini Tidak Wajar (TW), diberikan jika system pengendalian

internal tidak memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos laporan

keuangan yang material. Dengan demikian secara keseluruhan laporan

keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAP.

Keempat jenis opini yang bisa diberikan oleh BPK tersebut dasar

pertimbangan utamanya adalah kewajaran penyajian pos-pos laporan keuangan

sesuai dengan SAP. Kewajaran disini bukan berarti kebenaran atas suatu

transaksi. Opini atas laporan keuangan tidak mendasarkan kepada apakah pada

entitas tertentu terdapat korupsi atau tidak.

B. Aksesibilitas Laporan Keuangan

Aksesibilitas menurut perspektif tata ruang adalah keadaan atau

ketersediaan hubungan dari suatu tempat ketempat lainnya atau

kemudahan seseorang atau kendaraan untuk bergerak dari suatu tempat ke


16

tempat lain dengan aman, nyaman, serta kecepatan yang wajar. Aksesibilitas

laporan keuangan merupakan kemudahan bagi seseorang untuk memperoleh

informasi mengenai laporan keuangan, Mulyana (2006). Aksesibilitas

laporan keuangan merupakan kemudahan bagi seseorang untuk memperoleh

informasi mengenai laporan keuangan. Akuntabilitas yang efektif tergantung

kepada akses publik terhadap laporan keuangan yang dapat dibaca dan

dipahami, Mulyana (2006). Masyarakat sebagai pihak yang memberi

kepercayaan kepada pemerintah untuk mengelola keuangan publik berhak

untuk mendapatkan informasi keuangan pemerintah untuk melakukan evaluasi

terhadap pemerintah.

Menurut Mardiasmo (2002), laporan keuangan pemerintah merupakan

hak publik yang harus diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Hak publik atas informasi keuangan muncul sebagai konsekuensi konsep

pertanggungjawaban publik. Pertanggungjawaban publik mensyaratkan

organisasi publik untuk memberikan laporan keuangan sebagai bukti

pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability dan sstewardship).

Masyarakat sebagai pihak yang memberi kepercayaan kepada pemerintah

untuk mengelola keuangan publik berhak untuk mendapatkan informasi

keuangan pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap pemerintah.

Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi

keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial,

dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan Akuntabilitas yang efektif

tergantung kepada akses publik terhadap laporan keuangan yang dapat dibaca

dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media,
17

seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet), dan

forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong

akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet,2004,

dalam Mulyana, 2006).

Menurut Yani (2009), pemerintah selaku perumus dan pelaksana

kebijakan APBN berkewajiban untuk terbuka dan bertanggungjawab terhadap

seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab

tersebut diwujudkan dengan menyediakan informasi keuangan yang

komperhensif kepada masyarakat luas termasuk informasi keuangan daerah.

Dengan kemajuan teknologi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara

luas, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses,

mengelola dan memberdayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk

lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan dan

mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan

pemerintah daerah dapat memenuhi prinsip akuntabilitas, perlu

diselenggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). SIKD adalah

sistem informasi terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh

masyarakat (UU No. 33 Tahun 2004). Ini berarti bahwa pemerintah daerah

harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan

daerah melalui surat kabar, internet atau cara lainnya (Permendagri No. 13

Tahun 2006).

Dengan demikian pemerintah daerah harus memenuhi: 1)

Keterbukaan yaitu laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah


18

dipublikasikan secara terbuak melalui media massa 2) Kemudahan yaitu

pemerintah daerah harus memberikan kemudahan kepada stakeholder dalam

memperoleh informasi tentang laporan keuangan daerah 3) Accesible yaitu

masyarakat dapat mengakses laporan keuangan pemerintah daerah

melalui internet (website).

C. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan proses

pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pertanggung- jawaban, serta pengawasan harus benar- benar

dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat terkait

dengan kegagalan maupun keberhasilannya sebagai bahan evaluasi tahun

berikutnya. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui

pengelolaan keuangan tetapi berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas

pengaplikasian serta pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah

tersebut. Halim (2002).

Menurut LAN dalam Akuntabilitas dan Good Governance (2000),

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan pertanggungjawaban

mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup

penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi pemerintah

daerah. Instrumen utama dari akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah


19

adalah anggaran pemerintah daerah, data yang secara periodik dipublikasikan,

laporan tahunan dan hasil investigasi dan laporan umum lainnya yang

disiapkan oleh agent yang independen. Anggaran tahunan secara khusus

mempunyai otoritas legal untuk pengeluaran dana publik, sehingga proses

penganggaran secara keseluruhan menjadi relevan untuk manajemen fiskal

dan untuk melaksanakan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pengendalian pada berbagai tingkat operasi, Shende dan Bennet (2004).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 (Pasal 1), keuangan

daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak

dan kewajiban daerah terebut. Bila dilihat dari ruang lingkupnya,

keuangan daerah meliputi kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh

pemerintah daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pengurusannya.

Kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah meliputi

APBD dan barang-barang inventaris milik daerah. Sedangkan kekayaan

daerah yang dipisahkan pengurusannya meliputi badan-badan usaha milik

daerah, Halim (2007).

Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui pengelolaan

keuangan tetapi berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas

pengaplikasian serta pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut,

karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat

rakyat. Pemerintah harus dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan


20

reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu

menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka

kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan

amanat rakyat, Mulyana (2006).

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap

laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan

dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media

seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, website (internet), dan

forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong

akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat.

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


Steccolini Is The Annual Variabel independen
Hasil penelitiannya menyebutkan
(2002) Report An adalah Penyajian bahwa laporan tahunan nampaknya
Accountability Laporan Tahunan digunakan untuk pelaksanaan
Medium? An Pemerintah Daerah,akuntabilitas kepada pengguna
Empirical sedangkan variabelinternal, bahkan tidak jelas apakah
Investigation Into dependennya adalahlaporan tersebut benar-benar
Italian Local Akuntabilitas dibaca atau tidak. Sementara itu,
Governments Laporan Tahunan laporan tersebut tidak mempunyai
Pemerintah Daerah.peranan yang signifikan dalam
pengkomunikasian kepada
pengguna eksternal, sehingga
peranan laporan keuangan aktual
dan derajat akuntabilitas di pemda-
pemda di Italia perlu
dipertanyakan.
Budi Pengaruh Variabel Hasil penelitian menyebutkan
Mulyana Penyajian Neraca independennya bahwa penyajian neraca daerah
(2006) Daerah dan adalah Penyajian berpengaruh positif dan signifikan
Aksesibilitas Neraca Daerah (X1) terhadap transparansi dan
Laporan Keuangan dan Aksesibilitas akuntabilitas keuangan daerah.
Daerah terhadap Laporan Keuangan Aksesibilitas laporan keuangan
Transparansi dan (X2), sedangkan berpengaruh positif dan signifikan
Akuntabilitas variabel dependennya terhadap transparansi dan
Pengelolaan adalah Transparansi akuntabilitas keuangan daerah.
Keuangan daerah dan Akuntabilitas Penyajian neraca daerah dan
Pengelolaan aksesibilitas laporan keuangan
Keuangan Daerah. secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
21

transparansi dan akuntabilitas


keuangan daerah.
Siti Aliyah Pengaruh Penyajian Variabel Hasil yang diperoleh dari penelitian
dan Aida Laporan Keuangan independennya adalah ini adalah bahwa penyajian laporan
Nahar Daerah dan Penyajian Laporan keuangan daerah dan aksesibilitas
(2012) Aksesibilitas Keuangan (X1) dan laporan keuangan daerah
Laporan Keuangan Aksesibilitas Laporan berpengaruh positif dan signifikan
Daerah terhadap Keuangan (X2), terhadap transparansi dan
Transparansi dan sedangkan variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan
Akuntabilitas dependennya adalah daerah baik secara simultan
Pengelolaan Transparansi dan maupun parsial.
Keuangan daerah. Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Sukhemi Pengaruh Variabel Aksesibilitas laporan keuangan
(2012) Aksesibilitas Dan independennya berpengaruh secara positif
Tingkat adalah Aksebilitas signifikan terhadap akuntabilitas
Pengungkapan (X1) dan Tingkat keuangan daerah. Tingkat
Laporan Keuangan Pengungkapan (X2), pengungkapan tidak berpengaruh
Terhadap sedangkan variabel secara signifikan terhadap
Akuntabilitas dependennya adalah akuntabilitas keuangan daerah. Hal
Keuangan Daerah Akuntabilitas ini mengindikasikan bahwa
Keuangan Daerah pengguna laporan keuangan
(Y). daerah mempunyai persepsi bahwa
tingkat akuntabilitas suatu laporan
keuangan tidak tergantung dari
tingkat pengungkapan yang
lengkap termasuk informasi tentang
kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target termasuk
kendalanya, dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi, dan informasi
tambahan lain.
Peggy Pengaruh Variabel Penyajian laporan keuangan
Sande Penyajian Laporan independennya berpengaruh signifikan positif
(2013) Keuangan Dan adalah Penyajian terhadap akuntabilitas pengelolaan
Aksesibilitas Laporan keuangan keuangan daerah. Aksesibilitas
Laporan Keuangan (X1) dan Aksebilitas laporan keuangan berpengaruh
Terhadap (X2), sedangkan Signifikap positif terhadap
Akuntabilitas variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan
Pengelolaan dependennya adalah daerah.
Keuangan Daerah Akuntabilitas
(Studi Empiris Keuangan Daerah
Pada Pemerintah (Y).
Provinsi Sumatera
Barat)
Sumber: Penelitian terdahulu diringkas

E. Kerangka Pikir

Untuk Lebih Memahami Pegaruh Penyajian da Aksesibilitas Laporan

Keuangan terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah di PEMDA Gowa dapat

digambarkan sebagai berikut:


22

Gambar 2.2
Kerangka Pikir: Hubungan antara penyajian laporan keuangan dan
aksesibilitas keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan Daerah

H1
H3
Penyajian Laporan
Keuangan Daerah (X1)
Akuntabilitas Keuangan
Daerah di Pemerintah
H2 Kabupaten Gowa
(Y)
Aksesibilitas Laporan
Keuangan (X2)

F. Hipotesis Penelitian

1. Hubungan penyajian laporan keuangan daerah dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Penyajian laporan keuangan daerah merupakan faktor penting

untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Pemerintah daerah harus bisa menyusun laporan keuangan sesuai

standar akuntansi yang diterima umum dan memenuhi karakteristik

kualitatif laporan keuangan. Pemerintah Daerah, penerima amanah

menyajikan informasi yang bermanfaat bagi organisasi dan para pengguna

informasi keuangan pemerintah, baik secara langsung atau tidak langsung

melalui wakil-wakilnya. Penyajian informasi yang utuh dalam laporan

keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan

akuntabilitas. Berarti semakin baik penyajian laporan keuangan

pemerintah maka akan berimplikasi terhadap peningkatan terwujudnya

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Menurut Mulyana (2006),

menyatakan penyajian neraca daerah berpengaruh positif dan signifikan


23

terhadap akuntabilitas keuangan daerah. penyajian laporan keuangan

daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dengan meningkatnya penyajian laporan keuangan daerah akan

berimplikasi terhadap peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah. Faktor utama untuk mewujudkan akuntabilitas adalah dengan

penyajian laporan keuangan yang relevan, andal, mudah dipahami, dan

dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

2. Hubungan aksesibilitas laporan keuangan dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik

terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang

dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses

ini diberikan oleh media seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun

televisi, website (internet), dan forum yang memberikan perhatian

langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah

terhadap masyarakat, Shende dan Bennet dalam Mulyana (2006).

Pemerintah daerah harus memberikan kemudahan akses bagi

para pengguna laporan keuangan. Apalah artinya menyajikan laporan

keuangan dengan baik tapi tidak memberikan kemudahan akses bagi

para pengguna laporan keuangan, maka usaha untuk menciptakan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tidak akan berjalan dengan

baik. Pemerintah daerah harus mampu memberikan kemudahan akses

bagi para pengguna laporan keuangan, tidak hanya kepada lembaga


24

legislatif dan badan pengawasan tetapi juga kepada masyarakat yang

telah memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola

dana publik.

Mulyono (2006) menyatakan bahwa aksesibilitas laporan

keuangan berpengaruh positif secara signifikan terhadap upaya

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil penelitian Kadarmi

(2008) dalam Sukhemi (2012) menunjukan bahwa aksesibilitas

laporan keuangan SKPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Oleh karena itu, pemerintah

daerah mendapat motivasi agar mampu menyajikan laporan keuangan tidak

hanya kepada DPRD tetapi juga harus menyajikan fasilitas kepada

masyarakat berupa kemudahan dalam mengetahui atau memperoleh

informasi laporan keuangan.

3. Hubungan penyajian laporan keuangan, aksesibilitas laporan keuangan

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan

pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sasaran

pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan peraturan

perundang- undangan yang berlaku mencakup penerimaan,

penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.

Akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang

amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang


25

menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah

(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut. Mahsun (2006).

Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi

sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-

lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada

pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban

vertical. Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan

keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor

publik. Tuntutan pemerintah pusat yang mengharuskan setiap pelaporan

keuangan pemerintah daerah harus terdapat Penyajian Laporan

Keuangan Daerah hal ini diharapkan dapat berpengaruh positif

terhadap Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Aksesibilitas

laporan keuangan merupakan sarana penunjang dalam rangka

perwujudan lembaga pemerintah daerah sebagai lembaga sektor

publik. Untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah pemerintah daerah harus menyampaikan laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan kepada masyarakat secara

terbuka dengan mengembangkan sistem informasi keuangan daerah.

Berarti dengan memberikan kemudahan akses terhadap laporan

keuangan bagi para pengguna akan menciptakan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.

Menurut Siti Aliyah dan Aida Nahar (2012), menyatakan

penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan


26

daerah secara bersama- sama atau simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah. ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan

akuntabilitas, tidak disebabkan karena laporan tahunan yang tidak

memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna, tetapi

juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung tersedia dan

aksesibel pada para pengguna potensial. Sebagai konsekuensinya,

penyajian laporan keuangan yang tidak lengkap dan tidak aksesibel

dapat menurunkan kualitas dari akuntabilitas keuangan daerah.

G. Rumusan Hipotesis

Berdasarkakn rumusan masalah, kajian teori, dan hasil penelitian di

atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitain sebagai berikut:

1) Diduga penyajian laporan keuangan berpengaruh signifikan positif

terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (H1).

2) Diduga aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh signifikan positif

terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (H2).

3) Diduga Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan

keuangan daerah secara simultan berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (H3).


27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli s/d Agustus 2016. Berlokasi

di Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa (PEMDA GOWA). Jl. Masjid Raya

No 30 Kel. Sungguminasa Kec. Sombaopu Kab. Gowa.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek,

yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau

karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi subjek

penelitian (responden). Tanggapan yang diberikan responden berupa respon

tertulis melalui kuesioner yang diajukan oleh peneliti. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang merupakan

sumber penelitan yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak

melalui media perantara).

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Staf/Pengawai Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Gowa. Penyampelan atas

responden dilakukan dengan teknik proporsionate stratified random

sampling; yakni, suatu teknik pemilihan sampel yang apabila populasinya

tidak (heterogen), yang terdiri dari beberapa kelompok dengan kategori

yang berbeda. Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 45 orang.

27
28

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan bersifat kuantitatif, terdiri

atas data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian

dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk memperoleh

informasi tentang pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan

aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah pada pemerintah kabupaten Gowa.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

variabel dependen (terikat) dan variable independen (bebas). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah (Y). Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah

penyajian laporan keuangan daerah (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan

daerah (X2). Pengukuran variabel menggunakan skala Likert yaitu responden

menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai keberadaan pernyataan

mengenai perilaku, obyek, atau kejadian, Kuncoro (2003). Jawaban akan

diberi skor: Skor 1 = sangat tidak setuju, Skor 2 = tidak setuju, Skor 3 =

ragu-ragu , Skor 4 = setuju, Skor 5 = sangat setuju.

2. Definisi Operasional

a) Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Penyajian Laporan Keuangan (independent variabel)

merupakan penyajian informasi keuangan pemerintah daerah yang


29

memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yang berdasarkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Terdapat 4 indikator

karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu; Relevan, Andal, Dapat

dibandingkan, dan Dapat dipahami. Pengukuran variabel ini

menggunakan instrumen kuesioner, dengan model skala Likert lima poin.

Responden diminta untuk menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya

terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kondisi yang

sesungguhnya.

b) Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Aksesibilitas laporan keuangan adalah kemampuan untuk

memberikan akses bagi stakeholder untuk mengetahui atau memperoleh

laporan keuangan sebagai bagian dari partisipasi stakeholder. Terdapat 3

indikator yang mempengaruhi aksesibilitas laporan keuangan: Terbuka di

media massa, Mudah diakses, dan Ketersediaan informasi. Pengukuran

variabel ini menggunakan instrumen kuesioner, dengan model skala

Likert. Responden diminta untuk menyatakan setuju atau

ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan

kondisi yang sesungguhnya.

c) Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (dependent

variabel) merupakan proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban, serta

pengawasan yang benar- benar dapat dilaporkan dan


30

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan DPRD. Terdapat 4

indikator yang mempengaruhi akuntabilitas laporan keuangan yaitu:

Akuntabilitas kejujuran dan Akuntabilitas hukum, Akuntabilitas proses,

Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan. Pengukuran variabel

ini menggunakan instrumen kuesioner, dengan model skala Likert lima

poin. Responden diminta untuk menyatakan setuju atau

ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan

kondisi yang sesungguhnya.

Tabel 1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Indikator


Variabel
Variabel X1 Penyajian informasi 1. Relevan
Penyajian keuangan 2. Andal
Laporan pemerintah daerah 3. Dapat
Keuangan yang memenuhi dibandingkan
karakteristik kualitatif 4. Dapat dipahami
laporan keuangan dalam
Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
Variabel X2 Kemampuan untuk 1. Terbuka di media
Aksesibilitas memberikan akses bagi massa
laporan stakeholder untuk 2. Mudah diakses
Keuangan mengetahui 3. Ketersediaan
atau memperoleh informasi
laporan keuangan
sebagai bagian dari
partisipasi stakeholder.
Variabel Y Proses pengelolaan 1. Akuntabilitas
Akuntabilitas keuangan daerahmulai keujujuraan dan
pengelolaan dari perencanaan, akuntabilitas
keuangan pelaksanaan, pelaporan, hukum
pertanggungjawaban, 2. Akuntabilitas
serta pengawasan yang proses
benar-benar dapat 3. Akuntabilitas
dilaporkan dan program
dipertanggungjawabkan 4. Akuntabilitas
kepada kebijakan
masyarakat dan DPRD.
31

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel

menggunakan skala ordinal yang mengukur tidak hanya menyatakan

kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct diukur dengan

tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban.

Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam

bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-

pernyataan tipe skala likert.

F. Metode Penelitian data

Penyusunan penulisan ini, penulis mengambil cara dalam

mendapatkan data dan informasi yang ada hubungannya dengan materi

pembahasan. Adapun metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan

data dan informasi adalah:

a) Kuesioner, artinya dengan membagikan daftar pertanyaan yang

berhubungan variabel yang diteliti yaitu karakteristik laporan keuangan,

serta kriteria-kriteria yang berkaitan dengan akuntabilitas laporan

keuangan. Kuesioner diberikan dengan mengantar langsung dan

dititipkan kepada staf di kantor, dengan mengadakan perjanjian

pengambilannya setelah waktu yang dijanjikan tiba. Dokumentasi data

sekunder, merupakan metode pelengkap dalam mendukung hasil

penelitian.

b) Dokumentasi data sekunder merupakan dokumentasi yang

berbentuk data permanen (hasil penelitian) yang berisi tentang segala


32

sesuatu tentang catatan, rekaman suatu peristiwa dan objek atau aktivitas

yang fakta, dan dianggap penting dan berharga.

G. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analsis data dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban

atas masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dan untuk mendapatkan

bukti empirik sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Data di peroleh dari

hasil Kuesioner, kemudian dikuantitatifkan agar dapat dianalisis secara

statistik.

2. Uji Kualitas data

a. Uji Validitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk dapat mempertanggungjawabkan

ketelitian serta ketepatan Kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Alat ukur yang valid berarti alat ukur tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur handal atau tidaknya

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Suatu

Kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap

pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Dengan demikian, uji


33

reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui konsisten/tidaknya responden

terhadap Kuesioner-Kuesioner penelitian.

H. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggambarkan suatu hubungan dimana satu atau lebih

variabel (variabel independen) mempengaruhi variabel lainnya (variabel

dependen). Oleh karena itu peneliti menggunakan analisis regresi

linier berganda untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Dalam analisis

regresi linier berganda, selain mengukur kekuatan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen juga menunjukkan arah

pengaruh tersebut. Statistical Package For Sosial Science (SPSS) akan

digunakan untuk membantu proses analisis regresi linear berganda.

Pengujian-pengujian tersebut didasarkan pada persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2+ e

Keterangan:

Y : Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

X1: Penyajian Laporan Keuangan Daerah

X2: Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

a : Konstanta

b1 : koefisien regresi dari X1

b2 : koefisien regresi dari X2

e : kesalahan residual (error turn)


34
34

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kabupaten Gowa

Dalam khasanah sejarah nasional, nama Gowa sudah tidak asing lagi.

Mulai abad ke-15, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan maritim yang besar

pengaruhnya di perairan Nusantara. Bahkan dari kerajaan ini juga muncul

nama pahlawan nasional yang bergelar Ayam Jantan dari Timur, Sultan

Hasanuddin, Raja Gowa XVI yang berani melawan VOC Belanda pada tahun-

tahun awal kolonialisasinya di Indonesia. Kerajaan Gowa memang akhirnya

takluk kepada Belanda lewat Perjanjian Bungaya. Namun meskipun sebagai

kerajaan, Gowa tidak lagi berjaya, kerajaan ini mampu memberi warisan

terbesarnya, yaitu Pelabuhan Makassar. Pelabuhan yang kemudian

berkembang menjadi Kota Makassar ini dapat disebut anak kandungnya,

sedangkan Kerajaan Gowa sendiri merupakan cikal bakal Kabupaten Gowa

sekarang.

Dalam Sistem Pemerintahan Kabupaten Gowa Telah dipimpin oleh

12 Kepala Daerah hingga saat ini yaitu sebagai berikut:

URUTAN NAMA MASA JABATAN


I Andi Ijo Karaeng Lalolang 1957 – 1960
II Andi Tau 1960 – 1967
III K.S. Mas’ud 1967 – 1976
IV H. M. Arief Sirajuddin 1976 – 1984
V A. KadirDalle 1984 – 1989
VI A. Aziz Umar 1989 – 1994
VII Syahrul Yasin Limpo 1994 – 2002
VIII Hasbullah Jabar 2002 – 2004
IX Andi Baso Machmud 2005 (Caretaker)
X H. Ichsan Yasin Limpo, SH.,MH 2005 – 2010
XI H. Ichan Yasin Limpo, SH.,MH 2010-2015
35

XII Adnan Purichta Ichsan YL. 2015 – Sekarang


Jumlah entitas akuntansi (SKPD)
34 pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Gowa terdiri dari:

1) 10 (Sepuluh) Sekretariat

2) 16 (enam belas) Dinas

3) 9 (sembilan) Badan

4) 3 (tiga) Kantor

Entitas tersebut mengelola dana terpisah sehingga masing-masing

mempunyai DPA-SKPD. Untuk menatausahakan dana APBD yang dikelola

oleh masing-masing SKPD sebagai entitas akuntansi, pada sekretariat, dinas

dan badan yang mempunyai tugas sebagai beikut:

1) Mengakuntasikan semua transaksi yang terjadi pada SKPD-nya

masing- masing.

2) Menyusun Laporan Keuangan SKPD baik laporan semester maupun untuk

laporan akhir.

Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten Gowa dipimpin oleh

Kepala Badan. Adapun Peneliti mengambil sampel data dan penelitian di salah

satu badan SKPD Pemerintah Kab. Gowa tersebut yaitu Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah Kabupaten Gowa.

Keberadaan Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten Gowa diatur

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Gowa.

Dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan teknis dan administratif

pada semua unsur dalam unit organisasi, Kepala Badan dibantu oleh seorang
36

Sekretaris dan 3 (Tiga) orang Kepala Sub Bagian, sedangkan dalam

pelaksanaan tugas-tugas teknis lainnya dibantu oleh 4 (Empat) orang Kepala

Bidang dan 8 (Delapan) orang Kepala Sub Bidang.

B. Letak Geografis Secara Umum Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16’ Bujur Timur dari Jakarta

dan 5°33.6’ Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah

administasinya antara 12°33.19’ hingga 13°15.17’ Bujur Timur dan 5°5’

hingga 5°34.7’ Lintang Selatan dari Jakarta. Kabupaten yang berada pada

bagian Selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7

Kabupaten/Kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar

dan Kabupaten Maros.

Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba

dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan

Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan

Takalar. Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama

dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah

Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan

definitive sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan.

C. Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Gowa

a) Visi

“Terwujudnya Gowa yang Handal dalam Peningkatan Kualitas Hidup

Masyarakat “
37

b) Misi

Guna mewujudkan visi Kabupaten Gowa menjadi suatu realitas

kehidupan politik, ekonomi, kesehatan, sosial budaya, hukum dan

ketentraman/ketertiban serta tatanan pemerintahan, maka visi tersebut

diterjemahkan dalam misi yang akan diemban yaitu

 Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dengan

moral dan akhlak yang tinggi serta keterampilan yang memadai.

 Meningkatkan interkoineksitas wilayah dan keterkaitan ekonomi.

 Meningkatkan kelembagaan dan peran masyarakat.

 Meningkatkan penerapan hokum dan penerapan prinsip tata

pemerintahan yang baik

 Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang mengacu

pada kelestariaan lingkungan.


38

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 45 orang staf

atau pegawai pada SKPD di Bagian Badan Pengelolaan Keuangan

Daerah Kabupaten Gowa terjaring data yang variatif, khususnya data

identitas responden yang meliputi : jenis kelamin, tingkat pendidikan,

jabatan dan masa kerja. keempat kategori tersebut secara tidak langsung

menunjukkan bagaimana peranan terhadap kinerja dan kualitas SDM

dalam sebuah instansi terutama dalam proses penyelesaian sebuah masalah

dan pelaporan kinerja dari instansi tersebut. Adapun distribusi responden

berdasarkan karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel dan

dijelaskan berikut ini.

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin atau gander adalah suatu konsep kultural yang

berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku,

mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan

yang berkembang dalam masyarakat. Jadi, jenis kelamin diartikan sebagai

perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi

nilai dan tingkahlaku. Adapun karakteristik responden menurut jenis

kelamin pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada Tabel 1.

38
39

Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

PERSENTASE
JENIS KELAMIN JUMLAH (ORANG)
(%)

- Laki-laki 30 66,67
- Perempuan 15 33,33
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Identitas jenis kelamin digunakan untuk mengetahui dan

memprediksikan prilaku pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.

Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden pada Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Gowa menurut jenis kelamin

yang memiliki jumlah paling banyak adalah laki-laki sebanyak 30 Orang

(66,67%) sedangkan perempuan sebanyak 15 orang (33,33%).

b. Tingkat Umur

Usia sangat menentukan tingkat kinerja pegawai, dimana tingkat

usia yang masih produktif akan berpengaruh terhadap penyelesaian tugas

dan tangung jawab pegawai yang lebih cepat dan baik sehingga

diharapkan dapat memberikan dampak yang baik pula terhadap kinerja

organisasi. Tingkat umur sendiri memberikan peranan bagaiman

individual maupun kelompok mampu menyelesaikan masalah-masalah

organisasi. Tingkat umur responden yang tertinggi adalah 60 tahun dan

terendah adalah 25 tahun.

Adapaun karakteristik responden menurut tingkat umur pada

Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel

2.
40

Tabel 2.Identitas Responden Menurut Umur Pegawai

KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN FREKUENSI


NO UMUR
(Tahun) % Jumlah % Jumlah %
Jumlah
1 21 – 30 6 13,33 3 6,67 9 20,00

2 31 – 40 14 31,11 8 17,78 22 48,89

3 41 – 50 6 13,33 3 6,67 9 20,00

4 51 – 60 4 8,89 1 2,22 5 11,11

Jumlah 30 66,66 15 33,34 45 100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Tabel 2, diatas menunjukkan bahwa responden laki-laki sebanyak

30 orang atau 66,66% pegawai dari seluruh responden dengan kelompok

umur masing-masing antara 21-30 tahun sebanyak 6 orang atau 13,33%

pegawai, antara 31-40 tahun sebanyak 14 orang atau 31,11% pegawai,

antara 41-50 tahun sebanyak 6 orang atau 13,33% pegawai dan antara 51-

60 tahun sebanyak 4 orang atau 8,89% pegawai.

Pada kelompok perempuan dengan responden yang berjumlah 15

orang atau 33,34% pegawai dari seluuh responden dengan kelompok umur

masing-masing antara 21-30 tahun sebanyak 3 orang atau 6,67% pegawai,

antara 31-40 tahun sebanyak 8 orang atau 17,78% pegawai, antara 41-50

tahun sebanyak 3 orang atau 6,67% pegawai dan antara 51-60 tahun

sebanyak 1 orang atau 2,22% pegawai.


41

Sedangkan secara keseluruhan kelompok umur laki-laki dan

perempuan antara 21-30 tahun sebanyak 9 orang atau 20,00%, antara 31-

40 taun sebanyak 22 orang atau 48,89%, antara 41-50 tahun sebanyak 9

orang atau 20,00% dan antara51-60 tahun sebanyak 5 orang atau 11,11%

pegawai.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah dinikmati

oleh responden sesuai dengan latar belakang pendiidikan dan disiplin ilmu

yang ditekuninya dan diakui oleh pemerintah. Tingkat pendidikan formal

tersebut akan membentuk cara berpikir dan bertindak pegawai terutama

dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Adapun karateristik responden

menurut tingkat pendidikan pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah

Kabupaten Gowa, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 identitas Responden Menurut Tingkatan Pendidikan

LAKI-LAKI PEREMPUAN FREKUENSI


JENJANG
NO
PENDIDIKAN % Jumlah %
Jumlah % Jumlah
3 SLTA 12 26,67 6 13,33 18 40,00

4 DIPLOMA 2 4,44 0 0,00 2 4,44

STRATA
5 11 24,44 7 15,56 18 40,00
SATU

6 STRATA DUA 5 11,12 2 4,44 7 15,56

Jumlah 30 66,66 15 33,34 45 100

Tabel 3, diatas menunjukkan bahwa responden laki-laki terdapat

30 orang atau 66,66% pegawai dari seluruh responden dengan tingkatan


42

pendidikan masing-masing : SLTA sebanyak 12 orang atau 26,67%

pegawai, Diploma sebanyak 2 orang atau 4,44%, Strata Satu sebanyak 11

orang atau 24,22% pegawai, Strata Dua sebanyak 5 orang atau 11,12%

pegawai.

Pada kelompok perempuan dengan responden yang berjumlah 15

orang atau 33,34% pegawai dari seluruh responden dengan tingkatan

pendidikan masing-masing, SLTA sebanyak 6 orang atau 13,33%

pegawai, Diploma tidak terdapat seorang pegawai, Strata Satu sebanyak 7

orang atau 15,56% pegawai, Strata Dua sebanyak 2 orang atau 4,44%

pegawai.

Sedangkan secara keseluruhan responden laki-laki dan perempuan

dengan jumlah responden 45 orang dengan jenjang pendidikan masing-

masing : SLTA sebanyak 18 orang atau 40,00% pegawai, Diploma

sebanyak 2 orang pegawai atau 4,44%, Strata Satu sebanyak 18 orang atau

40,00% pegawai, Strata Dua sebanyak 7 orang atau 15,56% pegawai.

d. Jabatan

Frekuensi Persen %

Bandahara 2 4,4
Kabag 2 4,4
Kabid 15 33,3
Kepala Badan 1 2,2
Sekretaris 2 4,4
43

Tabel 4 Staf 23 51,1 berikut

Total 45 100

menunjukkan tingkat keseluruhan responden yang dibagi berdasarkan

jabatannya masing-masing :

Berdasarkan tabel 4 tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 45

orang responden yang mengisi kuesioner terdiri dari 2 orang (4,4 %)

sebagai Bendahara, 2 orang (4,4%) Kepala bagian, 15 (33,3 %) kepala

bidang, 1 (2,2 %) Kepala Badan, 2 (4,4 %) sebagai sekretaris dan 23 (51,1

%) sebagai staf dilingkungan kerja SKPD Gowa bagian Badan Pengelola

keuangan Pemda Gowa.

e. Masa Kerja Responden

Masa kerja sangat mempengaruhi penguasaan rincian pekerjaan

dari seorang pegawai, dimana responden dengan masa kerja yang lebih

lama mempunyai pengalaman, kepercayaan diri dan penguasaan job

description yang lebih baik. Kemampuan, pengetahuan, tanggung jawab


44

dalam bertindak, berpikir serta mengambil keputusan juga dipengaruhi

oleh masa kerja, disamping usia karyawan. Hal tersebut seperti yang

dikemukakan oleh Hilda (2004), bahwa faktor usia dan pengalaman kerja

saling terkait, dimana keduanya mempengaruhi kemampuan karyawan

dalam menghadapi persoalan dan mengambil keputusan. Selanjutnya,

Hilda (2004) mengatakan bahwa pegawai yang memiliki masa kerja yang

lebih lama, cenderung lebih memahami struktur harapan-imbalan yang

berlaku di perusahaan, sehingga mereka memiliki perilaku yang lebih

efektif daripada pegawai yang kurang berpengalaman. Dikarenakan hal-

hal tersebut maka masa kerja merupakan bagian dari gambaran umum

responden penelitian ini. Selengkapnya disajikan dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 5. Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja

MASA KERJA PERSENTASE


JUMLAH (ORANG)
(Tahun) (%)

0 – 10 30 66,66

11 – 20 10 22,22

> 21 5 11,12

Jumlah 45 100,00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang

masa kerjanya 0-10 tahun sebanyak 30 orang (66,66%), yang masa


45

kerjanya 11-20 tahun sebanyak 10 orang (22,22%), dan yang masa kerja

lebih dari 21 tahun sebanyak 5 orang (11,12%). Dilihat dari lamanya

pegawai struktural bekerja, terlihat bahwa mereka sudah cukup

berpengalaman dalam menjalankan tugasnya.

2. Analisis Deskripsi dan Variabel Penelitian

Deskripsi variabel penelitian berikut ini menampilkan jawaban

responden dalam bentuk distribusi frekuensi. Deskripsi ini bertujuan untuk

mengetahui tanggapan responden terhadap masing-masing indikator dan

variabel yang di gunakan dalam penelitian ini, sehingga dapat diketahui

kondisi masing-masing variabel tersebut secara umum. Penelitian ini

menggunakan satu variabel terikat yaitu Penyajian laporan keuangan

Daerah (XI), Aksesibilitas laporan keuangan (X2), dan Akuntabilitas

keuangan daerah (Y). Masing-masing variabel tersebut akan di jelaskan

sebagai berikut :

a. Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

Sebaran data berdasarkan hasil survei kuesioner terhadap 45 orang

responden, maka dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang

penyajian laporan keuangan Daerah pada Tabel-Tabel di berikut :

Tabel 6 Penyajian Laporan Keuangan (P1)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
1 1 1.3 1.3 1.3
2 1 1.3 1.3 2.6
3 7 11.8 11.8 14.5
46

Valid 22 60.5 60.5 75.0


4
15 25.0 25.0 100.0
5
45 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pertanyaan pertama (SKPD mampu

menyusun laporan keuangan secara lengkap (laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan), 1 orang

(1,3%) dari jumlah responden menjawab sangat tidak setuju, 1 orang

(1,3%) dari responden menjawab tidak setuju, 7 orang (11,8%)

menjawab ragu-ragu, 22 orang (60,5%) dari responden menjawab setuju,

dan 15 orang (25,0%) dari responden menjawab sangat setuju.

Tabel 7 Penyajian Laporan Keuangan (P2)


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent
Percent
2 2 2.6 2.6 2.6
3 8 18.4 18.4 21.1
Valid 4 23 56.6 56.6 77.6
12 22.4 22.4 100.0
5
45 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pertanyaan kedua (SKPD mampu

menyelesaikan laporan keuangan (Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,


47

Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan tepat waktu),

tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju, 2 orang (2,6%)

menjawab tidak setuju, 8 orang (18,4%) dari jumlah responden

menjawab ragu-ragu, 23 orang (56,6%) dari responden menjawab setuju,

dan 12 orang (12,4%) dari responden menjawab sangat setuju.

Tabel 8 Penyajian Laporan Keuangan (P3)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
3 3 18.4 18.4 18.4
4 21 40.8 40.8 59.2
Valid
5 21 40.8 40.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pertanyaan ketiga (laporan keuangan

SKPD menyediakan informasi yang dapat mengoreksi aktifitas keuangan

di masa lalu), tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju dan

menjawab tidak setuju, 3 orang (18,4%) dari jumlah responden menjawab

ragu-ragu, 21 orang (40,8%) dari responden menjawab setuju, dan 21

orang (40,8%) dari responden menjawab sangat setuju.

Tabel. 9 Penyajian Laporan Keuangan (P4)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
2 2 2.6 2.6 2.6
3 6 18.4 18.4 21.1
Valid 4 21 43.4 43.4 64.5
16 35.5 35.5 100.0
48

5 45 100.0 100.0
Sumber:Total
Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan keempat

(Laporan Keuangan SKPD dapat membantu pengguna memperediksi masa

yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa

kini), tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju, 2 orang

(2,6%) dari jumlah responden menjawab tidak setuju, 6 orang (18,4%)

menjawab ragu-ragu, 21 orang (43,4%) dari responden menjawab setuju,

dan 16 orang (35,5%) dari responden menjawab sangat setuju.

Tabel 10 Penyajian Laporan Keuangan (P5)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
2 1 1.3 1.3 1.3
3 6 15.8 15.8 17.1
Valid 4 22 46.1 46.1 63.2
16 36.8 36.8 100.0
5
45 100.0 100.0
Total

Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan kelima


49

(informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan SKPD telah

menggambarkan dengan jujur transaksi yang seharusnya disajikan dalam

laporan keuangan), tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju, 1 orang (1,3%) dari jumlah responden menjawab tidak setuju, 6

orang (15,8%) menjawab ragu-ragu, 22 orang (46,1%) dari responden

menjawab setuju, dan 16 orang (36,8%) dari responden menjawab sangat

setuju.

b. Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2)

Sebaran data dari 45 orang responden, maka dapat dilihat

frekuensi jawaban responden tentang aksesilbilitas laporan keuangan

pada Tabel-Tabel di bawah ini:

Tabel 11 Aksesibilitas Laporan Keuangan (P1)


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent
Percent
1 3 7.9 7.9 7.9
2 7 25.0 25.0 32.9
3 10 19.7 19.7 52.6
Valid
4 21 36.8 36.8 89.5
5 4 10.5 10.5 100.0
76 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016
50

Berdasarkan Tabel 11 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan pertama

(laporan keuangan Daerah dipublikasikan secara terbuka melalui media

massa), 3 orang (7,9%) dari responden menjawab sangat tidak setuju, 7

orang (25,0%) responden menjawab tidak setuju, 10 orang (19,7%)

responden menjawab ragu- ragu dan 21 orang (36,8%) responden

menjawab setuju dan 4 orang (10,5%) menjawab sangat setuju.

Tabel 12 Aksesibilitas Laporan Keuangan (P2)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
1 1 1.3 1.3 1.3
2 12 18.4 18.4 19.7
3 4 10.5 10.5 30.3
Valid
4 25 57.9 57.9 88.2
5 3 11.8 11.8 100.0
45 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 1 2 diatas bisa terlihat bahwa dari 45

orang responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan kedua

(memberikan kemudahan kepada para pengguna laporan keuangan dalam

memperoleh informasi tentang laporan keuangan Daerah), 1 orang

(1,3%) responden yang menjawab sangat tidak setuju, 12 orang (18,4%)

dari responden menjawab tidak setuju, 4 orang (10,5%) responden

menjawab ragu-ragu, 25 orang (57,9%) menjawab setuju, 3 orang

(11,8%) responden menjawab sangat setuju.

Tabel 13 Aksesibilitas Laporan Keuangan (P3)


51

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
2 7 23.7 23.7 23.7
3 23 34.2 34.2 57.9
Valid 4 10 30.3 30.3 88.2
3 11.8 11.8 100.0
5
45 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 13 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan ketiga

(masyarakat dapat mengakses laporan keuangan Daerah melalui internet

(website)), tidak ada responden menjawab sangat tidak setuju, 18 orang

(23,7%) dari responden menjawab tidak setuju, 26 orang (34,2%) dari

responden menjawab ragu-ragu, 23 orang (30,3%) responden menjawab

setuju dan 9 orang (11,8%) responden menjawab sangat setuju.

c. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y)

Sebaran data berdasarkan hasil survei kuesioner terhadap 45

orang responden, maka dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah pada Tabel-Tabel berikut :

Tabel 14 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P1)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
1 1 1.3 1.3 1.3
2 2 2.6 2.6 3.9
3 4 5.3 5.3 9.2
Valid
4 20 55.3 55.3 64.5
5 18 35.5 35.5 100.0
52

45 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 14 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan pertama

(APBD disusun dengan pendekatan kinerja), 1 orang (1,3%) dari

responden menjawab sangat tidak setuju, 2 orang (2,6%) menjawab tidak

setuju, 4 orang (5,3%) menjawab ragu-ragu, 20 orang (55,3%)

responden menjawab setujudan 18 orang (35,5%) responden menjawab

sangat setuju.

Tabel 15 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P2)


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent
Percent
2 1 1.3 1.3 1.3
3 2 2.6 2.6 3.9
Valid 4 27 63.2 63.2 67.1
15 32.9 32.9 100.0
5
45 100.0 100.0
Total
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 15 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan kedua

(Pemerintah menyampaikan rancangan APBD kepada DPRD untuk

mendapat persetujuan), tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju, 1 orang (1,3%) responden menjawab tidak setuju, 2 orang (2,6%)

responden menjawab ragu- ragu, 27 orang (63,2%) responden menjawab

setuju dan 15 orang (32,9%) responden menjawab sangat setuju.

Tabel 16 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P3)


53

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
3 3 10.5 10.5 10.5
4 21 44.7 44.7 55.3
Valid
5 21 44.7 44.7 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 16 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan ketiga

(Pendapatan Daerah disetor sepenuhnya tepat pada waktunya ke kas

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan), tidak ada responden yang menjawab sangat

tidak setuju dan menjawab tidak setuju, 3 orang (10,5%) menjawab

ragu-ragu, 21 orang (44,7%) responden menjawab setuju dan 21 orang

(44,7%) responden menjawab sangat setuju.

Tabel 17 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P4)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
4 29 51.3 51.3 51.3
Valid 5 16 48.7 48.7 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016
54

Berdasarkan Tabel 17 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan keempat

(Pelaporan keuangan Daerah dibuat dalam bentuk laporan keuangan

sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan

peraturan pemerintah), tidak ada responden yang menjawab sangat

tidak setuju,tidak setuju, dan ragu-ragu, 29 orang (51,3%) responden

menjawab setuju dan 16 orang (48,7%) responden menjawab sangat

setuju.

Tabel 18 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P5)

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent
Percent
3 8 17.1 17.1 17.1
4 31 67.1 67.1 84.2
Valid
5 3 15.8 15.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 18 diatas bisa terlihat bahwa dari 45 orang

responden yang memberikan jawaban tentang pertanyaan kelima

(Pengelolaan APBD dipertanggungjawabkan kepada otoritas yang lebih

tinggi dan kepada masyarakat luas), tidak ada responden yang menjawab

sangat tidak setuju, 5 orang (6,6%) dari responden menjawab tidak setuju, 13

orang (17,1%) dari responden menjawab ragu-ragu, 35 orang (46,1%)

responden menjawab setuju dan 23 orang (30,3%) responden menjawab

sangat setuju.

3. Uji Validitas dan uji Realibilitas

a. Uji Validitas Instrumen Penelitian


55

Uji validitas dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan

kehandalan butir-butir kuisioner yang digunakan dalam penelitian.

Analisis dilakukan terhadap semua butir-butir kuisioner dengan

menggunakan bantuan program SPSS 21.0, dimana batas angka kritis

(α) adalah 0,05 (5%). Pengujian validitas dilakukan dengan kriteria

sebagai berikut :

1) jika r hitung positif dan r hitung ˃ r Tabel maka pertanyaan

dinyatakan valid,

2) jika r hitung negatif dan r hitung ˂r Tabel maka pertanyaan

dinyatakan tidak valid.

Berikut ini dibahas secara berturut-turut hasil uji validitas untuk masing-

masing variabel:

1) Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Setelah dilakukan perhitungan dengan cara mengoreksi skor

tiap butir pertanyaan dengan jumlah skor, maka hasilnya dapat dilihat

pada Tabel berikut:

Tabel 19 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel


Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)
R hitung R Tabel Hasil
Pertanyaan 1 0,585 0,237 Valid
56

Pertanyaan 2 0,697 0,237 Valid


Pertanyaan 3 0,810 0,237 Valid
Pertanyaan 4 0,825 0,237 Valid
Pertanyaan 5 0,763 0,237 Valid
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 45 orang,

maka nilai r Tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-k.

dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi

df untuk variabel Penyajian laporan Keuangan Daerah (X1) = 45-5 = 40

dan r Tabelnya 0,237. Berdasarkan perbandingan antara r hitung dan r

Tabel maka dapat dinyatakan bahwa terdapat 5 butir pertanyaan yang

valid yaitu butir 1,2,3,4, dan 5.

2) Aksesibilitas Laporan Keuangan

Setelah dilakukan perhitungan dengan cara mengoreksi skor

tiap butir pertanyaan dengan jumlah skor, maka hasinya dapat dilihat

pada Tabel berikut :

Tabel 20 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel

Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2)

R hitung R table Hasil


Pertanyaan 1 0,852 0,227 Valid
Pertanyaan 2 0,877 0,227 Valid
Pertanyaan 3 0,824 0,227 Valid
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 45 orang,

maka nilai r Tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-k.

dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi

df untuk variabel Assesibilitas Laporan Keuangan (X2) = 45-3 = 42 dan


57

r Tabelnya 0,227. Berdasarkan perbandingan antara r hitung dan r

Tabel maka dapat dinyatakan bahwa terdapat 3 butir pertanyaan yang

valid yaitu butir 1,2, dan 3.

3) Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Setelah dilakukan pengukuran dengan cara mengoreksi skor

pada setiap butir pertanyaan, maka hasil ujinya disajikan pada Tabel 20 di

bawah ini.

Tabel 21 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y)

R hitung R Tabel Hasil


Pertanyaan 1 0,418 0,238 Valid
Pertanyaan 2 0,493 0,238 Valid
Pertanyaan 3 0,413 0,238 Valid
Pertanyaan 4 0,472 0,238 Valid
Pertanyaan 5 0,572 0,238 Valid
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 45 orang,

maka nilai r Tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-k.

dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi df

untuk variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) = 45-5 =

40 dan r Tabelnya 0,238. Berdasarkan perbandingan antara r hitung dan

r Tabel maka dapat dinyatakan bahwa terdapat 5 butir pertanyaan yang

valid yaitu butir 1,2,3,4, dan 5.

b. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian


Koefisien reliabilitas instrument dimaksudkan untuk melihat

konsistensi jawaban butir-butir pertanyaan yang diberikan oleh responden.


58

Adapun hasil reliabilitas masing-masing variabel dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 22 Hasil uji Reliabilitas Masing-masing Variabel

No Variabel Variabel Rtabel Hasil


Cronbach‟s
Alpha
1 Penyajian Laporan Keuangan 0,901 0,60 Reliabe
l
Daerah (X1)
2 Aksesibilitas Laporan 0,804 0,60 Reliabe
l
Keuangan (X2)
3 Akuntabilitas Pengelolaan 0,676 0,60 Reliabe
l
Keuangan Daerah (Y)
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik apabila

memiliki nilai Cronbach‟s Alpha > 0,60. Pada Tabel 22 dapat dilihat

bahwa nilai Cronbach‟s Alphauntuk variabel penyajian Laporan

Keuangan (X1), Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) dan

Variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) lebih besar

dari 0,60 yang berarti bahwa instrument yang terdapat pada ketiga

variabel tersebut dinyatakan reliabel.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi

linear berganda. Regresi ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

penyajian laporan keuangan Daerah dan aksesibilitas laporan keuangan

berpengaruh secara signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas


59

pengelolaan keuangan Daerah. Analisis regresi linear berganda

dilakukan dengan menggunakan metode enter, karena dengan metode enter

seluruh variabel akan dimasukkan ke dalam analisis untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Data akan diolah dengan metode enter pada input alat bantu program statistik

dan dihasilkan output pada Tabel 23 berikut ini.

Tabel 23 Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Method


Removed
Aksesibilitas Laporan . Enter
Keuangan, Penyajian
1
Laporan keuanganb

a. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan Keuangan


b. All requested variables entered.

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 23 variables entered removeda analisis

statistik deskriptif yaitu sebagai berikut :

1) variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel

independen yaitu Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1) dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2),

2) tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (removed),

3) metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu metode enter

Hasil regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai koefisien

korelasi (R) sebesar 0,645 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara

variabel penyajian laporan keuangan Daerah dan aksesibilitas laporan


60

keuangan dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah sebesar

64,5%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Sedangkan nilai R Square atau koefisien

determinasi sebesar 0,416 yang berarti bahwa variabel dependen

(akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah) mampu dijelaskan oleh

variabel independen (penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas

laporan keuangan) sebesar 41,6 % dan sisanya sebesar 58,4 % dapat

dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini.

5. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen mampu menjelaskan variabel

dependen. Dengan kata lain koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur kemampuan variabel penyajian laporan keuangan Daerah (X1) dan

variabel aksesibilitas laporan keuangan (X2) dapat menjelaskan variabel

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah (Y).

Tabel 24 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of


Square the Estimate
1 .645a .416 .400 .02450
a. Predictors: (Constant), Aksesibilitas Laporan Keuangan,
61

Penyajian Laporan keuangan


b. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan Keuangan
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

Hasil regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai koefisien

korelasi (R) sebesar 0,645 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara

variabel penyajian laporan keuangan Daerah dan aksesibilitas laporan

keuangan dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah sebesar

64,5%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Sedangkan nilai R Square atau koefisien

determinasi sebesar 0,416 yang berarti bahwa variabel dependen

(akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah) mampu dijelaskan oleh

variabel independen (penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas

laporan keuangan) sebesar 41,6 % dan sisanya sebesar 58,4 % dapat

dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini.

6. Uji Parsial dengan T-Test

Uji T dilakukan untuk menguji apakah variabel penyajian laporan

keuangan (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan (X2), secara parsial atau

individu mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan laporan

keuangan (Y). Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan alat bantu

program statistik seperti terlihat pada Tabel 25 di bawah ini.

Tabel 25 Hasil
Uji T
Coefficientsa
62

Model Unstandar Standardize T Sig. Collinearity


dized d Statistics
Coefficient Coefficient
s s
B Std. Beta Tolerance VIF
Erro
r
(Constant) .251 .025 9.932 .000
Penyajian Laporan .245 .047 .470 5.228 .000 .990 1.011
keuangan .053 .010 .493 5.486 .000 .990 1.011

Aksesibilitas
Laporan Keuangan

a. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada kolom

bagian B diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut :

Y = 0,251 + 0,245X1 + 0,053X2 + е

Interpretasi dari persamaan regresi berganda di atas adalah sebagai

berikut :

1) Konstanta (a) = 0,251, menunjukkan harga konstan, dimana jika

tidak ada variabel penyajian laporan keuangan Daerah dan

aksesibilitas laporan keuangan yang mempengaruhi akuntabilitas

pengelolaan keuangan Daerah, maka nilai akuntabilitas pengelolaan

keuangan Daerah (Y) adalah sebesar 0,251.

2) Koefisien regresi variabel penyajian laporan keuangan Daerah

(X1) = 0,245, menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan


63

variabel penyajian laporan keuangan Daerah (X1) akan mendorong

peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah sebesar

0,245 satuan dengan anggapan variabel aksesibilitas laporan

keuangan (X2) adalah tetap/konstan.

3) Koefisien regresi variabel aksesibilitas laporan keuangan (X2)

= 0,053, menunjukkan setiap kenaikan 1 satuan variabel

aksesibilitas laporan keuangan (X2) akan mendorong peningkatan

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah sebesar 0,053 satuan

dengan anggapan bahwa variabel akuntabilitas pengelolaan

keuangan Daerah (X1) adalah tetap/konstan.

4) Standar error (е) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

7. Uji Simultan dengan F-test

Tabel 26 Hasil Uji F ANOVAa

Model Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
b
Regression .031 2 .016 26.051 .000
1 Residual .044 73 .001
Total .075 75
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Aksesibilitas Laporan Keuangan, Penyajian Laporan
keuangan

Berdasarkan tabel 26 diatas dapat dilihat bahwa dalam pengujian

menunjukkan hasil f hitung sebesar 26,051 dengan signifikan 0,000 yang

lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti penyajian

laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan secara


64

bersama-sama atau serempak berpengaruh positif terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan penyajian

laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah secara

simultan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. terbukti dan diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan menyajikan laporan keuangan daerah dan memberikan

kemudahan akses terhadap laporan keuangan daerah bagi para pengguna

ternyata akan mampu meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

B. Pembahasan Penelitian

1. Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa


Tahun 2016

Pemerintah Kabupaten Gowa menyajikan Laporan Keuangan pada

Tahun Anggaran 2016 dengan jumlah aset sebesar Rp. 1,1 miliar (unaudited),

kewajiban sebesar Rp. 20,2 miliar (audited), ekuitas dana sebesar Rp. 1,1

miliar (audited), realisasi pendapatan sebesar Rp. 581,7 miliar (audited),

realisasi belanja sebesar Rp. 542,1 miliar (audited), dan realisasi pembiayaan

netto sebesar Rp. 15,9 miliar (audited), serta Sisa Lebih Perhitungan Anggara

(SILPA) sebesar Rp. 23,6 miliar (audited). Dimana opini BPK atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa TA 2016 adalah Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP). hal ini tentunya sangat membanggakan karena

pemerintah Kabupaten Gowa masih konsisten pada tahun-tahun sebelumnya


65

dengan 4 kali berturut-turut memperoleh predikat WTP (Wajar tanpa

Pengecualian).

2. Penyajian Laporan Keuangan Daerah Memiliki Pengaruh signifikan


Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyajian laporan

keuangan Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan Daerah. Pengaruh penyajian laporan keuangan Daerah

dikatakan signifikan karena nilai sig. variabel panyajian laporan keuangan

Daerah adalah 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Artinya, apabila sig. lebih

kecil dari 0,05 maka variabel independen tersebut mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel dependennya. Dengan demikian,

hipotesis pertama yang menyatakan penyajian laporan keuangan Daerah

berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah

diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya

penyajian laporan keuangan daerah akan berimplikasi terhadap peningkatan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.Hasil penelitian ini

jugamendukung hasil penelitian yang dilakukanoleh Nasution (2009),

yang meneliti tentang pengaruh penyajian neraca SKPD dan

aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara parsial penyajian neraca SKPD berpengaruh signifikan dan

positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

SKPD.
66

Jadi dengan adanya penyajian laporan keuangan yang baik,

yang memenuhi karakteristik laporan keuangan dapat meningkatkan

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah. Semakin baik penyajian

laporan keuangan tentu akan memperjelas pelaporan keuangan

pemerintah Daerah karena semua transaksi keuangan dilakukan sesuai

dengan peraturan yang ada dan akan disajikan dengan lengkap dan jujur

dalam laporan keuangan pemerintah Daerah. Dengan demikian diharapkan

dapat mengurangi kelalaian dan kecurangan dalam pengelolaan

keuangan Daerah. Sehingga pengelolaan keuangan Daerah dapat

dipertanggjawabkan dengan baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah.

3. Aksesibilitas Laporan Keuangan Memiliki Pengaruh Terhadap


Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Variabel aksesibilitas laporan keuangan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah. Hal ini

ditunjukkan dari nilai sig. 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dimana apabila

nilai sig. variabel independen lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen

tersebut signifikan. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan

aksesibilitas laporan keuangan Daerah berpengaruh signifikan terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah terbukti dan diterima. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memberikan kemudahan akses

terhadap laporan keuangan Daerah bagi para pengguna ternyata akan

mampu meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah.


67

Hal ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Sande

(2013) yang meneliti tentang Pengaruh penyajian laporan keuangan dan

aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengeloaan keuangan

daerah Provinsi Sumatera Barat Hal ini mendukung penelitian yang telah

dilakukan oleh Aliyah dan Nahar (2012), yang meneliti tentang pengaruh

penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan

daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

kabupaten jepara. Serta, penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyana

(2006) tentang pengaruh penyajian neraca daerah dan aksesibilitas laporan

keuangan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

Jadi dengan memberikan kemudahan akses bagi para

pengguna laporan keuangan maka akan memungkinkan berjalannya fungsi

kontrol yang baik terhadap pertanggungjawaban penggunaan asset

Daerah maupun kontrol terhadap kebijakan - kebijakan keuangan yang

diambil pemerintah, baik kontrol yang dilakukan oleh badan

pemeriksa, masyarakat maupun investor. Dengan adanya kontrol yang

baik diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Daerah.

4. Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan


Keuangan Daerah Berpengaruh Secara Simultan Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil uji simultan atas variabel penyajian laporan keuangan Daerah

dan aksesibilitas laporan keuangan Daerah menunjukkan bahwa secara


68

bersama- sama memiliki pengaruh secara simultan terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan Daerah. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig. 0,000

yang lebih kecil dari 0,05. Dimana dengan nilai sig. yang lebih kecil dari

0,05 maka variabel tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan.

Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan Penyajian laporan

keuangan Daerah dan aksesibilitas laporan keuangan Daerah secara simultan

berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah.

terbukti dan diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

menyajikan laporan keuangan Daerah dan memberikan kemudahan akses

terhadap laporan keuangan Daerah bagi para pengguna ternyata akan mampu

meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah. Dalam teorinya

Shende dan Bennett mengisyaratkan diperlukannya tiga elemen penting

dalam menegakkan reformasi di bidang pemerintahan (khususnya

pengelolaan keuangan Daerah), yaitu transparansi, akuntabilitas, dan keadilan.

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah.

Akan tetapi pada prakteknya, transparansi dan akuntabilitas adalah tidak

independen, sebab pada pelaksanaannya akuntabilitas memerlukan

transparansi.

Steccolini (2002) menyatakan bahwa laporan tahunan (laporan

keuangan) dapat dipertimbangkan sebagai media akuntabilitas. Dimana

pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi

yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan

(openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik.

Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan


69

oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kemampuan untuk

memberikan aksesibilitas, tingkat pengungkapan laporan keuangan kepada

stakeholder adalah kriteria yang menentukan tingkat akuntabilitas

keuangan daerah (Mardiasmo, 2006).

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2002 (pasal 103) dikatakan

bahwa Informasi yang termuat dalam sistem informasi keuangan Daerah

sebagaimanayang dimaksud dalam pasal 101 merupakan data terbuka yang

dapat diketahui, diakses dan diperoleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa

keuangan Daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah Daerah berkenaan

dengan pengelolaan keuangan Daerah kepada masyarakat yang dapat

diketahui secara terbuka dan jujur melalui media tertentu.

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pengujian regresi, diketahui

bahwa pengaruh penyajian laporan keuangan Daerah dan aksesibilitas

laporan keuangan Daerah baik secara individu maupun secara bersama-

sama atau serempak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah.


69

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya penyajian laporan keuangan yang baik dan memenuhi

karakteristik pelaporan yang seharusnya maka akan lebih memperjelas

kinerja pemerintah karena penyajian laporan keuangan bagian dari

pertanggung jawaban atau akuntabilitas dari sebuah pemerintahan.

2. Dengan memberikan kemudahan akses bagi para pengguna laporan

keuangan maka akan memungkinkan berjalannya fungsi kontrol yang

baik terhadap pertanggungjawaban penggunaan asset Daerah

maupun kontrol terhadap kebijakan - kebijakan keuangan yang

diambil pemerintah, baik kontrol yang dilakukan oleh badan

pemeriksa, masyarakat maupun investor. Dengan adanya kontrol

yang baik maka akan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Daerah.

3. Dengan menyajikan laporan keuangan Daerah dan memberikan

kemudahan akses terhadap laporan keuangan bagi para pengguna

terkhusus masyarakat akan mampu meningkatkan kepuasan, kepercayaan

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada sebuah

pemerintahan.

69
70

B. SARAN

Laporan keuangan merupakan salah satu media penyampaian

pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah. Dengan demikian

bisa diketahui bahwa laporan keuangan memberi kontribusi terhadap

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Adapun Saran Penulis adalah

sebagai berikut:

1. Akuntabilitas yang efektif tergantung pada akses publik terhadap laporan

keuangan daerah yang dapat dibaca dan dipahami. Untuk mendukung

akuntabilitas yang efektif tersebut, pemerintah daerah kabupaten Gowa

diharapkan dapat mempublikasikan laporan keuangannya melalui media

massa, seperti surat kabar, radio, website, dan media lainnya yang

memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong

akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Gowa terhadap masyarakat.

2. Perlunya pemerintah daerah untuk memberi banyak kesempatan bagi

pegawai yang sudah ada untuk mengikuti bimbingan teknis maupun

pelatihan-pelatihan akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah guna

meningkatkan kompetensi dalam rangka menunjang kelancaran tugas

yang berkaitan dengan keuangan daerah.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan wawancara atau

pertanyaan liasan. Penelitian ini merupakan metode survei

menggunakan kuesioner tanpa dilengkapi dengan wawancara atau

pertanyaan lisan.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta

Haliah. 2012. “Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dan


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Disertasi Doktor pada FPS
UNHAS Makassar.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP


YKPN.

Hilda, 2004. Pengawasan Intern terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sulawesi Selatan, Program Pasca
Sarjana, STIEM Makassar

IAI..2009. Penyajian Laporan Keuangan (PSAK 1). Melalui (www.blog.dada.net)


[11/03/2016]

Kadarmi, T. (2008). Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan


Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan SKPD, Skripsi S1. Yogyakarta: FEB UGM.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sector Publik.Yogyakarta: Penerbit ANDI

_________, 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabililtas Publik Melalui


Sektor Publik. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol 2, No.1, pp. 1-17

Mulyana, Budi. 2006. Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas


Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Munawir, 2010. Financial Statement Analys: A Valuation Approach.Prentich


Hall

Nasution, Saufi Iqbal. 2009. Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan


Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Provinsi
Sumatera Utara. Skripsi. USU.

Nordiawan, Deddi.2010.Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat

Robbins, Stephen, 2003. Teori Organisasi : Struktur, Desain dan Aplikasi, Edisi
Ketiga, Jakarta.

71
72

Rustam, 2014. Bebas Disclaimer, Dewan Konut Apresiasi Pemda, (online),


(www.zonasultra.com, diakses pada tanggal 01 Januari 2017).

Safitri, Ratna Amalia. 2009. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah


Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Penggunaan Informasi
Keuangan Daerah (Studi Empiris Di Kabupaten Semarang). Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Sagala, Marjuki. 2011. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Dan


Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Studi Empiris Di
Kabupaten Samosir). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.

Sande, Peggy. 2013. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Dan Aksesibilitas


Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat).
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Shende Suresh dan Tonny bannet. 2014. Cocep paper 2: Transparancy


Accountability in publik financial Administration. UN Desa

Sukhemi. 2010. Pengaruh Penyajian Neraca Daerah Terhadap Akuntabilitas


Keuangan Daerah. Akmenika Jurnal Akuntansi dan Manajemen.
Volume 5, April: 85-100.

________2012. Pengaruh Aksesibilitas Dan Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah. Akmenika Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. : 286-293.

Yani, Ahmad. 2009. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan


Daerah. Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada

http://www.bpk.go.id/news/opini-wtp-tidak-menjamin-tidak-ada-korupsi
(diakses pada tanggal 01 Januari 2017, pukul: 20:00 WITA)

https://id.wikipedia.org/wiki/Opini_Badan_Pemeriksa_Keuangan (diakses pada


tanggal 01 Januari 2017, pukul: 19:30 WITA).

http://akuntansi-pemerintah.blogspot.co.id/2012/06/opini-audit-bpk-sebagai-
indikator.html (Diakses pada tanggal 01 Januari 2017, pukul: 19:45).

71
71
Lampiran I : Kuesioner Penelitian

Pengantar Kuesioner

Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner

Lampiran : Satu Berkas

Judul Skripsi : Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Dan


Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas
Pelaporan Keuangan Daerah Di Pemda Gowa

Dengan hormat,

Terima kasih atas kehadiran Bapak, ibu, saudara/i untuk berpartisipasi dalam
mengisi dan menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini.
Penelitian ini digunakan untuk menyusun skripsi dengan judul Pengaruh
Penyajian Laporan Keuangan Daerah Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan
Daerah Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Daerah Kabupaten Di
Pemda Gowa.
Untuk itu diharapkan para responden dapat memberikan jawaban yang sebenar-
benarnya demi membantu penelitian ini. Atas waktu dan kesediaannya saya
ucapkan terima kasih, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Saya

Nur Ahmad Hasan


KUESIONER PENELITIAN

A. Demografi Responden
Nama instansi :
Nama : …………………………………..
Umur : .................. Tahun

Jenis Kelamin : □ Perempuan □ Laki-Laki

Tanggal pengisian :

Latar belakang pendidikan


Ekonomi/akuntansi
Hukum
Teknik
Sosial
Lainnya……………………

Pendidikan terakhir :
SLTA/Sederajat
Diploma (D3)
Strata 1 (Sarjana)
Strata 2 (Master)
Strata 3 (Doctor)

Jabatan :
Kepala Badan/Dinas/Instansi
Sekretaris/Kabid/Kabag
Kasubig/Kasubbag/Kasibdis/Kasie
Lainnya:…………………………
Terima kasih Bapak/Ibu, telah berkenan meluangkan waktu untuk mengisi daftar

pertanyaan ini, dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pertanyaan-

pertanyaan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan tanda (X).
Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban

dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Jawaban dituangkan dalam

bentuk skala berupa angka antara 1 sampai dengan 5, di mana semakin besar

angka menunjukkan semakin setuju responden terhadap materi

pertanyaan/pernyataan. Skor jawaban adalah sebagai berikut:

(STS)
(SS) (S) (RR) (TS)
Keterangan
Sangat Setuju Setuju Ragu- Ragu tidak setuju Sangat Tiidak
Setuju
Skor 5 4 3 2 1

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

No PERNYATAAN SS S RR TS STS

1 APBD disusun dengan pendekatan kinerja

2 Pemerintah menyampaikan rancangan APBD


kepada DPRD untuk mendapatkan
persetujuan

3 Pendapatan daerah disetor sepenuhnya tepat


pada waktunya ke kas daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan didukung dengan bukti-
bukt administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.

4 Pelaporan keuangan daerah dibuat dalam


bentuk laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah
5 Pengelolaan APBD dipertanggungjawabkan
kepada otoritas yang lebih tinggi dan kepada
masyarakat luas

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

No PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 SKPD mampu menyusun laporan keuangan
secara lengkap (Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan).

2 SKPD mampu menyelesaikan laporan


keuangan (Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas
dan Catatan Atas Laporan Keuangan)
tepat waktu.
3 Laporan keuangan SKPD menyediakan
informasi yang dapat mengoreksi aktifitas
keuangan di masa lalu.

4 Laporan keuangan SKPD menyediakan


informasi yang mampu memprediksi masa
yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu
dan kejadian masa kini

5 Informasi dari laporan keuangan SKPD


yang dihasilkan dapat dipahami oleh
pengguna karena dinyatakan dalam bentuk
serta istilah yang disesuaikan dengan batas
kemampuan pengguna.
AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN

No PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 LLaporan keuangan daerah dipublikasikan
secara terbuka melalui media massa.

2 MPemberikan kemudahan kepada para


penggun laporan keuangan dalam
memperoleh informasi tentang laporan
keuangan daerah.
3 MMasyarakat dapat mengakses laporan
keuangan daerah melalui internet (website)
Lampiran II : Karakteristik Responden

1. Menurut Jenis Kelamin

PERSENTASE
JENIS KELAMIN JUMLAH (ORANG)
(%)

- Laki-laki 30 66,67
- Perempuan 15 33,33
Jumlah 45 100,00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016
2. Menurut Umur Pegawai

KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN FREKUENSI


NO UMUR
(Tahun) % Jumlah % Jumlah %
Jumlah
1 21 – 30 6 13,33 3 6,67 9 20,00

2 31 – 40 14 31,11 8 7,78 22 48,89

3 41 – 50 6 13,33 3 6,67 9 20,00

4 51 – 60 4 8,89 1 2,22 5 11,11

Jumlah 30 66,66 15 33,34 45 100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

3. Tingkatan Pendidikan
LAKI-LAKI PEREMPUAN FREKUENSI
JENJANG
NO
PENDIDIKAN % Jumlah %
Jumlah % Jumlah
3 SLTA 12 26,67 6 13,33 18 40,00

4 DIPLOMA 2 4,44 0 0,00 2 4,44

STRATA
5 11 24,44 7 15,56 18 40,00
SATU
STRATA
6 5 11,12 2 4,44 7 15,56
DUA

Jumlah 30 66,66 15 33,34 45 100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

4. Jabatan

Frekuensi Persen (%)

Bandahara 2 4,4
Kabag 2 4,4
Kabid 15 33,3
Kepala Badan 1 2,2
Sekretaris 2 4,4
Staf 23 51,1
Total 45 100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016

5. Menurut Masa Kerja

MASA KERJA PERSENTASE


JUMLAH (ORANG)
(Tahun) (%)

0 – 10 30 66,66

11 – 20 10 22,22

> 21 5 11,12

Jumlah 45 100,00

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2016


Lampiran III: Frekuensi Jawaban Responden

1. Akuntabilitas Keuangan Daerah


Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P1)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


1
1 1.3 1.3 1.3
1
2 2.6 2.6 3.9
7
3 5.3 5.3 9.2
Valid 22
4 55.3 55.3 64.5
15
5 35.5 35.5 100.0
45
Total 100.0 100.0

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P2)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


2
2 1.3 1.3 1.3
8
3 2.6 2.6 3.9
23
Valid 4 63.2 63.2 67.1
12
5 32.9 32.9 100.0
45
Total 100.0 100.0

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P3)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


3
3 10.5 10.5 10.5
21
4 44.7 44.7 55.3
Valid 21
5 44.7 44.7 100.0
45
Total 100.0 100.0

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P4)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


29
4 51.3 51.3 51.3
16
Valid 5 48.7 48.7 100.0
45
Total 100.0 100.0
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P5)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


8
3 17.1 17.1 17.1
31
4 67.1 67.1 84.2
Valid 3
5 15.8 15.8 100.0
45
Total 100.0 100.0

2. Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian Laporan Keuangan (P1)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


1
1 1.3 1.3 1.3
1
2 1.3 1.3 2.6
7
3 11.8 11.8 14.5
Valid 22
4 60.5 60.5 75.0
15
5 25.0 25.0 100.0
45
Total 100.0 100.0

Penyajian Laporan Keuangan (P2)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


2
2 2.6 2.6 2.6
8
3 18.4 18.4 21.1
23
Valid 4 56.6 56.6 77.6
12
5 22.4 22.4 100.0
45
Total 100.0 100.0

Penyajian Laporan Keuangan (P3)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


3
3 18.4 18.4 18.4
21
4 40.8 40.8 59.2
Valid 21
5 40.8 40.8 100.0
45
Total 100.0 100.0
Penyajian Laporan Keuangan (P4)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


2
2 2.6 2.6 2.6
6
3 18.4 18.4 21.1
21
Valid 4 43.4 43.4 64.5
16
5 35.5 35.5 100.0
45
Total 100.0 100.0

Penyajian Laporan Keuangan (P5)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
1
2 1.3 1.3 1.3
6
3 15.8 15.8 17.1
22
Valid 4 46.1 46.1 63.2
16
5 36.8 36.8 100.0
45
Total 100.0 100.0

3. Aksesbilitas Laporan Keuangan

Aksesibilitas Laporan Keuangan (P1)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


3
1 7.9 7.9 7.9
7
2 25.0 25.0 32.9
10
3 19.7 19.7 52.6
Valid 21
4 36.8 36.8 89.5
4
5 10.5 10.5 100.0
76
Total 100.0 100.0

Aksesibilitas Laporan Keuangan (P2)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


1
1 1.3 1.3 1.3
12
2 18.4 18.4 19.7
4
3 10.5 10.5 30.3
Valid 25
4 57.9 57.9 88.2
3
5 11.8 11.8 100.0
45
Total 100.0 100.0
Aksesibilitas Laporan Keuangan (P3)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


7
2 23.7 23.7 23.7
23
3 34.2 34.2 57.9
10
Valid 4 30.3 30.3 88.2
3
5 11.8 11.8 100.0
45
Total 100.0 100.0
Lampiran 4 : Uji Kualitas Data

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 45 100.0
a
Cases Excluded 0 .0

Total 45 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

1. Uji Reailitas

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Reliability
Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.676 5

2. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Reliability
Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.901 5

3. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Reliability
Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.804 3
Lampiran 5: Uji Regresi Linear Berganda

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

Aksesibilitas . Enter
Laporan Keuangan,
1
Penyajian Laporan
b
keuangan
a. Dependent Variable: Akuntabilitas
Laporan Keuangan b. All requested
variables entered.

Model
Summa
ryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate
a
1 .645 .416 .400 .02450

a. Predictors: (Constant), Aksesibilitas Laporan Keuangan, Penyajian


Laporan keuangan b. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan
Keuangan
anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
b
Regression .031 2 .016 26.05 .000
1
1 Residual .044 73 .001

Total .075 75

a. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan Keuangan


b. Predictors: (Constant), Aksesibilitas Laporan Keuangan, Penyajian Laporan keuangan

Collinearity
Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Variance Proportions


Index (Constant) Penyajian Laporan Aksesibilita
s Laporan
keuangan
K
1 2.944 1.000 .00 .00 e .01
u
1 2 .049 7.779 .02 .09 .84
a
3 .007 19.992 .98 .91 n .16
g
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Laporan Keuangan a
n
Lampiran 6 : Hasil jawaban responden

Variabel Y Variabel X
Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Aksesibilitas laporan
Penyajian Laporan Keuangan daerah (X1)
(Y) keuangan daerah (X2)
Responden
Pertanyaan

1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 Skor


Responden 1 4 4 5 4 3 20 3 4 4 4 4 19 4 4 4 12
Responden 2 5 3 4 4 4 20 5 5 5 5 4 24 5 5 5 15
Responden 3 5 3 4 4 3 19 5 5 3 3 3 19 4 4 5 13
Responden 4 3 4 4 4 4 19 4 4 3 4 3 18 3 3 3 9
Responden 5 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 5 15
Responden 6 4 4 4 5 5 22 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
Responden 7 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 8 4 4 4 5 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
Responden 9 4 4 5 4 4 21 5 5 5 4 4 23 4 4 4 12
Responden 10 5 4 4 5 3 21 1 2 3 3 3 12 3 4 3 10
Responden 11 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 12 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 13 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 14 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 15 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 16 4 5 5 5 4 23 3 3 3 3 3 15 4 4 3 11
Responden 17 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
Responden 18 4 5 4 5 4 22 5 3 3 4 3 18 4 4 3 11
Responden 19 4 4 4 4 4 20 3 3 4 4 3 17 4 4 4 12
Responden 20 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 3 13
Responden 21 5 5 4 4 4 22 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
Responden 22 5 5 5 5 5 25 4 4 5 5 5 23 3 4 3 10
Responden 23 4 4 5 4 4 21 5 5 5 5 5 25 5 5 5 15
Responden 24 5 5 5 5 4 24 4 3 3 4 5 19 4 4 4 12
Responden 25 4 5 3 5 4 21 3 3 3 3 4 16 4 4 5 13
Responden 26 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 5 15
Responden 27 4 4 4 5 4 21 3 3 4 3 4 17 2 4 2 8
Responden 28 4 5 5 5 4 23 5 4 3 3 4 19 5 4 3 12
Responden 29 4 4 5 5 4 22 4 3 3 4 3 17 5 5 4 14
Responden 30 4 5 3 4 3 19 3 3 3 3 4 16 3 3 3 9
Responden 31 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 4 22 3 4 4 11
Responden 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 5 15
Responden 33 4 5 3 4 3 19 4 4 4 4 3 19 3 3 3 9
Responden 34 4 4 3 4 3 18 2 2 3 4 2 13 2 4 2 8
Responden 35 5 5 4 4 4 22 3 4 4 5 5 21 3 5 4 12
Responden 36 2 2 5 5 5 19 5 5 5 2 5 22 1 2 5 8
Responden 37 1 4 5 5 4 19 5 5 5 5 5 25 2 4 5 11
Responden 38 4 4 4 4 4 20 4 3 3 3 3 16 2 4 4 10
Responden 39 4 4 5 5 4 22 3 3 4 3 4 17 4 5 4 13
Responden 40 4 4 3 4 4 19 4 3 5 3 3 18 1 4 2 7
Responden 41 4 4 4 4 4 20 4 4 4 3 4 19 1 4 4 9
Responden 42 5 5 4 4 4 22 4 5 5 5 4 23 2 4 4 10
Responden 43 4 4 4 5 4 21 4 4 5 4 5 22 2 4 4 10
Responden 44 5 5 4 4 4 22 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
Responden 45 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11

Anda mungkin juga menyukai