Anda di halaman 1dari 96

SKRIPSI

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN PAJAK


REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH DI KOTA MAKASSAR

NUR FADHILAH
10573 04560 13

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017

ii
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN PAJAK
REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH DI KOTA MAKASSAR

Diajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratangunamemperolehsarjanaekonomi
(SE) padajurusanAkuntansiFakultasEkonomidanBisnis
UniversitasMuhammadiyah Makassar

Nur Fadhilah
105730456013

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2017

ii
KATA PENGANTAR.

Segala bagi puji atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa menyertai

dalam setiap langkah ummat-Nya. Rabb yang selalu mencurahkan segenap kasih

sayang-Nya serta mengukir rencana terindah untuk tiap insan yang meniti jalan-

Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas

Dan Kontribusi Pajak Hotel Dan Pajak Reklame Terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Makassar”. Shalawat dan salam

semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabat yang telah memberi petunjuk menuju jalan cahaya untuk

menggapai Ridho-Nya.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan

baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak

selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun

dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim,SE.,MM sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Ismail Rasulong, SE,MM sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3. Bapak Ismail Badollahi SE, M.Si,Ak selaku Ketua Prodi Jurusan Akuntansi.

4. Bapak Dr.Agussalim HR,SE.,MM selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Mira,

SE.,M.Ak selaku Dosen Pembimbing II

5. Ayahanda Abd.Salam. Ms dan Ibunda Sarlin. Dj selaku orang tua Penyusun

6. Staf Dosen dan Staf Tata Usaha Universitas Muhamammadiyah Makassar yang

telah membantu dan memberikan dukungan dan motivasi kepada Penyusun.

v
Berbagai upaya telah dilakukan oleh penyusun dalam menyelesaikan skripsi

ini, sebagai manusia biasa penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi laporan

secara keseluruhan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun

mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan

skripsi ini.

Makassar, Juli 2017

Penulis

v vi
ABSTRAK

Nur Fadhilah, 2017. Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak
Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota
Makassar. Pembimbing I: Agussalim HR & Pembimbing II: Mira

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif pajak hotel dan
pajak reklame dalam peningkatan pendapatan asli daerah di Kota Makassar dan
mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak reklame berpengaruh
dalam peningkatan pendapatan asli daerah di Kota Makassar.
Populasi penelitian ini adalah hotel yang ada di Kota Makassar yang
melaksanakan kewajibannya untuk membayarkan pajak hotel di Dispenda Kota
Makassar. Sampel penelitian adalah jumlah realisasi penerimaan pajak hotel dan
pajak reklame yang dibayarkan pihak hotel dan reklame kepada Dispenda Kota
Makassar. Metode analisis yang digunakan adalah analisis runtun waktu dan
analisis kuantitatif dengan rumus tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas
penerimaan pajak hotel secara keseluruhan dari tahun 2014-2016 tergolong
“Kurang Efektif” dan untuk efektivitas pajak reklame secara keseluruhan dari
tahun 2014-2016 tergolong “kurang efektif” . Sedangkan untuk kontribusi pajak
hotel secara keseluruhan dari tahun 2014-2016 diketahui bahwa pajak hotel
“Sangat Berkontribusi” sedangkan kontribusi pajak reklame pada tahun 2014-
2016 memberikan konribusi yang tidak cukup baik terhadap (PAD) atau “Kurang
Berkontribusi”.

Kata Kunci : Efektivitas, Kontribusi, Pajak Hotel dan Pajak Reklame

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7
A. Landasan Teori ................................................................................... 7
1. Pajak Daerah ...................................................................................... 7
2. Pajak Hotel ........................................................................................ 14
3. Pajak Reklame ................................................................................... 24
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................................... 32
5. Analisis Efektifitas dan Kontribusi ................................................... 33
B. Penelitian Terdahulu........................................................................... 35
C. Kerangka Pemikiran Teoritis.............................................................. 46
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 47
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 48
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 48
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 49
D. Populasi Dan Sampel.......................................................................... 50
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 51
F. TeknikAnalisis Data ........................................................................... 52
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................. 55
A. Sejarah Perusahaan atau Lembaga .................................................... 55
B. Visi dan Misi Organisasi ................................................................... 56
C. Struktur Organisasi dan Job Description ........................................... 58
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 70
A. Perkembangan Hotel Dan Reklame ................................................... 70
1. Perkembangan Hotel Di Makassar 70
2. Perkembangan Reklame Di Makassar ............................................... 74
3. Perbandingan Pajak Hotel Dan Reklame Di Makassar ...................... 77
B. Pembahasan ........................................................................................ 78
VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 81
A. Simpulan ............................................................................................ 81

viii
B. Saran .................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
viii
ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 41


Tabel 3.1 Klasifikasi Kriteria Efektivitas 53
Tabel 3.2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi 54
Tabel 5.1 Perkembangan Tpk Hotel Di Kota Makassar 70
Tabel 5.2 Daftar Hotel Yang Ada Di Makassar 71
Tabel 5.3 Perhitungan Efektifitas Pajak Hotel Tahun 2014-2016 72
Tabel 5.4 Kontribusi Pajak Hotel Tahun 2014-2016 73
Tabel 5.5 Perhitungan Efetivitas Pajak Reklame Tahun 2014-2016 75
Tabel 5.6 Kontribusi Pajak Reklame Tahun 2014-2016 76
Tabel 5.7 Perbandingan Hotel dan Reklame 77

x
viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir 47


Gambar 2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar 58
Gambar 3 Nilai Efektivitas Pajak Hotel 72
Gambar 4 Nilai Kontribusi Pajak Hotel Terhadap (PAD) 74
Gambar 5 Nilai Efektivitas Pajak Reklame 75
Gambar 6 Nilai Kontribusi Pajak Reklame Terhadap (PAD) 77
Gambar 7 Perbandingan Pajak Hotel Dan Pajak Reklame 77

xi
viii
1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah khususnya Pemerintah Kota merupakan titik

awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih

mengetahui potensi dan apa yang menjadi kebutuhan daerahnya. Pembangunan

ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh

komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk

suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut.(Ekonomika, Bisnis, &

Diponegoro, 2012)

Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat.

Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk

menggunakan sumber-sumber ekonomi dan keuangan yang dimiliki oleh

daerahnya. Hal ini selaras dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah. Tapi pada kenyataannya kontribusi Pendapatan

Asli Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil. Selama ini

dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah masih besar.

Untuk mengurangi sumbangan dari pemerintah pusat serta meningkatkan

pembangunan dan memaksimalkan otonomi daerah, Pemerintah harus

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004,

PAD terdiri dari : a) Hasil Pajak Daerah. b) Hasil retribusi daerah. c) Hasil

1
2

Perusahaan milik daerah dan pengelolan kekayaan daerah yang dipisahkan dan. d)

Pendapatan asli daerah lainnya. Jumlah komponen penerimaan pajak daerah dan

retribusi daerah sangat dipengarui oleh banyaknya jenis Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang

berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Untuk dapat

membiayai dan memajukan daerah, antara lain dapat ditempuh melalui suatu

kebijakan bagi setiap orang untuk membayar pajak sebagai salah satu potensi

penting dari suatu daerah sesuai dengan kewajibannya. Terdapat perbedaan

cakupan pajak daerah dan pajak kabupaten/kota. Menurut Undang-Undang no. 28

tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Daerah Provinsi

memiliki 5 cakupan pajak, yaitu : a) Pajak Kendaraan Bermotor, b) Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor, c) Pajak Atas Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, d)

Pajak Air Permukaan dan, e) Pajak Rokok. Sedangkan jenis pajak yang dipungut

oleh daerah kabupaten/kota ada 7 jenis pajak, yaitu : a) Pajak Hotel, b) Pajak

Restoran, c) Pajak Hiburan, d) Pajak Reklame, e) Pajak Penerangan Jalan, f) Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan, g) Pajak Parkir, h) Pajak Air Tanah, i) Pajak

Sarang Burung Walet, j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, k)

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti membiayai administrasi

pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas

pendidikan dan kesehatan, membiayai anggota polisi, dan membiayai kegiatan

pemerintah daerah dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat


3

disediakan oleh pihak swasta yaitu berupa barang-barang publik. Melihat

fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pajak bagi suatu daerah sangat penting

dalam menyokong pembangunan daerah itu sendiri. Sebagai salah satu sumber

penerimaan yang memiliki potensi cukup besar, pajak daerah seharusnya

mendapatkan perhatian khusus dalam pengelolaanya. Hal ini ditunjang banyaknya

penggunaan jasa yang disediakan oleh pemerintah kepada orang pribadi maupun

pihak swasta, sehingga pemerintah memiliki peluang dalam mengoptimalisasikan

pemungutan pajak daerah, khususnya yang berkaitan dengan pajak hotel dan

pajak reklame. Pajak reklame maupun pajak hotel diharapkan memiliki kontribusi

yang cukup signifikan terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh

setiap tahun.

Syarif, (2016) dalam penelitiannya mengkaji tentang Analisis Efektivitas

Dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame Dan Pajak

Parkirpada Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2010–2014. Hasil

penelitian Tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak

reklame, dan pajak parkir kota Tangerang periode tahun 2010-2014 secara rata-

rata termasuk kriteria sangat efektif (>100%), tingkat efektivitas pajak hotel rata-

rata dalam lima tahun sebesar 114,97%, pajak restoran sebesar 124,50%, pajak

reklame sebesar 116,89% dan pajak parkir sebesar 125,28%.

SedangkanKontribusi penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan

pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang sangat kurang. Rata-

rata dalam kurun waktu 2010-2014 pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan

pajak parkir memberikan kontribusi pada PAD hanya dibawah 5%. Salah satu
4

penyebabnya adalah naiknya jumlah realisasi penerimaan pajak daerah lain yang

cukup signifikan mulai tahun 2011 sehingga berpengaruh terhadap presentase

kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir tersebut.

Pendapatan Asli Daerah yang meningkat berasal dari Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terdapat

pada jenis pajak daerah yang diteliti dan tempat dilakukannya penelitian. Jika

penelitian terdahulu menggunakanpajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan

pajak parkir, maka pada penelitan ini digunakan pajak hotel dan pajak reklame

dengan pertimbangan bahwa antara pajak hoteldan pajak reklame saling

berhubungan. Untuk tempat penelitian penulis memilih kota Makassar sebagai

tempat melakukan penelitian karena melihat fenomena penerimaan pajak daerah

yang rata-rata mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Hal

tersebut merupakan gambaran efektivitas kinerja pemerintah daerah dalam

melakukan pemungutan pajak daerah, utamanya pajak reklame dan pajak hotel.

Peningkatan pemungutan pajak reklame dan pajak hotel tentunya akan

berkontribusi positif terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak

Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar”.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar efektifitas serta kontribusi

pajak reklame dan pajak hotel terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di

Kota Makassar.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Seberapa efektif pajak hotel dan pajak reklame dalam peningkatan Pendapatan

Asli Daerah Kota Makassar tahun 2014-2016

2. Seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak reklame berpengaruh dalam

peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar selama tahun 2014-2016

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah dan pokok

permasalahannya yaitu :

1. Untuk mengetahui seberapa efektif pajak hotel dan pajak reklame dalam

peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar tahun 2014-2016

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak

reklame berpengaruh dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota

Makassar selama tahun 2014-2016

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Kontribusi Praktisi
Bagi peneliti diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan

tentang pajak hotel dan pajak reklame, sedangkan bagi dinas pemerintahan

dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan dalam upaya pengambilan

keputusan untuk kebijakan yang akan datang.


6

2. Kontribusi Teoritis
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas pemahaman dan

pengetahun pajak hotel dan pajak reklame dan bagi masyarakat diharapkan

penelitian ini dapat menjadi acuan informasi tentang pajak hotel dan reklame di

Kota Makassar.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pajak Daerah
a. Pengertian Pajak Daerah

Sesuai dengan ketentuan umum dalam Undang-Undang Nomor

28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah

adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi

atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah merupakan

pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah,

yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan

hasilnya nanti digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah

dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di

daerah (Siahaan, 2013)

b. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Sesuai dengan pembagian administrasi daerah daerah, menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah dapat digolongkan menjadi

dua macam yaitu:

1) Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Provinsi, terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor

7
8

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penyerahan

hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat dari perjanjian dua pihak

atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli,

tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan

usaha.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penggunaan

bahan bakar kendaraan bermotor.

d. Pajak Air Permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air permukaan.

e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

Pemerintah.

2) Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran.
c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan.

d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik,

baik yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam

di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir, yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar

badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha


9

maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan

tempat penitipan kendaraan bermotor.

h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan

air tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas

bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

c. Tarif Pajak Daerah

Tarif Pajak Daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah telah diatur

dalam UU No. 28 tahun 2009 yang ditetapkan dengan pembatasan tarif

paling tinggi berbeda untuk setiap jenis pajak, yaitu:

1) Pajak kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 5%

2) Bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 10%

3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 5%

4) Pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi 20% .

5) Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok.

6) Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10% .


10

7) Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10% .

8) Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35% .

9) Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25% .

10) Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10% .

11) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi
25%.
12) Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 30% .

13) Pajak air tanah ditetapkan paling tinggi 20% .

14) Pajak sarang burung wallet ditetapkan paling tinggi 10% .

15) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 0,3%.
16) Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang ditetapkan paling

tinggi 5%.

Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi, terdapat

pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh pemerintah

daerah antara pajak provinsi dengan pajak kabupaten/kota. Saat ini

penetapan pajak provinsi diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 65 tahun

2001 tentang Pajak Daerah, menetapkan tarif pajak yang paling tinggi, hal

ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah

yang bersangkutan untuk mengelola keuangannya masing-masing

berdasarkan kemampuan dan kondisi daerah yang bersangkutan.

d. Sistem Pemungutan Pajak Daerah

1. Sistem Official Assessment


Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah

dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau


11

dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib Pajak setelah menerima

SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggalmelakukan

pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada

kantor pos atau bank persepsi. Jika Wajib Pajak tidak atau kurang

membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah.

2. Sistem Self Assessment

Wajib Pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak

daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD adalah formulir untuk

menghitung, memperhitungkan, membayaran dan melaporkan pajak yang

terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat

salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih

menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

e. Kendala Pemungutan Pajak Daerah

Merupakan tugas Negara dalam pemungutan dan pengelolaan uang

pajak demi pengelolaan dan pembiayaan tugas-tugas Negara, sehingga

Negara bisa memaksa warganya untuk melakukan pembayaran pajak yang

telah diatur dalam Undang-Undang, akan tetapi bagi petugas pajak daerah

dalam hal pemungutan pajak tidak semudah yang diamanahkan oleh

undang-undang. Seringkali petugas pajak daerah menjumpai kendala yang

melemahkan dalam pemungutan pajak daerah. Menurut Yasmin Lisasih

(dalam Annisa, 2017), beberapa kendala dalam pemungutan pajak daerah

adalah sebagai berikut :


12

1) Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang pajak daerah relatif

lemah. Ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 mengamanatkan bahwa

peraturan daerah tentang pajak dan restribusi yang diterbitkan oleh

pemerintah daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat, yaitu ke

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 15 (lima

belas) hari sejak ditetapkan. Akan tetapi., tidak semua provinsi dan

kabupaten/kota menyampaikan peraturan daerah ke pemerintah pusat,

masih banyak provinsi dan kabupaten/kota yang tidak memperhatikan

amanat dalam ketentuan Undang-Undang tersebut. Kurangnya kesadaran

Provinsi maupun Kabupaten/kota dalam memenuhi amanat undang-

undang tersebut pastinya melemahkan pemungutan pajak daerah, dengan

tidak adanya penyampaian peraturan daerah tersebut dapat terjadi

kemungkinan terbitnya peraturan daerah yang di kemudian hari ternyata

bermasalah karena kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.

2) Sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dalam pengawasan pemungutan

pajak daerah. Semua aktivitas pelaksanaan pemerintahan di daerah tetap

diperlukan adanya suatu sistem pengawasan dari pemerintah pusat

namun pengawasan hendaknya tidak lagi menyisakan celah bagi

pemerintah pusat untuk menerapkan sentralisasi kekuasaan yang nantinya

dapat menimbulkan konflik antarpusat dan daerah atau antar provinsi dan

kabupaten/kota, karena jika demikian makna otonomi daerah menjadi

kabur. Pengawasan oleh Pemerintah Pusat yang terlalu ketat dapat


13

melemahkan pemungutan pajak dikarenakan dengan adanya pengawasan

Pemerintah Pusat yang terlalu ketat dapat membatasi keleluasaan

pemerintah dan masyarakat daerah sehingga pemerintah daerah tidak

dapat mandiri dalam mengelola aspek kehidupannya sesuai dengan

aspirasi, rasa keadilan dan budaya masing-masing.

3) Kurang siapnya daerah dalam menangani sengketa pajak.

4) Permasalahan yang timbul dalam sengketa pajak pada umumnya ialah

bagaimana menentukan jenis pajak daerah yang tepat dikenakan

(langsung atau tidak langsung) , kepada siapa dan di tingkat

pemerintahan mana (kabupaten atau kota). Sengketa pajak sebagai

sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau

penanggung pajak dan pejabat pajak yang berwenang sebagai akibat

dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan

kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan

perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasar

Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Adanya sengketa

pajak tersebut baik sengketa regulasi, sengketa ketetapan pajak maupun

sengketa pelaksanaan penagihan pajak secara otomatis melemahkan

pemungutan pajak.

5) Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum

yang kurang atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya;

a. Kurangnya pembinaan terhadap seluruh perangkat Dinas;


14

b. Kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari

solusi dari keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata,

penganalisis data, perhitungan, penerbitan SKPD, ataupun penagihan

c. Belum dapat diterapkannya sistem self assessment system dalam

pemungutan pajak daerah.

2. Pajak Hotel
a. Pengertian Pajak Hotel

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009

Pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan

pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang

sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas

olahraga dan hiburan. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel

(Siagian, 2005). Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah

kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan

peraturan daerah tentang pajak hotel. Peraturan ini akan menjadi landasan

hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan

pajak hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

b. Objek Pajak Hotel

Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 3 tahun 2011 tentang

Pajak Hotel, Objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan

dengan pembayaran di hotel, termasuk di dalamnya :

1) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek atau jangka

panjang termasuk tempat kost, wisma, pondok wisata dan gedung

pertemuan.
15

2) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau

tinggal jangka pendek maupun jangka panjang yang sifatnya memberikan

kemudahan dan kenyamanan, semisal fasilitas telepon, internet, fotokopi,

pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang

disediakan atau dikelola oleh hotel.

Tidak termasuk objek pajak hotel adalah sebagai berikut:

1) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Daerah.

2) Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya.

3) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.

4) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti

asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis.

5) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh

hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

6) Jasa pelayanan hotel untuk kedutaan, konsulat, perwakilan Negara asing


dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbale
balik.
7) Tempat kost dengan jumlah kamar kurang dari 10 (sepuluh).

c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2001

Tentang Pajak Hotel subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan

yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang

mengusahakan hotel. Sedangkan wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi

atau badan yang mengusahakan hotel.


16

d. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Perhitungan Pajak Hotel

Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atauyang

seharusnya dibayar kepada hotel yaitu ditetapkanpaling tinggi sebesar 10%

(sepuluhpersen) dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Secara umum

perhitungan pajak hotel adalah sesuai dengan rumus berikut :

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan


= Tarif Pajak x Jumlah pembayaran yang dilakukan
Kepada Hotel
e. Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel

Pajak dipungut berdasarkan penetapan Walikota atau dibayar sendiri

oleh Wajib pajak. Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut

dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen

lain yang dipersamakan. Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak sendiri

dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Tambahan (SKPDKBT).

Pemungutan pajak hotel dilakukan melalui tahap-tahap berikut :

1) Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

Wajib pajak melaporkan kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk

tentang pajak hotel. Untuk itu Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah (SPTPD) yang harus disampaikan selambat-lambatnya lima

belas hari setelah berakhirnya masa pajak dan dilengkapi dokumen yang

berkaitan dengan pembayaran atas hotel, sesuai dengan ketetapan

Walikota. Permohonan memperpanjang waktu penyampaian SPTPD


17

untuk jangka waktu tertentu dapat diterima apabila dengan alas an yang

jelas. SPTPD dianggap tidak dimasukkan apabila Wajib Pajak tidak

melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah

ditetapkan Wajib Pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tapi

tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan

sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan ketentuan dalam

peraturan daerah.

2) Cara Pemungutan Pajak Hotel

Pemungutan pajak hotel tidak dapat diborongkan, artinya seluruh proses

kegiatan pemungutan pengambilan pajak hotel tidak dapat diserahkan

kepada pihak ketiga. Walau kemungkinan adanya kerjasama dengan

pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan

formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada Wajib Pajak atau

penghimpunan data objek dan wajib pajak, kegiatan penghitungan

besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak dan

penagihan pajak.

3) Penetapan pajak hotel

Berdasarkan SPTPD yang dilaporkan Wajib Pajak, Walikota atau pejabat

yang ditunjuk oleh Walikota menetapkan pajak hotel yang terutang

dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus

dilunasi oleh Wajib Pajak paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak. Apabila setelah lewat waktu yang

ditentukan, wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang


18

dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga

sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat

Tagihan Pajak Daerah (STPD).

4) Ketetapan Pajak

Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Walikota

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

(SKPDKB) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan

(SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN). Surat

ketetapan pajak diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atas SPTPD yang

disampaikan Wajib Pajak.

5) Pembayaran Pajak Hotel

Pajak hotel terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam

peraturan daerah, yaitu 1 (satu) bulan takwim. Pembayaran pajak yang

terutang dilakukan ke kas daerah, atau tempat lain yang ditunjuk oleh

Walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB,

SKPDKBT, danSTPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat

lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah

paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh

Walikota. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak Daerah (SSPD). Permohonan Wajib Pajak untuk

mengangsur pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan secara

teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua


19

persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar sesuai

kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

6) Penagihan Pajak Hotel

Apabila pajak hotel yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo

pembayaran, maka Walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan

tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih

dahulu memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain

yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau

surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak jatuh tempo pembayaran

pajak dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk Walikota. Dalam

jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau

surat lain yang sejenis dterimanya, wajib pajak harus melunasi pajak

yang terutang. Selanjutnya bila jumlah pajak terutang masih harus

dibayar dan tidak dilunasi dalam jangka waktu tertentu yang ada dalam

surat teguran atau surat peringatan atau surat lainnya yang sejenis maka

jumlah pajak yang harus dibayar, ditagih dengan surat paksa dan dapat

dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelarangan, pencegahan dan

penyanderaan bila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya.

7) Keberatan

Wajib pajak yang tidak puas atas penetapan pajak yang dilakukan oleh

walikota, dapat mengajukan keberatan hanya kepada walikota atau

pejabat yang ditunjuk. Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah

pajak dalam Surat Ketetapan Pajak (SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan


20

SKPDLB) tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak dapat mengajukan

keberatan hanya kepada walikota yang menerbitkan surat ketetapan pajak

tersebut. Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari

ketetapan dengan membuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar

menurut perhitungan wajib pajak. Perhitungan dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah tentang pajak hotel

dimaksud. Keputusan yang diterbitkan oleh walikota disampaikan kepada

wajib pajak untuk dilaksanakan. Hal ini tidak menutup kemungkinan

keputusan keberatan tersebut tidak memuaskan wajib pajak, sehingga

wajib pajak diberi hak untuk melakukan perlawanan secara hukum, untuk

memperoleh penetapan pajak yang sesuai dengan yang ditentukan dalam

peraturan. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding kepada

pengadilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang

ditetapkan oleh bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk.

f. Sanksi Administrasi

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2001

Tentang Pajak Hotel, Walikota dapat menutup dan mencabut ijin usaha bagi

pengusaha apabila:

1) Melalaikan kewajiban dan/atau selama dua bulan berturut-turut tidak

membayar pajak;

2) Dengan sengaja memungut dengan tidak menggunakan nota pembayaran

yang sah atau memungut tidak disetorkan ke Kas Daerah;


21

3) Tidak melayani petugas dengan baik dan/atau tanpa dasar alasan yang

sah menolak untuk diadakan tindakan pemeriksaan dan melawan petugas

pemeriksa yang sah dilengkapi dengan surat tugasdari walikota.

g. Jumlah Hotel

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2001

Tentang Pajak Hotel, yang dimaksud dengan hotel adalah fasilitas penyedia

jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,

wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan sejenisnya, serta

rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Hotel dikelola

secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk masyarakat

umum dengan fasilitas sebagai berikut :

1) Jasa penginapan.

2) Pelayanan makanan dan minuman.

3) Pelayanan barang bawaan.

4) Pencucian pakaian.

5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.

Perbedaan antara hotel dengan industri lainnya adalah :

a. Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta padat karya

yang artinya dalam pengelolaannya memerlukan modal usaha yang besar

dengan tenaga pekerja yang banyak pula.


22

b. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor

ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan dimana hotel tersebut

berada.

c. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat

dimana jasa pelayanannya dihasilkan.

d. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam

pelayanan jasa terhadap pelanggan hotel dan masyarakat pada umumnya.

e. Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga memperlakukan

pelanggan sebagai partner dalam usaha karena jasa pelayanan hotel

sangat tergantung pada banyaknya pelanggan yang menggunakan

fasilitas hotel tersebut. Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari

kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan

menurut Tarmoezi (Dalam Annisa, 2017). Berdasarkan hal tersebut,

dapat dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun, sehingga

dikelompokkan menjadi:

1) City Hotel

Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi

masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka

waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena

biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas

dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.


23

2) Residential Hotel

Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari

keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan

usaha. Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena

diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka

waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan

fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga.

3) Resort Hotel

Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di

tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel

seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin

beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin

berekreasi.

4) Motel (Motor Hotel)

Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang

menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran

jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini

diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang

melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau

mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi

untuk mobil. Dari segi jumlah kamar hotel yang disediakan, menurut

Tarmoezi (Tarmoezi, 2000), dari hotel dapat dibedakan menjadi:

a. Small Hotel: Jumlah kamar yang tersedia maksimal sebanyak 28


kamar.
24

b. Medium Hotel: Jumlah kamar yang disediakan antara 28-299


kamar.
c. Large Hotel: Jumlah kamar yang disediakan sebanyak lebih dari
300
Sedangkan klasifikasi hotel menurut Keputusan Direktorat Jendral

Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi no 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni

1978 (Endar Sri, 1996), hotel dibedakan dengan menggunakansimbol

bintang antara 1-5. Semakin banyak bintang yang dimiliki suatu hotel,

semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian dilakukan selama 3 tahun

sekali dengan tatacara serta penetapannya dilakukan oleh Direktorat

Jendral Pariwisata.

3. Pajak Reklame

a. Pengertian Pajak Reklame


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa yang dimaksud dengan

pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah

benda,alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau

dinikmati oleh umum. Dalam pemungutan pajak reklame terdapat beberapa

terminologi, yaitu sebagai berikut:

1) Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan

corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang,


25

jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,

dan atau dinikmati oleh umum.

2) Penyelenggara reklame adalah orang atau badan yang menyelenggarakan

baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain

yang menjadi tanggungannya.

3) Perusahaan jasa perilklanan/biro reklame adalah badan yang bergerak

dibidang periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan

berlaku.

4) Panggung reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame

yang ditetapkan untuk satu atau beberapa buah reklame.

5) Jalan umum adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

6) Izin adalah izin peyelenggaraan reklame yang terdiri dari izin tetap dan

izin terbatas.

7) Surat Permohonan Penyelenggara Reklame yang selanjutnya disingkat

APPR adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengajukan

permohonan penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas

pemilik data reklame sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang.

8) Surat Kuasa Untuk Menyetor yang selanjutnya disingkat SKUM adalah

nota perhitungan besarnya Pajak Reklame yang harus dibayar oleh Wajib

Pajak yang berfungsi sebagai ketetapan pajak.


26

b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

Pemungutan Pajak Reklame di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar

hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan

pihak yang terkait. Dasar pemungutan Pajak Reklame pada suatu kabupaten

atau kota (Siahaan, 2013) adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1967 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

4) Peraturan Daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Reklame.

5) Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Reklame pada

kabupaten/kota dimaksud.

c. Objek Pajak Reklame

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010

Tentang Pajak Daerah Bab VI Bagian Kesatu Pasal 26 ayat (2) dan (3) yang

menjadi objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

Adapun objek pajak yang dimaksud sebagai berikut:

1) ReklameMegatron,adalah jenis reklame yang menampilkan teks, gambar

statis atau bergerak yang terprogram melalui perangkat elektronik seperti

megatron yang di tampilkan pada layar monitor atau sejenisnya.


27

2) Reklame Videotron, adalah jenis reklame yang memancarkan teks,grafis,

gambar atau gambar hidup yang terprogram melalui perangkat elektronik

seperti videotron, yang ditampilkan/ditayangkan pada layar monitor atau

sejenisnya

3) Reklame Billboard, adalah jenis reklame yang menggunakan bahan dari

kayu dan atau logam, vibre glas, plastik, kaca,batu ataupun bahan lain

yang dipasang pada tempat yang disediakan, baik berdiri sendiri maupun

yang dipasang pada bingkai/rangka/panggung, atau digantung pada

bangunan/alat lainnya

4) Reklame papan, adalah jenis reklame yang menggunakan bahan dari

kayu atau logam vibre glas,plastik,kaca atau batu dan bahan lainnya yang

dilekat, ditempel pada bangunan atau menyatu dengan bangunan

5) Reklame ballyhod, adalah jenis reklame yang menggunakan bahan dari

kayu atau bahan lain, seperti tripleks,kertas,karton, yang dipasang dengan

berdiri sendiri atau disandarkan pada penyanggah, tembok, dinding,

pagar, pohon, tiang, yang pemasangannya bersifat sementara

6) Reklame kain, adalah jenis reklame yang menggunakan bahan dari kain

dan atau plastik,karet,terpal ataupun sejenisnya

7) Reklame Melekat atau stiker, adalah jenis reklame yang menggunakan

bahan dari plastik,kertas,karton atau jenis lainnya, yang berbentuk

lembaran lepas, yang diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan

atau dapat diminta untuk ditempelkan, dilekatkan,dipasang,digantungkan


28

pada suatu benda pribadi atau milik orang lain,dengan ketentuan tidak

lebih dari 100 cm2 (seratus sentimeter persegi)perlembar

8) Reklame selembaran, adalah jenis reklame yang menggunakan bahan

dari kertas karton, plastik,foto,atau sejenisnya, yang berbentuk lembaran

lepas, yang diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat

diminta untuk ditempelkan, dilekatkan,dipasang,digantungkan pada suatu

benda pribadi atau milik orang lain,dengan ketentuan tidak lebih dari 100

cm2 (seratus sentimeter persegi)perlembar

9) Reklame berjalan, adalah jenis reklame yang diselenggarakan dengan

cara membawa berkeliling yang dibawa oleh orang berjalan kaki atau

reklame yang ditempatkan, ditempelkan pada semua jenis kendaraan baik

yang digunakan didarat maupun diatas air

10) Reklame udara, adalah jenis reklame yang diselenggarakan diudara,

baik dengan menggunakan balon, pesawat maupun alat lain

11) Reklame suara, adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang

ditimbulkan dari alat elektronik

12) Reklame film atau slide, adalah reklame yang diselenggarakan dengan

cara menggunakan film negatif atau positif, kaca atau bahan lain yang

diproyeksikan, dipancarkan dan ditampilkan pada layar, benda lain

termasuk pada layar monitor atau layar televisi

13) Reklame peragaan, adalah jenis reklame yang diselenggarakan dengan

cara memperagakan suatu barang, baik dengan menggunakan alat peraga


29

maupun orang, yang ditempatkan didalam ruangan yang bersifat

sementara atau diluar ruangan

d. Bukan Objek Pajak Reklame

Adapun yang tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame menurut

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pajak

Daerah Bab VI Bagian Kesatu Pasal 26 ayat (4) adalah sebagai berikut:

1) penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian,

warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

2) label/ merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,

yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;

3) nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan

tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuanyang

mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;

4) reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah,

organisasi kemasyarakatan, partai politik, lembaga sosial, keagamaandan

pendidikan tanpa menggunakan label/merk produk dagang.

e. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010

Tentang Pajak Daerah Bab VI Bagian Kesatu Pasal 27 adalah sebagai

berikut:

1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan Reklame.
30

2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan Reklame.

3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh pribadi

atau badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan

tersebut.

4) Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga tersebut

menjadi wajib pajak reklame.

f. Dasar Pengenaan Pajak Reklame

Nilai Sewa Reklame ( NSR ) adalah ukuran nilai biaya yang dijadikan

sebagai dasar pengenaan pajak reklame yang merupakan penjumlahan Nilai

Jual Objek Pajak Reklame ( NJOPR ) dengan Nilai Strategis Pemasangan

Reklame (NSPR ).

Nilai Sewa Reklame ( NSR ) = Nilai Jual Objek Pajak Reklame ( NJOPR )
+ Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR )

Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, NSR ditetapkan

berdasarkan nilai kontrak reklame.Sedangkan apabila reklame

diselenggarakan sendiri, NSR dihitung dengan memerhatikan faktor jenis,

bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu

penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.Dalam hal NSR tidak

diketahui dan atau dianggap tidak wajar, NSR ditetapkan dengan

menggunakan faktor–faktor tersebut diatas.


31

g. Tarif Pajak Reklame

Menurut Peraturan Pemerintah Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun

2010 Pajak Daerah Bab VI Bagian Kedua Pasal 29, tarif pajak reklame

ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).

h. Tata Cara Perhitungan Pajak Reklame

Menurut Peraturan Pemerintah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010

Pajak Daerah Bab VI Bagian Kedua Pasal 29, cara perhitungan Nilai Sewa

Reklame adalah:

NSR = Jenis x Bahan x Lokasi x Jangka Waktu penyelanggaraan x Jumlah x


Ukuran Media Reklame

Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif 25% dengan hasil penjumlahan Nilai Jual Objek Pajak

Reklame (NJOPR) dan Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR), cara

perhitungan besaran pokok Pajak Reklame yang terutang adalah:

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak


= Tarif Pajak x Nilai Sewa Reklame

i. Wilayah Pemungutan dan Masa Pajak

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010

Tentang Pajak Daerah Bab VI Bagian Kedua Pasal 30 adalah:

1. Pajak Reklame yang terutang dipungut dalam Kota Makassar

2.Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun takwin
32

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang bertujuan

memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai

pelaksanaan pembangunan dan otonomi daerah sesuai dengan potensi

daerah sebagai wujud desentralisasi. Sebagaimana yang dimaksud dalam

UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah, PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Menurut Halim (Dalam Annisa,2017), Pendapatan Asli Daerah

(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah.

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD bersumber dari Pajak

Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, PAD lain-lain yang sah

c. Kendala Peningkatan PAD

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasifiscal,

pemerintah daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan

tetapi, saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah

terkait dengan upaya peningkatan penerimaan daerah, antara lain :


33

1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang

dengan kapasitas fiscal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga

menimbulkan fiscal gap.

2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan

produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat,

direspon secara negatif. Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan

masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah.

3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.

4) Berkurangnya dana bantuan dari Pemerintah Pusat (Dana Alokasi Umum

dari pusat yang tidak mencukupi).

5) Belum diketahui potensi Pendapatan Asli Daerah yang mendekati kondisi


riil.
5. Analisis Efektifitas dan Kontribusi
a. Analisis Efektifitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki. Untuk menganalisis tingkat efektivitas dari pajak hotel dan

pajak reklame maka peneliti menggunakan rumus:

1. Efektifitas Pajak Hotel

Efektifitas = Realisasi Pajak Hotel


x 100%
Target Pajak Hotel

2. Efektifitas Pajak Reklame

Efektifitas= Realisasi Pajak Reklame


x 100%
Target Pajak Reklame
34

Perhitungan efektivitas apabila menunjukkan hasil prosentase yang

semakin besar dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak hotel dan pajak

reklame semakin efektif, demikian pula sebaliknya semakin kecil presentase

hasilnya menunjukkan pemungutan pajak hotel dan pajak reklame semakin

tidak efektif.

Klasifikasi Kriteria Efektifitas


Presentase Kriteria Ket
>100 % Sangat Efektif SE
>90% - 100 % Efektif E
>80 % - 90 % Cukup Efektif CE
>60 % - 80 % Kurang Efektif KE
<60 % Tidak Efektif TE
Sumber : Kemendagri, 2010

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa apabila persentase yang

dicapai lebih dari 100% berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang

dari 60% berarti tidak efektif.

b. Analisis Kontribusi

Analisis kontribusi pajak hotel, dan pajak reklame adalah suatu

analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang

dapat disumbangkan dari penerimaan pajak hotel dan pajak reklame pada

PendapatanAsli Daerah. Rumus yang digunakan untuk menghitung

kontribusi adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi Pajak Hotel

Kontribusi Pajak Hotel = Realisasi Pajak Hotel x 100%


Realisasi PAD
35

2. Kontribusi Pajak Reklame

Kontribusi Pajak Reklame= Realisasi Pajak Reklame x 100%


Realisasi PAD

Dengan analisis ini penulis akan mengetahui seberapa besar

kontribusi pajak hotel dan pajak terhadap penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) di kota Makassar. Kontribusi dapat dikategorikan dalam

kategori sangat baik apabila rasio menunjukkan angka >4 persen. Kriteria

kontribusi di sajikan pada tabel dibawah ini:

Klasifikasi Kriteria Kontribusi

PERSENTASI TINGKAT KONTRIBUSI KET.

>4% Dinyatakan bahwa sangat mempunyai kontribusi SB

3 % - 3,9 % Dinyatakan bahwa mempunyai kontribusi B


2 % - 2,9 % Dinyatakan bahwa cukup mempunyai kontribusi CB
1% - 1,9 % Dinyatakan bahwa kurang mempunyai kontribusi KB
0 % - 0,9 % Dinyatakan bahwa tidak mempunyai kontribusi TB
Sumber : Kemendagri 2010

B.Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Analisis Pajak Hotel dan Pajak Reklame Terhadap

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sudah dilakukan oleh beberapa

peneliti yaitu :

Penelitian yang dilakukan Syarif, (2016) tentanganalisis efektivitas dan

kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkirpada

pendapatan asli daerah kota tangerang tahun 2010–2014, metode yang digunakan

analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Tingkat efektivitas pemungutan


36

pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir kota Tangerang

periode tahun 2010-2014 secara rata-rata termasuk kriteria sangat efektif

(>100%), tingkat efektivitas pajak hotel rata-rata dalam lima tahun sebesar

114,97%, pajak restoran sebesar 124,50%, pajak reklame sebesar 116,89% dan

pajak parkir sebesar 125,28%. Sedangkan Kontribusi penerimaan pajak hotel,

pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah kota

Tangerang sangat kurang. Rata-rata dalam kurun waktu 2010-2014 pajak hotel,

pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir memberikan kontribusi pada PAD

hanya dibawah 5%.

Penelitian yang dilakukan,Intan, T., Lengkong, M., Ilat, V., Wangkar, A.

(2015) tentang analisis potensi dan efektivitas pemungutan pajak reklame di kota

bitung, metode yang digunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat efektifitas Pajak Reklame tahun 2011, 2012 dan 2013

mendapat kategori “Sangat Efektif”, sedangkan tahun 2014 dengan kategori

“Efektif”. Berdasarkan perhitungan data historis, potensi penerimaan Pajak

Reklame Kota Bitung pada tahun 2015 adalah sebesarRp 91.376.453.510.

Penelitian yang dilakukan, Syahfitri, L(2011) tentang analisis peranan dan

kontribusi pajak reklame terhadap peningkatan pendapatan asli daerah kota jambi.

Hasil penelitiannya Pajak reklame memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi dilihat dari hasil analisis persamaan regresi

yaitu sebesar 40,91% dan kontribusi penerimaan pajak reklame terhadap PAD

dari tahun 2007-2011 rata-rata sebesar 6,52%.


37

Penelitian yang dilakukan, Nugroho(2012) tentang analisis pengaruh pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (pad) kabupaten /

kota di provinsi jawa tengah periode 2010-2012, metode yang digunakan Statistik

deskriptif. Hasil penelitiannya.1)Berdasarkan analisis terhadap sampel pada

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah selama periode 2010-2012, maka hasil

penelitian menunjukkan bahwa penambahan pajak daerah berpengaruh positif

signifikan terhadap penambahan pendapatan asli daerah, penambahan retribusi

daerah berpengaruh positif signifikan terhadap penambahan pendapatan asli

daerah dan penambahan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara

simultan terhadap penambahan pendapatan asli daerah. 2) Dari hasil penelitian

diatas didapatkan nilai koefisien determinasi adjust R square sebesar 0,478. Hal

ini berarti 47,8 % variabel dependen yaitu pendapatan asli daerah dapat dijelaskan

oleh pajak daerah dan retribusi daerah, selebihnya 52,2 % dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain diluar model.

Penelitian yang dilakukan, Edward W.Mewah (2013) tentang efektifitas dan

kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap PAD kota manado,. Hasil

penelitiannya 1.Secara keseluruhankontribusi pajak hoteldan pajak restoran pada

tahun 2007-2011 memberikankontribusiyang baikterhadap PAD sehingga

dapatmempengaruhi jumlahPAD yang diterima. Untuk Pajak Hotel presentase

kontribusiterbesar berada ditahun 2010 sebesar8,11% dan presentase terendah

tahun 2008 sebesar 5,38% dengan rata-rata kontribusi 6,88%. Sedangkan

PajakRestoran memilliki rata-rata kontribusi sebesar 21,72%, dimana

kontribusitertinggi pada tahun2009 sebesar 24,47% dan terendah sebesar 19,76%


38

di tahun 2011.2. Tingkat efektivitasdari pajak hotel danpajak restoran

KotaManado sudah sangat efektif karena Secara keseluruhan tingkat efektivitas

mencapaipersentase lebih dari 100%.

Penelitian yang dilakukan, Ruswandi, R. R tentang Analisis Pengaruh Pajak

Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Kabupaten Sumedang, metode

yang digunakan Deskriptif dan regresi komponen utama. Hasil penelitian

menunjukkan 1). Selama periode tahun 1994 hingga tahun 1999, potensi pajak

daerah di Kabupaten Sumedang terus mengalami peningkatan. Sementara itu,

pada tahun 2000 terjadi penurunan dan terjadi peningkatan kembali pada periode

tahun 2001 hingga tahun 2006 2). Pajak daerah berpengaruh signifikan secara

positif terhadap nilai PAD (Pendapatan Asli Daerah) di Kabupaten Sumedang

dengan elastisitas sebesar 0,193, yang berarti bahwa jika pajak daerah meningkat

sebesar satu persen, maka nilai total penerimaan PAD akan meningkat sebesar

0,193 persen.

Penelitian yang dilakukan, Husaini. M tentang analisis potensi pajak daerah

sebagai sumber pendapatan asli daerah di kota metro. Hasil penelitian

pertumbuhan dan kontribusi pajak daerah mengalami fluktuasi di Kota Metro,

maka perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan dari setiap jenis

pajak daerah dan retribusi daerah agar mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu

dengan ; (a) melakukan perhitungan potensi setiap jenis pajak daerah, karena

berdasarkan pengamatan di lapangan penetapan target pendapatan setiap jenis

pajak daerah masih dilakukan secara incremental sehingga belum mengambarkan

potensi yang sebenarnya. (b) melakukan sinergi antara Pemerintah Kota Metro
39

dan DPRD Kota Metro melalui koordinasi dan komunikasi dalam meningkatkan

pendapatan jenis pajak daerah.

Penelitian yang dilakukan R.N.Heince tentang analisis efektivitas,

kontribusi dan potensi pajak reklame dan pajak hotel terhadap pendapatan asli

daerah kota kotamobagu, metode analisis yang digunakan adalah deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas Pajak Reklame sudah

efektif dan Pajak Hotel masih dinilai tidak efektif pada tahun 2015. Secara

keseluruhan kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel tahun anggaran 2012-2015

memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD. Potensi penerimaan Pajak

Reklame dan Pajak Hotel akan mengalami kenaikan pada tahun 2016.

Penelitian yang dilakukan oleh Arditia.R tentang analisis kontribusi dan

efektivitas pajak daerahsebagai sumber pendapatan asli daerahkota surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan 1). Kontribusi untuk masing-masing pos pajak

daerah terhadap PAD Kota Surabaya berada dalam kategori sangat kurang sampai

dengan kurang, dengan kata lain bahwa kontribusi masing-masing komponen

pajak daerah berkisar antara lebih dari satu persen sampai dengan diatas 20 persen

terhadap PAD. Untuk pajak hotel memberikan kontribusi rata-rata sebesar 10,31

persen terhadap PAD. Untuk pajak restoran memberikan kontribusi rata-rata

sebesar 11,51 persen terhadap PAD. Untuk pajak hiburan memberikan kontribusi

rata-rata sebesar 2,55 persen terhadap PAD. Untuk pajak reklame memberikan

kontribusi rata-rata sebesar 7,93 persen terhadap PAD. Untuk pajak penerangan

jalan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 17,25 persen terhadap PAD. Untuk

pajak parkir memberikan kontribusi rata-rata sebesar 1,76 persen terhadap PAD.
40

Dari enam pos pajak daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota

Surabaya, pos pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD

adalah pajak penerangan jalan. Kemudian pos pajak daerah yang memberikan

kontribusi terendah adalah pajak parkir2). Efektivitas untuk masing-masing pos

pajak daerah Kota Surabaya masuk dalam kategori pajak yang kurang efektif

(yang berkisar lebih dari 60 persen sampai dengan 80 persen), cukup efektif (yang

berkisar lebih dari 80 persen sampai dengan 90 persen), efektif (yang 23berkisar

lebih dari 90 persen sampai dengan 100 persen), dan sangat efektif (yang berkisar

lebih dari 100 persen).

Penelitian yang dilakukan oleh L.K.Debby Debora (2014) tentang analisis

kontribusi pendapatan asli daerah(pad) dalam memenuhi apbd padapemerintah

kota medan, metode yang digunakan adalah deskriptif dan metode komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi PAD dalam memenuhi APBD

Pemerintah Kota Medan padaperiode 2008-2012, mencapai rata-rata 28,86%, dari

angka tersebut dapatdisimpulkan bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah

terhadap AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan dari tahun 2008

sampai 2012 dengankriteria kemampuan keuangan daerah sedang. dan yang

memperoleh kontribusitertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 38,28%

dengan kriteria kemampuankeuangan daerah cukup dan kontribusi terendah

terjadi pada tahun 2009 yaitudengan persentase 19,70% dengan kriteria

kemampuan keuangan daerah sedang.


41

Tabel 2.1
Penelitan Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
Penelitian
1 Syarif, analisis Metode Hasilpenelitian menunjukkan
efektifitas dan analisis Tingkat efektivitas
(2016) kontribusi deskriptif pemungutan pajak hotel, pajak
pajak hotel, restoran, pajak reklame, dan
pajak restoran, pajak parkir kota Tangerang
pajak reklame
dan pajak
periode tahun 2010-2014
reklame pada secara rata-rata termasuk
pendapatan kriteria sangat efektif
asli daerah di (>100%), tingkat efektivitas
kota semarang pajak hotel rata-rata dalam
tahun 2010- lima tahun sebesar 114,97%,
2014 pajak restoran sebesar
124,50%, pajak reklame
sebesar 116,89% dan pajak
parkir sebesar 125,28%.
Sedangkan Kontribusi
penerimaan pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan
pajak parkir pada Pendapatan
Asli Daerah kota Tangerang
sangat kurang. Rata-rata dalam
kurun waktu 2010-2014 pajak
hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir
memberikan kontribusi pada
PAD hanya dibawah 5%
2 Intan, T., analisis potensi Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan
Lengkong, dan efektivitas Kuantitatif bahwa tingkat efektifitas Pajak
M., Ilat, V., pemungutan Reklame tahun 2011, 2012 dan
Wangkar, pajak reklame 2013 mendapat kategori
A. (2015) di kota bitung “Sangat Efektif”, sedangkan
tahun 2014 dengan kategori
“Efektif”. Berdasarkan
perhitungan data historis,
potensi penerimaan Pajak
Reklame Kota Bitung pada
tahun 2015 adalah sebesarRp
91.376.453.510.
3 SyahfitriL peranan dan Kuantitatif dilihat dari hasil analisis
(2011) kontribusi persamaan regresi yaitu
pajak sebesar 40,91% dan kontribusi
42

reklame penerimaan pajak reklame


terhadap terhadap PAD dari tahun
peningkatan 2007-2011 rata-rata sebesar
pendapatan 6,52%.
asli daerah
kota jambi.
4 Nugroho(2 analisis Statistik Hasilpenelitiannya.1)Berdasar
012) pengaruh deskriptif kan analisis terhadap sampel
pajak daerah pada kabupaten/kota di
dan retribusi Provinsi Jawa Tengah selama
daerah periode 2010-2012, maka hasil
terhadap
penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan
asli daerah penambahan pajak daerah
(pad) berpengaruh positif signifikan
kabupaten / terhadap penambahan
kota di pendapatan asli daerah,
provinsi jawa penambahan retribusi daerah
tengah periode berpengaruh positif signifikan
2010-2012 terhadap penambahan
pendapatan asli daerah dan
penambahan pajak daerah dan
retribusi daerah berpengaruh
secara simultan terhadap
penambahan pendapatan asli
daerah. 2) Dari hasil penelitian
diatas didapatkan nilai
koefisien determinasi adjust R
square sebesar 0,478. Hal ini
berarti 47,8 % variabel
dependen yaitu pendapatan asli
daerah dapat dijelaskan oleh
pajak daerah dan retribusi
daerah, selebihnya 52,2 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain diluar model.
5 Edward efektifitas Kuantitatif Hasil penelitiannya 1.Secara
W.Mewah dan keseluruhankontribusi pajak
(2013) kontribusi hoteldan pajak restoran pada
penerimaan tahun 2007-2011
pajak hotel memberikankontribusiyang
dan restoran baikterhadap PAD sehingga
terhadap dapatmempengaruhi
PAD kota jumlahPAD yang diterima.
manado Untuk Pajak Hotel presentase
kontribusiterbesar berada
ditahun 2010 sebesar8,11%
43

danpresentase terendah tahun


2008 sebesar 5,38% dengan
rata-rata kontribusi 6,88%.
Sedangkan PajakRestoran
memilliki rata-rata kontribusi
sebesar 21,72%, dimana
kontribusitertinggi pada
tahun2009 sebesar 24,47% dan
terendah sebesar 19,76% di
tahun 2011.2. Tingkat
efektivitasdari pajak hotel
danpajak restoran
KotaManado sudah sangat
efektif karena Secara
keseluruhan tingkat efektivitas
mencapaipersentase lebih dari
100%.
6 Analisis Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan
Ruswandi, Pengaruh dan regresi 1). Selama periode tahun 1994
R. R Pajak Daerah komponen hingga tahun 1999, potensi
Terhadap utama pajak daerah di Kabupaten
Pendapatan Sumedang terus mengalami
Asli Daerah
peningkatan. Sementara itu,
(Pad) Di
Kabupaten pada tahun 2000 terjadi
Sumedang penurunan dan terjadi
peningkatan kembali pada
periode tahun 2001 hingga
tahun 2006 2). Pajak daerah
berpengaruh signifikan secara
positif terhadap nilai PAD
(Pendapatan Asli Daerah) di
Kabupaten Sumedang dengan
elastisitas sebesar 0,193, yang
berarti bahwa jika pajak
daerah meningkat sebesar satu
persen, maka nilai total
penerimaan PAD akan
meningkat sebesar 0,193
persen.
7 Husaini. analisis Hasil penelitian pertumbuhan
M potensi pajak dan kontribusi pajak daerah
daerah mengalami fluktuasi di Kota
sebagai Metro, maka perlu dilakukan
sumber intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan pendapatan dari setiap jenis
asli daerah di pajak daerah dan retribusi
44

kota metro. daerah agar mengalami


peningkatan pertumbuhan
yaitu dengan ; (a) melakukan
perhitungan potensi setiap
jenis pajak daerah, karena
berdasarkan pengamatan di
lapangan penetapan target
pendapatan setiap jenis pajak
daerah masih dilakukan secara
incremental sehingga belum
mengambarkan potensi yang
sebenarnya. (b) melakukan
sinergi antara Pemerintah Kota
Metro dan DPRD Kota Metro
melalui koordinasi dan
komunikasi dalam
meningkatkan pendapatan
jenis pajak daerah.
8 R.N.Heince analisis deskriptif Hasil penelitian menunjukkan
efektivitas, bahwa tingkat efektivitas Pajak
kontribusi Reklame sudah efektif dan
dan potensi Pajak Hotel masih dinilai tidak
pajak efektif pada tahun 2015.Secara
reklame dan keseluruhan kontribusi Pajak
pajak hotel Reklame dan Pajak Hotel
terhadap tahun anggaran 2012-2015
pendapatan memberikan kontribusi yang
asli daerah baik terhadap PAD. Potensi
kota penerimaan Pajak Reklame
kotamobagu dan Pajak Hotel akan
mengalami kenaikan pada
tahun 2016
9 Arditia.R analisis kualitatif Hasil penelitian menunjukkan
kontribusi dan 1).Kontribusiuntuk masing-
efektivitas masing pos pajak daerah
pajak terhadap PAD Kota Surabaya
daerahsebagai berada dalam kategori sangat
sumber
kurang sampai dengan kurang,
pendapatan
asli daerahkota
dengan kata lain bahwa
surabaya kontribusi masing-masing
komponen pajak daerah
berkisar antara lebih dari satu
persen sampai dengan diatas
20 persen terhadap PAD.
Untuk pajak hotel memberikan
kontribusi rata-rata sebesar
45

10,31 persen terhadap PAD.


Untuk pajak restoran
memberikan kontribusi rata-
rata sebesar 11,51 persen
terhadap PAD. Untuk pajak
hiburan memberikan
kontribusi rata-rata sebesar
2,55 persen terhadap PAD.
Untuk pajak reklame
memberikan kontribusi rata-
rata sebesar 7,93 persen
terhadap PAD. Untuk pajak
penerangan jalan memberikan
kontribusi rata-rata sebesar
17,25 persen terhadap PAD.
Untuk pajak parkir
memberikan kontribusi rata-
rata sebesar 1,76 persen
terhadap PAD. Dari enam pos
pajak daerah yang
diselenggarakan oleh
pemerintah Kota Surabaya,
pos pajak daerah yang
memberikan kontribusi
terbesar terhadap PAD adalah
pajak penerangan jalan.
Kemudian pos pajak daerah
yang memberikan kontribusi
terendah adalah pajak parkir2).
Efektivitas untuk masing-
masing pos pajak daerah Kota
Surabaya masuk dalam
kategori pajak yang kurang
efektif (yang berkisar lebih
dari 60 persen sampai dengan
80 persen), cukup efektif (yang
berkisar lebih dari 80 persen
sampai dengan 90 persen),
efektif (yang23berkisar lebih
dari 90 persen sampai dengan
100 persen), dan sangat efektif
(yang berkisar lebih dari 100
persen).
10 L.K.Debby Analisis Metode Hasil penelitian menunjukkan
Debora Kontribusi deskriptif bahwa kontribusi PAD dalam
(2014) Pendapatan dan metode memenuhi APBD Pemerintah
46

Asli komparatif Kota Medan padaperiode


Daerah(Pad) 2008-2012, mencapai rata-rata
Dalam 28,86%, dari angka tersebut
Memenuhi dapatdisimpulkan bahwa
Apbd kontribusi Pendapatan Asli
Padapemerint Daerah terhadap
ah Kota AnggaranPendapatan dan
Medan Belanja Daerah Kota Medan
dari tahun 2008 sampai 2012
dengankriteria kemampuan
keuangan daerah sedang. dan
yang memperoleh
kontribusitertinggi terjadi pada
tahun 2012 yaitu sebesar
38,28% dengan kriteria
kemampuankeuangan daerah
cukup dan kontribusi terendah
terjadi pada tahun 2009
yaitudengan persentase
19,70% dengan kriteria
kemampuan keuangan daerah
sedang.

C. Kerangka Pikir Teoritis


Kerangka pikir dalam penelitian ini menjabarkan klasifikasi permasalahan

untuk melihat seberapa besar pertumbuhan pajak Hotel dan Reklame, efektitas,

serta kontribusi Pajak Hotel dan Reklame tersebut terhadap Pendapatan Asli

daerah di Kota Makassar.

Dimana yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan Pajak

Hotel dan Reklame yang mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kota Makassar dan Realisasi Pajak Hotel dan Reklame di Kota

Makassar. Serta bagaimana Efektifitas dan Kontribusinya terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) di Kota Makassar. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

disajikan pada gambar :


47

PAJAK HOTEL DAN


PAJAK REKLAME

EFEKTIFITAS KONTRIBUSI

PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD)

Gambar 1
Kerangka Pikir
D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

H1: Diduga pajak hotel dan reklame dalam peningkatan Pendapatan Asli
Daerah Kota Makassar sudah efektif selama tahun 2014-2016
H2: Diduga kontribusi pajak hotel dan reklame sangat berpengaruh terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar selama tahun 2014-
2016.
48

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan pada DinasPendapatan Daerah Kota Makassar di

jalan urip sumoharjo. Penelitian ini dilakukan kuranglebih selama 2 bulan yaitu

dari bulan Februari sampai bulan Maret 2017.

B. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuantitatif

yaitu data informasi yang berupa simbol angka atau bilangan. Berdasarkan

simbol-simbol angka tersebut perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan

untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang berlaku umum didalam suatu

parameter.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli atau pihak pertama. Data yang diperoleh melalui pengamatan

(observasi) dan wawancara mengenai pajak reklame dan pajak hotel

terhadap pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota

Makassar.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).Data

48
49

diperoleh melalui dokumen-dokumen atau data tertulis pada Dinas

Pendapatan Daerah Kota Makassar yaitu :

1. Data realisasi penerimaan PAD dan Pajak Hotel dan Reklame Kota

Makassar tahun 2014-2016.

2. Data jumlah target dan realisasi Pajak Hotel dan Reklame Kota Makassar

tahun 2014-2016.

3. Data jumlah hotel di Kota Makassar tahun 2014-2016 berdasarkan

klasifikasi.

4. Data-data nama hotel di Kota Makassar terbaru (2016).

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa metode, yaitu :

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi

tersebut diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, internet, dan sumber-sumber

lain. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan

semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya

sehingga dapat menjadi alat bantu untuk menganalisis data.

2. Studi lapangan (Field Research)

Yaitu suatu penelitian yang dilakukan langsung pada perusahaan yang

menjadi objek penelitian untuk memperoleh data baik melakukan

dokumentasi dan wawancara.


50

a) Dokumentasi

Mengumpulkan bahan-bahan tertulis berupa data yang diperoleh dari

Kantor Dinas Pendapatan Kota Makassar, jurnal terdahulu, buku cetak,

maupun dari pepustakaan.

b) Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara menanyakan

langsung data yang dibutuhkan kepada seseorang yang berwenang. Dalam

wawancara ini yang menjadi responden adalah pegawai Dinas Pendapatan

Asli Daerah Kota Makassar bagian pajak hotel. Metode wawancara

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dengan jawaban komprehensif

kepada responden untuk menggali informasi mengenai berbagai faktor

yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel dan pajak reklame dan

kendala dalam penilaian efektifitas pajak hotel dan pajak reklame.

D. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh objek pajak daerah yaitu pajak

hotel dan pajak reklame yang ada di Kota Makassar yang melaksanakan

kewajibannya membayar pajak di Dispenda Kota Makassar.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah


51

jumlah realisasi pajak hotel dan pajak reklame yang telah dibayarkan pihak

hotel dan reklame di Dispenda Kota Makassar dari tahun 2014-2016

E. Definisi Operasional Variabel

1. Pajak Hotel Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun

2009 Pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan

pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya

memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan

hiburan.

2. Pajak Reklame, Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa yang dimaksud

dengan pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda,alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau

dinikmati oleh umum.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD), adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Menurut Halim (Dalam Annisa,2017), Pendapatan Asli Daerah

(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah.

4. Realisasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatutindakan

mewujudkan atau pencapaian suatu rencana, cita-cita atau keinginan, dengan


52

syarat adanya suatu rencana, cita-cita atau keinginan.Variabel ini diukur

dengan adanya rencana pencapaian Realisasi pajak hotel dan reklame yang

ditargetkan oleh Dispenda Kota Makassar ditiap tahunnya. Dan dengan adanya

realisasi ini kita juga dapat mengukur efektifitas dan kontribusi yang dihasilkan

dari pajak hotel dan reklame tersebut.

F. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

Kuantitatif.Dimana Deskriptif Kuantitatif merupakan penelitian yang menjelaskan

tentang fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk

menjabarkan karakteristik individu atau kelompok . Dalam penelitian ini data

yang dianalisa dengan menggunakan time series adalah data-data mengenai

pertumbuhan pajak hotel dan reklame dan efektivitas pajak hotel dan reklame di

Kota Makassar. Penelitian deskriptif kuantitatif menyajikan data tentang Realisasi

penerimaan pajak hotel dan reklame, dan total PAD dari tahun ke tahun. Untuk

menganalisis tingkat efektivitas dari pajak hotel dan pajak reklame maka peneliti

menggunakan rumus:

1. Analisis Efektifitas pajak hotel

Efektifitas Pajak Reklame = Realisasi Penerimaan Pajak Hotel


xx 100%
Target Penerimaan Pajak Hotel

2. Analisis Efektitifitas Pajak Reklame

Efektifitas Pajak Reklame = Realisasi Penerimaan Pajak Reklame


x 100%
Target Penerimaan Pajak Reklame
53

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus tersebut akan keluar hasil


dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 1
Klasifikasi Kriteria Efektifitas
Presentase Kriteria Ket
>100 % Sangat Efektif SE
>90% - 100 % Efektif E
>80 % - 90 % Cukup Efektif CE
>60 % - 80 % Kurang Efektif KE
<60 % Tidak Efektif TE
Sumber : Kemendagri, 2010

untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Hotel dan Reklame

terhadap peningkatan ( PAD) maka akan dibandingkan antara realisasi

penerimaan pajak hotel dan reklame terhadap PAD. Rumus yang akan

digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut :

Pn= QXn
x 100%
QYx

Keterangan :
Pn = Kontribusi penerimaan pajak Hotel dan Reklame terhadap PAD
(Rupiah)
QX = Jumlah penerimaan Pajak Hotel dan Reklame (Rupiah)
QY = Jumlah penerimaan PAD (Rupiah)
n = Tahun

Dengan analisis ini penulis akan mengetahui seberapa besar kontribusi

pajak hotel, dan pajak reklame terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di kota Makassar. Kontribusi dapat dikategorikan dalam kategori sangat


54

baik apabila rasio menunjukkan angka >50 persen. Kriteria kontribusi di

sajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2
Klasifikasi Kriteria Kontribusi
PERSENTASI TINGKAT KONTRIBUSI KET.

>4% Dinyatakan bahwa sangat mempunyai kontribusi SB

3 % - 3,9 % Dinyatakan bahwa mempunyai kontribusi B


2 % - 2,9 % Dinyatakan bahwa cukup mempunyai kontribusi CB
1% - 1,9 % Dinyatakan bahwa kurang mempunyai kontribusi KB
0 % - 0,9 % Dinyatakan bahwa tidak mempunyai kontribusi TB
Sumber : Kemendagri 2010
55

BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan/Lembaga

Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar

Sebelum terbentuknya Dinas Pendapatan Kotamadya Tingkat II Makassar,

Dinas Pasar, Dinas Air Minum dan Dinas Penghasilan daerah dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya No.155/Kep/A/V/1973 Tanggal

24 Mei 1973 terdiri dari beberapa Sub Dinas Terminal Angkutan, Sub Dinas

Pengolahan Tanah Pasir, Sub Dinas Taman Hiburan Rakyat, Sub Dinas

Pemeriksaan Kendaraan Tidak Bermotor dan Sub Dinas Administrasi.

Dengan adanya keputusan Walikotamadya Keputusan Daerah Tingkat II

Ujung Pandang No.74/S/Kep/A/V/1977 Tanggal 1 April 1977 bersamaan

dengan surat edaran menteri Dalam Negeri No. 3/12/43 Tanggal 9 September

1975 dan Instruktur Menteri Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi

Selatan Tanggal 25 Oktober 1975 No. Keu/3/22/33 tentang pembentukan Dinas

Pendapatan Daerah di Kabupaten atau Kotamadya Daerah Tingkat II Sulawesi

Selatan, maka Dinas Penghasilan Daerah Kotamadya Ujung Pandang telah

disempurnakan dan ditetapkan perubahan namanya menjadib Dinas Penghasilan

Daerah yang kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber-sumber

keuangan daerah seperti Dinas Perpajakan, Dinas Pasar dan Sub Dinas

Pelelangan Ikan dan semua Sub-sub Dinas dalam unit penghasilan daerah yang

tergabung dalam unit penghasilan daerah dilebur dan dimasukkan pada unit

kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang, seiring dengan

55
56

adanya perubahan Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, maka

secara otomatis nama Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang

berubah menjadi Dinas Pendapatan Kota Makassar.

B. Visi dan Misi Organisasi

1. Visi

Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar merupakan orientasi

program-program Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar 5 (lima) tahun

mendatang. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan

selaku merumuskan, membina, mengembangkan, mengkoordinir,

mengevaluasi, mengendalikan dan mengawasi kebijakan bidang pengelolaan

pendapatan daerah maka Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar dituntut

untuk dapat menyusun dokumen perencanaan pembangunan yang mampu

mengantisipasi perubahan yang berkembang setiap saat. Dengan mengacu pada

batasan tersebut, Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar sebagai

berikut:

“ TERWUJUDNYA PENGELOLAAN PENDAPATAN YANG


OPTIMAL ONLINE TERPADU ”

Untuk merealisasikan maksud dan tujuan sebagaimana yang tertuang

dalam Visi tersebut, maka setiap aparat Dinas Pendapatan Daerah Kota

Makassar dan stakeholder harus mampu memahami makna dari Visi tersebut.

Makna yang terkandung dalam Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar

yang diwujudkan dalam peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan dan

sasaran yang diharapkan.


57

2. Misi

Untuk merealisasikan Visi yang telah ditetapkan dalam lima tahun

kedepan (2014-2019) yang bertumpu pada potensi dan sumber daya yang

dimiliki serta ditunjang oleh semangat kebersamaan, tanggung jawab yang

optimal dan proporsional, maka Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Makassar adalah :

a. Mewujudkan pengelolaan PAD yang optimal berbasis IT secara terpadu

dan terintegrasi.

b. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki

kompetensi dalam bidangnya.

c. Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan

keuangan daerah.
58

C. Struktur Organisasi dan Job Description

a. Struktur Organisasi

Gambar 2
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar

b. Job Description

Berikut ini adalah uraian tugas di Dinas Pendapatann Daerah Kota

Makassar :

1. Kepala Dinas

Merencanakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan,

mengkoordinasi, mengendalikan tugas desentrasi, dekosentrasi dan tugas

pembantu di bidang pendapatan.


59

2. Bagian Tata Usaha

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

1. Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

administratif bagi seluruh satuan kerja dilingkungan Dinas Pendapatan.

2. Sub bagian umum dan kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

b. Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagai urusan ketatausahaa meliputi

surat-menyurat, kearsipan, surat perjalanan dinas, mendistribusi surat

sesuai bidang;

c. Melaksanakan urusan kerumahtanggan dinas;

d. Melaksanakan usulan kenaikan pangkat, mutasi dan pensiun;

e. Melaksanakan usul gaji berkala, usul tugas belajar;

f. Menghimpun dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan

dibidang kepegawaian dalam lingkup dinas;

g. Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang

kepegawaian, pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan.

h. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan dengan

bidang tugasnya;

i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan;

j. Menyusun laporan hasil pelaksaan tugas.


60

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

1. Menyusun rencana, membagi tugas, member petunjuk dan menilai

pelaksanaan tugas bawahan padaSub Bagian Keuangan dan

Perlengkapan serta melaksanakan pelayanan Administrasi Urusan

Keuangan dan Perlengkapan.

2. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi :

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

b. Mengumpulkan dan menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja

Perangkat Daerah;

c. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan Rencana

Anggaran Satuan Kerja (RASK) dan Dokumen Anggaran Satuan

Kerja (DAKS) dari masing-masing satuan kerja sebagai bahan

konsultasi perencanaan ke Bapenda;

d. Menyusun realisasi perhitungan anggaran dan administrasi

perbendaharaan dinas;

e. Menyusun rencana kebutuhan barang perlengkapan dinas;

f. Membuat laporan inventaris barang dan tata administrasi

perlengkapan;

g. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi dari masing-masing satuan kerja;

h. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkatan dengan

bidang tugasnya;
61

i. Melaksanakian tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan;

j. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

3. Bidang Pendapatan

a. Seksi Pendaftaran dan Pendataan

1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas mempunyai

rencana memberi petunjuk dan menilai pelaksanaan kegiatan staf serta

menyiapkan bahan Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak dan Wajib

Retribusi daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Seksi Pendaftaran dan Pendataan menyelenggarakan fungsi;

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

b. Menyiapkan penyusunan bahan pelaksanaan Pendaftaran dan

c. Pendataan serta pemeriksaan Wajib Pajak dan Retribusi;

d. Mendistribusikan formulir dan melaksanakan kegiatan Pendaftaran

dan Pendataan Wajib Pajak dan Wajib Retribusi;

e. Menginventarisir formulir pendaftaran yang telah diisi oleh Wajib

Pajak Daerah dan WajibRetribusi Daerah;

f. Membuat laporan tentang formulir pendaftaran yang belum dan

sudah diterima;

g. Memberikan nomor pendaftaran, Nomor Pokok Wajib Pajak

Daerah (NPWPD), Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah

(NPWRD);
62

h. Menghimpun dan mencatat data objek dan subjek pajak, retribusi

daerah dan pendapatan-pendapatan lainnya;

i. Melakukan pendaftaran pendataan, pemeriksaan lapangan objek

dan subjek pajakdan Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah

lainnya;

j. Membuat ku Induk Pajak dan Retribusi Daerah dan pendapatan

daerah lainnya;

k. Mengirim kartu data ke bidang penetapan sebagai bahan penerbitan

surat ketetapan;

l. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan

dengan bidang tugasnya;

m. Melakukan tugas kedinasan lain yang di berikan oleh atasan;

n. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

b. Seksi Dokumentasi dan Pusat Data Elektronik (PDE)

1. Menyiapkan bahan penyimpanan dan pemeliharaan data wajib pajak

dan wajib retribusi daerah serta memelihara perangkat pengelolaan

data;

2. Dokumentasi dan pusat data elektronik menyelenggarakan fungsi;

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

b. Menghimpun, mengelola dan menyusun data pendaftaran dan

pendataan wajib pajak dan wajib retribusi daerah baik secara

manual maupun elektronik;


63

c. Menginput dan mencetak data wajib pajak dan wajib retribusi

daerah melalui perangkat data elekronik;

d. Memelihara buku induk wajib pajak dan wajib retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya;

e. Membuat kartu dan memberikan kartu pengenal nomor pokok

wajib pajak daerah (NPWPD) dan nomor pokok wajib retribusi

daerah (NPWPRD);

f. Melakukan penyimpanan arsip surat-surat perpajakan dan retribusi

daerah yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;

g. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan kartu data wajib pajak

dan retribusi daerah serta pendapatan daerah lainnya.

4. Bidang Penetapan

a. Seksi Analisa dan Perhitungan

1. Menyusun rencana, memberikan petunjuk dan penilaian

pelaksanaan kegiatan staf serta melakukan analisis perhitungan

penepatan pajak dan retribusi daerah serta sumber pendapatan

lainnya;

2. Analisa dan perhitungan menyelenggarakan fungsi;

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya

b. Melakukan analisis terhadap data objek pajak untuk menghitung

besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dan

retribusi daerah serta sumber pendapatan lainnya;


64

c. Membuat nota perhitungan penetapan atas pajak dan retribusi

daerah sertab sumber pendapatan lainnya;

d. Meneliti dan menandatangani hasil perhitungan pajak dan

retribusi daerah serta sumber pendapatan lainnya;

e. Melakukan pembinaan dan evaluasi prestasi kerja staf;

f. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan

dengan bidang tugasnya;

g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

b. Seksi Penerbitan SKPD/SKPR

1. Menyusun rencana, member petunjuk dan menilai pelaksanaan

kegiatan staf serta melaksanakan legalisasi penerbitan Surat

Keterangan Pajak Daerah (SKRD) serta sumber pendapatan

lainnya;

2. Seksi Penerbitan dan Surat Ketetapan menyelenggarakan fungsi ;

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

b. Menerbitkan surat ketetapan pajak dan retribusi daerah serta

sumber pendapatan lainnya;

c. Mendistribusikan Surat Ketetapan Pajak dan Retribusi Daerah;

d. Mengolah data dan membuat daftar himpunan pokok pajak dan

retribusi daerah;

e. Melakukan legalisasi alat pembayaran/Benda Berharga (BB)

Pajak dan Retribusi Daerah;


65

f. Melakukan pembinaan dan evaluasi kerja staf;

g. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitang

dengan bidang tugasnya;

h. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;

5. Bidang Penagihan dan Pembukuan

a. Seksi Penagihan

1. Menyusun rencana, member petunjuk dan menilai pelaksanaan

kegiatan staf serta melaksanakan pengendalian kegiatan

penagihan, pembinaan dan penegakan hokum;

2. Seksi Penagihan menyelenggarakan fungsi;

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

b. Melakukan pemantauan terhadap wajib pajak dan retribusi

daerah yang masa pajaknya telah jatu tempoh;

c. Memperingati wajib pajak dan retribusi Daerah yang lalai

melaksanakan kewajibannya;

d. Melakukan penegakan hukum terhadap wajib pajak dan retribusi

Daerah yang melanggar peraturan daerah tentang pajak dan

retribusi daerah;

e. Melakukan pengendalian penagihan terhadap wajib pajak dan

retribusi daerah;

f. Membuat surat panggilan, surat teguran dan surat tagihan paksa

terhadap wajib pajak dan retribusi daerah yang menunggak;


66

g. Melayani permohonan keberatan banding dan angsuran;

h. Melakukan pembinaan dan Evaluasi terhadap hasil kerja staf;

i. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan

dengan unit tugasnya;

j. Menyusun laporan hasil kerja pelaksanaan tugas.

b. Seksi Pembukuan

1. Menyusun rencana memberi petunjuk dan menilai pelaksanaan

kegiatan staf serta administrasi pembukuan;

2. Seksi pembukuan menyelenggarakan fungsi;

a. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada staf untuk

kelancaran pelaksanaan tugas;

b. Membukukan penerimaan pendapatanh asli daerah (PAD)/pajak

bumi dan bangunan (PBB), bagi hasil dan penerimaan daerah

lainnya serta persediaan benda berharga dan membuat laporan

tunggakan asli daerah dan tunggakan lainnya;

c. Menerima dan mencatat surat ketetapan pajak daerah (SKPD)/

surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) dan surat ketetapan

lainnnya yang telah di bayar lunas dan menghitung tunggakan

serta membuat laporan berkala mengenai realisasi penerimaan;

d. Membuat dan mengirim laporan realisasi penerimaan

pendapatan daerah secara berkala;

e. Menyusun hasil pelaksanaan tugas.


67

6. Bidang Pengembangan, Peningkatan, dan Pengendalian

a. Seksi Pengembangan, Peningkatan Pendapatan & Pengendalian

1. Menyusun rencana, member petunjuk dan penilaian pelaksanaan

tugas staf dan rencana pendapatan daerah, pembinaan teknis

administrasi, penyusunan program identifikasi dan ekstensifikasi

serta hubungan tata kerja dan pemberian saran pungutan serta

pengendalian operasional.

2. Seksi pengembangan, peningkatan pendapatan dan pengendalian

menyelenggarakan fungsi;

a. Memberi petunjuk dan bimbingan, pengawasan kepada staf

untuk kelancaran membagi pelaksanaan tugas;

b. Mengumpulkan data potensi pendapatan dalam rangka

menyusun rencana pendapatan;

c. Menyusun program identifikasi dan ekstensifikasi dalam

mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka menyusun

perubahan dan perhitungan APBN;

d. Menyusun rencana pengawasan dan pengendalian operasional;

e. Menyusun rencana teknis;

b. Seksi Evaluasi, Hukum dan Perundang-undangan

1. Menyusun rencana, memberi petunjuk dan menilai pelaksanaan

tugas kegiatan staf yang menyusun konsep pengawasan dan

rencana Peraturan Daerah dibidang pendapatan serta mengevaluasi

pelaksanaannya.
68

2. Seksi Evaluasi, Hukum dan Perundang-undangan

menyelenggarakan fungsi;

a. Membuat analisa laporan serta evaluasi pelaksanaan tugas;

b. Mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka

penyusunan konsep/rencana Peraturan Daerah dibidang

pendapatan;

c. Mengkoordinasi dengan unit kerja terkait atas suatu Peraturan

Daerah dibidang pendapatan;

d. Mengkoordinasi penyelesaian hasil pemeriksaan aparat

pengawasan fungsional;

e. Memantau, mempelajari dan mengevaluasi pelaksanaan

Peraturan Daerah dan ketentuan lainnya;

f. Mengkoordinasi kegiatan pembuatan dan pengiriman laporan

realisasi penarikan baik yang dikelolah oleh Dipenda maupun

Unit kerja lainnya.

7. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah)

1. Tugas Pokok

UPTD Pajak Bumi anggunan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas dinas dalam menunjang kemampuan teknis,

pelaksanaan teknis dan operasional dalam bidang pendapatan Pajak

Bumi dan Bangunan.


69

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4

UPTD Pajak Bumi dan Bangunan menyelenggarakan fungsi;

a. Melaksanakan rencana kerja dibidang Pajak Bumi dan Bangunan

sesuai rencana yang ditetapkan

b. Melaksanakan kegiatan administrasi Pajak Bumi dan Bangunan;

c. Melaksanakan kegiatan identifikasi dan intensifikasi Pajak Bumi

dan Bangunan;

d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, menyangkut

kegiatan yang berkenaan dengan upaya meningkatkan Pajak

Bumi dan Bangunan;

e. Melaksanan penyuluhan, penagihan dan membantu melaksanakan

pendaftaran dan pendataan serta pemeriksaan ojek dan subjek

Pajak Bumi dan Bangunan


80

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Hotel dan Reklame

1. Perkembangan Hotel

Perhotelan di Kota Makassar menurut Head of Research Jones Lang

LaSalle, Anton Sitorus, mengatakan aksi ekspansif para pemain perhotelan

tersebut termotivasi oleh potensi pertumbuhan ekonomi, perjalanan bisnis dan

wisata yang meningkat serta maraknya aktifitas meeting, incentive, convention

& exhebition (MICE) di beberapa kota termasuk Kota Makassar.

Berikut ini adalah tabel perkembangan TPK (Tingkatan Pembagian Kelas)


hotel di Kota Makassar :
Tabel 5.1
Tabel Perkembangan TPK Hotel di Kota Makassar
Klasifikasi 2013 2014 2015
Bintang
Bintang 1 123,33 390,03 222,67
Bintang 2 164,64 503,41 289,45
Bintang 3 153,18 548,9 259,51
Bintang 4 163,15 599,13 267,26
Bintang 5 221 675,04 232
Rata-rata 165,06 543,3 254,32
Keseluruhan
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

Hasil dari pegoptimalan perkembangan Tingkatan Pebagian Kelas Hotel

tersebut adalah untuk menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang

merupakan salah satu sumber pembiayaan dan pembangunan daerah, serta

meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian

daerah mampu melaksanakan, mengatur, dan mengurus daerah secara mandiri.

70
80 71

Tabel 5.2
Daftar Hotel Yang Ada Di Makassar Berdasarkan Klasifikasi Bintang
Nama Hotel Klasifikasi KeteranganKlasifikasi
Bintang
The Rinra Bintang 5  Jumlah kamar tipe standar
Aryaduta Makassar minimal 100
 Jumlah kamar tipe suite
minimal 4 kamar
Four Points By Sheraton Bintang 4  Jumlah kamar tipe standar
Makassar minimal 50
Aston Makassar Hotel &  Jumlah kamar tipe suite
Convention Center minimal 3kamar
Grand Clarion Hotel and
Convention
Aswin Hotel Bintang 3  Jumlah kamar standarnya
Dalton Hotel Makassar minimal 30
Hotel Remcy  Jumlah kamar tipe suite
minimal 2 kamar
Red Planet Bintang 2  Jumlah kamar standar
Tree Hotel Makassar minimal 20
Favehotel Panakkukang  Jumlah kamar tipe suite
minimal 1 kamar
Hotel Paramount Makassar Bintang 1  Kamar tipe standar dengan
Hotel Panakkuang jumlah kamar minimal 15

Berdasarkan klasifikasi terhadap hotel yang ada di Makassar, maka akan

mudah dengan dikelompokkan hotel-hotel mana saja yang berkontribusi lebih

pada pemasukan pajak suatu daerah, dimana semakin banyak bintang suatu

hotel semakin banyak kamar dan fasilitas yang disediakan oleh suatu hotel

maka semakin besar kontribusi hotel tersebut terhadap pemasukan pajak hotel

suatu daerah.
80 72

a. Efektivitas Pajak Hotel

Perhitungan efektivitas pajak hotel di kota Makassar tahun 2014-2016

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.3
Perhitungan Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2014-2016
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Efektivitas Keterangan
(%)
2014 43.700.358.000 44.517.581.343 101.87% Sangat
Efektif
2015 81.208.967.000 50.164.631.563 61,77% Kurang
efektif
2016 143.182.619.871 70.389.461.676 49,16% Tidak Efektif
Rata-rata Efektifitas Pajak Hotel 70,93% Kurang
Efektif
Sumber Data : DISPENDA Kota Makassar (diolah)2017

Berdasarkan tabel diatas tingkat efektivitas pajak hotel untuk tahun 2014

dikategorikan “Sangat Efektif” karena telah mencapai target yang ditetapkan.

Di tahun 2015 tingkat efektivitasnya sebesar 61,77% atau mengalami

penurunan sebesar 40,01% dari tahun 2014 dan pada tahun 2016 tingkat

efektifitasnya mengalami penurunan lagi sebesar 12,61% dari tahun

sebelumnya menjadi 49,16%. Berikut ditampilkan grafik efektivitas pajak hotel

Gambar Grafik 3
8073

b. Kontribusi Pajak Hotel

Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel terhadap PAD kota Makassar

dari tahun 2014-2016 dapat dihitung dengan cara membandingkan antara

realisasi penerimaan pajak hotel dengan realisasi Pendapatan Asli. Perhitungan

kontribusi pajak hotel terhadap PAD kota Makassar tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4
Kontribusi Pajak Hotel Tahun 2014-2016
Tahun Pajak Hotel P A D (Rp) Kontribusi Ket
(Rp) (%)
2014 44.517.581.343 730.876.498.549 6,09% Sangat
Berkontribusi
2015 50.164.631.563 828.871.892.851 6,05% Sangat
Berkontribusi
2016 70.389.461.676 1.305.108.008.000 5,39% Sangat
Berkontribusi
Sangat
Rata-rata Kontribusi Pajak Hotel 5,84% Berkontribu
si
Sumber data : Dispenda Kota Makassar (diolah) 2017

Setelah menghitung kontribusi pajak hotel dari tahun 2014-2016 dapat

Diketahui bahwa Pajak Hotel yang memiliki persentase kontribusi terbesar

berada ditahun 2014 yaitu sebesar 6.09% dan persentase kontribusi terendah

berada ditahun 2016 yaitu 5,39%, dengan rata-rata kontribusi sebesar 5,84%.

Meskipun ditiap tahunnya mengalami penurunan yang cukup signifikan tetapi

berdasarkan tabel diatas dan tabel kriteria yang ada, dapat diketahui bahwa

Pajak Hotel “Sangat Berkontribusi” dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah ( PAD ) di tiap tahunnya . Berikut ditampilkan grafik kontribusi pajak

hotel terhadap PAD :


74
80

Gambar Grafik 4
2. Perkembangan Reklame di Makassar

Reklame di kota Makassar adalah seruan yang berulang-ulang atau

kembali diserukan. Reklame adalah suatu karya seni rupa yang bertujuan untuk

menginformasikan,mengajak,menganjurkan atau menawarkan produk (berupa

barang atau jasa). Meningkatnya jumlah reklame di Kota Makassar selain

menambah pendapatan daerah, juga berbanding lurus pada semakin tingginya

penyelanggaran reklame. Penyelenggaran reklame dapat memberikan

kontribusi tersendiri terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), hal

ini terlihat pada penerimaan pajak reklame di Kota Makassar 2014-2016 yang

mampu memberikan kontribusi sebesar 56.575.815.763 , dengan rincian

sebagai berikut:

a. Efektivitas Pajak Reklame

Tingkat efektivitas pajak reklame kota Makassar tahun 2014-2016

dihitung dengan membandingkan antara realisasi pajak reklame kota Makassar

dengan target yang telah ditentukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota
75
80

Makassar pada setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel

dibawah ini.

Tabel 5.5
Perhitungan Efektivitas Pajak Reklame Tahun 2014-2016
Tahun Target(Rp) Realisasi(Rp) Efektivit Keterangan
as (%)

2014 23.000.000.000 19.859.383.752 86,34% Cukup Efektif


2015 24.748.645.000 18.518.173.133 74,82% Kurang Efektif
2016 25.590.346.000 18.198.258.878 71,11% Kurang Efektif
Rata-rata Efektivitas Pajak Reklame 77,42% Kurang Efektif
Sumber Data : DISPENDA Kota Makassar (Diolah) 2017

Berdasarkan tabel diatas tingkat Efektifitas pajak reklame adalah untuk

tahun 2014 dikategorikan “Cukup Efektif” karena mencapai persentasi sebesar

86,34%. Di tahun 2015 tngkat efektivitasnya sebesar 74,82% dan mengalami

penurunan sebesar 11,52% dari tahun 2014. Di tahun 2016 tingkat

efektivitasnya mengalami penurunan kembali 3,71% dari tahun sebelumnya

menjadi 71,11%. Hal ini disebabkan karena kondisi reklame di Makassar sejak

moratorium atau pengurangan titik-titik reklame. Tetapi target yang ditetapkan

oleh pemerintah sendiri tetap ditingkatkan ditiap tahunnya. Berikut tampilan

grafik efektivitas pajak reklame:

Gambar Grafik 5
8076

b. Kontribusi Pajak Reklame

Perhitungan kontribusi pajak reklame pada PAD kota Makassar dari tahun

2014-2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6
Kontribusi Pajak Reklame Tahun 2014-2016
Tahun Pajak Rekla- PAD (Rp) Kontrib Keterangan
pme usi (%)

Cukup
2014 19.859.383.752 Rp.730.876.498.549 2,71% Berkontribusi
Cukup
2015 18.518.173.133 Rp.828.871.892.851 2,23% Berkontribusi
Kurang
2016 18.198.258.878 Rp.1.305.180.008.000 1,39% Berkontribusi
Cukup
Rata-rata Kontribusi Pajak Reklame 2,11% Berkontribusi

Sumber data : Dispenda Kota Makassar (diolah) 2017

Setelah menghitung kontribusi pajak reklame dari tahun 2014-2016 dapat

diketehui Pajak Reklame pada tahun 2014 memiliki kontribusi sebesar 2,71%

dan merupakan kontribusi terbesar dan di tahun 2016 adalah tahun yang

memiliki kontribusi terendah yaitu hanya sebesar 1,39%, dengan rata-rata

kontribusi sebesar 2,11%. Meskipun di tiap tahunnya mengalami penurunnya

yang cukup signifikan tetapi berdasarkan tabel diatas dan tabel kriteria yang

ada, dapat diketahui bahwa Pajak Reklame “Cukup Berkontribusi” dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di tiap tahunnya. Berikut

ditampikan grafik kontribusi pajak hotel terhadap PAD :


77
80

Gambar Grafik 6

3. Perbandingan Pajak Hotel dan Reklame Di Makassar

Tabel 5.7
Pajak Hotel Dan Reklame
Tahun Pajak Hotel Pajak Reklame
2014 44.517.581.343 19.859.383.752
2015 50.164.631.563 18.518.173.133
2016 70.389.461.676 18.198.258.878

Berdasarkan data table diatas pajak hotel dan reklame, pemasukan

Daerah melalui pajak hotel setiap tahun semakin meningkat namun berbanding

terbalik dengan pemasukan daerah melalui pajak reklame yang dimana setiap

tahunnya semakin menurun. Berikut ditampikan grafik perbandingan pajak

hotel dan pajak reklame :

Gambar Grafik 7
78
80

B. Pembahasan

1. Efektifitas Hotel dan Reklame

Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh dari Dinas

Pendapatan Daerah Kota Makassar, bahwa pada tahun 2014 tingkat efektivitas

pajak hotel sebesar 101,87% tergolong sangat efektif menunjukkan bahwa

kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar telah mencapai target yang

ditetapkan dengan sangat baik, tetapi ditahun 2015 mengalami penurunan

sebesar 40,01% menjadi 61,77% karena pada tahun 2015 pihak Dispenda

kurang memaksimalkan pajak fasilitas hotel,dimana kalau pajak fasilitas hotel

ini dimaksimalkan maka pendapatan bisa naik 20 hingga 30 persen, dan tahun

2016 mengalami penurunan kembali sebesar 49,16% karena pendapatan dari

hotel menurun terutama pendapatan dari hotel bintang lima meskipun

bertambahnya jumlah wajib pajak ditiap tahunnya. Dan ditingkatkannya target

yang ditetapkan seiring dengan bertambahnya wajib pajak.

Sedangkan untuk pajak reklame menunjukkan bahwa pada tahun2014

timgkat efektivitas penerimaan pajak reklame sebesar 86,34 tergolong cukup

efektif karena kinerja Dinas Pendapatan Daerah dapat dikatakan sangat baik,

tetapi ditahun 2015 mengalami penurunan sebesar 11,52% menjadi 74,82%

tergolong kurang efektif dan tahun 2016 mengalami penurunan kembali

menjadi 71,11% tergolong kurang efektif karena kurangnya kesadaran wajib

pajak untuk membayar pajaknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Edward (2013) melalui studi kasus di Dinas

Pendapatan Daerah Kota Manado tentang efektivitas dan kontribusi


8079

penerimaan pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD Kota Manado.

Penelitian ini menghitung efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak hotel

dari tahun 2007-2011. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tahun

2007-2009 cukup efektif, di tahun 2010 kurang efektif, sedangkan di tahun

2011 mempunyai tingkat efektivitasnya yang kurang efektif efektif.

2. Kontribusi Hotel dan Reklame

Dari segi kontribusi penerimaan pajak hotel pada tahun 2014-2016

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar menunjukkan bahwa pada

tahun 2014 tingkat kontribusi penerimaan pajak hotel sebesar 6,09% sangat

berkontribusi, tahun 2015 penerimaan pajak menurun menjadi 6,04% tetapi

tergolong sangat berkontribusi dan tahun 2016 mengalami penurunan sebesar

0,66% menjadi 5,39% dan tetap tergolong sangat berkontribusi.

Sedangkan untuk penerimaan pajak reklame pada tahun 2014-2016

kontribusinya cukup besar, menunjukkan bahwa pada tahun 2014 tingkat

kontribusi pajak reklame sebesar 2,71% tergolong cukup berkontribusi, tahun

2015 tingkat kontribusi penerimaan pajak menurun menjadi 2,23% dan ditahun

2016 mengalami penurunan menjadi 1,39% tergolong kurang efektif, karena

kondisi di Makassar sejak Moraturium (pengurangan titik-titik reklame) yang

dikeluarkan oleh walikota pada tahun 2014, Moraturium tujuannya penataan

dan penertiban reklame-reklame yang ada tapi wajib pajak tidak membayar

pajaknya. Jadi otomatis objek-objek pajak jadi berkurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agita

(2008) melalui studi kasus di Dinas Pendapatan Kota Wonogiri tentang analisis
80

efektifitas dan kontribusi pajak reklame terhadap PAD studi kasus pada

Pemerintahan Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menghitung efektivitas dan

kontribusi pajak reklame di Kota Wonogiri dari tahun 2002-2006. Dari

penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dari 2002-2004 sudah efektif secara

keseluruhan dan di tahun 2005-2006 tingkat efektivitasnya cukup efektif.

Berdasarkan data tersebut diperoleh pula tingkat kontribusi yang

dihasilkan pada tahun 2002-2006 semuanya tergolong cukup berkontribusi di

tiap tahunnya. Dan di tahun 2003 memiliki tingkat kontribusi yang besar

dibanding tahun lainnya.


80

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

1. Tingkat efektivitas penerimaan pajak hotel secara keseluruhan dari tahun 2014-

2016 tergolong “Kurang Efektif” karna hanya mencapai persentase 70,93%.

Hanya di tahun 2014 realisasi yang diperoleh melebihi target yang ditetapkan.

Tahun 2015 dan 2016 selalu mengalami penurunan dan tidak mencapai target

yang ditetapkan meskipun jumlah wajib pajak hotel bertambah ditiap tahunnya.

Sedangakan tingkat efektivitas penerimaan pajak reklame secara keseluruhan

dari tahun 2014-2016 tergolong “Kurang Efektif” karena hanya mencapai

77,42%. Dan selalu mengalami penurunan ditiap tahunnya meskipun tidak

begitu signifikan.

2. Secara keseluruhan kontribusi pajak hotel pada tahun 2014-2016 memberikan

kontribusi yang baik terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga dapat

mempengaruhi jumlah PAD yang diterima.. Dan dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa Pajak Hotel “Sangat Berkontribusi” dalam meningkatkan

PAD di tiap tahunnya. Sedangkan kontribusi pajak reklame pada tahun 2014-

2016 memberikan kontribusi yang tidak cukup baik bagi Pendapatan Asli

Daerah karena mengalami inflasi ditiap tahunnya.

81
8082

B. Saran

Secara keseluran tingkat efektivitas dri pajak hotel dan reklame pada tahun

2014-2016 sudah sangat efektif. Akan tetapi :

1. Sangat perlu perhatian dari pemerintah daerah untuk mengatur ketentuan

yang jelas untuk mengatur target penerimaan pajak daerah terkhusus dari

sektor pajak hotel itu sendiri.

2. Instansi terkait dapat meningkatkan efektivitas dengan upaya meningkatkan

kegiatan pendataan atau pendaftaran potensi sumber pajak.

3. Lebih meningkatkan upaya penagihan terhadap penyetoran yang belum di

bayar (pembayaran yang menunggak), karena hal tersebut sangat

mempengaruhi tinggat efektivitas yang dihasilkan.

4. Karena semakin banyak wajib pajak dari sektor hotel dan reklame di tiap

tahunnya, upaya penagihan pasti akan mengalami masalah. Oleh karena itu

lebih baik membuka rekening khusus untuk wajib Pajak Hotel dan reklame

untuk menyetorkan Pembayaran Pajaknya. Karena hal tersebut lebih Efisien,

dan tidak memakan banyak waktu.


83

DAFTAR PUSTAKA

Arditia, Reza. (2012). Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Pajak Daerah Sebagai
Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Jurusan Akuuntansi:
Universitas Negeri Surabaya
Anggraeni,Dwi. (2014). Analisis potensi penerimaan pajak reklame dan
efektivitas pajak reklame dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.
Jurusan Akuntansi: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ardilas,D.F. (2013). Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Sebagai


Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuwangi ( The Potensial Analysis
Of Income Taxes Advertisements In Banyuwangi District )
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

Candrasih, A. (2016). Kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap peningkatan


pendapatan asli daerah kota surabaya

Hendra. (2011). Analisis Potensi Pajak Hotel Terhadap Realisasi Penerimaan


Pajak Hotel Berbintang di Surabaya

Husaini, M. (2013) Analisis Potensi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan


Asli Daerah Di Kota Metro
Indriani, N. (2010). Efektivitas Dan Kontribusi Pajak HotelDan Restoran
Terhadap PendapatanAsli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2009

Kobandaha, Rezlyanti. (2016). Analisis Efektivitas, Kontribusi Dan Potensi Pajak


Reklame Dan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kota
Kotamobagu.Jurusan Akuntansi: Universitas Sam Ratulangi

Latief, Nazaruddin Imam. (2010) Kontribusi Pajak Hotel Pajak Restoran Dan
Pajak Reklame Terhadap Peningkatan (PAD) Di Kabupaten Kutau Timur.
Fakultas Ekonomi. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Maulana, Syahir A. (2013). Analisi Potensi Pemungutan Pajak Hotel Dalam


Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palu. Jurusan Akuntansi:
Universitas Hasanuddin Makassar

Mardiasmo (2016). Perpajakan Edisi Terbaru 2016: Penerbit Andi.

Pawiloi, Mahyudin . (2014). Analisis Kontribusi Pajak Reklame Dan Pajak


Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar. Jurusan
Akuntansi: Universitas Hasanuddin Makassar
8483

Pratiwi, Heratity. (2016). Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir pada Pendapatan Asli Daerah
Kota Tangerang. Jurusan Akuntansi: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Rahayuningsih. (2009). Analisis efektivitas pajak reklame terhadap peningkatan


pendapatan asli daerah (PAD) di banyuwangi

Rompis, (2015). Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Utara (


Studi Kasus Pada Samsat Airmadidi )
Ruswandi, R.(2009). Analisis pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli
daerah (PAD). Jurnal Akuntansi
Syahfitri,L. (2011). Analisis peranan dan kontribusi pajak reklame terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah kota jambi

Wangkar, Anneke. (2015). Analisis Potensi Dan Efektivitas Pemungutan Pajak


Reklame Di Kota Bitung. Jurusan Akuntansi: Universitas Sam Ratulangi
Manado

Widyaningsih, A. (2007). Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota


Bandung Periode Tahun 2001 - 2007 ( Analysis Potential of Advertisement
Tax Income in Bandung)
Winarso, W. (2015). Terhadap Pendapatan Asli Daerah ( Studi Kasus Pada Kantor
Cp Dispenda Provinsi Wilayah Kabupaten Sukabumi II ).
BIOGRAFI PENULIS

NUR FADHILAH Lahir


pada tanggal 30 Mei 1995 di
Makassar, anak kedua dari
tiga bersaudara dari
pasangan keluarga
Abd.Salam.Ms dan
Sarlin.Dj. Jenjang
pendidikan pertama SD
Inpres Lambengi
Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa dan
selesai pada tahun 2007,
kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 2
Sungguminasa Kabupaten
Gowa selesai pada tahun
2010. Dan ditahun yang
sama melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri
3 Sungguminasa Kabupaten
Gowa dan selesai pada
tahun 2013. Tahun 2013
terdaftar sebagai mahasiswa
di Universitas
Muhammadiyah Makassar
pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Akuntansi.

Penulis mendapatkan gelar


SE di Universitas
Muhammadiyah Makassar
pada tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai