Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH TERTINGGAL DI

PROVINSI PAPUA 2017 - 2021

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh :
Royhan Fadillah
NIM : 11180840000120

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH TERTINGGAL DI PROVINSI


PAPUA 2017 -2021

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
Royhan Fadillah
NIM: 11180840000120

Di bawah bimbingan

Dr. Lukman, M.Si


NIP. 196406072003021001

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1445 H/2023 M

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu Tanggal 13 Bulan April Tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Royhan Fadillah


2. NIM : 11180840000120
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Tertinggal di Provinsi Papua 2017
- 2021

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 April 2022

1. Zaenal Muttaqin, MPP


NIP. 19790503 201101 1 006

2. Dr. Lukman, M.Si


NIP. 19640607 200302 1 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, 21 Maret 2023 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa :

1. Nama : Royhan Fadillah


2. NIM : 11180840000120
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Tertinggal di Provinsi Papua 2017
- 2021

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Maret 2023

1. Dr. M. Hartana Iswandi Putra, M.Si


NIP. 19680605 200801 1 023

2. Dr. Lukman, M.Si


NIP. 19640607 200302 1 001

3. Arisman, M.Si
NIP. 19730510 201411 1 003

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Royhan Fadillah
NIM : 11180840000120
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa
izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang benar ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


Jakarta, 25 Maret 2023

Royhan Fadillah
NIM. 11180840000120

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Royhan Fadillah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Juli 2000
3. Alamat : Kavling Kaliabang Permai Blok A No.41
RT.007/04 Kaliabang Tengah Bekasi Utara.
4. Telepon : 081210799652
5. Email : royhanfdlh@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


1. SDIT GEMA NURANI Tahun 2006-2012
2. SMPIT GEMA NURANI Tahun 2012-2015
3. MAN 8 JAKARTA Tahun 2015-2018
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018-2023

III. Pengalaman Organisasi


1. Ketua OSIS Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta (2016 – 2017)
2. Anggota Kemahasiswaan HMJ Ekonomi Pembangunan (2019 – 2020)
3. Kepala Biro Keislaman PMII KOMFEIS (2019 – 2020)
4. Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa FEB UIN Jakarta (2020 – 2021)
IV. Pengalaman Pekerjaan
1. Internship Pejuang Muda Kementerian Sosial RI (Oktober 2021 – Desember
2021)
2. Verifikator Team Kementerian Agama RI (Januari 2022 - Maret 2022)
3. Priority Service & Customer Experience Bank Muamalat Indonesia (Mei 2022)

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji serta syukur penulis penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Analisis Potensi Ekonomi Daerah Tertinggal di Provinsi Papua 2017 -
2021”. Penulis menyusun skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan strata satu serta memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa rampungnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, Alm. Bapak Haris Fadillah dan Ibu Siti Mahmudah yang
tidak pernah berhenti mendoakan, memberikan dukungan, serta selalu
memahami dan memotivasi selama penulis berada di bangku kuliah.
2. Kedua adik, yaitu Nafra Aziza dan Fariz Nauval yang selalu memberikan
dukungan, bantuan, hiburan disaat penulis sedang penat dengan aktivitas
penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si., selaku dosen
pembimbing akademik dan Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan
yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan kepada penulis
selama masa perkuliahan.
4. Bapak Dr. Lukman M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, yang sudah
banyak meluangkan waktu dalam membimbing, memotivasi, memberikan
ilmu kepada penulis dalam proses menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak, M.Si.,CA.,QIA,.BKP,.CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Jajarannya.
6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan pelayanan yang telah diberikan kepada
penulis.

vi
7. Teman Tercinta saya yaitu Intan, Kebot, Zul, Dot, Eson, QQ, Asma, Daniel
yang selalu memberikan semangat yang tiada henti dan selalu menemani
proses penulisan skripsi hingga selesai.
8. Teman-Teman Manusia yang Manusiawi yang selalu memberikan warna
dalam proses perkuliahan saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan dan menerima apabila terdapat
kritik dan saran, terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 Maret 2023

Royhan Fadillah

vii
ABSTRACT

This study aims to be able to determine income inequality between regions;


know the base sector, leading sector and potential sector to be developed as a support
for economic growth. This research uses a quantitative descriptive research type, using
secondary data in the form of BPS Data for Disadvantaged Regions and Papua
Province for 2017-2021. The analysis used is Location Quention (LQ), Shift Share,
Klassen Typology, Overlay analysis, and Williamson Index.
The results of the study still have inequality where the average calculation of
the Williamson Index is 0.92, with the largest value in 2018 1.01 and the lowest 0.85
in 2019 and 2020. Disadvantaged areas have the same basic sector, namely the
agricultural sector , forestry, and fishery; construction sector; transportation and
warehousing sector; real estate sector; as well as other service sectors, which are the
dominant or dominating sectors in Yahukimo and Tolikara Regencies. The results of
the shift share calculation have the same advantage as there are 9 sectors, only they
differ in that the industrial sector is not superior and superior in the accommodation
and food and drink provider sector in Tolikara Regency. The results of the class
typology are in quadrant I or advanced and growing rapidly, namely Yahukimo
Regency with 3 sectors and Tolikara Regency with 1 sector. sector; developed sector
but depressed (Quadrant II), namely; quadrant IV sector is relatively lagging behind.
so that the results of the overlay analysis can be obtained for priority sector
development in underdeveloped areas including the agricultural, forestry and fisheries
sectors in Yahukimo and Tolikara districts; construction sector in yahukimo district;
the transportation and warehousing sector in Yahukimo and Tolikara Regencies; real
estate sector, other service sectors.
Keywords: Location Quention, Shift Share, Klassen Typology, Williamson Index,
Income Inequality, and Base Sektor

viii
ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui ketimpangan


pendapatan antar daerah; mengetahui sektor basis, sektor unggulan dan sektor potensial
untuk dapat dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian dekskriptif kuantitatif, menggunakan data sekunder
berupa data BPS Daerah Tertinggal dan Provinsi Papua tahun 2017-2021. Analisis
yang digunakan Location Quention (LQ), Shift Share, Tipologi Klassen, analisis
Overlay, dan Indeks Williamson.
Hasil penelitian, masih memiliki ketimpangan dimana perhitungan rata-rata
Indeks Williamson rata-rata sebesar 0,92, dengan nilai terbesar tahun 2018 1,01 dan
terendah 0,85 di tahun 2019 dan 2020. Daerah tertinggal memiliki sektor basis yang
sama yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor konstruksi; sektor
transportasi dan pergudangan; sektor real estate; serta sektor jasa lainnya merupakan
sektor yang banyak atau mendominasi pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten
Tolikara. Hasil dari perhitungan shift share memiliki keunggulan sama terdapat 9
sektor hanya berbeda pada tidak unggulnya sektor industri dan unggul pada sektor
penyedia akomodasi dan makan minum pada Kabupaten Tolikara. Hasil tipologi
klassen pada kuadran I atau maju dan tumbuh pesat yaitu Kabupaten Yahukimo 3
sektor dan Kabupaten Tolikara 1 sektor. sektor; sektor maju tapi tertekan (Kuadran II)
yaitu ; kuadran IV sektor realtif tertinggal. sehingga di dapat hasil analisis overlay
untuk prioritas pengembangan sektor potensial daerah tertinggal meliputi sektor
pertanian, kehutanan, dan perikanan di kabupaten yahukimo dan kabupaten Tolikara;
sektor konstruksi pada kabupaten yahukimo; sektor transportasi dan pergudangan di
Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara; sektor real estate, sektor jasa lainnya.
Kata Kunci: Location Quention, Shift Share, Tipologi Klassen, Indeks Williamson,
Ketimpangan Pendapatan, dan Sektor Basis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..............................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................................................vi
ABSTRACT ........................................................................................................................... viii
ABSTRAK ...............................................................................................................................ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xv
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 16
C. Tujuan Penelituan ..................................................................................................... 17
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 17
BAB II .................................................................................................................................... 19
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 19
A. Landasan Teori ......................................................................................................... 19
1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah.................................. 20
a. Konsep Pembangunan Ekonomi ................................................................................. 20
b. Konsep Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................. 21
2. Teori Pertumbuhan dan Pengembangan Ekonomi Regional ............................... 22
3. Produk Domestic Regional Bruto ............................................................................... 25
4. Pembangunan Daerah Tertinggal ................................................................................ 27
5. Metode Basic Ekonomi ............................................................................................. 29
a. Ketimpangan Wilayah................................................................................................. 29

x
b. Basis Ekonomi Location Question .............................................................................. 31
c. Analisis Shift Share..................................................................................................... 33
d. Tipologi Klassen ......................................................................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................................ 38
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 45
BAB III................................................................................................................................... 47
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................ 47
B. Jenis Penelitian .......................................................................................................... 47
C. Pengumpulan Data.................................................................................................... 47
D. Teknik Analisis Data................................................................................................. 48
1. Analisis Indeks Williamson ........................................................................................ 48
2. Analisis Location Quontient (LQ) ................................................................................. 50
3. Analisis Shift Share (SS) ............................................................................................... 52
4. Tipologi Klassen........................................................................................................... 56
5. Analisis Overlay ........................................................................................................... 58
E. Definisi Operasional Variabel ..................................................................................... 60
BAB IV ................................................................................................................................... 61
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 61
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................................... 61
B. Analisis Pertumbuhan Sektor .................................................................................. 68
C. Pembahasan ............................................................................................................... 73
1. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua (Indeks
Williamson) .................................................................................................................... 73
2. Analisis Metode Location Quentient .................................................................... 74
a. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan .......................................................... 75
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian ..................................................................... 78
c. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................................... 79
d. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas .......................................................................... 80
e. Sektor Konstruksi.................................................................................................... 81
f. Sektor Transportasi dan Pergudangan..................................................................... 82

xi
g. Sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum.................................................... 84
h. Sektor Informasi dan Komunikasi .......................................................................... 85
i. Sektor Jasa Keuangan ............................................................................................. 86
j. Sektor Real Estate ................................................................................................... 87
k. Sektor Jasa Lainnya ................................................................................................ 88
3. Analisis Metode Shift Share ..................................................................................... 89
4. Analisis Metode Tipologi Klassen ............................................................................ 94
5. Pengembangan Sektor Potensial untuk Pembangunan Daerah Tertinggal di
Provinsi Papua .................................................................................................................. 95
D. Analisis Ekonomi .................................................................................................... 101
BAB V .................................................................................................................................. 107
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 107
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 107
B. Saran ........................................................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 111
LAMPIRAN......................................................................................................................... 117

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ..................... 3
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Papua 2017-2021 (Persen). 6
Tabel 1.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
Tahun 2017-2021 ...................................................................................................................... 8
Tabel 1.4 Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ........................................................................................... 13
Tabel 2.1 Tipologi Klassen ..................................................................................................... 36
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 38
Tabel 3.1 Klasifikasi Tipologi Klassen ................................................................................... 58
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten Tahun 2021 ................................................................................................................. 63
Tabel 4.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
Tahun 2017-2019 .................................................................................................................... 66
Tabel 4.3 Jumlah Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun
2021 ........................................................................................................................................ 67
Tabel 4.4 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua 2017 – 2021 ................. 69
Tabel 4.5 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Yahukimo 2017 - 2021 ....... 71
Tabel 4.6 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tolikara 2017 - 2021 .......... 72
Tabel 4.7 Indeks Williamson Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2017–2021 .. 74
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan pada
Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ......................................................... 76
Tabel 4.9 Perhitungan Analisis LQ Sektor Pertambangan dan Penggalian pada Daerah
Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ..................................................................... 78
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Industri dan Pengolahan pada Daerah
Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ..................................................................... 79
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada daerah
tertinggal di Provinsi Papua tahun 2017-2021 ........................................................................ 80
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Konstruksi pada Daerah Tertinggal di
Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ........................................................................................... 82

xiii
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Transportasi dan Pergudangan pada Daerah
Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ..................................................................... 83
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum
pada Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ................................................ 84
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Informasi dan Komunikasi pada Daerah
Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ..................................................................... 85
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Jasa Keuangan pada Daerah Tertinggal di
Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ........................................................................................... 86
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Real Estate Tertinggal di Provinsi Papua
Tahun 2017-2021 .................................................................................................................... 87
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Jasa Lainnya Tertinggal di Provinsi Papua
Tahun 2017-2021 .................................................................................................................... 89
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Yahukimo Tahun 2017-2021 91
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Yahukimo Tahun 2017-2021 93
Tabel 4.21 Hasil Pengelompokan Tipologi Klassen Kabupaten Yahukimo 2017-2021......... 94
Tabel 4.22 Prioritas untuk Sektor Transportasi dan Pergudangan dilihat dari analisis LQ,
Shift Share, dan Tipologi Klassen Tahun 2017-2021 ............................................................. 96
Tabel 4.23 Prioritas Pengembangan Pembangunan Sektor Basis pada Daerah Tertinggal di
Provinsi Papua Tahun 2017-2021 ........................................................................................... 98

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 46


Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Papua .............................................................................. 61

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah dan nasional pada saat ini sedang terjadi untuk

memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Sama dengan cita-cita

bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 yang

berbunyi “untuk memajukan kesejahteraan umum”, agar pembangunan daerah

menjadi bagian dari pembangunan nasional. Dalam proses kinerja pembangunan

nasional, terdapat tiga hal yang menjadi perhatian pemerintah , yaitu

pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan redistribusi pendapatan. Setiap daerah

pada dasarnya memiliki potensi ekonomi tersendiri dan berbeda dengan daerah

lainnya, hal ini disebabkan struktur ekonomi daerah tersebut. Seluruh daerah akan

menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik akan memberikan pengaruh

perubahan suatu daerah menjadi lebih baik.

Konsekuensi bagi pengembangan ekonomi daerah memerlukan tujuan

yang matang dan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam perancangan

dan pengembangan ekonomi daerah. Peran masyarakat dan pemerintah dalam

pembangunan daerah dapat dilakukan secara kondusif, karena ditopang dengan

adanya otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk undang-

undang, yaitu UU. No. 22 tahun 1999 (sekarang UU tersebut diganti dengan UU

No.32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan UU. No 25 tahun 1999

1
(sekarang diganti dengan UU No 33 Tahun 2004) tentang perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Indonesia merupakan negara yang besar dengan kekayaan sumber daya

alam dan potensinya melimpah. Seperti halnya yang terjadi di Pulau Papua,

khususnya di Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang

memiliki sumber daya alam yang cukup di bidang pertambangan. Perekonomian

Provinsi Papua saat ini 50% dibantu oleh sektor pertambangan tersebut. 2,5 miliar

ton didalamnya yaitu batuan biji emas dan tembaga yang dapat membantu

ekonomi daerah tersebu, semuanya terdapat di wilayah konsesi Freeport. Provinsi

Papua memiliki SDA terbanyak sesuai penjelasan sebelumnya seharusnya dapat

membantu melancarkan kegiatan ekonomi di Provinsi tersebut, namun berbeda

dengan kenyataan yang ada, bahwasanya Provinsi Papua menjadi Provinsi yang

terbelakang dan Tinggi angka tingkat kemiskinan di Indonesia.

Selain itu, secara administratif terdapat dua puluh delapan kabupaten dan

satu kota di Provinsi Papua, setiap kabupaten/kota memiliki potensi ekonominya

masing-masing dan berbeda-beda tergantung keadaan masing-masing daerah

yang akan memiliki PDRB, tingkat pertumbuhan dan prioritas industri yang

berbeda seperti yang terlihat dalam Tabel.1.1 berikut ini.

2
Tabel 1.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

PDRB ADHK menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua (Juta Rupiah)


Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
Merauke 39,683,286 42,459,317 44,925,221 44,243,703 44,992,543
Jayawijaya 19,982,253 21,032,510 22,618,172 17,127,230 17,051,343
Jayapura 68,644,787 72,419,291 78,972,791 59,043,489 60,967,917
Nabire 46,430,906 48,167,204 51,306,797 43,655,808 45,012,532
Kepulauan Yapen 27,865,901 28,415,250 30,063,247 24,646,207 25,403,392
Biak Numfor 23,092,660 22,610,237 23,476,446 24,185,719 24,604,332
Paniai 16,050,720 16,777,607 17,844,670 13,816,820 13,804,460
Puncak Jaya 7,513,037 7,695,234 8,090,521 4,332,416 4,318,329
Mimika 320,021,167 344,557,271 213,609,023 163,728,182 220,108,799
Boven Digoel 47,125,899 47,578,391 48,329,827 49,682,406 49,806,547
Mappi 17,644,983 17,830,668 19,131,344 17,249,268 17,191,024
Asmat 14,783,313 15,195,746 15,666,782 13,957,369 14,006,686
Yahukimo 7,374,441 7,692,373 7,969,720 4,368,113 4,374,557
Pegunungan Bintang 17,413,820 18,091,977 18,707,998 18,088,698 18,481,325
Tolikara 7,098,704 7,359,508 7,373,854 4,481,778 4,447,300
Sarmi 42,668,390 43,955,727 46,782,143 44,267,963 44,507,530
Keerom 33,428,594 34,342,268 35,019,158 32,389,635 32,963,246
Waropen 45,280,701 46,738,172 48,217,004 43,336,146 43,169,092
Supiori 36,650,987 36,437,431 38,147,453 34,231,781 34,172,339
Mamberamo Raya 40,530,047 41,089,319 43,113,817 27,981,160 27,865,427
Nduga 7,330,231 7,711,068 7,461,436 7,475,060 7,554,144
Lanny Jaya 5,930,472 6,207,915 6,087,454 6,028,048 6,050,469
Mamberamo Tengah 14,337,265 14,880,327 14,632,624 14,987,333 15,038,470
Yalimo 11,080,233 11,742,829 11,710,340 7,523,808 7,569,804
Puncak 6,837,146 7,075,945 7,500,323 7,197,793 7,197,031
Dogiyai 8,397,090 8,742,729 9,227,909 7,737,303 7,697,495
Intan Jaya 14,930,048 15,191,760 15,349,530 5,639,161 5,602,712
Deiyai 10,759,617 11,085,986 11,253,642 8,413,127 8,373,932
Kota Jayapura 70,322,342 73,136,836 76,397,024 55,721,329 56,564,295
Jumlah 1,029,209,040 1,076,220,896 978,986,270 805,536,853 868,897,072
Sumber : BPS Provinsi Papua 2022

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa PDRB setiap kabupaten/kota di

Provinsi Papua pada periode 2017-2019 mengalami peningkatan setiap tahunnya,

apalagi pada tahun 2020 terjadi penurunan yang signifikan akibat pandemi. Meski

menurun, akan meningkat lagi di tahun 2021. Namun, ada daerah yang

pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan bagian lain di Provinsi

Papua. Hal ini memerlukan perhatian yang cukup serius dari pemerintah Provinsi

3
khususnya daerah Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara, dimana PDRB

lebih rendah dari daerah lain di Provinsi Papua, oleh karena itu berdasarkan

Perubahan UU No. 32 Tahun 2014 daerah berhak mengatur sendiri keuangan

daerahnya, namun dalam pelaksanaannya masih ada daerah yang belum

menunjukkan perubahan perubahan yang signifikan Dalam PDRB, jika suatu

daerah dapat mempercepat pertumbuhan ekonominya dan memanfaatkan

potensinya, maka akan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Selain itu, sangat penting untuk mengidentifikasi industri potensial,

karena banyak potensi daerah yang belum termanfaatkan sehingga sulit untuk

dikembangkan. Jika pemerintah daerah sudah mengetahui daerah mana saja yang

memiliki potensi, mereka dapat mengambil sikap dan kebijakan yang lebih tepat

terhadap daerah tersebut.

Ketimpangan pendistribusi pendapatan daerah di Indonesia dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti angka pertumbuhan penduduk yang

tinggi sehingga menyebabkan menurunnya angka pendapatan perkapita, inflasi

terhadap uang tidak diikuti secara proporsional dengan produksi, pembangunan

yang tidak merata, investasi yang masih banyak padat modal, memburuknya nilai

tukar, dan hancurnya industri di dalam negeri (Enggar Wishartama et al., 2022).

Meskipun pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota yang lain cukup

baik, namun masing-masing Kabupaten/Kota harus lebih meningkatkan PDRB

nya. Pemerintah daerah harus kreatif dan inovatif untuk memanfaatkan potensi

4
ekonomi yang ada, sehingga dapat membantu Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

khususnya wilayah yang masih belum mengoptimalkan sumber pendapatannya.

Laju pertumbuhan merupakan indikator yang menggambarkan

keberhasilan pembangunan suatu wilayah dalam periode tertentu, sehingga dapat

digunakan untuk merencanakan kebijakan pembangunan berkelanjutan. Setiap

kabupaten/kota memiliki pertumbuhan ekonomi tahunan, namun belum diketahui

industri apa yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi tersebut. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator penting suatu wilayah untuk

menentukan jumlah produksi barang/jasa yang selanjutnya digunakan sebagai

dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Dengan laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Papua yang sangat bervariasi antar daerah

(Papua, 2015), dapat kita lihat melalui tabel 1.2.

5
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Papua 2017-

2021 (Persen)

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
Merauke 7.46 8.11 7.55 -0.86 2.02
Jayawijaya 5.51 6.34 4.97 -3.08 1.29
Jayapura 7.01 7.69 7.16 -2.03 5.06
Nabire 6.1 5.76 4.66 -1.22 4.44
Kepulauan Yapen 4.64 4.55 4.73 -4.53 4.84
Biak Numfor -4.57 0.42 2.21 -5.06 2.19
Paniai 4.76 6.49 3.84 0.46 1.65
Puncak Jaya 3.73 4.52 4.09 -4.04 1.41
Mimika 3.69 10.27 -38.52 11.49 36.78
Boven Digoel 4.07 3.26 1.66 -2.6 1.03
Mappi 7.03 6.31 6.11 -1.15 1.13
Asmat 5.85 5.77 4.79 0.59 2.1
Yahukimo 6.05 5.47 4.98 0.02 1.9
Pegunungan Bintang 6.05 5.2 4.74 -0.1 2.58
Tolikara 4.6 4.52 3.92 0.5 0.96
Sarmi 7.1 6.24 5.86 0.08 1.5
Keerom 4.85 4.19 3.9 0.08 2.83
Waropen 7.72 7.18 5.43 -2.82 1.35
Supiori 4.01 4.17 4.33 1.07 1.57
Mamberamo Raya 6.45 5.9 5.88 0.32 1.33
Nduga 7.25 5.74 4.84 0.69 2.71
Lanny Jaya 5.39 5.27 5.16 1.78 1.82
Mamberamo Tengah 5.66 5.11 4.94 0.96 1.48
Yalimo 5.19 6.49 5.49 0.98 2.37
Puncak 6.67 6.72 4.8 0.08 0.72
Dogiyai 5.88 5.86 5.73 0.34 1.22
Intan Jaya 3.66 2.79 2.72 -0.38 1.09
Deiyai 4.8 3.43 3.74 -0.35 1.27
Kota Jayapura 6.02 5.45 4.95 -3.2 3.28
Jumlah

Sumber: BPS Provinsi Papua 2022

Menurut Badan Pusat Statistika, terdapat wilayah yang laju pertumbuhan

ekonomi terendah dalam kurun waktu lima tahun meliputi Kabupaten Puncak

0.72% dan Kabupaten Tolikara 0.96%. Pada tahun 2020, hampir seluruh wilayah

di Provinsi Papua mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi faktor

6
utama penurunan yaitu dari sisi pendapatan dan sangat berdampak bagi

perekonomian disebabkan karena adanya wabah penyakit corona virus pertama

kali terdeteksi dari wuhan china. Selanjutnya pemerintah memberlakukan

pembatasan dari berbagai aspek untuk mengurangi penularan virus corona yang

berbahaya dan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi di daerah. Untuk

mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah Kabupaten/Kota

diperlukan sebagai pedoman dalam menentukan tindakan yang harus diambil

dalam mempercepat laju pertumbuhan yang ada, dengan adanya otonomi daerah

maka Kabupaten/Kota dituntut untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Selain

itu dalam pembangunan daerah, konsep daya saing meliputi: pemerintah daerah

harus bekerja secara efektif dan efisien; adanya kolaborasi dari pigak

pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk menarik pelaku usaha dan

investor; sehingga daerah tersebut mampu mensejahterakan masyarakatnya.

Sumber Daya Manusia (sdm) merupakan faktor produksi dalam proses

pembangunan ekonomi sehingga sangat menentukan pertumbuhan ekonomi

suatu Negara/Daerah. Tenaga kerja dengan kualitas pendidikan yang rendah,

akan berdampak pada rendahnya daya tawar tenaga kerja. Hal tersebut akan

menyebabkan tidak tertampungnya mereka pada lapangan pekerjaan profesional

yang mensyaratkan keahlian dan kualifikasi tinggi, lapangan pekerjaan yang bisa

menampung tenaga kerja dengan pendidikan rendah adalah yang bersifat

informal dengan upah relatif kecil. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh

7
tenaga kerja, maka semakin tinggi pula produktivitas yang bisa dicapainya. Dari

uraian diatas dapat terlihat dalam table 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
Merauke 68.64 69.38 69.98 70.09 70.49
Jayawijaya 55.99 56.82 57.79 58.03 58.67
Jayapura 70.97 71.25 71.84 71.69 72.03
Nabire 67.11 67.7 68.53 68.83 69.15
Kepulauan Yapen 66.07 67 67.76 67.66 67.72
Biak Numfor 71.56 71.96 72.57 72.19 72.33
Paniai 54.91 55.83 56.58 56.31 56.7
Puncak Jaya 46.57 47.39 48.33 48.37 48.99
Mimika 72.42 73.15 74.13 74.19 74.48
Boven Digoel 60.14 60.83 61.51 61.53 61.62
Mappi 57.1 57.72 58.3 58.15 58.7
Asmat 48.49 49.37 50.37 50.55 51.29
Yahukimo 47.95 48.51 49.25 49.37 49.48
Pegunungan Bintang 43.24 44.22 45.21 45.44 46.28
Tolikara 47.89 48.85 49.68 49.5 49.6
Sarmi 62.31 63 63.45 63.63 63.94
Keerom 64.99 65.75 66.59 66.4 66.49
Waropen 64.08 64.8 65.34 64.94 65.1
Supiori 61.23 61.84 62.3 62.3 62.72
Mamberamo Raya 50.25 51.24 52.2 51.78 52.18
Nduga 27.87 29.42 30.75 31.55 32.84
Lanny Jaya 46.49 47.34 48 47.86 48.68
Mamberamo Tengah 45.5 46.41 47.23 47.57 48.32
Yalimo 46.19 47.13 48.08 48.34 49.01
Puncak 41.06 41.81 42.7 43.04 43.17
Dogiyai 54.04 54.44 55.41 54.84 55
Intan Jaya 45.68 46.55 47.51 47.79 48.34
Deiyai 49.07 49.55 50.11 49.46 49.96
Kota Jayapura 79.23 79.58 80.16 79.94 80.11
Provinsi Papua 59.09 60.06 60.84 60.44 60.62

Sumber : BPS Provinsi Papua 2022

Pada table diatas nilai indeks pembangunan manusia di Provinsi Papua

terus mengalami peningkatan dari tahun 2017-2021, Pada tahun 2020 IPM

8
Papua hanya tercatat 60.44 yang mana persentase tersebut lebih rendah 11.5 dari

rata-rata IPM nasional yang mencapai 71.98, ini mencacatkan Provinsi Papua

masih paling rendah di Indonesia. IPM ini sendiri didasari oleh komponen rata-

rata lama sekolah (RLS), pengeluaran perkapita disesuaikan (PKP), nilai atau

capaian umur harapan hidup (UHH), serta harapan lama sekolah (HLS). Secara

umum IPM di Provinsi Papua secara konsisten mengalami kemajuan,

peningkatan IPM tertinggi berada di wilayah Kota Jayapura 80.11; Kabupaten

Mimika 74.48; dan Kabupaten Biak Numfor 72.33. Untuk wilayah yang

memiliki IPM terendah yaitu Kabupaten Nduga 32.84 dan Kabupaten Puncak

43.17. Sementara itu angka partisipasi sekolah pada Kabupaten/Kota di Provinsi

Papua tahun 2017-2019 menunjukan angka sebagai berikut:

9
Grafik 1.1 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur pada Kabupaten/Kota

di Provinsi Papua 2017-2019

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH


82.27 79.7 62.97
Kota Jayapura 67.62 97.94 89.9
63.18 57.74 52.94
Intan Jaya 61.69 51.45 44.12
85.67 83.97 64.7
Puncak 51.51 31.6 29
88.87 61.61 56.66
Mamberamo Tengah 85.88 80.72 57.56
76.07 73.75 57.59
Nduga 57.33 53.84 37.7
97.49 96.45 67.04
Supiori 95.47 90.66 78.23
91.84 94.58 80.22
Keerom 90.24 88.43 79.11
93 90.78 67.84
Tolikara 66.61 60.81 44.91
71.86 69.11 36.39
Yahukimo 61.5 67.71 35.03
81.4 79.02 56.67
Mappi 85.9 80.75 55.53
90.02 90.93 61.01
Mimika 94.56 94.29 79.52
77.66 64.92 40.86
Paniai 83.61 79.45 43.98
95.34 97.19 85.42
Kepulauan Yapen 94.28 95.4 81.11
92.24 93.43 77.33
Jayapura 95.2 93.39 84.93
90.78 89.22 77.74
Merauke 96.17 87.32 80.11
0 50 100 150 200 250 300

7-12 13-15 16-18

Sumber : BPS Provinsi Papua 2022

10
Menurut BPS Provinsi Papua pada table diatas memperlihatkan bahwa

rata-rata angka partisipasi sekolah menurut kelompok usia pada Kabupaten/Kota

di Provinsi Papua untuk usia 7-12 tahun Kabupaten Mamberamo Raya memiliki

APS tertinggi yaitu sebesar 97,49 persen dan terendah pada Kabupaten Puncak

sebesar 51,51 persen. Untuk APS rata-rata usia 13-15 tahun Kota Jayapura

memperoleh nilai sebesar 97,94 persen namun kembali Kabupaten Puncak masih

yang terendah sebesar hanya sebesar 31,60 persen. Selanjutnya rata rata APS

usia 16-18 Kota Jayapura masih yang tertinggi senilai 89.90 persen dan

Kabupaten Puncak tetap menjadi yang terendah senilai 29.00 persen.

Angka Pertisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi anak pada suatu

kelompok usia tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan

kelompok usianya, berfungsi untuk menunjukan seberapa banyak penduduk

yang bersekolah tepat waktu sesuai dengan usianya. Nilai APS sendiri berkisar

antara 0-100 dalam satuan persen, semakin besar nilai APS suatu daerah maka

semakin besar penduduk yang bersekolah tepat waktu.

Pendapatan daerah menurut undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang

hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yaitu

merupakan semua hak kekayaan daerah yang memiliki nilai ekonomis baik alam

maupun buatan yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam

periode tertentu. Pendapatan daerah meliputi pendapatan asli daerah, pendapatan

transfer serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.

11
Dalam UU No 33 Tahun 2004, pemerintah daerah memiliki wewenang

penuh tentang terselenggaranya otonomi daerah maka diperlukan suatu

kebijakan yang tepat dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kemampuan

dalam menggali potensi ekonomi yang dimiliki untuk pembiayan daerah (Dewi

Oktaviana, 2012).

Sehingga potensi ekonomi pada suatu wilayah apabila dikembangkan

dengan tepat mampu berkembang dengan baik, untuk mengetahui potensi

ekonomi suatu wilayah serta mewujudkan pembangunan ekonomi daerah salah

satunya melalui pembangunan sektoral. Pembangunan sektoral adalah

pencapaian sasaran pembangunan wilayah yang meliputi seluruh kegiatan

berdasarkan sektor-sektor atau lapangan usahanya (Wenny Widya Wahyudi,

2019). Rata-rata realisasi pendapatan Kabupaten/kota di Provinsi Papua tahun

2015-2019 sebagai berikut:

12
Tabel 1.4 Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020 Rata-rata
Merauke 2,328,451,779 2,369,678,437 1,587,698,157 2,095,276,124
Jayawijaya 1,580,046,169 1,587,566,140 1,318,948,897 1,495,520,402
Jayapura 1,302,061,449 1,430,557,360 1,260,401,888 1,331,006,899
Nabire 1,514,879,537 1,365,020,819 942,444,318 1,274,114,891
Kepulauan Yapen 1,122,750,270 1,343,612,485 818,340,625 1,094,901,127
Biak Numfor 1,510,850,840 1,408,847,887 838,612,714 1,252,770,480
Paniai 1,216,833,798 1,187,112,074 1,006,834,064 1,136,926,645
Puncak Jaya 1,387,707,523 1,436,229,463 926,152,073 1,250,029,686
Mimika 2,843,228,266 3,100,000,000 2,371,498,802 2,771,575,689
Boven Digoel 1,311,420,519 1,413,675,289 1,181,956,823 1,302,350,877
Mappi 1,267,341,419 1,447,327,926 1,051,778,423 1,255,482,589
Asmat 1,582,391,351 1,733,155,793 1,396,436,951 1,570,661,365
Yahukimo 1,634,148,189 1,761,604,956 961,189,855 1,452,314,333
Pegunungan Bintang 1,529,153,510 1,656,771,689 1,191,043,874 1,458,989,691
Tolikara 1,765,310,273 1,892,147,677 1,390,772,189 1,682,743,380
Sarmi 1,104,678,364 1,136,344,241 1,025,886,626 1,088,969,744
Keerom 1,250,460,011 1,351,735,552 822,070,451 1,141,422,005
Waropen 1,063,166,134 1,073,557,240 638,455,423 925,059,599
Supiori 755,081,189 848,645,694 616,716,433 740,147,772
Mamberamo Raya 1,185,358,937 1,274,966,179 913,602,884 1,124,642,667
Nduga 1,267,256,553 1,261,346,946 815,190,569 1,114,598,023
Lanny Jaya 1,407,320,907 1,525,009,876 846,289,248 1,259,540,010
Mamberamo Tengah 1,036,057,028 1,068,831,208 854,245,614 986,377,950
Yalimo 1,169,036,919 1,305,531,773 888,282,440 1,120,950,377
Puncak 1,584,259,609 1,605,594,894 916,133,924 1,368,662,809
Dogiyai 869,664,002 970,526,177 768,779,348 869,656,509
Intan Jaya 1,139,131,622 1,159,914,236 827,313,212 1,042,119,690
Deiyai 845,970,104 899,686,502 735,551,315 827,069,307
Kota Jayapura 1,320,925,124 1,381,396,977 1,231,876,791 1,311,399,631
Provinsi Papua 39,894,941,395 40,644,749,972 30,144,503,946 36,894,731,771
Sumber: BPS Provinsi Papua 2022
Pada table diatas, rata-rata realisasi pendapatan antar Kabupaten/kota di

Provinsi papua secara keseluruhan masing-masing realisasi pendapatan pada

setiap daerah mengalami peningkatan dan penurunan yang fluktuatif, dapat

terlihat daerah yang memperoleh nilai rata-rata realisasi pendapatan tertinggi

13
yaitu Kabupaten Mimika sebesar Rp. 2.771.575.- serta Kabupaten Supiori

memperoleh pendapatan terendah hanya sebesar Rp.740.147.- dari total

keseluruhan. Pada realisasi pendapatan di Provinsi Papua selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya, besaran pendapatan daerah di Provinsi papua

ditandai dengan struktur perekonomian yang masih di dominasi oleh pendapatan

asli daerah yang kemudian di ikuti dana perimbangan serta lain-lain pendapatan

yang sah.

Perkembangan daerah tertinggal dalam hal ini dapat diartikan sebagai

daerah terbelakang dimana baik pendapatan perkapita maupun laju pertumbuhan

memperoleh nilai yang rendah yang diakibatkan oleh rendahnya produktivitas.

Hal tersebut karena pembentukan modal yang rendah, investasi yang rendah

sehingga berdampak pada pendapatan yang diterima masyarakat rendah (Prof.

Dr. Rahardjo Adisasmita, 2015). Oleh sebab itu untuk meminimalisir hal

tersebut maka investasi harus dikembangkan, selain itu peran pemerintah juga

sangat diperlukan dalam membantu wilayah tertinggal melalui penyusunan

program agar lebih terarah seperti faktor produksi, SDM, dan SDA sehingga

upaya yang dilakukan pemerinntah daerah diarahkan kepada penyediaan dan

bantuan modal yang diperlukan untuk membangun sarana dan prasarana dalam

menunjang pengembangan berbagai kegiatan sektoral.

Menurut (Syamsuri, 2011), beberapa hal yang menyebabkan daerah itu

tertinggal yakni: kondisi geografis, daerah yang sulit dijangkau karena letaknya

14
jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau

terpencil sehingga sulit dijangkau baik transportasi maupun komunikasi; sumber

daya alam, daerah memiliki sumber daya alam yang besar namun pemanfaatan

sumberdaya alam yangkurang di optimalkan; sumber daya manusia, daerah

tertinggal mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang

relatif rendah juga kelembagaan adat yang belum berkembang.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur dan utilitas seperti komunikasi,

transportasi, air rumah tangga, irigasi, kesehatan, pendidikan dan layanan

lainnya membuat masyarakat di daerah tertinggal kesulitan dalam melakukan

kegiatan ekonomi dan sosial; Daerah rawan bencana alam dan konflik sosial,

daerah yang terkena bencana alam dan konflik sosial yang dapat mengganggu

kegiatan pembangunan sosial ekonomi; serta kebijakan pembangunan yang

kurang tepat seperti tidak mendorong pembangunan daerah tertinggal, prioritas

dan pendekatan pembangunan yang salah, serta kurangnya partisipasi organisasi

masyarakat adat.

Dari uraian di atas, diperlukan kajian untuk mengetahui potensi ekonomi

dan mengidentifikasi kawasan yang dapat dioptimalkan dan berpotensi untuk

dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat, khususnya kawasan tertinggal

Provinsi Papua, sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan dan

pelaksanaan percepatan pertumbuhan ekonomi di era kemandirian. Peneliti

15
mengambil judul penelitian “Analisis Potensi Ekonomi Daerah Tertinggal di

Provinsi Papua 2017 – 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis

mengajukan perumusan masalah pada penelitian ini, antara lain:

1. Apakah terdapat ketimpangan pendapatan antar wilayah Provinsi Papua?

Seberapa besar ketimpangan tersebut?

2. Apa saja sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi daerah tertinggal Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara di

Provinsi Papua?

3. Sektor apa saja yang memiliki keunggulan spesialisasi dan keunggulan

komparatif pada daerah tertinggal Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten

Tolikara di Provinsi Papua?

4. Bagaimana klasifikasi pertumbuhan ekonomi pada daerah tertinggal

Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara di Provinsi papua menurut

Tipologi Klassen?

5. Sektor ekonomi apa yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai

penunjang pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal Kabupaten Yahukimo

dan Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua?

16
C. Tujuan Penelituan

Mengacu pada rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan pendapatan antar wilayah di

Provinsi Papua.

2. Untuk mengetahui sektor-sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi pada daerah tertinggal Kabupaten Yahukimo dan

Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua.

3. Untuk melakukan identifikasi sektor yang memiliki keunggulan potensi

khusus sehingga dapat dijadikan sebagai faktor pendorong pertumbuhan

ekonomi daerah tertinggal Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara di

Provinsi Papua.

4. Untuk mengetahui dan mengklasifikasi kondisi struktur perekonomian

menurut Tipologi Klassen pada daerah tertinggal Kabupaten Yahukimo dan

Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua.

5. Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang sangat berpotensial untuk

dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal

Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain:

17
1. Dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan

pembangunan Daerah Tertinggal di Provinsi Papua.

2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pengembangan peneliti

selanjutnya.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan dua konsep yang

berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pembangunan ekonomi

sangat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi

memfasilitasi proses pembangunan ekonomi. Proses pertumbuhan jangka

panjang terjadi ketika ada kecenderungan dari proses internal perekonomian.

tidak datang dari luar dan bersifat sementara atau disebut pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan berkelanjutan akan meningkatkan hasil bisnis, bukan

menghancurkan sumber daya yang ada. Model pertumbuhan ini berfungsi

sebagai panduan dasar negara. Dengan demikian, hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan adalah: pertumbuhan ekonomi mendorong

pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi memegang peranan yang sangat

penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Tujuan pembangunan

ekonomi adalah untuk meningkatkan pendapatan total maupun pendapatan per

kapita per penduduk yang ada disertai dengan perubahan mendasar dalam

struktur ekonomi dan pemerataan bagi seluruh masyarakat.

19
1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

a. Konsep Pembangunan Ekonomi

Dalam pembangunan ekonomi yakni gambaran dari perencanaan

yang hendak dilakukan pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan

perekonomian daerahnya. Pembangunan ekonomi ini yang merupakan

pembangunan bersifat terus menerus dan berkesinambungan yang dapat

mencakup berbagai aspek yang ada baik ekonomi maupun non ekonomi

(Khrismaningrum, 2020).

Terlepas dari kenyataan bahwa tidak semua teori atau model dapat

digunakan, masih mungkin untuk menjelaskan mengapa tren bangunan

nasional tertentu ada di negara tertentu dengan merujuk pada faktor-

faktor yang tersebar luas seperti undang-undang perburuhan,

kepemilikan tanah, pasar keuangan, dan usaha bisnis. Pendapatan

perkapita pertama kali menjadi faktor terpenting bagi para tukang

bangunan. Namun, karena perubahan periode saat ini, aspirasi untuk

pembangunan manusia dan planet menjadi lebih jelas.

Dalam hal pembangunan menurut Hadiwijoyo (2019) merupakan

perubahan dan pertumbuhan termasuk pada perubahan aspek sosial

maupun aspek ekonomi, selain itu Untuk mencapai tingkat kemakmuran

yang lebih tinggi di kemudian hari, pembangunan ekonomi dapat

dilakukan secara menyeluruh.

20
b. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Dalam Sahiruddin, (2020) Pertumbuhan ekonomi (economic

growth) juga dapat dikatakan sebagai suatu perkembangan kegiatan

perekonomian yang menyebabkan sebuah barang dan jasa yang

diproduksi dalam masyarakat menjadi bertambah dan kemakmuran

masyarakat meningkat dalam waktu jangka panjang. Dengan demikian

Pembangunan daerah harus sesuai dengan potensi kondisi dan aspirasi

masyarakat yang kuat dan meningkat. Jika pelaksanaan prioritas

pembangunan daerah tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-

masing daerah, maka pemanfaatan tenaga kerja harian yang ada tidak

akan optimal. Hal ini dapat menghambat proses pembangunan ekonomi

suatu daerah yang memang sudah lesu.

Pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai tindakan guna meningkatkan

kualitas produksi untuk menghasilkan kuantitas output produksi yang

pada umumnya diukur dengan menggunakan Produk Domestic Regional

Bruto (PDB) untuk tingkat nasiolan atau Produk Domestic Regional

Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah (Prof. Dr. Rahardjo Adisasmita,

2015).

Menurut Arsyad (2010) dalam suatu pertumbuhan ekonomi akan

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut :

1) Akumulasi modal, seperti investasi baru di tanah, lembaga keuangan,

dan sumber daya manusia, akan terjadi jika ada uang dari pendapatan

21
saat ini yang akan digunakan dan diinvestasikan untuk meningkatkan

output pada periode mendatang. Sumberdaya-sumberdaya yang baru

akan ditingkatkan, dan sumberdaya-sumberdaya yang sudah ada akan

ditingkatkan..

2) Pertumbuhan penduduk, kemampuan untuk melakukannya bergantung

pada kapasitas sistem ekonomi untuk mendukung dan terlibat dalam

tenaga kerja produktif. Faktor lain yang secara positif mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi adalah hubungan antara berbagai faktor yang

berhubungan dengan tingkat kesempatan kerja.

3) Kemajuan teknologi menurut para ekonom, pentingnya teknologi

merupakan faktor kunci dalam perluasan ekonomi. Dalam bentuk paling

sederhana, kegagalan teknologi dapat dikaitkan dengan mobil baru dan

lama yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan tradisional.

2. Teori Pertumbuhan dan Pengembangan Ekonomi Regional

Dalam Dr. Robinson Tarigan (2009), suatu pertumbuhan ekonomi pada

wilayah merupakan pertumbuhan yang berasal dari pendapatan masyarakat

secara umum di wilayah tersebut, pada awalnya perhitungan pendapatan

wilayah dibuat berdasarkan pada harga berlaku. Namun karena beberapa

faktor sehingga untuk melihat pertambahan pendapatan wilayah dalam waktu

tertentu diharuskan menyertakan dalam nilai riil atau harga konstan yang

artinya harga barang sebelum terjadi inflasi.

22
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu hal dimana sebuah

pemerintahan daerah dan semua komponen masyarakat mengelola berbagai

sumber daya yang ada dan dapat membentuk suatu pola kerjasama untuk

menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Ukuran dari keberhasilan

pembangunan dapat juga dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur

ekonomi dan juga semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar

penduduk, antar daerah dan antar sektor (Wibowo, 2012).

Untuk dapat menyimpulkan suatu langkah kebijakan yang harus diambil

oleh seorang kepala daerah mengenai perencanaan pembangunan wilayah

agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang secara umum juga

dapat meningkatkan perekonomian daerahnya (Dr. Robinson Tarigan, 2009).

Beberapa teori mengemukakan hal yang sejalan meliputi:

a. Teori Basis Ekspor

Menurut (Dr. Robinson Tarigan, 2009), Model basis ekspor adalah

diperlukan adanya dorongan pada pertumbuhan dan Produk sektor demi

sektor yang telah berhasil diproduksi dapat dijual di negara lain atau

diimpor, khususnya bagi mahasiswa internasional yang bepergian ke

negara lain. Pada kenyataannya untuk menjual salah satu barang ke luar

daerah itu sangat sulit, terlebih lagi apabila daerah tersebut memproduksi

barang yang sama dengan yang dihasilkan. Oleh karena itu, suatu daerah

harus mampu menghasilkan barang dengan standar kualitas yang lebih

23
tinggi atau setidaknya dengan standar yang sebanding. Namun, ada

perbedaan harga yang dikenakan untuk barang-barang tersebut dan,

dalam beberapa kasus, kemampuan untuk menerima orang atau uang dari

luar daerah, seperti dari sektor pariwisata.

Ketika suatu negara menggunakan keunggulan komparatif sebagai

landasan kebijakan ekonominya, pertumbuhan ekonomi di negara

tersebut dapat dimaksimalkan, sebab faktor penentu pertumbuhan daerah

adalah keuntungan komparatif yang dimiliki daerah tersebut. Walaupun

ketimpangan antardaerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi

sektor potensi ekonomi masing-masing daerah.

b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat

Menurut Samuelson (1955) dalam Dr. Robinson Tarigan (2009),

teori ini menekankan bahwa setiap daerah perlu mengetahui sektor-sektor

yang memiliki potensi besar serta dapat dikembangkan dengan cepat, baik

potensi alam maupun karena keunggulan spesialisasi dan keunggulan

komparatif untuk dikembangkan. Dengan kata lain, modal yang

dikeluarkan sama namun memberikan nilai tambah yang lebih besar serta

dapat berproduksi dalam waktu singkat dan juga pendapatan yang di

dapat juga cukup besar.

Perkembangan sektor tersebut diharapkan mampu mendorong

sektor lain untuk ikut berkembang, sehingga perekonomian akan tumbuh

merata secara keseluruhan. Kemudian pemerintah membuat sektor-sektor

24
menjadi saling terikat sera saling mendukung untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah tumbuh lebih cepat. Akan tetapi menurut

Schumpeter mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan

oleh jiwa usaha dalam masyarakat, dimana pemilik modal mampu untuk

melihat peluang dan berani mengambil resiko untuk membuka lapangan

kerja baru untuk menyerap angkatan kerja setiap tahunnya.

c. Teori Perubahan Struktural

Menurut Boediono dalam (Adi et al., 2020) dimana perubahan

structural yaitu dengan adanya proses pembangunan yang dialami oleh

banyak daerah yang semula di titik beratkan pada sektor pertanian

tradisional kemudian beralih menjadi sektor industry manufacturing

sebagai roda penggerak utama pertumbuhan ekonominya.

3. Produk Domestic Regional Bruto

Menurut BPS Provinsi Papua (2020) PDRB merupakan kuantitas masalah

yang belum terselesaikan dalam proses produksi maupun selama proses

produksi di suatu negara selama periode waktu yang relevan (biasanya satu

tahun). Upah dan Gaji, Sewa Tanah, Bunga Modal, dan Keuntungan adalah

faktor-faktor produksi utama yang perlu dipertimbangkan sebelum pajak

penghasilan dan pajak lainnya diberlakukan. Dalam pengertian ini, PDRB

25
juga termasuk penyusutan dan pajak yang tidak neto terus menerus (pajak tak

langsung dikurangi subsidi).

Menurut Sjafrizal dalam (Wati & Arifin, 2019) Pendekatan produksi,

Pendekatan Pendapatan, dan Pendekatan Pengeluaran adalah tiga komponen

dari dua metode yang digunakan dalam pemantauan PDRB. Sebaliknya,

untuk metode tidak terus-menerus menghasilkan keluaran bruto atau neto

untuk setiap sektor, jumlah produksi fisik (termasuk jumlah pekerja,

penduduk, dan alokator) tidak diproduksi secara terus-menerus..

Pada umumnya, PDB atau PDRB merupakan suatu acuan untuk mengukur

keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah yang dimana

dengan kata lain nilai produksi secara keseluruhan sektor yang terdapat di

lapangan usaha meliputi: pertanian, pertambangan, industri, konstruksi,

perdagangan, transportasi, pedidikan, kesehatan, perbankan, dan keuangan,

dan jasa lainnya (Prof. Dr. Rahardjo Adisasmita, 2015).

Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis PDB

atau PDRB dimana besarnya nilai PDRB/PDB; PDB/PDRB per kapita;

tingkat pertumbuhan PDB/PDRB per tahun, dan; kontribusi dari masing-

masing sektor terhadap total nilai tambah PDB/PDRB pada tahun tertentu.

Sektor yang terdapat pada lapangan usaha dapat dibedakan menjadi sektor

premier, sekuder, dan tersier.

26
4. Pembangunan Daerah Tertinggal

a. Karakteristik Daerah Tertinggal

Menurut Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang

penetapan daerah tertinggal meliputi wilayah serta masyarakatnya kurang

berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional, atau

dengan kata lain daerah tersebut masih minim akan pertumbuhan ekonomi

sehingga masih bergantung pada bantuan dari pemerintah pusat.

Sejalan dengan perpres diatas, pada peraturan pemerintah nomor

78 tahun 2014 tentang percepatan pembangunan daerah tertinggal yaitu

sutu proses, upaya, dan tindakan yang perlu adanya perencanaan untuk

meningkatkan kualitas masyarakat dan wilayah selain itu dalam hal

percepatan dimana daera tertinggal lebih di fokuskan pada bagian

perencanaan, pendanaan, serta pelaksanaan percepatan pembangunan

daerah tertinggal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2020 tentang

indikator penetapian daerah tertinggal, konsep daerah tertinggal dapat di

kategorikan sebagai berikut: Daerah maju, Daerah tertinggal serta Daerah

sangat tertinggal

Karakteristik daerah tertinggal atau terbelakang suatu wilayah

yaitu terdapat pada tingkat kemiskinan, tingkat kemiskinan dapat dilihat

27
pada distribusi pendapatan meliputi kaya (20 persen dari jumlah

penduduk), menengah (40 persen dari jumlah penduduk), dan sisanya

kelompok dengan pendapatan rendah atau miskin. Kriteria kemiskinan

b. Indikator daerah tertinggal

Menurut pertauran menteri nomor 11 tahun 2020 tentang indikator

daerah penetapan daerah tertinggal meliputi:

1) Perekonomian masyarakat, Meliputi: Produk domestik regional bruto

per-kapita; Persentase pengeluaran rumah tangga non maknaan; serta

Persentase penduduk yang bekerja di sektor non pertanian

2) Sumber daya manusia, meliputi: Persentase wanita usia 15049 tahun

yang melahirkan dalam dua tahun terakhir dengan bantuan pertolongan

tenaga medis; Persentase balita diberi imunisasi lengkap; Angka

partisipasi sekolah menengah pertama berusia 13-15 tahun; serta Angka

partisipasi sekolah menengah atas berusia 16-18 tahun

3) Sarana dan prasarana, meliputi: Persentase desa yang memiliki

pertokoan (berupa bangunan permanen, semi permanen atau bukan

permanen); Persentase seda yang memiliki fasilitas kesehatan (Rumah

sakit, Rumah Sakit Bersalin, Klinik, Apotek, Puskesmas); Persentase

desa yang memiliki dokter (desa yang mempunyai dokter spesialis atau

dokter umum atau dokter gigi); Persentase desa yang memiliki fasilitas

sekolah dasar (SD negeri maupun swasta serta Madrasah Ibtidaiyah

negerti maupun swasta); Persentase desa yang memiliki fasilitas sekolah

28
menengah pertama (SMP/MTS negeri maupun swasta); Persentase desa

yang emmiliki fasilitas sekolah mengah atas (SMA/MA negeri maupun

swasta); Persentase rumah tangga pengguna listrik; Persentase rumah

tangga pengguna telpon/telpon genggam; Persentase penduduk

pengguna internet; serta Persentase rumah tangga pengguna air bersih

4) Kemampuan keuangan daerah, meliputi pendapatan asli daerah

5) Aksesibilitas, meliputi: Jenis permukaan jalan utama terluas

aspal/beton; Persentase desa yang mudah mencapau fasilitas kesehatan;

serta Persentase desa yang mudha mencapai sekolah menengah pertama

6) Karakteristik daerah, meliputi: persentase daerah yang tidak mengalami

bencana seperti tanah longsor, banjir, banjir bandang, gempa bumi,

tsunami, gelombang pasang air laut, angina puyuh/puting beliung/topan,

gunung meletus, kebakaran hutan/lahan atau kekeringan lahan dalam

tiga tahun terakhir; serta Persentase desa yang tidak mengalami konflik

sosial dalam satu tahun terakhir.

5. Metode Basic Ekonomi

a. Ketimpangan Wilayah

Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah merupakan

permasalahan yang selama ini banyak ditangani oleh negara berkembang

seperti Indonesia. Menurut data yang ada, ada banyak karakteristik yang

dimiliki oleh semua wilayah yang berkontribusi terhadap terjadinya

29
konflik antar wilayah dan konflik sektor ekonomi antar wilayah di

wilayah tertentu. (Utami et al., 2018).

Ukuran ketimpangan wilayah Indeks williamson besarnya antara

nol dan satu. Semakin kecil angka yang dihasilkan menunjukkan

ketimpangan yang semakin kecil pula atau dapat dikatakan makin

merata. Tetapi jika angka yang didapat mendekati satu maka

ketimpangan semakin lebar (Abdul Rajab dan Jamaludin Kamarudin,

2021)

Factor adanya ketimpangan menurut Tambun (2001) dalam

(Utami et al., 2018) meliputi: Kosentrasi kegiatan otonomi daerah;

Alokasi Investasi, daerah yang minim akan investasi maka pendapatan

dan pertumbuhan ekonomi wilayahnya menjadi rendah; Tingkat

mobilitas factor-faktor produksi yang rendah antar daerah menyebabkan

kelebihan factor produksi sehingga tenaga kerja dan modal tidak dapat

dimanfaatkan sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi

antar daerah.; Perbedaan sumber daya alam antar daerah, daerah yang

memiliki SDA yang cukup tinggi dapat memproduksi barang dengan

biaya yang relative rendah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi

daerah lebih cepat. Dengan demikian perbedaan sumber daya alam antar

daerah dapat mendorong terjadinya ketimpangan; Perbedaan kondisi

demografis antar daerah; serta kurang lancarnya perdagangan yang

30
diakibatkan keterbatasan sarana dan prasarana komunikasi dan

transportasi.

b. Basis Ekonomi Location Question

Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan

pengalamanya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non

basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi wilayah (Dr. Robinson Tarigan, 2009).

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout

dalam Dr. Robinson Tarigan, (2009), Teori ini membahas prakarsa

produksi dan jenis pekerjaan yang tersedia di satu wilayah terkait dengan

sektor basis dan non basis. Basis kegiatan adalah kegiatan yang bersifat

eksogen, yang tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah

dan juga berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.

Kegiatan non basis adalah strategi untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat setempat karena tergantung pada keadaan umum

perekonomian daerah, yang menunjukkan bahwa sektor tersebut bersifat

endogen (tidak rawan inflasi), dan juga tergantung pada keadaan daerah.

perekonomian daerah secara umum.

31
Dalam perekonomian regional terdapat kegiatan-kegiatan basis

dan kegiatan-kegiatan bukan basis. Menurut Glasson (1990) dalam (Dr.

Robinson Tarigan, 2009) kegiatan-kegiatan Basis (Basic activities)

adalah kegiatan memasarkan barang dan jasa keluar batas perekonomian

masyarakatnya atau mengekspor barang-barang keluar batas

perekonomian masyarakatnya. Kebalikan dari kegiatan non-dasar adalah

distribusi barang kepada orang-orang yang selalu membutuhkan dalam

fondasi ekonomi masyarakat umum yang goyah. Kegiatan-kegiatan saat

ini tidak termasuk penjualan barang mentah; sebaliknya, ini berfokus

pada barang dan pasar yang diproduksi secara lokal di area tertentu.

Tersirat dalam konteks proyek saat ini-proyek saat ini memiliki koneksi

karena musuh yang menantang dasar teori ekonomi.

Teori yang mendasarinya memiliki pemahaman yang mudah, kuat,

dan mampu menjelaskan struktur ekonomi setiap negara tertentu serta

peredaman perubahan jangka pendek secara umum. Teori yang

mendasarinya tidak terlalu rumit dan dapat berfungsi sebagai arahan

yang sangat berguna bagi mereka yang belajar jangka pendek.

Dalam analisis Location Quotient (LQ) biasanya digunakan untuk

mengidentifikasi Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah dalam

menentukan sektor unggulan (basis) dan bukan sektor unggulan (non

basis). Bila sektor unggulan tersebut dikembangkan dengan baik dan

benar, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah yang

32
akan dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Perhitungan

LQ bertujuan agar menggambarkan keunggulan komparatif suatu daerah

dengan wilayah lainnya (Rizani, 2017).

Menurut (Suhandi & Hakin, 2021) Analisis LQ digunakan untuk

menunjukkan besarnya peranan sektor perekonomian suatu wilayah

dengan membandingkan sektor yang sama pada wilayah yang lebih

besar. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi

potensial yang menjadi unggulan dan dapat dikembangkan di suatu

wilayah, serta digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif

(comparative advantage) suatu wilayah.

c. Analisis Shift Share

Analisis Shiftt Share merupakan tehnik yang menggambarkan

performance (kinerja) sektor - sektor di suatu wilayah dibandingkan

kinerja sektor - sektor perekonomian nasional. Dengan demikian dapat

ditemukan adanya Shiftt (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian

daerah, bila daerah itu memperoleh kemajuan lebih lambat atau lebih

cepat dari kemajuan nasional (Ayubi, 2014).

Analisis Shift Share sangat berguna dalam menganalisis perubahan

struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian daerah.

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas

kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah

yang lebih besar. Analisis ini memberikan data tentang kinerja

33
perekonomian dalam 3 (tiga) bidang yang berhubungan satu sama lain

(Arsyad, 2010) meliputi:

1) Pertumbuhan Ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis

perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan

pada sektoral yang sama di perekonomian yang dijadikan sebagai

acuan.

2) Pergeseran proporsional merupakan perbedaan antara pertumbuhan

daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional sektoral dan

pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional.

Daerah dapat tumbuh dengan cepat/lebih lambat dari rata-rata

Nasional jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih

cepat/lambat dari Nasional. Dengan, demikian perbedaan laju

pertumbuhan dengan Nasional disebabkan oleh komposisi sektor

yang berbeda.

3) Pergeseran differensial, digunakan untuk beberapa jauh daya saing

industri daerah (local) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

Menurut (Destiningsih & Achsa, 2018) Shift share klasik mencakup

tiga komponen, yaitu komponen pertumbuhan nasional, pertumbuhan

proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa daerah. Sementara

Shift Share Esteban Marquilas memiliki empat komponen, ketiga

komponen tersebut sama dengan shift share klasik dan keterkaitan

34
tambahannya adalah pertumbuhan pangsa regional yang dipecah menjadi

komponen khusus dan komponen kompetitif, kedua komponen ini

disebut komponen alokasi efek.

d. Tipologi Klassen

Menurut (Monica & Marwa, 2017) Tipologi wilayah (tipologi

klassen) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan

struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah

pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu

pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan

menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan

rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.

Analisis tipologi klassen dipergunakan untuk mengidentifikasi

peta potensi ekonomi secara makro. Berdasarkan analisis Tipologi

Klassen, potensi daerah secara sektoral yang didasarkan pada data PDRB

bisa dipetakan. Analisis tipologi klassen mengelompokkan suatu sektor

dengan mempertimbangkan pertumbuhan (g) dan kontribusi sektor (s)

tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Analisis Tipologi Klassen

dipergunakan untuk mengelompokkan masing-masing sektor ke dalam

empat kategori meliputi kuadran I yaitu sektor unggulan/prima, kuadran

II sektor berkembang, kuadran III sektor potensial, dan kuadran IV sektor

terbelakang (Hendrawan, 2020).

35
Menurut Leo Klassen dalam Aditya (2013) analisis tipologi ini

dimanfaatkan untuk dapat mengetahui pola serta struktur pertumbuhan

ekonomi dari masing-masing daerah.

Menurut (Sjafrizal, 2017), pengelompokan daerah menurut

struktur pertumbuhan dan tingkat pembangunan antara lain dapat

dilakukan dengan menggunakan matrik tipologi klassen yang terdapat

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tipologi Klassen

Kontribusi Pertumbuhan Sektoral

Sektoral Gi>=g Gi<g

Sektor Maju Dan Tumbuh Sektor Maju Tapi


Si >= s
Pesat (I) Tertekan (II)

Sektor Potensial Atau Masih


Sektor Relatif Tertinggal
Si < s Dapat Berkembang Dengan
(IV)
Pesat (III)

Sumber: Sjafrizal, 2017

Keterangan:

Gi = Rata-rata pertumbuhan Kabupaten/Kota

Si = Rata-rata PDRB per kapita Kabupaten/Kota

g = Rata-rata pertumbuhan Provinsi/Nasional

36
s = Rata-rata PDRB perkapita Provinsi/Nasional

Matrik tipologi klassen tersebut dapat memberikan manfaat yang besar bagi

penyusunan perencanaan pembangunan daerah bilamana teknik ini digunakan

sebagai dasar dari perumusan kebijakan dan program pembangunan daerah,

immplikasi dari pembangunan matriks tipologi klassen antara lain sebagai berikut:

a. Kelompok maju atau kuadran I, kebijakan dan program pembangunan daerah

sebaiknya lebih diarahkan kepada sektor dan kegiatan ekonomi serta social

yang menggunakan teknologi lebih modern dan padat modal seperti sektor

industry dan jasa. Dengan cara demikian, prodktivitas perekonomian daerah

akan dapat lebih ditingkatkan sehingga mampu mendorong peningkatan

pendapatan perkapita masayarakat maka akan berdampak pada kemakmuran

daerah setempat;

b. Kelompok daerah maju tetapi tertekan atau kuadran II, yaitu kebijakan dan

program pembangunan diarahkan pada pemecah masalah yang menyebabkan

pertumbuhan daerah menjadi tertekan, misalnya terdapat penurunan harga

komoditi unggulan daerah yang bersangkutan di pasar dunia. Kebijakan yang

dapat dilakukan yaitu dengan mengalihkan pemasaran produk daerah

bersangkutan ke daerah lain atau menukar komoditi yang akan diunggulkan

oleh daerah bersangkutan.

c. Kelompok daerah berkembang atau kuadran III, kebijakan dan program

pemerintah diarahkan untuk mendorong prtoses pertumbuhan ekonomi

37
dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki daerah. Selain itu

sebagai upaya untuk mendorong investor dan tenaga ahli dari daerah lainnya

sehingga daya saing daerah menjadi meningkat.

d. Kelompok daerah tertinggal atau kuadran IV, kebijakan dan program

pembangunan lebih ditekankan pada upaya daerah untuk meningkatkan

penyedia lapangan kerja melalui pemanfaatan teknologi padat karya.

Sedangkan kegiatan ekonomi utama sebaiknya diarahkan pada kegiatan

pertanian yang masih menggunakan teknologi tradisional, tetapi produknya

memiliki pasar yang cukup luas seperti tanaman pangan.

B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Metode Hasil


1. Heru Analisis Analisis Hasil analisis
Setiawan 1 Sektor Location Overlay
,Wide Ekonomi Quotient (LQ), menunjukkan
Enardi 2 , Unggulan dan Analisis Model bahwa sektor
Neng Potensial di Rasio Informasi dan
Kamarni3 Daerah Pertumbuhan Komunikasi
(2022) Istimewa (MRP), danJasaPendidikan
Yogyakarta AnalisisTipologi sebagai sektor
Klassen dan unggulan di DIY.
Analisis Sedangkan sektor
Overlay. potensial di DIY
meliputi sektor
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Limbah, Sampah
dan Daur Ulang,
Konstruksi,
Transportasi dan
Pergudangan,

38
No. Peneliti Judul Metode Hasil
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum,
Real Estate,
Administrasi
Pemerintah,
Pertahanan serta
Jaminan Sosial
Wajib, Jasa
Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
serta Jasa lainnya
2. Ahmad Analisis Location Analisis shift-
Rizani Potensi Quentient, Shift share
(2017) Ekonomi di Share, dan menunjukkan
Kabupaten Model Ratio perekonomian
Jember Pertumbuhan Kabupaten Jember
selama periode
2010-2015
mengalami
peningkatan
sebesar Rp2.412,3
milyar.
Peningkatan
kinerja
perekonomian di
Kabupaten Jember
tersebut dapat
dilihat dari sektor
dan subsektor
pertanian,
kehutanan dan
perikanan yang
bernilai positif.
3. Nofa Analis Location Diharapkan
Martina Tipologi dan Quotient, Shift dengan hasil
Ariani, Sektor Share, penelitian ini dapat
Brian Unggulan Tipology menjadi dasar
Pradana, Kabupaten Klassen dalam
Muhammad Semarang merumuskan
Indra Hadi strategi

39
No. Peneliti Judul Metode Hasil
Wijaya, pembangunan
Bagus ekonomi daerah.
Nuari dengan melihat
Priambudi potensi dan
(2021) kelemahan pada
tiap tipologi sektor
4. Rafi Potensi Location Hasil olah
Mahaesa & Sektor Quentient (LQ), pengkajian ini
Syamsul Unggulan Shift Share, memberitahukan
Huda Kabupaten Tipologi bahwa sektor
(2022) Pasuruan dan Klassen, dan unggulan
Kabupaten Overlay Kabupaten
Mojokerto Pasuruan dan
Kabupaten
Mojokerto ialah
sektor industry
pengolahan.
Dengan adanya
penelitian ini
pemerintah dapat
mengoptimalkan
sektor
ekonominya
sehingga tercipta
pemerataan
ekonomi mulai
5. Wiwin Pertumbuhan Location Hasil Shift Share
Priana Ekonomi Quentient PR (Potensi
(2016) menggunakan Analysis Daerah) kabupaten
model dan kota-kota yang
Location memiliki
Quentient keunggulan yang
mendorong
pertumbuhan PDB
sektor di Jawa
Timur. PR <dQ
berarti sektor di
kabupaten untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi di Jawa

40
No. Peneliti Judul Metode Hasil
Timur. Dari
Humas (Potesi
Regional), maka
dalam penelitian
ini akan menjadi
Lokasi Qoutien.
Untuk PDRB bila
LQ > 1 maka
sektor tersebut
merupakan sektor
basis dan bila LQ
< 1 sektor adalah
sektor non basis.
6. Maxthasen Analisis Tipologi Berdasarkan hasil
Tampilang, Potensi Klassen, penelitian di
Rosalina Perekonomian Location Kabupaten
Koleangan Daerah Quentient, Shift Kepulauan Talaud
dan Patrick Kabupaten Share, dan MRP selama periode
Wauran Talaud tahun 2008-2012,
(2013) menurut analisis
tipologi klassen
tidak ada sektor
yang masuk dalam
klasifikasi kuadran
I (sektor maju dan
tumbuh
cepat).Berdasarkan
hasil analisis sift
share kesembilan
sektor
perekonomian
mengalami
pertumbuhan dari
tahun ke tahun
walaupun nilainya
tidak konstan.
Hasil analisis
location quotient
(LQ) sektor yang
merupakan sektor

41
No. Peneliti Judul Metode Hasil
basis yaitu sektor
pertanian.
7. Rita Analisis Tipologi Hasil penelitian
Herawaty Sektor Klassen, menunjukkan
Br Bangun Ekonomi Location bahwa sektor
(2018) Potensial Quentient, Shift pertanian,
Dalam Share kehutanan dan
Pembangunan perikanan,
Wilayah penyediaan sektor
Kabupaten makanan dan
Karo pasokan pangan,
sektor
pemerintahan,
pertahanan wajib
dan jaminan
sosial, sektor
layanan
pendidikan, sektor
jasa kesehatan dan
kegiatan sosial dan
sektor jasa lainnya
adalah yang
terdepan. sektor
Kabupaten Karo
dan sektor industry
Pengolahan, sektor
perdagangan besar
dan eceran,
perbaikan mobil
dan sepeda motor,
sektor jasa
keuangan dan
asuransi, sektor
administrasi
pemerintah, ,
sektor jasa
pendidikan, sektor
jasa kesehatan dan
kegiatan sosial dan
sektor jasa lainnya
adalah sektor

42
No. Peneliti Judul Metode Hasil
ekonomi yang
memiliki tingkat
daya saing
dibandingkan
dengan sektor
lainnya.
8. XU Bao Industrial Shift-Share dan Hasil analisis
Jin, CHEN Structure Location ditemukan bahwa
Xing Peng, Evolution and Quotient (LQ) proporsi sektor
dkk (2010) Economic industry lebih
Growth in rendah daripada
Dingxi City rata-rata kota
Based on Dingxi. Distrik
Shift-Share Weiyua, Tongwei,
Method and Zhang, dan Min
Location unggul pada sektor
Quotient primer. Distrik
Analysis Anding danLinyao
unggul pada sektor
sekunder. Dan
sektor tersier ada
pada wilayah
distrik Anding,
Longxi, dan
Tongwei. Adapun
distrik Longxi
menjadi distrik
dengan
keunggulan pada
tiga sektor baik
primer, sekunder,
maupun tersier.
9. Adi Economic Location Hasilnya terdapat
Wijaya, Performance: Quotient (LQ), 6 sektor unggulan:
Zainal , dkk Leading Shift Share dan pertanian; listrik,
(2020) Sector, keunggulan gas, dan air bersih;
Economic komparatif bangunan dan
Structure and konstruksi;
Competitiven perdagangan,
ess of Export hotel, dan restoran.
Commodities Klasifikasi

43
No. Peneliti Judul Metode Hasil
tersebut telah
merubah struktur
perekonomian
Kabupaten
Malinau dari
sektor sekunder
menjadi sektor
tersier dan primer
dalam 10 tahun
terakhir.
10 Jozef Quantitative Location Enam dari delapan
GállA, Analysis of Quotient (LQ) daerah memiliki
Marek Environment dan Shift- Share tingkat
Strežo Potential for pertumbuhan
(2019) Cluster tahunan yang
Development positif, hal ini
in Tourist berarti bahwa
Regions of daerah-daerah
Slovak tersebut memiliki
Republic pertumbuhan yang
positif di sektor
pariwisata dalam
kaitannya.
Wilayah Upper
Považie memiliki
tingkat
pertumbuhan
tahunan gabungan
terbesar, tetapi
nilai LQ untuk
tahun 2007 dan
2017
penelitian,
konsentrasi
kawasan wisata
Horehronie dan
Turiec menurun
karena penurunan
pekerjaan di
tingkat regional

44
C. Kerangka Pemikiran

Dalam Berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu

dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama di

negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan

pendapatan daerah yang bersangkutan sebagai upaya mencapai pembangunan

daerah. Salah satu indikator mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

daerah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui

perubahan struktur ekonomi daerah. Data dengan menggunakan Produk

Domestik Regional Bruto suatu daerah untuk mengetahui daerah yang

mempunyai kemampuan dalam menciptakan lapangan usaha atau memberikan

sumbangan dari sebelas sektor ekonomi.

Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah

yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya, menurut

teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan

basis dan non basis. Kemudian mengetahui sektor potensial daerah untuk

dikembangkan dan interaksi daya tarik potensi ekonomi antar daerah Kota

dengan Kabupaten, digunakan alat analisis seperti Location Quontient (LQ),

Shift Share (SS), dan Tipologi Klassen. Dengan penggunaan analisis ini untuk

mengetahui potensi dari pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal di Provinsi

Papua.

45
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

46
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum penelitian ini mencangkup pada Daerah Tertinggal di Provinsi

Papua dengan ruang lingkup waktu yang dipakai 2017-2021 dan bertujuan untuk

menganalisis potensi ekonomi di masing-masing daerah.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bagian dalam penelitian ini adalah deskriftif

kuantitatif. Penentuan kuantitatif lebih banyak menggunakan angka seperti

pengumpulan data, menginterpretasikan serta menyampaikan hasil olahan data.

Pada umumnya jenis penelitian ini memberikan gambaran umum terhadap ojek

penelitian salah satunya yaitu untuk melihat pergerakan dari masing-masing

variable sektor biasanya dalam bentuk table, diagram, dan grafik (Enggar

Wishartama et al., 2022)

C. Pengumpulan Data

Menurut (Faizal et al., 2022) metode penelitian gunakan yaitu:

1. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya

oleh peneliti. Data ini diambil dengan tujuan untuk melengkapi informasi

47
yang akan disajikan pada penyusunan skripsi. Data sekunder di dapat dengan

menggunakan teknik dokuumentasi dengan mencatat atau menyalin data yang

tercantum dalam situs informasi mengenai sektor-sektor ekonomi seperti pada

BPS, Bappenda

2. Studi Kepustakaan

Landasan dan teori yang kuat dibutuhkan dalam pemecahan masalah,

sehingga penulis melakukan penelitian keputusan dengan mengumpulkan

buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel ilmiah, data-data dari internet, dan

lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka

metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif merupakan

data yang digunakan penelitian dalam bentuk angka, dalam penelitian ini metode

yang digunakan adalah kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk

menjelaskan meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau beberapa

variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan

apa yang terjadi, kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran

tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut (Bungin, 2010). Dimana metode

analisis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis, yaitu:

1. Analisis Indeks Williamson

48
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kondisi ketimpangan

pendapatan yang terjadi antar daerah dengan menggunakan data sekunder yaitu

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita serta jumlah penduduk

disebut dengan Analisis Indeks Williamson (Abdul Rajab dan Jamaludin

Kamarudin, 2021). Rumus Indeks Williamson yaitu :

Rumus:

𝑓
√∑𝑛𝑖 = 1 (𝑌𝑖 − 𝑌)2 ( 𝑛𝑖 )
𝑉𝑊 =
𝑌

Keterangan:

Vw = Indeks ketimpangan Williamson

Y = PDRB Perkapita Rata-rata Seluruh Kabupaten/Kota

Yi = PDRB Perkapita Setiap Kabupaten/Kota

Fi = Jumlah Penduduk Setiap Kabupaten/Kota

N = Jumlah Penduduk Provinsi

Menurut Arsyad (2010) dalam (Berlianantiya, 2017) Kriteria untuk mengetahui

tingkat Indeks Williamson sebagai berikut:

a) Ketimpangan Tinggi jika IW > 0,35

b) Ketimpangan Sedang jika IW = 0,21 - 0,35

c) Ketimpangan Rendah jika IW = 0,0 - 0,2.

49
2. Analisis Location Quontient (LQ)

Menurut (Harfizrianda, 2010), salah satu indikator untuk menggambarkan

keadaan sektor unggulan yaitu dengan menggunakan indeks LQ dimana indikator

utama dalam menentukan besar kecilnya peran suatu sektor daerah dibandingkan

dengan daerah yang lebih tinggi missal pada Provinsi atau nasional. Terdapat dua

cara dalam menghitung LQ yaitu: pendekatan nilai tambahan yang menggunakan

indikator tenaga kerja sedangkan pada pendekatan nilai tambah menggunakan

indikator PDRB.

Location Quontient atau disebut LQ merupakan suatu pendekatan tidak

langsung dalam mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya bahwa

analisis itu digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang

termasuk dalam sektor unggulan (Lincolin Arsyad, 2010).

Analisis LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam

suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian

daerah tersebut dengan peranan kegiatan ekonomi sejenis pada lingkup yang lebih

luas (regional atau Nasional). Secara matematis rumus LQ sebagai berikut:

Keterangan:

50
Xij = Nilai Tambah sektor i di daerah j (Kabupaten/Kota )

Xj = Total nilai tambah sektor i di daerah j

Yi = Nilai tambah sektor i di daerah p (Provinsi/Nasional)

Y = Total nilai tambah sektor di p (Provinsi/Nasional)

Xij/Xj = Persentase employment regional dalam sektor i

Yi/Y = Persentase employment Nasional dalam sektor

Setelah dihitung, maka hasil LQ tersebut dapat di interpretasikan. Kriteria

pengukuran menurut Bendavid Val ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu

(Choliq, 2007):

a. Jika LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat

spesialisasi Kabupaten/Kota lebih tinggi dari tingkat Provinsi. Produksi

komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah

dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual keluar

daerah (ekspor).

b. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi Kabupaten/Kota sama dengan di tingkat

Provinsi. Produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk

kebutuhan daerah setempat. Produksi komoditas tersebut belum mencukupi

kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya

didatangkan dari daerah lain.

51
c. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis, artinya

tingkat spesialisasi Kabupaten/Kota lebih rendah dari tingkat Provinsi.

3. Analisis Shift Share (SS)

Pada dasarnya analisis Shift Share menggambarkan kinerja dan produktivitas

sektor-sektor wilayah yang lebih besar seperti Provinsi/Nasional, analisis ini

membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional

(Kota/Kabupaten) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi

tingkatannya (Provinsi/Nasional) dengan menggunakan analisis Shift Share dapat

diketahui perubahan struktur ekonomi selama periode pengamatan tertentu. Data

yang digunakan adalah PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan.

Komponen Share sering juga disebut komponen National Share sementara

komponen Shift adalah penyimpanan atau (Deviation) dari National Share dalam

pertumbuhan ekonomi regional, dimana daerah tersebut pertumbuhan ekonomi

lebih lambat dibanding pertumbuhan pada regional yang lebih besar

(Provinsi/National). Tujuan analisis ini adalah analisis ini digunakan untuk

menentukan kinerja atau produktivitas suatu daerah, pergeseran struktur, posisi

relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial

suatu daerah kemudian membandingkannya dengan daerah yang lebih besar

(Regional/Nasional).

52
Menurut (Sjafrizal, 2018) Merupakan suatu bentuk analisis pertumbuhan

wilayah yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tertentu. Model pertumbuhan shift-share

pada dasarnya adalah dekomposisi matematis dari pertumbuhan tambahan yang

melambangkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah yang bersangkutan

selama periode waktu tertentu, mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang

menentukan proses pertumbuhan ekonomi. Dengan mengetahui faktor-faktor

penentu tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar utama untuk menyusun strategi

dan kebijakan pembangunan untuk memperlancar proses pertumbuhan ekonomi

suatu wilayah tertentu.

Dalam Blair (1991) ide pokok dari model shift share adalah pertumbuhan

ekonomi suatu suatu daerah ditentukan oleh tiga unsur utama yaitu regional share

(komponen nasional), proportional shift dan differential shift. Dengan model

tersebut dapat diketahui komponen atau unsur pertumbuhan apa saja yang

berperan terhadap pertumbuhan ekonomi regional bersangkutan. Nilai dari setiap

perhitungan bisa saja positif atau negatif, namun jumlah keseluruhan akan selalu

positif jika pertumbuhan ekonomi positif. Demikian pula sebaliknya bila ekonomi

daerah tumbuh negatif maka pertumbuhan ekonomi daerah itu juga mengalami

penurunan, selain itu nilai masing-masing komponen tersebut dapat dijadikan

dalam bentuk satuan persentase.

53
Berdasarkan penjelasan diatas, maka formulasi analisis shift-share dengan

menggunakan perhitungan matematika sederhana dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Rumus:

𝑌𝑡 𝑌𝑖𝑡 𝑌𝑡 𝑦𝑖 𝑌𝑖𝑡
∆𝑦𝑖 = [𝑦𝑖 ( 0 − 1)] + [𝑦𝑖 ( 0 ) − ( 0 )] + [𝑦𝑖 ( 0 ) − ( 0 )]
𝑌 𝑌𝑖 𝑌 𝑦𝑖 𝑌𝑖

Keterangan:

∆𝑦𝑖 = peningkatan nilai tambah sektor i;

𝑦𝑖0 = nilai tambah sektor I di tingkat daerah pada awal periode;

𝑦𝑖𝑡 = nilai tambahan sektor i di tingkat daerah pada akhir periode;

𝑌𝑖0 = nilai tambahan sektor i di tingkat Provinsi/nasional pada awal periode;

𝑌𝑖𝑡 = nilai tambahan sektor i di tingkat Provinsi/nasional pada akhir periode.

Persamaan rumus diatas menunjukan bahwa peningkatan produksi atau nilai

tambah suatu sektor di tingkat daerah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Regional Share

Komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh faktor luar,

yaitu pada peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan

Provinsi/nasional yang berlaku pada daerah tersebut. komponen ini dapat

ditaksir menggunakan persamaan berikut:

54
Rumus:

𝑌𝑡
∆𝑦𝑖 = [𝑦𝑖 ( 0 − 1)]
𝑌

Dimana 𝑦𝑖 merupakan nilai tambah sektor I di tingkat daerah pada awal

periode, 𝑦𝑖0 = nilai tambah sektor I di tingkat daerah pada awal periode, dan

𝑦𝑖𝑡 = nilai tambahan sektor i di tingkat daerah pada akhir periode.

b. Proportionality shift (mixed shift).

Merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh

struktur atau potensi ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada

sektor yang pertumbuhannya lebih cepat seperti pada sektor industri.

Komponen ini dapat ditaksir dengan menggunakan persamaan berikut ini:

Rumus:

𝑌𝑖𝑡 𝑌𝑡
∆𝑦𝑖 = [𝑦𝑖 ( ) − ( )]
𝑌𝑖0 𝑌0

c. Differential shift (competitive shift)

Komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang terjadi karena kondisi spesifik

daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan inilah yang merupakan

keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor

daerah yang bersangkutan. Komponen ini dapat ditaksir dengan

menggunakan persamaan berikut ini:

Rumus :

55
𝑦𝑖 𝑌𝑖𝑡
∆𝑦𝑖 = [𝑦𝑖 ( 0 ) − ( 0 )]
𝑦𝑖 𝑌𝑖

Dimana 𝑦𝑖 merupakan peningkatan nilai tambah sektor i, 𝑦𝑖0 = nilai tambah

sektor i di tingkat daerah pada awal periode, dan 𝑦𝑖𝑡 adalah nilai tambahan

sektor i di tingkat daerah pada akhir periode.

4. Tipologi Klassen

Tipologi wilayah (tipologi klassen) digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing

daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua

indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan

perkapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi

sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu

horizontal. Menurut Leo Klassen dalam Aditya (2013) analisis tipologi ini

dimanfaatkan untuk dapat mengetahui pola serta struktur pertumbuhan

ekonomi dari masing-masing daerah. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi

wilayah yang tercermin melalui pertumbuhan PDRB daerah yang

bersangkutan serta pendapatan perkapita daerah yang diperoleh dari total nilai

PDRB daerah dibagi dengan jumlah penduduk daerah yang bersangkutan.

Kemudian terbagilah ke dalam 4 klasifikasi atau empat kuadran

Karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah

berdasarkan Klassen tipologi digunakan untuk mengetahui pola dan struktur

56
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Kemudian terbagilah ke dalam

4 klasifikasi atau empat kuadran (Emilia dan Amilia, 2006) yaitu:

a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh yang berarti memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding

rata-rata Provinsi/Nasional.

b. Daerah maju tapi tertekan yang berarti memiliki pendapatan perkapita

lebih tinggi tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah

dibanding rata-rata Provinsi.

c. Daerah berkembang cepat yang berarti memiliki tingkat pertumbuhan

tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata

Provinsi.

d. Daerah relatif tertinggal yang berarti memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata

Provinsi.

57
Berikut ini gambaran atau skema dari Tipologi Klassen

Tabel 3.1 Klasifikasi Tipologi Klassen

Kuadran I Kuadran II

Gi>g dan Si>i Gi<g dan Si>s

Sektor Maju dan Tumbuh Sektor Maju Tapi Tertekan

Pesat

Kuadran III Kuadran IV

Gi>g dan Si<i Gi>g dan Si < s

Sektor Potensial atau Masih Sektor Relatif Tertinggal

dapat Dikembangkan

Sumber: Sjafrizal, 2014

Dengan analisis ini dapat ditentukan tipologi daerah tertinggal di Provinsi

Papua yang dapat digunakan sebagai acuan pendukung untuk menentukan

prioritas dalam pengembangan daerah.

5. Analisis Overlay

Dalam (Wati & Arifin, 2019) Analisis Overlay digunakan untuk

menganilisis sub sektor unggulan berdasarkan penggabungan teknik analisis

yang digunakan. Analisis overlay yang digunakan pada penelitian ini

menggabungkan teknik analisis data Location Quotient, dan Shift-Share.

Apabila memenuhi kriteria diantaranya hasil dari analisis LQ bernilai lebih

58
dari 1 (LQ>1), dan hasil dari analisis Shift-Share menunjukkan positif dan

pada tipologi klassen termasuk kedalam kuadran pertama dan kedua maka

sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan sehingga sektor tersebut

termasuk kedalam sektor potensial yang mampu unuk mengembangkan

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Pada komponen tersebut kemudian disamakan satuannya dengan diberi

notasi positif (+) atau notasi negatif (-). Untuk melihat subsektor yang

memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan memberikan pengaruh yang

besar terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah maka LQ positif; keunggulan

spesialisasi positif; keunggulan komparatif positif; juga tipologi masuk

kedalam kuadran I dan II (Mandatari, dkk, 2020).

59
E. Definisi Operasional Variabel

Penjelasan variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator perkembangan lebih

besar PDRB dari tahun ketahun yang dinyatakan dalam persen pertahun.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari

besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya.

2) Sektor ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang

mencangkup 11 (Sebelas) sektor.

3) PDRB (ADHK) merupakan nilai barang dan jasa akhir dalam suatu kurun

waktu tertentu orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena

komponen penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah.

Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu

(tahun dasar 2017-2021).

4) Kegiatan Ekonomi, Dalam kajian ekonomi regional ada istilah yang disebut

dengan kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

kegiatan ekonomi yaitu kegiatan ekonomi basis dan kegiatan ekonomi non

basis.

60
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Papua

Sumber: (Portal Tata Ruang, 2022)

Papua merupakan pulau terluas di Indonesia, dengan luas daratan 21,9%

dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 km2, membujur dari barat ke

timur (Sorong-Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 mil) dan dari utara ke

selatan (Jayapura-Merauke) sepanjang 736 km (456 mil. Papua juga memiliki

61
banyak pulau yang berjejer di sepanjang pesisirnya. Dipesisir Utara terdapat

Pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia. Disebelah Barat Pulau Salawati,

Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman. Di pesisir Selatan terdapat pulau

Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan di bagian Timur

berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Papua New Guinea. ). Luas wilayah

Provinsi Papua yaitu 312.224,37 km2.

Topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai

dataran tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan

lembah dengan alang-alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian

pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah satu bagian dari pegunungan

tersebut adalah pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena disana terdapat

tiga puncak tertinggi yang walaupun terletak didekat khatulistiwa namun

selalu diselimuti salju yaitu puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030m

(15.090 ft); puncak Trikora 5.160 m (15.480 ft) dan puncak Yamin 5.100 m

(15.300 ft).

2. Demografi

Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Papua sebanyak

4,3 juta jiwa yang terdiri dari 2,94 juta laki-laki dan 2 juta perempuan. Jumlah

itu hanya sebesar 41% dari total penduduk Jakarta yang mencapai 10,56 juta

jiwa. Penduduk terbanyak di Papua ada di Kota Jayapura, yakni 398 ribu jiwa.

Mereka terdiri dari 212 ribu laki-laki dan 186 ribu perempuan. Sedangkan,

62
Kabupaten Supiori memiliki penduduk paling sedikit di Bumi Cenderawasih,

yakni 22 ribu jiwa. Secara rinci, penduduk di Supiori teridi dari 22 ribu laki-

laki dan 12 ribu perempuan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten Tahun 2021

Jumlah
Jumlah Jumlah Luas
Jumlah Pendudu
Kabupaten/Kota Kecamata Keluraha Wilayah
Desa k
n n (km2)
(Jiwa)
Merauke 20 11 190 44 071,00 231696
Jayawijaya 40 4 332 7 030,66 273291
Jayapura 19 5 144 11 157,15 168476
Nabire 15 9 89 11 112,61 170914
Kepulauan Yapen 16 5 165 2 050,00 114210
Biak Numfor 19 14 268 2 602,00 135231
Paniai 24 5 216 4 989,51 223467
Puncak Jaya 26 3 302 6 525,25 227641
Mimika 18 19 152 21 633,00 316295
Boven Digoel 20 - 111 17 742,00 64716
Mappi 15 2 164 8 390,00 109579
Asmat 23 - 221 15 682,00 111632
Yahukimo 51 1 518 17 152,00 355745
Pegunungan Bintang 34 - 277 5 588,13 78178
Tolikara 46 4 545 10 977,09 240272
Sarmi 19 2 111 27 108,00 41849
Keerom 11 - 91 24 118,00 62157
Waropen 12 - 117 31 983,69 34414
Supiori 5 - 38 678,32 22860
Mamberamo Raya 9 - 59 23 813,91 36989
Nduga 32 - 248 1 275,00 107921
Lanny Jaya 39 1 355 1 253,00 198686
Mamberamo Tengah 5 - 59 2 248,00 51160
Yalimo 5 - 300 2 168,00 103387
Puncak 25 - 206 8 055,00 115474
Dogiyai 10 - 79 4 237,40 117818
Intan Jaya 8 - 97 3 922,02 136916
Deiyai 5 - 67 537,39 100466
Kota Jayapura 5 25 39 935,92 404004
Jumlah 576 110 5560 319 036,05 4355444

63
Sumber: Badan Pusat Statistika Prov Papua 2022

Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek. yakni kuanitas dan

kualitas. Dengan luas Provinsi papua sebesar 312.224.37 kilometer persegi.

Kepadatan penduduk hasil SP2020 tercatat 14 jiwa per kilometer persegi.

Angka ini meningkat dari hasil SP2010 yang mencatat kepadatan penduduk

Papua sebanyak 9 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk dari hasil

SP2020 bervariasi menurut kabupaten kota di Provinsi Papua. Kota Jayapura

masih menjadi daerah dengan kepadatan penduduk terbanyak yaitu 492 jiwa

per kilometer persegi. Berikutnya kabupaten Jayawijaya sebanyak 102 jiwa

per kilometer persegi. Sedangkan kabupaten dengan kepadatan penduduk

paling sedikit adalah kabupaten Mamberamo Raya yaitu sebanyak 1 jiwa per

kilometer persegi. Persentase jumlah penduduk di kabupaten/kota di Provinsi

Papua terbesar adalah di Kota Jayapura yang menyumbangkan sebanyak 9.26

persen terhadap jumlah keseluruhan penduduk di Provinsi Papua. Persentase

terkecil dimiliki oleh Kabupaten Supiori yaitu sebesar 0.52 persen. Selain itu,

sebaran persentase penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Papua berkisar

antara 0–6 persen kecuali di Kota Jayapura seperti yang telah disebutkan di

atas. Kabupaten Mimika dengan angka 7.25 persen dan Kabupaten Yahukimo

dengan angka 8.15 persen. Hal ini wajar adanya karena Kabupaten Mimika

adalah kabupaten dengan PDRB terbesar di Provinsi Papua. dan Kabupaten

64
Yahukimo adalah kabupaten dengan jumlah distrik terbanyak di Provinsi

Papua.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Menurut UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menegaskan bahwa pendidikan dasar dalam cakupan wajib belajar

adalah 9 tahun, dimana program mendasar dari pemerintah untuk

mendongkrak tingkat pendidikan angkatan kerja. Program pemerintah wajib

belajar 9 tahun ini diharapkan setiap penduduk mengenyam pendidikan

hingga mencapai Sekolah Menengan Pertama (SMP).

65
Tabel 4.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Papua Tahun 2017-2019

Angka Partisipasi Sekolah (APS) (Persen)


7-12 13-15 16-18
Kabupaten 2017 2018 2019 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Merauke 9634 9633 9583 9617 9698 9764 9735 9732 8633 7657 7742 8011
Jayawijaya 9015 9118 9078 9070 8884 8963 8920 8922 8333 7711 7278 7774
Jayapura 9420 9504 9636 9520 9274 9274 9470 9339 8947 8156 8375 8493
Nabire 8966 9243 9463 9224 9280 9308 9441 9343 7172 8024 8004 7733
Kepulauan Yapen 9447 9368 9469 9428 9458 9572 9590 9540 8653 7875 7806 8111
Biak Numfor 9578 9546 9477 9534 9618 9790 9749 9719 8763 8615 8248 8542
Paniai 8241 8441 8402 8361 7859 7994 7982 7945 3875 4658 4662 4398
Puncak Jaya 7697 7842 7759 7766 6324 6575 6577 6492 4018 4286 3953 4086
Mimika 9356 9597 9416 9456 9274 9486 9528 9429 7823 7854 8179 7952
Boven Digoel 8951 8942 9113 9002 9066 9114 9100 9093 5823 6242 6237 6101
Mappi 8442 8719 8610 8590 7989 8136 8101 8075 6289 5400 4970 5553
Asmat 7907 8266 8248 8140 7769 7891 8046 7902 6076 5620 5306 5667
Yahukimo 6008 6185 6257 6150 6495 6603 6615 6571 3803 3414 3292 3503
Pegunungan Bintang 7210 7204 7144 7186 6734 6904 7094 6911 3635 3542 3741 3639
Tolikara 6585 6735 6663 6661 6020 6077 6145 6081 4373 4513 4587 4491
Sarmi 9376 9226 9297 9300 9061 9040 9133 9078 6173 6972 7208 6784
Keerom 8966 9022 9083 9024 8752 8869 8909 8843 8512 7743 7493 7916
Waropen 9078 9152 9321 9184 9559 9406 9410 9458 8255 7912 7900 8022
Supiori 9701 9485 9454 9547 8962 9044 9193 9066 8057 7710 7703 7823
Mamberamo Raya 9760 9746 9741 9749 9739 9584 9611 9645 6800 6820 6491 6704
Nduga 5730 5672 5798 5733 5229 5332 5592 5384 3029 3692 3690 3470
Lanny Jaya 7464 7649 7707 7607 7377 7326 7422 7375 5403 5838 6036 5759
Mamberamo Tengah 8585 8584 8595 8588 8103 8002 8111 8072 6185 5441 5641 5756
Yalimo 8826 8906 8929 8887 6206 6121 6157 6161 5346 6078 5875 5766
Puncak 5039 5192 5221 5151 3532 2903 3044 3160 3006 2873 2820 2900
Dogiyai 8480 8630 8590 8567 8284 8446 8460 8397 7101 6592 5717 6470
Intan Jaya 6174 6142 6192 6169 4915 5193 5327 5145 4045 4600 4591 4412
Deiyai 6208 6367 6378 6318 5687 5749 5885 5774 4900 5382 5600 5294
Kota Jayapura 10000 9510 9776 9762 9794 9794 9794 9794 8570 9122 9278 8990
Provinsi Papua 8180 8238 8262 8227 7909 7990 8011 7970 6335 6346 6211 6297

Sumber: Badan Pusat Statistika Prov Papua (2022). data diolah kembali

Berdasarkan pada table diatas mayoritas penduduk yang termasuk kedalam

kategori daerah tertinggal pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten

Tolikara mayoritas penduduk di daerah tersebut masih kurang hal ini

berdampak pada upah yang diterima oleh masyarakat. Terlebih lagi untuk saat

ini untuk mendapatkan upah yang tinggi masyarakat minimal harus

pendidikan sampai pada tingkat SMA atau Universitas. Hal ini menandakan

bahwa semakin tinggi pendidikan yang di jalankan maka semakin besar

66
masyarakat yang berkualitas dan memiliki upah yang besar dan begitu juga

sebaliknya.

4. Kesehatan

Tabel 4.3 Jumlah Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Papua Tahun 2021


Kabupaten/Kota Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Puskesmas Posyandu
Merauke 3 - 25 244
Jayawijaya 1 - 17 126
Jayapura 1 - 21 208
Nabire 1 - 26 124
Kepulauan Yapen 1 - 15 151
Biak Numfor 3 - 21 288
Paniai 1 - 18 74
Puncak Jaya 2 - 8 109
Mimika 5 - 21 137
Boven Digoel 2 - 20 88
Mappi 1 - 17 180
Asmat 1 - 13 161
Yahukimo 2 - 33 695
Pegunungan Bintang 1 - 32 123
Tolikara 1 - 25 25
Sarmi 1 - 11 65
Keerom 1 - 10 106
Waropen 1 - 10 50
Supiori 1 - 5 44
Mamberamo Raya 1 - 11 72
Nduga 1 - 8 8
Lanny Jaya 1 - 10 92
Mamberamo Tengah 1 - 6 15
Yalimo - - 7 18
Puncak - - 8 6
Dogiyai 1 - 10 79
Intan Jaya 1 - 6 6
Deiyai 1 - 10 35
Kota Jayapura 8 1 13 192
Jumlah 45 1 437 3521
Sumber: Badan Pusat Statistika Prov Papua (2022). data diolah kembali

67
Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah pelayanan Kesehatan

pada Provinsi Papua sangatlah minim. Pada tahun 2021, Fasilitas Kesehatan

di Provinsi Papua didominasi oleh Posyandu sebanyak 3.521 unit. Sedangkan,

jumlah rumah sakit di Provinsi Papua ada sebanyak 45 unit. Dinas Kesehatan

Provinsi Papua juga mencatat jumlah rumah sakit terbanyak ditemukan di

Kota Jayapura sebanyak delapan unit.

B. Analisis Pertumbuhan Sektor

Struktur ekonomi menggambarkan peran atau kontribusi masing-masing

sektor terhadap perkembangan PDRB sesuai dengan bagaimana sektor ekonomi

tersebut mengalokasikan pembiayaannya kepada sektor lain. Di bawah ini,

perkembangan PDRB di Provinsi Papua dan daerah industri tertinggal dengan

harga tetap untuk tahun 2017-2021 adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan PDRB Provinsi Papua

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua seperti

pada tabel 4.5 jika dilihat dari kontribusi tiap sektor pertambangan dan

penggalian menempati urutan teratas dalam memberikan kontribusi terbesar

bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua dikarenakan terdapat satu

Daerah yaitu Kabupaten Paniai yang merupakan daerah dengan penyebaran

potensi tambang terbanyak di Indonesia . Lalu diikuti oleh beberapa sektor

68
lainnya yang berkontribusi paling banyak yaitu sektor konstruksi dan sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Namun jika kita melihat bahwa terdapat sektor yang masih sangat rendah

kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi diProvinsi Papua. Yaitu,

seperti halnya pengadaan listrik dan gas dan juga penyedia akomodasi dan

makan minum. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus dan serius oleh

Pemerintah Provinsi dikarenakan hal tersebut merupakan sektor yang cukup

penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Provinsi Papua.

Tabel 4.4 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua 2017 – 2021

Juta Rupiah
Tahun
Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 16,070,489 16,602,562 16,608,106 16,496,259 16,754,976
Pertambangan dan
Penggalian 62,174,059 68,611,175 38,925,046 45,395,083 63,915,452
Industri Pengolahan 2,885,410 3,048,371 3,010,407 2,859,434 2,853,499
Pengadaan Listrik
dan Gas 48,572 51,920 55,484 54,950 58,121
Konstruksi 16,215,455 17,139,235 18,689,442 18,531,081 19,257,532
Transportasi dan
Pergudangan 6,310,010 6,825,146 7,231,553 4,799,334 5,090,760
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 1,002,397 1,056,636 1,113,666 925,148 938,469
Informasi dan Komunikasi 5,299,285 5,485,886 5,887,489 6,106,728 6,295,318
Jasa Keuangan
dan Asuransi 2,069,620 2,180,429 2,273,745 2,240,424 2,293,479
Real Estate 3,516,199 3,746,188 3,974,607 3,965,361 4,247,215
Jasa lainnya 1,537,235 1,650,034 1,745,165 1,689,099 1,748,966
PDRB Papua 148,818,289 159,711,852 134,562,239 137,677,571 158,611,039

Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi Papua (2022).

69
2. Perkembangan PDRB Kabupaten Yahukimo

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto pada Kabupaten

Yahukimo ini jika dilihat bahwa terjadi kenaikan di tiap tahunnya. Namun,

kenaikan tersebut tidak begitu signifikan besarannya. Hanya saja memang

dari periode tersebut terus mengalami kenaikan. Jika dilihat dari tabel

dibawah menunjukan bahwa terdapat 2 sektor yang memberikan kontribusi

diatas dari sektor sektor lainnya yakni sektor Konstruksi dan sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan. Pada sektor konstruksi sendiri cukup terbilang

tinggi dikarenakan memang masyarakat Kabupaten Yahukimo sendiri secara

mata pencarian cukup banyak bekerja pada bidang konstruksi dan pada sektor

pertanian, kehutaan, dan perikanan ini dikarenakan wilayah dari Kabupaten

Yahukimo Sebagian besar dari wilayahnya merupakan Pegunungan yang

cukup banyak hutan didalamnya.

Jika diatas kita membahas terkait dengan sektor yang lebih besar

kontribusinya terhadap perekonomian di Kabupaten Yahukimo selanjutnya

merupakan sektor dengan kontribusi terendah yang diberikan yaitu

Pengadaan Listrik dan Gas dan Penyedia Akomodasi dan Makan Minum. Hal

ini dikarenakan memang Kabupaten Yahukimo secara letak geografis cukup

ekstrim yaitu Pegunungan dan dengan tebing batu yang terjal sehingga akses

70
baik listrik dan akomodasi sulit digapai didaerah tersebut. Ini merupakan hal

yang perlu difokuskan oleh pemerintah untuk meningkatkan sektor yang

masih kurang di Kabupaten Yahukimo.

Tabel 4.5 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Yahukimo 2017 - 2021

Tahun
Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 327,143 330,180 330,770 327,122 333,257
Pertambangan dan
Penggalian 11,823 12,608 13,456 14,705 15,572
Industri Pengolahan 8,039 8,437 8,591 8,801 9,105
Pengadaan Listrik dan
Gas 172 188 204 205 210
Konstruksi 290,633 311,487 331,640 335,359 346,661
Transportasi dan Pergudangan 64,281 67,927 71,802 64,964 67,347
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 4,400 4,590 4,776 4,807 4,907
Informasi dan Komunikasi 14,296 15,934 17,811 19,100 20,629
Jasa Keuangan dan Asuransi 5,043 5,340 5,744 5,607 5,874
Real Estate 45,911 48,949 51,063 52,002 53,663
Jasa lainnya 18,972 20,362 21,879 22,700 23,794
PDRB Kabupaten Yahukimo 1,379,175 1,454,566 1,526,966 1,527,284 1,556,231

Sumber: Badan Pusat Statistika Kab Yahukimo (2022). data diolah kembali

3. Perkembangan PDRB Kabupaten Tolikara

Produk domestik regional bruto Kabupaten Tolikara pada tahun 2017 –

2021 mengalami kenaikan cukup signifikan. Seperti halnya pada tabel

dibawah dari kontribusi PDRB pada sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan menempati urutan pertama dikarenakan didaerah pedalaman

Kabupaten Tolikara kegiatan pertanian merupakan kegiatan tradisional.

71
Lahan tanaman bahan pangan Sebagian besar merupakan ubi jalar yang

merupakan makanan pokok pada Kabupaten ini. Selanjutnya, sektor

konstruksi juga menjadi yang terbesar secara kontribusi terhadap

perkembangan PDRB Kabupaten Tolikara.

Pada satu sisi yang lain terdapat sektor yang masih tergolong rendah yakni

seperti pengadaan listrik dan gas, selanjutnya pada sektor jasa keuangan dan

asuransi. Selain pada sektor lainnya, sektor ini merupakan sektor yang perlu

menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Provinsi kepada pemerintah

daerah Kabupaten Tolikara.

Tabel 4.6 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tolikara

2017 - 2021

Tahun
Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 267,080 272,749 273,013 272,600 273,303
Pertambangan dan
Penggalian 4,605 4,747 4,895 5,027 5,167
Industri Pengolahan 2,117 2,212 2,229 2,244 2,246
Pengadaan Listrik
dan Gas 130 134 139 139 144
Konstruksi 185,223 199,897 216,784 213,646 228,991
Transportasi dan Pergudangan 53,775 56,177 58,702 59,675 61,244
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 3,062 3,288 3,495 3,557 3,540
Informasi dan Komunikasi 10,986 11,706 12,473 13,421 14,120
Jasa Keuangan dan Asuransi 1,410 1,487 1,569 1,524 1,610
Real Estate 22,502 23,653 24,865 25,428 26,590
Jasa lainnya 11,205 11,715 12,248 12,769 13,203
PDRB Kabupaten Tolikara 969,512 1,013,367 1,053,097 1,058,376 1,068,561

Sumber: Badan Pusat Statistika Kab Tolikara (2022). data diolah Kembali

72
C. Pembahasan

Pembahasan per sektor Kabupaten/Kota yang di analisis:

1. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

(Indeks Williamson)

Hal penting yang perlu diperhatikan oleh pemerintah serta masyarakat pada

suatu wilayah yaitu adanya ketimpangan pembangunan, menurut

(Khrismaningrum, 2020) ketimpangan pembangunan adalah dampak dari

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, indikator utama

yaitu terdapat perbedaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

dimiliki oleh masing-masing wilayah. Hasil perhitungan dengan

menggunakan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun

2015-2020 sebagai berikut: Hal penting yang perlu diperhatikan oleh

pemerintah serta masyarakat pada suatu wilayah yaitu adanya ketimpangan

pembangunan, menurut (Khrismaningrum, 2020) ketimpangan pembangunan

adalah dampak dari pembangunan dan pertumbuhan ekoonomi yang tidak

merata, indikator utama yaitu terdapat perbedaan sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Hasil

perhitungan dengan menggunakan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten Tahun 2017-2021 sebagai berikut:

73
Tabel 4.7 Indeks Williamson Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

Tahun 2017–2021

Tahun Indeks Williamson


2017 0.99
2018 1.01
2019 0.85
2020 0.85
2021 0.89
Rata Rata 0.92

Sumber: Lampiran I

Dari table diatas, hasil perhitungan Indeks Williamson memperoleh nilai

diatas 0,5 artinya ketimpangan wilayah di Provinsi Papua sangat tinggi. Rata-

rata Indeks Williamson sebesar 0,92, dengan nilai terbesar pada tahun 2018

yaitu 1,01 dan terndah 0,85 di tahun 2019 dan 2020.

2. Analisis Metode Location Quentient

Hasil perhitungan yang dilakukan dengan metode analisis LQ menunjukan

bahwa pada tahun 2017-2021 tidak mengalami perubahan yang signifikan,

sektor basis pada setiap Kabupaten/Kota yang dianalisis cenderung tetap serta

74
tidak banyak sektor yang mengalami perubahan dari sektor bukan unggulan

menjadi sektor unggulan atau bahkan sebaliknya. Hal tersebut menunjukan

bahwa pembangunan daerah tertinggal yang ada di Provinsi Papua mulai dari

tahun 2017-2021 tidak banyak mengalami perubahan yang berdampak bagi

pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota khususnya pada daerah yang di

analisis. Oleh sebab itu, secara lengkap berikut ini akan menjelaskan hasil

perhitungan analisis LQ pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara

untuk masing-masing sektor dari tahun 2017-2021 sebagai berikut:

a. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan salah satu mata

pencaharian bagi masyarakat setempat, sektor ini juga memiliki peran besar

bagi masyarakat setempat. Pada Kabupaten Yahukimo besarnya kontribusi

rata-rata sebesar 39,20%, hal ini dikarenakan Kabupaten Yahukimo sendiri

secara geografis merupakan daerah pegunungan dan juga hutan yang luas.

Setelah itu disusul oleh Kabupaten Tolikara yang mana memiliki kontribusi

rata-rata sebesar 45,34%, ini disebabkan oleh daerah tersebut cukup

memiliki lahan yang luas dan Sebagian besar dari daerah tersebut

merupakan dataran yang cukup baik untuk memberikan kontribusi terhadap

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

75
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan pada Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
3.015 3.043 2.311 2.389 2.787
Kabupaten Yahukimo
Basis Basis Basis Basis Basis
3.463 3.533 2.680 2.792 3.196
Kabupaten Tolikara
Basis Basis Basis Basis Basis
Sumber: Lampiran III

Pada tabel menggambarkan hasil analisis LQ pada sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan tahun 2017-2021, Kabupaten yang memperoleh

perhitungan nilai LQ>1 meliputi Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten

Tolikara. Selain karena letak geografisnya yang dekat dengan pegunungan

daerah ini juga didasari dengan lahan dataran yang cukup untuk dijadikan

lahan pertanian.

Ekonomi Yahukimo ditopang oleh pertanian, terutama tanaman

pangan. Luas lahan yang bisa dimanfaatkan hanya 8,5 persen dari luas

kabupaten. Disini bisa dikembangkan budi daya kolam dan perairan umum

yang tersebar di seluruh distrik. Berbeda dengan perikanan,

pengembangan peternakan justru lebih mudah karena tanah yang tersedia

cukup luas, terutama di Anggruk dan Panggema. Hewan yang bisa

dipelihara antara lain sapi, kambing, ayam buras, kerbau dan babi. Babi

menjadi ternak asli masyarakat dan juga menjadi pelengkap ritual

keagamaan, termasuk perkawinan.

76
Hutan Yahukimo pun menghasilkan komoditas seperti kelapa hutan,

buah merah, pohon kasuari, kulit kayu lawang, gaharu dan rotan. Buah

merah adalah buah pandan bernilai gizi tinggi yang berkhasiat bagi

kesehatan. Sedangkan kelapa hutan kebanyakan tumbuh di hutan-hutan

dataran tinggi namun belum banyak dibudidayakan masyarakat. Kelapa

hutan dan buah merah banyak terdapat di Kurima, Anggruk, Ninia, Soba,

Samenage, Musaik, Kosarek, Silimo, Suru-suru, Obio, Dekai dan

Panggema. Dua tanaman ini diharapkan bisa menjadi komoditas pada

kawasan Hutan Cadangan Pangan dan hutan kemasyarakatan. Daerah-

daerah tersebut juga cukup subur untuk tanaman seperti kopi, kelapa sawit,

kelapa dalam, kakao, dan vanili.

Kontribusi utama perekonomian daerah ini datang dari pertanian. Di

daerah pedalaman yang merupakan ulayat mereka secara turun temurun,

kegiatan pertanian dilakukan secara tradisional. Lahan tanaman bahan

pangan sebagian besar ditanami ubi jalar. Tanaman rambat ini memang

merupakan makanan pokok penduduk kabupaten ini. Sentra penghasil ubi

jalar berada di Distrik Karubaga. Sama seperti daerah lain di Papua, babi

merupakan ternak utama masyarakat. Karubaga dan Kanggime

merupakan distrik yang terbanyak memelihara ternak ini. Tolikara juga

merupakan daerah penghasil batu gamping yang digunakan sebagai bahan

baku pengolahan semen.h Potensi batu gamping mencapai jutaan ton

kubik menyebar dari Tolikara sampai Yahukimo dan Jayawijaya.

77
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu sektor

yang menjadi sorotan ditengah bahwa Provinsi Papua memiliki sektor

tambang yang cukup besar di Indonesia. Walaupun memang Sektor

Pertambangan tidak menjadi hal yang cukup menjanjikan bagi

perekonomian Kabupaten Yahukimo yang hanya sebesar 2% dan

Kabupaten Tolikara sebesar 0,81% namun tidak dapat dipungkiri biar

sedikit sektor ini juga cukup mampu menjadi wadah peningkatan

perekonomian didaerah tersebut.

Tabel 4.9 Perhitungan Analisis LQ Sektor Pertambangan dan Penggalian pada Daerah

Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
0.028 0.028 0.040 0.039 0.034
Kabupaten Yahukimo
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.015 0.015 0.021 0.019 0.016
Kabupaten Tolikara
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis

Sumber: Lampiran III

Berdasarkan hasil analisis dari perhitungan LQ, nilai dari LQ pada tahun

2017-2021 mengalami penurunan walaupun sempat naik pada tahun 2019

namun kembali turun secara signifikan sampai tahun 2021. Jika dilihat

bahwa Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara memperoleh LQ <

1 yang berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor non basis atau

78
sektor yang tidak unggul yang masih memiliki titik lemah dalam hal

produksi dan lainnya. Walau begitu wilayah Kabupaten Yahukimo yang

merupakan daerah yang berada di punggung pegunungan Jayawijaya,

daerah Yahukimo masih memiliki potensi menyimpan kandungan minyak

bumi, batu bara dan batu gamping disana.

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki peran yang cukup

penting dalam hal kontribusi ke setiap daerah, namun industri pengolahan sendiri

sepertinya masih menjadi masalah ditanah Papua. Sektor industri pengolahan sangat

rendah kontribusinya untuk memajukan perekonomian disana, seperti halnya di

Kabupaten Yahukimo sendiri hanya memberikan kontribusi rata-rata 1,21%

sedangakn di Kabupaten Tolikara hanya sebesar 0,38% sangat rendah dibandingkan

dengan Kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia.

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Industri dan Pengolahan pada

Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
0.413 0.424 0.331 0.371 0.447
Kabupaten Yahukimo
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.153 0.156 0.121 0.133 0.154
Kabupaten Tolikara
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis

Sumber: Lampiran III

79
Berdasarkan hasil analisis perhitungan LQ, dapat dilihat perkembangan LQ pada

tahun 2017-2021 cenderung fluktuatif. Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara

memperoleh hasil LQ < 1 yang mana berarti bahwa sektor ini masuk kedalam kategori

sektor non basis atau sektor bukan unggulan yang berarti sektor ini masih memiliki

permasalahan dalam hal produksi sehingga belum dapat dikatakan sebagai kategori

unggul di Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara.

d. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

Sektor pengadaan listrik dan gas ini disetiap daerah merupakan sektor yang

sangat minim jika dilihat dari rata-rata kontribusinya, selain ini menjadi hal yang

memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan PDRB juga ini diminta agar

menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah atas minimnya infrastruktur yang

memadai sehingga peran kontribusinya di setiap daerah yang diberikan oleh sektor

pengadaan listrik dan gas masih tergolong minim.

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada

daerah tertinggal di Provinsi Papua tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
0.525 0.554 0.427 0.450 0.506
Kabupaten Yahukimo
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.558 0.555 0.408 0.427 0.485
Kabupaten Tolikara
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis

Sumber: Lampiran III

80
Berdasarkan hasil analisis LQ pada tahun 2017-2021 menunjukan bahwa pada

Kabupaten/Kota sektor pengadaan listrik dan gas menunjukan bahwa nilai rata-rata

LQ < 1, ini terjadi menunjukan bahwa sektor ini termasuk kedalam kategori sektor

non basis atau menandakan bahwa sektor ini belum mampu untuk memenuhi

kebutuhan didaerah tersebut. Satu hal yang menjadi masalah juga adalah bahwa

daerah tersebut merupakan daerah pegunungan dan tebing yang cukup sulit untuk

diakses, hal ini menjadi focus juga bagi pemerintah setempat untuk membenahi

minimnya sektor pengadaan listrik dan gas didaerah tersebut.

e. Sektor Konstruksi

Sektor konstruksi merupakan sektor yang memiliki peran cukup penting bagi

pembangunan daerah, hal ini dikarenakan sektor ini merupakan sektor yang seringkali

di identikan dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai. Rata-rata dari

sektor ini cukup tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, seperti halnya Kabupaten

Yahukimo yang memiliki rata-rata kontribusinya sebesar 38% dan Kabupaten

Tolikara sebesar 34,77%. Hal ini cukup tergolong baik dikarenakan kondisi wilayah

di daerah tersebut merupakan daerah pegunungan dan lembah tebing yang memiliki

akses sulit untuk dijangkau.

81
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Konstruksi pada Daerah Tertinggal di

Provinsi Papua Tahun 2017-2021


Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
2.655 2.781 2.059 2.181 2.522
Kabupaten Yahukimo
Basis Basis Basis Basis Basis
2.380 2.508 1.891 1.948 2.330
Kabupaten Tolikara
Basis Basis Basis Basis Basis
Sumber: Lampiran III

Berdasarkan hasil analisis LQ tahun 2017-2021 pada tabel diatas dapat kita lihat

bahwa Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara sendiri memiliki penilaian LQ

> 1 atau dapat dikatakan masuk kedalam sektor unggulan. Hal ini juga masuk kedalam

rangkaian program dari pemerintah daerah setempat yang mana salah contohnya

adalah membuat saluran irigasi, bangunan layak huni, serta membangun jembatan

penghubung antar desa ke desa untuk menjalankan kegiatan ekonomi masyarkat

daerah setempat.

f. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Sektor trasportasi dan pergudangan merupakan sektor yang mencakup

angkutan penumpang atau barang baik di jalur darat, laut, udara yang berkaitan

dengan pengangkutan, kegiatan ini meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan

barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan menggunakan alat angkut atau

kendaraan sedangkan jasa pengangkutan seperti Pelabuhan dan lainnya.

82
Jika dilihat dari rata-rata kontribusi PDRB di daerah tertinggal di Provinsi

Papua ini cukup baik seperti halnya Kabupaten Yahukimo yang memiliki kontribusi

sebesar 8,00% dan pada Kabupaten Tolikara sebesar 9,66%.

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Transportasi dan Pergudangan pada

Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
1.509 1.523 1.152 1.631 1.854
Kabupaten Yahukimo
Basis Basis Basis Basis Basis
1.776 1.770 1.323 2.101 2.357
Kabupaten Tolikara
Basis Basis Basis Basis Basis

Sumber: Lampiran III

Sektor transportasi dan pergudangan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa

hasil analisis LQ pada tahun 2017-2021 terlihat fluktuatif, sempat mengalami

penurunan pada tahun 2019 namun dapat berhasil naik kembali hingga tahun 2021.

Hasil perhitungan memperoleh nilai LQ > 1 yang menandakan bahwa sektor ini telah

mampu mecapai dan memenuhi kebutuhan dari daerah tersebut.

Menurut BPS, transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam

pembangunan. Dimana semakin mudah suatu daerah yang di akses oleh transportasi.

Transportasi dan pergudangan terdiri atas angkutan darat; angkutan sungai danau dan

penyebrangan; pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos, dan kurir.

83
g. Sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum

Sektor akomodasi dan makan minum merupakan sektor yang mencakup seperti

penginapan atau hotel dan lainnya, serta penyedia makan dan minum seperti restoran

dan sejenisnya untuk jangka pendek, jika dilihat dari kontribusi rata-rata PDRB masih

telihat cukup minim seperti pada Kabupaten Yahukimo hanya sebesar 1% dan

Kabupaten Tolikara hanya sebesar 0,57%.

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Penyedia Akomodasi dan Makan

Minum pada Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
0.650 0.665 0.498 0.626 0.733
Kabupaten Yahukimo
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.637 0.669 0.512 0.650 0.739
Kabupaten Tolikara
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis

Hasil analisis perhitungan LQ pada sektor penyedia akomodasi dan makan minum

seperti terlihat pada tabel diatas memperoleh nilai LQ < 1 dari tahun 2017-2021, ini

menandakan bahwa sektor ini non basis atau belum dapat memenuhi kebutuhan dari

peningkatan perekonomian di daerah tersebut.

Oleh karena itu pemerintah daerah perlu memberikan perhatian khusus terkait

dengan hal ini, dikarenakan sektor ini juga dapat meningkatkan para pengunjung yang

sedang berkunjung kedaerah ini terkait dengan penginapan serta restoran dalam

jangka pendek.

84
h. Sektor Informasi dan Komunikasi

Sektor informasi dan komunikasi ini merupakan sektor mencakup kegiatan

industri penerbitan, industry produksi, industri penyiaran dan pemrograman, industry

telekomunikasi, serta industry pemrograman konsultasi komputer dan teknologi

informasi baik skala besar maupun sedang. jika dilihat dari kontribusi rata-rata kepada

PDRB pada Kabupaten Yahukimo sebesar 2% sedangkan pada Kabupaten Tolikara

sebesar 2,09% maka dapat dikatakan bahwa sektor ini berpengaruh cukup positif bagi

pendapatan PDRB didaerah tersebut walaupun tidak berpengaruh secara signifikan.

Oleh karena itu maka pemerintah daerah setempat diharapkan untuk lebih fokus dan

lebih giat lagi untuk meningkatkan sektor ini dimana pada era saat ini peran sektor

informasi dan komunikasi sangat penting dan menjadi indikator kemajuan

pembangunan suatu daerah terutama pada jasa telekomunikasi.

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Informasi dan Komunikasi pada

Daerah Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
0.400 0.444 0.351 0.377 0.459
Kabupaten Yahukimo
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.432 0.459 0.345 0.371 0.439
Kabupaten Tolikara
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
Sumber: Lampiran III

Hasil analisis perhitungan LQ pada sektor informasi dan komunikasi pada table

4.15 diatas menunjukan nilai LQ<1 , hal ini menunjukan bahwa sektor ini termasuk

kategori sektor non basis. Padahal sektor ini merupakan sektor penting karena untuk

85
memenuhi sektor perdagangan, pengangkutan, sektor penyediaan akomodasi makan

minum supaya bisa terintegrasi dengan baik.

i. Sektor Jasa Keuangan

Sektor jasa keuangan meliputi jasa perantara keuangan seperti perbankan baik

konvensional maupun Syariah maupun nasional dan internasional juga koperasi

simpan pinjam; jasa asuransi dan dana pensiun seperti penjaminan tunjangan hari tua

serta polis asuransi; jasa keuangan lainnya meliputi leasing, pegadaian, Lembaga

pembiayaan, modal ventura, dan lainnya; jasa penunjang keuangan; dan lainnya.

Kontribusi yang diberikan di setiap daerah masih sangat minim, minimnya peran serta

kontribusi yang memadai sangat berpengaruh bagi pertumbuhan PDRB di daerah

tersebut, rata-rata kontribusi pada Kabupaten Yahukimo hanya sebesar 0,66% dan

untuk Kabupaten Tolikara sebesar 0,26%. Dari penjelasan sebelumnya, diharapkan

pemerintah daerah setempat harus lebih ekstra dalam meningkatkan pertumbuhan

struktur perekonomian pada sektor ini karena akan berdampak negatif terhadap PDRB

daerah yang bersangkutan.

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Jasa Keuangan pada Daerah

Tertinggal di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
0.361 0.375 0.293 0.302 0.359
Kabupaten Yahukimo
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.142 0.147 0.112 0.115 0.138
Kabupaten Tolikara
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
Sumber: Lampiran III

86
Hasil analisis perhitungan LQ pada sektor jasa keuangan daerah seperti yang

terlihat dalam tabel diatas menunjukan bahwa seluruh Kabupaten/Kota yang dianalisis

memperoleh nilai LQ<1, hal ini menunjukan bahwa sektor merupakan sektor non

basis sehingga sektor ini hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya

sendiri.

j. Sektor Real Estate

Sektor real estate meliputi kegiatan perusahaan, agen atau perantara dalam

penjualan atau pembelian bisa dilakukan atas milik sendiri maupun milik orang lain

yang dilakukan atas dasar balas jasa kontrak termasuk kegiatan pembangunan Gedung

pemeliharaan atau penyewaan bangunan berupa tanah dan bagunan.

Sektor real estate memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pertumbuhan

PDRB di daerah ini seperti halnya Kabupaten Yahukimo yang memberikan kontribusi

sebesar 5,98% dan Kabupaten Tolikara sebesar 4,08%.

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Real Estate Tertinggal di Provinsi

Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
1.934 1.999 1.491 1.580 1.770
Kabupaten Yahukimo
Basis Basis Basis Basis Basis
1.334 1.358 1.020 1.083 1.227
Kabupaten Tolikara
Basis Basis Basis Basis Basis
Sumber: Lampiran III

87
Dari hasil perhitungan analisis LQ dari tahun 2017-2021 memperlihatkan bahwa

sektor ini terlihat fluktuatif. Jika dilihat dari Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten

Tolikara mengalami penurunan pada tahun 2019 dan berhasil meningkat kembali

hingga tahun 2021, hasil analisis nya memperlihatkan bahwa LQ > 1 atau merupakan

sektor basis yang menandakan bahwa sektor ini merupakan sektor yang dapat

memenuhi kebutuhan daerahnya dan berperan penting bagi lapangan usaha

konstruksi.

Hal ini disebabkan juga karena memang wilayah dari Kabupaten Yahukimo dan

Kabupaten Tolikara masih memiliki banyak lahan untuk dipergunakan dan dibangun

untuk menjadi daerah pemukiman walaupun tidak terlalu besar.

k. Sektor Jasa Lainnya

Sektor jasa lainnya memiliki kegiatan yang cukup luas meliputi kesenian, hiburan

dan rekreasi; jasa reparasi komputer dan barang keperluan pribadi dan perlengkapan

rumah tangga; jasa perorangan yang melayani rumah tangga; kegiatan yang

menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan sendiri untuk

memenuhi kebutuhan; jasa swasta lainnya termasuk kegiatan badan internasional

seperti PBB dan perwakilan PBB, badan regional, IMF,dan lainnya.

Pada sektor jasa lainnya ini memberikan peran atau kontribusi yang cukup baik

untuk wilayah Kabupaten Yahukimo sendiri 2,56% dan untuk Kabupaten Tolikara

sebesar 2,04% memang tidak terlalu signifikan nilainya namun cukup berpengaruh

terhadap PDRB daerah tersebut.

88
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Analisis LQ Sektor Jasa Lainnya Tertinggal di Provinsi

Papua Tahun 2017-2021

Tahun
Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
1.828 1.888 1.455 1.619 1.906
Kabupaten Yahukimo
Basis Basis Basis Basis Basis
1.519 1.527 1.144 1.277 1.479
Kabupaten Tolikara
Basis Basis Basis Basis Basis
Sumber: Lampiran III

Hasil dari perhitungan analisis LQ pada sektor jasa lainnya diperiode 2017-2021

terlihat mengalami penurunan pada tahun 2019. Namun, dapat dilihat memperoleh

nilai LQ > 1 hal ini menunjukan bahawa sektor ini cukup mampu untuk memenuhi

kebutuhan dari daerahnya seperti sektor jasa rekreasi, hiburan dan lainnya sehingga

besarnya peran sektor juga menunjukan peran dan kinerja pemerintah yang semakin

besar peningkatannya.

3. Analisis Metode Shift Share

Identifikasi sektor yang memiliki keunggulan dari hasil analisis Shift Share dengan

menggunakan metode penelitian pendekatan estenba dibedakan menjadi 3 (tiga)

komponen meliputi komponen regional share, proportionality shift, dan differential shift

yang dimana apabila hasil perhitungan menggunakan 3 (tiga) komponen tersebut maka

artinya daerah tersebut memiliki pertumbuhan sektoral yang tinggi di tingkat Provinsi,

selain pertumbuhan ekonomi sektoral menjadi cepat dan daerah tersebut memiliki daya

saing dengan daerah yang lain. Secara keseluruhan menyatakan bahwa sektor ekonomi

89
memiliki potensi daya saing yang kompetitif dan komparatif di Kabupaten/Kota lebih

unggul dibandingkan dengan kegiatan yang sama pada tingkat Provinsi Papua, Provinsi

Papua sendiri memiliki prospek potensi ekonomi yang sangat luar biasa ditunjukan

dengan pertumbuhan pada masing-masing sektor lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan total pada kegiatan ekonomi di daerah. Namun jika ketiga komponen

tersebut memperoleh nilai negatif artinya pada setiap kegiatan akan mempengaruhi

peningkatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kebijakan nasional yang

diberlakukan untuk seluruh daerah atau akibat dorongan pertumbuhan ekonomi dan

perdagangan dengan daerah tetangga, pertumbuhan struktur ekonomi yang lambat serta

daerah tersebut tidak memiliki daya saing. Penjelasan tersebut apabila suatu sektor

memperoleh hasil positif ketiganya maka kegiatan sektoral di Kabupaten/Kota lebih

unggul dari kegiatan yang sama di tingkat Provinsi Papua, dengan kata lain bahwa sektor

tersebut menunjukan spesialisasi kegiatan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Papua.

90
a. Kabupaten Yahukimo

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Yahukimo Tahun 2017-

2021

Regional Proportionality Differential


Lapangan Usaha
Share shift Shift
Pertanian, Kehutanan, dan
13.93 -3.73 -7.82 2.38
Perikanan
Pertambangan dan
0.33 -0.31 3.42 3.44
Penggalian
Industri Pengolahan -0.09 -0.52 1.15 0.54
Pengadaan Listrik dan Gas 0.03 0.02 0.00 0.06
Konstruksi 54.52 38.83 1.50 94.86
Transportasi dan
-12.42 -15.89 15.49 -12.83
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
-0.28 -0.52 0.79 -0.01
dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 2.69 1.92 3.65 8.25
Jasa Keuangan 0.55 0.27 0.29 1.10
Real Estate 9.54 7.07 -1.79 14.82
Jasa Lainnya 2.61 1.59 2.21 6.41
Total 71.42 28.72 18.88 119.03
Rata-rata 6.49 2.61 1.72 10.82

Sumber: Lampiran IV

Keterangan : a. Proportionality Shift : (+) = Tumbuh Cepat dan (-) = Tumbuh

Lambat; b. Differential Shift: (+) = Mempunyai Daya Saing dan (-) = Tidak

Memiliki Daya Saing

Berikut merupakan hasil dari analisis shift share Kabupaten Yahukimo tahun

2017-2021 yang mana sebagai berikut: pengaruh petumbuhan ekonomi regional

menunjukan nilai yang positif hampir disetiap sektornya dengan total sebesar Rp.

91
71.422,95 Juta yang menandakan bahwa perekonomian di Kabupaten Yahukimo

dipengaruhi oleh kebijakan nasional yang disebabkan perdagangan dengan daerah

tetangga. Pergeseran proportional shift, secara garis besar memperoleh nilai positif

sebesar Rp. 28.723,74 Juta yang berarti sektor tersebut mampu tumbuh cepat di

Kabupaten Yahukimo. Contohnya dimana pemerintah sangat memperhatikan

terutama sektor kontruksi yang merupakan sektor pendorong pertumbuhan, sehingga

pelayanan yang dapat terus dilakukan dan dikembangkan agar Kabupaten Yahukimo

mudah diakses atau dituju.

Pada sektor differential shift memiliki nilai positif sebesar Rp. 18.883,04 juta,

yang berarti bahwa daerah Kabupaten Yahukimo memiliki daya saing di hampir pada

keseluruhan sektornya.

Hasil nilai shift share secara keseluruhan yang memperoleh nilai positif secara

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Yahukimo yang berarti selama tahun 2017-2021

perekonomian Kabupaten Yahukimo mengalami keunggulan sebesar Rp. 10.820,88

juta.

92
b. Kabupaten Tolikara

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Yahukimo Tahun 2017-

2021

Regional Proportionality Differential


Lapangan Usaha
Share shift Shift
Pertanian, Kehutanan, dan
11.38 -3.05 -5.15 3.18
Perikanan
Pertambangan dan
0.13 -0.12 0.43 0.44
Penggalian
Industri Pengolahan -0.02 -0.14 0.15 -0.01
Pengadaan Listrik dan Gas 0.03 0.02 -0.01 0.03
Konstruksi 34.75 24.75 9.02 68.51
Transportasi dan
-10.39 -13.29 17.86 -5.83
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
-0.20 -0.36 0.67 0.12
dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 2.06 1.47 1.07 4.61
Jasa Keuangan 0.15 0.08 0.05 0.28
Real Estate 4.68 3.46 -0.59 7.55
Jasa Lainnya 1.54 0.94 0.45 2.94
Total 44.11 13.75 23.95 81.82
Rata-rata 4.01 1.25 2.18 7.44

Sumber: Lampiran IV

Keterangan : a. Proportionality Shift : (+) = Tumbuh Cepat dan (-) = Tumbuh

Lambat; b. Differential Shift: (+) = Mempunyai Daya Saing dan (-) = Tidak

Memiliki Daya Saing

Hasil perhitunga analisis shift share pada Kabupaten Yahukimo tahun 2017-2021,

pengaruh pertumbuhan ekonomi pada komponen regional share menunjukkan nilai

yang positif hampir semua sektor ekonomi dengan total nilai sebesar Rp 44.108,23

juta. Pergeseran komponen Proportional Shift secara keseluruhan daerah Kabupaten

93
Yahukimo cukup maju, hal ini terlihat pada nilai total keseluruhan yaitu Rp. 13.754,60

juta.

Pada Differential Shift, nilai total memiliki nilai yang positif yang berarti memiliki

daya saing atau keunggulan yang kompetitif yang cukup cepat terhadap pertumbuhan

nasional sebesar Rp. 23.954,76 juta.

Hasil perhitungan shift share secara keseluruhan memperoleh nilai positif yang berarti

pada tahun 2017-2021 perekonomian Kabupaten Yahukimo mengalami keunggulan

kinerja sebesar Rp. 7.437,96 juta.

4. Analisis Metode Tipologi Klassen

a. Kabupaten Yahukimo

Tabel 4.21 Hasil Pengelompokan Tipologi Klassen Kabupaten Yahukimo 2017-2021

Kabupaten Yahukimo
Kuadran I Kuadran II
1. Konstruksi 1. Pertanian, Kehutanan, dan
2. Transportasi dan Perikanan
Pergudangan 2. Real Estate
3. Jasa Lainnya
Kuadran III Kuadran IV
1. Pertambangan dan
Penggalian
2. Industri Pengolahan
3. Pengadaan Listrik dan Gas
4. Penyedia Akomodasi dan
Makan Minum
5. Informasi dan Komunikasi
6. Jasa Keuangan dan Asuransi

Sumber: Lampiran V

94
Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen pada tabel diatas, dapat dijelaskan

bahwa pola perekonomian Kabupaten Tolikara terbagi menjadi empat klasifikasi yaitu

kuadran I atau sektor maju dan tumbuh pesat; kuadran dua atau sektor maju tapi

tertekan; kuadran 3 atau sektor potensial dan masih dapat berkembang dengan pesat;

serta terakhir kuadran empat atau sektor relative tertinggal.

Sektor yang masuk kedalam kuadran I yaitu atau sektor maju pesat terdapat

hanya pada satu sektor saja yaitu sektor transportasi dan pergudangan, hal ini

dikarenakan sektor tersebut merupakan sektor jasa yang banyak dilakukan oleh

masyarakat setempat dengan menggunakan konektivitas multi moda transportasi

untuk pengiriman barang barang penungjang perekonomian. Pada kuadran II atau

sektor maju tapi tertekan meliputi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor

real estate; jasa lainnya. Selanjutnya yaitu pada kuadran III dimana termasuk sektor

potensial dan masih dapat berkembang dengan pesat meliputi sektor industri

pengolahan; sektor konstruksi; sektor penyedia akomodasi dan makan minum. Dan

yang terakhir yaitu pada kuadran IV yaitu sektor pertambangan dan Penggalian; sektor

pengadaan listrik dan gas; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan dan

asuransi, yang merupakan sektor relative tertinggal.

5. Pengembangan Sektor Potensial untuk Pembangunan Daerah Tertinggal di

Provinsi Papua

Setelah melakukan analisis LQ, analisis shift share, dan analisis tipologi klassen

maka dapat diketahui masing-masing potensi sektor ekonomi pada daerah tertinggal

di Provinsi Papua. Apabila telah diketahui potensi pada setiap sektor, setelah itu

95
diharapkan adanya peninjauan serta pengelolaan yang lebih terfokus pada sektor yang

mampu mendorong perkembangan ekonomi Kabupaten/Kota dengan menitikberatkan

pada sektor-sektor yang mempunyai pengaruh besar pada perekonomian sehingga

diharapkan mampu berjalan dan memperoleh hasil yang optimal. sektor yang

termasuk kedalam sektor basis dan potensial yaitu meliputi:

a. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Yahukimo dan

Kabupaten Tolikara memiliki sektor potensial, hal ini dikarenakan pada daerah

tersebut masih memiliki lahan potensi yang cukup untuk dijadikan pengembangan

perekonomian bagi industri berbasis pangan dikedua daerah tersebut.

b. Konstruksi

Sektor konstruksi menunjukan bahwa Kabupaten Yahukimo termasuk kedalam

sektor potensial daerah tertinggal di Provinsi Papua, dengan demikian sektor ini

termasuk kedalam salah satu prioritas serta pengembangannya hanya di Kabupaten

Yahukimo.

c. Transportasi dan Pergudangan

Tabel 4.22 Prioritas untuk Sektor Transportasi dan Pergudangan dilihat dari analisis LQ,

Shift Share, dan Tipologi Klassen Tahun 2017-2021


Tahun
Kabupaten/Kota
LQ Shift Share Tipologi Klassen Kesimpulan
Kabupaten Yahukimo 1.53 -12.83 I Unggulan
Kabupaten Tolikara 1.87 -5.83 I Unggulan
Sumber: Lampiran VI

96
Pada table diatas menggambarkan bahwa Kabupaten Yahukimo dan

Kabupaten Tolikara termasuk kedalam sektor potensial yang baik untuk

dikembangkan pada sektor transportasi dan pergudangan, walaupun hasil analisis

shift share kedua wilayah memperoleh nilai negatif akan tetapi pada hasil analisis

LQ dan tipologi termasuk kedalam sektor potensial.

d. Sektor Real Estate

Pada sektor real estate sendiri di daerah Kabupaten Yahukimo dan

Kabupaten Tolikara memiliki sektor potensial dengan demikian menjadi salah satu

prioritas dalam pengembangannya dikarenakan sedang banyaknya dilakukan

pembangunan pembangunan dalam sektor real estate ini pada kedua daerah

tersebut.

e. Sektor Jasa Lainnya

Pada sektor jasa lainnya ini merupakan sektor dimana sektor ini juga

menjadi sektor yang cukup dapat dikatakan memiliki potensi yang cukup untuk

menjadi penunjang peningkatan perekonomian di kedua wilayah yakni

Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara baik dalam hal hiburan atau

rekreasi, jasa perorangan, dan juga untuk kebutuhan masing masing individu

perorangan di daerah tersebut.

97
Tabel 4.23 Prioritas Pengembangan Pembangunan Sektor Basis pada Daerah Tertinggal

di Provinsi Papua Tahun 2017-2021

Kabupaten Kabupaten Jumlah Prioritas


No Lapangan Usaha
Yahukimo Tolikara Pengembangan Sektor
Pertanian, Kehutanan,
1 ✓ ✓ 2
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 - - -
Penggalian
3 Industri Pengolahan - - -
Pengadaan Listrik dan
4 - - -
Gas
5 Konstruksi ✓ - 1
Transportasi dan
6 ✓ ✓ 2
Pergudangan
Penyediaan
7 Akomodasi dan - - -
Makan Minum
Informasi dan
8 - - -
Komunikasi
9 Jasa Keuangan - - -

10 Real Estate ✓ ✓ 2

11 Jasa Lainnya ✓ ✓ 2
Total 5 4
Sumber: Lampiran VI

Secara keseluruhan hasil analisis untuk penentuan sektor unggulan/potensial

untuk pengembangan wilayah khususnya pada daerah tertinggal yang memiliki

potensi pada sektor basis di Provinsi Papua terlihat dalam table diatas. Pada dasarnya

pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan secara keseluruhan pada semua sektor

98
perekonomian kecuali pada sektor-sektor yang memiliki potensi berkembang yang

cukup cepat dan memiliki pengaruh yang sangat besar, table diatas memperlihatkan

bahwa prioritas pengembangan wilayah sektor basis pada daerah tertinggal di Provinsi

Papua tidak sama untuk setiap Kabupaten/Kota.

Walaupun pada hasil tabel diatas terdapat beberapa sektor yang memiliki

prioritas pengembangan yang sama dari satu daerah dengan daerah lainnya, walaupun

demikian sektor tersebut masuk kedalam sektor prioritas unggulan yang perlu

dikembangkan. Dimana Kabupaten Yahukimo terdapat lima sektor yang menjadi

sektor potensial/unggulan yaitu meliputi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan;

sektor konstruksi; sektor transportasi dan pergudangan; sektor real estate; serta pada

sektor jasa lainnya.

Selanjutnya pada Kabupaten Tolikara sendiri memiliki empat sektor yang

menjadi sektor basis meliputi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor

transportasi dan pergudangan; sektor real estate; dan sektor jasa lainnya.

Selain itu Sasaran dan tujuan serta program strategis yang dilaksanakan oleh

daerah selaras dengan program nasional. Oleh sebab itu, terdapat beberapa Program

Prioritas Nasional (PN) di Provinsi Papua yang searah dengan apa yang menjadi

sasaran dan tujuan di daerah dibiayai oleh APBN yang ada di Provinsi Papua hal ini

juga sejalan dengan hasil Tujuan dan sasaran pembangunan daerah Provinsi Papua

berdasarkan RKPD 2021:

99
a. Memantapkan kualitas dan daya saing SDM Papua akan menjadi prioritas

utama dalam pembangunan periode 2019-2023, yang berfokus pada bidang

pendidikan, kesehatan, kependudukan, pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak, serta pengembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi.

b. Terjaminnya ketentraman dan ketertiban akan menciptakan rasa aman bagi

masyarakat Papua, merupakan jaminan bagi terlaksananya pembangunan. Oleh

karena itu Pembangunan akan diarahkan untuk memperkuat kerukunan hidup

umat beragama, menghargai nilai budaya masing-masing etnik sebagai suatu

nilai keunggulan Provinsi Papua, penerapan dan penegakan hukum dan HAM

yang dilaksanakan secara tegas dan profesional dengan tetap berdasarkan pada

penghormatan HAM serta peningkatan perwujudan masyarakat yang

mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.

c. Peningkatan tata kelola pemerintahan merupakan salah satu faktor utama

dalam meningkatnya daya saing suatu daerah. Wujud dari penguatan tata kelola

adalah meningkatnya transparansi, partisipasi publik, dan akuntabilitas serta

meningkatnya pelayanan kepada publik.

d. Penguatan dan percepatan perekonomian Provinsi Papua akan tetap

melanjutkan pengembangan ekonomi daerah untuk memperkuat ekonomi

daerah yang berbasis potensi masing-masing wilayah dan kampung. Dengan

menitikberatkan pada hubungan antar wilayah/kampung didorong dengan

membangunketerkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antar

wilayah/daerah yang kokoh serta berkesinambungan.

100
e. Pembangunan yang merata dan berkeadilan akan menjadi prioritas utama

dalam pelaksanaan pembangunan Provinsi Papua tahun 2019-2023 mengingat

pelaksanaan pembangunan di masa lalu, belum mampu mewujudkan

pemerataan dan keadilan yang menjadi harapan seluruh Masyarakat.

Penyebabnya antara lain, proses pembangunan yang tidak adil sedemikian

intensif pada masa lalu sehingga dampaknya tidak dapat diselesaikan atau

diperbaiki dalam satu periode pelaksanaan pembangunan.

Pada tahun 2021 Provinsi Papua sendiri memiliki lima prioritas pembangunan:

a. Pengembangan destinasi pariwisata alam dan budaya

b. Pengembangan pusat-pusat pengembangan ekonomi lokal tama.

c. Pengembangan tol udara untuk memperkuat konektivitas wilayah.

d. Peningkatan kualitas SDM khususnya pendidikan vokasional pertanian,

perkebunan, dan perikanan, serta pemerataan layanan kesehatan.

e. Optimalisasi pelaksanaan otonomi khusus: pemberdayaan masyarakat adat;

percepatan pembangunan kawasan kampung; penguatan peran istrik atau

Kecamatan; penguatan kerjasama antar Kabupaten; dan pengembangan

kawasan perbatasan secara terpadu.

D. Analisis Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis dari dua Kabupaten di Provinsi Papua yakni pada

Kabupaten Yahukimo dan Tolikara dapat dikatakan bahwa kebanyakan sektor dari kedua

daerah tersebut masih sangat minim nilainya hal ini yang membuat daerah tersebut

101
dikatakan daerah tertinggal. Oleh karena masih sangat perlu untuk ditingkatkan oleh

pemerintah daerah hal ini sesuai dengan Teori Basis Ekspor yang di kemukakan oleh Dr.

Robinson Tarigan (2009) Model basis ekspor adalah diperlukan adanya dorongan pada

pertumbuhan dan sektor-sektor yang hasil produksinya dapat dijual ke luar daerah atau

mendatangkan uang dari luar daerah terutama untuk ekspor ke luar negeri. Pada

kenyataannya untuk menjual salah satu barang ke luar daerah itu sangat sulit, terlebih lagi

apabila daerah tersebut memproduksi barang yang sama dengan yang dihasilkan. Oleh

sebab itu daerah harus mampu untuk menghasilkan produk barang yang berkualitas lebih

baik atau minimal sama akan tetapi terdapat perbedaan missal harga produksi yang lebih

rendah dan begitu pula pada pemberian jasa yang bisa mendatangkan orang/uang dari luar

daerah misalnya dari sektor pariwisata.

Dari hasil analisis Indeks Williamson terkait dengan ketimpangan pada Provinsi

Papua diatas 0,5 ini sangatlah tinggi hal ini dibuktikan dengan Rata-rata Indeks

Williamson sebesar 0,92, dengan nilai terbesar pada tahun 2018 yaitu 1,01 dan terndah

0,85 di tahun 2019 dan 2020. Menurut Abdul Rajab dan Jamaludin Kamarudin (2021),

Ukuran ketimpangan wilayah Indeks williamson besarnya antara nol dan satu. Semakin

kecil angka yang dihasilkan menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau

dapat dikatakan makin merata. Tetapi jika angka yang didapat mendekati satu maka

ketimpangan semakin lebar.

Menurut (Suhandi & Hakin, 2021) Analisis LQ digunakan untuk menunjukkan

besarnya peranan sektor perekonomian suatu wilayah dengan membandingkan sektor

102
yang sama pada wilayah yang lebih besar. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi

sektor ekonomi potensial yang menjadi unggulan dan dapat dikembangkan di suatu

wilayah, serta digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif (comparative

advantage) suatu wilayah. Berdasarkan hasil dari analisis LQ memperlihatkan pada

Kabupaten Yahukimo memiliki lima sektor basis yakni sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan; sektor konstruksi; sektor transportasi dan pergudangan; sektor real estate; serta

sektor jasa lainnya merupakan sektor yang banyak atau mendominasi. Kabupaten

Yahukimo sendiri memiliki sektor basis sebanyak lima sektor basis sama halnya dengan

Kabupaten Tolikara yang memiliki basis pada lima sektor.

Menurut (Sjafrizal, 2018) Shift Share merupakan suatu bentuk analisis

pertumbuhan wilayah yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tertentu. Model pertumbuhan shift-share pada

dasarnya adalah dekomposisi matematis dari pertumbuhan tambahan yang

melambangkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah yang bersangkutan selama

periode waktu tertentu, mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menentukan proses

pertumbuhan ekonomi.

Analisis Shift Share sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur

ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian daerah. Tujuan analisis ini adalah

untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan

membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Analisis ini memberikan data

tentang kinerja perekonomian dalam 3 (tiga) bidang yang berhubungan satu sama lain

103
(Arsyad, 2010) meliputi pertumbuhan ekonomi, pergeseran proporsional, dan pergeseran

differensial. Berdasarkan hasil dari perhitungan shift share, terdapat sembilan sektor yang

memperoleh nilai keseluruhan cukup positif yang mana meliputi sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri

pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi; sektor informasi dan

komunikasi; sektor jasa keuangan; sektor real estate; serta sektor jasa lainnya yang ada

pada Kabupaten Yahukimo. Sementara pada Kabupaten lainnya yakni Kabupaten

Tolikara sendiri terdapat enam sektor yang cukup memiliki nilai positif seperti pada

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor

pengadaan listrik dan gas sektor konstruksi; sektor informasi dan komunikasi; sektor real

estate; serta sektor jasa lainnya.

Analisis Tipologi Klassen menurut Menurut Leo Klassen dalam Aditya (2013)

analisis tipologi ini dimanfaatkan untuk dapat mengetahui pola serta struktur

pertumbuhan ekonomi dari masing-masing daerah. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi

wilayah yang tercermin melalui pertumbuhan PDRB daerah yang bersangkutan serta

pendapatan perkapita daerah yang diperoleh dari total nilai PDRB daerah dibagi dengan

jumlah penduduk daerah yang bersangkutan.

Hasil dari analisis tipologi Klassen sendiri pada Kabupaten Yahukimo pada

kuadran I yakni sektor konstruksi; sektor transportasi dan perdagangan; dan sektor jasa

lainnya. Pada kuadran II yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor real

estate. Pada kuadran III sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan;

104
sektor pengadaan listrik dan gas; sektor pengadaan akomodasi makan minum; sektor

informasi dan komunikasi; dan sektor jasa keuangan dan asuransi. Sementara tidak

adanya sektor pada kuadran IV. Untuk Kabupaten Tolikara sendiri pada kuadran I hanya

terdapat satu sektor yaitu sektor transportasi dan pergudangan. Pada kuadran II sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor real estate; dan sektor jasa lainnya.

Selanjutnya pada kuadran III terdapat tiga sektor yakni sektor industri pengolahan; sektor

konstruksi; dan sektor penyedia akomodasi dan makan minum. Dan yang terakhir pada

kuadran IV yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan listrik dan gas;

sektor informasi dan komunikasi; dan sektor jasa keuangan dan asuransi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Nofa Martina Ariani, Brian Pradana,

Muhammad Indra Hadi Wijaya, Bagus Nuari Priambudi (2021) hasil penelitian

menunjukkan bahwa yang termasuk ke dalam sektor unggulan adalah industri

pengolahan, konstruksi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, dan jasa perusahaan. Rita

Herawaty Br Bangun (2018) hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan, penyediaan sektor makanan dan pasokan pangan, sektor

pemerintahan, pertahanan wajib dan jaminan sosial, sektor layanan pendidikan, sektor

jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya adalah yang terdepan. terdapat

perbedaan sektor kompetitif dan sektor basis pada setiap daerah tertinggal di Provinsi

Papua, karena setiap daerah mempunyai perbedaan karakteristik daerah.

Penelitian ini sesuai denga apa yang sudah dirancang pada latar belakang yang

mana hasilnya sesuai untuk meningkatkan potensi dari Provinsi Papua yang masih sangat

105
lemah walaupun bernilai positif namun pada tiap sektornya tidak terlalu signifikan

nilainya sehingga dapat membantu pemerintah daerah setempat meningkatkan kembali

sektor sektor potensial pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan penelitian ini dapat dijadikan

rujukan untuk pengembangan sektor sektor basis dan non basis pada daerah daerah

tertinggal dimasa yang akan datang karena sesuai dengan program pemerintah yakni

Program Prioritas Nasional (PN) di Provinsi Papua yang searah dengan apa yang menjadi

sasaran dan tujuan di daerah dibiayai oleh APBN yang ada di Provinsi Papua hal ini juga

sejalan dengan hasil Tujuan dan sasaran pembangunan daerah Provinsi Papua

berdasarkan RKPD 2021.

106
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan Indeks Williamson menunjukan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

selama tahun 2017-2021 terdapat ketimpangan pendapatan yang tinggi. Hasil

perhitungan rata-rata diatas normal Indeks Willianson, dengan nilai terbesar pada

tahun 2018 dan terendah di tahun 2019 dan 2020.

2. Berdasarkan hasil perhitungan LQ memperlihatkan bahwa sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan; sektor konstruksi; sektor transportasi dan pergudangan;

sektor real estate; serta sektor jasa lainnya merupakan sektor yang banyak atau

mendominasi. Kabupaten Yahukimo sendiri memiliki sektor basis sebanyak lima

sektor basis sama halnya dengan Kabupaten Tolikara yang memiliki basis pada

lima sektor.

3. Berdasarkan hasil dari perhitungan shift share, terdapat sembilan sektor yang

memperoleh nilai keseluruhan cukup positif yang mana meliputi sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri

pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi; sektor informasi

dan komunikasi; sektor jasa keuangan; sektor real estate; serta sektor jasa lainnya

yang ada pada Kabupaten Yahukimo. Sama seperti pada Kabupaten lainnya yakni

Kabupaten Tolikara sendiri terdapat sembilan sektor yang cukup memiliki nilai

107
positif seperti pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor

pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan listrik dan gas sektor konstruksi;

sektor konstruksi; sektor penyedia akomodasi dan makan minum; sektor informasi

dan komunikasi; sektor jasa keuangan; sektor real estate; serta sektor jasa lainnya.

Pada sektor tersebut memiliki cukup keunggulan baik bagi kebijakan nasional

yang ada karena perdagangan dengan daerah lainnya, keunggulan spesialis

maupun keunggulan komparatif.

4. Berdasarkan hasil analisis dari tipologi Klassen yang merupakan pola serta

struktur pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Yahukimo memiliki tiga sektor

pada kuadran pertama yakni sektor konstruksi; sektor transportasi dan

pergudangan; sektor jasa lainnya, dua sektor pada kuadran kedua yakni sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor real estate, enam sektor pada

kuadran ketiga yakni sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri

pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor penyedia akomodasi dan

makan minum; sektor infomasi dan komunikasi dan sektor jasa keuangan dan

asuransi, sedangkan tidak terdapat sektor pada kuadran keempat. Pada daerah

Kabupaten Tolikara sendiri terdapat satu sektor pada kuadran pertama sektor

transportasi dan pergudangan, tiga sektor pada kuadran kedua sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan; sektor real estate dan sektor jasa lainnya, tiga sektor

pada kuadran ketiga sektor industri pengolahan; sektor penyedia akomodasi dan

makan minum dan sektor konstruksi, dan empat sektor pada kuadran keempat

108
yakni sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan listrik dan gas;

sektor informasi dan komunikasi dan sektor jasa keuangan dan asuransi.

5. Mengenai pembangunan sektor prioritas untuk pembangunan daerah yang

tertinggal di Provinsi Papua, terdapat prioritas utama yakni sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara;

sektor konstruksi pada Kabupaten Yahukimo; sektor transportasi dan

pergudangan pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara; sektor real

estate pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara; serta sektor jasa

lainnya pada Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara yang mana pada

sektor sektor tersebutlah merupakan sektor yang paling diprioritaskan

pengembangannya pada daerah yang disebutkan diatas.

B. Saran

1. Kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua harus dapat membuat kebijakan

pembangunan dengan mengutamakan sektor potensi unggulan pada daerah

tertinggal dengan tetap memperhatikan sektor non basis secara proporsional.

2. Kepada setiap daerah harus mempunyai pemahaman yang baik tentang potensi

ekonomi yang memiliki keunggulan spesialisasi dan keunggulan kompetitif

rendah agar dapat sedikit lebih bijak dalam menentukan skala prioritas

pembangunan sehingga dapat meminimalisir keberadaan Kabupaten/Kota yang

relative tertinggal.

109
3. Kepada Pemerintah Daerah perlu melakukan pembenahan di semua sektor baik

yang termasuk kedalam sektor basis maupun non basis untuk meningkatkan

produktivitas dalam mengelola sektor-sektor potensial agar dapat tumbuh cepat

dan memiliki daya saing sehinga dapat menghasilan pendapatan daerah baik pada

Kabupaten/Kota maupun Provinsi.

110
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Rajab., & Jamaludin Kamarudin. (2021). Analisis Pertumbuhan Ekonomi,

Ketimpangan Wilayah Dan Tingkat Kemiskinan Sulawesi Barat. Forum Ekonomi,

23(4), 607–613.

Ariani, N. M., Pradana, B., Indra, M., & Wijaya, H. (2021). Nofa Martina Ariani 1 , Brian

Pradana 2 , Muhammad Indra Hadi Wijaya 3 , Bagus Nuari Priambudi 4. Sinov, 4(1),

37–49.

Ayubi, A. A. (2014). Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ekonomi

Pembangunan, 12(1), 1. Https://Doi.Org/10.22219/Jep.V12i1.3651

Badri, B. (2015). Analisis Potensi dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Solok.

Jurnal Ipteks Terapan, 8(4), 222–234. https://doi.org/10.22216/jit.2014.v8i4.18

Berlianantiya, M. (2017). Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pembangunan

Ekonomi Antar Wilayah Kebijakan Pembangunan Di Provinsi Jawa Timur.

Equilibrium : Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembelajarannya, 5(2), 163.

Https://Doi.Org/10.25273/Equilibrium.V5i2.1544

Dr. Robinson Tarigan, M. (2009). Ekonomi Regional : Teori Dan Aplikasi . Jakarta: Bumi

Akasara.

Faizal, M. R., Sebayang, A. F., & Haryatiningsih, R. (2022). Analisis Sektor Unggulan

111
Di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014-2018. Bandung Conference Series:

Economics Studies, 2(1), 117–127. Https://Doi.Org/10.29313/Bcses.V2i1.1786

Gáll, J., & Strežo, M. (2019). Quantitative Analysis of Environment Potential for Cluster

Development in Tourist Regions of Slovak Republic. Geographica Pannonica,

23(3), 195–203. https://doi.org/10.5937/gp23-21375

Herawaty, R., & Bangun, B. (2018). Analysis of Potential Economic sector In

Development Of Kabupaten Karo. 5(1), 39–52.

Hutabarat, R. Y. (2020). Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 11(1), 95–110.

https://doi.org/10.33059/jseb.v11i1.1790

Islam, F. Bin, Mubassirah, F. A., Siddiq, F., Hossain, D., Sharmin, N., & Haque, A.

(2016). Economic Growth Analysis of Six Divisions of Bangladesh Using Location

Quotient and Shift-Share Method. Journal of Bangladesh Institute of Planners,

12(1), 144–154.

Me-Nsope, N., & Larkins, M. (2016). This document is discoverable and free to

researchers across the globe due to the work of AgEcon Search . Help ensure our

sustainability . Journal of Gender, Agriculture and Food Security, 1(3), 1–22.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2020 Tentang

Pengukuran Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah.

112
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Indikator Penetapan Daerah Tertinggal.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2014 Tentang Percepatan

Pembangunan Daerah Tertinggal.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan

Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019.

Priana, W. (2017). Economic Growth Model Location Quotient (Lq) in East Java

Province. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 16(1).

https://doi.org/10.20961/jiep.v16i1.2352

Prof. Dr. H. Rahardjo Adisasmita, M. (2018). Pembangunan Ekonomi Perkotaan Edisi 2.

Yogyakarta: Expert.

Prof. Dr. Rahardjo Adisasmita, M. (2015). Analisis Pembangunan Wilayah; Kepulauan,

Kelautan, Maritim, Terisolasi, Terpencil, Tertinggal, Perbatasan, Pesisir, Pulau-

Pulau Kecil, Archipilago Dan Semeja. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rizani, A. (2017). Analisis Potensi Ekonomi Di Sektor Dan Subsektor. Jurnal Ekonomi

Pembangunan, 15(2).

Setiawan, H., Enardi, W., Kamarni, N., Air, P., Limbah, P., Unggulan, S., & Potensial, S.

(2022). ANALYSIS OF LEADING AND POTENTIAL ECONOMIC SECTOR.

XVI(02), 24–36.

113
Sjafrizal. (2017). Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Depok:

Rajawali Pers.

Sjafrizal. (2018). Analisis Ekonomi Regional Dan Penerapannya Di Indonesia. Depok:

Rajawali Pers.

Syamsuri. (2011). Analisis Teoritik Model Pembangunan Daerah (Desa) Tertinggal. 13–

29.

Tampilang, M. (2015). Analisis Potensi Perekonomian Daerah Kabupaten Kepulauan

Talaud. Berkala Ilmiah, 32–46.

Utami, P. R., Pembangunan, J. E., Islam, U., Syarif, N., & Jakarta, H. (2018). Analisis

Potensi Ekonomi Daerah Dan Ketimpangan Pendapatan Kabupaten / Kota Di

Provinsi Banten Tahun 2011-2015.

WIJAYA, A., ILMI, Z., & DARMA, D. C. (2020). Economic Performance: Leading

Sector, Economic Structure and Competitiveness of Export Commodities.

Journal of Business Economics and Environmental Studies, 10(3), 23–33.

https://doi.org/10.13106/jbees.2020.vol10.no3.23

Yasa, I. N. M. (2011). Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Potensial. Jurnal

Ekonomimi, 4–6. https://media.neliti.com/media/publications/44668-ID-analisis-

pola-pertumbuhan-ekonomi-dan-sektor-potensial-kabupaten-klungkung.pdf

114
Rizani, A. (2017). Analisis Potensi Ekonomi Di Sektor Dan Subsektor Pertanian,

Kehutanan Dan Perikanan Kabupaten Jember. Jurnal Ekonomi Pembangunan,

15(2), 137. Https://Doi.Org/10.22219/Jep.V15i2.5361

Sahiruddin. (2020). Pendekatan Location Question,Shift Share Dan Tipologi Klassen

Terhadap Potensi Sektor Ekonomi Di Kabupaten Bone. Jurnal Asy-Syarikah:

Jurnal Lembaga Keuangan, Ekonomi Dan Bisnis Islam, 2(1), 53–66.

Https://Doi.Org/10.47435/Asy-Syarikah.V2i1.313

Rustiadi, dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta.

Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift Share Perkembangan dan Penerapan. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol VIII. Nomor Halaman 43-54.

Sudarmono, M. 2006. Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan antar Daerah di Wilayah Pembangunan 1. Jateng. Diponegoro

Journal of Economic. Nomor Halaman 30-37

Surakhmad, W. 2001. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik.

Penerbit Tarsito. Bandung.

Sitompul,Rislima F. 2009. Merancang Model pengembangan Masyarakat Pedesaan

Dengan Pendekatan System Dynamic. LIPI Press. Jakarta.

115
Usman. Suyoto, 2012.Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

Wati, R. M., & Arifin, A. (2019). Analisis Location Quotient Dan Shift-Share Sub Sektor

Pertanian Di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013-2017. Jurnal Ekonomi-Qu, 9(2),

200–213. Https://Doi.Org/10.35448/Jequ.V2i2.7167

Wibowo, T. (2012). Kemiskinan, Ketimpangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

(Tinjauan Analisis Regional). Kajian Ekonomi Dan Keuangan, 16(2), 24–54.

Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia.

4(September), 384–388. Https://Doi.Org/10.33087/Ekonomis.V4i2.179

Tarigan, Robinson. (2004). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi aksara, Jakarta.

116
LAMPIRAN
Lampiran I
Indeks Williamson Tahun 2017
PDRB/KAPITA (Yi) Peluang Simpangan Nilai Tengah Kuadrat simpangan Nilai Tengah Peluang Penduduk X kuadrat simpangan
Kabupaten/Kota PDRB
PENDUDUK (Rp.juta) Penduduk Pendapatan Perkapita Pendapatan Perkapita nilai tengah pendapatan perkapita
Merauke 223,389 39,683,286 177.64 0.068415063 -273.69 74907.59943851 5124.808122
Jayawijaya 212,811 19,982,253 93.90 0.065175447 -357.44 127761.84833454 8326.935579
Jayapura 125,975 68,644,787 544.91 0.038581074 93.57 8755.98296360 337.8152267
Nabire 145,101 46,430,906 319.99 0.044438598 -131.34 17251.33900448 766.6253239
Kepulauan Yapen 95,007 27,865,901 293.30 0.029096822 -158.03 24973.77880349 726.6575859
Biak Numfor 144,697 23,092,660 159.59 0.044314869 -291.74 85113.03683025 3771.773106
Paniai 170,193 16,050,720 94.31 0.052123268 -357.03 127467.33260666 6644.013981
Puncak Jaya 123,591 7,513,037 60.79 0.037850951 -390.55 152525.46833224 5773.233986
Mimika 210,413 320,021,167 1,520.92 0.064441036 1069.58 1144011.15572762 73721.2642
Boven Digoel 66,209 47,125,899 711.77 0.020277153 260.44 67829.10425849 1375.381114
Mappi 94,671 17,644,983 186.38 0.028993918 -264.95 70199.81244391 2035.367626
Asmat 92,909 14,783,313 159.12 0.028454289 -292.22 85391.68551067 2429.759662
Yahukimo 187,021 7,374,441 39.43 0.057277008 -411.90 169664.51290270 9717.875607
Pegunungan Bintang 73,473 17,413,820 237.01 0.022501824 -214.32 45935.12651445 1033.624122
Tolikara 136,576 7,098,704 51.98 0.041827734 -399.36 159487.12324903 6670.984933
Sarmi 38,210 42,668,390 1,116.68 0.011702186 665.35 442686.12438977 5180.395214
Keerom 55,018 33,428,594 607.59 0.0168498 156.26 24416.92406696 411.4202822
Waropen 29,480 45,280,701 1,535.98 0.009028538 1084.65 1176456.40106057 10621.6812
Supiori 19,104 36,650,987 1,918.50 0.005850787 1467.16 2152568.54766748 12594.21914
Mamberamo Raya 22,313 40,530,047 1,816.43 0.006833574 1365.10 1863490.90188246 12734.30327
Nduga 97,012 7,330,231 75.56 0.029710872 -375.77 141206.52505625 4195.369049
Lanny Jaya 176,687 5,930,472 33.56 0.054112119 -417.77 174531.57238663 9444.273258
Mamberamo Tengah 47,487 14,337,265 301.92 0.014543358 -149.41 22324.78539061 324.6773351
Yalimo 60,822 11,080,233 182.17 0.018627331 -269.16 72447.02726752 1349.494792
Puncak 107,822 6,837,146 63.41 0.03302154 -387.92 150484.40161019 4969.226759
Dogiyai 94,997 8,397,090 88.39 0.029093759 -362.94 131726.45438630 3832.417715
Intan Jaya 48,318 14,930,048 309.00 0.014797859 -142.34 20260.39951922 299.8105428
Deiyai 72,206 10,759,617 149.01 0.022113793 -302.32 91398.48798794 2021.167212
Kota Jayapura 293,690 70,322,342 239.44 0.089945431 -211.89 44897.57984108 4038.332153
Jumlah 3,265,202 1,029,209,040 451.33 200472.9081
447.7420106
IW 0.99
Indeks Williamson Tahun 2018
Kabupaten/Kota PENDUDUK PDRB PDRB/KAPITA Peluang Simpangan Nilai Kuadrat simpangan Peluang Penduduk X
(Yi) Penduduk Tengah Nilai Tengah kuadrat simpangan nilai
(Rp.juta) Pendapatan Perkapita Pendapatan Perkapita tengah pendapatan
perkapita
Merauke 225,714 42,459,317 188.11 0.067934457 -262.71 69016.96941249 4688.630348
Jayawijaya 214,994 21,032,510 97.83 0.064707996 -352.99 124604.47294753 8062.90577
Jayapura 128,587 72,419,291 563.19 0.038701578 112.37 12627.24110438 488.6941598
Nabire 147,921 48,167,204 325.63 0.044520645 -125.19 15673.55008412 697.7965566
Kepulauan Yapen 97,412 28,415,250 291.70 0.029318657 -159.12 25319.23952093 742.3260977
Biak Numfor 148,404 22,610,237 152.36 0.044666016 -298.47 89081.93209383 3978.935018
Paniai 173,392 16,777,607 96.76 0.0521868 -354.06 125359.05652038 6542.088016
Puncak Jaya 126,113 7,695,234 61.02 0.037956964 -389.80 151946.67737428 5767.434573
Mimika 215,493 344,557,271 1,598.93 0.064858183 1148.10 1318141.96566215 85492.29309
Boven Digoel 67,717 47,578,391 702.61 0.02038118 251.78 63395.36243701 1292.072284
Mappi 99,599 17,830,668 179.02 0.029976891 -271.80 73873.81423489 2214.507283
Asmat 95,606 15,195,746 158.94 0.028775095 -291.88 85194.28646209 2451.473653
Yahukimo 189,092 7,692,373 40.68 0.05691212 -410.14 168215.93652176 9573.525645
Pegunungan Bintang 74,396 18,091,977 243.18 0.022391397 -207.64 43113.18081263 965.3643643
Tolikara 137,695 7,359,508 53.45 0.041442866 -397.37 157906.13559376 6544.082828
Sarmi 39,406 43,955,727 1,115.46 0.011860253 664.64 441740.71538709 5239.156783
Keerom 55,799 34,342,268 615.46 0.01679415 164.64 27106.96039638 455.2383588
Waropen 30,612 46,738,172 1,526.79 0.009213472 1075.97 1157712.63304603 10666.55283
Supiori 20,018 36,437,431 1,820.23 0.006024934 1369.41 1875287.56685834 11298.4839
Mamberamo Raya 23,307 41,089,319 1,762.96 0.007014844 1312.14 1721707.43106434 12077.50823
Nduga 97,517 7,711,068 79.07 0.029350259 -371.75 138196.46847102 4056.102199
Lanny Jaya 177,682 6,207,915 34.94 0.053477986 -415.88 172959.16939650 9249.508096
Mamberamo Tengah 48,090 14,880,327 309.43 0.014473927 -141.40 19992.63316181 289.3719203
Yalimo 61,115 11,742,829 192.14 0.018394137 -258.68 66914.71605556 1230.838486
Puncak 111,182 7,075,945 63.64 0.033463094 -387.18 149907.61277681 5016.372544
Dogiyai 96,590 8,742,729 90.51 0.029071255 -360.31 129821.95195500 3774.087047
Intan Jaya 48,812 15,191,760 311.23 0.014691232 -139.59 19485.90420836 286.2719377
Deiyai 72,486 11,085,986 152.94 0.021816534 -297.88 88733.84128869 1935.864827
Kota Jayapura 297,775 73,136,836 245.61 0.089623076 -205.21 42111.50400909 3774.162522
Jumlah 3,322,526 1,076,220,896 450.82 208851.6494
457.0028986
IW 1.01

118
Indeks Williamson Tahun 2019
Simpangan Kuadrat simpangan Peluang Penduduk X
PDRB/KAPITA (Yi) Peluang Nilai Tengah Nilai Tengah kuadrat simpangan nilai
Kabupaten/Kota PENDUDUK PDRB
(Rp.juta) Penduduk Pendapatan Pendapatan tengah pendapatan
Perkapita Perkapita perkapita
Merauke 227,411 44,925,221 197.55 0.067295258 -237.78 56541.24136771 3804.957426
Jayawijaya 217,887 22,618,172 103.81 0.064476925 -331.53 109910.75796024 7086.707645
Jayapura 131,802 78,972,791 599.18 0.039002729 163.84 26844.42408381 1047.005797
Nabire 150,308 51,306,797 341.34 0.044479008 -93.99 8834.19257946 392.9361206
Kepulauan
Yapen 101,204 30,063,247 297.06 0.029948196 -138.28 19121.05094002 572.640989
Biak Numfor 152,401 23,476,446 154.04 0.045098366 -281.29 79124.56735952 3568.388735
Paniai 177,410 17,844,670 100.58 0.052499007 -334.75 112057.86538098 5882.92668
Puncak Jaya 129,300 8,090,521 62.57 0.038262339 -372.76 138952.33137458 5316.641261
Mimika 219,689 213,609,023 972.32 0.065010171 536.99 288358.05921716 18746.20666
Boven Digoel 69,211 48,329,827 698.30 0.020480857 262.96 69149.06532295 1416.232098
Mappi 103,292 19,131,344 185.22 0.030566075 -250.12 62559.35401902 1912.193937
Asmat 97,490 15,666,782 160.70 0.028849153 -274.63 75423.49299317 2175.90388
Yahukimo 190,887 7,969,720 41.75 0.056487109 -393.58 154908.22451645 8750.317744
Pegunungan
Bintang 75,788 18,707,998 246.85 0.022427117 -188.49 35527.86372465 796.7875425
Tolikara 139,111 7,373,854 53.01 0.041165602 -382.33 146174.56576192 6017.363946
Sarmi 40,515 46,782,143 1,154.69 0.011989162 719.35 517467.55182520 6204.002443
Keerom 57,100 35,019,158 613.30 0.016896981 177.96 31669.91514385 535.1259386
Waropen 31,514 48,217,004 1,530.02 0.009325594 1094.68 1198332.46088522 11175.16255
Supiori 20,710 38,147,453 1,841.98 0.006128485 1406.65 1978657.11629137 12126.16951
Mamberamo
Raya 24,086 43,113,817 1,789.99 0.007127507 1354.66 1835103.95475452 13079.71701
Nduga 98,595 7,461,436 75.68 0.029176143 -359.66 129353.28303731 3774.029945
Lanny Jaya 178,995 6,087,454 34.01 0.052968039 -401.33 161062.34328480 8531.156474
Mamberamo
Tengah 48,201 14,632,624 303.58 0.014263596 -131.76 17360.61656201 247.6248287
Yalimo 62,605 11,710,340 187.05 0.018526015 -248.28 61644.75150802 1142.031599
Puncak 113,204 7,500,323 66.25 0.033499226 -369.08 136219.95477481 4563.262993
Dogiyai 97,902 9,227,909 94.26 0.028971072 -341.08 116334.34649643 3370.330675
Intan Jaya 49,293 15,349,530 311.39 0.01458674 -123.94 15361.39577611 224.0726878
Deiyai 73,199 11,253,642 153.74 0.021660982 -281.59 79295.42078865 1717.616687
Kota Jayapura 300,192 76,397,024 254.49 0.088832546 -180.84 32703.44356858 2905.130152
Jumlah 3,379,302 978,986,270 435.33 137082.644
370.2467339
IW 0.85

119
Indeks Williamson Tahun 2020
Peluang Penduduk X
Simpangan Kuadrat simpangan
kuadrat simpangan
PDRB/KAPITA (Yi) Peluang Nilai Tengah Nilai Tengah
Kabupaten/Kota PENDUDUK PDRB nilai tengah
(Rp.juta) Penduduk Pendapatan Pendapatan
pendapatan
Perkapita Perkapita
perkapita
Merauke 230,932 44,243,703 191.59 0.053658857 -126.21 15930.10502014 854.7912329
Jayawijaya 269,553 17,127,230 63.54 0.062632749 -254.26 64649.53158766 4049.17788
Jayapura 166,171 59,043,489 355.32 0.038611132 37.52 1407.41641278 54.3419412
Nabire 169,136 43,655,808 258.11 0.039300073 -59.69 3563.06557120 140.0287377
Kepulauan
Yapen 112,676 24,646,207 218.74 0.02618115 -99.07 9814.25131911 256.9483893
Biak Numfor 134,650 24,185,719 179.62 0.031286981 -138.18 19094.52667021 597.410097
Paniai 220,410 13,816,820 62.69 0.051213988 -255.12 65083.76427974 3333.199143
Puncak Jaya 224,527 4,332,416 19.30 0.052170605 -298.51 89106.04312272 4648.716222
Mimika 311,969 163,728,182 524.82 0.072488438 207.02 42857.22248983 3106.653135
Boven Digoel 64,285 49,682,406 772.85 0.014937123 455.04 207064.96376328 3092.954794
Mappi 108,295 17,249,268 159.28 0.025163191 -158.52 25129.13783129 632.3292876
Asmat 110,105 13,957,369 126.76 0.025583758 -191.04 36495.49038383 933.6918077
Yahukimo 350,880 4,368,113 12.45 0.081529714 -305.35 93240.50180593 7601.871427
Pegunungan
Bintang 77,872 18,088,698 232.29 0.018094169 -85.51 7312.73403030 132.3178424
Tolikara 236,986 4,481,778 18.91 0.055065552 -298.89 89335.54707347 4919.31118
Sarmi 41,515 44,267,963 1,066.31 0.009646335 748.51 560267.80352066 5404.530992
Keerom 61,623 32,389,635 525.61 0.014318586 207.81 43183.92087347 618.3326969
Waropen 33,943 43,336,146 1,276.73 0.007886922 958.93 919548.34609384 7252.405777
Supiori 22,547 34,231,781 1,518.24 0.005238972 1200.44 1441053.67816136 7549.639713
Mamberamo
Raya 36,483 27,981,160 766.96 0.008477111 449.16 201746.71767565 1710.229228
Nduga 106,533 7,475,060 70.17 0.024753776 -247.64 61323.33328306 1517.984069
Lanny Jaya 196,399 6,028,048 30.69 0.045634845 -287.11 82431.71265314 3761.758394
Mamberamo
Tengah 50,685 14,987,333 295.70 0.011777056 -22.11 488.69601010 5.755400466
Yalimo 101,973 7,523,808 73.78 0.023694225 -244.02 59545.63623674 1410.887675
Puncak 114,741 7,197,793 62.73 0.026660969 -255.07 65061.37561088 1734.599335
Dogiyai 116,206 7,737,303 66.58 0.027001373 -251.22 63111.21376932 1704.089453
Intan Jaya 135,043 5,639,161 41.76 0.031378298 -276.04 76200.20025332 2391.032578
Deiyai 99,091 8,413,127 84.90 0.023024569 -232.90 54241.97267026 1248.898058
Kota Jayapura 398,478 55,721,329 139.84 0.092589482 -177.97 31672.14757527 2932.507725
Jumlah 4,303,707 805,536,853 317.80 73596.39421
271.2865537
IW 0.85

120
Indeks Williamson Tahun 2021
Peluang
Penduduk X
Simpangan
PDRB/KAPITA Kuadrat simpangan kuadrat
Peluang Nilai Tengah
Kabupaten/Kota PENDUDUK PDRB (Yi) Nilai Tengah simpangan nilai
Penduduk Pendapatan
(Rp.juta) Pendapatan Perkapita tengah
Perkapita
pendapatan
perkapita
Merauke 231,696 44,992,543 194.19 0.053196873 -127.81 16336.13964773 869.0315412
Jayawijaya 273,291 17,051,343 62.39 0.06274699 -259.61 67396.37147393 4228.91943
Jayapura 168,476 60,967,917 361.88 0.038681705 39.88 1590.27142528 61.51441016
Nabire 170,914 45,012,532 263.36 0.039241464 -58.64 3438.30991997 134.9243158
Kepulauan
114,210 25,403,392 222.43 0.026222355 -99.57 9914.92150693 259.9925944
Yapen
Biak Numfor 135,231 24,604,332 181.94 0.031048729 -140.06 19616.17342990 609.0572509
Paniai 223,467 13,804,460 61.77 0.051307513 -260.23 67717.93231398 3474.438698
Puncak Jaya 227,641 4,318,329 18.97 0.052265854 -303.03 91827.68273300 4799.452254
Mimika 316,295 220,108,799 695.90 0.07262061 373.90 139798.55131798 10152.25607
Boven Digoel 64,716 49,806,547 769.62 0.014858646 447.62 200360.50208173 2977.085747
Mappi 109,579 17,191,024 156.88 0.025159088 -165.12 27264.04256860 685.9384533
Asmat 111,632 14,006,686 125.47 0.025630452 -196.53 38623.55953634 989.9393031
Yahukimo 355,745 4,374,557 12.30 0.08167824 -309.70 95916.47294446 7834.28869
Pegunungan
78,178 18,481,325 236.40 0.01794949 -85.60 7327.38584119 131.5228414
Bintang
Tolikara 240,272 4,447,300 18.51 0.055165903 -303.49 92106.96764722 5081.164017
Sarmi 41,849 44,507,530 1,063.53 0.009608435 741.53 549860.79422881 5283.301628
Keerom 62,157 32,963,246 530.32 0.014271105 208.32 43397.89246201 619.3358936
Waropen 34,414 43,169,092 1,254.40 0.007901376 932.40 869377.61957028 6869.27932
Supiori 22,860 34,172,339 1,494.85 0.005248604 1172.85 1375582.37181611 7219.886886
Mamberamo
36,989 27,865,427 753.34 0.00849259 431.34 186056.67916526 1580.103086
Raya
Nduga 107,921 7,554,144 70.00 0.024778415 -252.00 63505.89380022 1573.575407
Lanny Jaya 198,686 6,050,469 30.45 0.045617852 -291.55 85000.42254600 3877.5367
Mamberamo
51,160 15,038,470 293.95 0.011746219 -28.05 786.85699324 9.242594733
Tengah
Yalimo 103,387 7,569,804 73.22 0.023737419 -248.78 61892.77969343 1469.174857
Puncak 115,474 7,197,031 62.33 0.026512567 -259.67 67430.97577809 1787.76825
Dogiyai 117,818 7,697,495 65.33 0.027050744 -256.67 65877.92797717 1782.046955
Intan Jaya 136,916 5,602,712 40.92 0.031435601 -281.08 79005.93190045 2483.598956
Deiyai 100,466 8,373,932 83.35 0.023066764 -238.65 56953.74231376 1313.738548
Kota Jayapura 404,004 56,564,295 140.01 0.092758396 -181.99 33120.90309706 3072.241851
Jumlah 4,355,444 868,897,072 322.00 81230.35655
285.0093973
IW 0.89

121
Lampiran II
Perhitungan Location Quentient (LQ)
Perhitungan Location Quentient (LQ)
Kabupaten Yahukimo 2017 – 2021
2017 2018 2019 2020 2021
Lapangan Usaha Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Provinsi Kabupaten
Provinsi Papua Provinsi Papua Provinsi Papua Provinsi Papua
Yahukimo Yahukimo Yahukimo Yahukimo Papua Yahukimo
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 16,070,489 327,143 16,602,562 330,180 16,608,106 330,770 16,496,259 327,122 16,754,976 333,257
Pertambangan dan
Penggalian 62,174,059 11,823 68,611,175 12,608 38,925,046 13,456 45,395,083 14,705 63,915,452 15,572
Industri Pengolahan 2,885,410 8,039 3,048,371 8,437 3,010,407 8,591 2,859,434 8,801 2,853,499 9,105
Pengadaan Listrik dan
Gas 48,572 172 51,920 188 55,484 204 54,950 205 58,121 210
Konstruksi 16,215,455 290,633 17,139,235 311,487 18,689,442 331,640 18,531,081 335,359 19,257,532 346,661
Transportasi dan
Pergudangan 6,310,010 64,281 6,825,146 67,927 7,231,553 71,802 4,799,334 64,964 5,090,760 67,347
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 1,002,397 4,400 1,056,636 4,590 1,113,666 4,776 925,148 4,807 938,469 4,907

Informasi dan Komunikasi 5,299,285 14,296 5,485,886 15,934 5,887,489 17,811 6,106,728 19,100 6,295,318 20,629
Jasa Keuangan 2,069,620 5,043 2,180,429 5,340 2,273,745 5,744 2,240,424 5,607 2,293,479 5,874
Real Estate 3,516,199 45,911 3,746,188 48,949 3,974,607 51,063 3,965,361 52,002 4,247,215 53,663
Jasa Lainnya 1,537,235 18,972 1,650,034 20,362 1,745,165 21,879 1,689,099 22,700 1,748,966 23,794
Total (Xi) 117,128,731 790,713 126,397,582 826,002 99,514,710 857,736 103,062,901 855,372 123,453,787 881,019

122
Perhitungan Location Quentient (LQ)
Kabupaten Tolikara 2017 – 2021
2017 2018 2019 2020 2021
Lapangan Usaha Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Provinsi Kabupaten
Provinsi Papua Provinsi Papua Provinsi Papua Provinsi Papua
Tolikara Tolikara Tolikara Tolikara Papua Tolikara
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 16,070,489 267,080 16,602,562 272,749 16,608,106 273,013 16,496,259 272,600 16,754,976 273,303
Pertambangan dan
Penggalian 62,174,059 4,605 68,611,175 4,747 38,925,046 4,895 45,395,083 5,027 63,915,452 5,167
Industri Pengolahan 2,885,410 2,117 3,048,371 2,212 3,010,407 2,229 2,859,434 2,244 2,853,499 2,246
Pengadaan Listrik dan
Gas 48,572 130 51,920 134 55,484 139 54,950 139 58,121 144
Konstruksi 16,215,455 185,223 17,139,235 199,897 18,689,442 216,784 18,531,081 213,646 19,257,532 228,991
Transportasi dan
Pergudangan 6,310,010 53,775 6,825,146 56,177 7,231,553 58,702 4,799,334 59,675 5,090,760 61,244
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 1,002,397 3,062 1,056,636 3,288 1,113,666 3,495 925,148 3,557 938,469 3,540

Informasi dan Komunikasi 5,299,285 10,986 5,485,886 11,706 5,887,489 12,473 6,106,728 13,421 6,295,318 14,120
Jasa Keuangan 2,069,620 1,410 2,180,429 1,487 2,273,745 1,569 2,240,424 1,524 2,293,479 1,610
Real Estate 3,516,199 22,502 3,746,188 23,653 3,974,607 24,865 3,965,361 25,428 4,247,215 26,590
Jasa Lainnya 1,537,235 11,205 1,650,034 11,715 1,745,165 12,248 1,689,099 12,769 1,748,966 13,203
Total (Xi) 117,128,731 562,095 126,397,582 587,765 99,514,710 610,412 103,062,901 610,030 123,453,787 630,158

123
Lampiran III
Hasil Perhitungan Location Quentient (LQ)
Rata-Rata Hasil Perhitungan Location Quentient (LQ)
Kabupaten Yahukimo
Tahun
Lapangan Usaha Rata-rata
2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan 3.02 3.04 2.31 2.39 2.79
2.71
Perikanan Basis Basis Basis Basis Basis
Pertambangan dan 0.03 0.03 0.04 0.04 0.03
0.03
Penggalian Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.41 0.42 0.33 0.37 0.45
Industri Pengolahan 0.40
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
Pengadaan Listrik dan 0.52 0.55 0.43 0.45 0.51
0.49
Gas Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
2.65 2.78 2.06 2.18 2.52
Konstruksi 2.44
Basis Basis Basis Basis Basis
Transportasi dan 1.51 1.52 1.15 1.63 1.85
1.53
Pergudangan Basis Basis Basis Basis Basis
Penyediaan Akomodasi 0.65 0.66 0.50 0.63 0.73
0.63
dan Makan Minum Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.40 0.44 0.35 0.38 0.46
Informasi dan Komunikasi 0.41
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.36 0.37 0.29 0.30 0.36
Jasa Keuangan 0.34
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
1.93 2.00 1.49 1.58 1.77
Real Estate 1.75
Basis Basis Basis Basis Basis
1.83 1.89 1.45 1.62 1.91
Jasa Lainnya 1.74
Basis Basis Basis Basis Basis
Total (Xi) 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

124
Rata-Rata Hasil Perhitungan Location Quentient (LQ)
Kabupaten Tolikara
Tahun
Lapangan Usaha Rata-rata
2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan 3.46 3.53 2.68 2.79 3.20
3.13
Perikanan Basis Basis Basis Basis Basis
Pertambangan dan 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02
0.02
Penggalian Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.15 0.16 0.12 0.13 0.15
Industri Pengolahan 0.14
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
Pengadaan Listrik dan 0.56 0.56 0.41 0.43 0.49
0.49
Gas Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
2.38 2.51 1.89 1.95 2.33
Konstruksi 2.21
Basis Basis Basis Basis Basis
Transportasi dan 1.78 1.77 1.32 2.10 2.36
1.87
Pergudangan Basis Basis Basis Basis Basis
Penyediaan Akomodasi 0.64 0.67 0.51 0.65 0.74
0.64
dan Makan Minum Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.43 0.46 0.35 0.37 0.44
Informasi dan Komunikasi 0.41
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
0.14 0.15 0.11 0.11 0.14
Jasa Keuangan 0.13
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
1.33 1.36 1.02 1.08 1.23
Real Estate 1.20
Basis Basis Basis Basis Basis
1.52 1.53 1.14 1.28 1.48
Jasa Lainnya 1.39
Basis Basis Basis Basis Basis
Total (Xi) 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

125
Lampiran IV
Perhitungan Analisis Shift Share
Kabupaten Yahukimo

Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua


Regional Proportionalit Differential
Sektor PDRB (2010=100)
Share y shift Shift
2017 (y0i) 2021 (yti) 2017 (Y0i) 2021 (Yti)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


327,143 333,257 16,070,489 16,754,976 13,934 -3,732 -7,820 2,382
Pertambangan dan Penggalian 11,823 15,572 62,174,059 63,915,452 331 -307 3,418 3,442
Industri Pengolahan
8,039 9,105 2,885,410 2,853,499 -89 -523 1,155 543
Pengadaan Listrik dan Gas 172 210 48,572 58,121 34 25 4 63
Konstruksi
290,633 346,661 16,215,455 19,257,532 54,524 38,829 1,504 94,857
Transportasi dan Pergudangan
64,281 67,347 6,310,010 5,090,760 -12,421 -15,892 15,487 -12,826
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
4,400 4,907 1,002,397 938,469 -281 -518 788 -11
Informasi dan Komunikasi 14,296 20,629 5,299,285 6,295,318 2,687 1,915 3,646 8,248
Jasa Keuangan 5,043 5,874 2,069,620 2,293,479 545 273 286 1,104
Real Estate 45,911 53,663 3,516,199 4,247,215 9,545 7,066 -1,793 14,818
Jasa Lainnya 18,972 23,794 1,537,235 1,748,966 2,613 1,589 2,209 6,411
Total 790,713 881,019 117,128,731 123,453,787 71,423 28,724 18,883 119,030
Rata-rata 71,883 80,093 10,648,066 11,223,072 6,493 2,611 1,717 10,821

126
Perhitungan Analisis Shift Share
Kabupaten Tolikara

Kabupaten Tolikara Provinsi Papua


Regional Proportionality Differential
Sektor PDRB (2010=100)
Share shift Shift
2017 (y0i) 2021 (yti) 2017 (Y0i) 2021 (Yti)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 267,080 273,303 16,070,489 16,754,976 11,376 -3,047 -5,153 3,176
Pertambangan dan Penggalian 4,605 5,167 62,174,059 63,915,452 129 -120 433 442
Industri Pengolahan 2,117 2,246 2,885,410 2,853,499 -23 -138 152 -9
Pengadaan Listrik dan Gas 130 144 48,572 58,121 26 19 -12 33
Konstruksi 185,223 228,991 16,215,455 19,257,532 34,748 24,746 9,020 68,514

Transportasi dan Pergudangan 53,775 61,244 6,310,010 5,090,760 -10,391 -13,295 17,860 -5,826

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum3,062 3,540 1,002,397 938,469 -195 -361 673 117
Informasi dan Komunikasi 10,986 14,120 5,299,285 6,295,318 2,065 1,472 1,069 4,606
Jasa Keuangan 1,410 1,610 2,069,620 2,293,479 153 76 47 276
Real Estate 22,502 26,590 3,516,199 4,247,215 4,678 3,463 -590 7,551
Jasa Lainnya 11,205 13,203 1,537,235 1,748,966 1,543 938 455 2,936
Total 562,095 630,158 117,128,731 123,453,787 44,108 13,755 23,955 81,818
Rata-rata 51,100 57,287 10,648,066 11,223,072 4,010 1,250 2,178 7,438

127
Lampiran V
Perhitungan Analisis Tipologi Klassen
Kabupaten Yahukimo
Prov Papua Kabupaten Yahukimo
LAPANGAN USAHA Rata" Rata" Rata" Rata" Keterangan Kuadran
Pertumbuhan Distribusi Pertumbuhan Distribusi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.06 14.62% 0.47 39.20% Sektor Maju Tapi Tertekan 2
Pertambangan dan Penggalian 6.13 48.46% 7.14 1.62% Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Industri Pengolahan -0.21 2.60% 3.17 1.02% Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Pengadaan Listrik dan Gas 4.64 0.05% 5.19 0.02% Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Konstruksi 4.45 15.95% 4.53 38.34% Sektor Maju dan Tumbuh Pesat 1
Transportasi dan Pergudangan -3.36 5.37% 1.38 7.99% Sektor Maju dan Tumbuh Pesat 1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -1.17 0.89% 2.77 0.56% Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Informasi dan Komunikasi 4.41 5.16% 9.62 2.08% Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.63 1.96% 3.96 0.66% Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Real Estate 4.88 3.45% 3.99 5.97% Sektor Maju Tapi Tertekan 2
Jasa lainnya 3.36 1.49% 5.84 2.55% Sektor Maju dan Tumbuh Pesat 1
Total PDRB 26.83 100% 48.06 100%

128
Perhitungan Analisis Tipologi Klassen
Kabupaten Tolikara
Prov Papua Kabupaten Tolikara
LAPANGAN USAHA Rata" Rata" Rata" Rata" Kuadran
Keterangan
Pertumbuhan Distribusi Pertumbuhan Distribusi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.06 14.62% 0.01 45.34% Sektor Maju tapi tertekan 2
Pertambangan dan Penggalian 6.13 48.46% 0.03 0.81% Sektor relative tertinggal 4
Industri Pengolahan -0.21 2.60% 0.02 0.37% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Pengadaan Listrik dan Gas 4.64 0.05% 0.03 0.02% Sektor relative tertinggal 4
Konstruksi 4.45 15.95% 0.06 34.77% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Transportasi dan Pergudangan -3.36 5.37% 0.03 9.65% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -1.17 0.89% 0.04 0.56% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Informasi dan Komunikasi 4.41 5.16% 0.06 2.09% Sektor relative tertinggal 4
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.63 1.96% 0.03 0.25% Sektor relative tertinggal 4
Real Estate 4.88 3.45% 0.04 4.10% Sektor Maju tapi tertekan 2
Jasa lainnya 3.36 1.49% 0.04 2.04% Sektor Maju tapi tertekan 2
Total PDRB 26.83 100% 0.39 100%

129
Lampiran VI
Analisis Overlay
Pengembangan Sektor Potensial untuk Pembangunan Daerah Tertinggal di Provinsi Papua
Tipologi
LQ Shift Share Overlay
No Lapangan Usaha (Kuadrad I-II)
1 2 1 2 1 2 1 2
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.71 3.13 2.38 3.18 II II Unggulan Unggulan
2 Pertambangan dan Penggalian 0.03 0.02 3.44 0.44 III IV - -
3 Industri Pengolahan 0.40 0.14 0.54 -0.01 III III - -
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.49 0.49 0.06 0.03 III IV - -
5 Konstruksi 2.44 2.21 94.86 68.51 I III Unggulan -
6 Transportasi dan Pergudangan 1.53 1.87 -12.83 -5.83 I I Unggulan Unggulan
7 Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 0.63 0.64 -0.01 0.12 III III - -
8 Informasi dan Komunikasi 0.41 0.41 8.25 4.61 III IV - -
9 Jasa Keuangan 0.34 0.13 1.10 0.28 III IV - -
10 Real Estate 1.75 1.20 14.82 7.55 II II Unggulan Unggulan
11 Jasa Lainnya 1.74 1.39 6.41 2.94 I II Unggulan Unggulan
Keterangan:
1= Kabupaten Yahukimo // 2= Kabupaten

130

Anda mungkin juga menyukai