Anda di halaman 1dari 94

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI

NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA


SERIKAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Oleh:

Vilia Claudia Daleno

18061101059

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul:

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI NILAI TUKAR


RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT

Yang diajukan oleh:

Vilia Claudia Daleno


18061101059

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Dapat Diterima

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Robby Joan Kumaat, MS Steeva Y. L. Tumangkeng, SE,MSi


NIP. 195807191986031002 NIP. 197412052005012001

Menyetujui
Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi

Dr. Ita Pingkan F. Rorong, SE.,ME.,CWM


NIP. 197412052005012001

i
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya dalam naskah skripsi dalam naskah skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat” tidak

terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip

dalam naskah dan dicantumkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-

unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini dan gelar SARJANA dibatalkan serta

diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20

tahun 2003, pasal 25 ayat 2 pasal 70)

Manado,
Mahasiswa

Nama : Vilia Claudia Daleno


Nim : 18061101059
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi

ii
MOTTO

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”

(Amsal 23:18)

“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah sehari.”

(Matius 6:34)

“Persiapkan diri hari ini, bertempur hari esok, menang dan berhasil di
kemudian hari.”

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK:

Papa dan mama yang selalu menjadi motivasi dan penyemangat dalam hidup saya.

iii
BIODATA

Nama Lengkap : Vilia Claudia Daleno

Nim : 18061101059

Tempat/Tanggal Lahir : Tahuna, 07 Oktober 2000

Agama : Kristen Protestan

Anak dari

Nama Ayah : Judas Daleno

Nama Ibu : Yupineke Malemboris

Alamat : Kelurahan Kolongan Beha Baru, Kecamatan

Tahuna Barat. Kabupaten Kepulauan Sangihe.

No. Telepon/HP : 082290672996

Email : viliacdaleno@gmail.com

Riwayat Pendidikan

SD : SDN Inpres Kolongan Beha Baru

SMP : SMP Negeri 3 Tahuna

SMA : SMA Negeri 1 Tahuna

Universitas : Universitas Sam Ratulangi, Manado

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya proposal

skripsi dengan judul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Tukar

Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat” sebagai salah satu syarat

penyusunan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi program studi

Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam

Ratulangi.

Pada kesempatan kali ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat

selesai, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada:

1. Prof. Dr. Oktavian B. A. Sompie, M.Eng, selaku Rektor Universitas Sam

Ratulangi Manado.

2. Dr. Ivonne S. Saerang, SE., MM., CWM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.

3. Dr. Hendrik Gamaliel, SE., Msi. AK. CA, CWM selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sam Ratulangi Manado.

4. Dr. Joubert B. Maramis, SE., MSi., selaku Wakil Dekan Bidang Umum

dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi

Manado.

5. Dr. Ivonne S. Saerang, SE., MM., CWM, selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sam Ratulangi Manado.

6. Dr. Ita Pingkan F. Rorong, SE., ME., CWM, selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam

Ratulangi Manado.

v
7. Hanly F. Dj. Siwu, SE., MSi. selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Sam Ratulangi

Manado.

8. Dr. George M. V. Kawung, SE., ME selaku Kepala Laboratorium

Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi

Manado.

9. Steeva Y. L. Tumangkeng, SE., MSi., selaku Asistan Laboratorium

Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi

Manado.

10. Drs. Robby Joan Kumaat, MS. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan arahan serta masukan bagi penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

11. Steeva Y. L. Tumangkeng, SE., MSi., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan arahan, masukan dan saran serta telah meluangkan

waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Dr. Tri Oldy Rotinsulu, SE., MSi selaku dosen penguji 1 yang telah

memberikan saran dan masukan untuk memperbaiki dan menyelesaikan

skripsi saya.

13. Dr. Daisy S. M. Engka, SE., MSi selaku dosen pembimbing akademik

sekaligus sebagai dosen penguji 2 yang telah memberikan arahan dan

masukan sehingga proses perkuliahan dapat selesai dengan baik, dan juga

dapat menyelesaikan skripsi saya.

14. Dennij Mandeij, SE., MSi selaku dosen penguji 3 yang telah memberikan

arahan dan masukan untuk memperbaiki dan menyelesaikan skripsi saya.

15. Segenap Dosen dan Staf Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

membagikan ilmu, mendukung serta membantu penulis selama

vi
menempuh pendidikan di Universitas Sam Ratulangi.

16. Untuk kedua orang tua terkasih yang menjadi alasan penulis tetap kuat

menghadapi tantangan, terima kasih untuk semua pengorbanan dan

support yang begitu luar biasa selama penulis berproses menyelesaikan

study di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

17. Untuk oma opa, nani-nani, om/tante, kakak/adik/ipar, merchsya, vani dan

seluruh keluarga penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

selalu memberikan motivasi, dukungan, dan semangat terlebih doa

kepada penulis.

18. Semua teman-teman seperjuangan penulis terlebih khusus pingkan,

gladis, jessica, nadya, lusi, vey, gabrielia, gina, dea, chrisna, syahrul,

markvin, vano, ika, dio, vina, kiki, axel, faldo, sain, ayi, zul, jia, monica,

dan teman-teman KKT 129 posko Unsrat 14 yang senantiasa membantu

penulis dalam menyusun proposal skripsi ini.

19. Untuk semua pihak yang menanyakan kapan lulus dan kapan wisuda.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun untuk perbaikan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini

dapat memperkaya referensi ilmiah dan menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca.

Manado,

Vilia Claudia Daleno


18061101059

vii
DAFTAR ISI
ISI HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12
2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 12
2.1.1 Perdagangan Internasional ...................................................................... 12
2.1.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional .................................................... 12
2.1.1.2 Teori-Teori Perdagangan Internasional .................................................. 12
2.1.1.3 Neraca Pembayaran (Balance of Payment)............................................. 13
2.1.2 Inflasi ....................................................................................................... 14
2.1.3 Ekspor Netto ............................................................................................ 23
2.1.4 Nilai Tukar .............................................................................................. 28
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 30
2.3 Hipotesis .................................................................................................. 43
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 44
3.1 Data Dan Sumber Data ............................................................................ 44
3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 44
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................... 45
3.4 Metode Analisis Data .............................................................................. 45
3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda ........................................................... 45
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 46
3.4.3 Uji Signifikansi (Uji Hipotesis)............................................................... 50
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 52
4.1 Deskriptif Objek Penelitian ..................................................................... 52
4.1.1 Keadaan Geografi Indonesia ................................................................... 52
4.1.2 Jumlah Penduduk Indonesia .................................................................... 54
4.1.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ......................................................... 55
4.1.4 Perkembangan Inflasi .............................................................................. 57
4.1.5 Perkembangan Ekspor Netto ................................................................... 59
4.2 Analisis Data ........................................................................................... 60
4.2.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 60
4.2.1.1 Hasil Regresi Berganda ........................................................................... 60
4.2.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 64
4.2.2 PEMBAHASAN ..................................................................................... 66
4.2.2.1 Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah ........................................ 67
4.2.2.2 Pengaruh Ekspor Netto Terhadap Nilai Tukar ........................................ 68
4.2.2.3 Pengaruh Inflasi dan Ekspor Netto Secara Simultan Terhadap Nilai Tukar
Rupiah ..................................................................................................... 68
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70

viii
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 70
5.2 Saran ........................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 77

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat

Tahun 2020-2022 ........................................................................................................ 3

1.2 Data Inflasi Tahun 2020-2022 .................................................................................... 7

1.3 Data Ekspor Netto Tahun 2020-2022 ......................................................................... 9

4.1 Data Jumlah Penduduk Indonesia ............................................................................. 54

4.2 Hasil Estimasi OLS ................................................................................................... 60

4.3 Hasil Uji Simultan (Uji F)......................................................................................... 61

4.4 Hasil Uji Parsial (Uji t) ............................................................................................. 62

4.5 Hasil Uji Determinasi ............................................................................................... 63

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................................................... 65

4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................................................... 65

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ................................................................................................ 43

4.1 Peta Indonesia ........................................................................................................... 52

4.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Serikat Tahun 2020-2022.......................................................................................... 56

4.3 Perkembangan Inflasi Tahun 2020-2022 .................................................................. 58

4.4 Perkembangan Ekspor Netto Tahun 2020-2022 ....................................................... 59

4.5 Hasil Uji Normalitas ................................................................................................. 64

4.6 Hasil Uji Durbin-Watson .......................................................................................... 66

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurs atau nilai tukar ialah salah satu harga yang penting dalam

perekonomian makro, karena kurs ditentukan oleh dengan adanya keseimbangan

antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valuta asing, pengaruhnya

bagi neraca transaksi berjalan dan bagi makro ekonomi yang lainnya. Untuk

mengukur kondisi perekonomian, alat yang dapat dijadikan ukuran ialah kurs.

Apabila pertumbuhan nilai mata uang atau kurs yang dapat berjalan stabil berarti

menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi perekonomian yang relatif

baik atau stabil.

Nilai tukar mata uang rupiah dengan dolar Amerika sangatlah penting dikaji

oleh otoritas moneter untuk mengendalikan dan menstabilkan nilai tukar. Karena

dengan nilai tukar dapat mempunyai dampak bagi perekonomian secara

keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan seperti harga barang maupun jasa

mengalami kenaikan harga atau inflasi. Merosotnya nilai tukar rupiah dapat

menjadi salah satu penyebab permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah

menurun, karena peran perekonomian nasional menurun atau karena permintaan

mata uang asing sebagai alat untuk pembayaran internasional menjadi meningkat.

Besarnya dampak akibat dari fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian, maka

diperlukan suatu kebijakan yang tepat untuk mengendalikan nilai tukar mata uang,

sehingga pergerakan atau fluktuasi nilai tukar dapat diprediksi dan perekonomian

dapat berjalan dengan stabil.

‘/ 1
Sejak sistem nilai tukar mengambang (freely floating system) berlaku pada

tahun 1997, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing naik turun karena

ditentukan oleh mekanisme pasar. Perubahan-perubahan dalam aktivitas

perekonomian ini biasanya dapat dilihat dalam fluktuasi nilai tukar mata uang

tersebut.

Ketidakpastian perekonomian Indonesia sebagai dampak dari krisis

keuangan AS memberikan peluang terjadinya capital outflow secara besar-besaran

di pasar modal Indonesia. Pada tahun 2014 nilai tukar rupiah juga mengalami

depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS), namun mencatat apresiasi terhadap

mata uang mitra dagang utama lainnya. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS terjadi

pada triwulan IV 2014 dikarenakan kuatnya apresiasi dolar AS terhadap hampir

seluruh mata uang utama dunia. Hal ini sejalan dengan rilis data perbaikan ekonomi

AS dan rencana kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR). Sementara itu,

terhadap mata uang lainnya termasuk Yen Jepang, dan Euro, Rupiah mengalami

apresiasi yang cukup tinggi, walaupun masih cukup kompetitif dibandingkan

dengan negara mitra dagang. (Laporan BI 2014).

‘/ 2
Tabel 1.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 2020-2022
Tahun Bulan Kurs Rp/USD
2020 Januari 13.662,00
Februari 14.234,00
Maret 16.367,00
April 15.157,00
Mei 14.733,00
Juni 14.302,00
Juli 14.653,00
Agustus 14.554,00
September 14.918,00
Oktober 14.690,00
November 14.128,00
Desember 14.105,00
2021 Januari 14.084,00
Februari 14.229,00
Maret 14.572,00
April 14.468,00
Mei 14.310,00
Juni 14.496,00
Juli 14.491,00
Agustus 14.374,00
September 14.307,00
Oktober 14.199,00
November 14.340,00
Desember 14.269,00
2022 Januari 14.381,00
Februari 14.371,00
Maret 14.349,00
April 14.418,00
Mei 14.544,00
Juni 14.848,00
Juli 14.958,00
Agustus 14.875,00
September 15.247,00
Oktober 15.542,00
Sumber : Kemendag, 2022.

Dari tabel diatas kita dapat melihat pada tahun 2020 nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat mengalami depresiasi hingga awal tahun 2021.

Pada bulan maret 2020 rupiah mengalami kenaikan sebesar Rp 16.367/USD

‘/ 3
dibandingkan dengan 2 bulan sebelumnya, dan depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat masih berlanjut hingga akhir tahun 2021. Namun

pada bulan juni 2021 rupiah mengalami apresiasi sebesar Rp 14,496/USD dari

bulan januari sebesar Rp 14,084/USD.

Kepanikan akibat covid-19 juga melanda perekonomian indonesia, tercatat

secara YTD semenjak pandemi berlangsung 2 Maret hingga 16 April 2020, kurs

rupiah terhadap US$ terkoreksi (melemah) sebesar -12,4%. Adapun per tanggal 31

Agustus 2020 nilai tukar 1 USD terhadap rupiah sebesar Rp.14.626,77.

Pandemi Covid-19 memang akan memperlambat roda perekonomian

Indonesia, sejalan dengan pemberlakuan berbagai kebijakan yang menyebabkan

penurunan mobilitas masyarakat, penurunan daya beli, hingga mencapai nilai

negatif dari pertumbuhan ekonomi riil. Tidak hanya di Indonesia yang nilai tukar

mata uangnya bergejolak, di negara lainpun, seperti: Colombia Peso turun 17,6%,

Rusia Ruble turun 18,5%, Mexican Peso turun 25%, Argentina Peso turun 9,4%,

Thai Baht turun 8,7%, dan Canadian Dollar turun 7,5%. Sebelum naiknya dolar

karena dampak Covid-19, nilai tukar rupiah per dolar AS pada kisaran

Rp.14.000/US$ dan saat pandemi Covid-19, rupiah sempat terdepresiasi hingga

Rp.16.600/per US$ nya. Kurs rupiah akan terus berada pada posisi rentan selama

penyebaran wabah Covid-19, yang menyebabkan kepanikan di pasar global yang

membuat dana asing kabur serta tekanan likuiditas dan desakan untuk mendapatkan

dolar membuat dolar lebih unggul dari segalanya.

Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu variabel ekonomi

makro yang sangat penting, karena pergerakan nilai kurs dapat mempengaruhi

stabilitas ekonomi. Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi

‘/ 4
suatu negara untuk bisa bertransaksi dengan dunia luar karena dengan

menggunakan kurs, transaksi dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik.

Namun ada kendala dalam kurs, bahwa tidak setiap nilai mata uang setiap negara

adalah sama. Nilai mata uang ini dapat dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dan

penawaran uang yang terjadi dipasar valuta asing.

Tidak stabilnya nilai tukar mempengaruhi arus modal maupun investasi

serta perdagangan Internasional. Indonesia sebagai negara yang mengimpor bahan

baku mengalami dampak pada ketidakstabilan ini, dilihat dari naiknya harga

produksi sehingga dapat menyebabkan harga barang-barang umum Indonesia

meningkat. Melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi

tidak stabil, penerapan sistem floating exchange rate ini menyebabkan pergerakan

nilai tukar rupiah di pasar valuta asing menjadi rentan karena pengaruh faktor

ekonomi dan non ekonomi. Melalui mekanisme inflasi serta suku bunga, dapat

turun ke tingkat yang rendah. Sebaliknya, apabila dengan menguatnya nilai mata

uang dolar Amerika Serikat belakangan, nilai mata uang rupiah akan merosot dan

berpotensi untuk mendongkrak inflasi. Pergerakan nilai tukar secara fluktuatif ini

berdampak pada perilaku masyarakat dalam menggunakan uang, selain faktor-

faktor lainnya seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar.

(Fatahillah, 2016).

Nucu (2011) menganalisis keterkaitan antara nilai tukar mata uang Romania

dengan variabel independennya yaitu PDB, jumlah uang beredar, inflasi dan neraca

pembayaran. Peneliti lainnya, Triyono (2008) menganalisis perubahan kurs Rupiah

terhadap Dollar Amerika. Adapun variabel yang digunakan antara lain inflasi,

jumlah uang beredar (JUB), suku bunga SBI dan nilai impor. Dalam penelitian ini,

‘/ 5
kondisi makro ekonomi yang digunakan sebagai variabel bebas yang

mempengaruhi perubahan nilai tukar Rupiah adalah tingkat inflasi dan nilai impor.

Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang memiliki hubungan

erat dengan nilai tukar. Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat

umum dan terus menerus. Inflasi akan mempengaruhi perubahan pergerakan nilai

kurs karena mewakili nilai daya beli yang terjadi disuatu negara tersebut. Dalam

hubungannya dengan nilai tukar, tingkat inflasi yang tinggi disuatu negara akan

menyebabkan harga barang-barang produksi dalam negeri menjadi lebih mahal,

sehingga barang-barang tersebut kurang kompetitif di pasar internasional (Agustin,

2009).

‘/ 6
Tabel 1.2 Inflasi Tahun 2020-2022
Tahun Bulan Inflasi
2020 Januari 2,68%
Februari 2,98%
Maret 2,96%
April 2,67%
Mei 2,19%
Juni 1,96%
Juli 1,54%
Agustus 1,32%
September 1,42%
Oktober 1,44%
November 1,59%
Desember 1,68%
2021 Januari 1,55%
Februari 1,38%
Maret 1,37%
April 1,42%
Mei 1,68%
Juni 1,33%
Juli 1,52%
Agustus 1,59%
September 1,6%
Oktober 1,66%
November 1,75%
Desember 1,87%
2022 Januari 2,18%
Februari 2,06%
Maret 2,64%
April 3,47%
Mei 3,55%
Juni 4,35&
Juli 4,94%
Agustus 4,69%
September 5,95%
Oktober 5,71%
Sumber: Bank Indonesia, 2022.

Pada januari 2020 sampai mei 2020 inflasi mengalami kenaikan sebesar 2,

19%, pada juni 2020 sampai desember 2021 inflasi mengalami penurunan sebesar

‘/ 7
1,87%. Namun pada januari 2022 sampai oktober 2022 inflasi mengalami kenaikan

yang cukup drastis yaitu mencapai 5,71%.

Dalam perekonomian terbuka, arus perdagangan international suatu negara

dapat memiliki peluang untuk dapat meningkatkan pertumbuhan perekonominya.

Melalui perdagangan internasional juga, suatu negara dapat memiliki kemampuan

untuk dapat memperluas konsumsinya. Nilai tukar adalah salah satu hal yang

menjadikan perdagangan internasional tidak dapat berjalan dengan lancar.

Berkembangnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015

lalu membuat perdagangan internasional tidak ada batasannya atau menjadi pasar

bebas di kawasan Asean. Hal ini sangat berpengaruh bagi perekonomian negara di

kawasan Asean tersebut, karena aktivitas ekonomi terintegrasi menjadi satu

kesatuan global. Dengan adanya MEA, perubahan perekonomian suatu negara akan

terjadi secara cepat atau lambat tergantung dengan suatu negara mampu bersaing

atau tidaknya.

Hubungan perdagangan antara dua negara, secara langsung akan

mempengaruhi nilai tukar mata uang antara dua negara yang bersangkutan. Seiring

dengan meningkatnya nilai impor dan ekspor suatu negara. Pengaruh yang

signifikan ketika Indonesia meningkatkan impor dan lesu dalam ekspor, membuat

rupiah mengalami terdepresiasi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat

pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar pula permintaan

akan impor sehingga permintaan akan valuta asing juga mengalami peningkatan.

Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun (Nopirin,

1997:148). Peningkatan dan penurunan ekspor netto (baik nilai ekspor maupun nilai

impor itu sendiri) suatu negara dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya selera

‘/ 8
konsumen barang-barang yang diproduksi luar dan domestik, harga barang, kurs,

pemasukan konsumen di dalam dan luar negeri, biaya impor negara, dan kebijakan

yang pemerintah untuk menghadapi perdagangan lintas negara.

Tabel 1.3 Ekspor Netto Tahun 2022


Tahun Bulan Ekspor Impor Ekspor Neto
2020 Januari 13636.4 14268.7 -632.3
Februari 14042.1 11548.1 2494
Maret 14031.3 13352.2 679.1
April 12159.8 12535.2 -375.4
Mei 10452.6 8438.6 2014
Juni 12006.8 10760.3 1246.5
Juli 13689.9 10464.3 3225.6
Agustus 13055.3 10742.4 2312.9
September 13956.2 11570.1 2386.1
Oktober 14363.4 10786 3577.4
November 15258.4 12664.4 2594
Desember 16539.6 14438.4 2101.2
2021 Januari 15300.2 13329.9 1970.3
Februari 15255.4 13265 1990.4
Maret 18398.4 16787.5 1610.9
April 18474.1 16204.3 2269.8
Mei 16908 14234.8 2673.2
Juni 18547.8 17218.5 1329.3
Juli 19369.6 15263.1 4106.5
Agustus 21443.2 16678.9 4764.3
September 20618.8 16234.1 4384.7
Oktober 22091 16293.6 5797.4
November 22845.4 19328.2 3517.2
Desember 22357.7 21352 1005.7
2022 Januari 19173.7 18211.1 962.6
Februari 20472.9 16638.5 3834.4
Maret 26497.5 21962.4 4535.1
April 27322.3 19757.4 7564.9
Mei 21509.8 18609.3 2900.5
Juni 26150.1 21003.9 5146.2
Juli 25563.2 21345 4218.2
Agustus 27862.1 22150.6 5711.5
September 24777.2 19808.3 4968.9
Oktober 24728.4 19135.4 5593
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022.

‘/ 9
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai ekspor netto dari awal bulan januari

2020 sampai oktober 2022 ekpor netto mengalami fluktuasi. Nilai terendah dari

ekpor netto terjadi pada bulan januari 2020 dengan nilai sebesar -632.3, dan nilai

tertinggi dari ekpor netto terjadi pada bulan april 2022 dengan nilai sebesar 7564.9,

dan catatan terakhir dari nilai ekpor netto yaitu di bulan oktober 2022 dengan nilai

sebesar 5593.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang beberapa faktor yang mempengaruhi nilai mata uang rupiah

dengan mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah dengan

mendekatkan faktor-faktor Inflasi dan Net Ekspor. Dari uraian latar belakang

masalah di atas penulis tertarik meneliti tentang : “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Serikat”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah Per Dolar

Amerika Serikat ?

2. Bagaimana pengaruh Ekspor Netto terhadap Nilai Tukar Rupiah Per

Dolar Amerika Serikat ?

3. Bagaimana Inflasi Dan Ekspor Netto secara bersama-sama

mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Fluktuasi Nilai Tukar

‘/ 10
Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat periode 2020-2022.

2. Untuk menganalisis pengaruh Ekspor Netto terhadap Fluktuasi Nilai

Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat periode 2020-2022.

3. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi dan Ekspor Netto secara

bersama-sama terhadap Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar

Amerika Serikat periode 2020-2022.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagi penulis, Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

pengaruh inflasi dan ekspor netto terhadap perubahan nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat.

2. Bagi Pelaku Ekonomi, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan atau bahan rujukan bagi perumus kebijakan moneter di Indonesia

dalam menetapkan kebijakan.

3. Bagi Peneliti, Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian

selanjutnya sebagai bahan referensi dan dapat dikembangkan pada

penelitian selanjutnya.

‘/ 11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Perdagangan Internasional

2.1.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional

(Nopirin 1995: 7) Perdagangan internasional adalah perdagangan antara

suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan ini

merupakan salah satu bentuk kerja sama ekonomi. Beberapa manfaat dari

perdagangan internasional adalah sebagai sumber devisa negara dan mampu

menjaga stabilitas harga pasar. Perdagangan internasional juga mampu memperluas

lapangan kerja dan memungkinkan suatu negara untuk memperoleh barang atau

jasa yang tidak dapat dihasilkan sendiri. Perdagangan internasional pada umumnya

menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP suatu negara.

Perdagangan internasional sudah terjadi selama ribuan tahun, namun dampaknya

terhadap kepentingan ekonomi, sosial dan politik baru saja dirasakan beberapa abad

belakangan ini. Perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan

hal yang sangat penting karena perdagangan luar negeri akan meningkatkan

kemungkinan konsumsi dari suatu negara.

2.1.1.2 Teori-Teori Perdagangan Internasional

Menurut paham merkantilisme, setiap negara yang berkeinginan untuk maju

harus melakukan perdagangan dengan negara lain (Deliarnov 2016: 19). Thomas

Mun (1957-1641) adalah seorang saudagar kaya dari inggris yang banyak menulis

tentang perdagangan luar negeri. Buku-buku yang ditulisnya antara lain: A

Discourse of Trade, From England unto The East-Indies (1621) dan England’s

Treasure by Foreign Trade or, The Balance of Our Forraign Trade is the Rule of

‘/ 12
Rule Treasure (1664). Tentang manfaat perdagangan luar negeri, sebagaimana yang

dikutip dari aslinya oleh Edmund Whittaker (1960) dari bukunya yang kedua, Mun

menulis: The ordinary means therefore to encrease our wealth and treasure is by

Foreign Trade, wherein we must ever observe this rule; to sell more to strangers

yearly than we consume of theirs in value… because that part of the stock which is

not returned to us in wares must necessarily be brought home in treasure.

Menurut Adam Smith perdagangan bebas adalah kebijakan yang terbaik

dalam melakukan perdagangan internasional. Pandangan ini mengkritisi

merkantilisme yang justru menganjurkan agar pemerintah melakukan campur

tangan dalam setiap kegiatan ekonomi (Adam Smith menerapkan laissez faire).

2.1.1.3 Neraca Pembayaran (Balance of Payment)

Balance of payment (BOP) adalah suatu catatan yang disusun secara

sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan

barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (residen) suatu negara

dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu,

biasanya satu tahun.

2.1.1.4 Neraca Perdagangan (Trade Balance)

Kindleberger & Lindert, 1983 mengatakan neraca perdagangan (Trade

Balance) merupakan bagian dari neraca transaksi berjalan (current account) yang

menghitung net trade dari barang (merchandise goods) yang merupakan selisih

ekspor dengan impor perdagangan barang (Batiz, 1994). Sedangkan neraca

transaksi berjalan (current account) sendiri menggambarkan arus barang dan jasa.

Pencatatan dalam keseimbangan neraca perdagangan bertujuan untuk memberikan

informasi kepada pemerintah tentang posisi internasional dari negara yang

‘/ 13
bersangkutan, sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan

baik dalam bidang perdagangan maupun moneter dan fiscal (Apridar, 2009) Neraca

perdagangan menyediakan informasi tentang ulasan dari performa perekonomian

suatu negara dan juga pola perdagangan sebagaimana tergambarkan dalam

perdagangan barangnya. Neraca perdagangan adalah selisih antara ekspor dan

impor. Apabila ekspor lebih besar dari nilai impor maka akan dihasilkan neraca

perdagangan yang positif (surplus) dan apabila ekspor lebih kecil dari impor maka

akan dihasilkan neraca perdagangan yang negatif (defisit) (Krugman, 2005). Ekspor

merupakan fungsi dari nilai tukar, dan pendapatan luar negeri. Sedangkan impor

merupakan fungsi dari nilai tukar dan pendapatan domestik. Secara simbolis ekspor

dan impor domestik dapat dituliskan sebagai berikut:

M* = M* (q,Y*) .............................................................................. (2.1)

M = M (q,Y) .................................................................................... (2.2)

Dimana M* adalah ekspor domestik, M adalah impor domestik, q adalah

nilai tukar, Y adalah pendapatan domestik, dan Y* adalah pendapatan luar negeri.

Sehingga dengan melakukan subtitusi dari kedua persamaan tersebut, kita

memperoleh persamaan neraca perdagangan adalah sebagai berikut:

T=M*(q,Y*)–qM(q,Y)=T(q,Y*,Y) ................................................... (2.3)

Dari persamaan (2.3) kita bisa melihat bahwasanya neraca perdagangan

dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang, pendapatan domestik, dan pendapatan luar

negeri.

2.1.2 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-

menerus (Rahardja 2008, 359). Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai

‘/ 14
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu

priode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagi fenomena moneter karena

terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas.

Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter

terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi

(deflation) (Karim 2014, 135).

Inflasi yang tinggi akan menjadi beban bagi semua pihak perusahaan

maupun usaha. Dengan inflasi, maka daya beli suatu mata uang menjadi lebih

rendah atau menurun. Dengan menurunnya daya beli mata uang, maka kemampuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik barang maupun jasa akan

semakin rendah. Laju inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan perencanaan bagi

dunia usaha, tidak mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan

investasi, menghambat perencanaan pembangunan oleh pemerintah, merubah

struktur APBN maupun APBD dan berbagai dampak negatif lain yang tidak

kondusif bagi perekonomian secara keseluruhan.

2.1.2.1 Pengertian Inflasi

Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau

kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada

gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah uang beredar yang

diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Dalam perkembangan

lebih lanjut, inflasi diartikan sebagai peningkatan harga-harga secara umum dalam

suatu perekonomian yang berlangsung secara terus-menerus.

(Supriyanto,2007:171).

‘/ 15
Untuk memahami inflasi, terdapat beberapa teori inflasi, salah satunya

adalah teori strukturalis. Teori ini lebih didasarkan pada pengalaman negara-negara

di Amerika Latin. Pendekatan ini menyatakan bahwa inflasi, terutama di negara

berkembang lebih disebabkan oleh faktor-faktor struktural dalam perekonomian.

Menurut teori strukturalis, ada dua masalah struktural di dalam perekonomian

negara berkembang yang dapat mengakibatkan inflasi. Pertama, penerimaan ekspor

tidak elastis, yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lebih lambat dibandingkan

dengan pertumbuhan sektor lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh Terms of trade

yang memburuk dan produksi barang ekspor yang kurang responsif terhadap

kenaikan harga. Kedua, masalah struktural perekonomian negara berkembang

lainnya adalah produksi bahan makanan dalam negeri yang tidak elastis, yaitu

pertumbuhan produksi makanan dalam negeri tidak secepat pertambahan penduduk

dan pendapatan perkapita sehingga harga makanan dalam negeri cenderung

meningkat lebih tinggi daripada kenaikan harga barang-barang lainnya. Hal ini

mendorong timbulnya tuntutan kenaikan upah dari pekerja sektor industri yang

akan menyebabkan kenaikan biaya produksi dan kemudian akan menimbulkan

inflasi. (Kebanksentralan seri inflasi, 2009:10-11).

2.1.2.1 Inflasi Inti Dan Metode Pengukurannya

a. Pengertian Inflasi Inti

Quah dan Vahey (1995) mendefinisikan inflasi inti sebagai komponen

inflasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap output riil dalam jangka menengah-

panjang. Secara implisit mereka ingin mengatakan bahwa inflasi inti merupakan

fenomena moneter. Oleh karena itu, komponen inflasi yang persisten ini akan

tercermin pada ekspektasi masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut maka supply

‘/ 16
shock yang memberikan pengaruh permanen terhadap tingkat harga (misalnya

pengenaan tarif bea masuk atas produk impor oleh pemerintah), namun tidak

memberikan pengaruh terhadap laju inflasi dalam jangka menengah-panjang, tidak

termasuk didalam pengertian inflasi inti. Oleh karena itu, inflasi inti terkait dengan

inflasi yang dapat diantisipasi sedangkan inflasi sesaat terkait dengan unsur inflasi

yang tidak dapat diantisipasi kejadiannya. Dengan sifatnya yang dapat diantisipasi

tersebut maka inflasi inti akan menunjukkan suatu karakteristik yang cenderung

persisten atau “menetap” sehingga secara teknis inflasi inti memiliki “serial

correlation” yang tinggi.

Sementara itu, Eckstein (1981) memberikan definisi yang sedikit berbeda.

Menurut Eckstein, inflasi inti adalah kecenderungan kenaikan biaya-biaya dari

penggunaan faktor-faktor produksi, baik tenaga kerja maupun modal.

Kecenderungan kenaikan biaya-biaya tersebut dapat bersumber dari adanya suatu

ekspektasi jangka panjang mengenai inflasi oleh para rumah tangga dan dunia

usaha; dari kontrak/perjanjian tingkat upah yang cenderung menciptakan

momentum kenaikan upah dan harga-harga; serta dari perubahan sistem pajak.

Berdasarkan definisi Eckstein ini inflasi inti tidak termasuk komponen perubahan

siklikal akibat perubahan permintaan agregat. Dengan demikian inflasi inti semata-

mata hanya merupakan komponen trend inflasi dalam jangka panjang. Sedangkan

inflasi sesaat termasuk komponen random dan siklikal.

b. Arti Penting Sasaran Inflasi Inti Bagi Otoritas Moneter

Bank sentral sebagai otoritas moneter tentu bertanggung jawab atas

kemantapan dan kestabilan situasi moneter. Pengertian ini baik dalam arti

pencapaian sasaran laju inflasi yang rendah ataupun kestabilan nilai tukar maupun

‘/ 17
dalam arti mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan

makroekonomi secara sehat dan berkesinambungan. Terlepas dari berbagai

penafsiran yang dapat muncul, salah satu konsensus yang ada dewasa ini adalah

bahwa inflasi yang stabil dan rendah berperan penting bagi pertumbuhan

perekonomian dengan mekanisme pasar, dan kebijakan moneter merupakan faktor

penentu yang paling langsung atas laju inflasi. Masalahnya, tidak semua gejolak

output dan inflasi yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik oleh kebijakan

moneter. Upaya mengurangi tekanan inflasi yang berasal dari fluktuasi output yang

disebabkan oleh gangguan di sisi supply misalnya tidak akan dapat dilakukan

dengan optimal oleh kebijakan moneter.

2.1.2.2 Penggolongan Inflasi

Dalam buku Kebanksentralan seri inflasi (Suseno dan Siti Astiyah,2009:3)

dan buku karya Supriyanto (2007:172), Inflasi digolongkan menjadi beberapa jenis.

Berikut ini merupakan beberapa penggolongan inflasi:

1. Penggolongan inflasi berdasarkan tingkatannya, yaitu terdiri dari : Inflasi

ringan yaitu dibawah 10% setahun Inflasi sedang yaitu antara 10%-30%

setahun Inflasi berat yaitu antara 30%-100% setahun Hiperinflasi atau

inflasi tidak terkendali yaitu diatas 100% setahun.

2. Penggolongan inflasi berdasarkan sebab-sebabnya, terdiri dari : Demand

inflation yaitu inflasi yang timbul karena tingginya permintaan masyarakat

terhadap berbagai barang dan jasa. Peningkatan permintaan masyarakat

terhadap barang atau jasa (aggregate demand), disebabkan oleh beberapa

hal seperti bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh

pencetakan uang, kenaikan permintaan ekspor, dan bertambahnya

‘/ 18
pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah. Dan, Cost inflation

yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Cost inflation

terjadi jika biaya produksi naik, misalnya disebabkan oleh kenaikan harga

baham bakar minyak (BBM).

3. Penggolongan inflasi berdasarkan tempat asalnya, yaitu Domestic Inflation

dan Imported Inflation : Inflasi berasal dari dalam negeri (Domestic

Inflation).

Menurut (Karim 2014, 137), Seperti sebuah penyakit, inflasi dapat

digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu:

(1) Moderate inflation,

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya

disebut sebagi “inflasi satu digit”. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-

orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya

dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.

(2) Galloping Inflation,

Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200%

pertahun. Pada tingkatan seperti ini orang-orang hanya mau memegang

uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset

riil.

(3) Hyper Inflation,

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai

trilyunan persen per tahun. Walapun sepertinya pemerintahan yang

perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galloping, akan tetapi tidak

‘/ 19
ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang

amat mematikan‟ ini.

2.1.2.3 Faktor Penyebab Inflasi

Inflasi merupakan suatu masalah ekonomi yang sangat besar khususnya

bagi negara-negara berkembang. Sumber inflasi di negara berkembang berasal dari

beberapa faktor, seperti defisit anggaran belanja pemerintah yang kemudian

berdampak pada peningkatan jumlah uang beredar. Dilihat dari faktor-faktor utama

yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi permintaan, sisi

penawaran dan ekspektasi, maupun gabungan dari ketiga faktor tersebut. Adapun

faktor-faktor tersebut dijelaskan dalam buku Kebanksentralan seri inflasi (Suseno

dan Siti Astiyah,2009:11-17) yaitu sebagai berikut :

1. Inflasi yang disebabkan faktor permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi yang disebabkan oleh permintaan timbul karena adanya pertambahan

jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Bertambahnya jumlah uang beredar

mengakibatkan suku bunga mengalami penurunan sehingga jumlah konsumsi dan

investasi meningkat secara keseluruhan. Dengan adanya peningkatan permintaan

maka secara otomatis mendorong peningkatan harga- harga secara keseluruhan.

Kejadian tersebut, disebut sebagai inflasi permintaan atau demand pull inflation.

2. Inflasi Penawaran atau cost push inflation/ supply shock inflation.

Inflasi penawaran adalah inflasi yang disebabkan faktor penawaran yang

memicu kenaikan harga penawaran atas suatu barang, termasuk barang-barang

yang harus diimpor, serta harga barang-barang yang dikendalikan oleh pemerintah

seperti kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)

dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

‘/ 20
3. Inflasi Campuran (Mixed Inflation)

Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan

permintaan dan kenaikan penawaran, perilaku permintaan dan penawaran tidak

seimbang ataupun permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal tersebut

mengakibatkan faktor produksi dan persediaan barang menjadi turun. Sementara,

substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan seperti itu

pada akhirnya akan menyebabkan harga-harga menjadi naik.

4. Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)

Inflasi tidak hanya disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran,

namun inflasi dapat disebabkan oleh adanya ekspektasi para pelaku ekonomi atau

disebut inflasi ekspektasi (Gordon,2007:15). Inflasi ekspektasi adalah inflasi yang

terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau

foward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang

kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masa sebelumnya. Harapan masyarakat

tersebut dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push

inflation, tergantung pada harapan masyarakat dan kondisi persediaan barang dan

faktor produksi saat itu dan masa mendatang.

2.1.2.4 Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif terhadap

perekonomian, tergantung pada tingkat inflasi yang terjadi. Adapun dampak positif

dan dampak negatif inflasi sebagaimana diposting pada blog (Divo, Husin dan

Setiawan, 2012) adalah :

1. Dampak positif dari inflasi

‘/ 21
a. Dampak positif dari inflasi Bagi perekonomian Jika tingkat inflasi ringan,

Akan membawa pengaruh positif dalam arti dapat mendorong

perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional

dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.

b. Bagi pengusaha dampak inflasi terhadap penurunan nilai mata uang tidak

akan merugikan sebagian kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan

tidak tetap. Contohnya seperti pengusaha, karena para pengusaha

mendapatkan penghasilan berdasarkan keuntungan.

c. Bagi debitur Debitur akan merasa diuntungkan dengan adanya inflasi,

karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah

dibandingkan pada saat meminjam.

d. Bagi produsen Bagi produsen, inflasi pun dapat menguntungkan jika

pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.

2. Dampak negatif dari inflasi

a. Bagi perekonomian Pada masa hiperinflasi atau inflasi yang tidak

terkendali, kondisi perekonomian menjadi “lesu” dan sulit berkembang.

Masyarakat tidak bersemangat untuk bekerja, menurunkan minat

masyarakat untuk menabung dan berinvestasi karena nilai mata uang

semakin menurun.

b. Bagi pegawai atau karyawan berpenghasilan tetap Dampak inflasi terhadap

penurunan nilai mata uang akan merugikan kelompok masyarakat yang

berpenghasilan tetap seperti pegawai negeri, pegawai swasta dan kaum

buruh, karena secara riil pendapatan mereka akan menurun.

‘/ 22
c. Bagi kreditur Kreditur akan mengalami kerugian karena nilai uang

pengembalian utang debitur lebih rendah dibandingkan pada saat

peminjaman.

d. Bagi produsen Bagi produsen inflasi yang tinggi sangat berpengaruh pada

kenaikan harga-harga kebutuhan produksi yang kemudian berpengaruh

pada meningkatnya biaya produksi.

e. Bagi pemerintah Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada rencana

pembangunan pemerintah dan mengacaukan rencana anggaran pendapatan

dan belanja pemerintah (RAPBN/RAPBD)

2.1.3 Ekspor Netto

2.1.3.1 Ekspor

Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-

perusahaan di dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah

kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan barangbarang yang dapat

bersaing dalam pasaran luar negeri. (Sukirno, 2008: 205). Fungsi penting

komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah Negara memperoleh

keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah

output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi

lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat

ditingkatkan (Jhingan, 2010:448).

Kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna

membutuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-

industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga

sosial yang fleksibel. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa ekspor

‘/ 23
mencerminkan aktivitas perdagangan antarbangsa yang dapat memberikan

dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu

negara-negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan

perekonomian setaraf dengan negara-negara yang lebih maju (Todaro, 2002:49).

Ekspor netto merupakan selisih antara ekspor total dengan impor total suatu negara.

Apabila nilai ekspor netto positif, berarti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor

dan apabila nilai ekspor netto negatif, berarti nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor

(Case and Fair, 2007: 387). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga

ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari

sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar

riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan

kebijakan deregulasi.

Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan

penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara, di mana dapat mengadakan

perluasan dalam suatu industri, sehingga mendorong dalam industri lain,

selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian (Baldwin, 2005). Ekspor

netto merupakan selisih antara ekspor total dengan impor total suatu negara.

Apabila nilai ekspor netto positif, berarti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor

dan apabila nilai ekspor netto negatif, berarti nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor

(Case and Fair, 2007: 387).

1. Manfaat Ekspor

Manfaat Ekspor Menurut Sadono Sukirno (2010) Manfaat dari kegiatan

eskpor yaitu:

a. Memperluas pasar

‘/ 24
b. Menambah devisa

c. Memperluas lapangan kerja

2 Jenis Ekspor

Dalam Mankiw (2010) menjelaskan bahwa ekspor terbagi menjadi dua

yaitu:

a. Ekspor Langsung

Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/

eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan

dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan.

Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap distribusi

lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala

besar dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme.

b. Ekspor Tidak Langsung

Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui

perantara/eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Melalui,

perusahaan manajemen ekspor ( export management companies ) dan perusahaan

pengekspor ( export trading companies ). Kelebihannya, sumber daya produksi

terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung. Kelemahannya,

kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain

kurang.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Ekspor

a. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri

Apabila pemerintah memberikan kemudahan kepada para eksportir,

eksportir terdorong untuk meningkatkan ekspor. Kemudahan-kemudahan tersebut

‘/ 25
antara lain penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan berbagai biaya ekspor,

pemberian fasilitas produksi barang-barang ekspor, dan penyediaan sarana ekspor.

b. Keadaan pasar di luar negeri dalam negeri

Kekuatan permintaan dan penawaran dan berbagai negara dapat

memengaruhi harga di pasar dunia. Apabila jumlah barang yang diminta di pasar

dunia lebih banyak dari pada jumlah barang yang ditawarkan, maka harga

cenderung naik. Keadaan ini akan mendorong para ekportir untuk meningkatkan

ekspornya.

c. Kelincahan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar

Eksportir harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar. Dengan

kepandaian tersebut, mereka dapat memperoleh wilayah pemasaran yang luas. Oleh

karena itu, para eksportir harus ahli di bidang strategi pemasaran.

2.1.3.2 Impor

Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke

dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga

bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar

negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat,

1996:403).

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara

ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor

umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke

dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan

dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting

dari perdagangan internasional. Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi

‘/ 26
kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan barangbarang yang tidak dapat

dihasilkan atau negara yang sudah dapat dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi

kebutuhan rakyat (Ratnasari, 2012).

1. Manfaat Impor

Berbeda dengan ekspor yang menyumbangkan pendapatan bagi Negara,

impor merupakan bocoran dan akan menjadi pengeluaran Negara. Adapun manfaat

melakukan kegitan impor menurut Sukrno adalah :

a. Memperoleh barang dan jasa yang tidak bisa dihasilkan di Dalam Negeri

b. Kegiatan impor yang dilakukan leh suatu negara tentunya bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan negara yang tidak dapat dihasilkan dalam negeri.

c. Memperoleh tekologi modern

d. Dengan adanya kegiatan impor maka dapat digunaka sebagai ajang untuk

mengadopsi teknologi modern dan bertukar informasi.

e. Memperoleh bahan baku.

f. Kegiatan impor dapat membantu memperoleh bahan baku untuk keperluan

produksi.

2. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya impor

a. Meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk dalam negeri;

b. Tingkat inflasi di dalam negeri lebih tinggi daripada tingkat inflasi di negara

lain, khususnya di negara penghasil barang-barang yang kita impor;

c. Kurs devisa efektif yang berlaku menguntungkan para importer;

d. Kebijaksanaan pemerintah yang merangsang impor. Perangsang impor ini

biasanya berbentuk subsidi impor atau penurunan bea impor.

‘/ 27
2.1.4 Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan Kurs adalah harga

satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan

harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Iskandar simorangkir &

Suseno, 2002;4).

Nilai tukar suatu mata uang atau kurs adalah perbandingan nilai mata uang

suatu negara terhadap mata uang negara asing lainnya (Thobarry, 2009). Definisi

lain mengenai nilai tukar mata uang (exchange rate) adalah pertukaran antara dua

mata uang yang berbeda, yaitu perbandingan nilai atau harga mata uang antara

kedua mata uang yang berbeda tersebut. Nilai tukar biasanya mengalami

perubahan, perubahannya dapat berupa depresiasi maupun apresiasi. Depresiasi

mata uang Rupiah terhadap Dollar AS artinya terjadi penurunan harga mata uang

Rupiah terhadap Dollar AS, sedangkan apresiasi mata uang Rupiah terhadap Dollar

AS adalah kenaikan harga mata uang Rupiah terhadap Dollar AS (Anwary,

2011:17).

2.1.4.1 Klasifikasi Nilai Tukar

Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut tingkat dimana nilai tukar

tersebut dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar biasanya jatuh ke salah

satu dari kategori berikut, yaitu fixed exchange rate, freely floating exchange rate,

managed float exchange rate, pegged exchange rate (Madura, 2010:171).

1. Fixed Exchange Rate

Dalam sistem nilai tukar tetap, nilai tukar berada dalam keadaan konstan

atau dibiarkan berfluktuasi hanya dalam batas yang sangat sempit. Sistem nilai

tukar tetap membutuhkan banyak intervensi bank untuk mempertahankan nilai mata

‘/ 28
uang dalam batas-batas tertentu. Umumnya, bank sentral harus mengimbangi

ketidakseimbangan kondisi permintaan dan penawaran untuk mata uangnya agar

nilai mata uang tersebut tetap berada pada batasnya. Dalam beberapa situasi, bank

sentral dapat mengatur ulang nilai tukar tetap. Artinya, itu akan mendevaluasi atau

mengurangi nilai mata uangnya terhadap mata uang lainnya. Tindakan bank sentral

untuk mendevaluasi mata uang dalam pertukaran tetap sistem tarif disebut sebagai

devaluasi.

2. Freely Floating Exchange Rate

Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan oleh

pasar tanpa intervensi oleh pemerintah. Berbeda dengan sistem nilai tukar tetap

yang tidak memungkinkan fleksibilitas untuk pergerakan nilai tukar, sistem nilai

tukar mengambang bebas memungkinkan fleksibilitas lengkap. Sistem nilai tukar

mengambang bebas menyesuaikan secara terus mengikuti kondisi permintaan dan

penawaran untuk mata uang itu.

3. Managed Float Exchange Rate

Sistem nilai tukar yang beradadiantara sistem nilai tukar tetap dan sistem

nilai tukar mengambang bebas. Sistem nilai tukar ini menyerupai sistem nilai tukar

mengambang bebas yang memungkinkan untuk berfluktuasi setiap hari dan tidak

ada batasan resmi, akan tetapi sistem nilai tukar ini juga mirip dengan sistem nilai

tukar tetap di mana pemerintah pada kondisi-kondisi tertentu dapat melakukan

intervensi untuk mencegahnya mata uang mereka bergerak terlalu jauh ke arah

tertentu. Jenis sistem ini dikenal sebagai float yang dikelola.

‘/ 29
4. Pegged Exchange Rate

Beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar yang dipatok, dimana nilai

mata uang asal mereka dipatok pada nilai satu mata uang asing atau pada indeks

mata uang. Beberapa pemerintah menetapkan nilai mata uang mereka dengan mata

uang yang stabil, seperti Dollar, karena itu membuat nilai mata uang mereka

menjadi stabil. Karena dolar lebih stabil dari sebagian besar mata uang, itu akan

membuat mata uang mereka lebih stabil daripada kebanyakan mata uang lain.

2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Keseimbangan nilai tukar mata uang akan mengalami perubahan setiap

waktu sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran mata uang tersebut.

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan dan

penawaran mata uang tersebut akan berpengaruh pula pada fluktuasi nilai tukar

mata uang tersebut. Faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang

suatu negara dengan negara lain, yaitu (Madura, 2010:99).

1. Tingkat Inflasi

2. Tingkat Suku Bunga

3. Tingkat Pendapatan

4. Pengendalian Pemerintah

5. Ekspektasi Masa Depan

2.2 Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti mencoba

mencari dan menggali beberapa kajian empirik yang relevan dengan penelitian ini

untuk menjadi bahan perbandingan. Adapun ringkasan dari penelitian terdahulu

disajikan sebagai berikut.

‘/ 30
Asri Fatahillah Bau, Robby Joan Kumaat, Audie O. Niode (2016) dengan

judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap

Dolar Amerika Serikat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah

tingkat Suku Bunga SBI. Metode penelitian menggunakan teknik analisis

kuantitatif . Hasil penelitian adakah tingkat Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang

Beredar secara bersama-sama maupun secara parsial berpengaruh terhadap kurs

rupiah/dollar AS pada periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2014.

Nichen Rumondor, Robby Joan Kumaat, Steeva Y. L. Tumangkeng (2021)

dengan judul Pengaruh Nilai Tukar dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi Di

Indonesia Pada Masa Pandemic Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh nilai tukar Dollar dan jumlah uang beredar secara simultan

dan parsial terhadap Inflasi di Indonesia pada masa pandemic Covid-19. Jenis

penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif dengan menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai tukar rupiah

terhadap dolar secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di Indonesia,

(2) jumlah uang beredar secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Inflasi

di Indonesia dan (3) nilai tukar rupiah terhadap dolar dan jumlah uang secara

simultan beredar berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di Indonesia.

Irene T. Palembangan, Robby Joan Kumaat, Dennij Mandeij (2020) dengan

judul Analisis Pengaruh Tingakat Bunga Acuan BI, SIBOR, dan Nilai Tukar

Rupiah Terhadap Cadangan Devisi Di Indonesia (2011:Q1-2019:Q4). Cadangan

devisa yang sering disebut dengan international reserves and foreign currency

liquidity (IRFCL) atau official reserve assets didefinisikan sebagai seluruh aktiva

luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan dapat digunakan setiap waktu,

‘/ 31
guna membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka

stabilitas moneter dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan untuk

tujuan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

Tingkat Bunga Acuan BI, SIBOR, dan Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap Cadangan

Devisa di Indonesia baik dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diolah menggunakan

teknik analisis kuantitatif dengan metode Error Correction Model (ECM). Data

yang digunakan adalah data sekunder berbentuk runtut waktu (time series) yang

merupakan data kuartalan dengan periode 2011:Q1 – 2019:Q4. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang variabel

Tingkat bunga acuan BI dan Nilai tukar Rupiah terhadap cadangan devisa bertanda

negatif, sedangkan variabel SIBOR memiliki hubungan yang positif terhadap

cadangan devisa Indonesia, serta secara bersama variabel Tingkat bunga acuan BI,

SIBOR, dan Nilai tukar Rupiah mempengaruhi Cadangan devisa Indonesia.

Nur Anisa Tomayahu, Robby Joan Kumaat, Dennij Mandeij (2021) dengan

judul Analisis Pengaruh Nilai Tukar, PDB Tingkok, dan Foreign Direct Investment

(FDI) Terhadap Neraca Perdagangan Di Indonesia (2000-2019). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap US$,

PDB Tiongkok sebagai negara tujuan utama ekspor Indonesia, dan Foreign Direct

Investment (FDI) yang masuk ke Indonesia. Jenis data dalam penelitian ini

menggunakan data sekunder yang diolah menggunakan teknik analisis Kuantitatif

dengan Metode Ordinary Least Square (OLS). Dan data yang digunakan adalah

data sekunder berbentuk runtut waktu (time series) yang merupakan data tahunan

periode 2000 – 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Nilai Tukar

‘/ 32
Rupiah terhadap US$ dan variabel Foreign Direct Investment (FDI) berpengaruh

negatif dan signifikan secara statistik terhadap Neraca Perdagangan Indonesia,

sedangkan variabel PDB Tiongkok berpengaruh positif dan signifikan secara

statistik terhadap Neraca Perdagangan Indonesia.

Essmiralda Dandel, Robby Joan Kumaat , Dennij Mandeij (2022) dengan

judul Analisis Pengaruh Tingkat Kurs Dan PDB Amerika Serikat Terhadap Ekspor

Komoditi Unggulan Kopi Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Amerika Serikat

Periode 2000-2019. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat

kurs dan PDB Amerika Serikat terhadap ekspor kopi ke Amerika Serikat periode

2000-2019. Jenis data data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder

tahunan periode 2000-2019, yang diolah menggunakan teknik analisis kuantitatif

dengan metode Ordinary Least Square (OLS).Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa secara statistik variabel tingkat kurs berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ekspor kopi ke Amerika Serikat. Sedangkan PDB Amerika Serikat

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi ke Amerika Serikat.

Utari D. L. Kiay Demak, Robby Joan Kumaat, Dennij Mandeij (2018)

dengan judul Pengaruh Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, dan Inflasi Terhadap

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar. Nilai tukar merupakan indikator ekonomi

yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek

perekonomian suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

suku bunga deposito, jumlah uang beredar, dan inflasi terhadap nilai tukar rupiah

terhadap dollar. Populasi dalam pеnеlitian ini adalah sеluruh data timе sеriеs kuartal

suku bunga deposito, jumlah uang bеrеdar (M2), inflasi IHK, dan kurs tеngah dari

nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika. Penelitian ini menggunakan metode

‘/ 33
Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara

simultan dalam jangka panjang suku bunga deposito, jumlah uang beredar, dan

inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar. Dalam jangka

pendek suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar,

sedangkan jumlah uang beredar dan inflasi berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap nilai tukar.

Olivia Fictoria Lamatenggo, Een N. Walewangko, Imelda A.C Layuck

(2018) dengan judul Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi Dan Indeks

Pembangunan Manusia Terhadap Pengangguran Di Kota Manado tahun 2008-

2017. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Perangkat

lunak yang digunakan untuk melakukan anlisis adalah eviews 8. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negative dan tidak

signifikan terhadap pengangguran. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh

negative dan signifikan terhadap pengangguran dan Variabel indeks pembangunan

manusia berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pengangguran.

Melihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya bagi

pemerintah Kota Manado untuk mengstabilkan harga serta meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di daerah Kota Manado.

Sirtal Sirtalya J Rando, Debby Ch. Rotinsulu, Ita Pingkan Fasnie Rorong

(2021) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Penentu Inflasi Di Indonesia. Tujuan

penelitian untuk mengetahui Analisis Faktor-Faktor Penentu Inflasi Di Indonesia.

Alat analisis yang digunakan adalah Kuantitatif. Hasil penelitian suku bunga, nilai

tukar, pengeluaran pemerintah dan jumlah uang beredar secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi.

‘/ 34
Junaedy Angkouw (2013) dengan judul Perubahan Nilai Tukar Rupiah

Pengaruhnya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Kasar (CCO) Di Sulawesi Utara.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh perubahan nilai tukar Rupiah

terhadap ekspor minyak kelapa kasar (CCO). Dimana nilai tukar adalah merupakan

perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah terhadap mata uang negara lain.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Metode yang

digunakan adalah analisis regresi linier sederhana, dan diolah menggunakan

program Eviews 5.0. Hasil penelitian menunjukkan nilai tukar Rupiah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap ekspor minyak kelapa kasar (CCO) di Sulawesi

Utara. Diharapkan para eksportir, khususnya di Provinsi Sulawesi Utara

memperhatikan keterkaitan dan kesinambungan dari proses ekspor tersebut.

Maisaroh Fathul Ilmi (2017) dengan judul Pengaruh Kurs/ Nilai Tukar

Rupiah, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan LQ-45 Periode Tahun 2009-2013. Penelitian ini bertujuan mengetahui

pengaruh Kurs/ Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap

IHS LQ-45 tahun 2009-2013. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif,

uji asumsi klasik, regresi linier sederhana, dan regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: Kurs/ nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap IHS LQ-45, ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar –

0,117 dan sig t 0,000<0,05; Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap IHS LQ-45, ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar –9,693 dan sig t

0,446>0,05; Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

IHS LQ-45, ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar –87,152 dan sig t

0,000<0,05; Kurs/ nilai tukar rupiah, inflasi, tingkat suku bunga SBI secara

‘/ 35
simultan berpengaruh signifikan terhadap IHS LQ-45 ditunjukkan dengan sig t

0,000<0,05.

Diah Ayu Septi Fauji (2016) dengan judul Faktor–Faktor Yang

Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Periode 2013–Triwulan I 2015. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui faktorapa saja yang mempengaruhi Nilai Tukar

Rupiah. Metode analisis yang digunakan padapenelitian ini adalah Regresi

Partial Least Square dengan alat bantu software SPSS versi 21. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa

time series. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh data time

series tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi, jumlah uang

beredar, ekspor, impor dan nilai tukar Rupiah selama periode 2013-triwulan I

2015. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Sampel Jenuh. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumenter.Adapun hasil dari uji Regresi Partial Least Square tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh positif faktor Tingkat Inflasi

terhadap nilai tukar Rupiah, ada pengaruh positif faktor Tingkat Suku Bunga

terhadap nilai tukar Rupiah. Ada pengaruh positif faktor Pertumbuhan Ekonomi

terhadap nilai tukar Rupiah. Ada pengaruh positif faktor Jumlah Uang Beredar

terhadap nilai tukar Rupiah. Tidak ada pengaruh positif faktor Ekspor terhadap

nilai tukar Rupiah, karena dari hasil uji Regresi PLS diperoleh angka negatif.

Tidak ada pengaruh positif faktor Impor terhadap nilai tukar Rupiah. Faktor

yang paling dominan mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah variabel

Pertumbuhan Ekonomi.

‘/ 36
Samsul Arifin (2018) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi nilai tukar terhadap dolar amerika

serikat. Jenis penelitian ini memakai penelitian kuantitatif. Menurut hasil uji parsial

(uji z) menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, keterbukaan dan volatilitas nilai

tukar Rp/USD berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS sebagian. Sedangkan uji simultan (Uji F) menunjukkan bahwa

inflasi, tingkat suku bunga, keterbukaan dan volatilitas nilai tukar Rp/USD

berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara

bersamaan.

Luthfiah Azizah (2020) dengan judul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan

Jumlah Uang Beredar Luas Terhadap Inflasi di Indonesia Periode 2010 – 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah dan jumlah

uang beredar secara luas terhadap inflasi di Indonesia tahun 2010 – 2019. Serta

untuk mengetahui variabel bebas yang mempengaruhi secara dominan terhadap

inflasi di Indonesia. Teknik analisis dara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi berganda. Hasil analisis data menunjukkan secara simultan

terdapat pengaruh antara nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar luas terhadap

inflasi di Indonesia tahun 2010 – 2019.

Isiqomah (2013) dengan judul Pengaruh Inflasi Dan Investasi Terhadap

Nilai Tukar Rupiah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Inflasi Dan

Investasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil

dari penelitian ini adalah menunjukkan inflasi, investasi asing langsung dan dummy

krisis yang memberi pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia secara

‘/ 37
signifikan. Sementara itu, investasi langsung dalam negeri memiliki pengaruh

positif tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia.

Mirna Herawat (2021) dengan judul Analisis Perubahan Nilai Tukar Rupiah

Akibat Peningkatan Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Pertumbuhan Ekonomi

(Studi Pada Bank Indonesia Periode 2008 – 2017). Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat bunga memiliki hubungan langsung dengan nilai tukar Rupiah. Ini berarti

bahwa setiap kali tingkat bunga naik satu satuan, variabel beta (Y) nilai tukar rupiah

akan turun 0,02 dengan asumsi bahwa variabel independen lain dari model regresi

telah dikoreksi. Jika nilai pertumbuhan ekonomi (X3) bertambah satu poin, maka

nilai Y akan turun 0,06, dengan asumsi bahwa variabel independen lain dari model

regresi adalah tetap.

Daneswara Jauhari (2019) dengan judul Prediksi Nilai Tukar Rupiah

Terhadap US Dollar Menggunakan Metode Genetic Programming. Didapatkan

bahwa Algoritma GP dapat melakukan prediksi nilai tukar Rupiah terhadap mata

uang US Dollar dengan sangat baik, dilihat dari nilai Mean Absolute Percentage

Error (MAPE) yang dihasilkan sebesar 0,08%. Penelitian ini bisa dikembangkan

lebih baik dengan menambahkan parameter terminal dan parameter operasi

sehingga bisa menambah variasi hasil perhitungannya.

Jimmy Benny (2013) dengan judul Ekspor dan Impor Terhadap Posisi

Cadangan Devisi Di Indonesia. Era global saat ini mendorong negara-negara ke

dunia perdagangan internasional. Salah satu alat dan sumber pembiayaan yang

sangat penting dalam perdagangan internasional adalah cadangan devisa. Cadangan

devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan bank-bank devisa

yang diperlukan untuk membiayai impor dan dikelola oleh Bank Indonesia. Karena

‘/ 38
pentingnya cadangan devisa untuk suatu negara, dimana cadangan devisa selalu

berfluktuasi maka dilakukan pengujian terhadap beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi posisi cadangan devisa yaitu besarnya ekspor dan impor. Periode

penelitian 27 tahun, mulai dari tahun 1985-2011. analisis yang digunakan adalah

regresi linier berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square)

dan diolah dengan menggunakan Program Eviews 7. Hasil penelitian diperoleh

ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa, sementara

impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa. Artinya, jika

ekspor naik maka posisi cadangan devisa akan naik dan jika impor naik maka posisi

cadangan devisa akan turun.

Elsa Siti Fauziah, Abd. Kholik Khoerulloh (2020) dengan judul Pengaruh

Ekspor dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kurs Sebagai Variabel

Intervening. Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekspor dan impor

melalui kurs serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi yang diproksikan

dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Data yang digunakan yaitu laporan kwartal

mengenai ekspor, impor, kurs, dan produk domestik bruto tahun 2015- 2019.

Metode penelitian yang digunakan dengan analisis jalur yang diolah melalui SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ekspor dan impor berpengaruh secara

langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh secara tidak langsung

menunjukkan bahwa ekspor melalui kurs tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan impor berpengaruh secara tidak langsung melalui kurs

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Eka Yuliana Rahmawati, Bambang Ismanto, Destri Sambara Sitorus (2020)

dengan judul Analisis Pengaruh Ekspor dan Kurs Terhadap Cadangan Devisa

‘/ 39
Indonesia Tahun 1990-2019. Di masa memasuki pasar global membuat negara

membutuhkan kerjasama dengan negara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh

sebab itu, negara-negara mulai melakukan perdagangan internasional. Dengan

adanya perdangan internasional dapat menambah cadangan devisa negara misalnya

dengan melakukan ekspor. Cadangan devisa merupakan jumlah keseluruhan aktiva

luar negeri yang dapat digunakan kapan saja untuk membiayai ketidakseimbangan

neraca pembayaran, melakukan intervensi di pasar valuta asing dalam rangka

menjaga stabilitas moneter dan tujuan lainnya. Cadangan devisa dikuasai oleh

otoritas moneter. Cadangan devisa merupakan hal penting bagi suatu negara, namun

cadangan devisa di Indonesia masih mengalami fluktuasi oleh sebab itu dilakukan

pengujian terhadap beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cadangan devisa

yaitu seperti ekspor dan kurs. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh ekspor dan kurs baik secara parsial maupun simultan terhadap cadangan

devisa Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa time

series yaitu tahun 1990-2019 (30 tahun). Analisis yang digunakan yaitu dengan

analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan software IBM SPSS

Statistics Versi 22. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara simultan ekspor dan

kurs memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cadangan devisa. Secara parsial

ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cadangan devisa. Namun, kurs

secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cadangan devisa.

David E. Rapach, and Mark E. Wohar (2002), Testing the monetary model

of exchange rate determination. We test the long-run monetary model of exchange

rate determination for a collection of 14 industrialized countries using data

spanning the late nineteenth or early twentieth century to the late twentieth

‘/ 40
century. Interestingly, we find support for a simple form of the long-run monetary

model in over half of the countries we consider. For these countries, we estimate

vector error-correction models to investigate the adjustment process to the long-

run monetary equilibrium. In the spirit of Meese and Rogoff [Journal of

International Economics 14 (1983) 3–24], we also compare nominal exchange

rate forecasts based on monetary fundamentals to those based on a naıve random

walk model.

Charles Adjasi, Simon K. Harvey, and Daniel Agyapong (2008), Effect of

exchange rate volatility on the ghana stock exchange. The study looked at the

relationship between Stock Markets and Foreign Exchange market, and

determined whether movements in exchange rates have an effect on stock market

in Ghana. The Exponential Generalised Autoregressive Conditional

Heteroskedascity (EGARCH) model was used in establishing the relationship

between exchange rate volatility and stock market volatility. It was found that there

is negative relationship between exchange rate volatility and stock market returns

– a depreciation in the local currency leads to an increase in stock market returns

in the long run. Where as in the short run it reduces stock market returns.

Additionally, there is volatility persistence in most of the macroeconomic

variables; current period’s rate has an effect on forecast variance of future rate.

It was also revealed that an increase (decrease) in trade deficit and expectation in

future rise in trade deficit will decrease (increase) stock market volatility. In

addition, the consumer price index has a strong relationship with stock market

volatility. This means that an increase in consumer price will lead to a rise in stock

market volatility. Finally, there is the presence of leverage effect and volatility

‘/ 41
shocks in stock returns on the Ghana Stock Exchange.

Philippe Bacchetta, and Eric van Wincoop (2004), A Scapegoat Model of

Exchange Rate Fluctuations. While empirical evidence finds only a weak

relationship between nominal exchange rates and macroeconomic fundamentals,

forex markets participants often attribute exchange rate movements to a

macroeconomic variable. The variables that matter, however, appear to change

over time and some variable is typically taken as a scapegoat. For example, the

current dollar weakness appears to be caused almost exclusively by the large

current account deficit, while its previous strength was explained mainly by

growth differentials. In this paper, we propose an explanation of this phenomenon

in a simple monetary model of the exchange rate with noisy rational expectations,

where investors have heterogeneous information on some structural parameter of

the economy. In this context, there may be rational confusion about the true source

of exchange rate fluctuations, so that if an unobservable variable affects the

exchange rate, investors may attribute this movement to some current

macroeconomic fundamental. We show that this effect applies only to variables

with large imbalances. The model thus implies that the impact of macroeconomic

variables on the exchange rate changes over time.

‘/ 42
2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Inflasi H1

(X1)

Nilai Tukar Rupiah


H2
Eksspor Netto
(Y)
(X2)

H3

Sumber: Dikembangkan untuk penelitian ini, 2022


2.3 Hipotesis

Hipotesa yang saya ambil dalam penelitian ini di duga sebagai berikut:

1. Inflasi berpengaruh positif Terhadap Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah.

2. Ekspor Netto Berpengaruh positif Terhadap Nilai Tukar Rupiah.

3. Inflasi dan Ekspor Netto secara bersama-sama berpengaruh terhadap

nilai tukar.

‘/ 43
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Data Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk deret waktu (time series) yaitu meliputi data tahunan dari periode 2020

sampai dengan tahun 2021 sesuai dengan ketersediaan data. Data dalam penelitian

ini diperoleh dari beberapa sumber yang terkait dengan objek penelitian yaitu dari

Badan Pusat Statistik, literatur, artikel, dan jurnal yang berkaitan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang

menjelaskan kedudukan antar variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah inflasi (X1) dan Eksspor Netto (X2), nilai tukar rupiah sebagai variabel

(Y).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang

dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menggunakan metode dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari BPS,

dokumentasi yang dimiliki oleh perusahaan, bahan-bahan dokumentasi seperti

laporan tahunan, jurnal- jurnal yang membahas tentang fluktuasi nilai tukar rupiah.

‘/ 44
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan dua variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah, untuk variabel

bebas yaitu inflasi dan ekspor netto. Definisi operasional masing-masing variabel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Inflasi (X1) adalah kenaikan biaya variabel perunit dan harga barang secara

terus menerus dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam persen. Dan

indikator yang digunakan dalam pengukuran inflasi adalah data inflasi tahun

2020 sampai 2022.

2. Ekspor Netto (X2) adalah nilai dari hasil pengurangan antara nilai ekspor

yang di kurangi dengan nilai impor. Dan indikator yang digunakan dalam

pengukuran ekspor netto adalah data ekspor impor tahun 2020 sampai 2022.

3. Nilai Tukar Rupiah (Y) (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian

yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini

atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau

wilayah. Dan indikator yang digunakan dalam pengukuran nilai tukar rupiah

terhadap dolar amerika adalah data nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika

tahun 2020 sampai 2022.

3.4 Metode Analisis Data


3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi berganda digunakan untuk mengetahui arah dan besar pengaruh dari

variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel terikatnya

(Purwanto,2009).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

‘/ 45
berganda dengan variabel independen adalah Inflasi dan Ekspor Netto dan variabel

Y adalah Nilai Tukar Rupiah.

Nilai Tukar = f (Inflasi, NX)

Model di atas menggambarkan nilai tukar fungsi dari inflasi, ekspor netto.

Fungsi di atas merupakan turunan kombinasi dari beberapa penelitian yang

menggunakan variabel tersebut. Jika diturunkan dalam fungsi regresi maka

modelnya akan menjadi sebagai berikut :

Nilai Tukar = α + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan:

Variabel terikat = Nilai Tukar.

Variabel bebas = Inflasi, Ekspor Netto.

α = Nilai Konstanta.

β (1,2) = Koefisien regresi berganda.

e = parameter pengganggu.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji

t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil. Ada dua acara untuk mendeteksi apakah residual berdistrbusi normal

atau tidak, yaitu dengan analisis grafik (histogram dan normal plot) dan uji statistik

(Widodo, 2019).

Uji statistik yang digunakan untuk menilai normalitas dalam penelitian ini

‘/ 46
adalah uji Jarque Bera (JB) dengan histogram-normality test. Indikator yang

digunakan untuk pengambilan keputusan bahwa data tersebut berdistribusi normal

atautidak adalah apabila nilai probabilitas lebih besar (>) dari tingkat signifikansi

yang ditetapkan maka data berdistribusi secara normal. Apabila nilai probabilitas

lebih kecil (<) dari tingkat signifikansi yang ditetapkan maka data tidak

berdistirbusi normal.

b) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dikemukakan pertama kali oleh Ragner Frish. Frish

menyatakan bahwa multikolinier adalah adanya lebih dari satu hubungan linier

yang sempurna. Apabila dalam regresi berganda terjadi multikolinier apalagi

kolonier yang sempurna (koefisien korelasi antarvaraiabel bebas = 1), maka

koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan standar error-nya

tidak terhingga. (Purwanto,2009) Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai

VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi

multikolinieritas.

c) Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2013) dalam (Widodo, 2019) Uji heterokedastisitas

bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi.

Ada tiga dampak terjadinya heterokedastisitas (Purwanto, 2009) , yaitu:

1. Walaupun terjadi heterokedastisitas, koefisien penduga tetap efisien,

namunvariannya atau kesalahan baku penduganya menjadi lebar atau tidak

‘/ 47
efisien;

2. Interval keyakinan untuk koefisien regresi menjadi semakin lebar dan uji

signifikansi kurang kuat;

3. Apabila kita menggunakan OLS, maka uji t dan F tidak berfungsi

sebagaimanamestinya, sehingga diperlukan perubahan-perubahan.

Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi heterokedastisitas atau bersifat

homoskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heterokedastisitas, yakni melihat Grafik Plot, uji Park, uji Glejser, dan uji White.

Uji Glesjer dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual dari model yang

diestimasi terhadap variabel-variabel penjelas. Dasar pengambilan keputusan pada

uji ini adalah apabila nilai probability Obs*R squared > taraf signifikansi yang

ditentukan berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Untuk mengetahui apakah pada data

mengandung heteroskedastisitas atau tidak, dapat didasarkan pada asumsi berikut:

1. Apabila dari hasil uji glejser ditemukan bahwa nilai signifikansi dari

variabel independen terhadap nilai absolut residual < taraf signifikan yang

ditentukan, maka data dapat dikatakan mengandung heteroskedasitisitas.

2. Apabila dari hasil uji glejser ditemukan bahwa nilai signifikansi dari

variabel independen terhadap nilai absolut residual > taraf signifikan yang

ditentukan, maka data yang digunakan dalam penelitian dapat dikatakan

tidak mengandung heteroskedasitisitas

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode t-1.

‘/ 48
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanajng waktu berkaitan

satu sama lainnya. Masalah ini sering ditemukan pada data time series karena

“gangguan” pada individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Widodo, 2019)

Menurut Durbin Watson uji autokorelasi adalah sebuah analisis statistik

yang dilakukan untuk mengetahui adakah korelasi variabel yang ada di dalam

model prediksi dengan perubahan waktu. Oleh karena itu, apabila asumsi

autokorelasi terjadi pada sebuah model prediksi, maka nilai disturbance tidak lagi

berpasangan secara bebas, melainkan berpasangan secara autokorelasi. Untuk

mengetahui ada dan tidaknya autokorelasi perlu dilakukan pengujian terlebih

dahulu dengan menggunakan Uji statistik Durbin Watson (DW test). Pengujian

tersebut didasarkan dari segi residual metode OLS. Adapun dasar pengambilan

keputusan dalam uji autokorelasi durbin-watson adalah sebagai berikut (Widarjono,

2013):

• Bila d (Durbin Watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL)

maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

• Bila d (Durbin Watson) terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis

nol diterima yang artinya tidak ada autokorelasi.

• Bila d (Durbin Watson) terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU)

dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan pasti.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji Breush-Godfrey

atau disebut juga dengan uji Lagrange-Multiplier (LM-test). Jika p-value obs*R-

square < taraf signifikansi yang ditentukan, maka dalam model regresi ada korelasi

‘/ 49
serial. Namun jika p-value obs*R-square > taraf signifikansi yang ditentukan, maka

dalam model regresi tidak ada gejala autokorelasi.

3.4.3 Uji Signifikansi (Uji Hipotesis)

3.4.4.1 Uji Simultan (Uji-F)

Uji F dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan menyeluruh dari variabel

bebas dalam menjelaskan keragaman variabel terikat. Untuk mengetahui apakah

secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat,

digunakan uji F dilihat dari koefisien regresi variabel independent dengan tingkat

kesalahan (α = 1%, 5% atau 10%). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan

besarnya nilai F- hitung terhadap besarnya nilai F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel,

maka H0 ditolak atau secara statistik variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila F-hitung <

F-tabel, maka H0 diterima atau secara bersama-sama variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.4.4.2 Uji signifikansi parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh

atau tidak terhadap variabel terikat secara individual. Apabila nilai prob t-hitung

lebih kecil dari tingkat kesalahan (α = 1%, 5% atau 10%) maka dapat dikatakan

bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya,

sedangkan apabila nilai prob. t-hitung lebih besar dari tingkat kesalahan (α = 1%,

5% atau 10%) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya.

3.4.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau

ketepatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam

‘/ 50
suatu persamaan regresi. Dengan kata lain, koefisien determinasi menunjukkan

kemampuan [variabel X yang merupakan variabel bebas, menerangkan atau

menjelaskan variabel Y yang merupakan variabel terikat. Semakin besar nilai

koefisien determinasi, semakin baik kemampuan variabel X menerangkan atau

menjelaskan variabel Y.

Nilai R2 akan berkisar antara 0 sampai 1. Nilai R2 = 1 menunjukkan bahwa

100% total variasi diterangkan oleh persamaan regresi atau variabel bebas, baik X1

maupun X2, mampu menerangkan variabel Y sebesar 100%. Sebaliknya apabila R2

= 0 menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang diterangkan oleh varian bebas

dari persamaan regresi baik X1 maupun X2.

‘/ 51
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Objek Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografi Indonesia

Secara astronomis, Indonesia terletak antara 60 04’ 30’’ Lintang Utara dan

110 00’ 36’’ Lintang Selatan dan antara 940 58’ 21’’ sampai dengan 1410 01’ 10’’

Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada

garis lintang 00.

Gambar 4. 1 Peta Indonesia

Sumber: Peta Tematik Indonesia.

Berdasarkan osisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas:

Utara–Negara Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Thailand, Palau, dan Laut

Cina Selatan; Selatan–Negara Australia, Timor Leste, dan Samudera Hindia; Barat–

Samudera Hindia; Timur–Negara Papua Nugini dan Samudera Pasifik. Batas-batas

tersebut ada pada 111 pulau terluar yang perlu dijaga dan dikelola dengan baik.

Pulau-pulau tersebut digunakan untuk menentukan garis pangkal batas wilayah

negara Indonesia dengan negara lain (Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017

‘/ 52
tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar). Berdasarkan letak geografisnya,

kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di

antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan

empat kepulauan, yaitu:

• Pulau Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,

Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung.

• Kepulauan Riau: Kepulauan Riau.

• Kepulauan Bangka Belitung: Kepulauan Bangka Belitung

• Pulau Jawa: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,

dan Jawa Timur.

• Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan

Nusa Tenggara Timur.

• Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

• Pulau Sulawesi: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.

• Kepulauan Maluku: Maluku dan Maluku Utara.

• Pulau Papua: Papua dan Papua Barat

Sebagai negara kepulauan, indonesia memiliki ribuan pulau dan terhubung

oleh berbagai selat dan laut. Saat ini, pulau yang berkoordinat dan terdaftar di

Perserikatan Bangsa-Bangsa (2012) berjumlah 13.466 pulau.

‘/ 53
4.1.2 Jumlah Penduduk Indonesia

Dibawah ini jumlah penduduk indonesia berdasarkan hasil sensus Badan

Pusat Statistik, sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Indonesia

Provinsi Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk


Aceh 2691,8 2696,3 5388,1
Sumatera Utara 7392,7 7405,7 14798,4
Sumatera Barat 2760,6 2785,1 5545.7
Riau 3553,2 3398,0 6951,2
Jambi 1831,3 1772,9 3604,2
Sumatera Selatan 4358,0 4242,8 8600,8
Bengkulu 1015,2 979,1 1994,3
Lampung 4363,3 4170,6 8534,8
Kep. Bangka Belitung 756,9 712,9 1469,8
Kep. Riau 1179,0 1130,5 2309,5
DKI Jakarta 5267,8 5308,6 10576,4
Jawa Barat 25111,2 24454,0 49565,2
Jawa Tengah 17237,3 17500,9 34738,2
DI Yogyakarta 1935,4 1983,8 3919,2
Jawa Timur 19722,2 20233,7 39955,9
Banten 6557,9 6337,4 12895,3
Bali 2221,4 2193,1 4414,4
Nusa Tenggara Barat 2563,9 2662,0 5225,9
Nusa Tenggara Timur 2731,6 2781,8 5513,4
Kalimantan Barat 2591,4 2513,5 5104,9
Kalimantan Tengah 1394,9 1291,4 2686,3
Kalimantan Selatan 2156,7 2111,9 4268,6
Kalimantan Timur 1902,9 1761,8 3664,7
Kalimantan Utara 374,1 334,2 708,4
Sulawesi Utara 1279,6 1233,4 2512,9
Sulawesi Tengah 1565,1 1516,6 3081,7
Sulawesi Selatan 4348,5 4540,3 8888,8
Sulawesi Tenggara 1352,9 1350,6 2703,5
Gorontalo 593,5 592,8 1186,3
Sulawesi Barat 692,2 686,0 1378,1
Maluku 900,4 886,7 1787,1
Maluku Utara 637,3 615,0 1252,3
Papua Barat 518,1 468,0 986,0
Papua 1777,7 1615,4 3393,1
INDONESIA 135337,0 134266,4 269603,4
Sumber: Badan Pusat Statistik.

‘/ 54
Berdasarkan sensus penduduk 2020, jumlah penduduk indonesia tercatat

sebanyak 270 juta jiwa. Angka tersebut hampir mencapai tiga kali lipat

dibandingkan dengan hasil sensus tahun 1961. Selama tahun 1961-2020,

pertum~1``buhan penduduk tertinggi terjadi antara tahun 1971-1980. Rata-rata

pertumbuhan penduduk per tahun pada periode tersebut sekitar 2,4%. Pada tahun

1980-1990 pertumbuhan penduduk turun menjadi 2%, kemudian secara bertahap

kembali turun menjadi di bawah 2% pada periode setelahnya, hingga pada periode

2010-2020 pertumbuhan penduduk per tahun menjadi 1,25% (BPS 2021).

4.1.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) di

mana nilai Rupiah mencapai Rp15.000,- per Dollar AS. Setahun ini memang

pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami guncangan, baik dari sisi internal

maupun dari sisi eksternal. Pelemahan Rupiah tidak bisa dilepaskan dari kondisi

ekonomi yang terjadi di luar Indonesia. Pelemahan nilai Rupiah dianggap menjadi

penyebab meningkatnya harga barang-barang kebutuhan yang tidak diimbangi

dengan adanya kenaikan gaji dari pemerintah.

Pelemahan nilai tukar Rupiah juga secara tidak langsung akan berpengaruh

terhadap strategi investasi yang dilakukan oleh masyarakat karena beberapa

instrument investasi sangat ditentukan oleh kurs Rupiah.

Setelah krisis keuangan yang terjadi di AS pada tahun 2008, pemerintah AS

mulai memberlakukan beberapa kebijakan ekonomi untuk memperbaiki

perekonomian mereka. Semenjak 2013 pemerintah AS melakukan kebijakan

tapering off yaitu meningkatkan suku bunga negara yang membuat nilai Dollar

menguat dan mengurangi supply di kancah global.

‘/ 55
Tiga tahun terakhir kondisi perdagangan ekspor impor Indonesia

mengalami tekanan berat yang disebabkan turunnya harga komoditas di pasar

internasional. Kondisi ini berdampat besar terhadap Indonesia yang

menggantungkan ekonominya dari ekspor komoditas dan membuat neraca

perdagangan memburuk. Pada akhirnya kondisi ini menyebabkan Rupiah melemah.

Menurunnya nilai ekspor Indonesia berbanding terbalik dengan nilai impor

yang semakin meningkat. Hal ini menjadi kesalahan konsumsi masyarakat yang

lebih menyukai produk buatan luar negeri dibandingkan dengan produk buatan

lokal. Selain itu, masih tingginya impor bahan bakar minyak (BBM) di tengah

kenaikan harga minyak dunia mengakibatkan subsidi yang diberikan pemerintah

juga meningkat. Besarnya impor yang membutuhkan banyak Dollar sebagai alat

pembayaran khususnya barang konsumsi berdampak pada pelemahan Rupiah.

Gambar 4. 2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika


Serikat Tahun 2020-2022

Kurs RP/USD
17,000.00
16,500.00
16,000.00
15,500.00
15,000.00
14,500.00
14,000.00
13,500.00
13,000.00
12,500.00
12,000.00
November

November
Mei

Mei

Mei
Maret
Maret

Maret

Juli
Juli

Juli
September

September

September
Januari

Januari

Januari

2020 2021 2022

Berdasarkan gambar 4.2 kita dapat melihat pada tahun 2020 nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami depresiasi hingga awal tahun

‘/ 56
2021. Pada bulan maret 2020 Rupiah mengalami kenaikan sebesar Rp 16.367/USD

dibandingkan dengan 2 bulan sebelumnya, dan depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat masih berlanjut hingga akhir tahun 2021. Namun

pada bulan juni 2021 Rupiah mengalami apresiasi sebesar Rp 14,496/USD dari

bulan januari sebesar Rp 14,084/USD. Dan pada tahun 2022 nilai tukar rupiah

kembali mengalami pelemahan/depresiasi sebesar Rp 15,542/USD.

4.1.4 Perkembangan Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya

yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri

meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa

tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga

diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen

(IHK) pada Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11% (mtm), lebih rendah

dibandingkan dengan perkiraan awal maupun inflasi bulan sebelumnya yang

tercatat 1,17% (mtm). Realisasi inflasi yang lebih rendah dari prakiraan awal

tersebut sejalan dengan dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi

kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar

prakiraan awal. Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah seiring dengan lebih

rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM tersebut dan belum

kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi

IHK secara tahunan tercatat 5,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy).

‘/ 57
Penurunan inflasi IHK ini sejalan dengan semakin eratnya sinergi kebijakan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis

lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta

Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju

inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM. Untuk

itu, Bank Indonesia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kebijakan

yang secara bersama-sama menjaga stabilitas harga sehingga mendukung daya beli

msyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi. Untuk keseluruhan tahun 2022,

Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan

prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1%. Sinergi kebijakan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk

memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan.

Gambar 4. 3 Perkembangan Inflasi Tahun 2020-2022

Inflasi
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
September
Januari

September

Januari

Januari

September
Juli

Juli

Juli
Mei

Mei

Mei
Maret

Maret

Maret
November

November

2020 2021 2022

Berdasarkan gambar 4.3 pada januari 2020 sampai mei 2020 inflasi

mengalami kenaikan sebesar 2, 19%, pada juni 2020 sampai desember 2021 inflasi

mengalami penurunan sebesar 1,87%. Namun pada januari 2022 sampai oktober

‘/ 58
2022 inflasi mengalami kenaikan yang cukup drastis yaitu mencapai 5,71%.

4.1.5 Perkembangan Ekspor Netto

Ekspor Indonesia pada April 2022 tercatat sebesar USD 27,32 miliar, lebih

tinggi dibandingkan bulan sebelumnya serta tumbuh sebesar 47,76% (year on year).

Ekspor migas dan nonmigas sama-sama mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu

sebesar 48,92% dan 47,7% (yoy). “Potensi penguatan nilai ekspor masih akan terus

tinggi seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih

berlanjut ke depannya. Hal ini juga terus diimbangi dengan baik oleh pertumbuhan

ekspor nonmigas yang konsisten kuat. Ini bukti nyata perbaikan struktur ekonomi

yang fundamental.

Meskipun dampak langsungnya diperkirakan relatif kecil bagi kinerja

perdagangan Indonesia, Pemerintah terus memantau potensi dampak ketegangan

Rusia - Ukraina salah satunya melalui transmisi volume dan harga komoditas

global.

Gambar 4. 4 Perkembangan Ekspor Netto Tahun 2020-2022

EKSPOR NETTO
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
JULI

JULI

JULI
MEI

MEI

MEI
SEPTEMBER

SEPTEMBER

SEPTEMBER
JANUARI

NOVEMBER

JANUARI

NOVEMBER

JANUARI
MARET

MARET

MARET

-1000
-2000

2020 2021 2022

Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat nilai ekspor netto dari awal bulan

‘/ 59
januari 2020 sampai oktober 2022 ekspor netto mengalami fluktuasi. Nilai terendah

dari ekspor netto terjadi pada bulan januari 2020 dengan nilai sebesar -632.3, dan

nilai tertinggi dari ekspor netto terjadi pada bulan april 2022 dengan nilai sebesar

7564.9, dan catatan terakhir dari nilai ekspor netto yaitu di bulan oktober 2022

dengan nilai sebesar 5593.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Hasil Penelitian

4.2.1.1 Hasil Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Squard

(OLS) digunakan untuk mengetahui antara variabel bebas Inflasi, Ekspor Netto dan

variabel terikat Nilai Tukar Rupiah. Data sekunder tersebut diestimasikan dengan

analisis regresi berganda seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dan

diolah menggunakan program eviews 10. Hasil perhitungan regresi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 2 Hasil Estimasi OLS

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 14177.75 173.8227 81.56441 0.0000
INFLASI 203.0503 61.83781 3.283595 0.0026
EKSPOR NETTO -0.032397 0.044558 -0.727081 0.4728
R2 0.268540
F-statistic 5.506920
Sumber: Hasil Olahan Eviews 10.

Dari tabel 4.2 maka hasil regresi dapat dibentuk model estimasi OLS

sebagai berikut:

Nilai Tukar RP= 14177.75 + 203.0503INF – 0.032397NX

Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel bebas yaitu Inflasi

‘/ 60
dan Ekspor Netto terhadap Nilai Tukar Rupiah sebagai berikut:

• Koefisien Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Tukar

Rupiah. Hasil ini menunjukan hasil tes ini sesuai dengan teori dimana

koefisien sebesar 203.0503. artinya setiap kenaikan inflasi sebesar 1% maka

Nilai Tukar Rupiah akan naik sebesar 203.0503 Rupiah.

• Koefisien Ekspor Netto berpengaruh negatif terhadap Nilai Tukar Rupiah.

Hasil ini menunjukan hasil tes ini sesuai teori, dimana nilai koefisien sebesar

-0.032397. artinya setiap kenaikan ekspor netto sebesar 1% maka Nilai

Tukar Rupiah akan turun sebesar -0.032397 Rupiah.

a. Uji Statistik F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakh variabel bebas secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel pada derajat kebebasan (n-k-1).

Hasil perhitungan Uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 3 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Model F Prob Kesimpulan

Regression 5.506920 0.009180 Signifikan

Sumber: Hasil Olahan Eviews 10.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat pengaruh simultan variabel Inflasi dan

Ekspor Netto secara bersama berpengaruh signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah.

b. Uji Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh variabel Inflasi dan Ekspor Netto terhadap

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Pengambilan keputusan uji

hipotesis secara parsial juga didasarkan pada nilai probalitas yang didapatkan dari

‘/ 61
hasil pengolahan data melalui program eviews 10, sebagaimana dikutip oleh

(widarjono,2013).

• Jika nilai probality < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

• Jika nilai probality > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dapat dilihat hasil perhitungan uji-t pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Kesimpulan

C 14177.75 173.8227 81.56441 0.0000

INFLASI 203.0503 61.83781 3.283595 0.0026 Signifikan

EKSPOR -0.032397 0.044558 -0.727081 0.4728 Tidak

NETTO Signifikan

Sumber: Hasil Olahan Eviews 10.

Nilai t dari hasil perhitungan eviews 10 yang tertera dalam kolom t-Start,

dengan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK= n-3 atau 33-3 = 30. Dari

ketentuan tersebut diperoleh angka tabel sebesar 2.042 maka pengaruh inflasi dan

ekspor netto terhadap nilai tukar rupiah dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Inflasi

Berdasarkan hasil perhitungan angka t hitung 3.283595 > 2.042. Nilai

koefisien 203.0503 dengan probality 0.0026 < 0.05 maka H1 diterima H0

ditolak. Artinya ada hubungan linear dengan variabel Nilai Tukar Rupiah.

Dimana inflasi berpengaruh positif dan signifikan yang artinya semakin

tinggi inflasi maka secara signifikan nilai tukar rupiah akan meningkat

sehingga hipotesisi pertama dapat diterima.

‘/ 62
• Ekspor Netto

Berdasarkan hasil perhitungan angka t hitung -0.727081 < 2.042. Nilai

koefisien -0.032397 dengan probality 0.4728 > 0.05. maka H1 ditolak H0

diterima. Artinya tidak ada hubungan linear dengan variabel Nilai Tukar

Rupiah. Dimana ekspor netto berpengaruh negatif dan tidak signifikan yang

artinya semakin rendah ekspor netto maka secara tidak signifikan nilai tukar

rupiah akan menurun sehingga hipotesis kedua dapat diterima.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah suatu indikator yang digunakan untuk

menggambar berapa banyak variasi yang dijelaskan dalam model. Berdasarkan

nilai R2 dapat diketahui tingkat signifikansi atau kesesuaian hubungan antara

variabel bebas dan variabel tidak bebas dalam regresi linier. Namun terdapat

kelemahan, yaitu akan terjadi peningkatan R 2 jika terdapat penambahan variabel

independen, tanpa memperhatikan tingkat signifikansinya. Untuk itu dalam

penelitian ini digunakan adjusted R2 karena tidak akan naik atau turun meskipun

terdapat penambahan variabel independen ke dalam model. Nilai adjusted R2

tersebut akan tampak pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 5 Hasil Uji Determinasi

Variabel Adjusted R2

Inflasi dan Ekspor Netto 0.219776

Sumber: Hasil Olahan Eviews 10.

Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah

0.219776, hal ini menunjukan bahwa 21.97% nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh

inflasi dan ekspor netto. Sedangkan sisanya 78.03% dipengaruhi faktor diluar

‘/ 63
model yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.

4.2.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera (JB)

untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dilihat pada

probalitynya. Dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4. 5 Hasil Uji Normalitas


12
Series: Residuals
10
Sample 2020M01 2022M10
Observations 33

8 Mean -6.32e-13
Median -79.13960
6 Maximum 1610.224
Minimum -1080.408
4
Std. Dev. 421.7675
Skewness 1.264803
Kurtosis 8.499621
2

Jarque-Bera 50.38652
0 Probability 0.000000
-1000 -500 0 500 1000 1500

Berdasarkan gambar 4.5 dari hasil uji normalitas didapati hasil bahwa data

terdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan niali probality lebih kecil dari

α=5% (0.000000<0,05)

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2013), Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas di

dalam regresi berganda. Model regresi berganda yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

‘/ 64
Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Centered VIF

C NA

Inflasi 1.147315

Ekspor Netto 1.147315

Sumber: Hasil Olahan Eviews 10.

Dari tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa variabel independen tidak ada

masalah multikolinearitas, karena VIF masing-masing variabel lebih kecil dari 10.

Jadi, hasil regresi OLS tidak memiliki masalah multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan varian residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji ARCH.

Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program Eviews 10. Untuk melihat apakah

regresi mengandung heteroskedastisitas dilakukan uji ARCH dimana apabila nilai

probability Obs*R squared > 0.05 berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Sebaliknya, apabila nilai prob.

Obs*R squared < 0.05 maka terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

F-statistic 0.224316 Prob. F (1,29) 0.6393


Obs*R-squared 0.237945 Prob. Chi-Square (1) 0.6257
Sumber: Hasil Olahan Eviews 10.

‘/ 65
Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas hasil uji heteroskedastisitas menunjukan

bahwa nilai probabilitas Chi-Square lebih dari α = 5% (0.6257 > 0.05 artinya tidak

terdapat masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Gambar 4. 6 Hasil Uji Durbin-Watson

R-squared 0.154205 Mean dependent var -6.32E-13


Adjusted R-squared 0.033377 S.D. dependent var 421.7675
S.E. of regression 414.6691 Akaike info criterion 15.03157
Sum squared resid 4814613. Schwarz criterion 15.25831
Log likelihood -243.0208 Hannan-Quinn criter. 15.10786
F-statistic 1.276237 Durbin-Watson stat 1.802772
Prob(F-statistic) 0.302861

Berdasarkan gambar 4.6 di atas di dapatkan nilai Durbin Watson sebesar

1.802772 dengan nilai dL = 1.321 dan nilai dU = 1.577, hasil ini didapatkan dimana

jumlah observasi atau n = 33 dan jumlah variabel independen dan dependen yang

digunakan atau k = 2. Hasil uji yang ditemukan adalah bahwa nilai statistik d

sebesar 1.802 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1.577 dan kurang dari (4-dU)

yakni 2.423. maka kesimpulannya untuk uji autokorelasi tidak masalah atau gejala

autokorelasi.

4.2.2 PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh

dari Kementrian Perdagangan, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik.

Kemudian di olah menggunakan bantuan dari aplikasi eviews 10. Tujuan yang

‘/ 66
dapat dikemukakan dalam penelitian ini dalah hasil pengolahan data yang telah

dilakukan, dapat dikatakan bahwa hasil estimasi R-square adalah sebesar 0.219776

yang artinya besarnya kontribusi nilai X1 (Inflasi), dan X2 (Ekspor Netto) terhadap

Y (Nilai Tukar Rupiah) secara simultan adalah sebesar 21.97% sedangkan sisanya

(100% - 21.97%) = 78.03% dipengaruhi faktor lain diluar variabel yang digunakan

dalam penelitian ini.

4.2.2.1 Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah

Hasil regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menujukkan bahwa

variabel Inflasi berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap

Nilai Tukar Rupiah tahun 2020-2022.

Hasil ini sesuai dengan teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini

dimana “inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau kenaikan

likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada gejala

umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah uang beredar yang diduga

telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga.” (Supriyanto,2007:171). Inlasi

yang tinggi akan menjadi beban bagi semua pihak perusahaan maupun masyarakat,

maka daya beli suatu mata uang dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya baik barang maupun jasa akan semakin rendah atau menurun.

Hubungan ini menunjukkan pentingnya menjaga kestabilan harga barang dan jasa

dengan cara mengembangkan setiap produk-produk dalam negeri agar diminati

masyarakat dan lebih banyak mengonsumsi barang dalam negeri daripada barang

impor.

Hasil penelitian serupa dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Samsul Arifin (2018) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai

‘/ 67
Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat” menunjukkan bahwa inflasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar

amerika serikar sebagian.

4.2.2.2 Pengaruh Ekspor Netto Terhadap Nilai Tukar

Hasil regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menujukkan bahwa

variabel Ekspor Netto berpengaruh negarif dan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Nilai Tukar Rupiah tahun 2020-2022.

Hasil ini sesuai dengan teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini

dimana “pengaruh yang signifikan ketika Indonesia meningkatkan impor dan lesu

dalam ekspor, membuat rupiah mengalami terdepresiasi atau melemah. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap

negara lain) makin besar pula permintaan akan impor sehingga permintaan akan

valuta asing juga mengalami peningkatan. Kurs valuta asing cenderung meningkat

dan harga mata uang sendiri turun.” (Nopirin, 1997:148). Hubungan ini

menujukkan pentingnya menciptakan produk barang dan jasa yang mempunyai

daya saing yang tinggi sehingga produk dalam negeri bisa dipasarkan lebih banyak

ke pasar luar negeri yang dapat menaikkan nilai ekspor.

Hasil penelitian serupa dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Arum C. K. Dewi (2018) yang berjudul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi

Kurs Rupiah Di Indonesia” menunjukkan bahwa ekspor neto tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

4.2.2.3 Pengaruh Inflasi dan Ekspor Netto Secara Simultan Terhadap Nilai

Tukar Rupiah

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Inflasi dan Ekspor Netto secara

‘/ 68
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah. Hal ini

menunjukkan bahwa Inflasi dan Ekspor Netto memiliki pengaruh besar terhadap

Nilai Tukar Rupiah.

Hasil ini didukung oleh penelitian terdahulu oleh (Zumrotudz Dzakiyah,

2018) yang menyatakan bahwa hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa

tingkat inflasi dan nilai ekspor mempengaruhi nilai tukar rupiah.

‘/ 69
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Inflasi berpengaruh positif dan signifikan yang artinya semakin tinggi inflasi

maka secara signifikan nilai tukar rupiah akan meningkat.

• Ekspor Netto berpengaruh negatif dan tidak signifikan yang artinya semakin

rendah ekspor netto maka secara tidak signifikan nilai tukar rupiah akan

menurun.

• Secara simultan variabel Inflasi dan Ekspor Netto secara bersama berpengaruh

signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah.

5.2 Saran

Berdasarakn hasil penelitian ini, adapun penulis dapat menulis saran sebagai

berikut:

• Untuk pemerintah agar tetap menjaga kestabilan inflasi dan mengembangkan

produk-produk barang dan jasa dalam negeri.

• Untuk masyarakat agar dapat lebih banyak menggunakan produk dalam negeri

dan menciptakan usaha-usaha kreatif yang bisa bersaing sampai kepasar luar

negeri.

• Untuk peneliti selanjutkan diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan metode analisis yang baru agar dapat memberikan informasi yang lebih

baik.

‘/ 70
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Ath Thobarry. (2009). Tesis: Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga,
Laju Inflasi Dan Pertumbuhan Gdp Terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan
Tahun 2000-2008), Universitas Diponegoro Semarang.

Afrizal. (2020). Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model Ecm.


Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi Dan Studi
Pembangunan, 978–602.

Andre Setiyono, T., & Damar Wicaksono, S. (2020). Pengaruh Pandemi Covid-19
Terhadap Nilai Tukar Rupiah. Efektif Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 11(2), 149–
156. Www.Covid19.Go.Id

Anwary, Ahmad Amiruddin. (2011). Prediksi Kurs Rupiah Terhadap Dollar


Amerika Menggunakan Fuzzy Time Series. Program Studi Teknik
Informatika Jurusan Matematika. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. Semarang.

Arjunita, C. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia.


Ecosains: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembangunan, 5(2), 137.
Https://Doi.Org/10.24036/Ecosains.11065357.00

Ayu, D., & Yessi, M. (2016). Pengaruh Ekspor Neto, Kurs, Pdb Dan Utang Luar
Negeri Terhadap Cadangan Devisa Indonesia 1997-2016. 1199–1227.

Batubara, Z., & Nopiandi, E. (2020). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Dan Bi
Rate Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Jps (Jurnal Perbankan Syariah), 1(1), 53–68.
Https://Doi.Org/10.46367/Jps.V1i1.201

Bau, A. F., Kumaat, R. J., & Niode, A. O. (2016). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
Serikat. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(03), 524–535.

Benny, J. (2018). Ekspor Dan Impor Pengaruhnya Terhadap Posisi Cadangan


Devisa Di Indonesia. Jurnal Sportif : Jurnal Penelitian Pembelajaran, 2(6),
24–29. Https://Www.Ptonline.Com/Articles/How-To-Get-Better-Mfi-
Results%0amuhammadkahfi16060474066@Mhs.Unesa.Ac.Id

Br Silitonga, R., Ishak, Z., & Mukhlis, M. (2019). Pengaruh Ekspor, Impor, Dan
Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 15(1), 53–59. Https://Doi.Org/10.29259/Jep.V15i1.8821

‘/ 71
Baldwin, E.A. (2005). Edible Coating For Fresh Fruits And Vegetables : Past,
Present, And Future.

Charles, A., Simon, H. K., & Daniel, A. (2008). Effect Of Exchange Rate Volatility
On The Ghana Stock Exchange. African Journal Of Accounting, Economics,
Finance And Banking Research, 3(3), 28–47.

Deliarnov. (2016). Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Embun Tiur Tantra (Ed.);


Revisi). Pt Rajagrafindo Persada.

Dewi, A. C. K. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Rupiah Di


Indonesia. Journal Of Controlled Release, 11(2), 430–439.

Diana, I. Kadek Arya, & Dewi, N. P. M. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika Serikat Di Indonesia.
Tjyybjb.Ac.Cn, 27(2), 58–66.

Dzakiyah, Z., Puspitaningtyas, Z., & Puspita, Y. (2018). Pengaruh Jumlah Nilai
Ekspor Dan Tingkat Inflasi Terhadap Kurs Rupiah Tahun 2009-2016. Jurnal
Perilaku Dan Strategi Bisnis, 6(2), 103.
Https://Doi.Org/10.26486/Jpsb.V6i2.559

Edalmen. (2019). Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Perdagangan Luar Negeri Dan
Inflasi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi, 24(1), 15.
Https://Doi.Org/10.24912/Je.V1i1.449

Ferdiansyah, F. (2020). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku


Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito Terhadap Tingkat Inflasi. 21(1),
1–9. Http://Journal.Um-Surabaya.Ac.Id/Index.Php/Jkm/Article/View/2203

Fauziah, E. S., & Khoerulloh, A. K. (2020). Dengan Kurs Sebagai Variabel


Intervening. 2(1), 15–24. Https://Doi.Org/10.15575/Ks.V1i1.15

Ginting, Ari M. (2015). Analisis Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia. 1–20.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss
21 Update Pls Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryanto. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Dan
Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg).

Harjunata, Y. T., Kalalo, & Rotinsulu, T. O. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Inflasi. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(01), 706–717.

Herawati, M. (2013). Analisis Perubahan Nilai Tukar Rupiah Akibat Peningkatan


Inflasi, Tingkat Suku Bunga Sbi Dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Bank

‘/ 72
Indonesia Periode 2008 – 2017). Paper Knowledge . Toward A Media History
Of Documents, 23, 12–26.

Iskandar Simorangkir, & Suseno. (2002). Sistem Dan Kebijakan Nilai Tukar Seri
Kebanksentralan.

Iskandar, W. S. Dan. (2011). Pengendalian Moneter Dalam Sistem Nilai Tukar


Yang Fleksibel. Jurnal Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2(1), 1–42.

Istiqomah, I. (2016). Pengaruh Inflasi Dan Investasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah.
Signifikan: Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(1), 57–68.
Https://Doi.Org/10.15408/Sjie.V2i1.2373

Jhingan. (2010). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan Cetakan Ke 13. Jakarta


: Rajawali Press.

Kumaat, R. (2021). Pengaruh Ldr, Roa, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga
Deposito Berjangka Di Sulawesi Utara.

Kurnia, A. M., & Purnomo, D. (2009). Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Amerika Serikat Pada Periode Tahun 1997.I – 2004.Iv. Jurnal Ekonomi
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 10(2), 234.
Https://Doi.Org/10.23917/Jep.V10i2.802

Kusuma, H., Sheilla, F. P., & Malik, N. (2018). Analisis Pengaruh Ekspor Dan
Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Perbandingan Indonesia Dan
Thailand). 140–152.

Karno, O. : (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Di


Indonesia. Jurnal Ekonomi, 17(1).

Krochta, J.M., Baldwin, E.A., Dan Nisperos Carriedo, M.O. [Eds], Edible Coatings
And Films To Improve Food Quality. Technomic Publishing Company
Inc. Lancaster Pennsylvania. P. 25-64

Krugman. Paul R, Dan Maurice Obstfeld. (2000). Ekonomi Internasional, Teori


Dan Kebijakan. Rajawali Pers. Jakarta.

Madura, Jeff. (2010). Pengantar Bisnis Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

Mahyudi, A. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Analisis Data Empiris. Bogor:


Ghalia Indonesia.

Mankiw, N. Gregory. (2010). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Made Yoga Putra, N. & H. (2015). Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Atas
Dollar As Terhadap Kinerja Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Di
Indonesia. Ekp, 13(3), 1576–1580.

‘/ 73
Luhgede, N., Luwihadi, A., & Arka, S. (2014). Determinan Jumlah Uang Beredar
Dan Tingkat Inflasi Di Indonesia Periode 1984-2014.

Mahendra, A. (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga Sbi
Dan Nilai Tukar Terhadap Inflasi Di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi &
Keuangan, 2(1), 1–12. Https://Doi.Org/10.54367/Jrak.V2i1.170

Maipita, I. (2013). Keterkaitan Instrumen Kebijakan Moneter Dengan Neraca


Pembayaran Di Indonesia. Paper Knowledge . Toward A Media History Of
Documents, 03(01), 12–26.

Mustika, C., Umiyati, E., & Achmad, E. (2015). Analisis Pengaruh Ekspor Neto
Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Paradigma Ekonomika, 10(2),
292–302.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.

Raharjo, A. (2013). Teori-Teori Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi


Dan Pertumbuhan Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sadono, Sukirno. (2010). Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Pt. Raja
Grasindo Perseda. Jakarta.

Suseno Dan Siti Astiyah. (2009). Inflasi. Jakarta: Pusat Pendidikan Dan Studi
Kebanksentralan Bi.

Ningsih, S., & Kristiyatnti, L. (2016). Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Inflasi Di
Indonesia Periode 2014-2016. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 20,
8.

Noor, Z. Z. (2011). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Nilai Tukar. Trikonomika, 10(2), 139–147.

Osok, M., Kumaat, R. J., & Mandeij, D. (2019). Analisis Pengaruh Kebijakan
Moneter Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia Periode 2008.I – 2017.Iv.
19(02), 49–59.

Palembangan, I. T., Kumaat, R. J., Mandeij, D., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F.,
& Ratulangi, U. S. (2020). Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan
Devisa Di Indonesia (2011:Q1-2019:Q4) Cadangan Devisa. 20(02), 152–164.

Pengaruh, A., Tukar, N., Tiongkok, P. D. B., Direct, D. A. N. F., Ekonomi, F., &
Pembangunan, J. E. (2019). 3 1,2,3. 9(1), 1291–1300.

Perencanaan, K., Nasional, P., & Indonesia, B. R. (2020). Dampak Covid-19


Terhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Harga Saham Gabungan
(Ihsg). Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal Of

‘/ 74
Development Planning, 4(2), 151–165.
Https://Doi.Org/10.36574/Jpp.V4i2.114

Prayoga, M. I. Adi. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai


Tukar Indonesia Terhadap Dollar Amerika Serikat (1990-2014).

Purwaning Astuti, I., & Juniwati Ayuningtyas, F. (2018). Pengaruh Ekspor Dan
Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Studi
Pembangunan, 19(1). Https://Doi.Org/10.18196/Jesp.19.1.3836

Putri, L. P. (2017). Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar As
Terhadap Kinerja Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Di Indonesia.
Ekonomikawan: Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 17(1), 46–55.
Https://Doi.Org/10.30596/Ekonomikawan.V17i1.1178

Putu, W. G. (2013). Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ( Unud ), Bali ,


Indonesia Pasar Modal Di Indonesia Telah Mengalami Perkembangan Yang
Semakin Baik , Hal Indonesia ( Bei ) Dari Tahun Ke Tahun Sehingga Semakin
Banyak Jenis Surat Berharga Tingkat Suku Bunga , Dan Nilai. Jurnal
Akuntansi Universitas Udaya, 2(1), 421–435.

Rahmawati, E. Y., Ismanto, B., Sitorus, D. S., & Artikel, I. (2019). Kata Kunci :
Cadangan Devisa , Ekspor , Kurs. 2016.

Rapach, D. E., & Wohar, M. E. (2004). Testing The Monetary Model Of Exchange
Rate Determination: A Closer Look At Panels. Journal Of International
Money And Finance, 23(6), 867–895.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Jimonfin.2004.05.002

Rejeki, R. S. (2015). Pengaruh Inflasi Dan Nilai Impor Terhadap Nilai Tukar
Rupiah Per Us Dollar Di Indonesia. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Rumondor, N., Kumaat, R. J., & Tumangkeng, S. Y. L. (2021). Jurnal Berkala


Ilmiah Efisiensi Volume 21 No . 03 Oktober 2021 Pengaruh Nilai Tukar Dan
Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi Di Indonesia Pada Masa Pandemic
Covid-19 Nichen Rumondor Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 21 No .
03 Oktober 2021 Nichen Rum. 21(03), 57–67.

Rusiadi, & Novalina, A. (2015). Kemampuan Keynesian Balance Of Payment


Theory Dan Monetary Approach Balance Of Payment Mendeteksi
Keseimbangan Neraca Perdagangan Indonesia., 16(1994), 1–37.
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/37501/6/Bab Ii.Pdf

Rusiadi, & Novalina, A. (2015). Kemampuan Keynesian Balance Of Payment


Theory Dan Monetary Approach Balance Of Payment Mendeteksi
Keseimbangan Neraca Perdagangan Indonesia, 16(1994), 1–37.
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/37501/6/Bab Ii.Pdf

‘/ 75
Sabtiadi, K., & Kartikasari, D. (2018). Analisis Pengaruh Ekspor Impor Terhadap
Nilai Tukar Usd Dan Sgd. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis,
6(2), 135–141. Https://Doi.Org/10.30871/Jaemb.V6i2.629

Santosa, A. B. (2016). Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Neraca


Transaksi Berjalan. 2(2), 1–23.

Sulaiman, M. (2019). Pengaruh Inflasi , Ekspor Netto Dan Cadangan Devisa


Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar As. Fkultas Ekonomi Dsn
Bisnis, Universitas Tanjung Pura Pontianak, 1(1), 78–89.

Svensson, L. E. O. (1992). An Interpretation Of Recent Research On Exchange Rate


Target Zones. Journal Of Economic Perspectives, 6(4), 119–144.
Https://Doi.Org/10.1257/Jep.6.4.119

Tjahjono, E. D., Hutabarat, A. R., Haryono, E., Majardi, F., & Pramono, B. (2003).
Pengukuran Inflasi Inti (Core Inflation) Di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter
Dan Perbankan, 2(4), 1–34. Https://Doi.Org/10.21098/Bemp.V2i4.280

Tjahjono, E. D., Hutabarat, A. R., & Haryono, E. (1999). Pengukuran Inflasi Inti
(Core Inflation) Di Indonesia. 23, 1–34.

Triyoso, Bambang. 2004. Analisis Kausalitas Antara Ekspor Dan Pertumbuhan


Ekonomi Di Negara Asean. Fe Usu: Medan.

Utari D.L Kiay Demak, Robby J. Kumaat, D. M. (2018). Effect Of Money Supply
And Inflation On The Rupiah Against The. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi,
18(02), 181–192.

Utomo, & Fauziyah, E. (2017). Faktor - Faktor Determinan Kurs Rupiah Terhadap
Dollar Amerika. 12(1), 12–23.

‘/ 76
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Nilai Tukar Rupiah

Tahun Bulan Kurs RP/USD


2020 Januari 13,662.00
Februari 14,234.00
Maret 16,367.00
April 15,157.00
Mei 14,733.00
Juni 14,302.00
Juli 14,653.00
Agustus 14,554.00
September 14,918.00
Oktober 14,690.00
November 14,128.00
Desember 14,105.00
2021 Januari 14,084.00
Februari 14,229.00
Maret 14,572.00
April 14,468.00
Mei 14,310.00
Juni 14,496.00
Juli 14,491.00
Agustus 14,374.00
September 14,307.00
Oktober 14,199.00
November 14,340.00
Desember 14,269.00
2022 Januari 14,381.00
Februari 14,371.00
Maret 14,349.00
April 14,418.00
Mei 14,544.00
Juni 14,848.00
Juli 14,958.00
Agustus 14,875.00
September 15,247.00
Oktober 15,542.00
Sumber: Kementrian Perdagangan.

‘/ 77
Lampiran 2. Data Inflasi

Tahun Bulan Inflasi


2020 Januari 2.68%
Februari 2.98%
Maret 2.96%
April 2.67%
Mei 2.19%
Juni 1.96%
Juli 1.54%
Agustus 1.32%
September 1.42%
Oktober 1.44%
November 1.59%
Desember 1.68%
2021 Januari 1.55%
Februari 1.38%
Maret 1.37%
April 1.42%
Mei 1.68%
Juni 1.33%
Juli 1.52%
Agustus 1.59%
September 1.60%
Oktober 1.66%
November 1.75%
Desember 1.87%
2022 Januari 2.18%
Februari 2.06%
Maret 2.64%
April 3.47%
Mei 3.55%
Juni 4.35&
Juli 4.94%
Agustus 4.69%
September 5.95%
Oktober 5.71%
Sumber: Bank Indonesia.

‘/ 78
Lampiran 3. Data Ekspor-Impor

Tahun Bulan Ekspor Impor


2020 Januari 13636.4 14268.7
Februari 14042.1 11548.1
Maret 14031.3 13352.2
April 12159.8 12535.2
Mei 10452.6 8438.6
Juni 12006.8 10760.3
Juli 13689.9 10464.3
Agustus 13055.3 10742.4
September 13956.2 11570.1
Oktober 14363.4 10786
November 15258.4 12664.4
Desember 16539.6 14438.4
2021 Januari 15300.2 13329.9
Februari 15255.4 13265
Maret 18398.4 16787.5
April 18474.1 16204.3
Mei 16908 14234.8
Juni 18547.8 17218.5
Juli 19369.6 15263.1
Agustus 21443.2 16678.9
September 20618.8 16234.1
Oktober 22091 16293.6
November 22845.4 19328.2
Desember 22357.7 21352
2022 Januari 19173.7 18211.1
Februari 20472.9 16638.5
Maret 26497.5 21962.4
April 27322.3 19757.4
Mei 21509.8 18609.3
Juni 26150.1 21003.9
Juli 25563.2 21345
Agustus 27862.1 22150.6
September 24777.2 19808.3
Oktober 24728.4 19135.4
Sumber: Badan Pusat Statistik.

‘/ 79
Lampiran 4. Hasil Regresi Linear Berganda

Dependent Variable: KURS


Method: Least Squares
Date: 01/21/23 Time: 17:17
Sample (adjusted): 2020M01 2022M10
Included observations: 33 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 14177.75 173.8227 81.56441 0.0000


INFLASI 203.0503 61.83781 3.283595 0.0026
EKSPORNETTO -0.032397 0.044558 -0.727081 0.4728

R-squared 0.268540 Mean dependent var 14555.36


Adjusted R-squared 0.219776 S.D. dependent var 493.1485
S.E. of regression 435.5996 Akaike info criterion 15.07783
Sum squared resid 5692410. Schwarz criterion 15.21388
Log likelihood -245.7842 Hannan-Quinn criter. 15.12361
F-statistic 5.506920 Durbin-Watson stat 1.407643
Prob(F-statistic) 0.009180

Uji Normalitas
12
Series: Residuals
10
Sample 2020M01 2022M10
Observations 33

8 Mean -6.32e-13
Median -79.13960
6 Maximum 1610.224
Minimum -1080.408
4
Std. Dev. 421.7675
Skewness 1.264803
Kurtosis 8.499621
2

Jarque-Bera 50.38652
0 Probability 0.000000
-1000 -500 0 500 1000 1500

Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factors


Date: 01/21/23 Time: 17:23
Sample: 2020M01 2022M12
Included observations: 33

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 30214.34 5.254750 NA
INFLASI 3823.914 4.758685 1.147315
EKSPORNETTO 0.001985 4.151068 1.147315

‘/ 80
Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: ARCH

F-statistic 0.224316 Prob. F(1,29) 0.6393


Obs*R-squared 0.237945 Prob. Chi-Square(1) 0.6257

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/21/23 Time: 17:26
Sample (adjusted): 2020M02 2022M10
Included observations: 31 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 131379.4 88881.98 1.478133 0.1502


RESID^2(-1) 0.081261 0.171575 0.473620 0.6393

R-squared 0.007676 Mean dependent var 145732.5


Adjusted R-squared -0.026542 S.D. dependent var 459166.6
S.E. of regression 465220.3 Akaike info criterion 29.00075
Sum squared resid 6.28E+12 Schwarz criterion 29.09327
Log likelihood -447.5116 Hannan-Quinn criter. 29.03091
F-statistic 0.224316 Durbin-Watson stat 2.130746
Prob(F-statistic) 0.639317

‘/ 81
Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.552474 Prob. F(2,28) 0.0959


Obs*R-squared 5.088764 Prob. Chi-Square(2) 0.0785

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/21/23 Time: 17:28
Sample: 2020M01 2022M10
Included observations: 33
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -8.782392 166.9998 -0.052589 0.9584


INFLASI -21.05529 60.38901 -0.348661 0.7300
EKSPORNETTO 0.019282 0.043288 0.445428 0.6594
RESID(-1) 0.275654 0.182759 1.508292 0.1427
RESID(-2) -0.353711 0.185435 -1.907468 0.0668

R-squared 0.154205 Mean dependent var -6.32E-13


Adjusted R-squared 0.033377 S.D. dependent var 421.7675
S.E. of regression 414.6691 Akaike info criterion 15.03157
Sum squared resid 4814613. Schwarz criterion 15.25831
Log likelihood -243.0208 Hannan-Quinn criter. 15.10786
F-statistic 1.276237 Durbin-Watson stat 1.802772
Prob(F-statistic) 0.302861

‘/ 82

Anda mungkin juga menyukai