Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan di bidang peternakan babi dilakukan melalui peningkatan produktivitas

ternak, sehingga terjadi peningkatan produktivitas ternak, pemenuhan kebutuhan protein hewani

masyarkaat, peningkatan pendapatan peternak babi, perluasan lapangan kerja dan produksi

pupuk kandang. Produktivitas ternak dinilai dari produksi daging yang dihasilkan maupun

jumlah populasi ternak yang dicapai dalam kisaran wakter tertentu. Adapun peningkatan jumlah

populasi ternak ditentukan oleh jumlah kelahiran dan jumlah pemasukan ternak, sebaliknya

penurunan jumlah populasi ternak ditentukan oleh jumlah ternak yang mati atau hilang, jumlah

ternak yang potong, maupun jumlah pengeluaran ternak, sehingga melalui peningkatan jumlah

kelahiran, maka peningkatan populasi dapat berlangsung secara berkesinambungan. Mutasi

ternak berupa pemasukan ternak, peningkatan populasi berlangsung dengan cepat, tapi belum

tentu akan terjadi secara berkesinambungan. Jika jumlah pemotongan ternak hewani (babi)

betina produktif cukup tinggi, maka peningkatan populasi akan berjalan lambat. Salah satu terna

yang dapat dikembangkan dalam bidang peternakan adalah ternak babi. Babi merupakan salah

satu komoditas ternak yang bersifat prolife sehingga memiliki potensi yang cukup baik untuk

mencapai peningaktan jumlah populasi melalui kelahiran. Peningkatan populasi ternak menjadi

ukuran manajemen pemeliharaan maupun kualitas ternak yang ada. Asumsinya manajemen yang

baik dan kualitas ternak yang baik, maka akan terjadi peningkatan populasi yang terjadi secara

optimal yaitu terjadi peningkatan populasi ternak dalam satuan waktu tertentu sesuai dengan

potensi genetic yang dimiliki oleh ternaknya. Struktur populasi perkembangan populasi ternak

babi, digunakan untuk mengestimasi perkemabangan populasi ternak babi (Sawo.K;hal.78, Para-

Para, Vol.1., No.2, Desember 2020; ISSN:2746-217x;”Klasifikasi Struktur Populasi Ternak Babi

1
di Keluarahan Nabarua Distrik Nabire”).

Negara Indonesia merupakan salah satu Propinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa,

Kecamatan Kawangkoan, dimana salah satu Desa Tondegesan. Kecamatan Kawangkoan terdiri

dari wilayah 15 dan luas wilayahnya 1.114,87 kilometer (data Badan Pusat Statistik,2021).

Diman terdapat jumlah kelurahan dan desa Kecamatan Kawangkoan sebanyak 270. Jumlah

penduduk Kecamatan Kawangkoan sebesar 336.015 (2021), jumlah wilayah administrasi adalah

sebanyak 71,02. Wilayah Kecamatan Kawangkoan terbagi 12 wilayah (Desa + Kelurahan)

adalah (1).Toure 2: Tompaso Barat; (2).Toure:Tompaso Barat; (3).Tonsewer Selatan: Tompaso

Barat;(4).Tonsewer:Tompaso Barat;(5).Pinabetengan Selatan:Tompaso Barat;

(6).Pinabetengan:Tompaso Barat; (7).Pinabetengan Utara: Tompaso Barat; (8).Tondegesan

2 Utara: Tompaso Barat; (9).Tondegesan 2: Tompaso Barat; (10).Tondegesan 2 Utara: Tompaso

Barat; (11).Ranotongkor Timur: Tombariri; (12).Ranotongkor: Tombariri Timur.

Profil Desa Tondegesan I, di Kecamatan Kawangkoan, Hukum Tua: Bapak Hendra

Kalengkongan, terdapat Jumlah Penduduk sebanyak: 1.157 jiwa orang. Kecamatan Kawangkoan

dipimpin oleh: Ibu Anne Moniung. Adapun jumlah populasi penduduk keseluruhan Kecamatan

Kawangkoan :9.998 jiwa. Kode Kemendagri adalah:71.02.12. Luas wilayah Kecamatan

Kawangkoan:15.02 Kilometer dan Jumlah Desa / Kelurahan adalah 416.

Wilayah Demografis, Kecamatan Kawangkoan, batas wilayahnya adalah: Sebelah Utara:

Kecamatan Kawangkoan Utara; Sebelah Timur : Kecamatan Remboken dan Tompaso;Sebelah

Selatan: Kecamatan Tompaso; Sebelah Barat: Kecamatan Kawangkoan.

Wilayah Geografis Kecamatan Kawangkoan memiliki 2 Musim yaitu Musim Kering dan

Musim Hujan, dimana terletak pada Ketinggian: 400-800 dpl dengan keadaan Topografis: datar

sampai dengan miring. Adapun jenis tanah yang dominan adalah Royosol dan Andosol dengan

ph.4.5 – ph 7.5 dan didukung oleh kompleks pusat pertokoan pasar tradisional, pasar hewan,

2
terminas bus dan angkutan di Kawangkoan merupakan pasar hewan yang barometer di Propinsi

Sulawesi Utara, menyebabkan pasar di Kawangkoan ini menjadi ajang pertemuan para pedagang

hewan, khususnya mengenai perdagangan sapi, babi dan kuda, anjing dan sebagainya, selain

bagian besar digunakan untuk peternakan hewan, seperti Peternakan Babi.

Wilayah Geografis Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan terdapat di:


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulutan;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tompaso;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kinali Kawangkoan;
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tolok.
Lahan peternakan untuk pembuangan kotoran peternakan babi bagi masyarakat/pnduduk

tidak merasa terganggu dengan adanya peternakan lahan babi serta campuran makanan babi, agar

cepat gemuk dan sehat adalah pakan alami yang ada disekitar tempat tinggal masyarakat Desa

Tondegesan, terdapat:jagung. Pakan ternak babi harus cepat besar dan sehat mengandung

kandungan 6 unsur pokok diantaranya:

(1). Protein,(2).Lemak,(3).Serat Kasar,(4).Vitamin, (5).Mineral,(6).Air. Adapun bahan

pakan ternak hewan mengandung:(1).Mineral, (2).Konsentrat, (3).Vitamin. Manfaat peternakan

babi yaitu: (1).berguna untuk menabung untuk masa depan; (2).Limbahnya dapat menghasilkan

Pupuk Organik, (3).Energi dalam Bentuk Biogas.

Pengembangan peternakan babi di Kecamatan Kawangkoan, Desa Tondegesan sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh secara langsung terhadap peternak

babi, seperti: (1).Suhu, (2).Kelembaban, (3).Curah Hujan. Sumberdaya alam sangat penting

dalam pemenuhan kebutuhan hidup ternak babi dan jenis dan ketersediaan pakan harus

diperhatikan dalam usaha peternakan babi disuatu daerah Desa Tondegesan. Kualitas

sumberdaya manusia akan membantu pola peternakan babi akan terbentuk. Faktor unsur

pendidikan, pengalaman, umur,pengetahuan yang baik dari peternakan babi akan membawa
3
usaha menuju kearah baik. Teknologi peternakan babi sudah berkembang harus dimanfaatkan

untuk menunjang pengembangan usaha peternakan babi serta faktor pendukung sangat

membantu dalam pengembangan usaha peternakan babi.

Pendapatan keluarga masyarakat Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan mengenai

usaha peternakan babi berpengaruh pada profil pemeliharaan ternak babi lokal bagi jumlah

pemilikan ternak, mempunyai alasan untuk memelihara ternak babi, anggota keluarga yang

terlibat, system pemeliharaan ternak perkandangan, pakan ternak babi guna pengembangan

ternak babi lokal selanjutnya faktor lingkungan internal dan eksternal dan strategi pengembangan

usaha peternak babi dan faktor pemasaran penjualan dan faktor mempengaruhi produksi

peternakan babi.

Berdasarkan latar belakang uraian diatas, peneliti melakukan penelitian :


Analisis Pendapatan Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan ”.
1.2. Identifikasi Masalah
2. Pendapatan keluarga peternakan babi belum efisien.

3. Produksi ternak babi belum terjangkau.

4. Pemasaran babi belum memadai.

I.3. Rumusan Masalah


1. Berapakah struktur biaya produksi, penerimaan dan pendapatan keluarga belum memadaipeternak
babi Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan ?
2. Apakah usaha produksi dan pemasaran peternak babi layak dikembangkan bila dilihatdari
pendekatan keuntungan Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan ?

1.4. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui struktur biaya produksi, penerimaan, pendapatan peternak babi di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan .
2. Mengetuhui untuk kelayakan usaha produksi dan pemasaran peternak babi dan dikembangkandari
pendekatan keuantungan Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan .

4
1.5 Mafaat Penelitian

1.Teoritis

1. Sebagai peternak babi dalam melakukan proses perhitungan struktur biaya produksi,

penerimaan pendapatan mengalolasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien

memperoleh keuntungan.

2. Sebagai informasi kepada pihak pemerintah daerah agar dapat mengambil kebijakan usaha

peternak babi dalam mengembangkan produksi dan harga penjualan/ pemasaran di tingkat

regional, nasional dan internasional.

3. Peternak babi mampu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan / konsumen melalui produksi

dan pemasaran yang berkesinambungan dalam jangka panjang.

2. Praktis

1.Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi (S-1) dalam melakukan Penelitian

mengenai “Analisis Pendapatan Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan Satu.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Pendapatan

Pendapatan dalam Ilmu Ekonomi menurut Samuelson dan Nordhaus (2005) adalah

sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicaapai dari penggunaan kekayaan atau

jasa manusis bebas, sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendpaatan dari setiap

anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah rumah

tangga atau sumber lainnya. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, Pendapatan adalah hasil

kerja usaha dan sebagainya, sedangkan Pendapatan dalam kamus Managemen adalah uang yang

diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk: upah (wage), gaji

(salary), sewa (rent), tingkat suku bunga (interest rate), komisi (commission) dan laba (profit).

Menurut Yunus, (2011) mengemukakan bahwa Pendapatan dapat dibedapkan menjadi 2,

yaitu: (1).Pendapatan Usaha Tani dan (2).Pendapatan Rumah Tangga. Pendapatan (Income)

merupakan pengurangan dari Penerimaan (Revenue) dengan Biaya Total (TC atau Biaya

Keseluruhan dari FC / Biaya Tetap – VC / Biaya Variabel). Pendapatan Rumah Tangga yaitu

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha peternak babi ditambah dengan pendapatan yang

berasal dari kegiatan diluar usaha ternak babi. Pendapatan usaha peternak babi adalah selisih

antaran Pendapatan Kotor (Output) dan Biaya Produksi (Input) yang dihitung dalam jangka

waktu perbulan, pertahun dan permusim, dalam pendapatan usaha peternak babi ada 2 unsur

yang digunakan yaitu Unsur Penerimaan dan Unsur Pengeluaran dari usaha peternak babi.

Sukirno mendefinisikan Pendapatan adalah “jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk

atas prestasi kerjanya selama 1 periode, tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

6
Budiono mengemukakan Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang

dimilikinya kepada sektor produksi. Soekartawi (2002) bahwa usaha peternak babi diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang memanfaatkan sumberdaya yang ada

secara efektif dan efisien untuk tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu.

Menurut Soekawarti dalam Rabim dan Hastuti (2009:166): Pendapatan Usaha Tani

(peternak babi) merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain

Pendapatan meliputi pendapatan kotor atau Penerimaan Total dan Pendapatan Bersih.

Pendapatan Kotor atau Penerimaan Total adalah nilai produksi komoditas peternak babi secara

keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksinya.

2.1.2 Konsep Pendapatan

Kriteria pengujian Pendapatan untuk mengetahui Untung Rugi suatu usaha peternak babi

yaitu: (BEP) atau Break Event Point:

(1).BEP (Break Event Point)

Break Event Point atau (BEP) adalah suatu titik atau keadaan, dimana penjualan dan pengeluaran sama atau

kondisi, dimana penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya. BEP/ Break Event Point

yang biasanya dalam Bahasa Indonesia disebut

“Titik Impas” ini biasanya membandingkan jumlah pendapatan atau jumlah unit yang harus

dijual untuk dapat menutupi Biaya Tetap (FC / Fixed Cost) dan Biaya Variabel (VC /Variabel

Cost) terkait dalam menghasilkan suatu Penjualan (Marketing). Dengan kata lain, Titik Impas

atau BEP /Break Event Point adalah titik dimana suatu bisnis tidak mengalami kerugian dan

tidak memperoleh keuntungan (profit / laba).

Analisis BEP / Break Event Point umumnya digunakan untuk menghitung kapan sebuah
7
usaha/bisnis atau proyek akan menguntungkan dengana cara: menyamakan total pendapatan (TR

/Total Revenue) dengan TC /Total Cost). Dengan Analisis BEP /Break Event Point, dalam

manajemen perusahaan dapat mengetahui jumlah penjualan (Marketing count) minimum yang

harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian (losses) dan mengetahui jumlah penjualan

(count marketing) diharuskan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu (level profit) serta

membantu manajemen dalam pengambilan keputusan apakah akan melanjutkan atau

memberhentikan bisnisnya.

Menurut Yamit (1998:62), BEP /Break Event Point dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana Total Pendapatan (TR /Total Revenue) besarnya sama dengan Total Biaya Pengeluaran

(Total Cost Expenditure) atau (TR = TC).

Menurut Hansen dan Mowen (1994:16), BEP / Break Event Point is where total revenue

equal total’s costs, the point is Zero Profit’s. Dalam Bahasa Indonesia BEP adalah Total

Pendapatan (TR) sama dengan Total Cost (TC) intinya adalah nol keuntungan (Profit).

Menurut Harahap (2004), BEP /Break Event Point adalah suatu kondisi perusahaan tidak

memperoleh laba (profit) dan tidak menderita kerugian (losses) artinya semua biaya yang telah

dikeluarkan untuk Operasi Produksi bisa ditutupi oleh Pendapatan dari Penjualan Produk.

8
Price (harga) Gambar 2.1. BEP (Break Event Point)

(Break Event Point) Pendapatan (Income)

Biaya (C0st) VC (Variabel Cost) atau

Biaya Variabel

Biaya Tetap (FC)

Losses (Rugi) Profit (Laba /Untung)

0 Output

BEP /Break Event Point

(TC) TotalCost (FC  VC)


BEP   
Rumus :
(P) (Pr ice) (Pr ice)

Soekartawi, (2016): mengemukakan Teori Pendapatan merupakan salah satu tujuan

didirikannya suatu usaha. Dengan adanya Pendapatan berarti sebuah usaha masih berjalan dan

layak untuk dipertahankan walaupun masih ada beberapa hal yang lain, selain Pendapatan yang

bias menjadi bahan pertimbangan untuk meneruskan sebuah usaha. Dengan memperhatikan

jumlah pendapatan, akan diketahui apakah suatu usaha mendapatkan untuk atau malah merugi.

Ditinjau dari segi Sisi Rumah Tangga Keluarga, maka Pendapatan pada prinsipsnya mempunyai

sifat menambah dan menaikkan nilai kekayaan pemilik peternakan hewani babi, baik dalam

bentuk penerimaan maupuhn tagihan.

Arsyad (2014) mengemukakan Pendapatan Nasional merupakan nilai produksi barang-

barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian (Negara) dalam jangka waktu 1 tahun,

9
sehingga dimaksud dengan Pendapatan adalah semua barang dan jasa dan uang yang diperoleh

atau diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur

dalam 1 tahun yang diwujudkan dalam lingkupan individual /masyarakat disebut Pendapatan Per

Kapita (Personal Income).

Menurut Indriyo (2010) bahwa “Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh

faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi meliputi: tanah (sewa), tenaga

kerja (upah /gaji), tingkat suku bunga dan keuntungan (laba)”.

Menurut Boediono (2012)bahwa Pengertian Umum Pendapatan adalah hasil pencaharian

usaha dan hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.

3 Pasar Utama dalam Analisis Ekonomi Makro (Tree Basic Market’s):


(1).Goods and Services Market adalah pasar barang dan jasa ialah pertemuan antara permintaan
(Demand) dan penawaran (Supply) barang dan jasa.
(2).Labor Market: pasar tenaga kerja ialah interaksi antara permintaan dan penawaran tenaga
kerja.
(3).Money and Capital Market: pasar uang dan pasar modal ialah interaksi antara permintaan
uang dan penawaran uang. Asumsinya, “jika hak penggunaan uang yang diperjualbelikan pasar
adalah 1 tahun atau kurang “ atau Pasar Uang atau Money Market.
Capital Market adalah jika hak penggunaan uang diperjualbelikan dipasar lebih dari 1 tahun.

3 Metode Penghitungan Pendapatan Nasional adalah


(1).Output Approach atau Metode Ouput atau Metode Produksi atau PDB /Produk Domestik
Bruto adalah total outuput /produksi yang dihasilkan oleh suatu perekonomian.
Rumus: NT  NO  Dimana: NT : Nilai Tambah (Value Added)
NO : Nilai Output
NI : Nilai Input Antara
Dimana, Aktivitas Produksi yang Baik adalah Aktivitas yang Menghasilkan NT > 0.
n

Rumus :

Dimana ::

10
PDB   NT
i1

I = sektor produksi ke 1,2,3,4,5,6,7,8,9,n.


(sektor pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan, perikanan, kehutanan,dan sebagainya).
(2).Income Approach / Metode Pendapatan adalah nilai ouput perekonomian sebagai nilai total
balas jasa atas faktor produksi digunakan dalam proses produksi.
Hubungan antara Tingakt Ouput dengan 4 Faktor Produksi digunakan Fungsi Produksi:
Rumus: Q  f (L, K,U , E)
Dimana: Q = Output ; L = Labor /Tenaga Kerja; K = Kapital /Modal; U = Money
/Financial/Uang; E = Enterpreneurship /kewirausahaan / Pengusaha
Rumus: PN  w  i  r 
Dimana:
w = wages / upah dan salary / gaji;
i= interest rate /tingkat suku bunga /modal /pendapatan bunga
r = rent / pendapatan sewa (rent) atau tanah (lahan)
 = profit / keuntungan /laba

(3).Metode Pengeluaran (Expenditure Approach): nilai PDB /Produk Domestik Bruto merupakan
nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan (Income)

(a).Produksi
Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari suatu proses produksi. Produksi
Peternak Babi diperoleh dari kegiatan mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti
(1).tanah (lahan) atau (rent) atau sewa,(2).tenaga kerja (labor): upah (wage) atau gaji (salary),
(3).modal (capital) atau tingkat suku bunga (interest rate) atau (i), (4).enterpreneurship/
wirausaha/pengusaha/ management /manajemen (profit) atau keuntungan. Jadi dimana besar
kecilnya kapasitas produksi peternak babi sangat mempengaruhi terhadap pendapatan usaha
peternak babinya.
(b).Luas Lahan / Tahan (Sewa /Rent)
Lahan merupakan pabrik produksinya usaha peternak babi (Soekartawi, 2002). Besar
kecilnya luas lahan sangat berpengaruh terhadap produksi peternak babi dan pendapatan usaha
peternak babi.
(c).Tenaga Kerja (Labor)atau Upah (wage) dan Gaji (Sallary)
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan usaha peternak babi sangat
berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternak babi tersebut. “Apalagi digunakan lebih

banyak tenaga kerja luar keluarga berarti akan memperbesar biaya tunai yang harus dikeluarkan
oleh peternak babi”.
(d). Modal (Capital) atau Tingkat Suku Bunga (Interest Rate) (i)
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah biaya variabel (VC /Variabel
Cost) yang digunakan pihak peternak babi dalam suatu proses produksi.
Asumsinya, besar kecilnya jumlah modal yang dimiliki peternak babi, maka akan berpengaruh
kepada pendapatan yang diperolehnya”.
(e).Harga Jual (Price Selling) atau pihak Enterpreneurship /Wirausaha/ Pengusaha/
11
Management
Selain Jumlah Produksi , Luas Lahan (Tanah), Tenaga Kerja, Modal, maka Harga Jual
Produksi Peternak Babi merupakan faktor yang titdak kalah pentingnya dalam mempengaruhi
besar kecilnya Pendapatan Usaha Peternak Babi.
Konsep Penerimaan (Income) atau Pendapatan: menurut Rahardja dan Manurung
(2008:265): konsep Household Income/ Pendapatan Rumah Tangga menunjukkan pendapatan
rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsinya.

Asumsinya: “Jika makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi akan
makin tinggi”. “Jika makin tidak baik (rendah) tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi akan
makin rendah.

Jadi tingkat pendapatan akan meningkat, maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhan konsumsi, maka akan makin besar atau tingkat pendapatan akan menurun, maka
kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi akan makin kecil atau
tingkat pendapatan akan makin rendah (sedikit)”.

(1).Faktor Demografi (Kependudukan):


(1).Jumlah Penduduk: asumsinya:”Jika Jumlah Penduduk banyak, maka akan memperbesar
pengeluaran konsumsi secara menyeluruh dan pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga
akan makin rendah”. Sebaliknya, “jika jumlah penduduk sedikit, maka akan memperkecil
pengeluaran konsumsi secara menyeluruh dan pengeluaran rata-rata per orang atau perkeluarga
akan makin tinggi”;
(2).Komposisi Penduduk: dilihat dari :
(a).Usia (Produktif dan Tidak Produktif);
(b).Pendidikan: (Rendah, Menengah, Tinggi);
(c).Wilayah Tinggal (Perkotaan dan Pedesaan). Asumsinya: “Makin banyak penduduk berusia
kerja atau usa produktif (15-64 tahun), maka akan makin besar tingakat konsumsi, terutama
sebagian besar dari kesempatan kerja tinggi, dengan upah wajar atau baik, sehinngga
menyebabkan makin banyak penduduk yang bekerja dan penghasilan atau pendapatan akan
makin besar”.
(d).Pendidikan: asumsinya:”Jika makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka akan tingkat
konsumsinya akan makin tinggi, menyebabkan pada saat seseorang atau suatu keluarga akan
makin berpendidikan tinggi, maka kebutuhan hidup akan makin banyak”,sehingga kebutuhan
informasi, pergaulan masyarakat lebih baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap
keberadaan baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya (eksistensi)
dan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan lebih besar daripada biaya pemenuhan
kebutuhan untuk makan dan minum”. Asumsinya, “Jika makin banyak jumlah penduduk yang
tinggal didaerah wilayah perkotaan (urban), maka pengeluaran konsumsi akan makin tinggi,
sehingga menyebabkan umumnya wilayah perdesaan pola hidup masyarakat perkotaan lebih
konsumtif dibandingkan dengan masayarakat perdesaan”.

2.2. Biaya Produksi (Cost Production)

Biaya Produksi (Cost Production) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh pihak
perusahaan atau peternak babi untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah yang akan

12
digunakan untuk menciptakan barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan perusahaan
tersebut.
Fungsi Produksi (Coob Douglas) menunjukkan sifat hubungan diantara faktor produksi
dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah
produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi Produksi selalu dinyatakan dalam bentuk Rumus:
Q  fungsi(K, L, R,T )
Dimana:
K adalah Jumlah stok modal;
L adalah jumlah tenaga kerja,meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian kewirausahaan,
R adalah Kekayaan Alam (Tanah);
T adalah tingkat Teknologi yang digunakan;

Q adalah Jumlah Produksi Yang Dihasilkan oleh Berbagai Jenis Faktor Produksi yaitu secara
Bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya (usaha
peternak babi).

Menurut Mulyadi: Pengertian Biaya (Cost) mendefinisikan Biaya dalam Arti Luas
sebagai berikut: Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan Uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Produksi
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa. Istilah Produksi
cenderung dikaitkan dengan Pabrik, Mesin, maupun Lini Perakitan, menyebabkan pada mulanya
Teknik dan Metode dalam Manajemen Produksi memang dipergunakan untuk mengoperasikan
pabrik atau kegiatan lainnya.

Biaya Produksi (Cost Production) adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh
bahan baku (mentah) dari pemasokan dan mengubahnya menjadi produk yang selesai yang siap
dijual. Menurut Sutrisno, dikutip oleh Gerungan (2013:865) menyatakan bahwa Biaya Produksi
adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Kesimpulan
dari beberapa pengertian diatas, yaitu Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan
digunakan untuk mengolah suatu bahan mentah yang diperoleh dari pemasok menjadi barang
jadi yang siap dijual.

Biaya Produksi :
MOS (Unit) = Volume Penjualan Dianggarkan – Volume Penjualan BEP
MOS (Rupiah) = Penjualan Dianggarkan – Penjualan BEP.

Bauran Penjualan (Sales Mix): menurut Supriyono (2014) diartikan sebagai kombinasi
relative berbagai jenis produk barang dan jasa terhadap total pendapatan dalam suatu perusahaan.
Perusahaan (Usaha Peternak Babi) memproduksi banyak produk, bauran penjualan merupakan
faktor yang penting diperhitungkan untuk perhitungan konstirbusi margin dan titik impas
perusahaan secara keseluruhan. Bauran Penjualan digunakan untuk menghitung kontribusi
margin rata-rata tertimbang merupakan rata-rata dari kontribusi margin per unit yang tertimbang
oleh proporsi penjualan relatif dari setiap lini produk atau jasa,sehingga manajemen akan selalu
berusaha mencapai bauran atau komposisi yang dapat menghasilkan laba/keuntungan paling
besar. Jumla laba yang besar dapat dicapai, apabila sebagian besar komposisi produk yang dijual
mempunyai marjin kontribusi yang tinggi. Pergeseran bauran penjualan dari jenis produk yang
menghasilkan kontribusi margin rendah ke produk yang menghasilkan marjin kontribusi yang
tinggi, mengakibatkan total laba/keuntungan yang bertambah. Sebaliknya pergeseran bauran
13
penjualan dari jenis produk yang menghasilkan marjin kontribusi tinggi ke produk yang
menghasilkan marjin kontribusi rendah,sehingga mengakibatkan tatal /keseluruhan
laba/keuntungan menjadi berkurang. Oleh karena itu, analisis kontribusi marjin dan titik impas
/BEP /Break Event Point merupakan suatu model statis dari kondisi bisnis, kehidupan kondisi
yang didunia nyata sangat dinamis.

Penetapan Harga (Price) suatu barang atau jasa merupakan salah satu faktor penentu bagi
pihak konsumen (pembeli) dalam menentukan produksi barang dan jasa yang akan digunakan.
Harga memiliki peranan penentu dalam pilihan membeli (penjual) atau produsen merupakan
unsur penting menentukan pangsa pasar dan probabilitas dipihak perusahaan (usaha peternak
babi). Harga memiliki pengaruh mengenai posisi kompetitif (persaingan) perusahaan (usaha
peternak babi) dan pangsa pasar dan harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih.
Konsumen harga sebagai persepsi tingkatan baik buruk kualitas produk, terutama bila pihak
konsumen (pembeli) dan pihak produsen (penjual) harus mengambil keputusan dengan informasi
yang tidak cukup. Menurut Swastha dan Sukotjo dalam Amanah (2011): Harga adalah sejumlah
uang (ditambah beberapa produk,jika mungkin)dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya. Menurut Alma (2011): harga sebagai nilai suatu
barang dan jasa dinyatakan dengan uang (Money). Harga memiliki 2 peranan utama dalam
pengambilan keputusan para pembeli (pihak Konsumen)yaitu (1).Peranan Alokasi, (2).Peranan
Informasi. Penetapan harga terhadap suatu barang dan jasa harus sesuai dan tepat, karena tingkat
harga diharapkan mampu untuk menutup Biaya(Cost)dan mendapatkan laba (Profit)/
laba/keuntungan. Penetapan Harga adalah keputusan harga akan diikuti dalam jangka waktu
tertentu.

2.3. Penelitian Terdahulu

Sinulingga Y, Santa, Kalangi, (2020) melakukan penelitian dengan judul:”Analisis


Pendapatan Usaha Ternak Babi di Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa”,
Zootec,Vo.41,No.2:471-481 (Juli 2022); p-ISSN:0852-2626; e-ISSN:2615-8698): Ternak Babi
merupakan jenis ternak yang mampu menghasilkan daging dalam kurun waktu relative singkat.
Golongan ternak babi monogastrik: memiliki kemampuan dalam mengubah bahan makanan
secara efisien bila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikonsumsinya dan mengkonversi
pakan menjadi daging yang cepat, prolific yaitu mampu melahirkan anak babi:10-14 ekor babi
dalam satu periode melahirkan (Sihombing, 1997). Tujuan penelitian: menganalisis jumlah
pendapatan usaha ternak babi serta menganalisis faktor mempengaruhi pendapatan usaha ternak
babi. Model Analisis: (1).PD = TR – TC,dimana: PD = Pendapatan Bersih; TR = Penerimaan
Keseluruhan; TC = Biaya Keseluruhan = FC +VC. (2).Y = a+ bX. 3 model usaha yaitu
pembibitan, penggemukkan dan usaha kombinasi.Pemeliharaan ternak dengan cara:Semi Intensif
yaitu ternak babi dipelihara dan dikandang sudah terbuat dari beton baik dinding kandang
maupun lantai (Kojo,et al, 2014). Contoh pakan ternak seperti: batang pohon pisang, dedak padi,
polar ketersediaannya berlimpah dan mudah diperoleh (Sukanata,et al, 2014). Faktor
berpengaruh terhadap pendapatan usaha ternak babi antara lain: (a).biaya pakan, (b).jumlah
produksi, (c).jumlah anggota keluarga, (d).biaya tenaga kerja, (e).biaya sosial. Metode
Purpossive Sampling: 30 peternak; Teknik Sampling Total Quatoa Sampling; Hasil penelitian:
model usaha ternak babi di Kecamatan Tombulu yang dominan adalah kombinasi dari
pembibitan dan penggemukan. Pendapatan yang diperoleh dari Usaha Ternak Babi sebesar
Rp.39.207.785/periode atau Rp.3.920.778/bulan. Jumlah produksi, biaya pakan dan biaya social
adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pendpaatan usaha ternak babi.

14
Memaksimumkan Laba
a.   TR TC
Secara Teoritis Profit /Laba /Keuntungan adalah kompensasi atas resiko yang
ditanggung oleh pihak perusahaan (usaha peternak babi). Asumsinya, “semakin besar resiko laba
/keuntungan yang diperoleh harus semakin besar, maka laba atau keuntungan / profit adalah nilai

penerimaan (Revenue) total perusahaan (TR) dikurangi total biaya (TC / Total Cost) yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan atau usaha peternak babi”. Jika Laba /profit /keuntungan
  TR TC. Total Revenue atau (TR)/Penerimaan Secara Keseluruhan yaitu Penerimaan
Total Produsen dari Hasil Penjualan Outputnya Kali Harga Jual Ouput, yaitu
P = Price (Harga);
Q = Quantity (Kuantitas Barang dan Jasa).
Penerimaan Rata-Rata (AR atau Average Revenue) yaitu Penerimaan Produsen Per Unit
Output yang Dijual.
Biaya secara Keseluruhan (TC atau Total Cost) adalah Jumlah Biaya yang Dikeluarkan
atau Jumlah Yang Dibayarkan Perusahaan (Usaha peternak Babi) untuk membeli berbagai input
variabel untuk keperluan /kebutuhan produksinya atau usaha peternak babi.

b. TC  FC VC
Fixed Cost atau Biaya Tetap adalah biaya yang tidak berubah seiring dengan kenaikan
atau penurunan jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau dijual. FC atau Biaya Tetap
merupakan biaya yang harus dibayar oleh perusahaan / usaha peternak babi, terlepas dari
aktivitas bisnis tertentu.
Variable Cost atau Biaya Variabel (VC) adalah seluruh biaya yang dibelanjakan
/diproduksikan oleh pihak produsen (penjual) untuk mendapatkan sejumlah faktor-faktor
produksi (input)tertentu yang dibutuhkan oleh pihak produsen /pihak penjual dan jumlahnya
dapat dirubah.

15
2.3.1. Penerimaan (Revenue) atau (R)
Penerimaan usaha peternak babi adalah nilai produksi total usaha peternak babi dalam
jumlah tertentu yang dijual (pihak produsen), dimana diberikan kepada orang lain yang
mengkonsumsi dan diperoleh dari jumlah produksi secara keseluruhan dikalikan dengan harga
yang berlaku ditingkat usaha peternak babi.
Penerimaan Total (Total Revenue atau TR) adalah banyaknya produksi total dikalikan
dengan harga penerimaan total atau (TR = TP X Price) sebagai berikut:
Rumus: TR  Y.PY
Dimana:
TR : Total Revenue / Total Penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam usaha Peternak Babi
PY : Harga Yang Berlaku (Price Y).

2.3. Penelitian Terdahulu

Sinulingga Y, Santa, Kalangi, (2020) melakukan penelitian dengan judul: ”Analisis


Pendapatan Usaha Ternak Babi di Kecamatan Tombulu,Kabupaten Minahasa”,
Zootec,Vo.41,No.2:471-481 (Juli 2022); p-ISSN:0852-2626; e-ISSN:2615-8698): Ternak Babi
merupakan jenis ternak yang mampu menghasilkan daging dalam kurun waktu relative singkat.
Golongan ternak babi monogastrik: memiliki kemampuan dalam mengubah bahan makanan
secara efisien bila ditunjang dengan kualitas ransum dikonsumsinya dan mengkonversi pakan
menjadi daging yang cepat, prolific yaitu mampu melahirkan anak babi:10-14 ekor babi dalam
satu periode melahirkan (Sihombing, 1997). Tujuan penelitian: menganalisis jumlah pendapatan
usaha ternak babi serta menganalisis faktor mempengaruhi pendapatan usaha ternak babi. Model
Analisis: (1).PD = TR – TC,dimana: PD = Pendapatan Bersih; TR = Penerimaan
Keseluruhan; TC = Biaya Keseluruhan = FC +VC; (2).Y=a+bX. 3 model usaha yaitu
pembibitan, penggemukkan dan usaha kombinasi.Pemeliharaan ternak dengan cara:Semi Intensif
yaitu ternak babi dipelihara dan dikandang sudah terbuat dari beton baik dinding kandang
maupun lantai (Kojo,et al, 2014). Contoh pakan ternak seperti: batang pohon pisang, dedak padi,
polar ketersediaannya berlimpah dan mudah diperoleh (Sukanata,et al, 2014). Faktor
berpengaruh terhadap pendapatan usaha ternak babi antara lain: (a).biaya pakan, (b).jumlah
produksi, (c).jumlah anggota keluarga, (d).biaya tenaga kerja, (e).biaya sosial. Metode
Purpossive Sampling: 30 peternak; Teknik Sampling Total Quatoa Sampling; Hasil penelitian:
model usaha ternak babi di Kecamatan Tombulu yang dominan adalah kombinasi dari
pembibitan dan penggemukan. Pendapatan yang diperoleh dari Usaha Ternak Babi sebesar

Rp.39.207.785/periode atau Rp.3.920.778/bulan. Jumlah produksi, biaya pakan dan biaya social
adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pendpaatan usaha ternak babi.

Djawapatty D, Tukan H.D., Taus I, (2021): “Analisis Potensi Peternakan Unggulan di


Kecamatan Golewa selatan,Kabupaten Ngada, Provinsi NTT/Nusa Tenggara Timur”,
bertujuan untuk menganalisis karakateristik peternak dan usaha ternak yang paling banyak
dikembangkan oleh masyarakat Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT.
AS 37 responden. Analisis Purpossive Sampling, secara Deskriptif. Pengembangan peternakan
16
berperan besar dalam pembangunan pertanian, baik dalam aspek penyediaan pangan, penyerapan
tenaga kerja,pengentasan kemiskinan, maupun aspek kelestarian lingkungan hidup (Ririmasse,
2020). Usaha ternak seperti babi, ayam, sapi, kerbau, domba dan kambing telah menjadi bagian
dari budaya,khusus dipelihara dengan tradisi berkelanjutan dari generasi ke generasi untuk syarat
utama dalam acara adat dan ritual budaya, mahar/belis perkawinan serta pesta keluarga lainnya
dan sebagian pelaku usaha berorientasi bisnis,shingga dalam pengembangannya diarahkan
kepada peningkatan keuntungan. Usaha pertanian dan peternakana dalam kehidupan
masyarakat,khusus pengembangan dan memanfaat sumbera daya secara optimal dan tepat guna
disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana
prasarana, teknologi peternakan berkembang dan kelembagaan serta kebijakan mendukung
dalam upaya pembangaunan usaha peternakan yang dijalankan (Prawira,dkk, 2015).Caranya
adalah mengkaji potensi daerah pertanian pada umumnya dan peternakan pada khususnya dalam
mendukung pendpaatan ekonomi rumah tangga petani (Tukan, 2020). Metode penelitian: melalui
wawancara, kuesioner. Jumlah sampel:12. Teknik Purpossive Sampling:analisis Deskriptif.

Hasil penelitian: 1).Keterkaitan dengan karakteristik responden dalam pengambilan keputusan


untuk beternak adalah: (a).Rata-rata usaia peternak tergolong dalam usia produktif dengan rata-
rata usia: 51,5 tahun; (b).Rata-rata tingkat pendidikan peternak babi sudah cukup memadai
dengan rata-rata pendidikan yang ditempu tamatan SMA; (c).Rata-rata jumlah anggota
rumahtangga peternak babi sebanyak 4,5 orang, (d).Rata-rata pengalaman beterrnak babi sudah
lebih dari 15 tahun; (2).Komoditas Ternak babi unggulan masyarakat Kecamatan Golewa
Selatan, Kabupaten Naga adalah ternak ayam dan babi, dengan masing-masing % jumlah
kepemilikan pada Kriteria I ternak ungags sebanyak: (43,53%) dan ternak babi sebanyak
(29,41%),sedangkan pada Kriteria II: ternak unggak sebanyak (29,02%) dan ternak babi
sebanyak (22,93%).
Gawang E, Nono O,Luruk M, Keban A,(2022):”Analisis Usaha Ternak Babi di
Kabupaten Alor”, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pendapatan dan kelayakan
finansial dari usaha ternak babi di Kabupaten Alor. Pembangunan Subsektor Peternakan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya, berupa:
lahan, ternak dan pakan serta faktor produksi lainnya, berupa: tenaga kerja dan modal. Sebagai
bagian integral dari sektor pertanian,subsektor peternakan memiliki nilai strategis dalam
pemenuhan kebutuhan manusia akan protein hewani, dimana kebutuhan semakin meningkat
akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat
akan kebutuhan gizi yang berimbang. Kebijakan pembangunan peternakan diarahkan untuk
mengingkatkan mutu ternak, produktivitas ternak dan pemerataan ternak, produktivitas ternak,
pemerataan konsumsi akan protein hewani. Setiap cabang usaha ternak diharapkan dapat
memberikan sumbangan berarti dalam upaya meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan
secara merata bagi peternak. Salah satu jenis ternak berperan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia akan protein hewani, serta meningkatkan pendapatan pelaku usahanya adalah ternak
babi, dikenal sebagai salah satu jenis ternak dapat berkembangbiak dengan cepat, mampu
memanfaatkan hamper segala jenis pakan serta memiliki nilai jual relative tinggi, baik di pasasr
dalam negeri maupun luar negeri. Menurut Rodjak (2006): ternak babi berperan penting sebagai
cara Diversifikasi resiko dan keamanan kehidupan petani kecil maupun rumah tangga miskin.
Keuntungan dari beternak babi adalah makanan babi mudah didapat, karena babi termasuk
hewan Omnivora (peternakan segala)serta kotoran babi sangat berguna sebagai pupuk (Kucain,
et al, 2017). Metode penelitian data kualitatif: data menggambarkan keadaan umum lokasi
penelitian, menjelaskan system pemeliharaan ternak babi. Data Kuantitatif: data berupa angka
biaya produksi ternak babi, biaya peralatan, biaya tenaga kerja, biaya lain berhubungan usaha
17
ternak babi. Data Primer: wawancara: umur, pekerjaan peternak, jumlah anggota keluarga,
jumlah ternak, biaya, pakan, penjualan ternak, harga penjualan. Data Sekunder: data dari buku,
laporan, instansi pemerintah, Dinas Peternakan. Dalam proses produksi usaha ternak babi,
mempunyai kendala sering dialami oleh peternak adalah (a).tingginya biaya produksi,
(b).terjadinya kenaikan biaya produksi tanpa diikuti keuntungan merupakan masalah bagi
peternak,karena bahan input (biaya produksi) merupakan faktor penentu dalam usaha peternakan
babi dengan alas an ternak babi dalam memproduksi bahan input (biaya produksi) merupakan
faktor penentu dalam usuaha peternakan tetap memelihara ternak babi dengan alas an ternak babi
dapa mengkonsumsi banyak jenis makanan, bahkan sisa makanan atau limbah dapur dan hasil
ikutan pada produk pertanian sebagai bahan pakan. Penggunaan input yang belum efisien akan
menyebabkan produktivitas yang rendah, sehingga keuntungan yang diterima tidak maksimal
dan tidak diketahui tingkat kelayakan dari usaha yang dijalankannya. Tujuan untuk mengkaji
usaha ternak babi didekati dengan analisis usaha pendapatan dan analisis finansial Metode
penelitian digunakan metode Survei dan metode pengambilan contoh secara bertahap (multi
stage sampling). Data primer: wawancara langsung, Data Sekunder: instansi. Metode penelitian
acak non proporsional: 80 peternak. Analisis Pendapatan dan Analisis Finansial. Metode Analisis
Data: Deskriptif Kuantitatif: TC = TFC +TVC; R /C = Benefit Cost Ratio adalah besaran nilai
menunjukkan perbandingan antara Laba Bersih (Benefit = B) dengan Total Biaya (TC = Total
Cost).
*Nilai B/C > 0, maka usaha menghasilkan keuntungan,sehingga layak secara ekonomis.
*Nilai B/C <0, maka usaha mengalami kerugian secara ekonomi.
*Nilai B/C = Total Keuntungan/Total Biaya.
BEP / Break Event Point keadaan perusahaan didalam operasinya tidak memperoleh keuntungan
dan tidak menderita kerugian.
BEP Produksi yaitu jumlah produksi (unit)minimal yang harus dihasilkan,dimana produsen
(penjual) pada posisi tidak rugi dan tidak untung.
BEP (Produksi) = Total Cost (TC) / Price Selling (Harga Penjualan).
BEP Harga adalah tingkat atau besarnya harga per unit suatu produk yang dihasilkan produsen
(penjual) pada posisi tidak untung dan tidak rgi. BEP Harga menjelaskan besarnya harga minimal
per unit barang yang ditetapkan produsen.
BEP (Harga) = (TC /Biaya Total) / (Produksi Jumlah). Simpulan: (1).Usaha ternak babi yang
dijalankan oleh peternak di Kabupaten Alor telah memberikan pendapatan real sebesar
Rp.9.924.651 /tahun atau pendapatan berdasarkan perhitungan biaya tunai sebeara Rp.2.599.941.
(2).Usaha ternak babi di Kabupaten Alor sudah layak secara Finansial dengan Nilai R/C = 3,48;
B/C = 2,48; BEPq =0,29 ST, BEPs = Rp.426,200. Hasil penelitian: rata-rata pendapatan/Biaya
Total/TC diperoleh tiap peternak dari usaha ternak babi:Rp.9.924.651/tahun. Pendapatan atas
Biaya Tunai: Rp.2.565.807/tahun. Analisis Finansial: nilai R/C = 3,48; Nilai B/C = 2,48. BEP Q
= (0,29). ST dan BEPS = Rp.426.200. Hasil analisis bahwa usaha ternak babi di Kabupaten Alor
sudah menguntungkan dan layak secara finansial.

Kusumastuti T.A. dan Irham (2001): “Analisis Manfaat Biaya Lingkungan Usaha
Ternak Babi: Studi Kasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten
Seleman”: (Manusia dan Lingkungan, Vol.VIII, No.3, Desember 2001, Hal.142-153: Pusat studi
Lingkungan Hidup, UGM /Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia)”; bertujuan untuk
mengetahui pendapatan peternak dan kelayakan pengembangan usaha ternak babi secara
finansial maupun ekonomi. Datar primer dan sekunder. Analisis Metode B/C Ratio, NPV, IRR,
dengan umur ekonomis kandang selama 3 tahun. Pemeliharaan ternak babi lokal dilakukan

18
secara tradisional dengan system kandang oleh peternak. Sisi Finansial,pemeliharaan ternak babi
sangat membantu peternak, karena menghasilkan produk utama berupa daging menghasilkan
produk ikutan berupa kotoran. (Aritonang, 1995): babi lokal kebanyak dipelihara peternak
mempunyai keunggulan sebagai sumber plasma nuth dibandingkan babi ras sehingga
mempunyai harga dipasaran lebih tinggi. Berkaitan dengan masalah Lingkungan menyangkut:
agama, tradisi, konsumen produk babi tidak terlalu kompetitif, karena daging babi hanya
dikonsumsi oleh kalangan tertent,sehingga persaingan untuk membeli proudi tidak terlalu tinggi.

Daging babi merupakan barang substitusi penting bagi sumber protein hewani lainnya
yaitu daging sapi, daging domba/kambing, daging ayam, telur maupun susu. Nilai ekonomi
dilihat dari aspek lingkungan usaha ternak babi mempunyai efek negative dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, terutama didaerah permukiman dengan penduduk padat,
karena dapat menimbulkan polusi air, polusi udaha (bau). Polusi suara dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi ternak. Eksternalitas Negatif dari usaha
ternak babi merupakan biaya lingkungan (Social Cost) harus ditanggung oleh penduduk sekitar.
Identifitikasi Dampak Negatif Sistem Sosial Ekonomi usaha ternak babi, maka perlu dilakukan
penting perhitungan aspek lingkungan dalam usaha ternak babi. Analisis Manfaat dan BIaya:
lingkungan, analisis sosial dapat diterima oleh masyarakat dan menentukan keuntungan
konvensional, yaitu selisihh Penerimaan Kotor (Gross Revenue) dan Biaya Produksi (Cost
Production): tanpa memperhitungkan Manfaat dan Biaya Sosial: Finansial kegiatan khusus
Produksi Ternak Babi dan Green/Net Benefit yaitu perhitungan secara Ekonomi dengan
Memasukkan Biaya Lingkungan, dan Kelayakan Usaha baik secara Finansial maupun Ekonomi
bagi kepentingan peternak maupun peluang perkembangan ekonomi daerah. Pola usaha ternak
babi di Indonesia sangat bervariasi, dari usaha Tradisional hingga Industri Peternakan. Menurut
Pond dan Manner (1974): peternakan babi sebagai sarana untuk menghasilkan protein hewani,
sarana untuk mendatangkan keuntungan bagi pengusaha, karena ternak babi dapat mengubah
atau memanfaatkan sisa makanan yang sudah tidak digunakan oleh manusia menjadi daging dan
lemak yang mempunyai nilai gizi tinggi. Menurut Soekartawi,et al (1985): analisis Peternakan
Babi didasarkan pada Masukkan (Input) dan Penerimaan dari Penjualan Hasil (Output).
Penerimaan adalah ukuran hasil produksi total sumberdaya yang digunakan dalam usaha ternak
babi. Menurut Bishop dan Thoussaint (1986): jumlah penerimaan yang akan diperoleh peternak
dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan : mengalikan Jumlah Produksi yang
Dihasilkan dengan Harga Produksinya.

Menurut Kadariah,et al (1978): “ditinjau secara Umum Analisis Finansial yaitu kegiatan
dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam Proyek atau yang
berkepentingan Langsung dalam proyek, sedangkan Analisis Ekonomi,dilihat dari sudut
perekonomian secara keseluruhan. Beberapa Unsur yang berlainan penilaiannya adalah:
(1).Dalam Analisis Ekonomi: Pajak Tidak dianggap sebagai Biaya dalam perhitungan,
sedangakan dalam Analisis Finansial: Pajak termasuk Biaya.
(2).Dalam Analisis Finansial: Bunga Modal menggunakan tingkat bunga sebenarnya yang ahrus
dibayarkan,sedangkan Analisis Ekonomi menggunakan tingkat bunga umum yang berlaku di
masyarakat.

(3).Dalam Analisis Finansial, digunakan Harga Pasar (Market Prices), sedangkan dalam Analisis
Ekonomi digunakan Shadow Price menggambarkan Nilai Sosial atau Nilai Ekonomi yang
19
sesungguhnya dari Unsur Biaya maupun Hasil.
(4).Tenaga Kerja dalam Analisis Ekonomi mengambarkan asumsinya, misanya Shadow Wages
menurut Choliq dan Sofwan (1989) untuk tenaga kerja kasasr = 0,5 (tidak memerlukan keahlian
khusus) dan tenaga ahli : (1,0) (terlatih dan berpendidikan).
(5).Menurut Squire dan Van Der Tak (1982): Faktor yang Supply sudah tetap,seperti: Tanah dan
Tempat Bangunan, mungkin menghasilkan Sewa. Oleh karena, Nilai Opportunity Cost bagi
perekonomian yang berlaku.
Semua perhitungan secara Finansial dan Ekonomi menggunakan Discounted dalam bentuk: Cash
In/Out Flow yang pengeluaran dan pemasukkan setiap tahunnya di Nilai Sekarang (Present
Value) dengan Tingkat Bunga (Discount Rate) tertentu.
Kepekaan atau Sensitivitas adalah sifat responsive terhadap variabel atau parameter yang
mengalami perubahan, baik kualitatif maupun kuantitatif. Manfaat dan Biaya pada umumnya
peka atau responsive terhadap berbagai macam variabel sehingga pnerimaan dan pengeluaran
sendiri mengalam perubahan, diperhitungkan: Analisis Proyek didasarkan pada proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian tentang apa ang akan terjadi diwaktu mau dating. Perlu
diperhatikan dalam Analisis Sensitivitas, antara lain: terdapatnya Kenaikan dalam Biaya
Konsturksi, Perubahan Harga Hasil Produksi, Mundurnya Waktu Implementasi.Dimana darerah
penelitian naik atau turunhanya harga babi disebabkan banyak faktor antara lain: harga pakan
dan adanya peternak babi partai besar. Sering terjadi, jikan harga pakan selalu meningkat, faktor
lain: adanya peternak babi partai besar dari luar daerah mendominasi pengiriman babi kedalam
daerah sehingga sudah terpenuhi dan harga babi akan turun. Kesimpulan:(1).Perhitungan
Pendapatan Peternak menunjukkan jenis penggemukan merupakan alternatif usaha berprospek
dari sisi finansial, karena memberikan pendapatan tinggi bagi peternak, sedangakan disisi
Ekonomi atau Sosial mempertimbangkan Aspek Lingkungan, Usaha Ternak Babi Jenis
Kominasi merupakan Prospek pengembangan usaha terbaik;(2).Analisis Sensitivitas
menunjukkan penurunan Harga Babi mempengaruhi pendapatan peternak dibandingkan
peningakan harga pakan maupun peningkatan biaya lingungan; (3).Analisis Sensitivitas ternyata
jenis pembibitan mudah terimbas oleh penurunan harga babi maupun peningaktan biaya
lingkungan sedangkan jenis kombinasi paling tidak terpengaruhi atau kurang peka terhadap
kenaikan harga pakan, penurunan harga babi, maupun peningkatan biaya lingkungan;
(4).Analisis Pendapatan Peternak maupun Pengembangan Kelayakan usaha
menunjukkan dari sisi Finansialnya hasil lebih tinggi dibandingkan penilaian secara Ekonomi,
karena penilaian secara Ekonomi memperhitungkan Harga Penyesuaian Biaya Lingkungan
sehingga didapatakan Nilai Lebih Rendah. Saran: Alokasi Modal yang dimiliki untuk
peningkatan Kualitas Bibit dan Pemeliharaan yang Benar, sehingga Pengembangan Usaha
Ternak Babi lebih menguntungkan; (2).Dalam perbaikan Lingkungan dengan memperhatikan
Kenyamanan dan Kesehatan Lingkungan, dimana peternak dapat melakukan Usaha pada Tempat
yang Terpisah dari Permukiman, karena peningkatan peran dan koordinasi paguyuban ternak,
masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan. Implikasi adalah usaha ternak babi sudah
berlangsung lama dan turun temurun serta menjadi sumber pengahasilan pokok peternak
memerlukan pengelolaan secara optimal dan efisien. Pendekatan Sosial yaitu pendekatan
Teknologi dengan cara: pendayagunaan limbah, lebih efektif melalui perbaikan pembuatan septic
tank lebih lenbkap sehingga penanganan kotoran menjdai lebih bernilai jual. Pendekatan
Ekonomi: cara pemberian kompensasi, melalui perbaikan fasilitas pembangunan desa dan
bantuan dana incidental. Pendekatan Institusional dengan cara : melibatkan peranan institusi
terkait, yaitu Apara Desa dan Pemerintah, dalam hal: pembinaan usaha dan realisasi pembuatan
kandang kelompok babi yang terpisah dari permukiman masyarakat, sehingga diharapkan dapat
20
meningkatkan pendapatan peternak dengan tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat
maupun memberikan kontribusi tambahan bagi Pendapatan Daerah (PAD/ Pendapatan Asli
Daerah). Sawo K, (2020): “Klasifikasi Struktur Populasi Ternak Babi di Kelurahan
anabarua Distrik Nabire”: (Para- Para ; Volume 1, Nomor:2, Desember 2020; ISSN:2746-
217x): Jurnal Ilmu Peternakan, Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire): Bertujuan untuk
(1).mengetahui struktur populasi ternak babi; (2).ketersediaan ternak pejantan di Kelurahan
Nabarua,DistrikNabire,Kabupaten Nabire. Metode Penelitian adalah Deskriptif dengan Teknik
Sensus, dengan diperoleh 99 Peternak Babi, diwawancara mengetahui jumlah dan struktur
populasi serta ketersediaan ternak pejantan ternak babi di Kelurahan Nabarua. Hasil penelitian
dianalisis secaraTabulasi untuk mengetahui % dari setiap komponen struktur popluasi yang ada.
Hasil penelitian:tingkat kepemilikan ternak pada rumah tangga peternak yang paling banyak
adalah 1-5 ekor (46,15%), struktur populasi ternak anak babi sebesar:20,39%; ternak betian
adalah 55,90% dengan rincian ternak dewasi:21,21%; ternak mudal: 14,18% dan ternak anak: 20-
50%, khusus untuk poplasi ternak jumlah dewasa, maka pemanfaatan ternak sebagai pejantan
adalah 10,49% dan ternak siap potong adalah 89,53%. Kesimpulan: (1).Jumlah kepemilikan
ternak palingbanyak adalah 1-5 ekor (46,15%); (2).Struktur populasi ternak babi, ternak
jantan adalah (44,10%), dengan rincian ternak dewasa: (10,29%) ternak muda (13,46%), dan
ternak anak (20,39%); (3).Struktur Populasi ternak Babi, ternak betina adalh (55,90%), dengan
rincian: ternak dewasa (21,21 %), ternak muda (14,18%); ternak anak (20,50%); (4).Berdasarkan
jumlah populasi ternak jantan dewasa, maka pembanfaatan ternak untuk pemacek adalah
(10,49%) dan ternak siap potong adalah (89,53%). Saran: diperlukan pengkaian apakah ada
gangguan Reproduksi Ternak Induk, sehingga peningkatan angaka kelahiran anak babi dapat
ditingkatkan.
Hasil penelitian: analisis pendapatan secara finansial menghasilkan nilai lebih tinggi
dibandingkan penilaian secara ekonomi. Jenis penggemukkan memberikan pendapatan tertinggi
secara finansial, sedangan secara ekonomi, dengan memperhitungkan linkungan, jenis kombinasi
memberikan pendapatan tertinggi. Analisis Sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga
babi berpengaruh terhadap penurunan pendapatan peternak dibandingkan peningkatan harga
pakan dan peningkatan biaya lingkungan. Jenis pembibitan paling peka terhadap Analisis
Sensisitivitas, sedangkan jenis kombinasi penggemukkan dan pembibitan tidak terpengaruhi.

2.4. Kerangka Berpikir


Desa Tondegesan adalah bagian dari Kecamatan Kawangkoan 1,dimana sebagian besar
usaha yang menunjang perekonomian peternakan babi, sehingga merupakan pengembangan
usaha ternak babi di daerah ini dilakukan dalam rangka untuk mendorong peningkatan konsumsi
protein hewani. Program pengembangan usaha ternak babi dapat dicapai dengan memanfaatkan
sumberdaya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi
sosial, ekonomi masyarakat setempat, sarana, prasaran, teknologi dan kelembagaan Dinas
Pertanian dan Peternakan serta kebijakan yang mendukung dan dipimpin oleh hukum tua Bapak
Hendra Kalengkongan, dengan jumlah penduduk sekitar 1,157 jiwa orang dan dipimpin oleh
Camat Kawangkoan: Ibu Anne Moniung. Adapun wilayah Geografis Desa Tondegesan terdapat
di: (a).Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulutan; (b).Sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Tompaso; (c). Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kinali-Kawangkoan; (d). Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Tolok. Lahan peternakan untuk pembuangan kotoran peternakan
babi bagi masyarakat/penduduk tidak merasa terganggu dengan adanya peternakan lahan babi
serta campuran makanan babi agar cepat gemuk dan sehat adalah pakan alami yang ada disekitar
21
tempat tinggal masyarakat Desa Tondegesan, contohnya: jagung. Terdapat 6 unsur pokok pakan
ternak babi cepat dan sehat yaitu:(1).Protein, (2).Lemak,(3).Serat Kasar;(4).Vitamin, (5).Mineral,
(6).Air. Manfaat Beternak Hewan Babi adalah (1).Tabungan untuk masa depan; (2). Limbahnya
dapat menghasilkan pupuk organik,(3).Energi dalam bentuk Biogas. Termasuk faktor lingkungan
berupa iklim berpengaruh secara langsung terhadap ternak babi seperti suhu, kelembaban dan
curah hujan. Pemeliharaan ternak babi membutuhkan kualitas sumberdaya manusia,pendidikan,
pengalaman,umur dan pengetahuan yang baik,manajemen yang produktif dan efisien
berkelanjutan, teknologi dan faktor pendukung faktor-faktor produksi dan jumlah pemilikan
peternak babi, alasan memelihara ternak babi,jumlah anggota keluarga terlibat, system
pemeliharaan, pakan ternak babi, pengembangan, pemasaran ternak babi, faktor internal dan
eksternal,faktor biaya produksi peternak babi, sumberdaya ekonomi dalam menunjang
pendapatan keluarga peternak babi di Desa Tondegesan belum memadai, nilai gizi/nutrisi
terkandung dalam bahan pangan asal hewan ternak babi sangat diperlukan untuk manfaat
membuka wawasan masyarakat konsumsi gizi beternak babi, vaksinasi/pengobatan, reproduksi,
tata cara pemeliharaan yang informatif, mudah dipahami, melakukan demo pembuatan makanan
olahan dari bahan pangan asal hewani, potensi sumberdaya manusia dalam pengembangan
peternak babi, peran aktif pihak pemerintah memberikan pengetahuan pengembangan peternak
babi dalam hal budidaya babi,penerapan teknologi pengolahan pakan ternak inovatif melalui
penyuluhan dan pelatihan pembuatan pakan olahan, bantuan dalam modal/uang untuk
peningkatan skala usaha ternak babi mulai dari tingkat regional,nasional dan internasional. Oleh
karena itu, dibutuhkan proses biaya produksi untuk menghasilkan output yatu biaya tetap dan
biaya variabel. Dimana usaha peternak babi Desa Tondegesan diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan keluarganya untuk kesejahteraan masyarakat umumnya dan sisi rumah tangga
keluarga yang berprinsip untuk menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik peternak
hewan babi baik dalam bentuk penerimaan maupun tagihan/utang.

Menurut Indriyo (2010) bahwa Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi, meliputi: (a).Tanah
(Land):sewa (rent); (b).Tenaga kerja (Labor):(upah/ tenaga kerja tidak terdidik dan tidak
terlatih):(wage)dan (gaji/ tenaga kerja terdidik dan terlatih): (salary); (c).Modal (Capital):tingkat
suku bunga:(interest rate/i), terbagi 2:(modal tetap dan tidak tetap); (d).Enterpreneurship
/Wirausaha : Pengusaha: Profit (keuntungan).

22
2.4.1. Paradigma Penelitian

PETERNAKAN HEWAN BABI

USAHA PETERNAKAN HEWAN BABI

BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN BABI

BIAYA TETAP BIAYA VARIABEL

PENERIMAAN

PENDAPATAN

23
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian Verifikatif oleh Maholtra (2009:104),dimana penelitian ini untuk menguji pengujian
kebenaran kausal yaitu analisis antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini
diuji mengenai analisis peternakan babi harga penjualan terhadap pendapatan keluarga di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan. Berdasarkan jenis penelitian yaitu penelitian Deskriptif dan
Verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan
dalam penelitian adalah Explanatory Survey. Maholtra (2010:96): menyatakan Explanatory Survey
dilakukan untuk mengeksplorasi situasi masalah yaitu untuk mendapatkan ide-ide dan wawasan kedalam
masalah yang dihadapi manajemen atau para peneliti. Penjelasan penelitian dalam bentuk wawancara
mendalam atau kelompok focus dapat memberikan wawasan yang luas. Pengertian penelitian digunakan
metode sebagai sumber informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung ditempat kejadian
secara empriik, bertujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang
diteliti. Penelitian Explanatory Survey bertujuan dari penelitian adalah jelas untuk mengeksplorasi atau
penelitian melalui masalah atau situasi untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman (Maholtra,
2019:98). Menurut Maholtra (2009:194): “Metode Survey adalah kuesioner berstruktur yang diberikan
pada responden yang dirancang untuk mendapatkan informasi yang spesifik”.
3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel Penelitian bersifat saling mempengaruhi dan disebut sebagai Objek
Penelitian.
Menurut Maholtra (2009:248), yang dimaksud Variabel Bebas (Independent Variable) dan Variabel
Terikat (Dependent Variable) yaitu:
(1).Variabel Bebas (Independent) yaitu: Harga Penjualan Peternakan Babi.
Penetapan Harga Penjualan Peternakan Babi adalah pemilihan yang dilakukan pihak konsumen (pembeli
) dan pihak produsen (penjual) di pasar Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan terhadap tingkat
harga para pesaing serta memiliki peran strategis yang krusial dalam menunjang implementasi strategis
pemasaran peternakan babi.
(2).Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu Pendapatan Keluarga Peternakan Babi, di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Pendapatan Keluarga Peternakan Babi adalah Jumlah Produksi Peternakan Babi X Harga Penjualan .
Pendapatan Keluarga Peternakan Babi adalah Penerimaan dengan Pengeluaran usaha Peternakan Babi
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan dan menunjukkan tingkat kekayaan dan besarnya modal
yang dimiliki serta proses produksi pemeliharaan dan pemasaran dipasar.
3.3 Skala Penelitian
Skala pengukuran data adalah prosedur pemberian angka pada suatu objek ,agar dapat
menyatakan karakteristik dan objek tersebut. Skala pengukuran data digunakan dalam penelitian ini
adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi Indikator Varibel. Indikator Variabel dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

24
Skala Likert berisi 5 Tingkat Preferensi Jawaban dengan Pilihan sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Kurang Setuju (KS) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi merupakan wilayah generalisasi terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah 1.257 jiwa jumlah penduduk Desa Tondegesan,
Kecamatan Kawangkoan. Jumlah penduduk Pria: 526 jiwa dan Jumlah penduduk Wanita:731 jiwa.
Adapun untk lapangan usaha sektor peternakan babi sekitar kurang lebih 200.
3.5. Sampel
Menurut Ferdinan (2005:58): jumlah variabel independen dilakukan dengan 25 sampel. Jumlah
variabel independent dalam penelitian ini adalah 1 dan variabel dependent adalah 1, jadi variabel dalam
penelitian ada 2 sehingga 2 X 25 = 50 responden. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden
/konsumen yang beternak babi di desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
3.6. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Waktu penelitian berlangsung kurang lebih 3 bulan setelah proposal ini diterima.

3.7.Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data mengacu pada : cara apa yang perlu dilakukan dalam penelitian agar
dapat memperoleh data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
cara: mengkombinasikan secara langsung atau tidak langsung.
Penelitian ini memperoleh data dengan menggunakan tenik pengumpulan data sebagai berikut:
(a).Wawancara
Menurut Sugiyono (2010:194): Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden
kecil. Wawancara dilakukan dengan cara: memberikan pertanyaan langsung kepada peternakan Babi di
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan berhubungan dengan Pendapatan Keluarga.
(b).Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyon (2013:199): Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara: memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner dibagikan kepada konsumen yang telah memilih atau memutuskan untuk beternak
babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
3.8. Analisis Data dan Uji Hipotesis
1.Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model Regresi Sederhana sehingga Variabel
Bebas, Variabel Terikat atau keduanya mempunyai Distribusi Normal atau Tidak (Suliyanto, 2011).
2. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument
(Yusi, 2009:88). Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,
instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Instrumen mempunyai validitas,
bila ukuran tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang dikehendaki untuk diukur. Untuk menguji

25
validitas skala, sering digunakan beberapa cara yaitu dengan melihat validitas sebelumnya, dengan
meminta pendapat para ahli atau dengan menggunakan kriteria bebas lainnya merupakan efek komposit
terhadap item yang ingin dibuat skalanya.
3. Uji Reliabilitas
Suatu pengukur dikatakan Reliabel, apabila pengukur tersebut menghasilkan hasil yang
konsisten. Instrumen yang Reliabel adalah instrument yang kuat (robust),bekerja secara bik pada waktu
yang berbeda-beda dan dalam kondisi yang berbeda-beda (Yusi, 2009:90).
4. Analisis Regresi Sederhana
Untuk mengetahui besarnya analisis X dan Y, maka peneliti menggunakan Teknik Analisis
Regresi Sederhana, dengan rumus:


Y   nilai
Untuk mencari
 x
a dan b, maka digunakan rumus:
2
2 
   Y  n X 1   X  
2 X Y   1 1 1
X X
N  X Y   X Y 
1 1

   (Sudjana, 2002)
n
1 1 1 1

X
1
2
  X  nY  Y 
1
2 2
1 1
2
r untuk mengetahui besarnya determinasi harga penjualan peternakan babi terhadap pendapatan
keluarga di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
5. Uji T
Untuk menguji apakah variabel koefisien signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian
melalui Uji T.
Rumus: t hitung  T hitung

r xy  Pangkat2KorelasiVariabelXdanY
n= jumlah variabel.

26
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1.Keadaan Geografis

Negara Indonesia merupakan salah satu Propinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa,
Kecamatan Kawangkoan, dimana salah satu Desa Tondegesan. Kecamatan Kawangkoan terdiri
dari wilayah 15 dan luas wilayahnya 1.114,87 kilometer (data Badan Pusat Statistik,2021).
Diman terdapat jumlah kelurahan dan desa Kecamatan Kawangkoan sebanyak 270. Jumlah
penduduk Kecamatan Kawangkoan sebesar 336.015 (2021), jumlah wilayah administrasi adalah
sebanyak 71,02. Wilayah Kecamatan Kawangkoan terbagi 12 wilayah (Desa + Kelurahan)
adalah (1).Toure 2: Tompaso Barat; (2).Toure:Tompaso Barat; (3).Tonsewer Selatan: Tompaso
Barat;(4).Tonsewer:Tompaso Barat;(5).Pinabetengan Selatan:Tompaso Barat; (6).Pinabetengan:
Tompaso Barat; (7).Pinabetengan Utara: Tompaso Barat; (8).Tondegesan 2 Utara: Tompaso
Barat; (9).Tondegesan 2:Tompaso Barat; (10).Tondegesan 2 Utara: Tompaso Barat;
(11).Ranotongkor Timur: Tombariri; (12).Ranotongkor: Tombariri Timur.

Profil Desa Tondegesan I, di Kecamatan Kawangkoan, Hukum Tua: Bapak Mimbri


Pontoh, terdapat Jumlah Penduduk semnbanyak: 1.157 jiwa orang. Kecamatan Kawangkoan
dipimpin oleh: Ibu Anne Moniung. Adapun jumlah populasi penduduk keseluruhan Kecamatan
Kawangkoan :9.998 jiwa. Kode Kemendagri adalah:71.02.12. Luas wilayah Kecamatan
Kawangkoan:15.02 Kilometer dan Jumlah Desa / Kelurahan adalah 416.

Wilayah Demografis, Kecamatan Kawangkoan, batas wilayahnya adalah:


Sebelah Utara : Kecamatan Kawangkoan Utara;
Sebelah Timur: Kecamatan Remboken dan Tompaso;
Sebelah Selatan: Kecamatan Tompaso;
Sebelah Barat: Kecamatan Kawangkoan.
Wilayah Geografis Kecamatan Kawangkoan memiliki 2 Musim yaitu Musim Kering dan
Musim Hujan, dimana terletak pada Ketinggian: 400-800 dpl dengan keadaan Topografis: datar
sampai dengan miring. Adapun jenis tanah yang dominan adalah Royosol dan Andosol dengan
ph.4.5 – ph 7.5 dan didukung oleh kompleks pusat pertokoan pasar tradisional, pasar hewan,
terminas bus dan angkutan di Kawangkoan merupakan pasar hewan yang barometer di Propinsi
Sulawesi Utara, menyebabkan pasar di Kawangkoan ini menjadi ajang pertemuan para pedagang
hewan, khususnya mengenai perdagangan sapi, babi dan kuda, anjing dan sebagainya, selain
bagian besar digunakan untuk peternakan hewan, seperti Peternakan Babi.

27
Wilayah Geografis Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan terdapat di:a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulutan;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tompaso;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kinali- Kawangkoan;
d.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tolok.

4.1.2 Keadaan Demografi

Berdasarkan data yang diperoleh pada kantor Desa Tondegesan, Kecamatan


Kawangkoan, pada tahun 2017 terdapat 609 jiwa /orang, terdiri dari 275 laki-laki dan perempuan
sebanyak jiwa 334 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 275 KK.

Tabel 4.1.
Keadaan Penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
1Tahun 2017 – 2021-

No. Jenis Kelamin Dusun Dusun Dusun Dusun Jumlah %


I II III IV

1. Laki – Laki 72 60 60 83 275


2. Perempuan 88 75 79 92 334
Jumlah 160 135 139 175 609
Sumber: Data Primer Desa Tondegesan Tahun 2017-2021, Dusun 1 – 4
Keterangan: Data Jenis Penduduk: Laki-Laki dan Perempuan Dusun 1-4.

Tabel 4.1. Keadaan Penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-
2021: (1).Jenis Kelamin Laki-Laki Dusun 1 berjumlah 72 orang ; Dusun II berjumlah 60 orang ;
Dusun III berjumlah 60; Dusun IV berjumlah 83,secara keseluruhan tahun 2017 laki-laki
berjumlah 275 orang.(2).Jenis Kelamin Perempuan Dusun 1 berjumlah 88 orang; Dusun II
berjumlah 75 orang; Dusun III berjumlah 79 orang; Dusun IV berjumlah 92 orang; secara
keseluruhan tahun 2017 perempuan berjumlah 334 orang. Jadi jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada jenis kelamin laki-laki dengan selisih Dusun I: 16 orang; Dusun II: 15; Dusun
III: 19 orang; Dusun IV: 9 orang.

4.1.3. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan salah satu sumber potensial suatu daerah Desa Tondegesan,
Kecamatan Kawangkoan, karena memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah, sasarannya
adalah mencapai kesejahteraan masyarakatnya.
28
Tabel 4.2.
Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)


1 Peternak Babi 226 80,4
2 Pedagang 16 1,9
3 Tukang 11 1,4
4 PNS 124 22,0
5 Buruh 62 10,3
6 Lainnya 52 4,8
Jumlah 491 100
Sumber: Data Primer Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Keterangan: Data Mata Pencaharian Keadaan Penduduk:Kantor Desa Tondegesan

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa umumnya masyarakat Desa Tondegesan, Kecamatan


Kawangkoan memiliki mata pencaharian sebagai Peternak Babi. Dimana total jumlah penduduk
sebanyak 491 orang memperoleh penghasilan / pendapatan keluarga sebagai peternak babi = 22
6 orang atau sekitar (80,4%) dari jumlah keseluruhan populasi atau urutan nomor 1. Adapun
yang bekerja sebagai Pedagang = 16 orang atau (1,9%); Tukang = 11 orang atau (1,4%) dan PNS
=124 orang atau (22,0%); Lainnya = 52 orang atau (4,8%). Sebagai PNS = 124 orang (22,0 %)
atau urutan nomor 2 dan Buruh = 62 orang atau (10,3 %)atau urutan nomor 3; Lainnya
= 52 orang atau (4,8%) atau urutan nomor 4.

29
4.1.4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia di Desa


Tondegesan,Kecamatan Kawangkoan. Tingkat Pendidikan dijadikan tolak ukur kesejahteraan
masyarakatnya dan status hidup masyarat. Adapun sumberdaya manusia dikatakan memiliki
status sosial yang tinggi dalam masyarakatnya, apabila memiliki tingkat pendidikan yang tinggi,
sehingga dalam suatu system masyarakat masih bersifat tradisional, keberhasilan seseorang
dilihat dari tingginya tingkat pendidikan yang dimiliki, maka akan semakin tinggi pula suatu
status tingkatan pendidikan akan diperoleh status sosial sumber daya manusia dalam
masyarakatnya.

Tabel 4.3.
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)


1 Pra Sekolah 264 32,8
2 SD (Sekolah Dasar) 45 5,32
3 SLTP (Sekolah Lanjutan 40 5,48
Tingkat Pertama)
4 SLTA (Sekolah Lanjutan 62 7,0
Tingkat Atas)
5 Sarjana (Strata -1) 80 16,4
Jumlah 491 100 %
Sumber: Data Primer Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pra Sekolah sampai S-1.
Keterangan: Kantor Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

Tabel 4.1.4. menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan peduduk Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan berada pada tingkatan pendidikan sebagai berikut:

(a).Tingkat Pra Sekolah berjumlah 264 orang atau (32,8%);


(b).Tingkat SD berjumlah 45 orang atau (5,32%);
(c).Tingkat SLTP berjumlah 40 orang atau (5,48%);
(d).Tingkat SLTA berjumlah 62 orang atau (7,0 %);
(e).Tingkat S-1 berjumlah 80 orang atau (16,4%).
Jadi, total keseluruhan tingkat pendidikan masyarakatnya berjumlah 491 orang.

30
4.2. Karakteristik Responden

Data penduduk Desa Tondegesan,Kecamatan Kawangkoan berjumlah (1,157


orang/jiwa ). Data primer tahun 2017 – 2021 = 609 orang yang terdaftar kantor Desa
Tondegesan, tapi kemungkinan kendala yang terdapat penduduk yang meninggal dunia,
berpindah tempat tinggal atau lainnya berjumlah 548 orang. Jadi (1,157 orang / jiwa) – (609
orang/ jiwa) = (548 orang /jiwa) tidak aktif /tidak terdaftar.

Karakteristik penduduknya dilihat dari :


(a).Tingkatan Umur;
(b).Tingkatan Pendidikan;
(c).Jumlah Tanggungan;
(d).Status Kepemilihan Lahan;
(e).Pengalaman Berusaha Peternak Babi

Tabel 4.4.
Data Tingkatan Umur Penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
Tahun 2017 – 2021

Nomor Kelompok Umur Banyaknya Orang Persentase Keterangan


Penduduk (%)
1 20 – 29 82 orang 70 Umur golongan remaja
/pemuda
2 30 - 39 75 46,7 Umur golongan
pemuda/belum kategori
orang tua
3 40 > 70 58 33,3 Umur golongan orang
tua /lansia
Jumlah 215 orang 100 % Penduduk sekitar umur
20 – 70 tahun keatas
Sumber : Data Primer Kantor Desa Tondegesan Tingkatan Umur 20 sampai 70 tahun keatas.
Keterangan: Distribusi Menurut Kelompok Umur 20 sampai 70 tahun keatas.

Tabel 4.2.1. menunjukkan bahwa pihak peternak babi yang berusia 20 – 29 tahun
sebanyak 82 orang atau 70 % dari responden tingkat umurnya; usia 30 – 39 tahun sebanyak 75
orang atau 46,7%; usia 40 > 70 tahun sebanyak 58 orang atau 33,3 %. Data ini menunjukkan
bahwa masyarakat tingkatan umur penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan 1,
Tahun 2017 – 2021 memiliki mata pencaharian sebagian sebagai peternak babi umurnya masih
berada dalam usia yang produktif. Dalam rentang usia ini penduduk masyarakat berada pada usia
produktif memiliki kemampuan fisik yang memungkinkan untuk memelihara peternakan babi,
dipelihara, sampai olahan pakan makanan ternak babi, kebersihan, suntikan, kosentrat, dan
selama melahirkan anak babi baru masa depan sebagai regenerasi baru periode selama 6 bulan.
Lahan peternakan babi membutuhkan situasi dan kondisi 2 musim yaitu musim kering dan

31
musim hujan, terletak pada ketinggian 400 – 800 dpl dengan keadaan topografi datar sampai
dengan miring, jenis tanah yang dominan adalah reyosol dan andosol dengan ph.4,5 – ph.7,5 dan
didukung dengan dekat kompleks wilayah Kawangkoan, Desa Tondegesan oleh pusat pertokoan,
pasar tradisional, pasar hewan, terminal bus dan angkutan di kompleks terminal Kawangkoan
merupakan pasar hewan yang barometer di Propinsi Sulawesi Utara, bagian Kabupaten
Minahasa, khusus wilayah Kawangkoan 1: Desa Tondegesan sebagai anjang pertemuan para
pedagang hewan, khusus perdagangan sapi, babi dan kuda,bebek (itik)/angsa/bebek manila dan
ayam dan khususnya peternakan hewan babi.

(b).Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi suatu
masyarakat Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan,
asumsinya bahwa “Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah
menerima informasi mengenai peternakan babi”. Dalam bidang Peternakan Babi, pendidikan
sangat mempengaruhi kemampuan sumberdaya manusia berpikir dalam pengambilan keputusan
dalam usaha peternakan babi. Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah Pendidikan Formal yang
pernah diikuti oleh Peternakan Babi, seperti mendapat penyuluhan dan pelatihan dari Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa dan Tingkat Propinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.5.
Data Tingkat Pendidikan Responden Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan

No. Pendidikan Terakhir Banyaknya Persentase (%)


1. Tamat Sekolah Dasar (SD) 104 73,3
2 Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat 62 20
Pertama (SLTP)
3 Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 49 6,6
(SLTA)
4 Tamat Sarjana Satu (S-1) - -
Jumlah 215 100%
Sumber: Data Distribusi Responden Tingkat Pendidikan Tamat SD sampai Tamat S-1
Keterangan: Data Primer diolah Tahun 2022

Tabel 4.2.2. Data Tingkat Pendidikan Responden Peternakan Babi di Desa


Tondegesan,Kecamatan Kawangkoan menunjukkan bahwa (1).Tamat SD sebanyak 104 orang
atau (73,3 %); (2). Tamat SLTP sebanyak 62 orang atau (20%). (3).Tamat SLTA sebanyak 49
orang atau (6,6% ). Jadi jumlah keseluruhannya tingkat pendidikannya adalah 215 orang.
Dimana sumberdaya manusia tingkat pendidikan terakhir Tamat SD sampai Tamat S-1, belum
memadai atau responden tingkat pendidikan untuk peternakan babi ini Tamat SD sebanyak (104
orang) atau 73,3% Tertinggi dan terendah tingkat S-1 sebanyak 0, hal ini dibutuhkan bantuan
pihak pemerintah daerah, propinsi dan nasional, untuk Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi
Sulawesi Utara diberi pelatihan dan penyuluhan peternakan babi, cara mengelola peternak babi,
32
manajemen, suntikan, kandang hewan babi untuk kebersihan dan pakan peternakan babi,
teknologi, sumberdaya alam, lahan peternakan babi, kualitas sumberdaya manusia dilihat dari
faktor pendidikan, pengalaman, umur, pengetahuan peternakan babi, teknologi, pengembangan
usahanya, system pemeliharaan hewan babi, pemasaran /penjualan di pasar tradisional, pasar
swalayan, dan sebagainya.

(c). Jumlah Tanggungan Keluarga Peternakan Babi

Dalam analisis pendapatan keluarga peternakan babi dibutuhkan jumlah tanggungan


keluarga peternakan babi, menyebabkan setiap pendapatan keluarga peternakan babi digunakan
oleh semua anggota keluarga merupakan sumber pendapatan peternakan babi di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

Tabel 4.6.
Data Jumlah Tanggungan Keluarga Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

Nomor Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase ( %)


1 4 orang 120 66,7
2 3 orang 40 13,4
3 2 orang 40 13,4
4 1 orang 15 6,8
Jumlah 215 100%
Sumber: Data Primer Jumlah Tanggungan Keluarga Responden 1 orang sampai 4 orang dalam
Keluarga
Keterangan: Data Olahan Responden Data Primer Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan

Tabel 4.2.3. Data Jumlah Tanggungan Keluarga Peternakan Babi di Desa Tondegesan,
Kecamatan Kawangkoan menunjukkan bahwa: (1).Untuk 4 orang sebanyak jumlah responden
= 120 orang atau (66,7%); (2). Untuk 3 orang sebanyak jumlah responden = 40 orang atau
(13,4%); (3).Untuk 2 orang sebanyak jumlah responden = 40 orang atau (13,4%); (4).Untuk 1
orang sebanyak jumlah responden = 15 orang atau (6,8%). Jadi total keseluruhan penduduk
adalah 215 orang merupakan sumber pendapatan peternakan babi. Dimana beban tinggi
tanggungan keluarga pada 4 orang atau sebanyak 120 responden atau (66,7%) dan beban rendah
untuk tanggungan keluarga pada 1 orang atau sebanyak 15 jumlah responden atau (6,8%).

33
(d).Status Kepemilikan Tanah

Tabel 4.7.
Data Status Kepemilikan Tanah Penduduk Peternak Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

Nomor Status Lahan Jumlah Responden Persentase (%)


1 Milik Sendiri 215 orang 100 %
2 Sewa - -
Jumlah 215 orang 100%
Sumber : Data Status Lahan Kepemilihan Tanah Penduduk Milik Sendiri dan Sewa
Keterangan: Data Diolah Primer Status Lahan Peternak Babi Desa Tondegesan

Tabel 4.2.4. Data Status Kepemilikan Tanah Penduduk Peternak Babi di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan menunjukkan bahwa Status Lahan Milik Sendiri
mempunyai jumlah responden sebanyak 215 orang atau (100%) dan Sewa tidak ada.

(e). Pengalaman Berusaha Peternakan Babi

Pengalaman usaha peternakan babi merupakan salah satu faktor dalam peternakan babi,dimana
keberhasilan produksi peternakan. Pengalaman yang lebih lama membuat peternakan babi
memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan produksi dibandingkan dengan peternakan babi
yang kurang berpengalaman, menyebabkan peternakan babi yangberpengalaman dengan memiliki
sumberdaya manusia mengenai masalah atau kendala dalam memelihara dan beternak babi dalam
membudidayakan atau mengembangkan peternakan babi dalam memproduksi hewan babi untuk
manajemen, pemeliharaan, kandang, suntikan, konsentrat makanan dan minuman, dengan pakan
ternak hewan babi harus cepat besar dan sehat mengandung 6 unsur pokok diantaranya: (1).Protein,
(2).lemak, (3).Serat kasar; (4).Vitamin, (5).Mineral; (6).Air. Bahan Pakan Ternak mengandung:
(1).Mineral; (2).Konsentrat; (3).Vitamin. Adapun manfaat peternakan babi yaitu: (1).Bisa menjadi
simpanan atau tabungan untuk masa depan; (2).Limbahnya dapat menghasilkan pupuk organic;
(3).Energi dalam bentuk Biogas.

Pengembangan peternakan babi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa iklim secara
langsung terhadap peternakan babi, seperti: suhu, kelembaban dan curah hujan. Menurut Sarajar
(2019)untuk ternak babi sebagai usaha menunjang perekonomian peternakan babi dan mendorong
peningkatan konsumsi protein hewani. Menurut Tulak, (2017): strategi pengembangan peternakan
babi digunakan harga yang menyelesaikan permasalahan budaya atau acara adat dan potensi dan
faktor lingkungan eksternal dan internal serta strategi pengembangan usaha peternakan babi. Menurut
Wea (2007): karakteristik peternak babi dan manajemen pemeliharaan babi lokal dan menggunakan
perayaan adat/keagamaan. Menurut Warsito (2017): pengetahuan manajemen peternakan dan
pemanfaatan hasil ternak babi sebagai sumber gizi masyarakatnya untuk mata pencaharian dan cara
memperoleh daging hewan babi dan tata cara proses penyembelihan ternak yang baik. Menurut
Prawira (2015): Potensi pengembangan peternakan sapi untuk usaha produktif dibidang peternakan
secara mandiri dan potensial dan tepat guna disesuaikan dengan keadaan alam,sosial ekonomi
masyarakat, sarana dan prasarana, teknologi peternakan berkembang dan kelembagaan dan kebijakan
mendukung dan faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh langsung terhadap ternak, seperti suhu,
34
kelembaban dan curah hujan, kualitas sumberdaya manusia dan pola peternakan hewan (babi) dan
teknologi dan pengembangan usaha ternak hewan (babi).
Tabel 4.8.
Data Pengalaman Berusaha Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

No. Pengalaman Berusaha Jumlah Responden Persentase (%)


Peternakan Babi

1 10 – 20 tahun 65 26,60
2 20 – 30 tahun 70 33,30
3 35 – 45 tahun 80 40,00
Jumlah 215 orang 100%
Sumber: Data Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berusaha Peternakan Babi
Keterangan: Data Primer dioleh Tahun 2022

Tabel 4.2.5. Data Pengalaman Berusaha Peternakan Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan
Kawangkoan menunjukkan bahwa: (1). Selama 10 – 20 tahun sebanyak 65 orang responden
atau (26,60%); (2). Selama 20 – 30 tahun sebanyak 70 responden atau (33,30%); (3).selama 35-
45 tahun sebanyak 80 responden atau (40,00%). Jadi total keseluruhan ada 215 orang, dimana
menunjukan bahwa pengalaman peternakan babi lebih dari cukup atau telah memiliki ilmu dan
pengetahuan untuk membudidayakan peternakan babi serta memiliki cara yang tepat guna dan
efisien dalam membudidayakan peternakan babi dan pengembangan teknologi dan modal untuk
peternakan babi dan ekspansi usaha peternakan babi di tingkat lokal /regional, tingkat nasional
dan tingkat internasional.

4.3. Produksi Peternakan Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan


Produksi merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat, dengan cara:
mengkombinasikan faktor produksi: tanah, tenaga kerja, modal, manajemen biaya. Banyaknya
produksi peternak babi yang dihasilkan oleh peternakan babi yang bervariasi. Rata-rata produksi
yang dihasilkan oleh peternakan babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan adalah
sekitar Rp.65.000 /kilogram daging babi dan paling tinggi harga bisa sampai harga Rp.70.000-
Rp.80.000/kilogram daging babi yang dicapai 65 orang peternak babi atau (13,4%). Adapun
jumlah produksi babi untuk 70 orang peternak babi terdapat harga Rp.60.000 – Rp.65.000/
kilogram atau (66,60 %). Sedangkan untuk jumlah produksi < Rp.60.000 / kilogram atau (20%)
terdapat 80 orang peternak babinya. Jadi jumlah keseluruhan peternak babi adalah 215
orang,meliputi perkiraan harga daging babi Rp. 60.000 / kilogram sampai Rp.80.000/ kilogram
produksinya.di dalam biaya.

35
Tabel 4.9.
Data Jumlah Produksi Peternak Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.

No. Jumlah Produksi Jumlah Peternak Babi Persentase (%)


(< Rp.60.000 – Rp.80.000) (Orang)
1 Rp.70.000- Rp.80.000 65 13,40
2 Rp.60.000 – Rp.65.000 70 66,6
3 < Rp.60.000 80 20,00
Jumlah Total Produksi 215 100 %
Sumber: Data primer Jumlah produksi Peternak Babi berkisar < Rp.60.000 – Rp.80.000
Keterangan: Data Primer olahan Jumlah Produksi Peternak Babi berkisar < Rp.60.000 – Rp.80.000,
Tahun 2022

(a).Volume Produksi

Volume produksi merupakan faktor penentu besarnya pendapatan yang diterima oleh
pihak peternak babi sendiri di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan. Asumsinya adalah:
“Semakin besar volume produksi peternakan babi yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi
pendapatan keluarga peternak babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan. Sebaliknya,
Semakin kecil volume produksi peternakan babi yang dihasilkan, maka akan semakin rendah
pendapatah keluarga peternak babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan ”.

(b). Harga Jual

Harga merupakan persetujuan antara pihak konsumen /Demand atau pihak pembeli di
pasar dan pihak produsen /Supply atau pihak penjual di pasar. Pihak Peternak Babi merupakan
pihak Produsen /Supply atau pihak penjual di pasar. Harga Jual adalah variabel paling utama
dalam menentukan besarnya Penerimaan (Revenue) suatu peternak babi, dan harga jual pada
tingkat peternak babi yang ada di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan adalah sebesar Rp.
<Rp. 60.000 sampai Rp.80.000 / kilogram daging babi.

36
Tabel 4.10
Data Penerimaan Usaha Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
Tahun 2017-2021
No. Nama Keluarga Peternak Penerimaan Harga Jual Kuantitas Anak
Babi (Revenue) (Price) Babi (Q)
1 Rarung Mangare 250.000 250.000 1
2 Rompas Lontoh 250.000 250.000 1
3 Lengkong Kures 250.000 250.000 1
4 Pantow Sorogan 250.000 250.000 1
5 Pantow Mamesah 250.000 250.000 1
6 Rambitan Sumual 250.000 250.000 1
7 Mangare Sumilat 250.000 250.000 1
8 Lendeon Mangare 250.000 250.000 1
9 Pontoh Mangare 250.000 250.000 1
10 Kumayas Mangare 250.000 250.000 1
11 Goni Najoan 250.000 250.000 1
12 Saada Sorongan 250.000 250.000 1
13 Nomor Assa 250.000 250.000 1
14 Lapian Najoan 250.000 250.000 1
15 Sumolang Najoan 250.000 250.000 1
16 Mames Lontoh 250.000 250.000 1
17 Lapian Sambow 250.000 250.000 1
18 Lapian Monintja 250.000 250.000 1
19 Goni Tilaar 250.000 250.000 1
20 Mangare Mangare 250.000 250.000 1
21 Goni Sumual 250.000 250.000 1
22 Sumolang Saada 250.000 250.000 1
23 Rompas Saada 250.000 250.000 1
24 Mangare Kalengkongan 250.000 250.000 1
25 Kalengkongan Mamesah 250.000 250.000 1
26 Mangare Mamesah 250.000 250.000 1
27 Tendean Sumolang 250.000 250.000 1
28 Tendean Runtuwarow 250.000 250.000 1
29 Lapian Lontoh 250.000 250.000 1
30 Lontoh Mangare 250.000 250.000 1
31 Rompas Saada 250.000 250.000 1
32 Lontoh Malonda 250.000 250.000 1
33 Lapian Sulu 250.000 250.000 1
34 Rintjap Loing 250.000 250.000 1
35 Saada Sumolang 250.000 250.000 1
36 Mames Langi 250.000 250.000 1
37 Lengkong Sumolang 250.000 250.000 1
38 Runtuwarow Najoan 250.000 250.000 1
39 Saada Mamahit 250.000 250.000 1
40 Sorongan Runtuwarow 250.000 250.000 1
41 Lontoh Najoan 250.000 250.000 1
42 Lontoh Sorongan 250.000 250.000 1
43 Sumilat Larunu 250.000 250.000 1
44 Monintja Saada 250.000 250.000 1
45 Kalengkongan Rambitan 250.000 250.000 1
46 Kalengkongan Sumolang 250.000 250.000 1
47 Suoth Goni 250.000 250.000 1

37
48 Mamesah Najoan 250.000 250.000 1
49 Rembet Mamesah 250.000 250.000 1
50 Najoan Najoan 250.000 250.000 1
51 Najoan Momor 250.000 250.000 1
52 Mangare Sangian 250.000 250.000 1
53 Monitja Rembet 250.000 250.000 1
54 Goni Mamesah 250.000 250.000 1
55 Sorongan Kalengkongan 250.000 250.000 1
56 Najoan Karepu 250.000 250.000 1
57 Ramawow Najoan 250.000 250.000 1
58 Pinontoan Sumampow 250.000 250.000 1
59 Lambaiga Sambuaga 250.000 250.000 1
60 Pinontoan Sumampow 250.000 250.000 1
61 Telew Mangare 250.000 250.000 1
62 Pangkey Goni 250.000 250.000 1
63 Turangan Pangkey 250.000 250.000 1
64 Runtuwarou Koolay 250.000 250.000 1
65 Najoan Mamahit 250.000 250.000 1
66 Penu Sengkey 250.000 250.000 1
67 Najoan Sumolang 250.000 250.000 1
68 Sumolang Wowiling 250.000 250.000 1
69 Telew Mangare 250.000 250.000 1
70 Pinontoan Ponomban 250.000 250.000 1
71 Kalangi Sambow 250.000 250.000 1
72 Saada Paisa 250.000 250.000 1
73 Kumayas Lapian 250.000 250.000 1
74 Soronggan Mamahit 250.000 250.000 1
75 Goni Sorongaan 250.000 250.000 1
76 Pantow Mangare 250.000 250.000 1
77 Rembet Assa 250.000 250.000 1
78 Tilaar Najoan 250.000 250.000 1
79 Monitja Mangare 250.000 250.000 1
80 Rembet Monitja 250.000 250.000 1
81 Mamesah Sumege 250.000 250.000 1
82 Mamesah Monitja 250.000 250.000 1
83 Pangkey Kumendong 250.000 250.000 1
84 Kalesaran Rasu 250.000 250.000 1
85 Pinontoan Mewengkang 250.000 250.000 1
86 Mewengkang Saada 250.000 250.000 1
87 Pangkey Telew 250.000 250.000 1
88 Lontoh Rintjap 250.000 250.000 1
89 Mangare Tuwo 250.000 250.000 1
90 Lontoh Trivena 250.000 250.000 1
91 Sumolang Runtuwarow 250.000 250.000 1
92 Sumolang Momor 250.000 250.000 1
93 Lapian Assa 250.000 250.000 1
94 Kalengkongan Najoan 250.000 250.000 1
95 Kalengkongan Pangemanan 250.000 250.000 1
96 Lontoh Kalengkongan 250.000 250.000 1
97 Pangkey Lombogia 250.000 250.000 1
98 Monitja Lengkong 250.000 250.000 1
99 Maarua Mumu 250.000 250.000 1
100 Rembet Monitja 250.000 250.000 1
101 Mangare Mangare 250.000 250.000 1

38
102 Mangare Tuwo 250.000 250.000 1
103 Kuhu Goni 250.000 250.000 1
104 Nayoan Goni 250.000 250.000 1
105 Tujuwale Mandang 250.000 250.000 1
106 Tilaar Kawalo 250.000 250.000 1
107 Lumentah Lontoh 250.000 250.000 1
108 Pinontoan Rondoh 250.000 250.000 1
109 Kumayas Saada 250.000 250.000 1
110 Kumayas Ahmad 250.000 250.000 1
111 Mamesah Goni 250.000 250.000 1
112 Nayoan Mamesah 250.000 250.000 1
113 Nayoan Rembet 250.000 250.000 1
114 Lontoh Nayoan 250.000 250.000 1
115 Rembet Mintjelungan 250.000 250.000 1
116 Sumilat Goni 250.000 250.000 1
117 Bolung Nayoan 250.000 250.000 1
118 Sumilat Raintung 250.000 250.000 1
119 Nayoan Tilaar 250.000 250.000 1
120 Walangitan Tendean 250.000 250.000 1
121 Sumolang Mangare 250.000 250.000 1
122 Kalengkongan Sumolang 250.000 250.000 1
123 Assa Kumayas 250.000 250.000 1
124 Goni Lontoh 250.000 250.000 1
125 Rembet Sumolang 250.000 250.000 1
126 Nayoan Tendean 250.000 250.000 1
127 Rembet Assa 250.000 250.000 1
128 Rembet Lontoh 250.000 250.000 1
129 Samola Kalengkongan 250.000 250.000 1
130 Sumolang Sambow 250.000 250.000 1
131 Tumbol Sumolang 250.000 250.000 1
132 Kumendong Sumolang 250.000 250.000 1
133 Kumendong Lontoh 250.000 250.000 1
134 Sumolang Lontoh 250.000 250.000 1
135 Sumolang Supit 250.000 250.000 1
136 Kumayas Rembet 250.000 250.000 1
137 Bororing Tumbol 250.000 250.000 1
138 Lengkong Saada 250.000 250.000 1
139 Umbas Kalengkongan 250.000 250.000 1
140 Sumolang Pantow 250.000 250.000 1
141 Rumagit Nayoan 250.000 250.000 1
142 Goni Mamesah 250.000 250.000 1
143 Tilaar Nayoan 250.000 250.000 1
144 Sumilat Nayoan 250.000 250.000 1
145 Tilaar Mangare 250.000 250.000 1
146 Mangare Halimongo 250.000 250.000 1
147 Honi Pantow 250.000 250.000 1
148 Mamesah Pantow 250.000 250.000 1
149 Rembet Mangare 250.000 250.000 1
150 Mangare Tendean 250.000 250.000 1
151 Sulu Mamesah 250.000 250.000 1
152 Wati Mangundap 250.000 250.000 1
153 Lengkong Nayoan 250.000 250.000 1
154 Saada Tinte 250.000 250.000 1
155 Suryanto Mangare 250.000 250.000 1

39
156 Kalengkongan Paendong 250.000 250.000 1
157 Lontoh Sorongan 250.000 250.000 1
158 Pantow Nayoan 250.000 250.000 1
159 Riduan Sumolang 250.000 250.000 1
160 Tompunu Lasut 250.000 250.000 1
161 Sengkey Rasu 250.000 250.000 1
162 Pangalila Rembet 250.000 250.000 1
163 Goni Goni 250.000 250.000 1
164 Saada Pangalila 250.000 250.000 1
165 Najoan Astriana 250.000 250.000 1
166 Najoan Polii 250.000 250.000 1
167 Tendean Polii 250.000 250.000 1
168 Sendow Lontoh 250.000 250.000 1
169 Senduk Monitja 250.000 250.000 1
170 Lengkong Sembel 250.000 250.000 1
171 Tewu Rembet 250.000 250.000 1
172 Pantow Tamburian 250.000 250.000 1
173 Najoan Longdong 250.000 250.000 1
174 Sela Mangare 250.000 250.000 1
175 Mintjelungan Lontoh 250.000 250.000 1
176 Kalengkongan Musak 250.000 250.000 1
177 Sinyal Kuhu 250.000 250.000 1
178 Tamunu Kuhu 250.000 250.000 1
179 Sumolang Momor 250.000 250.000 1
180 Najoan Samola 250.000 250.000 1
181 Lontoh Lontoh 250.000 250.000 1
182 Najoan Sorongan 250.000 250.000 1
183 Giroth Sorongan 250.000 250.000 1
184 Kalengkongan Sorongan 250.000 250.000 1
185 Liu Saada 250.000 250.000 1
186 Mamahit Emor 250.000 250.000 1
187 Najoan Mangare 250.000 250.000 1
188 Rembet Paendong 250.000 250.000 1
189 Sengeky Rembet 250.000 250.000 1
190 Mangegong Runtuwarou 250.000 250.000 1
191 Kalengkongan Monintja 250.000 250.000 1
192 Umbas Kalengkongan 250.000 250.000 1
193 Kalengkongan Najoan 250.000 250.000 1
194 Tendean Najoan 250.000 250.000 1
195 Koyongian Sumolang 250.000 250.000 1
196 Assa Kuhu 250.000 250.000 1
197 Rembet Assa 250.000 250.000 1
198 Sukarya Mintjelungan 250.000 250.000 1
199 Sorongan Najoan 250.000 250.000 1
200 Panambunan Kuhu 250.000 250.000 1
201 Lontoh Diko 250.000 250.000 1
202 Najoan Saada 250.000 250.000 1
203 Wentunusa Najoan 250.000 250.000 1
204 Rawis Sengkey 250.000 250.000 1
205 Pangkey Rembet 250.000 250.000 1
Jumlah Rp.51.250.000 Rp.51.250.000 1
Sumber: Data Primer Penerimaan Usaha Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga Tahun 2017
Keternagan: Data diolah Tahun 2017.

40
(c) Biaya Produksi (Cost Production) Usaha Peternakan Babi

Biaya Produksi (Cost Production) adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha peternak
babi selama proses manufacturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang
akan dan siap untuk dipasarkan (pemasaran)/ marketing: pihak Demand / Permintaan /Pembeli
dan pihak Supply/ Penjual.

41
Tabel 4.11
Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021
Biaya TP 6 12 2 3 4 5
No. Keterangan
(BV)/VC Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
Biaya Pemilihan Bibit
1. Ternak Babi 123.000.000 246.000.000 492.000.000 738.000.000 984.000.000 1.230.000.000 @ Rp. 600.000

(Anak Babi Baru Lahir)


Biaya Pemilihan Jagung @ Rp. 5.000/Kg × 205 KK
2. 1.025.000 2.050.000 4.100.000 6.150.000 8.200.000 10.250.000
Kuning Biasa = Rp. 1.025.000/6 bln
3. Biaya Tenaga Kerja 10.000.250 20.250.000 40.750.000 61.000.000 81.250.000 101.500.000 @ Rp. 50.000/KK
Pengolahan Lahan Peternak @ Rp. 150.000/KK × 205 KK
4. 30.750.000 61.500.000 123.000.000 246.000.000 492.000.000 984.000.000
Hewan Babi = Rp. 30.750.000
Hewan Anank Babi
5. 512.500.000 1.025.000.000 2.050.000.000 3.075.000.000 4.100.000.000 5.125.000.000 @ Rp. 800.000 s.d Rp. 2.500.000
( 7 bulan s.d 12 bulan)
Hewan Babi Dewasa
6. 1.025.000.000 2.050.000.000 4.100.000.000 6.150.000.000 8.200.000.000 10.250.000.000 @ Rp. 2.600.000 s.d Rp. 5.000.000
(13 Bulan s.d 24 Bulan)
@ Rp. 12.000/Kg × 100 Kg
7. Biaya Kosentrat I52 246.000.000 492.000.000 984.000.000 1.476.000.000 1.968.000.000 2.460.000.000 = Rp. 1.200.000/Kg × 205 KK
= Rp. 246.000.000/205 KK
Biaya Perkandangan Ternak
8. 10.000.000 20.000.000 4.100.000.000 4.120.000.000 4.140.000.000 4.160.000.000 @ Rp. 10.000.000/KK
Babi
@ Rp. 100.000 × 4 Macam V
9. Biaya Vitamin Ternak Babi 82.000.000 164.000.000 328.000.000 492.000.000 656.000.000 820.000.000 = Rp. 400.000 × 205 KK
= Rp. 82.000.000/205KK
Biaya Panen Ternak Babi
@ Rp. 60.000/Kg × 100Kg
( Babi Dewasa atau Harga
10. 1.230.000 2.460.000.000 4.920.000.000 7.380.000.000 9.840.000.000 12.300.000.000 = Rp. 6.000.000/100Kg
Penjualan/Pemasaran di
6 bln/Ekor Hwan Babi Dewasa
pasar.
@ Rp. 300.000/Biaya Tranportasi/KK × 205 KK
11. Biaya Transportasi 61.500.000 123.000.000 246.000.000 369.000.000 492.000.000 615.000.000
= Rp. 61.500.000/205 KK

Jumlah : = ∑ (𝑹𝒑) 1.834.500.000 6.663.800.000 5.166.000.000 24.113.150.000 26.902.450.000 38.055.750.000 Rp. 102.375.650.000/Thn 2017-2021/205KK

Sumber : Data Primer Peternak Babi Biaya Tidak Tetap Tahun 2017-2021
Keterangan : Data Primer diolah Tahun 2022
Tabel 4.12
Total Biaya Produksi (TC) Peternak Babi
Di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021
Biaya Total
= FC + VC
No. Jenis Biaya = (TC) Keterangan
1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun
A. Fixed Cost (FC)
a. Pajak 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
b. Air Bersih 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
c. Kandang Ternak Babi 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000
d. Sapu Lantai (Ijuk) 120.000 240.000 360.000 480.000 600.000
e. Sapu Lidi Kayu 120.000 240.000 360.000 480.000 600.000
f. Sekop 150.000 300.000 450.000 600.000 750.000
g. Selang Air 250.000 500.000 750.000 1.000.000 1.250.000
h. Ember 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000
i. Sikat Sapu Plastik 400.000 800.000 1.200.000 1.600.000 2.000.000
j. Gayung 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
k. Masker Muka 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
A. Variable Cost (VC)
l. Sarung Tangan/Topi 20.000 410.000 615.000 820.000 1.025.000
m. Sepatu Boot Plastik/Karet 51.250.000 102.500.000 104.000.000 205.000.000 256.250.000
n. Fasilitas Suntikan Hewan Babi 10.250.000 20.500.000 30.750.000 41.000.000 51.200.000
o. Dokter Hewan Rutin Ternak Babi 30.750.000 61.250.000 92.250.000 123.000.000 153.750.000
p. Tempat Makanan Ternak Babi 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
q. Tempat Minuman Ternak Babi 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
PLN/Balon Lampu/Kabel Listrik/ Seng
r. 150.000 300.000 450.000 600.000 750.000
Aluminium Biasa
s. Tali Timba Ternak Babi 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000

Jumlah Biaya Tetap (FC) = 𝑭𝑪 ∑ 100.160.000 200.940.000 254.000.000 402.380.000 502.925.000 ∑ 𝟏. 𝟒𝟔𝟏. 𝟏𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Tabel 4.12
Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021
No Biaya TP 6 12 2 3 4 5
Keterangan
. (BV)/VC Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
Biaya Pemilihan Bibit
1. Ternak Babi 123.000.000 246.000.000 492.000.000 738.000.000 984.000.000 1.230.000.000 @ Rp. 600.000

(Anak Babi Baru Lahir)


Biaya Pemilihan Jagung @ Rp. 5.000/Kg × 205 KK
2. 1.025.000 2.050.000 4.100.000 6.150.000 8.200.000 10.250.000
Kuning Biasa = Rp. 1.025.000/6 bln
3. Biaya Tenaga Kerja 10.000.250 20.250.000 40.750.000 61.000.000 81.250.000 101.500.000 @ Rp. 50.000/KK
Pengolahan Lahan Peternak @ Rp. 150.000/KK × 205 KK
4. 30.750.000 61.500.000 123.000.000 246.000.000 492.000.000 984.000.000
Hewan Babi = Rp. 30.750.000
Hewan Anank Babi
5. 512.500.000 1.025.000.000 2.050.000.000 3.075.000.000 4.100.000.000 5.125.000.000 @ Rp. 800.000 s.d Rp. 2.500.000
( 7 bulan s.d 12 bulan)
Hewan Babi Dewasa
6. 1.025.000.000 2.050.000.000 4.100.000.000 6.150.000.000 8.200.000.000 10.250.000.000 @ Rp. 2.600.000 s.d Rp. 5.000.000
(13 Bulan s.d 24 Bulan)
@ Rp. 12.000/Kg × 100 Kg
7. Biaya Kosentrat I52 246.000.000 492.000.000 984.000.000 1.476.000.000 1.968.000.000 2.460.000.000 = Rp. 1.200.000/Kg × 205 KK
= Rp. 246.000.000/205 KK
Biaya Perkandangan Ternak
8. 10.000.000 20.000.000 4.100.000.000 4.120.000.000 4.140.000.000 4.160.000.000 @ Rp. 10.000.000/KK
Babi
@ Rp. 100.000 × 4 Macam V
9. Biaya Vitamin Ternak Babi 82.000.000 164.000.000 328.000.000 492.000.000 656.000.000 820.000.000 = Rp. 400.000 × 205 KK
= Rp. 82.000.000/205KK
Biaya Panen Ternak Babi
@ Rp. 60.000/Kg × 100Kg
( Babi Dewasa atau Harga
10. 1.230.000 2.460.000.000 4.920.000.000 7.380.000.000 9.840.000.000 12.300.000.000 = Rp. 6.000.000/100Kg
Penjualan/Pemasaran di
6 bln/Ekor Hwan Babi Dewasa
pasar)
@ Rp. 300.000/Biaya Tranportasi/KK
11. Biaya Transportasi 61.500.000 123.000.000 246.000.000 369.000.000 492.000.000 615.000.000 × 205 KK
= Rp. 61.500.000/205 KK
Rp. 102.375.650.000/Thn
Jumlah : = ∑ (𝑹𝒑) 2.103.005.250 6.663.800.000 17.387.850.000 24.113.150.000 26.902.450.000 38.055.750.000
2017-2021/205KK
Sumber : Data Primer Peternak Babi Biaya Tidak Tetap Tahun 2017-2021
Keterangan : Data Primer diolah Tahun 2022
4.4. Analisis Pendapatan Peternak Babi

Analisis Pendapatan Peternak Babi untuk mengetahui besarnya pendapatan keluarga


yang diterima oleh peternak babi yang dikelola berdasarkan perhitungan besarnya penerimaan
dikurangi dengan Total Biaya yang dikeluarkan Peternak Babi di Desa Tondegesan,
Kecamatan Kawangkoan. Analisis data Pendapatan Keluarga Peternak Babi dalam penelitian
ini adalah Analisis Data Deskriptif Kuantitatif. Untuk menghitung tingkat keuntungan
Ekonomis Peternak

Babi yang akan menggunakan Analisis BEP / Break Event Point; Penerimaan, Pendapatan,
BiayaProduksi dan Analisis RCR / Analisis Return Cost Ratio.

4.5. Pembahasan

Penerimaan
a) TR = (Rp. 3.025.800.000)
b) TC = (Rp. 39.516.890.000)
c) Income = Pendapat = (Rp. 2.985.563.110.000) = FC + VC
d) BEP = (Rp. 16.063.776.422.800)

BEP = TR / TC
𝑇𝑅
RCR =
𝑇𝐶
(Rp.3.025.800.000)
= (Rp.39.516.890.000)

= (Rp. 16.063.776.422.800)

= TR - TC

= (Rp. 3.025.800.000) - (Rp. 39.516.890.000)


= (Rp. - 36.491.090.000)

Secara Teoritis: Analisis RCR atau Return Cost Ratio atau R /C :

Jika > 1 artinya Usaha Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan


Kawangkoan,Tahun2017- 2021 akan mengalami Keuntungan (Profit)/ Laba.

Jika  1 artinya Usaha Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan


Kawangkoan,Tahun2017- 2021 Tidak Mengalami Untung atau Tidak Rugi.

Jika < 1 artinya Usaha Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan


47
Kawangkoan,Tahun2017-2021 akan Mengalami Kerugian (Losses).

 Pembahasan : Hasil Analisis Return Cost Ratio (RCR) adalah BEP

= TR / TC

BEP = ( Rp. 3.025.800.000) / (Rp. 39.516.890.000)

= (0.0765697908) atau (Rp. 7.656.979.080)

BEP = (Rp. 7.656.979.080)/ 205 Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu,

Kecamatan Kawangkoa, pada tahun 2017-2021.

Jadi nilai BEP ˃ 1: artinya R/C Ration mendapatkan hasil dari ˃ 1, maka suatu usaha peternak babi 205 di
Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan :

berjumlah BEP = (Rp. 7.656.979.080) tahun 2017-2021

Artinya setiap suatu rupiah yang dikeluarkan oleh peternak babi 205 di Desa Tondegesan Satu,
Kecamatan Kawangkoan sebesar 7.6 rupiah, dimana sangat layak untuk dikembangkan usaha peternak
babi ada 205 kepala keluarga tahun 2017-2021 memberikan keuntungan (Profit) hasil R/C Ratio ˃ 1. Jadi
tingkat Pendapatan Keluarga bersih rata-rata peternak babi 205 dengan pendapatan sebesar (Rp.
7.656.979.080).

48
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, disimpulkan penelitian sebagai berikut:

1. Usaha Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan menguntungkan dimana

dengan perhitungan Harga Jual sebesar Rp. 2.460.000.000 untuk 205 peternak babi Kepala Keluarga

yang paling rendah dan hasil penjualan peternakan babi yang rendah selama tahun 2017- 2021.

2. Pendapatan usaha peternakan babi yang ada di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan

sangat menguntungkan, dilihat dari jumlah pendapatan keluarga peternakbabi rata-rata adalah

Rp. 16.063.776.422.800 dimana dilihat dari Return of Cash Ratio sebesar 7.6 atau > 1 artinya usaha

peternak babi layak dan menguntungkan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Peternak Babi

*Agar peternak babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan mampu untuk
mengembangkan pemeliharaan, penjualan peternak babi dalam 205 peternak babi Kepala Keluarga
dalam tahun 2017-2021 menunjukkan keuntungan.

2. Bagi Pihak Pemerintah

*Pihak Pemerintah melakukan program pembinaan kelompok Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga
di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan, dengan mengadakan program manajemen
keuangan semaksimal dan pengetahuan pendidikan yang memadai untuk mengembangkan proses
pemasaran / penjualannya selama tahun 2017- 2021 dan berkelanjutan.

49
3. Bagi Peneliti Lanjutan

*Pihak Peneliti Lanjutan diperlukan referensi /kepustakan jurnal dan artikel dan HAKI untuk kelayakan peneliti
lanjutan di masa depan

50
DAFTAR PUSTAKA

Auckley, Gardner, 1978,”Macroeconomics: Theory and Policy”.New York, N.Y.:Mc.Millan.

Anacher, Ryan C.and Holley H. Ulfrich.1989.”Pricinciples of Macroeconomics 4 th Edition.


Cincinnati, Ohio: South-Westhern Publishing.

Aku,A.S., T.Saili dan Amiruddin. 2013.”Sebaran, Struktur Populasi dan Kinerja Reproduksi Babi Lokal
di Kecaatan Tinangge, Kabupaten Konawe Selatan. Agriplus,Jurnal. 23 (03)-188-192.

Ariana, I.N.T.,A.A.W. Pugger, A.A.Oka dan N.I.P.Sriyani. 2014.”Analisis Ekonomi Usaha Ternak Babi
dengan Pemberian Sekam Padi Dalam Ransum yang mengandung Limbah Hotel”. Jurnal Ilmiah
Peternakan 17 (2):71-74.

Aritonak, D.1997.”Teknologi Budidaya Ternak Babi Lokal dan Pengembangannya”. Makalah


disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Peternakan babi Loka. Jayaeidya, 8-9 Desember
1997.

Aritonang, D.1993.”Perencanaan dan Pengelolaan Usaha Ternak Babi”.Jakarta: Penebar: Swadaya.

Aritonang,R dan R. Lerbin. 2005. “Kepuasan Pelanggan, Pengukuran dan Penganalisasian dengan
SPSS”.Jakarta.PT.Gramedia Pustaka Utama.

Anjaningrum, W..D., &Sidi, A.P.(2018).”Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi dan Kreativitas Produk
terhadap Kinerja Industri Kreatif Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing”.Jurnal Ilmiah Bisnis dan
Ekonomi Asia. 12 (2), 30-47.

Amstrong, Gary & Philip, Kotler, 2002.”Dasar-Dasar Pemasaran”.Jilid 1. Alih Bahasa: Alexander
Sindoro dan Benyamin Molan,Jakarta: penerbit:Prenhalindo.

Armstrong, Kotler, 2015.”Marketing an Introducing Prentice Hall Twelfth Edition”.Engliand:Pearson


Education, Incorporation”.

Ani, L.N. (2020). “Pengaruh Inovasi Produk, Kreativitas Produk, dan Kualitas Produk terhadap
Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Kerajinan Tikar Eceng Gondok Liar”, Jurnal Manajemen dan
Bisnis, 2 (02). Hal.184-194.

51
Alma, Buchari, 2012. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”.Bandung:Alfabeta.

Aler Tulak, Kaherunnisa, Landius, (2017).”Strategi Pengembangan Peternakan Babi di Distrik


Hubikiak, Kabupaten Jayawijaya”. Prodi Agribisnis Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Petra bablliem
Wamena. Jurnal OPTIMA II: Alber Tulak, KHaerunnisa dan Land

Suroto, K.S dan Murti, A.T. (2022). Analisis Kelayakan Financial Usaha Peternak Babi Di Kabupaten
Malang. Jurnal Buana Sains 22(1):65-70

Rauan, G. M. 2021. Analisis Pendapatan Peternak Babi Kecamatan Suluuan Tareran Kabupaten
Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol. 9 No.2 Hal.1109-1116

52
LAMPIRAN

Kuisoner penelitian tentang “Analisis Pendapatan Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu,
Kecamatan Kawangkoan”.

KUISONER PENELITIAN

I. Identitas Peternak

1. Nama : ..................................

2. Umur : ..................................

3. Jenis kelamin : Laki-laki Wanita

4. Pendidikan : ..................................

5. Agama : ..................................

6. Banyaknya ternak Babi


Luas Kandang : ..................................

7. Kepemilikan Kandang : Sendiri Sewa

8. Pajak pertahun : ..................................

9. Pengalaman berusaha ternak Babi .................... Tahun

10. Jumlah tanggungan keluarga ............................ Orang

II. Pertanyaan

1. Jenis kelamin ternak babi apa yang di pelihara ?

Jawaban :

2. Dari mana saudara(i) memperoleh ternak babi tersebut untuk dipelihara ?

Jawaban :

3. Berapa harga ternak babi sekarang ?

- Perkilo ? : Rp .....

53
4. Berapa total tenaga kerja digunakan pada saat peliharaan ternak babi sampai dengan hasil

pemberanakan ?

Jawaban :

5. Berapa upah harian setiap tenaga kerja ?

- Laki-laki : Rp .....

- Perempuan : Rp .....

6. Alasan saudara(i) menggunakan tenaga kerja ?

Jawaban :

7. Berapa banyak produksi pemberanakan dalam satu kali panen ?

Jawaban :

8. Dalam mengusahakan ternak babi, dalam setahun bisa berapa kali nerproduksi atau berapa

kali pemberanakan dalam setahun ?

Jawaban :

9. Berapa harga jual babi yang saudara jual ?

- Perkilogram : Rp .....

10. Alata-alat apa yang digunakan dalam beternak babi dan harga tiap alat ?

No. Alat Jumlah Harga

1.

2.

3.

4.

5.

TOTAL

54
11. Penggunaan Makanan

Jumlah Pupuk
Jenis Makanan Harga Jumlah
No. Makanan
(Kg) (Rp/Kg) (Rp)
(Kg)
An Organik
a.
1. b.
c.
d.
e.
Organik
a.
2. b.
c.
d.
e.
Pestisida
a.
3. b.
c.
d.
e.

12. Biaya lain-lain yang digunakan ?

- Biaya tansportasi :

- Konsusmsi :

55
Gambar 2.3 BEP (Break Event Point)

Price (harga)
Harga Jual = (Rp. 2.460.000

(Break Event Point) = (Rp. 16.063.776.422.800)

TC VC (Variabel Cost) atau

VC = (Rp. 38.055.750.000)

FC = (Rp. 1.461.140.000)
Losses (Rugi) Profit (Laba /Untung)

0 Output

𝑇𝑅
BEP =
𝑇𝐶

BEP = (Rp. 3.025800.000)


BEP = (Rp. 16.063.776.422.800)
(RP. 39.516.890.000)

⁕ (1.6)
Jika ˃ 1 = Untung (п)
Pendapatan ( Income) = (Rp. 6.656.979.080)

56
LAMPIRAN

57
58
59

Anda mungkin juga menyukai