PENDAHUAN
ternak, sehingga terjadi peningkatan produktivitas ternak, pemenuhan kebutuhan protein hewani
masyarkaat, peningkatan pendapatan peternak babi, perluasan lapangan kerja dan produksi
pupuk kandang. Produktivitas ternak dinilai dari produksi daging yang dihasilkan maupun
jumlah populasi ternak yang dicapai dalam kisaran wakter tertentu. Adapun peningkatan jumlah
populasi ternak ditentukan oleh jumlah kelahiran dan jumlah pemasukan ternak, sebaliknya
penurunan jumlah populasi ternak ditentukan oleh jumlah ternak yang mati atau hilang, jumlah
ternak yang potong, maupun jumlah pengeluaran ternak, sehingga melalui peningkatan jumlah
ternak berupa pemasukan ternak, peningkatan populasi berlangsung dengan cepat, tapi belum
tentu akan terjadi secara berkesinambungan. Jika jumlah pemotongan ternak hewani (babi)
betina produktif cukup tinggi, maka peningkatan populasi akan berjalan lambat. Salah satu terna
yang dapat dikembangkan dalam bidang peternakan adalah ternak babi. Babi merupakan salah
satu komoditas ternak yang bersifat prolife sehingga memiliki potensi yang cukup baik untuk
mencapai peningaktan jumlah populasi melalui kelahiran. Peningkatan populasi ternak menjadi
ukuran manajemen pemeliharaan maupun kualitas ternak yang ada. Asumsinya manajemen yang
baik dan kualitas ternak yang baik, maka akan terjadi peningkatan populasi yang terjadi secara
optimal yaitu terjadi peningkatan populasi ternak dalam satuan waktu tertentu sesuai dengan
potensi genetic yang dimiliki oleh ternaknya. Struktur populasi perkembangan populasi ternak
babi, digunakan untuk mengestimasi perkemabangan populasi ternak babi (Sawo.K;hal.78, Para-
Para, Vol.1., No.2, Desember 2020; ISSN:2746-217x;”Klasifikasi Struktur Populasi Ternak Babi
1
di Keluarahan Nabarua Distrik Nabire”).
Negara Indonesia merupakan salah satu Propinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa,
Kecamatan Kawangkoan, dimana salah satu Desa Tondegesan. Kecamatan Kawangkoan terdiri
dari wilayah 15 dan luas wilayahnya 1.114,87 kilometer (data Badan Pusat Statistik,2021).
Diman terdapat jumlah kelurahan dan desa Kecamatan Kawangkoan sebanyak 270. Jumlah
penduduk Kecamatan Kawangkoan sebesar 336.015 (2021), jumlah wilayah administrasi adalah
Kalengkongan, terdapat Jumlah Penduduk sebanyak: 1.157 jiwa orang. Kecamatan Kawangkoan
dipimpin oleh: Ibu Anne Moniung. Adapun jumlah populasi penduduk keseluruhan Kecamatan
Wilayah Geografis Kecamatan Kawangkoan memiliki 2 Musim yaitu Musim Kering dan
Musim Hujan, dimana terletak pada Ketinggian: 400-800 dpl dengan keadaan Topografis: datar
sampai dengan miring. Adapun jenis tanah yang dominan adalah Royosol dan Andosol dengan
ph.4.5 – ph 7.5 dan didukung oleh kompleks pusat pertokoan pasar tradisional, pasar hewan,
2
terminas bus dan angkutan di Kawangkoan merupakan pasar hewan yang barometer di Propinsi
Sulawesi Utara, menyebabkan pasar di Kawangkoan ini menjadi ajang pertemuan para pedagang
hewan, khususnya mengenai perdagangan sapi, babi dan kuda, anjing dan sebagainya, selain
tidak merasa terganggu dengan adanya peternakan lahan babi serta campuran makanan babi, agar
cepat gemuk dan sehat adalah pakan alami yang ada disekitar tempat tinggal masyarakat Desa
Tondegesan, terdapat:jagung. Pakan ternak babi harus cepat besar dan sehat mengandung
babi yaitu: (1).berguna untuk menabung untuk masa depan; (2).Limbahnya dapat menghasilkan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh secara langsung terhadap peternak
babi, seperti: (1).Suhu, (2).Kelembaban, (3).Curah Hujan. Sumberdaya alam sangat penting
dalam pemenuhan kebutuhan hidup ternak babi dan jenis dan ketersediaan pakan harus
diperhatikan dalam usaha peternakan babi disuatu daerah Desa Tondegesan. Kualitas
sumberdaya manusia akan membantu pola peternakan babi akan terbentuk. Faktor unsur
pendidikan, pengalaman, umur,pengetahuan yang baik dari peternakan babi akan membawa
3
usaha menuju kearah baik. Teknologi peternakan babi sudah berkembang harus dimanfaatkan
untuk menunjang pengembangan usaha peternakan babi serta faktor pendukung sangat
usaha peternakan babi berpengaruh pada profil pemeliharaan ternak babi lokal bagi jumlah
pemilikan ternak, mempunyai alasan untuk memelihara ternak babi, anggota keluarga yang
terlibat, system pemeliharaan ternak perkandangan, pakan ternak babi guna pengembangan
ternak babi lokal selanjutnya faktor lingkungan internal dan eksternal dan strategi pengembangan
usaha peternak babi dan faktor pemasaran penjualan dan faktor mempengaruhi produksi
peternakan babi.
4
1.5 Mafaat Penelitian
1.Teoritis
1. Sebagai peternak babi dalam melakukan proses perhitungan struktur biaya produksi,
penerimaan pendapatan mengalolasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien
memperoleh keuntungan.
2. Sebagai informasi kepada pihak pemerintah daerah agar dapat mengambil kebijakan usaha
peternak babi dalam mengembangkan produksi dan harga penjualan/ pemasaran di tingkat
3. Peternak babi mampu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan / konsumen melalui produksi
2. Praktis
1.Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi (S-1) dalam melakukan Penelitian
mengenai “Analisis Pendapatan Peternak Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan Satu.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan dalam Ilmu Ekonomi menurut Samuelson dan Nordhaus (2005) adalah
sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicaapai dari penggunaan kekayaan atau
jasa manusis bebas, sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendpaatan dari setiap
anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah rumah
tangga atau sumber lainnya. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, Pendapatan adalah hasil
kerja usaha dan sebagainya, sedangkan Pendapatan dalam kamus Managemen adalah uang yang
diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk: upah (wage), gaji
(salary), sewa (rent), tingkat suku bunga (interest rate), komisi (commission) dan laba (profit).
yaitu: (1).Pendapatan Usaha Tani dan (2).Pendapatan Rumah Tangga. Pendapatan (Income)
merupakan pengurangan dari Penerimaan (Revenue) dengan Biaya Total (TC atau Biaya
Keseluruhan dari FC / Biaya Tetap – VC / Biaya Variabel). Pendapatan Rumah Tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha peternak babi ditambah dengan pendapatan yang
berasal dari kegiatan diluar usaha ternak babi. Pendapatan usaha peternak babi adalah selisih
antaran Pendapatan Kotor (Output) dan Biaya Produksi (Input) yang dihitung dalam jangka
waktu perbulan, pertahun dan permusim, dalam pendapatan usaha peternak babi ada 2 unsur
yang digunakan yaitu Unsur Penerimaan dan Unsur Pengeluaran dari usaha peternak babi.
Sukirno mendefinisikan Pendapatan adalah “jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk
atas prestasi kerjanya selama 1 periode, tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
6
Budiono mengemukakan Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang
dimilikinya kepada sektor produksi. Soekartawi (2002) bahwa usaha peternak babi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang memanfaatkan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu.
Menurut Soekawarti dalam Rabim dan Hastuti (2009:166): Pendapatan Usaha Tani
(peternak babi) merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain
Pendapatan meliputi pendapatan kotor atau Penerimaan Total dan Pendapatan Bersih.
Pendapatan Kotor atau Penerimaan Total adalah nilai produksi komoditas peternak babi secara
Kriteria pengujian Pendapatan untuk mengetahui Untung Rugi suatu usaha peternak babi
Break Event Point atau (BEP) adalah suatu titik atau keadaan, dimana penjualan dan pengeluaran sama atau
kondisi, dimana penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya. BEP/ Break Event Point
“Titik Impas” ini biasanya membandingkan jumlah pendapatan atau jumlah unit yang harus
dijual untuk dapat menutupi Biaya Tetap (FC / Fixed Cost) dan Biaya Variabel (VC /Variabel
Cost) terkait dalam menghasilkan suatu Penjualan (Marketing). Dengan kata lain, Titik Impas
atau BEP /Break Event Point adalah titik dimana suatu bisnis tidak mengalami kerugian dan
Analisis BEP / Break Event Point umumnya digunakan untuk menghitung kapan sebuah
7
usaha/bisnis atau proyek akan menguntungkan dengana cara: menyamakan total pendapatan (TR
/Total Revenue) dengan TC /Total Cost). Dengan Analisis BEP /Break Event Point, dalam
manajemen perusahaan dapat mengetahui jumlah penjualan (Marketing count) minimum yang
harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian (losses) dan mengetahui jumlah penjualan
(count marketing) diharuskan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu (level profit) serta
memberhentikan bisnisnya.
Menurut Yamit (1998:62), BEP /Break Event Point dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana Total Pendapatan (TR /Total Revenue) besarnya sama dengan Total Biaya Pengeluaran
Menurut Hansen dan Mowen (1994:16), BEP / Break Event Point is where total revenue
equal total’s costs, the point is Zero Profit’s. Dalam Bahasa Indonesia BEP adalah Total
Pendapatan (TR) sama dengan Total Cost (TC) intinya adalah nol keuntungan (Profit).
Menurut Harahap (2004), BEP /Break Event Point adalah suatu kondisi perusahaan tidak
memperoleh laba (profit) dan tidak menderita kerugian (losses) artinya semua biaya yang telah
dikeluarkan untuk Operasi Produksi bisa ditutupi oleh Pendapatan dari Penjualan Produk.
8
Price (harga) Gambar 2.1. BEP (Break Event Point)
Biaya Variabel
0 Output
didirikannya suatu usaha. Dengan adanya Pendapatan berarti sebuah usaha masih berjalan dan
layak untuk dipertahankan walaupun masih ada beberapa hal yang lain, selain Pendapatan yang
bias menjadi bahan pertimbangan untuk meneruskan sebuah usaha. Dengan memperhatikan
jumlah pendapatan, akan diketahui apakah suatu usaha mendapatkan untuk atau malah merugi.
Ditinjau dari segi Sisi Rumah Tangga Keluarga, maka Pendapatan pada prinsipsnya mempunyai
sifat menambah dan menaikkan nilai kekayaan pemilik peternakan hewani babi, baik dalam
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian (Negara) dalam jangka waktu 1 tahun,
9
sehingga dimaksud dengan Pendapatan adalah semua barang dan jasa dan uang yang diperoleh
atau diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur
dalam 1 tahun yang diwujudkan dalam lingkupan individual /masyarakat disebut Pendapatan Per
Menurut Indriyo (2010) bahwa “Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi meliputi: tanah (sewa), tenaga
usaha dan hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Rumus :
Dimana ::
10
PDB NT
i1
(3).Metode Pengeluaran (Expenditure Approach): nilai PDB /Produk Domestik Bruto merupakan
nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu.
(a).Produksi
Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari suatu proses produksi. Produksi
Peternak Babi diperoleh dari kegiatan mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti
(1).tanah (lahan) atau (rent) atau sewa,(2).tenaga kerja (labor): upah (wage) atau gaji (salary),
(3).modal (capital) atau tingkat suku bunga (interest rate) atau (i), (4).enterpreneurship/
wirausaha/pengusaha/ management /manajemen (profit) atau keuntungan. Jadi dimana besar
kecilnya kapasitas produksi peternak babi sangat mempengaruhi terhadap pendapatan usaha
peternak babinya.
(b).Luas Lahan / Tahan (Sewa /Rent)
Lahan merupakan pabrik produksinya usaha peternak babi (Soekartawi, 2002). Besar
kecilnya luas lahan sangat berpengaruh terhadap produksi peternak babi dan pendapatan usaha
peternak babi.
(c).Tenaga Kerja (Labor)atau Upah (wage) dan Gaji (Sallary)
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan usaha peternak babi sangat
berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternak babi tersebut. “Apalagi digunakan lebih
banyak tenaga kerja luar keluarga berarti akan memperbesar biaya tunai yang harus dikeluarkan
oleh peternak babi”.
(d). Modal (Capital) atau Tingkat Suku Bunga (Interest Rate) (i)
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah biaya variabel (VC /Variabel
Cost) yang digunakan pihak peternak babi dalam suatu proses produksi.
Asumsinya, besar kecilnya jumlah modal yang dimiliki peternak babi, maka akan berpengaruh
kepada pendapatan yang diperolehnya”.
(e).Harga Jual (Price Selling) atau pihak Enterpreneurship /Wirausaha/ Pengusaha/
11
Management
Selain Jumlah Produksi , Luas Lahan (Tanah), Tenaga Kerja, Modal, maka Harga Jual
Produksi Peternak Babi merupakan faktor yang titdak kalah pentingnya dalam mempengaruhi
besar kecilnya Pendapatan Usaha Peternak Babi.
Konsep Penerimaan (Income) atau Pendapatan: menurut Rahardja dan Manurung
(2008:265): konsep Household Income/ Pendapatan Rumah Tangga menunjukkan pendapatan
rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsinya.
Asumsinya: “Jika makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi akan
makin tinggi”. “Jika makin tidak baik (rendah) tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi akan
makin rendah.
Jadi tingkat pendapatan akan meningkat, maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhan konsumsi, maka akan makin besar atau tingkat pendapatan akan menurun, maka
kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi akan makin kecil atau
tingkat pendapatan akan makin rendah (sedikit)”.
Biaya Produksi (Cost Production) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh pihak
perusahaan atau peternak babi untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah yang akan
12
digunakan untuk menciptakan barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan perusahaan
tersebut.
Fungsi Produksi (Coob Douglas) menunjukkan sifat hubungan diantara faktor produksi
dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah
produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi Produksi selalu dinyatakan dalam bentuk Rumus:
Q fungsi(K, L, R,T )
Dimana:
K adalah Jumlah stok modal;
L adalah jumlah tenaga kerja,meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian kewirausahaan,
R adalah Kekayaan Alam (Tanah);
T adalah tingkat Teknologi yang digunakan;
Q adalah Jumlah Produksi Yang Dihasilkan oleh Berbagai Jenis Faktor Produksi yaitu secara
Bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya (usaha
peternak babi).
Menurut Mulyadi: Pengertian Biaya (Cost) mendefinisikan Biaya dalam Arti Luas
sebagai berikut: Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan Uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Produksi
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa. Istilah Produksi
cenderung dikaitkan dengan Pabrik, Mesin, maupun Lini Perakitan, menyebabkan pada mulanya
Teknik dan Metode dalam Manajemen Produksi memang dipergunakan untuk mengoperasikan
pabrik atau kegiatan lainnya.
Biaya Produksi (Cost Production) adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh
bahan baku (mentah) dari pemasokan dan mengubahnya menjadi produk yang selesai yang siap
dijual. Menurut Sutrisno, dikutip oleh Gerungan (2013:865) menyatakan bahwa Biaya Produksi
adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Kesimpulan
dari beberapa pengertian diatas, yaitu Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan
digunakan untuk mengolah suatu bahan mentah yang diperoleh dari pemasok menjadi barang
jadi yang siap dijual.
Biaya Produksi :
MOS (Unit) = Volume Penjualan Dianggarkan – Volume Penjualan BEP
MOS (Rupiah) = Penjualan Dianggarkan – Penjualan BEP.
Bauran Penjualan (Sales Mix): menurut Supriyono (2014) diartikan sebagai kombinasi
relative berbagai jenis produk barang dan jasa terhadap total pendapatan dalam suatu perusahaan.
Perusahaan (Usaha Peternak Babi) memproduksi banyak produk, bauran penjualan merupakan
faktor yang penting diperhitungkan untuk perhitungan konstirbusi margin dan titik impas
perusahaan secara keseluruhan. Bauran Penjualan digunakan untuk menghitung kontribusi
margin rata-rata tertimbang merupakan rata-rata dari kontribusi margin per unit yang tertimbang
oleh proporsi penjualan relatif dari setiap lini produk atau jasa,sehingga manajemen akan selalu
berusaha mencapai bauran atau komposisi yang dapat menghasilkan laba/keuntungan paling
besar. Jumla laba yang besar dapat dicapai, apabila sebagian besar komposisi produk yang dijual
mempunyai marjin kontribusi yang tinggi. Pergeseran bauran penjualan dari jenis produk yang
menghasilkan kontribusi margin rendah ke produk yang menghasilkan marjin kontribusi yang
tinggi, mengakibatkan total laba/keuntungan yang bertambah. Sebaliknya pergeseran bauran
13
penjualan dari jenis produk yang menghasilkan marjin kontribusi tinggi ke produk yang
menghasilkan marjin kontribusi rendah,sehingga mengakibatkan tatal /keseluruhan
laba/keuntungan menjadi berkurang. Oleh karena itu, analisis kontribusi marjin dan titik impas
/BEP /Break Event Point merupakan suatu model statis dari kondisi bisnis, kehidupan kondisi
yang didunia nyata sangat dinamis.
Penetapan Harga (Price) suatu barang atau jasa merupakan salah satu faktor penentu bagi
pihak konsumen (pembeli) dalam menentukan produksi barang dan jasa yang akan digunakan.
Harga memiliki peranan penentu dalam pilihan membeli (penjual) atau produsen merupakan
unsur penting menentukan pangsa pasar dan probabilitas dipihak perusahaan (usaha peternak
babi). Harga memiliki pengaruh mengenai posisi kompetitif (persaingan) perusahaan (usaha
peternak babi) dan pangsa pasar dan harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih.
Konsumen harga sebagai persepsi tingkatan baik buruk kualitas produk, terutama bila pihak
konsumen (pembeli) dan pihak produsen (penjual) harus mengambil keputusan dengan informasi
yang tidak cukup. Menurut Swastha dan Sukotjo dalam Amanah (2011): Harga adalah sejumlah
uang (ditambah beberapa produk,jika mungkin)dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya. Menurut Alma (2011): harga sebagai nilai suatu
barang dan jasa dinyatakan dengan uang (Money). Harga memiliki 2 peranan utama dalam
pengambilan keputusan para pembeli (pihak Konsumen)yaitu (1).Peranan Alokasi, (2).Peranan
Informasi. Penetapan harga terhadap suatu barang dan jasa harus sesuai dan tepat, karena tingkat
harga diharapkan mampu untuk menutup Biaya(Cost)dan mendapatkan laba (Profit)/
laba/keuntungan. Penetapan Harga adalah keputusan harga akan diikuti dalam jangka waktu
tertentu.
14
Memaksimumkan Laba
a. TR TC
Secara Teoritis Profit /Laba /Keuntungan adalah kompensasi atas resiko yang
ditanggung oleh pihak perusahaan (usaha peternak babi). Asumsinya, “semakin besar resiko laba
/keuntungan yang diperoleh harus semakin besar, maka laba atau keuntungan / profit adalah nilai
penerimaan (Revenue) total perusahaan (TR) dikurangi total biaya (TC / Total Cost) yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan atau usaha peternak babi”. Jika Laba /profit /keuntungan
TR TC. Total Revenue atau (TR)/Penerimaan Secara Keseluruhan yaitu Penerimaan
Total Produsen dari Hasil Penjualan Outputnya Kali Harga Jual Ouput, yaitu
P = Price (Harga);
Q = Quantity (Kuantitas Barang dan Jasa).
Penerimaan Rata-Rata (AR atau Average Revenue) yaitu Penerimaan Produsen Per Unit
Output yang Dijual.
Biaya secara Keseluruhan (TC atau Total Cost) adalah Jumlah Biaya yang Dikeluarkan
atau Jumlah Yang Dibayarkan Perusahaan (Usaha peternak Babi) untuk membeli berbagai input
variabel untuk keperluan /kebutuhan produksinya atau usaha peternak babi.
b. TC FC VC
Fixed Cost atau Biaya Tetap adalah biaya yang tidak berubah seiring dengan kenaikan
atau penurunan jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau dijual. FC atau Biaya Tetap
merupakan biaya yang harus dibayar oleh perusahaan / usaha peternak babi, terlepas dari
aktivitas bisnis tertentu.
Variable Cost atau Biaya Variabel (VC) adalah seluruh biaya yang dibelanjakan
/diproduksikan oleh pihak produsen (penjual) untuk mendapatkan sejumlah faktor-faktor
produksi (input)tertentu yang dibutuhkan oleh pihak produsen /pihak penjual dan jumlahnya
dapat dirubah.
15
2.3.1. Penerimaan (Revenue) atau (R)
Penerimaan usaha peternak babi adalah nilai produksi total usaha peternak babi dalam
jumlah tertentu yang dijual (pihak produsen), dimana diberikan kepada orang lain yang
mengkonsumsi dan diperoleh dari jumlah produksi secara keseluruhan dikalikan dengan harga
yang berlaku ditingkat usaha peternak babi.
Penerimaan Total (Total Revenue atau TR) adalah banyaknya produksi total dikalikan
dengan harga penerimaan total atau (TR = TP X Price) sebagai berikut:
Rumus: TR Y.PY
Dimana:
TR : Total Revenue / Total Penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam usaha Peternak Babi
PY : Harga Yang Berlaku (Price Y).
Rp.39.207.785/periode atau Rp.3.920.778/bulan. Jumlah produksi, biaya pakan dan biaya social
adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pendpaatan usaha ternak babi.
Kusumastuti T.A. dan Irham (2001): “Analisis Manfaat Biaya Lingkungan Usaha
Ternak Babi: Studi Kasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten
Seleman”: (Manusia dan Lingkungan, Vol.VIII, No.3, Desember 2001, Hal.142-153: Pusat studi
Lingkungan Hidup, UGM /Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia)”; bertujuan untuk
mengetahui pendapatan peternak dan kelayakan pengembangan usaha ternak babi secara
finansial maupun ekonomi. Datar primer dan sekunder. Analisis Metode B/C Ratio, NPV, IRR,
dengan umur ekonomis kandang selama 3 tahun. Pemeliharaan ternak babi lokal dilakukan
18
secara tradisional dengan system kandang oleh peternak. Sisi Finansial,pemeliharaan ternak babi
sangat membantu peternak, karena menghasilkan produk utama berupa daging menghasilkan
produk ikutan berupa kotoran. (Aritonang, 1995): babi lokal kebanyak dipelihara peternak
mempunyai keunggulan sebagai sumber plasma nuth dibandingkan babi ras sehingga
mempunyai harga dipasaran lebih tinggi. Berkaitan dengan masalah Lingkungan menyangkut:
agama, tradisi, konsumen produk babi tidak terlalu kompetitif, karena daging babi hanya
dikonsumsi oleh kalangan tertent,sehingga persaingan untuk membeli proudi tidak terlalu tinggi.
Daging babi merupakan barang substitusi penting bagi sumber protein hewani lainnya
yaitu daging sapi, daging domba/kambing, daging ayam, telur maupun susu. Nilai ekonomi
dilihat dari aspek lingkungan usaha ternak babi mempunyai efek negative dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, terutama didaerah permukiman dengan penduduk padat,
karena dapat menimbulkan polusi air, polusi udaha (bau). Polusi suara dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi ternak. Eksternalitas Negatif dari usaha
ternak babi merupakan biaya lingkungan (Social Cost) harus ditanggung oleh penduduk sekitar.
Identifitikasi Dampak Negatif Sistem Sosial Ekonomi usaha ternak babi, maka perlu dilakukan
penting perhitungan aspek lingkungan dalam usaha ternak babi. Analisis Manfaat dan BIaya:
lingkungan, analisis sosial dapat diterima oleh masyarakat dan menentukan keuntungan
konvensional, yaitu selisihh Penerimaan Kotor (Gross Revenue) dan Biaya Produksi (Cost
Production): tanpa memperhitungkan Manfaat dan Biaya Sosial: Finansial kegiatan khusus
Produksi Ternak Babi dan Green/Net Benefit yaitu perhitungan secara Ekonomi dengan
Memasukkan Biaya Lingkungan, dan Kelayakan Usaha baik secara Finansial maupun Ekonomi
bagi kepentingan peternak maupun peluang perkembangan ekonomi daerah. Pola usaha ternak
babi di Indonesia sangat bervariasi, dari usaha Tradisional hingga Industri Peternakan. Menurut
Pond dan Manner (1974): peternakan babi sebagai sarana untuk menghasilkan protein hewani,
sarana untuk mendatangkan keuntungan bagi pengusaha, karena ternak babi dapat mengubah
atau memanfaatkan sisa makanan yang sudah tidak digunakan oleh manusia menjadi daging dan
lemak yang mempunyai nilai gizi tinggi. Menurut Soekartawi,et al (1985): analisis Peternakan
Babi didasarkan pada Masukkan (Input) dan Penerimaan dari Penjualan Hasil (Output).
Penerimaan adalah ukuran hasil produksi total sumberdaya yang digunakan dalam usaha ternak
babi. Menurut Bishop dan Thoussaint (1986): jumlah penerimaan yang akan diperoleh peternak
dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan : mengalikan Jumlah Produksi yang
Dihasilkan dengan Harga Produksinya.
Menurut Kadariah,et al (1978): “ditinjau secara Umum Analisis Finansial yaitu kegiatan
dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam Proyek atau yang
berkepentingan Langsung dalam proyek, sedangkan Analisis Ekonomi,dilihat dari sudut
perekonomian secara keseluruhan. Beberapa Unsur yang berlainan penilaiannya adalah:
(1).Dalam Analisis Ekonomi: Pajak Tidak dianggap sebagai Biaya dalam perhitungan,
sedangakan dalam Analisis Finansial: Pajak termasuk Biaya.
(2).Dalam Analisis Finansial: Bunga Modal menggunakan tingkat bunga sebenarnya yang ahrus
dibayarkan,sedangkan Analisis Ekonomi menggunakan tingkat bunga umum yang berlaku di
masyarakat.
(3).Dalam Analisis Finansial, digunakan Harga Pasar (Market Prices), sedangkan dalam Analisis
Ekonomi digunakan Shadow Price menggambarkan Nilai Sosial atau Nilai Ekonomi yang
19
sesungguhnya dari Unsur Biaya maupun Hasil.
(4).Tenaga Kerja dalam Analisis Ekonomi mengambarkan asumsinya, misanya Shadow Wages
menurut Choliq dan Sofwan (1989) untuk tenaga kerja kasasr = 0,5 (tidak memerlukan keahlian
khusus) dan tenaga ahli : (1,0) (terlatih dan berpendidikan).
(5).Menurut Squire dan Van Der Tak (1982): Faktor yang Supply sudah tetap,seperti: Tanah dan
Tempat Bangunan, mungkin menghasilkan Sewa. Oleh karena, Nilai Opportunity Cost bagi
perekonomian yang berlaku.
Semua perhitungan secara Finansial dan Ekonomi menggunakan Discounted dalam bentuk: Cash
In/Out Flow yang pengeluaran dan pemasukkan setiap tahunnya di Nilai Sekarang (Present
Value) dengan Tingkat Bunga (Discount Rate) tertentu.
Kepekaan atau Sensitivitas adalah sifat responsive terhadap variabel atau parameter yang
mengalami perubahan, baik kualitatif maupun kuantitatif. Manfaat dan Biaya pada umumnya
peka atau responsive terhadap berbagai macam variabel sehingga pnerimaan dan pengeluaran
sendiri mengalam perubahan, diperhitungkan: Analisis Proyek didasarkan pada proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian tentang apa ang akan terjadi diwaktu mau dating. Perlu
diperhatikan dalam Analisis Sensitivitas, antara lain: terdapatnya Kenaikan dalam Biaya
Konsturksi, Perubahan Harga Hasil Produksi, Mundurnya Waktu Implementasi.Dimana darerah
penelitian naik atau turunhanya harga babi disebabkan banyak faktor antara lain: harga pakan
dan adanya peternak babi partai besar. Sering terjadi, jikan harga pakan selalu meningkat, faktor
lain: adanya peternak babi partai besar dari luar daerah mendominasi pengiriman babi kedalam
daerah sehingga sudah terpenuhi dan harga babi akan turun. Kesimpulan:(1).Perhitungan
Pendapatan Peternak menunjukkan jenis penggemukan merupakan alternatif usaha berprospek
dari sisi finansial, karena memberikan pendapatan tinggi bagi peternak, sedangakan disisi
Ekonomi atau Sosial mempertimbangkan Aspek Lingkungan, Usaha Ternak Babi Jenis
Kominasi merupakan Prospek pengembangan usaha terbaik;(2).Analisis Sensitivitas
menunjukkan penurunan Harga Babi mempengaruhi pendapatan peternak dibandingkan
peningakan harga pakan maupun peningkatan biaya lingungan; (3).Analisis Sensitivitas ternyata
jenis pembibitan mudah terimbas oleh penurunan harga babi maupun peningaktan biaya
lingkungan sedangkan jenis kombinasi paling tidak terpengaruhi atau kurang peka terhadap
kenaikan harga pakan, penurunan harga babi, maupun peningkatan biaya lingkungan;
(4).Analisis Pendapatan Peternak maupun Pengembangan Kelayakan usaha
menunjukkan dari sisi Finansialnya hasil lebih tinggi dibandingkan penilaian secara Ekonomi,
karena penilaian secara Ekonomi memperhitungkan Harga Penyesuaian Biaya Lingkungan
sehingga didapatakan Nilai Lebih Rendah. Saran: Alokasi Modal yang dimiliki untuk
peningkatan Kualitas Bibit dan Pemeliharaan yang Benar, sehingga Pengembangan Usaha
Ternak Babi lebih menguntungkan; (2).Dalam perbaikan Lingkungan dengan memperhatikan
Kenyamanan dan Kesehatan Lingkungan, dimana peternak dapat melakukan Usaha pada Tempat
yang Terpisah dari Permukiman, karena peningkatan peran dan koordinasi paguyuban ternak,
masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan. Implikasi adalah usaha ternak babi sudah
berlangsung lama dan turun temurun serta menjadi sumber pengahasilan pokok peternak
memerlukan pengelolaan secara optimal dan efisien. Pendekatan Sosial yaitu pendekatan
Teknologi dengan cara: pendayagunaan limbah, lebih efektif melalui perbaikan pembuatan septic
tank lebih lenbkap sehingga penanganan kotoran menjdai lebih bernilai jual. Pendekatan
Ekonomi: cara pemberian kompensasi, melalui perbaikan fasilitas pembangunan desa dan
bantuan dana incidental. Pendekatan Institusional dengan cara : melibatkan peranan institusi
terkait, yaitu Apara Desa dan Pemerintah, dalam hal: pembinaan usaha dan realisasi pembuatan
kandang kelompok babi yang terpisah dari permukiman masyarakat, sehingga diharapkan dapat
20
meningkatkan pendapatan peternak dengan tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat
maupun memberikan kontribusi tambahan bagi Pendapatan Daerah (PAD/ Pendapatan Asli
Daerah). Sawo K, (2020): “Klasifikasi Struktur Populasi Ternak Babi di Kelurahan
anabarua Distrik Nabire”: (Para- Para ; Volume 1, Nomor:2, Desember 2020; ISSN:2746-
217x): Jurnal Ilmu Peternakan, Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire): Bertujuan untuk
(1).mengetahui struktur populasi ternak babi; (2).ketersediaan ternak pejantan di Kelurahan
Nabarua,DistrikNabire,Kabupaten Nabire. Metode Penelitian adalah Deskriptif dengan Teknik
Sensus, dengan diperoleh 99 Peternak Babi, diwawancara mengetahui jumlah dan struktur
populasi serta ketersediaan ternak pejantan ternak babi di Kelurahan Nabarua. Hasil penelitian
dianalisis secaraTabulasi untuk mengetahui % dari setiap komponen struktur popluasi yang ada.
Hasil penelitian:tingkat kepemilikan ternak pada rumah tangga peternak yang paling banyak
adalah 1-5 ekor (46,15%), struktur populasi ternak anak babi sebesar:20,39%; ternak betian
adalah 55,90% dengan rincian ternak dewasi:21,21%; ternak mudal: 14,18% dan ternak anak: 20-
50%, khusus untuk poplasi ternak jumlah dewasa, maka pemanfaatan ternak sebagai pejantan
adalah 10,49% dan ternak siap potong adalah 89,53%. Kesimpulan: (1).Jumlah kepemilikan
ternak palingbanyak adalah 1-5 ekor (46,15%); (2).Struktur populasi ternak babi, ternak
jantan adalah (44,10%), dengan rincian ternak dewasa: (10,29%) ternak muda (13,46%), dan
ternak anak (20,39%); (3).Struktur Populasi ternak Babi, ternak betina adalh (55,90%), dengan
rincian: ternak dewasa (21,21 %), ternak muda (14,18%); ternak anak (20,50%); (4).Berdasarkan
jumlah populasi ternak jantan dewasa, maka pembanfaatan ternak untuk pemacek adalah
(10,49%) dan ternak siap potong adalah (89,53%). Saran: diperlukan pengkaian apakah ada
gangguan Reproduksi Ternak Induk, sehingga peningkatan angaka kelahiran anak babi dapat
ditingkatkan.
Hasil penelitian: analisis pendapatan secara finansial menghasilkan nilai lebih tinggi
dibandingkan penilaian secara ekonomi. Jenis penggemukkan memberikan pendapatan tertinggi
secara finansial, sedangan secara ekonomi, dengan memperhitungkan linkungan, jenis kombinasi
memberikan pendapatan tertinggi. Analisis Sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga
babi berpengaruh terhadap penurunan pendapatan peternak dibandingkan peningkatan harga
pakan dan peningkatan biaya lingkungan. Jenis pembibitan paling peka terhadap Analisis
Sensisitivitas, sedangkan jenis kombinasi penggemukkan dan pembibitan tidak terpengaruhi.
Menurut Indriyo (2010) bahwa Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi, meliputi: (a).Tanah
(Land):sewa (rent); (b).Tenaga kerja (Labor):(upah/ tenaga kerja tidak terdidik dan tidak
terlatih):(wage)dan (gaji/ tenaga kerja terdidik dan terlatih): (salary); (c).Modal (Capital):tingkat
suku bunga:(interest rate/i), terbagi 2:(modal tetap dan tidak tetap); (d).Enterpreneurship
/Wirausaha : Pengusaha: Profit (keuntungan).
22
2.4.1. Paradigma Penelitian
PENERIMAAN
PENDAPATAN
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24
Skala Likert berisi 5 Tingkat Preferensi Jawaban dengan Pilihan sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Kurang Setuju (KS) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
25
validitas skala, sering digunakan beberapa cara yaitu dengan melihat validitas sebelumnya, dengan
meminta pendapat para ahli atau dengan menggunakan kriteria bebas lainnya merupakan efek komposit
terhadap item yang ingin dibuat skalanya.
3. Uji Reliabilitas
Suatu pengukur dikatakan Reliabel, apabila pengukur tersebut menghasilkan hasil yang
konsisten. Instrumen yang Reliabel adalah instrument yang kuat (robust),bekerja secara bik pada waktu
yang berbeda-beda dan dalam kondisi yang berbeda-beda (Yusi, 2009:90).
4. Analisis Regresi Sederhana
Untuk mengetahui besarnya analisis X dan Y, maka peneliti menggunakan Teknik Analisis
Regresi Sederhana, dengan rumus:
Y nilai
Untuk mencari
x
a dan b, maka digunakan rumus:
2
2
Y n X 1 X
2 X Y 1 1 1
X X
N X Y X Y
1 1
(Sudjana, 2002)
n
1 1 1 1
X
1
2
X nY Y
1
2 2
1 1
2
r untuk mengetahui besarnya determinasi harga penjualan peternakan babi terhadap pendapatan
keluarga di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
5. Uji T
Untuk menguji apakah variabel koefisien signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian
melalui Uji T.
Rumus: t hitung T hitung
r xy Pangkat2KorelasiVariabelXdanY
n= jumlah variabel.
26
BAB IV
4.1.1.Keadaan Geografis
Negara Indonesia merupakan salah satu Propinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa,
Kecamatan Kawangkoan, dimana salah satu Desa Tondegesan. Kecamatan Kawangkoan terdiri
dari wilayah 15 dan luas wilayahnya 1.114,87 kilometer (data Badan Pusat Statistik,2021).
Diman terdapat jumlah kelurahan dan desa Kecamatan Kawangkoan sebanyak 270. Jumlah
penduduk Kecamatan Kawangkoan sebesar 336.015 (2021), jumlah wilayah administrasi adalah
sebanyak 71,02. Wilayah Kecamatan Kawangkoan terbagi 12 wilayah (Desa + Kelurahan)
adalah (1).Toure 2: Tompaso Barat; (2).Toure:Tompaso Barat; (3).Tonsewer Selatan: Tompaso
Barat;(4).Tonsewer:Tompaso Barat;(5).Pinabetengan Selatan:Tompaso Barat; (6).Pinabetengan:
Tompaso Barat; (7).Pinabetengan Utara: Tompaso Barat; (8).Tondegesan 2 Utara: Tompaso
Barat; (9).Tondegesan 2:Tompaso Barat; (10).Tondegesan 2 Utara: Tompaso Barat;
(11).Ranotongkor Timur: Tombariri; (12).Ranotongkor: Tombariri Timur.
27
Wilayah Geografis Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan terdapat di:a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulutan;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tompaso;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kinali- Kawangkoan;
d.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tolok.
Tabel 4.1.
Keadaan Penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
1Tahun 2017 – 2021-
Tabel 4.1. Keadaan Penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-
2021: (1).Jenis Kelamin Laki-Laki Dusun 1 berjumlah 72 orang ; Dusun II berjumlah 60 orang ;
Dusun III berjumlah 60; Dusun IV berjumlah 83,secara keseluruhan tahun 2017 laki-laki
berjumlah 275 orang.(2).Jenis Kelamin Perempuan Dusun 1 berjumlah 88 orang; Dusun II
berjumlah 75 orang; Dusun III berjumlah 79 orang; Dusun IV berjumlah 92 orang; secara
keseluruhan tahun 2017 perempuan berjumlah 334 orang. Jadi jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada jenis kelamin laki-laki dengan selisih Dusun I: 16 orang; Dusun II: 15; Dusun
III: 19 orang; Dusun IV: 9 orang.
Mata pencaharian merupakan salah satu sumber potensial suatu daerah Desa Tondegesan,
Kecamatan Kawangkoan, karena memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah, sasarannya
adalah mencapai kesejahteraan masyarakatnya.
28
Tabel 4.2.
Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
29
4.1.4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3.
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Tabel 4.1.4. menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan peduduk Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan berada pada tingkatan pendidikan sebagai berikut:
30
4.2. Karakteristik Responden
Tabel 4.4.
Data Tingkatan Umur Penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
Tahun 2017 – 2021
Tabel 4.2.1. menunjukkan bahwa pihak peternak babi yang berusia 20 – 29 tahun
sebanyak 82 orang atau 70 % dari responden tingkat umurnya; usia 30 – 39 tahun sebanyak 75
orang atau 46,7%; usia 40 > 70 tahun sebanyak 58 orang atau 33,3 %. Data ini menunjukkan
bahwa masyarakat tingkatan umur penduduk Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan 1,
Tahun 2017 – 2021 memiliki mata pencaharian sebagian sebagai peternak babi umurnya masih
berada dalam usia yang produktif. Dalam rentang usia ini penduduk masyarakat berada pada usia
produktif memiliki kemampuan fisik yang memungkinkan untuk memelihara peternakan babi,
dipelihara, sampai olahan pakan makanan ternak babi, kebersihan, suntikan, kosentrat, dan
selama melahirkan anak babi baru masa depan sebagai regenerasi baru periode selama 6 bulan.
Lahan peternakan babi membutuhkan situasi dan kondisi 2 musim yaitu musim kering dan
31
musim hujan, terletak pada ketinggian 400 – 800 dpl dengan keadaan topografi datar sampai
dengan miring, jenis tanah yang dominan adalah reyosol dan andosol dengan ph.4,5 – ph.7,5 dan
didukung dengan dekat kompleks wilayah Kawangkoan, Desa Tondegesan oleh pusat pertokoan,
pasar tradisional, pasar hewan, terminal bus dan angkutan di kompleks terminal Kawangkoan
merupakan pasar hewan yang barometer di Propinsi Sulawesi Utara, bagian Kabupaten
Minahasa, khusus wilayah Kawangkoan 1: Desa Tondegesan sebagai anjang pertemuan para
pedagang hewan, khusus perdagangan sapi, babi dan kuda,bebek (itik)/angsa/bebek manila dan
ayam dan khususnya peternakan hewan babi.
(b).Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi suatu
masyarakat Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan,
asumsinya bahwa “Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah
menerima informasi mengenai peternakan babi”. Dalam bidang Peternakan Babi, pendidikan
sangat mempengaruhi kemampuan sumberdaya manusia berpikir dalam pengambilan keputusan
dalam usaha peternakan babi. Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah Pendidikan Formal yang
pernah diikuti oleh Peternakan Babi, seperti mendapat penyuluhan dan pelatihan dari Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa dan Tingkat Propinsi Sulawesi Utara.
Tabel 4.5.
Data Tingkat Pendidikan Responden Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
Tabel 4.6.
Data Jumlah Tanggungan Keluarga Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Tabel 4.2.3. Data Jumlah Tanggungan Keluarga Peternakan Babi di Desa Tondegesan,
Kecamatan Kawangkoan menunjukkan bahwa: (1).Untuk 4 orang sebanyak jumlah responden
= 120 orang atau (66,7%); (2). Untuk 3 orang sebanyak jumlah responden = 40 orang atau
(13,4%); (3).Untuk 2 orang sebanyak jumlah responden = 40 orang atau (13,4%); (4).Untuk 1
orang sebanyak jumlah responden = 15 orang atau (6,8%). Jadi total keseluruhan penduduk
adalah 215 orang merupakan sumber pendapatan peternakan babi. Dimana beban tinggi
tanggungan keluarga pada 4 orang atau sebanyak 120 responden atau (66,7%) dan beban rendah
untuk tanggungan keluarga pada 1 orang atau sebanyak 15 jumlah responden atau (6,8%).
33
(d).Status Kepemilikan Tanah
Tabel 4.7.
Data Status Kepemilikan Tanah Penduduk Peternak Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
Tabel 4.2.4. Data Status Kepemilikan Tanah Penduduk Peternak Babi di Desa
Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan menunjukkan bahwa Status Lahan Milik Sendiri
mempunyai jumlah responden sebanyak 215 orang atau (100%) dan Sewa tidak ada.
Pengalaman usaha peternakan babi merupakan salah satu faktor dalam peternakan babi,dimana
keberhasilan produksi peternakan. Pengalaman yang lebih lama membuat peternakan babi
memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan produksi dibandingkan dengan peternakan babi
yang kurang berpengalaman, menyebabkan peternakan babi yangberpengalaman dengan memiliki
sumberdaya manusia mengenai masalah atau kendala dalam memelihara dan beternak babi dalam
membudidayakan atau mengembangkan peternakan babi dalam memproduksi hewan babi untuk
manajemen, pemeliharaan, kandang, suntikan, konsentrat makanan dan minuman, dengan pakan
ternak hewan babi harus cepat besar dan sehat mengandung 6 unsur pokok diantaranya: (1).Protein,
(2).lemak, (3).Serat kasar; (4).Vitamin, (5).Mineral; (6).Air. Bahan Pakan Ternak mengandung:
(1).Mineral; (2).Konsentrat; (3).Vitamin. Adapun manfaat peternakan babi yaitu: (1).Bisa menjadi
simpanan atau tabungan untuk masa depan; (2).Limbahnya dapat menghasilkan pupuk organic;
(3).Energi dalam bentuk Biogas.
Pengembangan peternakan babi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa iklim secara
langsung terhadap peternakan babi, seperti: suhu, kelembaban dan curah hujan. Menurut Sarajar
(2019)untuk ternak babi sebagai usaha menunjang perekonomian peternakan babi dan mendorong
peningkatan konsumsi protein hewani. Menurut Tulak, (2017): strategi pengembangan peternakan
babi digunakan harga yang menyelesaikan permasalahan budaya atau acara adat dan potensi dan
faktor lingkungan eksternal dan internal serta strategi pengembangan usaha peternakan babi. Menurut
Wea (2007): karakteristik peternak babi dan manajemen pemeliharaan babi lokal dan menggunakan
perayaan adat/keagamaan. Menurut Warsito (2017): pengetahuan manajemen peternakan dan
pemanfaatan hasil ternak babi sebagai sumber gizi masyarakatnya untuk mata pencaharian dan cara
memperoleh daging hewan babi dan tata cara proses penyembelihan ternak yang baik. Menurut
Prawira (2015): Potensi pengembangan peternakan sapi untuk usaha produktif dibidang peternakan
secara mandiri dan potensial dan tepat guna disesuaikan dengan keadaan alam,sosial ekonomi
masyarakat, sarana dan prasarana, teknologi peternakan berkembang dan kelembagaan dan kebijakan
mendukung dan faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh langsung terhadap ternak, seperti suhu,
34
kelembaban dan curah hujan, kualitas sumberdaya manusia dan pola peternakan hewan (babi) dan
teknologi dan pengembangan usaha ternak hewan (babi).
Tabel 4.8.
Data Pengalaman Berusaha Peternakan Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
1 10 – 20 tahun 65 26,60
2 20 – 30 tahun 70 33,30
3 35 – 45 tahun 80 40,00
Jumlah 215 orang 100%
Sumber: Data Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berusaha Peternakan Babi
Keterangan: Data Primer dioleh Tahun 2022
Tabel 4.2.5. Data Pengalaman Berusaha Peternakan Babi di Desa Tondegesan, Kecamatan
Kawangkoan menunjukkan bahwa: (1). Selama 10 – 20 tahun sebanyak 65 orang responden
atau (26,60%); (2). Selama 20 – 30 tahun sebanyak 70 responden atau (33,30%); (3).selama 35-
45 tahun sebanyak 80 responden atau (40,00%). Jadi total keseluruhan ada 215 orang, dimana
menunjukan bahwa pengalaman peternakan babi lebih dari cukup atau telah memiliki ilmu dan
pengetahuan untuk membudidayakan peternakan babi serta memiliki cara yang tepat guna dan
efisien dalam membudidayakan peternakan babi dan pengembangan teknologi dan modal untuk
peternakan babi dan ekspansi usaha peternakan babi di tingkat lokal /regional, tingkat nasional
dan tingkat internasional.
35
Tabel 4.9.
Data Jumlah Produksi Peternak Babi
di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan.
(a).Volume Produksi
Volume produksi merupakan faktor penentu besarnya pendapatan yang diterima oleh
pihak peternak babi sendiri di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan. Asumsinya adalah:
“Semakin besar volume produksi peternakan babi yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi
pendapatan keluarga peternak babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan. Sebaliknya,
Semakin kecil volume produksi peternakan babi yang dihasilkan, maka akan semakin rendah
pendapatah keluarga peternak babi di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan ”.
Harga merupakan persetujuan antara pihak konsumen /Demand atau pihak pembeli di
pasar dan pihak produsen /Supply atau pihak penjual di pasar. Pihak Peternak Babi merupakan
pihak Produsen /Supply atau pihak penjual di pasar. Harga Jual adalah variabel paling utama
dalam menentukan besarnya Penerimaan (Revenue) suatu peternak babi, dan harga jual pada
tingkat peternak babi yang ada di Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan adalah sebesar Rp.
<Rp. 60.000 sampai Rp.80.000 / kilogram daging babi.
36
Tabel 4.10
Data Penerimaan Usaha Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga
Desa Tondegesan, Kecamatan Kawangkoan
Tahun 2017-2021
No. Nama Keluarga Peternak Penerimaan Harga Jual Kuantitas Anak
Babi (Revenue) (Price) Babi (Q)
1 Rarung Mangare 250.000 250.000 1
2 Rompas Lontoh 250.000 250.000 1
3 Lengkong Kures 250.000 250.000 1
4 Pantow Sorogan 250.000 250.000 1
5 Pantow Mamesah 250.000 250.000 1
6 Rambitan Sumual 250.000 250.000 1
7 Mangare Sumilat 250.000 250.000 1
8 Lendeon Mangare 250.000 250.000 1
9 Pontoh Mangare 250.000 250.000 1
10 Kumayas Mangare 250.000 250.000 1
11 Goni Najoan 250.000 250.000 1
12 Saada Sorongan 250.000 250.000 1
13 Nomor Assa 250.000 250.000 1
14 Lapian Najoan 250.000 250.000 1
15 Sumolang Najoan 250.000 250.000 1
16 Mames Lontoh 250.000 250.000 1
17 Lapian Sambow 250.000 250.000 1
18 Lapian Monintja 250.000 250.000 1
19 Goni Tilaar 250.000 250.000 1
20 Mangare Mangare 250.000 250.000 1
21 Goni Sumual 250.000 250.000 1
22 Sumolang Saada 250.000 250.000 1
23 Rompas Saada 250.000 250.000 1
24 Mangare Kalengkongan 250.000 250.000 1
25 Kalengkongan Mamesah 250.000 250.000 1
26 Mangare Mamesah 250.000 250.000 1
27 Tendean Sumolang 250.000 250.000 1
28 Tendean Runtuwarow 250.000 250.000 1
29 Lapian Lontoh 250.000 250.000 1
30 Lontoh Mangare 250.000 250.000 1
31 Rompas Saada 250.000 250.000 1
32 Lontoh Malonda 250.000 250.000 1
33 Lapian Sulu 250.000 250.000 1
34 Rintjap Loing 250.000 250.000 1
35 Saada Sumolang 250.000 250.000 1
36 Mames Langi 250.000 250.000 1
37 Lengkong Sumolang 250.000 250.000 1
38 Runtuwarow Najoan 250.000 250.000 1
39 Saada Mamahit 250.000 250.000 1
40 Sorongan Runtuwarow 250.000 250.000 1
41 Lontoh Najoan 250.000 250.000 1
42 Lontoh Sorongan 250.000 250.000 1
43 Sumilat Larunu 250.000 250.000 1
44 Monintja Saada 250.000 250.000 1
45 Kalengkongan Rambitan 250.000 250.000 1
46 Kalengkongan Sumolang 250.000 250.000 1
47 Suoth Goni 250.000 250.000 1
37
48 Mamesah Najoan 250.000 250.000 1
49 Rembet Mamesah 250.000 250.000 1
50 Najoan Najoan 250.000 250.000 1
51 Najoan Momor 250.000 250.000 1
52 Mangare Sangian 250.000 250.000 1
53 Monitja Rembet 250.000 250.000 1
54 Goni Mamesah 250.000 250.000 1
55 Sorongan Kalengkongan 250.000 250.000 1
56 Najoan Karepu 250.000 250.000 1
57 Ramawow Najoan 250.000 250.000 1
58 Pinontoan Sumampow 250.000 250.000 1
59 Lambaiga Sambuaga 250.000 250.000 1
60 Pinontoan Sumampow 250.000 250.000 1
61 Telew Mangare 250.000 250.000 1
62 Pangkey Goni 250.000 250.000 1
63 Turangan Pangkey 250.000 250.000 1
64 Runtuwarou Koolay 250.000 250.000 1
65 Najoan Mamahit 250.000 250.000 1
66 Penu Sengkey 250.000 250.000 1
67 Najoan Sumolang 250.000 250.000 1
68 Sumolang Wowiling 250.000 250.000 1
69 Telew Mangare 250.000 250.000 1
70 Pinontoan Ponomban 250.000 250.000 1
71 Kalangi Sambow 250.000 250.000 1
72 Saada Paisa 250.000 250.000 1
73 Kumayas Lapian 250.000 250.000 1
74 Soronggan Mamahit 250.000 250.000 1
75 Goni Sorongaan 250.000 250.000 1
76 Pantow Mangare 250.000 250.000 1
77 Rembet Assa 250.000 250.000 1
78 Tilaar Najoan 250.000 250.000 1
79 Monitja Mangare 250.000 250.000 1
80 Rembet Monitja 250.000 250.000 1
81 Mamesah Sumege 250.000 250.000 1
82 Mamesah Monitja 250.000 250.000 1
83 Pangkey Kumendong 250.000 250.000 1
84 Kalesaran Rasu 250.000 250.000 1
85 Pinontoan Mewengkang 250.000 250.000 1
86 Mewengkang Saada 250.000 250.000 1
87 Pangkey Telew 250.000 250.000 1
88 Lontoh Rintjap 250.000 250.000 1
89 Mangare Tuwo 250.000 250.000 1
90 Lontoh Trivena 250.000 250.000 1
91 Sumolang Runtuwarow 250.000 250.000 1
92 Sumolang Momor 250.000 250.000 1
93 Lapian Assa 250.000 250.000 1
94 Kalengkongan Najoan 250.000 250.000 1
95 Kalengkongan Pangemanan 250.000 250.000 1
96 Lontoh Kalengkongan 250.000 250.000 1
97 Pangkey Lombogia 250.000 250.000 1
98 Monitja Lengkong 250.000 250.000 1
99 Maarua Mumu 250.000 250.000 1
100 Rembet Monitja 250.000 250.000 1
101 Mangare Mangare 250.000 250.000 1
38
102 Mangare Tuwo 250.000 250.000 1
103 Kuhu Goni 250.000 250.000 1
104 Nayoan Goni 250.000 250.000 1
105 Tujuwale Mandang 250.000 250.000 1
106 Tilaar Kawalo 250.000 250.000 1
107 Lumentah Lontoh 250.000 250.000 1
108 Pinontoan Rondoh 250.000 250.000 1
109 Kumayas Saada 250.000 250.000 1
110 Kumayas Ahmad 250.000 250.000 1
111 Mamesah Goni 250.000 250.000 1
112 Nayoan Mamesah 250.000 250.000 1
113 Nayoan Rembet 250.000 250.000 1
114 Lontoh Nayoan 250.000 250.000 1
115 Rembet Mintjelungan 250.000 250.000 1
116 Sumilat Goni 250.000 250.000 1
117 Bolung Nayoan 250.000 250.000 1
118 Sumilat Raintung 250.000 250.000 1
119 Nayoan Tilaar 250.000 250.000 1
120 Walangitan Tendean 250.000 250.000 1
121 Sumolang Mangare 250.000 250.000 1
122 Kalengkongan Sumolang 250.000 250.000 1
123 Assa Kumayas 250.000 250.000 1
124 Goni Lontoh 250.000 250.000 1
125 Rembet Sumolang 250.000 250.000 1
126 Nayoan Tendean 250.000 250.000 1
127 Rembet Assa 250.000 250.000 1
128 Rembet Lontoh 250.000 250.000 1
129 Samola Kalengkongan 250.000 250.000 1
130 Sumolang Sambow 250.000 250.000 1
131 Tumbol Sumolang 250.000 250.000 1
132 Kumendong Sumolang 250.000 250.000 1
133 Kumendong Lontoh 250.000 250.000 1
134 Sumolang Lontoh 250.000 250.000 1
135 Sumolang Supit 250.000 250.000 1
136 Kumayas Rembet 250.000 250.000 1
137 Bororing Tumbol 250.000 250.000 1
138 Lengkong Saada 250.000 250.000 1
139 Umbas Kalengkongan 250.000 250.000 1
140 Sumolang Pantow 250.000 250.000 1
141 Rumagit Nayoan 250.000 250.000 1
142 Goni Mamesah 250.000 250.000 1
143 Tilaar Nayoan 250.000 250.000 1
144 Sumilat Nayoan 250.000 250.000 1
145 Tilaar Mangare 250.000 250.000 1
146 Mangare Halimongo 250.000 250.000 1
147 Honi Pantow 250.000 250.000 1
148 Mamesah Pantow 250.000 250.000 1
149 Rembet Mangare 250.000 250.000 1
150 Mangare Tendean 250.000 250.000 1
151 Sulu Mamesah 250.000 250.000 1
152 Wati Mangundap 250.000 250.000 1
153 Lengkong Nayoan 250.000 250.000 1
154 Saada Tinte 250.000 250.000 1
155 Suryanto Mangare 250.000 250.000 1
39
156 Kalengkongan Paendong 250.000 250.000 1
157 Lontoh Sorongan 250.000 250.000 1
158 Pantow Nayoan 250.000 250.000 1
159 Riduan Sumolang 250.000 250.000 1
160 Tompunu Lasut 250.000 250.000 1
161 Sengkey Rasu 250.000 250.000 1
162 Pangalila Rembet 250.000 250.000 1
163 Goni Goni 250.000 250.000 1
164 Saada Pangalila 250.000 250.000 1
165 Najoan Astriana 250.000 250.000 1
166 Najoan Polii 250.000 250.000 1
167 Tendean Polii 250.000 250.000 1
168 Sendow Lontoh 250.000 250.000 1
169 Senduk Monitja 250.000 250.000 1
170 Lengkong Sembel 250.000 250.000 1
171 Tewu Rembet 250.000 250.000 1
172 Pantow Tamburian 250.000 250.000 1
173 Najoan Longdong 250.000 250.000 1
174 Sela Mangare 250.000 250.000 1
175 Mintjelungan Lontoh 250.000 250.000 1
176 Kalengkongan Musak 250.000 250.000 1
177 Sinyal Kuhu 250.000 250.000 1
178 Tamunu Kuhu 250.000 250.000 1
179 Sumolang Momor 250.000 250.000 1
180 Najoan Samola 250.000 250.000 1
181 Lontoh Lontoh 250.000 250.000 1
182 Najoan Sorongan 250.000 250.000 1
183 Giroth Sorongan 250.000 250.000 1
184 Kalengkongan Sorongan 250.000 250.000 1
185 Liu Saada 250.000 250.000 1
186 Mamahit Emor 250.000 250.000 1
187 Najoan Mangare 250.000 250.000 1
188 Rembet Paendong 250.000 250.000 1
189 Sengeky Rembet 250.000 250.000 1
190 Mangegong Runtuwarou 250.000 250.000 1
191 Kalengkongan Monintja 250.000 250.000 1
192 Umbas Kalengkongan 250.000 250.000 1
193 Kalengkongan Najoan 250.000 250.000 1
194 Tendean Najoan 250.000 250.000 1
195 Koyongian Sumolang 250.000 250.000 1
196 Assa Kuhu 250.000 250.000 1
197 Rembet Assa 250.000 250.000 1
198 Sukarya Mintjelungan 250.000 250.000 1
199 Sorongan Najoan 250.000 250.000 1
200 Panambunan Kuhu 250.000 250.000 1
201 Lontoh Diko 250.000 250.000 1
202 Najoan Saada 250.000 250.000 1
203 Wentunusa Najoan 250.000 250.000 1
204 Rawis Sengkey 250.000 250.000 1
205 Pangkey Rembet 250.000 250.000 1
Jumlah Rp.51.250.000 Rp.51.250.000 1
Sumber: Data Primer Penerimaan Usaha Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga Tahun 2017
Keternagan: Data diolah Tahun 2017.
40
(c) Biaya Produksi (Cost Production) Usaha Peternakan Babi
Biaya Produksi (Cost Production) adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha peternak
babi selama proses manufacturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang
akan dan siap untuk dipasarkan (pemasaran)/ marketing: pihak Demand / Permintaan /Pembeli
dan pihak Supply/ Penjual.
41
Tabel 4.11
Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021
Biaya TP 6 12 2 3 4 5
No. Keterangan
(BV)/VC Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
Biaya Pemilihan Bibit
1. Ternak Babi 123.000.000 246.000.000 492.000.000 738.000.000 984.000.000 1.230.000.000 @ Rp. 600.000
Jumlah : = ∑ (𝑹𝒑) 1.834.500.000 6.663.800.000 5.166.000.000 24.113.150.000 26.902.450.000 38.055.750.000 Rp. 102.375.650.000/Thn 2017-2021/205KK
Sumber : Data Primer Peternak Babi Biaya Tidak Tetap Tahun 2017-2021
Keterangan : Data Primer diolah Tahun 2022
Tabel 4.12
Total Biaya Produksi (TC) Peternak Babi
Di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021
Biaya Total
= FC + VC
No. Jenis Biaya = (TC) Keterangan
1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun
A. Fixed Cost (FC)
a. Pajak 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
b. Air Bersih 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
c. Kandang Ternak Babi 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000
d. Sapu Lantai (Ijuk) 120.000 240.000 360.000 480.000 600.000
e. Sapu Lidi Kayu 120.000 240.000 360.000 480.000 600.000
f. Sekop 150.000 300.000 450.000 600.000 750.000
g. Selang Air 250.000 500.000 750.000 1.000.000 1.250.000
h. Ember 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000
i. Sikat Sapu Plastik 400.000 800.000 1.200.000 1.600.000 2.000.000
j. Gayung 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
k. Masker Muka 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
A. Variable Cost (VC)
l. Sarung Tangan/Topi 20.000 410.000 615.000 820.000 1.025.000
m. Sepatu Boot Plastik/Karet 51.250.000 102.500.000 104.000.000 205.000.000 256.250.000
n. Fasilitas Suntikan Hewan Babi 10.250.000 20.500.000 30.750.000 41.000.000 51.200.000
o. Dokter Hewan Rutin Ternak Babi 30.750.000 61.250.000 92.250.000 123.000.000 153.750.000
p. Tempat Makanan Ternak Babi 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
q. Tempat Minuman Ternak Babi 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
PLN/Balon Lampu/Kabel Listrik/ Seng
r. 150.000 300.000 450.000 600.000 750.000
Aluminium Biasa
s. Tali Timba Ternak Babi 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000
Jumlah Biaya Tetap (FC) = 𝑭𝑪 ∑ 100.160.000 200.940.000 254.000.000 402.380.000 502.925.000 ∑ 𝟏. 𝟒𝟔𝟏. 𝟏𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Tabel 4.12
Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan Tahun 2017-2021
No Biaya TP 6 12 2 3 4 5
Keterangan
. (BV)/VC Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
Biaya Pemilihan Bibit
1. Ternak Babi 123.000.000 246.000.000 492.000.000 738.000.000 984.000.000 1.230.000.000 @ Rp. 600.000
Babi yang akan menggunakan Analisis BEP / Break Event Point; Penerimaan, Pendapatan,
BiayaProduksi dan Analisis RCR / Analisis Return Cost Ratio.
4.5. Pembahasan
Penerimaan
a) TR = (Rp. 3.025.800.000)
b) TC = (Rp. 39.516.890.000)
c) Income = Pendapat = (Rp. 2.985.563.110.000) = FC + VC
d) BEP = (Rp. 16.063.776.422.800)
BEP = TR / TC
𝑇𝑅
RCR =
𝑇𝐶
(Rp.3.025.800.000)
= (Rp.39.516.890.000)
= (Rp. 16.063.776.422.800)
= TR - TC
= TR / TC
Jadi nilai BEP ˃ 1: artinya R/C Ration mendapatkan hasil dari ˃ 1, maka suatu usaha peternak babi 205 di
Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan :
Artinya setiap suatu rupiah yang dikeluarkan oleh peternak babi 205 di Desa Tondegesan Satu,
Kecamatan Kawangkoan sebesar 7.6 rupiah, dimana sangat layak untuk dikembangkan usaha peternak
babi ada 205 kepala keluarga tahun 2017-2021 memberikan keuntungan (Profit) hasil R/C Ratio ˃ 1. Jadi
tingkat Pendapatan Keluarga bersih rata-rata peternak babi 205 dengan pendapatan sebesar (Rp.
7.656.979.080).
48
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Usaha Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan menguntungkan dimana
dengan perhitungan Harga Jual sebesar Rp. 2.460.000.000 untuk 205 peternak babi Kepala Keluarga
yang paling rendah dan hasil penjualan peternakan babi yang rendah selama tahun 2017- 2021.
2. Pendapatan usaha peternakan babi yang ada di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan
sangat menguntungkan, dilihat dari jumlah pendapatan keluarga peternakbabi rata-rata adalah
Rp. 16.063.776.422.800 dimana dilihat dari Return of Cash Ratio sebesar 7.6 atau > 1 artinya usaha
5.2. Saran
*Agar peternak babi di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan mampu untuk
mengembangkan pemeliharaan, penjualan peternak babi dalam 205 peternak babi Kepala Keluarga
dalam tahun 2017-2021 menunjukkan keuntungan.
*Pihak Pemerintah melakukan program pembinaan kelompok Peternak Babi ada 205 Kepala Keluarga
di Desa Tondegesan Satu, Kecamatan Kawangkoan, dengan mengadakan program manajemen
keuangan semaksimal dan pengetahuan pendidikan yang memadai untuk mengembangkan proses
pemasaran / penjualannya selama tahun 2017- 2021 dan berkelanjutan.
49
3. Bagi Peneliti Lanjutan
*Pihak Peneliti Lanjutan diperlukan referensi /kepustakan jurnal dan artikel dan HAKI untuk kelayakan peneliti
lanjutan di masa depan
50
DAFTAR PUSTAKA
Aku,A.S., T.Saili dan Amiruddin. 2013.”Sebaran, Struktur Populasi dan Kinerja Reproduksi Babi Lokal
di Kecaatan Tinangge, Kabupaten Konawe Selatan. Agriplus,Jurnal. 23 (03)-188-192.
Ariana, I.N.T.,A.A.W. Pugger, A.A.Oka dan N.I.P.Sriyani. 2014.”Analisis Ekonomi Usaha Ternak Babi
dengan Pemberian Sekam Padi Dalam Ransum yang mengandung Limbah Hotel”. Jurnal Ilmiah
Peternakan 17 (2):71-74.
Aritonang,R dan R. Lerbin. 2005. “Kepuasan Pelanggan, Pengukuran dan Penganalisasian dengan
SPSS”.Jakarta.PT.Gramedia Pustaka Utama.
Anjaningrum, W..D., &Sidi, A.P.(2018).”Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi dan Kreativitas Produk
terhadap Kinerja Industri Kreatif Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing”.Jurnal Ilmiah Bisnis dan
Ekonomi Asia. 12 (2), 30-47.
Amstrong, Gary & Philip, Kotler, 2002.”Dasar-Dasar Pemasaran”.Jilid 1. Alih Bahasa: Alexander
Sindoro dan Benyamin Molan,Jakarta: penerbit:Prenhalindo.
Ani, L.N. (2020). “Pengaruh Inovasi Produk, Kreativitas Produk, dan Kualitas Produk terhadap
Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Kerajinan Tikar Eceng Gondok Liar”, Jurnal Manajemen dan
Bisnis, 2 (02). Hal.184-194.
51
Alma, Buchari, 2012. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”.Bandung:Alfabeta.
Suroto, K.S dan Murti, A.T. (2022). Analisis Kelayakan Financial Usaha Peternak Babi Di Kabupaten
Malang. Jurnal Buana Sains 22(1):65-70
Rauan, G. M. 2021. Analisis Pendapatan Peternak Babi Kecamatan Suluuan Tareran Kabupaten
Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol. 9 No.2 Hal.1109-1116
52
LAMPIRAN
Kuisoner penelitian tentang “Analisis Pendapatan Peternak Babi di Desa Tondegesan Satu,
Kecamatan Kawangkoan”.
KUISONER PENELITIAN
I. Identitas Peternak
1. Nama : ..................................
2. Umur : ..................................
4. Pendidikan : ..................................
5. Agama : ..................................
II. Pertanyaan
Jawaban :
Jawaban :
- Perkilo ? : Rp .....
53
4. Berapa total tenaga kerja digunakan pada saat peliharaan ternak babi sampai dengan hasil
pemberanakan ?
Jawaban :
- Laki-laki : Rp .....
- Perempuan : Rp .....
Jawaban :
Jawaban :
8. Dalam mengusahakan ternak babi, dalam setahun bisa berapa kali nerproduksi atau berapa
Jawaban :
- Perkilogram : Rp .....
10. Alata-alat apa yang digunakan dalam beternak babi dan harga tiap alat ?
1.
2.
3.
4.
5.
TOTAL
54
11. Penggunaan Makanan
Jumlah Pupuk
Jenis Makanan Harga Jumlah
No. Makanan
(Kg) (Rp/Kg) (Rp)
(Kg)
An Organik
a.
1. b.
c.
d.
e.
Organik
a.
2. b.
c.
d.
e.
Pestisida
a.
3. b.
c.
d.
e.
- Biaya tansportasi :
- Konsusmsi :
55
Gambar 2.3 BEP (Break Event Point)
Price (harga)
Harga Jual = (Rp. 2.460.000
VC = (Rp. 38.055.750.000)
FC = (Rp. 1.461.140.000)
Losses (Rugi) Profit (Laba /Untung)
0 Output
𝑇𝑅
BEP =
𝑇𝐶
⁕ (1.6)
Jika ˃ 1 = Untung (п)
Pendapatan ( Income) = (Rp. 6.656.979.080)
56
LAMPIRAN
57
58
59