Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA PETERNAK SAPI POTONG

DI KELURAHAN PADANG SERAI KECAMATAN KAMPUNG MELAYU


KOTA BENGKULU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

RONALDO JANG PUTRA


1850090040

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYA BENGKULU
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan sektor peternakan sebagai bagian integral dari sektor pertanian

memiliki potensi dan prospek yang sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan

pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya nilai gizi yang berasal dari protein hewani.

Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi yang disitir oleh Ariningsih (2004),

bahwa tingkat kecukupan protein hewani asal ternak bagi masyarakat Indonesia

adalah sebesar 6 gr/kapita/hari.

Permintaan terhadap sapi potong dari tahun ke tahun terus meningkat.

Sementara itu, pasokan sapi potong dari dalam negeri belum dapat memenuhi

semua permintaan yang ada. Program swasembada sapi potong yang seharusnya

dicapai pada tahun 2010, dimundurkan menjadi tahun 2014. Keadaan ini

membuka peluang usaha ternak sapi potong (Fikar, 2010).

Menurut Yulianto (2010),Direktorat Jenderal peternakan menyebutkan bahwa

populasi sapi potong di Indonesia hanya 11,26 juta ekor dengan produksi daging

sapi nasional mencapai 249.925 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi daging

nasional diperkirakan mencapai 385.035 ton. Berarti produksi daging sapi lokal

hanya mampu memenuhi 64,9 % dari kebutuhan konsumsi.

2
Pemerintah melalui kementrian Pertanian sedang gencarnya menyukseskan

program swasembada daging yang harus dicapai pada tahun 2014. Menurut Dirjen

Peternakan RI, Kebutuhan sapi potong nasional pada tahun 2009 mencapai 2,1

juta ekor sapi. Sebanyak 1,1 Juta ekor dari kebutuhan tersebut di pasok dari dalam

negeri, sedangkan sebanyak 700 ribu kor sapi masih harus dipasok dari impor.

Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia Sebanyak 240 juta jiwa dan konsumsi

daging sapi 1,8 kg/kapita/tahun, saat ini dibutuhkan 432 juta kilogram daging sapi

atau jika dikonversikan menjadi sapi hidup setara dengan 2,5 Juta ekor sapi

(Fikar, 2010).

Kota Bengkulu memiliki peluang cukup besar untuk usaha agribisnis

penggemukan Sapi potong, mengingat kondisi sumber daya alam yang cukup

berlimpah, tersedianya Lahan yang cukup luas dan iklim yang cukup mendukung

untuk pengembangan usaha Ternak sapi potong.

3
4

Adapun Jumlah Produksi daging sapi di Provinsi Bengkulu dari tahun

2017-2021 sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Produksi Daging Sapi Tahun 2017-2021

Tahun Jumlah Produksi (Ton)


2017 2587.24
2018 2471.91
2019 2587.44
2020 3075.23
2021 2752.62
Sumber:Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2018-2019.

Peranan bidang agribisnis peternakan dalam hal ini adalah mendukung

pemenuhan pangan serta meningkatkan ketahanan pangan. ketahanan pangan

harus ditujukan untuik memenuhi kebutuhan pangan yang berimbang antara

kebutuhan pangan asal Upaya untuk meningkatkan nabati dan hewani.

Usaha agribisnis penggemukan sapi potong di kota Bengkulu masih tergolong

usaha tradisional atau semi intensif. Kegiatan usaha sapi potong hanya sebagai

usaha sampingan, belum merupakan usaha yang sifatnya intensif. Rata-rata

kepemilikan sapi potong peternak sekitar 2 – 5 ekor.

Usaha peternakan sapi potong di Kota Bengkulu umumnya merupakan usaha

peternakan milik rakyat berskala kecil dan menggunakan tenaga kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga yang biasanya digunakan dalam usaha peternakan rakyat

terdiri dari ayah (kepala keluarga), ibu dan anak-anak. Kepala Keluarga
5

memegang peranan yang penting dan memiliki tanggung jawab yang besar atas

keberlangsungan usaha peternakan.

Hal penting yang perlu juga diperhatikan pada faktor tenaga kerja adalah

curahan tenaga kerja. Keterlibatan tenaga kerja keluarga maupun luar keluarga

dapat memberikan pengaruh terhadap penghasilan beternak sapi potong.

Berdasarkan latar belakang di atas, usaha sapi potong hanya sebagai usaha

sampingan namun dapat memberikan kontribusi penghasilan yang di dapat

dengan curahan waktu kerja yang di keluarkan Lebih kecil dari pekerjaan utama

namun dapet memberikan pengaruh yang signifikan,

Berdasarkan hal inilah, peneliti tertarik untuk menganalisis curahan waktu

kerja Peternak Sapi Potong Di Kota Bengkulu.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai

berikut

1. Berapa jumlah curahan waktu kerja peternak sapi potong di kelurahan

Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi curahan waktu kerja peternak

sapi potong di kelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota

Bengkulu ?
6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengatahui curahan waktu kerja peternak sapi potong di kelurahan

Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu

2. Untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja

peternak sapi potong di kelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung

Melayu Kota Bengkulu

1.4. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan penelitin ini, berdasarkan tujuan yang telah di

kemukakan adalah sebagai berikut.

1. Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat mengetahui tingkat efisiensi

peternak sapi potong dalam mengelola waktu kerja mereka. Penelitian ini

dapat memberikan informasi tentang seberapa efektif peternak sapi potong

dalam mengelola waktu mereka, sehingga dapat digunakan sebagai dasar

untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha peternakan.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini Mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi curahan waktu kerja peternak sapi potong. Penelitian ini

dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu

kerja peternak sapi potong, seperti jumlah sapi yang dipelihara, ukuran
7

peternakan, kondisi fisik peternak, dan kemampuan manajemen

peternakan.
II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Ternak Sapi Potong

Ternak sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk

menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Seekor atau sekelompok ternak

sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan untuk manusia terutama

daging,disamping hasil ikutan lainnya seperti kulit, pupuk dan tulang (Sugeng,

2000).

Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa

hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak tersebut,

peternak hendaknya menerapkan sapta usaha ternak yang meliputi bibit, pakan,

perkandangan, reproduksi, pengendalian penyakit, pengolahan pascapanen, dan

pemasaran. Hendaknya bibit yang dipilih adalah bibit unggul yang dapat

menghasilkan keturunan yang unggul pula. Bibit yang unggul dapat diketahui

melalui proses seleksi genetik. Bahan pakan hendaknya memenuhi kebutuhan

nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak

diantaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Perkandangan

berhubungan dengan pengendalian penyakit. Kandang yang sehat akan

mempengaruhi kesehatan ternak. Oleh karena itu, kandang sebaiknya selalu dalam

keadaan sehat agar ternak terhindar dari penyakit yang disebabkan baik oleh

bakteri dan virus. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam dunia

8
9

peternakan, factor reproduksi juga sangatlah penting. Selain itu

pengolahan pascapanen dan pemasaran juga menentukan keberhasilan dalam

usaha peternakan (Tim Penyuluh, 2002).

Menurut Manshur (2009) bahwa tata laksana pemeliharaan dalam suatu

peternakan memegang peranan penting karena keberhasilan suatu

usahapeternakan sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya tatalaksana pemeliharaan.

Jenis-jenis sapi potong yang di pelihara di Indonesia antara lain sebagai berikut :

1. Sapi Brahman

Jenis sapi yang berasal dari India ini cocok untuk dikembangkan di daerah

tropis. Jenis sapi brahman memiliki warna putih keabu-abuan dan sedikit

kemerahan serta di bagian tubuh atas terdapat punuk besar. Terdapat gelambir

kulit pada dada bagian depan sapi brahman. Tanduk sapi jenis ini sangat kecil.

2. Sapi Ongole

Jenis sapi yang berasal dari India ini adalah jenis sapi pekerja dan

memiliki punuk yang biasa digunakan untuk membajak sawah dan angkat berat.

Umumnya, sapi ini berwarna putih hingga abu-abu. Sapi ongole memiliki tanduk,

punuk besar, dan gelambir.

3. Sapi Peranakan Ongole (PO)

Sapi jenis ini sering disebut sebagai sapi lokal atau sapi putih. Sapi

peranakan ongole memiliki leher panjang dan bergelambir serta memiliki punuk
10

yang membesar seiring bertambahnya bobot. Bobot jantan dewasa bisa mencapai

800 kg, sedangkan betina 600 kg.

4. Sapi Madura

Sapi yang banyak digunakan untuk membajak sawah ini memiliki kualitas daging

karkas sangat baik dan rendah lemak.Sapi madura mempunyai ciri warna kaki

yang belang, bertanduk, dan moncong yang khas. Bobot jantan dewasa bisa

mencapai 500 kg, sedangkan betina 300 kg.

5. Sapi Pasundan

Sapi Pasundan adalah sapi lokal yang ada di Jawa Barat. Sapi ini berasal

dari hasi persilangan antara Bos sundaicus/banteng/sapi bali, dengan sapi jawa,

sapi madura, dan sapi sumba ongole. Sapi jenis ini telah beradaptasi lebih dari 10

(sepuluh) generasi. Sapi ini dikenal tahan terhadap cekaman lingkungan, penyakit

tropis, serta mudah dipelihara. Sapi Pasundan juga memiliki kualitas daging yang

baik.

6. Sapi Aceh

Sapi ini persilangan dari Bos sundaicus dan sapi zebu dengan ciri berpunuk

dan bergelambir. Sapi ini dikenal memiliki daya tahan tubuh yang kuat, mudah

diternak relatif tahan penyakit, virus, dan parasit endemik.


11

2.1. 2 Curahan Waktu Kerja

Curahan waktu kerja adalah jumlah waktu yang di alokasikan umtuk

melakukan serangkayan kegiatan yang bias lakukan di dalam dan di luar rumah

dalam suatu waktu atau jam (Hakim T 2012:1)

Curahan waktu kerja adalah proposi waktu berkeja (yang di curahkan

untuk kegiatan-kegiatan tertentu di sector pertanian dan di luar sector pertanian)

terhadap total waktuu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang di lakukan

(Nurmanaf 2013:3)

Simanjuntak, P dalam Riansah (2013:12) menjelakan bahwa curahan

waktu kerja adlah seluruh waktu yang di gunakan seseorang untuk melakukan

suatu perjaan dengan mengharapkan untuk memperoleh upah dari gaji tempat

mereka bekerja dalam wakru yang sama pada suatu nidang perkejaan dan barang

kosumsi yang di minati suatu pekerjaan sebanding dengan pendapatan keluarga

yang bersangkutan atau juga sebanding yang di sediakan untuk bekerja

Menurut AAK (1990:40-42) Adapun jenis kegiatan dalam berternak sapi

potong antara lain sebagai berikut:

a. Pemberian bahan makanan, Didalam pemberian makanan ada beberapa

jenis bahan makanan yang di berikan kepada ternak yaitu :

1. Hijauan segar segar ialah makanan hijauan yang di berikan dalam

keadaan segar. Yang termasuk bahan segar hijauan adalah rumput

segar, batang jagung muda, kacang-kacangan dan lainnya yang masih

segar.
12

2. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang bdi

keringkan , misalnya jerami, jerami ialah ikutan pertanian seperti padi,

kacang tanah, kedelai, jagung, dan lainya yang berupa batang atau

ranting.

3. Konsentrat (makanan penguat) yang dimaksud dengan makanan

konsentrat (penguat) ialah bahan makanan yang konsentrasi gizinya

tinggi tetapikandungan serat kasarnya relative rendah dan mudah

dicema. Bahan tersebut berupa dedak atau katul bungkil kelapa

bungkil kacang tanah, ketela pohon dan laian-lain.

4. Bahan makanan tambahan yaitu:(a) vitamin diberikan dalam bentuk

feed supplement minyak ikan, sapi yang kekurangan vitamain,

terutama vitamin A (pro-vit A) dan vitamin dapat dibeli feed-

supplement atau minyak ikan.(b) Mineral untuk mencegah

kekurangan unsure-unsur mineral, khususnya Ca, P dan NaCI, ternak

sapi dapat diberi tepung tulang, tepung kapur tembok{CaCO3)da

garam dapur. (c) protein pada umumnya bahan-bahan makanan yang

mengandung zat protein tinggi harganya mahal. Maka sebagai

penghematan bahan makanan dapat ditambah dengan urea. Untuk

mencegah keracunan, dosis pemerian urea tersebut 1% dari seluruh

ransum ataut 20 gram/100 kg berat badan sapi.

b. Pembersihan kandang dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan

sorehari yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ternak serta


13

menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang bagi ternak sapi

potong merupakan sarana yang diperlukan meski ternak sapi tanpa

kandang pun tidak banyak mengalami kesulitan. Kandang berfungsi tidak

hanya sebagai tempat berteduh atau berlindung dari hujan, melainkan bagi

ternak sapi sebagai tempat istiraht yang nyaman (Murtidjo 1990:30).

c. Mengawinkan ternak merupakaan pengetahuan yang memerlukan

keterampilan khusus agar bisa diharapkan perkawinan sapi yang

menghasilkan kebuntingan. Hal-hal yang perlu dipahami sebelum

mengawinkan sapi: (1). Usia siap kawin sapi betina, secara umum sapi

betina pada usia 30 bulan sudah cukup dewasa kelamin, sehingga bisa

dikawinkan dan pada usia 3,3 tahun sapi betina sudah beranak untuk

pertama kalinya. (2). Masa birahi sapi betina, mengenal birahi sapi betina

merupakan pengetahuan yang harus dikuasai, sehingga pelaksanaan

perkawinan sapi sanggup menghasilkan tingkat kebuntingan sapi yang

tinggi. Adapun gejala sapi betina birahi akan terlihat dari nafsu makan

berkurang, sapi tampak tidak tenang, melenguh-lenguh, dari vagina keluar

cairan warna putih pekat, adakalanya vulva tampak membengkak dengan

warna memerah, ekor dikibas-kibaskan atau selalu di atas (Murtidjo

1990:75).

d. Perawatan, keberhasilan peternak sapi potong tidak hanya terletah pada

usaha pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun juga pada

perawatan dan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga.

Perawatan dan pengobatan pada ternak sapi merupakan pertimbangan dari


14

berbagai segi, baik dari segi penyakit (ringan, tidak menular atau menular)

maupun dari segi ekonomis. Penyakit yang sulit ditanggulangi atau di

sembuhkan, setra berbahaya bagi ternak yang lain karena bisa menular

harus dijauhi. Dari segi ekonomis bilabiaya pengobatan lebih tinggi

daripada nilai ternaknya, maka lebih baik ternaksapi tersebut di jual

sebagai ternak potong dengan catatan penyakit tersebut

tidakmembahayakan konsumen (Murtidjo 1990:96).

2.1.3. Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda merupakan model persamaan yang menjelaskan

hubungan satu variabel tak bebas/ response (Y) dengan dua atau lebih variabel

bebas/ predictor (X1, X2,…Xn). Tujuan dari uji regresi linier berganda adalah

untuk memprediksi nilai variable tak bebas/ response (Y) apabila nilai-nilai

variabel bebasnya/ predictor (X1, X2,..., Xn) diketahui. Disamping itu juga untuk

dapat mengetahui bagaimanakah arah hubungan variabel tak bebas dengan

variabel - variabel bebasnya. Persamaan regresi linier berganda secara matematik

diekspresikan oleh : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + … + bn Xn

yang mana :

Y = variable tak bebas (nilai variabel yang akan diprediksi)

a = konstanta

b1,b2,…, bn = nilai koefisien regresi


15

X1,X2,…, Xn = variable bebas

Regresi linear berganda merupakan model regresi yang melibatkan lebih dari

satu variabel independen. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk

mengetahui arah dan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2018).

2.2. Kerangka Pemikiran

Usaha ternak sapi potong di Kelurahan padang Serai Kecamatan Kampung

melayu kota Bengklu memerlukan curahan waktu kerja, Sementara untuk

mengetahui curahan waktu kerja di tentukan oleh jenis kegiatan seperti,

pemberian makan terhadap sapi, pembersihan kandang dll. Sedangkan untuk

mengetahui jumlah curahan waktu kerja yaitu menghitung dari jenis-jenis

kegiatan yang ada pada curahan waktu kerja dan jumlah tenaga kerja dalam

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Dimana Curahan waktu kerja di

pengaruhi oleh jumlah ternak/jumlah sapi yang di pelihara, pekerjaan

utama,kondisi fisik peternak, cara pemeliharaan, dan pendidikan.

Penelitian (Isyanto AY, (2015) yang berjudul faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap curahan waktu kerja usaha pengemukan sapi potong di

Kabupaten Ciamis menunjukan bahwa variabelnya itu jumlah kepemilikan ternak,

jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama, penyuluhan berpengaruh terhadap

curahan waktu kerja pada usaha penggemukan sapi potong


16

Penelitian (Yunilas,2005)Yang berjudul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita dalam Pemeliharaan Ternak

Sapi di Kecamatan Hamparan Perak menunjukkan variabelnya adalah umur

peternak, tingkat pendidikan perternak, jumlah anggota keluarga peternak dan

jumlah ternak yang di pelihara berpengaruh terhadap curahan waktu kerja

Gujarati dalam Ghozali, 2009). Model regresi linear berganda pada

curahan waktu kerja istri nelayan karang penyelam diduga dengan model

regresi linear

sebagai berikut pendapatan istri, pendapatan suami, jumlah anggota

keluarga, lama pendidikan formal,umur istri nelayan yang berpengaruh terhadap

curahan waktu kerja

Penelitian (Olga CGW,2016) berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI CURAHAN WAKTU KERJA WANITA DI DESA BANJARAGUNG KABUPATEN JOMBANG

PADA INDUSTRI SEPATU SEBAGAI BENTUK KONTRIBUSI TERHADAP EKONOMI KELUARGA variabelnya

usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan pendapatan suami, pendapatan yang berpenruh terhadap curahan jam kerja

Bentuk kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat di lihat dari gambar di

bawah ini:

Usaha Ternak Sapi Potong


17

Tenaga kerja dalam Tenaga kerja luar


keluarga Keluarga

Factor-faktor yang mempengaruhi

 X1 Jumlah sapi yang dipelihara

 D1 Pekerjaan utama

 X2 Umur peternak
Curahan Waktu Kerja
 D2 Cara pemeliharaan

 X3 Pendidikan

 X4 Pendapatan Rumah Tangga

Gambar 1.diagram kerangka pemikiran

2.3 Hipotesis

1. Di duga curahan waktu kerja peternak sapi potong di Kelurahan Padang

Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu rendah

2. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja usaha

ternak sapi potong, jumlah sapi yang dipelihara, Pekerjaan utama,umur


18

peternak, cara pemeliraraan, pendidikan dan pendapatan rumah tangga di

Pelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu

adalah mempengaruhi
III METODELOGI PENELITIAN

3.3. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Penelitian survei adalah penelitian untuk memperoleh fakta dengan cara

mengambil data secara faktual dengan mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunkan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Nazir,2009:56).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan di lakukan di bulan Januari di kelurahan Padang

Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu. Penentuan lokasi penelitian

ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di daerah

Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu banyak yang mengusahan

penggemukan sapi.

3.3. Definisi dan Oprasionalisasi Variabel

1. Peternak adalah adalah kegiatan mengembangbiakkan dan

membudidayakan hewan ternak jenis sapi bali (ekor).

2. Jumlah sapi dalam keluarga adalah jumlah sapi yang dipelihara oleh

keluarga responden (ekor).

3. Umur peternak adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun (Th).

4. Luas lahan ialah luas usaha ternak yang dimiliki petani ternak (Ha).

5. Pengalaman beternak adalah lama peternak memelihara sapi (Th).

19
6. Cara pemeliharaan ternak (Intensif dan semi intensif) intensif adalah

pemeliharaan sapi khusus semua kegiatan dilaksanakan di dalam kandang

sedangkan semi intensif adalah pemeliharaan sapi sebagai kegiatan di

laksanakan di luar kandang seperti pemberian di dalam kandang kemudian

dilepaskan di ladang penggembalaan.(1/0).

7. Curahan waktu kerja usaha ternak,  jumlah waktu yang dialokasikan untuk

melakukan serangkaian kegiatan  (HKSP).

8. Pekerjaan utama pekerjaan yang dilakukannya dengan waktu terbanyak

(Jam).

9. Pendapatan Rumah Tangga adalah seluruh pendapat yang di dapat dari

seluruh anggota keluarga (Rupiah)

34.Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling random sederhana (Simple Random Sampling) ciri

utama sampling ini adalah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan

undian (Akbar dan Usman 2011:44). Populasi adalah 40 orang dan tingkat

kepercayaan yang diinginkan adalah 95%, maka jumlah sampel yang diperlukan

adalah sekitar 15 orang. Namun, jumlah sampel yang diperlukan juga dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti variasi dalam populasi, tingkat

kesalahan yang ditoleransi, dan sebagainya.

20
21
22

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian curahan waktu kerja peternak sapi potong, terdapat beberapa

teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, di antaranya adalah:

1. Wawancara: Teknik ini adalah teknik pengumpulan data yang

menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis atau lisan yang diajukan

kepada responden untuk dijawab secara lisan atau tertulis. Wawancara

dapat dilakukan secara individu atau kelompok, dan dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung.

2. Observasi: Teknik ini adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan langsung terhadap fenomena yang diteliti. Observasi dapat

dilakukan dengan cara partisipatif atau non-partisipatif, tergantung pada

tingkat partisipasi peneliti dalam kegiatan yang diamati.

3. Kuisioner: Teknik ini adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk

dijawab secara tertulis. Kuisioner dapat diberikan secara langsung atau

tidak langsung.

3.6 Teknik Analisis Data

Metode analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif di gunakan

untuk menggambarkan curahan waktu peternak sapi potong. Curahan kerja

adalah jumlah waktu yang dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatn

yang biasa dilakukan di dalam dan luar rumah tangga dalam satuan waktu atau
23

jam (Hakim T 2012:1).Curahan waktu kerja adalah proporsi waktu bekerja

(yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu di sektor pertanian dan di

luar sektor pertanian) terhadap total waktu kerja tergantung pada jenis

pekerjaan yang di lakukan (Nurmanaf 2013:3).

Simanjuntak, P dalam Riansah (2013:12) Menjelaskan bahwa

curahan waktu kerja adalah seluruh waktu yang digunakan seseorang untuk

melakukan suatu pekerjaan dengan mengharapkan untuk memperoleh upah

darí majikan tempat mereka bekerja dalam waktu yang sama pada suatu

bidang pekrjaan dan barang konsumsi yang di nikmati suatu kerja sebanding

dengan pendapatan keluarga yang bersangkutan atau juga sebanding jumlah

waktu yang disediakan untuk bekerja.

1. Untuk mengetahui curahan waktu kerja

Untuk menghitung curahan waktu kerja, dapat digunakan rumus sebagai


berikut:

HOK = Jam orang kerja x orang kerjax hari kerja atau Jumlah jam kerja

dibagi jam maksimal kerja 8 jam/ hari.

Hari orang kerja x orang kerjax jam kerja = HKSP

HOK laki-laki =1 HKSP

HOK perempuan = 0,8 HKSP

HOK anak-anak = 0,5 HKSP

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengarugi curahan waktu kerja


24

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi curahan waktu kerja seseorang, di

antaranya Analisis Regresi Linear Berganda Analisis

Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari

satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Rumus: Y = a + b1X1+b2X2+…+bnXn

Y = Curahan Waktu Kerja (variabel terikat)

a = konstanta

b1 = Pekerjaan Utaman(koefisien regresi)

b2 =Cara Pemeliharaan (koefisien regresi)

X1 = Jumlah sapi yang di pelihara

X2 = Umur peternak

X3 = Pendidikan

X4 = Pendapatan Rumah Tangga


25
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1990.Petunjuk Beternak Sapi Potong Dan Kerja. Kansius.Yogyakarta. 37
Halaman.
AAK, 1982.Sapi Perah Kansius. Yogyakarta.110 Halaman.
Akbar Setiady Purnomo dan Usman Husaini.2011 .AMetode Penelitian Sosial.
Bumi Askara.Jakarta. 170 Halaman.
Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung8
Melayu Kota Bengkulu 2010. 43 Halaman.
Darmono,1993.Tatalaksana Usaha Sapi Kereman Kansius. Yogyakarta.99
Halaman.
Firdaus Muhammad, 2010. "Manajemen Agribisnis" Bumi Askara.Jakarta. 221
Halaman.
Guntoro Suprio, 2002. Membudidayakan Sapi Bali Kansius. Yogyakarta. 102
Halaman.
Hakim Tegar, 2013.Hup:// Tegar Hakim. Blokspot.Com/2012/04/Curahan-
Tegar,Kerja.22 januari 2013.5 Halaman.
M. Nazir, 2009. Metode Penelitian Ghalia Indonesia.Bogor.544 Halaman.
Nurmanaf, 2013.Htp;// Repository. Usu. Ac ld/Bitstream/ 12345689/25504/4/
Chapter %20 II.Pdf26 Januari 2013.7 Halaman.
Prabowo, Y. 2012. Htp://Teknis-Budidaya Blogspot.com/2007/10/Budidaya-Sapi-
Potong.html. 16 Desember 2012.Bengkulu.5 Halaman.

Anda mungkin juga menyukai