Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN

AGROINDUSTRI

ANALISIS PETERNAKAN KAMBING DAN KAMBING


POTONG DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

Kelompok 8 :

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023

i
DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2

II. HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 Potensi Peternakan Kambing............................................................. 3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi petumbuhan Kambing ........................ 3
2.3 Tahapan budidaya Kambing Potong.................................................. 5
2.4 Teknologi Yang Digunakan dalam pemotongan................................ 5

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kambing merupakan salah satu ternak ruminasia penghasil daging dan susu
selain sapi. Kambing merupakan hewan yang umum diternakan di Indonesia
karena dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan industri yang bersifat
alami yang tidak dapat dikomsumsi manusia sebagai bahan pakan. Makanan
utama kambing yaitu hijauan yang berupa tumbuhan semak atau rumput. Dari
hijauna tersebut merupakan sumber vitamin yang baik dan protein kasar bagi
kambing akan tetapi kandungan protein kasar pada rumput tergolong rendah
dibandingkan biji-bijian untuk itu diberikan berupa pakan tambahan atau
campuran berupa pakan buatan seperti dedak.
Pada umumnya peternakan kambing di Indonesia masih dilakukan secara
tradisional hanya untuk komsumsi skala kecil dan menengah dengan manajemen
pemberian pakan semi moderen seperti rumput-rumputan dan pakan tambahan
serta vitamin baik bersifat tradisional dan modern. Pada peternakan Padepokan
Mbah Brewok di jalan G Obos IV Palangka Raya, Kalimantan Tengah terdapat 2
jenis hewan yang diternakan yaitu sapi dan kambing, dan terdapat 3 jenis kambing
yang diternakan yaitu Kambing Peranakan Etawa (PE), Kambing Kacang dan
Kambing Jawa Randu.
Kambing Kacang merupakan kambing ras lokal penghasil daging, kambing
ini banyak dipelihara di kalangan peternak kambing karena kambing calving
internal nya pendek ( 1 tahun bisa beranak 2 kali), jumlah anak lebih dari 2,
harganya terjangkau dan tidak memerlukan teknologi yang rumit dalam
pemeliharannya (Erlangga, 2013). Kambing Kacang memiliki bobot kecil
dibandingkan jenis kambing yang lain. Ciri-ciri dari kambing ini telinga kecil
berdiri tegak, memiliki tanduk, profil wajah lurus, ekor kecil dan tegak, ambing
kecil dengan konfromasi baik dan memiliki putting susu besar, tubuhnya gelap
dan coklat dengan kondisi bulu panjang untuk kambing jantan dan pendek untuk
betina (Septian et al, 2015).
Kambing Peranakan Etawa merupakan jenis persilangan antara kambing
etawa India dan kambing lokal sehingga memiliki karakteristik sama seperti etawa
tetapi tahan terhadap iklim Indonesia ciri kambing PE. Jantan memiliki tinggi 90-

1
127 cm dan kambing betina memiliki tinggi 92 cm. Kambing PE dibagi ke dalam
4 jenis pertama penghasil daging (tipe pedaging), penghasil susu (tipe perah),
penghasil bulu (tipe bulu/mohair) dan penghasil daging dan susu. Karakteristik
dari kambing ini muka cembung, telinga relative panjang (18-30 cm( terkulai.
Jantan dan betina bertanduk pendek, warna bulu bervariasi dari kream sampai
hitam, bulu pada paha belakang, leher dan pundak lebih tebal dan lebih panjang
kambing ini banyak diternakan di kalangan peternak karena kambing ini bersifat
dwifungsi yaitu dapat menghasilkan daging dan susu sebagai sumber hewani dan
protein. Produksi susu dari kambing peranakan etawa berkisar antara 0,5-0,7
liter/ekor (Widodo et al, 2012).
Kambing Jawa randu adalah kambing hasil persilangan kambing etawa dan
kambing kacang. Kambing ini bersifat dwifungsi selain menghasilkan daging,
kambing ini menghasilkan susu dengan rata-rata menghasilkan 1,5 liter per hari
menurut fitra et al (2009) kambing jawa randu memiliki ciri berupa telinga tebal
dan lebih panjang dari kepalanya, leher tidak bersurai, bentuk tubuh terlihat
tebalndan bulu tubuhnya bersifat kasar. Pemeliharan Jawa randu sangat mudah
karena mampu mengkomsumsi jenis pakan apa saja. Selain itu kambing ini
memiliki mothering ability sehingga anak yang dilahirkan memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dengan jumlah anak rata-rata 2 ekor dan mampu beradaptasi di
iklim Indonesia.
Dengan jenis kambing tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi
ukuran dan bentuk akan tetapi semua kambing tersebut dimanfaatkan untuk
dikomsumsi, permintaan yang tinggi akan daging kambing tentu mengakibatkan
tinggi permintaan kambing potong terutama pada hari raya kurban. Kambing
potong merupakan ruminasia kecil yang diambil dagingnya untuk memenuhi
kebutuhan daging guna memenuhi kebutuhan protein.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk
1. Potensi Peternakan Kambing
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan Kambing
3. Faktor Internal Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kambing
4. Teknologi yang digunakan dalam pemotongan

2
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Potensi Peternakan Kambing

Potensi peternakan kambing peternakan kambing mempunyai prospek yang


baik dimasa depan karena pada saat ini konsumsi akan produk pangan hewani
tinggi diiringi dengan permintaan dan pertumbuhan penduduk yang mulai banyak
karena disebabkan pendapatan dan pengetahuan masyarakat akan manfaat dan
kandungan gizi dari kambing. Kambing yang saat ini banyak diternakan oleh
masyarakat Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan menstimulus kemajuan suatu daerah (Khadijah et al,
2019). Peternak kambing saat ini banyak berternak kambing lokal memiliki daya
tahan tubuh yang cukup baik dengan komsumsi pakan berkualitas yang mulai
banyak di produksi

2.2 Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kambing Potong

Kebutuhan nutrisi harian ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal


(lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Faktor-faktor tersebut
meliputi spesies ternak, umur, kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan (suhu,
kelembaban relatif), dan berat badan. Kambing dalam kondisi normal (tidak
berpenyakit/sekarang berproduksi) akan mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang
terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mempertahankan hidup dasar,
pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
pertumbuhan kambing adalah sebagai berikut.

 Suhu Sekitar

Ruminansia, termasuk kambing, membutuhkan suhu lingkungan yang sesuai


dengan tubuhnya, baik dalam masa produksi maupun tidak. Kondisi lingkungan
ini sangat bervariasi dan berkaitan erat dengan kondisi ternak masing-masing,
yang meliputi spesies, umur, tingkat kegemukan, berat badan, kondisi penutup
tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan kondisi ternak. Kehilangan panas tubuh
karena pengaruh lingkungan.

3
Jika kondisi lingkungan berubah, konsumsi makanan juga berubah akan
berdampak pada pertumbuhan kambing. Asupan pakan umumnya menurun
dengan meningkatnya suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan hidup,
semakin banyak panas dalam tubuh hewan, yang mengurangi kebutuhan akan
makanan. Sebaliknya pada suhu dingin, ternak memerlukan pakan lebih banyak
karena ternak justru membutuhkan panas tambahan. Hal ini mempengaruhi rasa
dan karakteristik pakan karena kondisi fisik dan kimianya. Hal ini mencerminkan
atribut sensorik seperti penampilan, bau, rasa (ringan, asin, manis, pahit), tekstur
dan suhu. Ini menciptakan daya tarik dan mendorong ternak untuk makan.
Kambing lebih suka makanan asam manis daripada makanan asin/pahit. Selain
itu, hewan bertanduk ini juga lebih menyukai rerumputan segar yang tersusun rapi
dan kaya akan nitrogen (N) dan fosfor (P). Nafsu makan merangsang pusat saraf
(hipotalamus), yang merangsang rasa lapar. Selain itu, ternak berusaha mengatasi
keadaan ini dengan memakan pakan ternak.

 Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis kambing seperti umur, jenis kelamin dan kondisi tubuh
(misalnya bunting atau sakit) sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari
kambing tersebut.

 Konsentrasi Nutrisi

Kandungan gizi yang sangat mempengaruhi konsumsi makanan adalah


kandungan energi makanan tersebut. Konsentrasi energi yang dikirimkan ini
berbanding terbalik dengan jumlah yang dikonsumsi. Semakin tinggi kandungan
energi dalam pakan, semakin rendah jumlah yang dikonsumsi. Sebaliknya,
konsumsi pangan meningkat ketika kandungan energi pakan semakin rendah.
Ruminansia, termasuk kambing, lebih menyukai pakan granular (pakan butiran
atau cincang) daripada pakan utuh. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel
yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, ramuan yang
diberikan harus dipotong kecil-kecil sekitar 3-5 cm.

4
2.3 Faktor Internal Yang Mepengaruhi pertumbuhan Kambing Potong

Dalam beternak kambing potong perlu memperhatikan beberapa hal yang


penting yaitu pemilihan bibit, kriteria kandang yang baik, dan penangan penyakit
dari kambing tersebut adapun beberapa tahapan nya meliputi : a). Pemilihan Bibit,
pemilihan Bibit kambing potong yang baik dimulai pada kambing penjantan pada
kambing penjantan bertubuh besar dan sehat, mata bening tidak kemerahan,
memiliki bulu yang mengkilap, mulut bersih dan tidak berlendir, tulang belakang
bentuk lurus tidak melengkung ke bawah, wilayah dada bentuk menonjol, ekor
melebar, bukan berbentuk cambuk dan tingkat reproduktivitas yang tinggi hal ini
didukung dengan pakan ternak yang baik. b). Kriteria Kandang yang baik dalam
pertumbuhan kambing meliputi kandang yang kuat dan murah, segar (memiliki
ventilasi yang baik, sinar matahari mampu menyinari dalam kandang, minimal
berjarak 500 meter dari pemukiman warga), di bawah atau dibelakang kandang
terdapat kolam penampungan limbah kotoran ternak, terdapat penerangan yang
cukup, kandang berbentuk panggung dan bersekat serta dapat dibongkar pasang.
c). Penangan penyakit, penyakit pada kambing dapat menyerang dalam dan luar
tubuh kambing meliputi cacingan, kudis, kembung perut, radang paru dan
penyakit mulut dan kuku. Penangan dari penyakit ini berupa menjaga kebersihan
kandang dengan kondisi kandang harus kering, dengan kotoran tidak menumpuk,
sampah dari hasil pakan harus disingkirkan serta pemberian vaksin.

2.4 Teknologi yang digunakan dalam pemotongan

5
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kambing merupakan salah satu ternak ruminasia penghasil daging dan susu
selain sapi. Kambing merupakan hewan yang umum diternakan di Indonesia
karena dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan industri yang bersifat
alami yang tidak dapat dikomsumsi manusia sebagai bahan pakan. Pada umumnya
peternakan kambing di Indonesia masih dilakukan secara tradisional hanya untuk
komsumsi skala kecil dan menengah dengan manajemen pemberian pakan semi
moderen seperti rumput-rumputan dan pakan tambahan serta vitamin baik bersifat
tradisional dan modern. Pada peternakan Padepokan Mbah Brewok di jalan G
Obos IV Palangka Raya, Kalimantan Tengah terdapat 2 jenis hewan yang
diternakan yaitu sapi dan kambing, dan terdapat 3 jenis kambing yang diternakan
yaitu Kambing Peranakan Etawa (PE), Kambing Kacang dan Kambing Jawa
Randu. Kambing Kacang merupakan kambing ras lokal penghasil daging,
kambing ini banyak dipelihara di kalangan peternak kambing karena kambing
calving internal nya pendek (1 tahun bisa beranak 2 kali), jumlah anak lebih dari
2, harganya terjangkau dan tidak memerlukan teknologi yang rumit dalam
pemeliharannya. Kambing Kacang memiliki bobot kecil dibandingkan jenis
kambing yang lain. Kambing Peranakan Etawa merupakan jenis persilangan
antara kambing etawa India dan kambing lokal sehingga memiliki karakteristik
sama seperti etawa tetapi tahan terhadap iklim Indonesia ciri kambing PE.
Kambing Jawa randu adalah kambing hasil persilangan kambing etawa dan
kambing kacang. Selain itu kambing ini memiliki mothering ability sehingga anak
yang dilahirkan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dengan jumlah anak rata-
rata 2 ekor dan mampu beradaptasi di iklim Indonesia. Dengan jenis kambing
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi ukuran dan bentuk akan
tetapi semua kambing tersebut dimanfaatkan untuk dikomsumsi, permintaan yang
tinggi akan daging kambing tentu mengakibatkan tinggi permintaan kambing
potong terutama pada hari raya kurban. Kambing potong merupakan ruminasia
kecil yang diambil dagingnya untuk memenuhi kebutuhan daging guna memenuhi
kebutuhan protein. Potensi Peternakan Kambing. Faktor Eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan Kambing. Faktor Internal Yang Mempengaruhi

6
Pertumbuhan Kambing. Teknologi yang digunakan dalam pemotongan. Potensi
peternakan kambing peternakan kambing mempunyai prospek yang baik dimasa
depan karena pada saat ini konsumsi akan produk pangan hewani tinggi diiringi
dengan permintaan dan pertumbuhan penduduk yang mulai banyak karena
disebabkan pendapatan dan pengetahuan masyarakat akan manfaat dan kandungan
gizi dari kambing. Kambing yang saat ini banyak diternakan oleh masyarakat
Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan menstimulus kemajuan suatu daerah. Kambing dalam kondisi
normal (tidak berpenyakit/sekarang berproduksi) akan mengkonsumsi pakan
dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mempertahankan
hidup dasar, pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya pertumbuhan kambing adalah sebagai berikut. Ruminansia, termasuk
kambing, membutuhkan suhu lingkungan yang sesuai dengan tubuhnya, baik
dalam masa produksi maupun tidak. Semakin tinggi suhu lingkungan hidup,
semakin banyak panas dalam tubuh hewan, yang mengurangi kebutuhan akan
makanan. Nafsu makan merangsang pusat saraf (hipotalamus), yang merangsang
rasa lapar. Semakin tinggi kandungan energi dalam pakan, semakin rendah jumlah
yang dikonsumsi. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna.

7
DAFTAR PUSTAKA

Erlangga. 2009. Sekilas Peternakan dan Informasi Ternak. Jakarta

Fitra, A.J.P, Aron, B. Meruwald, D., dan Erwin S. 2009. Potensi Beberapa Plasma
Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Sumatera Utara

Khadijah, N., Hadi, S., dan Maharani, E. 2019. Analisis Agribisnis Sapi Potong di
daerah Siak Provinsi Riau : Jurnal Agribisnis, 21(1), 23-35

Septian, A.D., Arifin, M., dan Rianto, E. 2015. Pola Pertumbuhan Kambing
Kacang Jantan di Kabupaten Grobogan. Animal Agriculture Journal.
4(1): 1-6

Widodo, Viyunnur., R., Chualia, R., dan Suparta B. 2012. Produksi dan Evaluasi
Kualitas Susu Bubuk Asal Kambing Etawa (PE). Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, 23(2), 132-139. Institu Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai