AGROINDUSTRI
Kelompok 8 :
i
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
I. PENDAHULUAN
1
127 cm dan kambing betina memiliki tinggi 92 cm. Kambing PE dibagi ke dalam
4 jenis pertama penghasil daging (tipe pedaging), penghasil susu (tipe perah),
penghasil bulu (tipe bulu/mohair) dan penghasil daging dan susu. Karakteristik
dari kambing ini muka cembung, telinga relative panjang (18-30 cm( terkulai.
Jantan dan betina bertanduk pendek, warna bulu bervariasi dari kream sampai
hitam, bulu pada paha belakang, leher dan pundak lebih tebal dan lebih panjang
kambing ini banyak diternakan di kalangan peternak karena kambing ini bersifat
dwifungsi yaitu dapat menghasilkan daging dan susu sebagai sumber hewani dan
protein. Produksi susu dari kambing peranakan etawa berkisar antara 0,5-0,7
liter/ekor (Widodo et al, 2012).
Kambing Jawa randu adalah kambing hasil persilangan kambing etawa dan
kambing kacang. Kambing ini bersifat dwifungsi selain menghasilkan daging,
kambing ini menghasilkan susu dengan rata-rata menghasilkan 1,5 liter per hari
menurut fitra et al (2009) kambing jawa randu memiliki ciri berupa telinga tebal
dan lebih panjang dari kepalanya, leher tidak bersurai, bentuk tubuh terlihat
tebalndan bulu tubuhnya bersifat kasar. Pemeliharan Jawa randu sangat mudah
karena mampu mengkomsumsi jenis pakan apa saja. Selain itu kambing ini
memiliki mothering ability sehingga anak yang dilahirkan memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dengan jumlah anak rata-rata 2 ekor dan mampu beradaptasi di
iklim Indonesia.
Dengan jenis kambing tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi
ukuran dan bentuk akan tetapi semua kambing tersebut dimanfaatkan untuk
dikomsumsi, permintaan yang tinggi akan daging kambing tentu mengakibatkan
tinggi permintaan kambing potong terutama pada hari raya kurban. Kambing
potong merupakan ruminasia kecil yang diambil dagingnya untuk memenuhi
kebutuhan daging guna memenuhi kebutuhan protein.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk
1. Potensi Peternakan Kambing
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan Kambing
3. Faktor Internal Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kambing
4. Teknologi yang digunakan dalam pemotongan
2
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu Sekitar
3
Jika kondisi lingkungan berubah, konsumsi makanan juga berubah akan
berdampak pada pertumbuhan kambing. Asupan pakan umumnya menurun
dengan meningkatnya suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan hidup,
semakin banyak panas dalam tubuh hewan, yang mengurangi kebutuhan akan
makanan. Sebaliknya pada suhu dingin, ternak memerlukan pakan lebih banyak
karena ternak justru membutuhkan panas tambahan. Hal ini mempengaruhi rasa
dan karakteristik pakan karena kondisi fisik dan kimianya. Hal ini mencerminkan
atribut sensorik seperti penampilan, bau, rasa (ringan, asin, manis, pahit), tekstur
dan suhu. Ini menciptakan daya tarik dan mendorong ternak untuk makan.
Kambing lebih suka makanan asam manis daripada makanan asin/pahit. Selain
itu, hewan bertanduk ini juga lebih menyukai rerumputan segar yang tersusun rapi
dan kaya akan nitrogen (N) dan fosfor (P). Nafsu makan merangsang pusat saraf
(hipotalamus), yang merangsang rasa lapar. Selain itu, ternak berusaha mengatasi
keadaan ini dengan memakan pakan ternak.
Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis kambing seperti umur, jenis kelamin dan kondisi tubuh
(misalnya bunting atau sakit) sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari
kambing tersebut.
Konsentrasi Nutrisi
4
2.3 Faktor Internal Yang Mepengaruhi pertumbuhan Kambing Potong
5
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kambing merupakan salah satu ternak ruminasia penghasil daging dan susu
selain sapi. Kambing merupakan hewan yang umum diternakan di Indonesia
karena dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan industri yang bersifat
alami yang tidak dapat dikomsumsi manusia sebagai bahan pakan. Pada umumnya
peternakan kambing di Indonesia masih dilakukan secara tradisional hanya untuk
komsumsi skala kecil dan menengah dengan manajemen pemberian pakan semi
moderen seperti rumput-rumputan dan pakan tambahan serta vitamin baik bersifat
tradisional dan modern. Pada peternakan Padepokan Mbah Brewok di jalan G
Obos IV Palangka Raya, Kalimantan Tengah terdapat 2 jenis hewan yang
diternakan yaitu sapi dan kambing, dan terdapat 3 jenis kambing yang diternakan
yaitu Kambing Peranakan Etawa (PE), Kambing Kacang dan Kambing Jawa
Randu. Kambing Kacang merupakan kambing ras lokal penghasil daging,
kambing ini banyak dipelihara di kalangan peternak kambing karena kambing
calving internal nya pendek (1 tahun bisa beranak 2 kali), jumlah anak lebih dari
2, harganya terjangkau dan tidak memerlukan teknologi yang rumit dalam
pemeliharannya. Kambing Kacang memiliki bobot kecil dibandingkan jenis
kambing yang lain. Kambing Peranakan Etawa merupakan jenis persilangan
antara kambing etawa India dan kambing lokal sehingga memiliki karakteristik
sama seperti etawa tetapi tahan terhadap iklim Indonesia ciri kambing PE.
Kambing Jawa randu adalah kambing hasil persilangan kambing etawa dan
kambing kacang. Selain itu kambing ini memiliki mothering ability sehingga anak
yang dilahirkan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dengan jumlah anak rata-
rata 2 ekor dan mampu beradaptasi di iklim Indonesia. Dengan jenis kambing
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi ukuran dan bentuk akan
tetapi semua kambing tersebut dimanfaatkan untuk dikomsumsi, permintaan yang
tinggi akan daging kambing tentu mengakibatkan tinggi permintaan kambing
potong terutama pada hari raya kurban. Kambing potong merupakan ruminasia
kecil yang diambil dagingnya untuk memenuhi kebutuhan daging guna memenuhi
kebutuhan protein. Potensi Peternakan Kambing. Faktor Eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan Kambing. Faktor Internal Yang Mempengaruhi
6
Pertumbuhan Kambing. Teknologi yang digunakan dalam pemotongan. Potensi
peternakan kambing peternakan kambing mempunyai prospek yang baik dimasa
depan karena pada saat ini konsumsi akan produk pangan hewani tinggi diiringi
dengan permintaan dan pertumbuhan penduduk yang mulai banyak karena
disebabkan pendapatan dan pengetahuan masyarakat akan manfaat dan kandungan
gizi dari kambing. Kambing yang saat ini banyak diternakan oleh masyarakat
Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan menstimulus kemajuan suatu daerah. Kambing dalam kondisi
normal (tidak berpenyakit/sekarang berproduksi) akan mengkonsumsi pakan
dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mempertahankan
hidup dasar, pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya pertumbuhan kambing adalah sebagai berikut. Ruminansia, termasuk
kambing, membutuhkan suhu lingkungan yang sesuai dengan tubuhnya, baik
dalam masa produksi maupun tidak. Semakin tinggi suhu lingkungan hidup,
semakin banyak panas dalam tubuh hewan, yang mengurangi kebutuhan akan
makanan. Nafsu makan merangsang pusat saraf (hipotalamus), yang merangsang
rasa lapar. Semakin tinggi kandungan energi dalam pakan, semakin rendah jumlah
yang dikonsumsi. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna.
7
DAFTAR PUSTAKA
Fitra, A.J.P, Aron, B. Meruwald, D., dan Erwin S. 2009. Potensi Beberapa Plasma
Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Sumatera Utara
Khadijah, N., Hadi, S., dan Maharani, E. 2019. Analisis Agribisnis Sapi Potong di
daerah Siak Provinsi Riau : Jurnal Agribisnis, 21(1), 23-35
Septian, A.D., Arifin, M., dan Rianto, E. 2015. Pola Pertumbuhan Kambing
Kacang Jantan di Kabupaten Grobogan. Animal Agriculture Journal.
4(1): 1-6
Widodo, Viyunnur., R., Chualia, R., dan Suparta B. 2012. Produksi dan Evaluasi
Kualitas Susu Bubuk Asal Kambing Etawa (PE). Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, 23(2), 132-139. Institu Pertanian Bogor.