Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

MENGUKUR KADAR AIR BAHAN

PAHRYADI
223020403037
KELOMPOK VII

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


MENGUKUR KADAR AIR BAHAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada:


Hari : ……………..
Tanggal : ……………..

ASISTEN PRAKTIKUM

GUSTIANTO
203030403056

vi
54

VIII. MENGUKUR KADAR AIR BAHAN

A. Dasar Teori
Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti
tanah (yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan
sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan
diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana semua
pori terisi air. Nilainya bisa secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis
basah maupun basis kering (Mahardhika, 2018).
Pengukur kadar air pada dasarnya dapat dilakukan mengunakan alat ukur dan
pengukuran dengan menggunakan metode oven. Pengukuran dengan metode oven
atau pengeringan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
kadar air dalam suatu pangan dengan prinsip yaitu bahwa air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o
C selama waktu tertentu serta perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
dipanaskan adalah kadar air bahan tersebut. Ketelitian dan ketepatan penentuan
nilai kadar air menggunakan metode oven sudah menjadi acuan Standar Nasional
Indonesia, namun demikian penentuan kadar air menggunakan metode oven ini
relatif agak rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, kini
terdapat alat ukur kadar air menggunakan teknologi digital yang lebih cepat dan
lebih mudah dalam hal pengoperasian dibandingkan perangkat analog. Dengan
demikian bahan pangan yang akan digunakan akan lebih cepat diketahui kadar
airnya dan konsumen atau para pelaku industi dapat memutuskan proses
selanjutnya tanpa membuat resiko bahan pangan akan segera berkurang kualitasnya
atau bahkan membusuk. Karena semua bahan pangan mengandung air, dan
konsumen atau pelaku industri harus mengetahui besarnya kandungan air
yang merupakan salah satu unsur penting dalam bahan pangan, meskipun bukan
sumber nutrisi namun keberadaannya sangat esensial dalam kelangsungan proses
biokimiawi organisme hidup (Prasetyo, 2019).
Keberadaan air dalam bahan pangan selalu dihubungkan dengan mutu bahan
pangan dan sebagai pengukur bagian bahan kering atau padatan. Air dalam bahan
55

dapat digunakan sebagai indeks kestabilan selama penyimpanan serta penentu mutu
organoleptik terutama rasa dan keempukan (Amanto, 2018). Kadar air dalam bahan
pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut.
Penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Karena jika
terjadi penanganan yang tidak tepat dalam pengolahan dan penentuan kadar air
yang salah maka akan terjadi kerusakan pada pangan yang dapat membahayakan
dalam kesehatan. Dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Pangan,
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman
untuk dikonsumsi (Rudias, 2020).

B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Fisika Dasar dengan materi Mengukur Kadar Air Bahan
yaitu:
1. Untuk mengetahui cara menentukan kadar air bahan dengan metode pengeringan
(oven).
2. Untuk menguapkan air bebas yang ada di dalam bahan dengan cara pemanasan.

C. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar dengan materi Mengukur Kadar Air Bahan dilaksanakan
pada hari Sabtu Mei 2023, pukul 06.30-16.00 WIB Bertempat di Laboratorium
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

D. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada saat Praktikum Fisika Dasar dengan materi
Mengukur Kadar Air Bahan yaitu: Pentol bakso, kacang tanah, tanah gambut,
sedangkan alat yang dipakai yaitu pisau, talenan, oven, neraca analitik, cawan
porselin, tang kursibel, pinset, desikator.
56

E. Cara Kerja
Adapun Cara kerja yang dilakukan pada Praktikum Fisika Dasar dengan materi
Mengukur Kadar Air Bahan adalah sebagai berikut: Sampel sebanyak 3-5 gr
ditimbang dan dimasukan kedalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui
bobotnya. Kemudian sampel dan cawan di keringkan dalam oven suhu 105oC
selama 6 jam. Cawan didinginkan dan ditimbang, Kemudia keringkan kembali
sampai diperoleh bobot konstan.
Kadar air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar basis (g/100 g bahan basah) = x 100
𝑤
𝑤−(𝑤1−𝑤2)
Kadar basis (g/100 g bahan keringg) = x 100
𝑤1−𝑤2

F. Hasil Pengamatan
Tabel 10. Hasil Pengamatan Kadar Air Bahan
Bahan Ulangan W W1 W2 Kabb Kabk
1 4 8,52 6,77 56,25
Pentol 2 4 8,46 6,46 50
3 4 8,37 6,65 57
1 3,97 10,26 6,56 7,29
Tanah Gambut 2 3,91 10,20 6,58 8,01
3 3,98 10,40 6,61 5,01
1 4,02 10,14 6,77 19,28
Kacang Tanah 2 4,06 10,52 6,77 8,26
3 4,02 10,14 6,64 9,72
57

G. Pembahasan

Gambar 48. Pentol Gambar 49. Pentol Gambar 50. Pentol


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi)

Gambar 51. Kacang Gambar 52. Kacang Gambar 53. Kacang


Tanah Ulangan 1 Tanah Ulangan 2 Tanah Ulangan 2
(Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi)

Gambar 54. Tanah Gambar 55. Tanah Gambar 56. Tanah


gambut Ulangan 1 gambut Ulangan 2 gambut Ulangan 3
(Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi)

Berdasarkan tabel 10 hasil percobaan dari pengamatan Kadar Air Bahan


dilakukan dengan menggunakan tiga bahan yaitu bahan yang pertama menggunkan
Pentol dengan melakukan tiga kali pengulangan, ulangan yang pertama memiliki
bobot sampel sebelum dikeringkan (W) sebesar 4 g, bobot sampel dan cawan
kering (W1) sebesar 8,52 g, dan bobot cawan kosong (W2) sebesar 6,77 g, yang
menghasilkan kadar air basis basah (Kabb) sebesar 56,25 g. Ulangan yang kedua
memiliki bobot sampel sebelum dikeringkan (W) sebesar 4 g, bobot sampel dan
cawan kering (W1) sebesar 8,46 g, dan bobot cawan kosong (W2) sebesar 6,46 g
58

yang menghasilkan kadar air basis basah (Kabb) sebesar 50 g. Ulangan yang ketiga
memiliki bobot sampel sebelum dikeringkan (W) sebesar 4 g, bobot sampel dan
cawan kering (W1) sebesar 8,37 g, dan bobot cawan kosong (W2) sebesar 6,65 g,
yang menghasilkan kadar air basis basah (Kabb) sebesar 57 g. Berdasarkan pada
tabel yang diaatas bahan yang menggunakan Tanah gambut melakukan tiga kali
pegulangan, pada pengulangan yang pertaama memiliki bobot sampel sebelum
dikeringkan (W) sebesar 3,97 g. Bobot sampel dan cawan kering (W1) sebesar 10,26
g, sedangkan bobot cawan kosong (W2) sebesar 6,56 g yang menghasilkan kadar
air basis basah sebesar (Kabk) 7,29 g, pada pengulangan yang kedua memiliki
bobot sampel sebelum dikeringkan (W) sebesar 3,91 g. Bobot sampel dan cawan
kering (W1) sebesar 10,20 g, sedangkan bobot cawan kosong (W2) sebesar 6,58 g
yang menghasilkan kadar air basis kering sebesar (Kabk) 8,01 g, dan pada
pengulangan yang ketiga memiliki bobot sampel sebelum dikeringkan (W) sebesar
3,98 g. Bobot sampel dan cawan kering (W1) sebesar 10,14, sedangkan bobot cawan
kosong (W2) sebesar 6,61 g yang menghasilkan kadar air basis kering sebesar
(Kabk) 5,01 g. Berdasarkan pada tabel yang diatas bahan yang menggunakan
Kacang Tanah melakukan tiga kali pengulangan yaitu pada pengulangan yang
pertama memiliki bobot sampel sebelum di keringkan (W) sebesar 4,02 g. Bobot
sampel dan cawan kering (W1) sebesar 10,14 g, sedangkan bobot cawan kosong
(W2) sebesar 6,77 g yang menghasilkan kadar air basis kering sebesar 19,28 g. Pada
pengulangan yang kedua memiliki bobot sampel sebelum di keringkan (W) sebesar
4,02 g. Bobot sampel dan cawan kering (W1) sebesar 10,52 g, sedangkan bobot
cawan kosong (W2) sebesar 6,77 g yang menghasilkan kadar air basis kering
sebesar 8,26 g. Pada pengulangan yang ketiga memiliki bobot sampel sebelum di
keringkan (W) sebesar 4,02 g. Bobot sampel dan cawan kering (W1) sebesar 10,14
g, sedangkan bobot cawan kosong (W2) sebesar 6,64 g yang menghasilkan kadar
air basis kering sebesar 9,72 g.

Adapun perhitungan kadar air basis basah adalah sebagai berikut:


1). Pentol
a). Sampel 1
Dik: W =4
59

W1 = 8,52
W2 = 6,77
Dit: Kadar air basis basah = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabb = × 100
W
4−(8,52−6,77)
= × 100
4
4−(1,75)
= × 100
4

= 56,25 %
b). Sampel 2
Dik: W =4
W1 = 5,24
W2 = 6,46
Dit: Kadar air basis basah = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabb = × 100
W
4−(8,46−6,46)
= × 100
4
4−(−1,22)
= × 100
4

= 50 %
c). Sampel 3
Dik: W =4
W1 = 8,52
W2 = 6,65
Dit: Kadar air basis basah = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabb = × 100
W
4−(8,37−6,65)
= × 100
4
4−(1,72)
= × 100
4

= 57 %
60

Adapun perhitungan kadar air basis kering adalah sebagai berikut:


2). Tanah Gambut
a). Sampel 1
Dik: W = 3,97
W1 = 10,26
W2 = 6,56
Dit: Kadar air basis kering = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabk = × 100
(W1−W2)
3,97−(10,56−6,56)
= × 100
(10,56−6,56)
3,97−(3,7)
= × 100
(3,7)

= 7,29 %
b). Sampel 2
Dik: W = 3,91
W1 = 10,20
W2 = 6,58
Dit: Kadar air basis kering = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabk = × 100
W
3,91−(10,20−6,58)
= × 100
(10,20−6,58)
3,91−(3,62)
= × 100
(3,62)

= 8,01 %
b). Sampel 3
Dik: W = 3,98
W1 = 10,40
W2 = 6,58
Dit: Kadar air basis kering = ?
Penyelesaian:
61

W−(W1−W2)
Kabk = × 100
W
3,98−(10,40−6,58)
= × 100
(10,40−6,58)
3,98−(3,79)
= × 100
(3,79)

= 5,01 %
3). Kacang Tanah
a). Sampel 1
Dik: W = 4,02
W1 = 10,14
W2 = 6,77
Dit: Kadar air basis kering = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabk = × 100
(W−W2)
4,02−(10,14−6,77)
= × 100
(10,14−6,77)
4,02−(3,37)
= × 100
(3,37)

= 19,28 %
b). Sampel 2
Dik: W = 4,06
W1 = 10,52
W2 = 6,77
Dit: Kadar air basis kering = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabk = × 100
W
4,06−(10,52−6,77)
= × 100
(10,52−6,77)
4,06−(3,75)
= × 100
(3,75)

= 8,26 %
c). Sampel 3
Dik: W = 4,02
62

W1 = 10,27
W2 = 6,64
Dit: Kadar air basis kering = ?
Penyelesaian:
W−(W1−W2)
Kabk = × 100
(W−W2)
4,02−(10,27−6,64)
= × 100
(10,27−6,64)
4,02−(3,63)
= × 100
(3,63)

= 9,72 %
H. Kesimpulan
Dalam metode pengeringan oven, bahan yang akan dianalisis ditempatkan
dalam wadah yang tahan panas dan kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu
tertentu. Selama pemanasan, air yang terdapat dalam bahan akan menguap dan
keluar dari wadah. Proses pemanasan dilanjutkan hingga berat bahan yang
dikeringkan mencapai titik konstan, yang menunjukkan bahwa semua
air telah diuapkan.
Menguapkan air bebas yang ada di dalam bahan dengan cara pemanasan adalah
untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam bahan tersebut. Proses
pemanasan digunakan karena air memiliki titik didih yang lebih rendah
dibandingkan dengan komponen lain dalam bahan tersebut. Dengan memanaskan
bahan, air akan menguap menjadi uap dan dapat dipisahkan dari bahan.

I. Daftar Pustaka
Amanto. 2018. Kinetika pengeringan temu giring menggunakan cabinet dryer
dengan perlakuan blanching awal. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Vol.
8 (2): 107-114.
Mahardhika. 2018. Sistem Pemantauan Ketinggian Tangki SPBU dan Mengukur
Ketinggian Air Dalam Tangki. Erlangga: Jakarta.
Mulyono. 2021. Optimalisasi Pemanfaatan Sensor Kapasitif Berbasis Perubahan
Fasa untuk Mengukur Kadar Air Dalam Biodiesel. Jurnal Inovasi dan
Teknologi Material. Vol. 2 (2): 31-37.
63

Prasetyo. 2019. Implementasi alat pendeteksi ketinggian air pada bahan pangan
berbasis internet of things. Jurnal SMARTICS. Vol. 5 (2): 81-96.
Rudias. 2020. Perangkat Berbasis Mikrokontroler Arduino untuk Pengujian Kadar
Air Pada Buah Kakao Kering. Jurnal Teknik dan Sistem Komputer. Vol. 1
(1): 28-33.

Anda mungkin juga menyukai