Disusun Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
UJI KADAR AIRMETODE
GRAVIMETRI
HASIL PENGAMATAN
Kadar air adalah jumlah kandungan air dalam suatu bahan pangan. 𝑎𝑤
merupakan air dalam dalam bahan pangan yang digunakan mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang sehingga jika terdapat bakteri merugikan maka bahan makanan
akan rusak.
Jenis-jenis air :
1. Air terikat sangat kuat, adalah air yang terikat kuat dengan bahan pangan.
2. Air terikat, merupakan air yang secara fisik dan kimia terikat dengan bahan pangan.
3. Air bebas, adalah air yang secara fisik terikat pada jaringan matriks seperti serat dan
membran.
4. Air murni, merupakan air yang tidak terikat secara fisik dan kimia dengan bahan
pangan.
Pada penelitian kali ini, sampel yang digunakan adalah bakso dan sosis. Dengan hasil
sebagai berikut :
5,9701−(39,8833−37,5959)
= ×100%
5,9701
= 5,9701−2,2874 × 100%
5,9701
= 61,6857%
Sosis
BS – (BCS – BC)
% Kadar Air = × 100%
𝐵𝑆
5,0289−(48,9642−46,6837 )
= × 100%
5,0289
= 5,0289−2,2805 × 100%
5,0289
= 54,6467%
BAB I
PENDAHULUAN
Kadar air merupakan salah satu metode uji jumlah kandungan air dalam suatu
bahan pangan untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang daya simpan produk
hasil ternak. Produk pangan yang dihasilkan ternak bermacam-macam seperti susu,
daging, telur, dan madu. Air dalam bahan pangan berupa komponen ekstrasel dan
intrasel yang berperan sebagai media pendispersi. Sebagai informasi air yang
terkandung dalam bahan pakan alami sekitar 40-90%. Namun air juga merupakan salah
satu media berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak bahan pangan. Pada
praktikum kali ini uji kadar air menggunakan metode Gravimetri dengan tujuan
mengetahui kadar air pada suatu sample dengan prinsip menguapkan air yang ada dalam
bahan dengan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang
berarti semua air sudah diuapkan.
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui metode metode yang dapat menguji kadar air
b) Untuk mengetahui tujuan uji kadar air metode gravimetri terhadap sample yang
disediakan
c) Untuk mengetahui maksud dan peran AW
d) Untuk mengetahui hasil kadar air suatu sample dengan metode gravimetri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Kesimpulan
Untuk menguji kadar air pada bahan pangan harus dipanaskan maksimal
105°C
Hasil kadar air dalam bakso yang didapat saat praktikum adalah 61,6857%%
Aw minimum bakteri 0,9, khamir 0,8-0,9, dan kapang 0,6-0,7
SNI 3818-2014 menyebutkan syarat mutu bakso daging maupun daging kombinasi
adalah memiliki kadar air maksimal 70,0%.
4.2 Saran
Memperbanyak pertemuan agar tidak memberatkan pembimbing praktikum dan peserta
praktikumnya. (tidak menimbulkan banyak pertanyaan)
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, T.F., Isdiana, A.F. and Sujadi, H., 2019. Implementasi alat pendeteksi kadar
air pada bahan pangan berbasis internet of things. SMARTICS Journal, 5(2),
pp.81-96.
Toková, L., Igaz, D. and Aydin, E., 2019. Measurement of volumetric water content by
gravimetric and time domain reflectometry methods at field experiment with
biochar and N fertilizer. Acta horticulturae et regiotecturae, 22(2), pp.61-64.
Bagian-bagian Soxhlet:
Perhitungan
1. Sosis
% Kadar Lemak = 𝐵𝑆−(𝐵𝐾𝑆−𝐵𝐾) × 100%
𝐵S
1,0587−(1,9985−1,1322)
= × 100%
1,0587
1,0587−(1,9985−1,1322)
= × 100%
1,0587
= 1,0587−0,8663 × 100%
1,0587
= 0,1924 × 100%
1,0587
= 18,1732%
2. Bakso
= 0,2958 × 100%
1,0758
= 4,7127%
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya uji kadar lemak.
b. Untuk mengetahui metode yang dapat digunakan menguji kadar lemak
c. Untuk mengetahui sifat pelarut yang digunakan dalam uji kadar lemak
d. Untuk mengetahui pentingnya pengujian kadar lemak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Angelia (2016) menyatakan ekstrasi soxhlet merupakan salah satu metode
pemisahan yang dapat diandalkan untuk memisahkan lemak yang terdapat
padatepung ampas kelapa.
Ozbek, et al. (2018) menjelaskan bahwa non-polar dari kulit pistachio diperoleh
dengan menggunakan metode Soxhlet dan MAE, ekstraksi soxhlet adalah metode
tradisional dan diterima untuk ekstraksi sampel padat.
Dalam buku karangan Mulyani dan Sujarwanta (2018) menjelaskan bahwa
lemak merupakan suatu kelompok dari golongan lipid sedangkan lipid tidak larut air
tetapi larut dalam pelarut non polar seperti dietil eter, benzena, kloroform, dan heksana.
Badan Standardisasi Nasional dalam SNI 3820:2015 menyatakan bahwa syarat
mutu kadar lemak sosis daging maupun daging kombinasi maksimal 20%.
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil praktikum telah menunjukkan hasil kadar lemak dari sampel sosis yang
diuji yaitu 18,1732%, nilai ini sesuai dengan yang telah di sebutkan Badan Standardisasi
Nasional dalam SNI 3820:2015 bahwa syarat mutu kadar lemak sosis daging maupun
daging kombinasi maksimal 20%.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lemak merupakan senyawa kimia organik yang termasuk golongan lipid yang larut
dalam pelarut non polar
Yang termasuk pelarut non polar adalah Eter, Benzene dan Kloroform
Metode soxhlet dapat digunakan untuk menguji kadar lemak dengan menggunakan
larutan non polar
Kadar maksimum lemak pada sosis yaitu 20%.
4.2 Saran
Angelia, I.O., 2016. Analisis kadar lemak pada tepung ampas kelapa. Jurnal
Technopreneur (JTech), 4(1), pp.19-23.
Özbek, H.N., Yanık, D.K., Fadıloğlu, S., Çavdar, H.K. and Göğüş, F., 2018.
Microwave-assisted extraction of non-polar compounds from pistachio hull
and characterization of extracts. Grasas y Aceites, 69(3), pp.e260-e260.
Menurut fungsi biologisnya klasifikasi asam amino dibagi menjadi dua yaitu:
Manfaat protein :
1. Pembentukan bio molekuler
2. Pembentukan sel-sel tubuh
3. Pengganti jaringan yang rusak
4. Sebagai sumber energi
Perhitungan Sampel
Yoghurt
%N = 2.6222976 × 100%
90
%N = 2,913664
%N = 1.2775296 × 100%
100
%N = 1,2775
%N konversi = 8,15045
Sampel Susu UHT
%N = 7,3289856 × 100%
100
%N = 7,3289856
%N konversi = 7,3289856 × 7
%N konversi = 51,302
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan dari uji kadar protein
2. Untuk mengetahui metode-metode uji kadar protein
3. Untuk mengetahui tujuan metode titrasi formol
4. Untuk mengetahui hasil kadar protein yang baik bagi bahan pangan
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Dalam jurnal Maflahah, dkk. (2016) prinsip dari titrasi formol menurut
Sudarmaji et.al. (2003) adalah mengikat asam amino yang dalam hal ini mewakili
jumlah protein kemudian di titrasi dengan NaOH menggunakan indikator PP sampai
diperoleh nilai N untuk mengetahui kadar protein.
Subroto E, et al. (2020) menyatakan prinsip dari metode titrasi formol adalah
menetralkan larutan dengan NaOH ditambah formaldehida yang mengikat gugus amino
dan tidak mempengaruhi reaksi asam basa NaOH membentuk Dimetilol.
Berdasarkan hasil praktikum, telah didapatkan hasil kadar protein bahan pangan
sample susu bubuk dengan 1,27% hal ini sudah cocok dengan pernyataan Badan Statistik
Nasional melalui SNI 01-2970-2006 menyatakan bahwa, kadar protein minimum dalam
susu bubuk bebas lemak yaitu sebesar 30%.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kadar protein minimum dalam susu bubuk bebas lemak yaitu sebesar 30%.
4.2 Saran
Memperbanyak pertemuan agar tidak memberatkan pembimbing praktikum dan
peserta praktikumnya. (tidak menimbulkan banyak pertanyaan)
DAFTAR PUSTAKA
Subroto, E., Lembong, E., Filianty, F., Indiarto, R., Primalia, G., Putri, M.S.K.Z.,
Theodora, H.C. and Junar, S., 2020. The Analysis Tech-niques Of Amino Acid
And Protein In Food And Agricultural Products. Int. J. Sci. Technol. Res, 9(10),
pp.29-36.
Maflahah, I. and Rahman, A., 2016. Pengaruh jenis pengemas dan lama penyimpanan
terhadap mutu produk nugget gembus. Agrointek: Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 10(2), pp.71-76.
Yusuf, Y., 2018. Modul Sederhana dan Ilmiah Untuk BELAJAR KIMIA Pangan dan
Gizi. Indonesia: EduCenter Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Susu Bubuk-bagian 4 syarat mutu (SNI 01-
2970-2006). Jakarta
UJI KARBOHIDRAT
LAKTOSA METODE
LUFF SCHOORL
HASIL PENGAMATAN
A. Materi Tambahan
Karbohidrat merupakan suatu kelompok senyawa yang mempunyai rumus umum
yaitu CH2O. Karbohidrat umumnya dikenal dengan gula. Berdasarkan ukuran,
karbohidrat dibagi menjadi 4 yaitu:
A. Monosakarida, merupakan gula-gula sederhana dengan 3-10 atom C. Contoh:
Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa.
B. Disakarida, adalah 2 monosakarida yang disatukan dengan ikatan O-glikosidat.
Contoh: Sukrosa, Maltosa, dan Laktosa
C. Oligosakarida, merupakan suatu susunan rantai monosakarida yang terdiri atas 3-
10 unit. Contoh: Glikoprotein, Glikolipid.
D. Polisakarida, makromolekul, polimer dengan beberapa ratus sampai beberaoa ribu
monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik.
Salah satu alat yang digunakan dalam uji kadar karbohidrat laktosa dengan metode luff
school ini adala refluk, dengan bagian bagian sebagai berikut :
B. Perhitungan
Volume X = │Volume Blanko – Volume Sampel │
Volume X = │ 17 – 16,4 │
Volume X = 0,6
Vol 𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 (0,1 N) tabel mg laktosa tabel
=
Volume X mg laktosa (X)
1 3,6
=
0,6 mg laktosa (X)
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tujuan dari pengujian kadar karbohidrat pada bahan pangan.
b. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam uji karbohidrat.
c. Untuk mengetahui tujuan dari metode Kjeldahl.
d. Untuk mengetahui kandungan karbohidrat yang baik untuk produk pangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada jurnal milik Taufik dan Guntarti (2016) Sebelum dilakukan analisis
kuantitatif dengan metode Luff Schoorl, dilakukan standarisasi Na₂S₂O₃ menggunakan
KIO₃.
Dalam buku Kimia Pangan Eko Basuki, dkk. (2019) mengatakan bahwa laktosa
adalah kombinasi antara glukosa dan galaktosa ditemukan dalam susu.
Yang telah dijelaskan pada praktikum, Uji kadar Laktosa menggunakan metode
Luff Shoorl perlu menggunakan larutan 0,1N Na2S2O3 dan Larutan KIO3 hal ini sama
dengan yang disampaikan Taufik dan Guntarti (2016) pada jurnalnya yaitu sebelum
dilakukan analisis kuantitatif dengan metode Luff Schoorl, dilakukan standarisasi
Na₂S₂O₃ menggunakan KIO₃.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Taufik, I.I. and Guntarti, A., 2016. Comparison of reduction sugar analysis method in cilembu
sweet potato (Ipomoea batatas L.) using luff schoorl and anthrone method. JKKI: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 7(5), pp.219-226.
Fitri, A.S. and Fitriana, Y.A.N., 2020. Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat. Sainteks, 17(1), pp.45-52.
Basuki, Eko & Widyastuti, Sri & Prarudianto, Agustono & Saloko, Satrijo & Cicilia, Siska.
(2020). Buku Kimia Pangan.
Badan Standarisasi Nasional. 2014. Susu UHT (Ultra High Temperature)-bagian 3 istilah dan
definisi (SNI 3950:2014). Jakarta
UJI KADAR ABU
HASIL PENGAMATAN
A. Materi Tambahan
Macam-macam kurs dalam uji kadar labu:
1. Kurs Porselin silika: Sebagai penampung sampel yang bersifat asam
2. Kurs Nikel: Sebagai penampung sampel dalam jumlah besar
3. Kurs Quartz/Vycor: Sebagai penampung sampel yang ditanur pada suhu lebihdari 900°C
4. Kurs Platina: Sebagai penampung sampel yang bersifat basa
Bahan yang anti buih yaitu olive/parafin berfungsi untuk mengurangi buih pada
sampel yang membentuk buih pada saat pemanasan. Dalam penambahannya bahan ini
hanya ditambahkan sebesar setengah dari berat sampel.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari uji kadar abu.
2. Untuk mengetahui tujuan dari pengujian kadar abu.
3. Untuk mengetahui kadar abu yang baik bagi bahan pangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Nurhidayah, dkk. (2019) Prinsip awal kadar abu adalah untuk
mengetahui jumlah abu yang terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan
yang dianalisis.
Afifi, et al. (2017) meyatakan bahwa, salah satu jenis tipe uji kadar abu adalah
pengabuan kering, yang terutama untuk komposisi terdekat dan untuk beberapa jenis
analisis mineral tertentu; itu membutuhkan tungku peredam suhu tinggi yang mampu
mempertahankan suhu antara 500 dan 600oC selama berjam-jam. Oleh karena itu, air dan
bahan volatil lainnya menguap dan bahan organik dibakar dengan adanya oksigen di
udara menjadi CO2, H2O dan N2.
Prinsip uji kadar abu yaitu pada proses pengabuan zat-zat organik diuraikan
menjadi air dan CO2, tetapi bahan anorganik tidak. Perhitungan uji kadar abu diperoleh
dengan rumus kadar abu = w1 - w2/w x 100% dengan w1 adalah bobot contoh sebelum
diabukan, dalam gram, w2 adalah bobot contoh + cawan sesudah diabukan, dan w
adalah bobot cawan kosong, dalam gram. (SNI 01-2891-1992).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu jenis tipe uji kadar abu adalah pengabuan kering, yang terutama untuk
komposisi terdekat dan untuk beberapa jenis analisis mineral tertentu.
Proses uji kadar abu : - Cawan dipanaskan di oven - Cawan dipijarkan di tanur -
Didinginkan didalam desikator - Ditimbang - Diulang lagi hingga bobot konstan
Prinsip awal kadar abu adalah untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat pada
suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis.
Perhitungan uji kadar abu diperoleh dengan rumus kadar abu = w1 - w2/w x 100%
3.2 Saran
Nurhidayah, B., E. Soekendarsi dan A. E. Erviani. 2019. Kandungan Kolagen Sisik Ikan
Bandeng Chanos-chanos Dan Sisik Ikan Nila Oreochromis niloticus. Jurnal Biologi
Makasar. Vol 4(1): 39-47.
Afify, A. S., A. A. Abdalla1., A. Elsayed., B. Gamuhay., A.S. Abu- Khadra., M. Hassan.,
M. Ataalla and A. Mohamed. 2017. Survey on the Moisture and Ash Contents in
Agricultural Commodities in Al-Rass Governorate, Saudi Arabia in 2017. Journal
Agriculture Science. Vol 48(6): 55-62.
Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. 2012.
Pengetahuan Bahan Makan Ternak. Bogor: CV Nutri Sejahtera.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman : Spesifikassi (SNI 01-
2891: 1992). Jakarta
UJI KADAR SERAT
KASAR
HASIL PENGAMATAN
Komponen serat antara lain serat kasar dan serat makanan (dietary fibre). Serat kasar
terbagi menjadi serat larut contohnya gum muscle, pectin sedangkan serat tidak larut contohnya
selulosa, hemiselulosa dan lignin.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud uji kadar serat kasar.
b. Untuk mengetahui tujuan dari pengujian kadar serat kasar pada bahan pangan.
c. Untuk mengetahui kadar serat kasar yang baik bagi bahan pangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kertas saring dikeringkan pada suhu 1100C sampai berat konstan (1-2 jam).
Didinginkan dalam desikator dan ditimbang. (Bintanah, S. dan Handarsari, E. 2014)
Menurut Hamdi Mayulu and Suhardi (2015), serat kasar adalah sebuah struktur
reaksi karbohidrat yang tidak bisa dicerna atau dilarutkan serta sebagai residu filter
setelah direbus selama 30 menit dengan asam acid (H2SO4, O3N) dan basa cair (1,5).
SNI 01-2891-1992 menyatakan bahwa prinsip uji serat kasar yaitu akan bereaksi
dengan asam dan basa untuk memisahkan serat kasar dari bahan lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Serat larut dan tidak larut membentuk dua kategori dasar serat makanan, selulosa,
hemiselulosa dan lignin tidak larut dalam air sedangkan pektin, gusi dan lendir
menjadi bergetah dalam air.
Untuk menghitung kandungan serat kasar menggunakan analisa serat kasar.
Kertas saring dikeringkan pada suhu 1100C sampai berat konstan (1-2 jam). Didinginkan
dalam desikator dan ditimbang.
3.2 Saran
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman-bagian uji serat
kasar (SNI 01-2891-1992). Jakarta