Anda di halaman 1dari 28

PETUNJUK PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN

DISUSUN OLEH :

STAF PENGAJAR DAN TIM ASISTEN


LABORATORIUM KIMIA DAN GIZI PANGAN
LABORATORIUM REKAYASA PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

Nama :
NIM :
Kelompok :
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA DAN GIZI PANGAN


LABORATORIUM REKAYASA PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan untuk mengikuti
pre test.

2. Praktikan wajib mengenakan pakaian rapi, sopan dan berkerah serta bersepatu (untuk
praktikum offline).

3. Praktikan wajib membawa dan mengenakan jas praktikum selama kegiatan praktikum
berlangsung (untuk praktikum offline).

4. Praktikan wajib membawa modul/diktat, serta bahan-bahan yang harus dipersiapkan


dalam pelaksanaan praktikum, bagi yang tidak membawa maka diharuskan mengulangi
praktikum.

5. Periksalah peralatan yang akan digunakan selama praktikum dengan seksama, laporkan
bila ada peralatan yang cacat.

6. Praktikan dilarang meninggalkan kegiatan praktikum tanpa persetujuan atau izin dari
asisten yang bertugas.

7. Setiap kelompok praktikum diwajibkan melakukan semua percobaan.

8. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan selain


kegiatan praktikum (antara lain: tidak boleh makan dan minum di dalam laboratorium).

9. Setelah menyelesaikan praktikum, kembalikan semua peralatan pada tempat semula dan
dalam keadaan yang utuh dan bersih. Jika ada peralatan yang rusak (dilakukan oleh
praktikan) maka menjadi tanggungan satu kelompok dan wajib menggantikan (untuk
praktikum offline).

10. Praktikan yang tidak siap untuk mengikuti pelaksanaan praktikum dapat dikenakan sanksi
atau mengulang praktikum.

Semarang, November 2023

Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan


PERTEMUAN PERTAMA

Percobaan 1. Analisis Proksimat


Analisis 1.1. Penentuan Kadar Air Metode Pengeringan Oven
A. Pendahuluan
Air merupakan sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah melimpah dalam wujud padat, cair, dan
gas. Air adalah komponen paling esensial yang menyusun material biologis termasuk berbagai bahan
pangan (Roos, 2020). Tingkat kadar air dalam suatu bahan pangan menentukan terjadinya proses
kerusakan pangan secara kimiawi maupun mikrobiologis. Air dapat diklasifikasikan berdasarkan
distribusi spasial dan sifat spesifiknya yang didasari keberagaman sifat bahan makanan akibat aplikasi
pengolahan yang bermacam-macam. Klasifikasi air dalam bahan pangan menurut Joardder et al. (2019)
adalah sebagai berikut:
1. Air bebas (free water), yaitu air dalam wujud campuran fase gas dan cair yang terletak pada ruang
interseluler dan pori pada bahan pangan.
2. Air terikat lemah (absorbed), yaitu air yang terabsorbsi sebagai lapisan di bagian luar dan dalam dari
permukaan senyawa-senyawa protein, karbohidrat, dan mineral.
3. Air terikat kuat (chemically bonded), yaitu air yang terikat secara kimiawi membentuk hidrat dalam
senyawa-senyawa seperti glukosa, laktosa, iodium sulfat, dan kalium tartrat yang memberikan sifat
fisiko-kimia baru seperti titik leleh yang sangat berbeda.
Pengukuran kadar air merupakan salah satu prosedur utama dalam proses analisis suatu bahan
pangan. Pengukuran kadar air dapat diketahui dengan berbagai metode, salah satunya adalah pengeringan
menggunakan oven. Prinsip pengeringan menggunakan oven yaitu dengan pemberian energi panas pada
bahan pangan hingga terjadi penguapan yang menurunkan massa awal bahan pangan hingga menjadi
konstan, dan selisih hilangnya massa bahan pangan dihitung sebagai jumlah kadar airnya (Fatmawati et
al., 2023). Akurasi analisis kadar air menggunakan metode tersebut dipengaruhi oleh jumlah dan posisi
sampel, susunan konstruksi sumber panas, laju pemanasan, total dan ukuran partikel sampel, pergerakan
aliran udara dalam oven, gas pengemas kemasan produk pangan, temperatur pemanasan, temperatur dan
kelembaban relatif dari ruangan oven, serta kevakuman (Lothenbach et al., 2016)

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis penentuan kadar air
yang dimiliki suatu produk pangan.
Tujuan Percobaan
Mengetahui persentase kadar air dari sampel sosis daging dan makanan ringan ekstrudat melalui
perhitungan kehilangan massa sampel akibat paparan udara panas dalam jangka waktu tertentu pada
suhu 105oC.

C. Material dan Alat

Bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan (per kloter) adalah Sosis daging rasa original merek
“Kanzler” dan makanan ringan rasa coklat “Chiki Balls”.
Alat-alat yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah pensil 2B, label, dan tissue. Alat-alat yang
disiapkan oleh laboratorium adalah cawan porselin, oven, desikator, neraca analitik, penjepit, mortar, dan
pisau.

D. Metode Percobaan Preparasi Cawan Porselin


1. Siapkan cawan porselin yang akan digunakan untuk pengujian.
2. Masukkan cawan porselin ke dalam oven dan panaskan dengan suhu 105oC selama 1 jam.
3. Keluarkan cawan porselin dari dalam oven dan masukkan ke dalam desikator sesegera mungkin.
Diamkan cawan porselin dalam desikator selama + 15 menit.
Catatan: hindari kontak antara sampel dengan udara terbuka sekitar dalam jangka waktu yang
terlalu lama untuk menghindari terjadinya penyerapan uap air dari lingkungan.

Penggunaan desikator

1. Buka tutup desikator dengan cara menggeser tutup secara menyamping (tidak boleh diangkat).
2. Letakkan cawan porselin kosong dan cawan porselin berisi sampel ke dalam desikator
menggunakan alat bantu penjepit.
3. Menutup kembali tutup desikator dengan prosedur sesuai saat membukanya
4. Memindahkan desikator dapat dilakukan dengan memegang bagian bawah dan tutupnya secara
bersamaan.
Uji Kadar Air

1. Lakukan maserasi sampel menggunakan mortar sampai halus.


2. Keluarkan cawan porselin dari dalam desikator timbang beratnya sesegera mungkin. Berat
cawan porselin yang diperoleh dianggap sebagai berat A.
3. Tekan tombol tare pada neraca analitik.
4. Timbang sampel di atas cawan porselin sebanyak kurang lebih 2 gram. Catat berat aktual yang
diperoleh pada nilai neraca analitik sebagai berat B.
5. Ulangi penimbangan terhadap sampel sejenis yang lain. Setiap sampel dibuat duplo.
6. Beri kode pada cawan porselin sebagai sampel 1 untuk sosis daging dan sampel 2 untuk
makanan ringan ekstrudat menggunakan pensil 2B.
Note : Setiap sampel diberi kode kloter dan kelas. Contoh : S1(1A) = sampel sosis daging kloter
1 TP A.
7. Masukkan kedua cawan porselin berisi sampel yang sudah ditimbang kedalam oven. Nyalakan
oven pada suhu 105oC selama 4 jam.
8. Keluarkan kedua cawan porselin berisi sampel setelah 4 jam pemanasan dalam oven dan
masukkan ke dalam desikator. Tunggu selama + 15 menit.
9. Timbang kedua cawan porselin berisi sampel.
10. Ulangi kembali pemanasan dalam oven selama 1 jam hingga tercapai berat konstan dengan
selisih berat kurang dari 0,5 gram. Catat berat konstan yang didapatkan sebagai berat C.
11. Hitung kadar airnya menggunakan rumus persentase kadar air.
Berat B-(Berat C-Berat A)
Kadar Air (%)= ×100%
Berat B
Keterangan:
Berat A : Berat cawan porselin
Berat B : Berat sampel awal
Berat C : Berat sampel akhir (konstan)
Catatan :
Sampel yang telah digunakan untuk pengukuran kadar air tersebut, dapat digunakan kembali sebagai
sampel lanjutan dalam pengukuran kadar abu dan kadar lemak. Pengukuran kadar abu dapat disiapkan
dengan menuliskan kode sampel dengan pensil 2B pada bagian bawah atau pada bagian badan cawan
porselin khusus kadar abu.

Tabel Hasil Pengamatan Uji Kadar Air


Pengamatan Sampel 1 Sampel 2
I II I II
Berat cawan
Berat sampel
Berat setelah oven pertama
Berat konstan setelah dioven
Kadar air (%)
Rata-rata kadar air (%)
Analisis 1.2 Penentuan Kadar Lemak Metode Soxhlet
A. Pendahuluan
Lemak merupakan salah satu kelompok senyawa organik yang termasuk ke dalam golongan lipid.
Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya kelarutan dalam pelarut organik yang
tinggi (misalnya eter, benzena, kloroform) dan daya ketidaklarutan dalam pelarut air. Lemak dan minyak
secara kimiawi adalah trigliserida yang merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Trigliserida ini
merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Lemak
memegang peranan penting dalam teknologi pangan, seperti titik didihnya yang tinggi sehingga berguna
untuk menggoreng makanan, dan memberikan rasa enak, gurih, dan aroma yang spesifik. Selain itu,
lemak juga berperan dalam memberikan fungsi konsistensi empuk, halus, dan berlapis-lapis dalam
pembuatan roti, sebagai shortening, dan memberikan tekstur es krim yang lembut dan lunak, dll
(Sudarmadji et al., 2007).
Salah satu metode perhitungan kadar lemak yang banyak digunakan adalah metode ekstraksi soxhlet.
Metode ini menganalisis kadar lemak secara langsung dengan cara mengekstrak lemak dari bahan
pangan dengan pelarut organik seperti heksana, petroleum eter, dan dietil eter (Andarwulan et al., 2011).
Ekstraksi dilakukan dengan cara merefluks pada suhu yang sesuai dengan titik didih dari pelarut yang
digunakan. Selama proses refluks ini, pelarut secara berkala akan merendam sampel dan melarutkan
lemak dalam sampel. Jumlah lemak pada sampel dapat diketahui dengan menimbang lemak setelah
pelarutnya diuapkan dan jumlah lemak per berat bahan yang diperoleh menunjukkan kadar lemak kasar
(crude fat), artinya semua yang terlarut oleh pelarut tersebut dianggap lemak misalnya vitamin larut
lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketelitian selama analisis
seperti jenis pelarut, waktu ekstraksi, dan suhu ekstraksi.

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis kadar lemak pada
suatu bahan pangan.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui persentase kadar lemak kasar pada sampel sosis daging
dan makanan ringan ekstrudat dengan cara ekstraksi menggunakan suatu zat pelarut lemak.

C. Materi dan Alat


Bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan (per kloter) adalah Sosis daging rasa original merek
“Kanzler” dan makanan ringan rasa coklat “Chiki Balls”. Bahan yang disiapkan oleh laboratorium
adalah larutan eter.
Alat-alat yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah pensil 2B, label, dan tissue. Alat-alat yang
disiapkan oleh laboratorium adalah labu lemak dan alat Soxhlet, kertas saring halus, pemanas listrik,
oven, neraca analitik, desikator, dan tang penjepit, dan pisau.

D. Metode Percobaan
1. Potong kertas saring halus dengan ukuran 11 x 11 cm sebanyak 4 lembar.
2. Keringkan kertas saring halus tadi dalam oven bersuhu 105oC selama 1 jam.
3. Timbang sampel yang telah dimaserasi sebanyak 2 gram. Catat berat aktual yang diperoleh
sebagai berat A.
4. Bungkus sampel dengan kertas saring halus sesuai gambar dibawah ini dan beri kode sampel S
untuk Kanzler dan kode sampel C untuk Chiki Balls (memberikan kode menggunakan pensil
2B).
5. Catatan:
Setiap sampel diberi kode kloter dan kelas. Contoh : S1(1A) = sampel kanzler 1 kloter 1 TP A.
(setiap sampel dibuat duplo).

Gambar 1. Penimbangan Sampel. Pada waktu menimbang letakkan sampel di tengah kertas
saring. Pada samping kiri dan kanan sampel letakkan sedikit kapas bebas lemak.

Gambar 2. Pelipatan kertas saring. Lipat kertas saring menjadi dua bagian.
Gambar 3. Kertas saring kembali dilipat dengan lebar lipatan ± 1,5 cm.

Gambar 4. Bentuk akhir lipatan.

Gambar 5. Pembentukan ujung lipatan sedikit runcing pada salah satu ujung kertas saring.

Gambar 6. Pemasukan ujung runcing dari kertas ke ujung yang lain. Lipatlah dan masukkan ujung
yang runcing ke dalam ujung yang lain nya
Gambar 7. Sampel yang telah siap dipanaskan dalam oven.
Sebelumnya bungkus sampel diberi kode, gunakan pensil 2B

6. Ulangi penimbangan dan pembungkusan dengan 2 gram sampel sejenis yang lain dan beri kode
sampel S untuk sosis dan kode sampel C untuk Chiki Balls (memberikan kode menggunakan
pensil 2B).
7. Panaskan sampel yang telah terbungkus kertas saring halus ke dalam oven dengan suhu 105oC
selama 4 jam. Setelah itu, masukkan ke dalam desikator selama + 15 menit, dan ditimbang.
8. Panaskan lagi sampel ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam, masukkan ke dalam
desikator selama + 15 menit dan ditimbang hingga mencapai berat yang konstan (selisih
<0,02) dan dicatat sebagai berat B.
9. Masukkan semua sampel ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Masukkan larutan eter ke dalam alat
ekstraksi sebanyak 2,5 – 3 kali volume labu ekstraksi yang telah diisi sampel.
10. Pasang kondensor dengan baik. Hubungkan labu pemanas dengan sumber pemanas (masukkan
ke dalam penangas air dengan suhu + 50oC). Buka keran air, dan lakukan proses ekstraksi
selama minimal 6 siklus.
11. Setelah 6 siklus proses ekstraksi, matikan pemanas, dan keluarkan sampel dari alat ekstraksi.
Angin-anginkan selama + 30 menit di udara terbuka.
12. Keringkan sampel dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam. Masukkan ke dalam desikator
selama + 15 menit, kemudian lanjutkan penimbangan sebagai berat C.
13. s
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶
Kadar lemak (%) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵

Keterangan:
Berat A = Berat sampel awal
Berat B = Berat sampel (konstan)
Berat C = Berat sampel akhir
Catatan:
Pengukuran kadar lemak metode ini bisa juga menggunakan sampel sisa pengukuran kadar air.
Langkah selanjutnya sama dengan langkah no 3 karena sampel dalam keadaan berat kering,
pengovenan hanya ± 1 jam dengan tujuan untuk mengeringkan kertas saring saja.
Tabel Hasil Pengamatan Uji Kadar Lemak
Sampel I (gram) Sampel 2 (gram)
Pengamatan
I II I II
Berat sampel
Berat sampel setelah konstan
Berat sampel akhir setelah Soxhlet
Kadar lemak (%)
Rata-rata kadar lemak (%)

Catatan:
1. Peralatan harus benar-benar bersih dan bebas dari lemak.
2. Labu didih harus dalam keadaan kering.
3. Jumlah air yang terkandung dalam sampel harus di bawah 10 ml.
4. Uap air yang ada pada bagian bawah kondensor dikumpulkan dengan menggunakan kawan atau
thin glass rod sebelum dilakukan pembacaan jumlah air yang terkumpul.
5. Agar penetapan air dengan metode ini lebih teliti maka perlu ditetapkan faktor destilasi dengan
cara berikut:
a. Keringkan labu didih dan tabuh Bidwell-Sterling dalam oven, setelah kering dinginkan.
b. Masukkan 3 – 4 gram aquades ke dalam labu, tambahkan 60-100 ml toluene.
c. Lakukan refluks sampai menyeluruh air terdestilasi.
d. Baca volume air yang terdestilasi (Va).
e. Faktor destilasi = kadar air = V/W x faktor destilasi c 100%
Keterangan:
W = Jumlah sampel yang diambil (gram)
V = Volume air yang terdestilasi (ml)
Percobaan 1.3. Penentuan Kadar Protein Metode Kjeldahl
A. Pendahuluan
Protein merupakan senyawa organik kompleks dengan bobot tinggi yang disusun dari monomer-
monomer asam amino berjumlah lebih dari 100 buah yang berikatan satu sama lain secara kovalen dalam
urutan khas yang disebut ikatan peptida. Asam amino penyusun protein mempunyai gugus karboksil (-
COOH) dan gugus amino (NH3) yang diikat pada atom karbon yang sama serta gugus R yang bervariasi
dalam struktur, muatan listrik, dan kelarutannya dalam air yang membedakan sifat asam amino satu
sama lain.
Metode Kjeldahl merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menentukan kadar protein
total dalam bahan pangan. Prinsip uji kadar protein menggunakan metode kjeldahl adalah mengoksidasi
senyawa organik oleh asam sulfat (H2SO4) sehingga membentuk senyawa CO2 dan H2O dan melepaskan
nitrogen dalam bentuk amonia kemudian penentuan kadar protein berdasarkan jumlah nitrogen.
Penetapan kadar protein dengan Metode Kjeldahl didasarkan pada penetapan kadar N dalam bahan
pangan yang disebut protein kasar (crude protein). Karena unsur nitrogen bukan hanya berasal dari
protein, maka perhitungan didasarkan pada asumsi bahwa kadar nitrogen dalam protein adalah sekitar
16%. Untuk mengubah kadar nitrogen ke dalam kadar protein sering digunakan faktor konversi sebesar
100/16 atau 6,25. Namun, terdapat juga beberapa bahan pangan yang menggunakan faktor konversi
berbeda, seperti kacang tanah yang memiliki kandungan nitrogen protein sekitar 18,32% sehingga faktor
konversi yang digunakan sebesar 5,46 (Atma, 2018). Metode Kjeldahl terdiri dari 3 tahap, yaitu
destruksi, destilasi, dan titrasi.

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis kadar protein pada
suatu bahan pangan.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui persentase kadar protein dalam sampel sosis daging
dan makanan ringan ekstrudat dengan metode Kjeldahl.

C. Materi dan Alat


Bahan-bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah sosis daging rasa original merek
“Kanzler” dan makanan ringan rasa coklat merek “Chiki Balls”. Bahan-bahan yang disiapkan oleh
laboratorium adalah katalisator campuran selenium, indikator metilen red (MR) dan metilen blue (MB),
asam sulfat teknis, H3BO3 4%, NaOH 45%, HCl 0,1 N, dan aquades.
Alat-alat yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah pensil 2B, label, pisau, dan tisu. Alat-alat yang
disiapkan oleh laboratorium adalah labu Kjeldahl, alat destilasi, buret, dan timbangan analitik.

D. Metode Percobaan
1. Timbang sampel yang telah dimaserasi sebanyak kurang lebih 0,5 gram dan masukkan ke dalam
labu Kjeldahl.
2. Tambahkan katalisator campuran selenium sebanyak kurang lebih 0,5 gram.
3. Tambahkan asam sulfat teknis (pekat) sebanyak 10 ml.
4. Destruksi sampel dan dihadapkan ke dinding hingga warna hijau jernih dalam lemari asam (sering
dicek), kemudian didinginkan.
5. Lakukan proses destilasi dengan menggunakan perangkap H3BO3 4% sebanyak 5 ml dengan pipet
ukur dan berikan 2 tetes indikator MR dan MB.
6. Sampel yang sudah didestruksi dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian tambahkan 100 ml
aquades dan 40 ml NaOH 45%.
7. Lakukan destilasi sampai penangkap berubah warna dari ungu menjadi hijau dan didapatkan
destilat sebanyak 40 ml.
8. Ulangi prosedur untuk membuat blanko tanpa sampel.
9. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terbentuk warna ungu.
10. Hitung kadar proteinnya dengan rumus:

(𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 14,008


Kadar protein (%) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000

Hasil perhitungan dikali dengan faktor konversi sebesar 6,25.

Tabel Hasil Pengamatan Uji Kadar Protein


Pengamatan Sampel I Sampel II
Titrasi sampel
Titrasi blanko
Berat sampel
Kadar protein (%)
Hasil konversi (%)
Rata-rata kadar protein (%)
Percobaan 1.4. Penentuan Kadar Abu Metode Tanur
A. Pendahuluan
Abu (ash) merupakan residu organik yang didapatkan pasca terjadinya kehilangan keberadaan air
dan komponen organik dari suatu bahan pangan melalui proses pembakaran atau oksidasi secara
sempurna (Gupta et al., 2023). Kadar abu dalam analisis proksimat merepresentasikan total mineral
yang dimiliki oleh suatu bahan pangan. Pengabuan sampel bahan pangan dapat dilakukan dengan dua
jenis metode, yaitu pengabuan kering yang efektif menghilangkan bahan organik sehingga sering
digunakan dalam analisis proksimat dan dapat mendeteksi beberapa mineral spesifik, dan pengabuan
basah merupakan metode dekomposisi bahan organik secara oksidasi menggunakan asam dan larutan
pengoksidasi sebagai preparasi analisis mineral (Wang dan Shang, 2023; Shah dan Soylak, 2022).
Pengabuan kering dilakukan dengan alat tanur dengan suhu mencapai 500-600°C. Pengabuan kering
akan menguapkan kandungan air dan substansi volatil, zat organik akan terdekomposisi menjadi abu,
CO2, dan oksida dari N2, sedangkan senyawa logam diubah oleh oksigen sebagai oksidator menjadi
oksida logam (Papadopoulos, 2022). Pengabuan basah dilakukan dengan prinsip pelarutan mineral
akibat asam dan larutan pengoksidasi atau kombinasinya tanpa adanya penggunaan panas untuk proses
penguapan. Residu hasil pengabuan dinyatakan total abu dari sampel yang diuji, yang umumnya
berwarna keputihan (Hartanti et al., 2022).
Pengujian kadar abu pada bahan pangan memiliki peranan penting sebagai salah satu rangkaian
analisis proksimat dalam penentuan kadar gizi suatu bahan pangan dan menjadi preparasi awal sampel
untuk analisis lebih lanjut pada kandungan mineral-mineral spesifik.

B. Tujuan Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis kadar abu pada suatu
bahan pangan.
Tujuan Percobaan
Mengetahui persentase kadar abu dalam sampel sosis daging dan makanan ringan ekstrudat
melalui proses pengabuan kering menggunakan tanur.

C. Materi dan Alat

Bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah Sosis daging rasa original merek “Kanzler”
dan makanan ringan rasa coklat “Chiki Balls”.
Alat-alat yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah pensil 2B, label, dan tissue. Alat-alat yang
dipersiapkan oleh laboratorium adalah neraca analitik, cawan porselin, tanur, penjepit, dan desikator.

D. Metode Percobaan
1. Lakukan preparasi cawan porselin. Timbang berat cawan porselin.
2. Lakukan pengujian kadar air sampel terlebih dahulu sebelum pengujian kadar abu.
3. Abukan sampel hasil pengujian kadar air dalam tanur selama 4 jam menggunakan suhu 600oC
atau hingga diperoleh kondisi residu abu berwarna keputih-putihan.
4. Angkat sampel yang telah diabukan menggunakan penjepit.
5. Masukkan sampel dalam desikator selama ±15 menit kemudian timbang beratnya.
6. Hitung persentase kadar abu sampel menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)
Kadar abu (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) × 100%

Tabel Hasil Pengamatan Uji Kadar Abu

Pengamatan Sampel I Sampel II


I II I II
Berat cawan
Berat sampel
Berat cawan+sampel
(setelah tanur)
Kadar abu (%)
Rata-rata kadar abu (%)
Analisis 1.5. Penentuan Kadar Karbohidrat Total by Difference
A. Pendahuluan
Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang berfungsi sebagai sumber energi utama dan
penyedia serat makanan bagi tubuh. Berdasarkan struktur kimia, nilai gizi dan pemanfaatannya di
dalam tubuh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu karbohidrat yang dapat dicerna (digestible
carbohydrate) dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna (non-digestible carbohydrate). Karbohidrat
yang dapat dicerna oleh tubuh yaitu karbohidrat yang mampu dipecah oleh enzim α-amilase guna
menghasilkan energi bagi tubuh. Sedangkan karbohidrat yang tidak dapat dicerna biasanya berupa serat
yang berfungsi untuk membantu memperlancar kinerja organ pencernaan (Andarwulan et al., 2011).
Analisis karbohidrat dengan menggunakan metode by difference berfungsi untuk mengetahui
kandungan kadar karbohidrat total dalam bahan pangan. Kadar karbohidrat total tersebut meliputi
karbohidrat yang dapat dicerna dan yang tidak dapat dicerna. Analisis ini dilakukan dengan
mengasumsikan bahwa kandungan karbohidrat total didapatkan dari hasil pengurangan 100 dikurangi
dengan kadar air, abu, protein, serta lemak.

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode perhitungan kadar
karbohidrat by difference.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui persentase kadar karbohidrat total dalam sampel sosis
dan makanan ringan dari hasil pengurangan angka 100 dengan persentase komponen lain (air, lemak,
protein, dan abu).

C. Materi dan Alat


Alat yang perlu dipersiapkan oleh setiap kelompok adalah kalkulator.

D. Metode Percobaan
1. Menghitung kadar air masing masing sampel
2. Menghitung kadar protein masing masing sampel
3. Menghitung kadar lemak masing masing sampel
4. Menghitung kadar abu masing masing sampel
Perhitungan Kadar Karbohidrat Total dengan rumus:
%KH = 100% - % kadar (air + lemak + protein + abu)
Tabel Hasil Uji Pengamatan Kadar Karbohidrat
Sampel Kadar Karbohidrat (%)
Sampel 1
Sampel 2
PERTEMUAN KEDUA

Percobaan 1. Uji Kualitatif Formalin


A. Pendahuluan
Formalin merupakan zat kimia yang berbahaya bagi manusia sehingga penggunaannya dilarang.
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 35–40%. Formalin biasanya
juga mengandung alkohol (metanol) sebanyak 10–15% yang berfungsi sebagai stabilisator supaya
formaldehidanya tidak mengalami polimerisasi. Formaldehida mudah larut dalam air dan sangat reaktif
dalam suasana alkali. Secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pengasapan
makanan, yang bercampur dengan fenol, keton dan resin. Bila menguap di udara, berupa gas yang tidak
berwarna, dengan bau yang tajam menyengatkan (Arifin et al., 2005).

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui kandungan formalin pada suatu bahan
pangan untuk menentukan keamanan pangan yang dikonsumsi.

Tujuan Percobaan
Mengetahui kandungan formalin pada sampel tahu putih dan siomay secara kualitatif dengan
indikator perubahan warna menjadi ungu.

C. Materi dan Alat


Bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah tahu putih dan siomay. Bahan-bahan yang
disiapkan oleh laboratorium adalah larutan H3PO4 dan reagen asam kromatofat.
Alat-alat yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah pensil 2B, label, pisau, dan tisu. Alat-alat yang
disiapkan oleh laboratorium adalah mortar, gelas beker, labu Kjeldahl, kondensor, alat destilasi,
erlenmeyer, alumunium foil, tabung reaksi, pH stick, dan waterbath.

D. Metode Percobaan
Preparasi Sampel
1. Maserasi kedua sampel kemudian timbang masing-masing sebanyak 50 gram. Kedua sampel
kemudian dimasukkan ke dalam mangkok, lalu dilabeli sebagai sampel 1 dan sampel 2.
2. Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam gelas beker dan tambahkan aquades sebanyak
150 ml.
3. Masing-masing sampel diasamkan dengan penambahan H3PO4 sebanyak 1 ml.
4. Pindahkan kedua sampel ke dalam labu Kjeldahl.
Catatan: pada saat memasukkan sampel ke dalam labu Kjeldahl, usahakan jangan sampai
mengenai dinding labu.
5. Pasangkan labu Kjeldahl pada alat destilasi dan lakukan destilasi sampai diperoleh 50 ml
destilat, kemudian tutup dengan alumunium foil.
Larutan Pembanding
1. Siapkan formalin 37%
2. Buat larutan formalin dengan 3 kadar yang berbeda yaitu 1%, 5%, dan 10%.
Uji Asam Kromatofat
1. Reagen: siapkan larutan standar 1,8-dihydroxynaphthalene 3,6 disulfonic acid (500 mg/100 ml,
dinginkan) dalam 72% H2SO4 (tuangkan 150 ml H2SO4 dingin ke dalam 100 ml air dan
dinginkan). Larutan ini berwarna terang seperti jerami.
2. Uji: tuangkan masing-masing 1 ml destilat ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 ml reagen asam
kromatofat dan didihkan dalam waterbath selama 1 jam. Amati perubahan warnanya setiap 15
menit sekali. Adanya formalin dalam sampel ditandai dengan munculnya warna ungu (intensitas
tergantung kadarnya).
Tabel Hasil Pengamatan Uji Formalin
Sampel Warna yang Tampak Ada/Tidaknya formalin
Sampel 1
Sampel 2
Percobaan 2. Penentuan Kadar Garam NaCl Metode Mohr
A. Pendahuluan
Natrium klorida (NaCl) merupakan komponen utama penyusun garam dapur yang biasa dipakai
sebagai penyedap masakan karena rasa asinnya. NaCl merupakan senyawa ionik yang berwujud padat,
berbentuk kristal, dan berwarna putih. Metode Mohr merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengetahui kadar garam NaCl dalam bahan pangan. Penentuan kadar garam metode Mohr
merupakan salah satu bentuk metode titrasi argentometri yang bertujuan untuk mengetahui kadar garam
dalam suatu larutan yang dilakukan melalui pembentukan endapan bersama ion Ag+. Metode ini
berdasarkan pada reaksi antara perak pada senyawa perak nitrat dengan klorida dari NaCl membentuk
endapan (presipitat) merah bata pada suatu proses titrasi (Sulistyarti dan Ani, 2021).

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui kandungan garam NaCl pada suatu
bahan pangan.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui kadar garam NaCl pada kecap asin dan telur asin
dengan metode Mohr lewat penyaringan menggunakan kertas saring dan titrasi AgNO3 0,1 N hingga
muncul warna merah bata.

C. Materi dan Alat


Bahan-bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah kecap asin dan telur asin. Bahan-bahan
yang disiapkan oleh laboratorium adalah mortar, timbangan analitik, gelas beker, gelas ukur, corong
gelas, labu ukur 100 ml, erlenmeyer, buret, dan kertas saring kasar.

D. Metode Percobaan
1. Lakukan maserasi pada sampel, kemudian timbang sampel sebanyak 5 gram.
2. Masukkan sampel ke dalam gelas beker dan tambahkan aquades panas sebanyak 70 ml.
3. Saring dengan kertas saring kasar yang telah diletakkan di atas corong gelas, dan tampung
dengan labu ukur 100 ml. Lakukan penyaringan sampel dan tambahkan aquades sampai 100 ml.
4. Ambil filtrat sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 3 ml kalium kromat
5%.
5. Lakukan titrasi dengan menggunakan AgNO3 0,1 N perlahan-lahan sampai terbentuk warna
merah bata.
6. Hitung kadar garam NaCl nya dengan rumus:

𝑚𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 58,46


Kadar NaCl (%) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) × 1000

Catatan:
1. Cara pembuatan AgNO3: Timbang AgNO3 sebanyak 1,7 gram dan masukkan ke dalam labu ukur
100 ml. Masukkan aquades sampai volume labu mencapai 100 ml dan diaduk.
2. Cara pembuatan K2CrO4: Timbang K2CrO4 Sebanyak 5 gram dan masukkan ke dalam labu ukur
100 ml. Masukkan aquades sampai volume labu mencapai 100 ml dan diaduk.
3. Hasil akhir % NaCl dikali dengan 10, karena cairan diambil 10 ml dari 100 ml.

Tabel Hasil Pengamatan Uji Kadar Garam NaCl


Pengamatan Sampel I Sampel II
AgNO3 yang diperlukan (ml)
Kadar garam NaCl 10%
Kadar garam NaCl 100%
PERTEMUAN KETIGA

Percobaan 1. Penentuan Kadar Vitamin C Metode Iodometri


A. Pendahuluan
Vitamin C merupakan mikronutrien yang menggambarkan keseluruhan atau sebagian dari komponen
biologis pada senyawa L-asam askorbat. Vitamin C dalam bahan pangan terutama terdapat pada buah
buahan citrus. Manfaat dari vitamin C dalam tubuh yakni memiliki fungsi sebagai komponen
antioksidan komplementer yang dapat mencegah dan memperlambat penyakit yang disebabkan oleh
proses oksidatif.
Metode yang dapat digunakan untuk pengujian vitamin C yakni titrasi, spektrofotometri, enzimatis,
dan kromatografi. Salah satu metode titrasi yang dapat digunakan yakni adalah metode iodometri.
Metode iodometri digunakan untuk menguji kadar vitamin C berdasarkan jumlah senyawa asam
askorbat yang ada dalam sampel. Prinsip dari metode iodometri yakni reaksi oksidasi-reduksi antara
senyawa pereduktor (iodine) dengan oksidator (asam askorbat) sehingga dihasilkan titik akhir titrasi
yaitu senyawa yang berwarna biru (Ismail et al., 2014).

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis kadar vitamin C
pada bahan pangan dan perbedaan kadar vitamin C pada beberapa jenis bahan pangan.

Tujuan Percobaan
Mengetahui persentase kadar vitamin C dalam sampel jeruk keprok, tomat, Minute Maid Pulpy
Orange, dan Buavita mangga dengan menggunakan metode Iodometri.

C. Materi dan Alat


Bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan sari jeruk keprok, sari tomat, Minute maid pulpy orange,
dan Buavita mangga. Bahan yang disediakan oleh laboratorium adalah aquades, Amilum 1%, larutan
Iodium 0,01 M.
Alat-alat yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah pensil 2B, label, dan tissue. Alat-alat yang
dipersiapkan oleh laboratorium adalah neraca analitik, gelas beker 100 ml, gelas ukur 50 ml dan 5 ml,
pipet ukur 25 ml, labu erlenmeyer 50 ml, centrifuge, tabung propilen, buret.
D. Metode Percobaan
Preparasi Iodium (0,01 N)
1. Timbang iodium sebanyak 0,3172 gram iodium dan 1 gram KI
2. Masukan dalam gelas beker dan tambahkan aquades hingga mencapai 50 ml.
3. Larutkan ke dalam labu ukur 250 ml hingga mencapai batas tera lalu digojok hingga homogen.
Preparasi Amilum (1%)
1. Timbang 0,5 gram amilum.
2. Masukkan dalam gelas beker lalu larutkan amilum dalam 50 ml aquades
3. Panaskan larutan amilum dengan hot plate hingga menjadi bening, lalu dinginkan
4. Aduk larutan amilum setiap ingin digunakan.
Pengujian Vitamin C
1. Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan.
2. Sampel dihancurkan hingga membentuk slurry dengan blender
3. Sampel ditimbang secara keseluruhan dan catat berat yang dihasilkan
4. Slurry kemudian ditimbang sebanyak 20 gr dalam gelas beker 100 ml dan ditambahkan
aquades hingga volume mencapai 100 ml.
5. Slurry kemudian dimasukan kedalam 2 tabung propilen masing-masing sebanyak 14 ml dan di
sentrifugasi dengan 3000 rpm selama 15 menit.
6. Sampel kemudian disaring dengan menggunakan kain saring hingga dihasilkan filtrat sebanyak
20 ml dan dipindahkan kedalam erlenmeyer 50 ml.
7. Filtrat kemudian ditambahkan 2 ml larutan amilum 1 % yang telah dipanaskan hingga jernih
lalu dihomogenkan.
8. Sampel kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N hingga menghasilkan warna ungu
kebiruan.
9. Hitung persentase vitamin C dengan rumus:
𝑉𝑙 𝑥 0,88 𝑥 𝐹𝑝
2
% Vitamin C = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔) 𝑥 100%

Dimana :
VI2 = Volume titran larutan iodium
Fp = Faktor Pengenceran
W = Berat sampel (mg)
Tabel Hasil Pengamatan Uji Kadar Vitamin C
Sampel Volume Titran Vitamin C (%)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Percobaan 2. Pengujian Protein Terlarut
A. Pendahuluan
Struktur protein dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang lebih umum seperti protein
yang berbentuk serat dan tidak larut atau berbentuk globular dan dapat larut. Sisi rantai asam amino
yang bersifat hidrofilik terletak di permukaan protein globular yang terpapar air sehingga lebih mudah
larut (Shen, 2019). Protein terlarut merupakan protein yang dapat terdispersi dalam larutan air atau
pelarut lainnya tanpa membentuk endapan. Pengujian kadar protein terlarut tidak termasuk dalam
analisis proksimat karena analisis ini memiliki fokus khusus pada pengukuran komponen dasar dalam
bahan makanan. Protein memiliki sifat yang larut dalam asam, basa, dan etanol. Protein terlarut dapat
ditemukan pada bahan pangan atau makanan. Contoh dari protein terlarut adalah albumin, whey protein,
kasein, gluten, soy protein, gelatin, globulin, dan hemoglobin.
Berbagai metode dapat digunakan dalam pengukuran kadar protein terlarut, seperti metode Biuret,
Bradford, Lowry, Bicinchoninic acid, dan Derivat Amin. Metode Bradford merupakan metode kolori
dye-binding dalam penentuan kadar protein terlarut dengan prosedur spektroskopi (Hadinoto dan
Syukroni, 2019). Metode Bradford merupakan metode yang lebih sederhana, inkubasi yang lebih cepat,
lebih murah dan kompatibel dengan agen pereduksi, serta lebih sensitif terhadap protein dibandingkan
dengan metode Lowry.
Metode Bradford merupakan metode pengukuran kadar protein terlarut dengan menggunakan kurva
standar Bovine Serum Albumine (BSA) dan reagen Bradford. Prinsip uji protein metode Bradford adalah
pengikatan kuat oleh pewarna Coomassie Brilliant Blue (CBB) G-250 bermuatan negatif pada residu
hidrofilik arginin dan asam amino hidrofobik dalam larutan protein pada kondisi asam yang
menyebabkan terbentuknya komplek warna biru (Safitri dan Roosdiana, 2020). Komplek warna biru
yang terbentuk dari penambahan larutan secara kalorimetri dapat diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 595 nm.

B. Tujuan
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui metode analisis kadar protein terlarut
pada suatu bahan pangan.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui kadar protein terlarut pada sampel
putih telur dengan metode Bradford.
C. Materi dan Alat
Bahan yang perlu disiapkan oleh praktikan adalah telur ayam. Bahan-bahan yang disiapkan oleh
laboratorium adalah larutan Coomassie Brilliant Blue G-250, Bovine Serum Albumin (BSA), larutan
etanol 90%, larutan NaOH 2M, larutan CuSO4 1%, larutan potassium sodium tartrate 1%, larutan
H3PO4, dan akuades.
Alat-alat yang perlu disiapkan adalah kertas saring, biofilm, alumunium foil, labu volumetrik, gelas
beker, gelas ukur, labu ukur, corong kaca, spatula, timbangan analitik, pengaduk kaca, mikropipet, dan
spektrofotometer UV-Vis.

D. Metode Percobaan
Preparasi Sampel
1. Pisahkan bagian putih telur ayam dari kuningnya.
2. Simpan sampel putih telur dalam lemari pendingin menggunakan gelas beker dengan penutup
aluminium foil dan biofilm.
Pembuatan Reagen Bradford
1. Ambil Coomassie Brilliant Blue G-250 menggunakan spatula dan timbang sebesar 50 mg
menggunakan timbangan analitik.
2. Buat larutan etanol 90% dengan melarutkan 22,5 ml etanol dengan 2,5 ml akuades kemudian
dihomogenkan.
3. Larutkan Coomassie Brilliant Blue G-250 ke dalam larutan etanol 90% dalam labu ukur volume
500 ml dan homogenkan.
4. Tambahkan asam fosfat sebanyak 50 ml dan homogenkan kembali.
5. Tambahkan akuades hingga volume labu ukur mencapai 500 ml dan homogenkan.
6. Saring hasil akhir menggunakan corong kaca dan kertas saring dan didapatkan larutan reagen
Bradford untuk pengujian protein terlarut.
7. Simpan reagen Bradford dengan botol tertutup yang dilapisi alumunium foil dan masukkan
dalam refrigerator dengan suhu 4oC.
Pembuatan Kurva Standar
1. Larutkan 25 mg Bovine Serum Albumin (BSA) ke dalam 50 ml akuades dan homogenkan
sehingga didapatkan konsentrasi 2 mg/ml. Catatan: Larutan stok yang dibuat harus disimpan
tertutup dengan alumunium foil dan biofilm dalam refrigerator sebelum dan sesudah digunakan.
2. Buat larutan BSA dengan konsentrasi 0,2 mg/ml, 0,4 mg/ml, 0,6 mg/ml, 0,8 mg/ml, dan 1
mg/ml dengan pengenceran larutan stok.
3. Masukkan larutan BSA dengan konsentrasi masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam labu
volumetrik menggunakan mikropipet.
4. Tambahkan 9 ml larutan reagen Bradford ke dalam labu volumetrik dan homogenkan dengan
vortex.
5. Diamkan campuran pada suhu ruang selama 5-10 menit.
6. Vortex kembali sampel dan baca nilai absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer UV-
Vis dengan panjang gelombang 595 nm. Catatan: Larutan blanko menggunakan 9 ml reagen
Bradford yang ditambah 1 ml akuades.
7. Olah data absorbansi dan buat kurva standar menggunakan Microsoft Excel dan tentukan nilai
y serta r2.
Pengujian Sampel
1. Ambil 1 ml putih telur dengan mikro pipet kemudian masukkan ke dalam gelas beker
2. Lakukan pengenceran sebesar 100x dengan menambahkan 99 ml akuades
3. Lakukan pengenceran kembali sebesar 500x dengan mengambil sebanyak 1 ml larutan
pengenceran 100x dan pindahkan ke tabung reaksi. Kemudian tambahkan 5 ml akuades ke
dalam tabung reaksi tersebut
4. Siapkan 3 centrifuge tube dan masukkan sebanyak 1 ml larutan pengenceran 100x ke dalam
masing-masing tube
5. Lakukan langkah yang sama untuk pengenceran 500x
6. Masukkan putih telur dengan konsentrasi masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam labu
volumetrik menggunakan mikropipet.
7. Tambahkan 9 ml larutan reagen Bradford ke dalam labu volumetrik dan homogenkan dengan
vortex.
8. Diamkan campuran pada suhu ruang selama 5-10 menit.
9. Vortex kembali sampel dan baca nilai absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer UV-
Vis dengan panjang gelombang 595 nm. Catatan: Larutan blanko menggunakan 9 ml reagen
Bradford yang ditambah 1 ml akuades.
10. Olah data absorbansi dan buat kurva absorbansi menggunakan Microsoft Excel dan tentukan
nilai y serta r2.
11. Tentukan nilai protein terlarut menggunakan rumus:
(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖− 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎)
Kadar Protein (mg/ml) = ( ) 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥
Tabel Hasil Pengamatan Pengujian Protein Terlarut
Faktor Pengenceran Panjang Gelombang Konsentrasi Protein
Terlarut (mg/ml)
100 x
500 x
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., F. Kusnandar, dan D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat, Jakarta.
Arifin, Z., T.B. Murdiati, dan R. Firmansyah. 2005. Deteksi formalin dalam ayam broiler di pasaran.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005.
Atma, Y. 2018. Prinsip Analisis Komponen Pangan: Makro dan Mikro Nutrien. Deepublish,
Yogyakarta.
Fatmawati, F., Sunartaty, R., & Meutia, F. (2023). Validasi metode pengujian kadar air dengan analisis
perbandingan akurasi dan presisi. Serambi Journal of Agricultural Technology. 5(1): 59-63.
Gupta, P. J., Trivedi, M. J., & Soni, H. P. (2023). Proximate Analysis of Vegetable and Fruit Waste
Collected from the Kadi Vegetable Market, Gujarat. Biosciences Biotechnology Research Asia,
20(2): 673-679.

Hadinoto, S. dan I. Syukroni. 2019. Pengukuran protein terlarut air cucian gelembung renang dan kulit
ikan tuna menggunakan metode bradford. J. Indonesian Journal of Industrial Research. 15(1): 15-
20.

Hartanti, L., Ashari, A. M., Apindiaty, R. K., eva Tavita, G., Rafdinal, R., Lestari, D., & Warsidah, W.
2022. Physical Chemical Characterization, Determination of Antioxidant Activity and
Phytochemical Screening of Gambir Claw Herbal Tea (Uncaria gambir). Jurnal Biologi Tropis,
22(4): 1139-1145.
Ismail, M., Ali, S., & Hussain, M. (2014). Quantitative determination of ascorbic acid in
commercial fruit juices by redox titration. International Journal of Pharmaceutical Quality
Assurance. 5(4): 22-25.
Joardder, M. U., Mourshed, M., Hasan Masud, M., Joardder, M. U., Mourshed, M., & Hasan Masud, M.
2019. Water in foods. State of Bound Water: Measurement and Significance in Food Processing,
7-27.
Lothenbach, B., Durdzinski, P., & De Weerdt, K. 2016. Thermogravimetric analysis. A practical guide to
microstructural analysis of cementitious materials. CRC Press, Boca Raton.
Papadopoulos, A., Assimomytis, N., & Varvaresou, A. 2022. Sample preparation of cosmetic products for
the determination of heavy Metals. Cosmetics. 9(1): 1-12.
Roos, Y. H. 2020. Water and pathogenic viruses inactivation—food engineering perspectives. Food
Engineering Reviews. 12(3): 251-267.

Safitri, A. dan A. Roosdiana. 2020. Biokimia Bahan Alam: Analisis dan Fungsi. Media Nusa Creative,
Malang.
Shah, N. S., & Soylak, M. 2022. Advanced methodologies for trace elements in edible oil samples: a
review. Critical Reviews in Analytical Chemistry. 52(7): 1572-1582.

Shen, C 2019. Diagnostic Molecular Biology, Academic Press.

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty,
Yogyakarta.

Sulistyarti, H. dan Ani M. 2021. Kimia Analisis Kuantitatif Dasar. UB Press, Malang.
Wang, X., & Shang, X. 2023. The influence of heat on phytolith morphology and implications for
quantifying archaeological foxtail and common millets. Heritage Science. 11(1): 1-12.

Anda mungkin juga menyukai