Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN

Oleh:
Wijdan Adika K.W
54183112339
TPH-B

JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2020
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang Vannamei meupakan salah satu komoditas utama dalam industri
perikanan budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi (high economic
value) serta permintaan pasar tinggi (high demand product). Klasifikasi
Udang Vannamei Menurut Haliman dan Dian (2006) klasifikasi udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah sebagai berikut :

 Kingdom : Animalia
 Sub kingdom : Metazoea
 Filum : Arthropoda
 Subfilum : Crustacea
 Kelas : Malacostraca
 Subkelas : Eumalacostraca
 Superordo : Eucarida
 Ordo : Decapodas
 Subordo : Dendrobrachiata
 Familia : Litopenaeus
 Spesies : Litopanaeus vannamei

Morfologi Udang Vannamei Tubuh udang vannamei berwarna putih


transparan sehingga lebih umum dikenal sebagai “white shrimp”. Namun, ada
juga yang berwarna kebiruan karena lebih dominannya kromatofor biru.
Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. tubuh udang vannamei dibagi menjadi
dua bagian, yaitu kepala (thorax) dan perut (abdomen). Kepala udang
vannamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan dua pasang maxillae.
Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan
lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda).
Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang vannamei terdiri dari enam
ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan
sepasang uropuds (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson
(Yuliati, 2009). oleh karena itu udang perlu dikemas agar lebih lama umur
simpannya. Untuk memperpanjang umur simpan udang headless Salah satu
metode yang efektif adalah menggunakan pengemasan plastik secara vakum.
Pengemasan vakum merupakan salah satu aplikasi teknologi
pengemasan dengan menggunakan kantong plastik vakum (vacuum pack).
Pengemasan vakum atau hermetis selama penyimpanan dapat didefenisikan
sebagai suatu pengemasan terhadap produk pangan sehingga produk di
dalamnya terlindung dari pertukaran gas atau air dari luar. Dalam kondisi
vakum, serangga dan mikroorganisme aerobik akan mati dengan sendirinya
akibat habisnya oksigen dan meningkatnya konsentrasi CO2 yang dihasilkan
selama respirasi serangga dan mikroorganisme maupun produk bahan (Syarif,
1991). Putu (2001) menyatakan pengemasan menggunakan plastik secara
vakum dapat mengurangi jumlah oksigen dalam kemasan, mencegah
kontaminasi mikroorganisme, dan memperpanjang umur simpan produk
pangan. Selain itu kemasan vakum juga memberikan efek visual yang baik
bagi makanan.
Kemasan mempunyai peranan yang sangat besar untuk mencegah dan
memperlambat terjadinya kerusakan pada bahan makanan. Jenis
pengemasan yang digunakan untuk bahan kemasan sangat berpengaruh ,
pada lama penyimpanan bahan makanan, untuk memperlambat kerusakan
mutu yang ada dalam makanan. Sehingga makanan lebih lama disimpan dan
kualitasnya akan lebih tahan lama pada suhu ruang dan suhu dingin. Semakin
berkembangnya teknologi diberbagai bidang, maka saat pengemasan bahan
pangan dapat dilakukan dengan metode pengemasan vakum. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai berapa hari masa
simpan produk udang tanpa kepala(headless) yang dikemas dengan metode
vakum yang masing-masing disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin.

1.2 Tujuan Penelitian


 Untuk mengetahui masa simpan produk udang Headless yang
dikemas dengan metode pengemasan plastik dengan kondisi vakum
yang masing-masing disimpan pada suhu ruang dan suhu (chiling)
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 UJI ORGANOLEPTIK
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2,3,4 dan 16 bulan Desember 2020,
yang dilakukan oleh perwakilan Taruna asal jabodetabek sebanyak 6 orang di
Laboratorium Kimia Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta.

B. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
wadah/baskom, kompor, vacuum sealer, termometer, timbangan analitik,
sendok, inkubator, cawan petri, tabung reaksi, gelas kimia, Erlenmeyer, pipet
volume, biuret, heat sealer, dan freezer.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah udang Headless,
palstik nylon, air , scoresheet udang

C. Prosedur Peraktikum
1. Dipilhudang yang masih bagus, kondisi baik, segar
2. Potong kepala udang dan bersihkan kotorannya
3. Taruh udang yg sudah dibersihkan tersebut di keranjangplatik
4. Lalu timbang 10 gr udang headless
5. Setelah itu cuci udang yang sudah dibersihkan dan dimasukan kedalam
plastik Nylon
6. Selanjutnya di Vakum

Metode yang digunakan adalah metode empiris. Mengapa metode empiris,


karena kita benar-benar mengamati perubahan mutu produk sampai produk
benar-benar busuk dikondisi penyimpannya.

D. Perlakuan parktikum
Perlakuan pada praktikum ini yaitu metode pengemasan vakum dan suhu
penyimpanan ruang dan dingin
E. Parameter Pengamatan
Selang waktu pengamatan parameter mutu produk disesuaikan dengan
masing-masing sampel dan diamati sampai sampel tersebut mengalami
kerusakan(perubahan mutu). Pada suhu ruang pengamatan dilakukan 24 jam
dan 5 kali pengecekan sedangkan pada suhu chiling dilakukan pengamatan
kelipatan hari sampai hari ke 10. Adapun parameter pengamatan pada
penelitian ini yaitu parameter organoleptik.

F. Prosedur Analisa
Uji organoleptik yang dilakukan meliputi rasa, kenampakan, bau, dan tekstur
produk yang dihasilkan.

2.2 UJI PROKSIMAT


Analisa proksimat merupakan metode analisa kimia untuk
mengindentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan
serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan.

2.2.1 Uji kadar protein

A. Alat dan bahan :


1. Labu destruksi /labu piala 8. Buret Titrasi
2. Erlenmeyer 9. Sample udang 2 gram
3. Gelas ukur 10. NaOH 60ml
4. Buret 11. Katalist protein 3 gram
5. Timbangan digital 12. H2So4 pekat 12 ml
6. Alat destruksi 13. Hcl 0.2 N 2ml
7. Alat destilasi

B. Prosedur praktikum
1. Timbang labu piala/labu destruksi
2. Kemudian Ambil sample udang, dan timbang tia sample udang
seberat 2 gram. Menggunakan metode duplo, yaitu 1 sample 2 kali
pengujian.
3. Lalu di masukan ke dalam labu piala Di ulang dari H0, h1,sampai H2)
4. Kemudian Timbang katalist protein (berwarna biru) seberat 3 gram
dan masukan ke dalam labu piala yg telah di isi oleh sample (contoh:
katalist protein dimasukan ke dalam 3 labu yaitu labu piala berisi
blanko, berisi sample satu H0, dan sample dua H0 dan di ulangi
sampai H2)
5. Kemudian Masukan 12 ml asam sulfat (H2SO4 pekat)ke tiap tiap labu
lemak didalam lemari asam
6. Kemudian masukan labu kedalam alat destruksi tecator digestor di
dalam lemari asam selama 1 jam dan tunggu Hingga warna menjadi
jernih kehijauan
7. Selanjutnya angkat dan pindahkan ke alat
8. Destilasi masukan labu destilasi dengan rapat, dan hidupkan sehingga
labu destilasi berisi sample dicampurkan 60ml NaOH secara otomatis
dan di homogenkan dan jika sudah selesai angkat.
9. Kemudian setelah itu pindahkan sample dari labu destilasi ke dalam
erlenmeyer
10. Selanjutnya Titrasi sample dengan Hcl 0.2 N hingga berubah warna
dari hijau jernih/bening menjadi pink ke merahan dan hitung berapa
Hcl yang terpakai (ulangi dari H0 sampai H2).

2.2.2 Uji Kadar Air


A. Alat dan Bahan :
1. Gunting 5. Pencapit
2. Timbangan 6. Cawan
3. Oven 7. sampel udang headless
4. Desikator

B. Prosedur Praktikum :
1. Siapkan sampel dan alat
2. Timbang cawan + sampel sebanyak 2g. (Berat awal)
3. Masukkan cawan pada oven dengan pencapit. Oven selama 5-6 jam
4. Masukkan ke dalam desikator selama 15 menit
5. Timbang berat cawan+sampel (berat akhir).
Note : setelah penimbangan pertama cawan tidak boleh dipegang tangan
Perhitungan :
(Berat awal- berat akhir/berat sampel)x100%

2.2.3 Uji kadar lemak


A. Alat dan Bahan :
1. Kertas saring
2. Timbangan digitl
3. Labu lemak alumunium
4. Alat ekstraksi soxhlet
5. N heksana 50 ml
6. Sampel udang hedless

B. Prosedur Praktikum :
1. sample udang sebanyak 2 gram
2. Sample dimasukan kedalam kertas saring dilipat-lipat
3. setelah dilipat2 sample dimasukan ke selongsong
4. kemudian penimbangan labu lemak alumunium kosong
5. selongsong dimasukan ke alat ekstraksi soxhlet
6. masukan n hexsan sebanyak 50 ml kedalam labu lemak alumunium
7. kemudian dimasukan kedalam ekstraksi sokhlet dan kranya dibuka
8. pengekstrasian selama 40 menit
9. setelah 40 menit didiemin selama 10 menit, kemudian kran ditutup
selama 15 menit.
10. labu lemak alumunium di angkat dari alat sokhlet itu, kemudian labu
lemak ditimbang akhir, (penimbangan hasil lemak)

2.3 UJI TVBN DENGAN METODE CONWAY


A. Alat dan Bahan
Alat : Stomcher, cawan conway, gelas piala, pipet ukur 1ml, oven, mikro
buret, corong
Bahan : 1. TCA 7%, H3BO3 2%, K2CO3 (1:1), Formalin netral, vaselin,
indikator conway, kertas saring.
B. Prosedur Praktikum
1. Timbang 10 gr contoh/sampel
2. Selanjutnya tambahkan larutan TCA 7% sebanyak 30 ml pada sampel,
haluskan menggunakan stomacher selama 1 menit
3. Setelah halus Saring dengan kertas saring.
4. Siapkan cawan conway yang telah diolesi vaseline pada bagian tutup.
5. Ambil 1 ml larutan H3BO3 2% menggunakan pipet tetes, masukan ke
bagian tengah yang berbentuk bulat (inner chamber)
6. Tambahkan 2 tetes indikator conway pada inner chamber tempat larutan
H3BO3 2%
7. Pipet 1 Ml Filtrat Sampel Ke Dalam Salah Satu Sisi Pada Bagian Luar
( Auto Chamber)
8. Pipet 1 ml larutan K2CO3 (1:1) masukan kedalam salah satu sisi yang lain
pada bagian luar (auto chamber)
9. Tutup conway dengan rapat
10. Lakukan uji blanko dengan mengganti 1 ml filtrat sapel dengan 1ml larutan
TCA 5%
11. Untuk pengujian TMA sama dengan prosedur diata yang berbeda
hanyalah ada penambahan formalin netral ke bagian luar setelah larutan
K3CO3
12. Setelah itu inkubasi, simpan cawan conway pada alat inkubator suhu 35 C
selama 2 jam atau pada suhu kamar selama 1 malam
13. Lakukan titrasi dengan (menggunkn mikro buret) terhadap detilat contoh
dan blanko dengan menggunakan lrutan HCL 2%. titik akhir ditandai
dengan terbentukny warna merah muda

C.Parameter Pengamatan
Adapun parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu TVB N. mengamati
nilai TVBN di suhu dingin. Nilai TVBN sangat erat kaitanya dengan proses
pembusukan ikan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Organoleptik suhu ruang

Masa simpan Udang Headless yang diamati dari suhu penyimpanan adalah
Sifat organoleptik yang diamati meliputi kenampakan , bau , tekstur selama
penyimpanan suhu dingin (chiling) , suhu ruang.

Tabel 1. Nilai Uji Organoleptik Di Suhu Ruang Selama 24 Jam

Spesifikasi
Waktu (jam)
Kenampakan Bau Tekstur
0 9 8 9
5 8 8 7
10 8 7 7
17 5 5 7
22 5 5 5
24 5 3 3

*Setelah dicari R2 Ternyata R2 ordo nol lebih mendekati 1 dari pada R2


ordo 1 jadi grafik linier dan perhitungan menggunakan ordo nol

3.1.1 Kenampakan

Gambar 1. grafik perubahan parameter nilai kenampakan pada kondisi suhu ruang selama 24
jam ordo 0
Gambar 2. grafik perubahan parameter nilai kenampakan pada kondisi suhu ruang selama 24
jam ordo 1

Berdasarkan Gambar 1 dan 2 terlihat adanya penurunan terhadap nilai


kenampakan udang headless selama penyimpanan suhu ruang .Pada
praktikum ini lama penyimpanan suhu ruang 24 jam nilai kenampakan
mencapai angka 5 skala organoleptik.

(ORDO 0) Y = -0,1848 + 9,0688


Titik kritis = Y = 7

Titik kritis merupakan batas minimal produk udang berada di mutu yang baik,
jika dibawah nilai 7 maka kualitas udang headless sudah rusak

Y   0 ,1848 X  9 , 0688
7   0 ,1848 X  9 , 0688
9 , 0688  7
X  0 ,1848

X  11 ,19
3.1.2 Bau

Gambar 3. Grafik Perubahan Parameter Nilai Bau Pada Kondisi Suhu Ruang Selama 24 Jam
Ordo 0

Gambar 4. grafik perubahan parameter nilai bau pada kondisi suhu ruang selama 24 jam ordo
1

Berdasarkan Gambar 3 dan 4 terlihat parameter bau mengalami penurunan


nilai dari jam ke jam. Sampai pada ke 24 jam nilai parameter bau mencapai
nilai 3
(ORDO 0) Y = -0,1978+8,5717

Titik kritis = Y = 7

7   0 ,1978 x  8 ,5717
8 , 5717  7
x 0 ,1978

x  7 ,94
3.1.3 Tekstur

Gambar 5. grafik perubahan parameter nilai tekstur pada kondisi suhu ruang selama 24
jam Ordo 0

Gambar 6. grafik perubahan parameter nilai tekstur pada kondisi suhu ruang selama 24
jam Ordo 1

Berdasarkan gambar 5 dan 6 perubahan nilai parameter tekstur mengalami


penurunan hal ini dikarenakan suhu ruang adalah suhu optimum bakteri
tumbuh sehingga menyebabkan petumbuhan bakteri pesat dan membuat nilai
tekstur udng headless menurun
(ORDO 0) Y = -0,1913 + 8,8203

7   0 ,1913 x  8 ,8203
8 , 8203  7
x 0 ,1913

x  9 , 51
3.2 Organoleptik Harian Suhu Chiling

Tabel 2. Tabel Pengujian Organoleptik Pada Penyimpanan Suhu Chilng Selama 10 Hari

Paneli H0 H1 H2 H4 H6 H8 H10
s
K B T K B T K B T K B T K B T K B T K B T
Fajar 9 9 9 7 8 7 8 7 5 7 6 6 7 5 5 5 5 5 5 3 5
Yusup 9 9 9 8 8 8 7 8 7 6 5 6 5 5 5 5 5 5 5 3 5

Yasint 9 8 9 8 7 8 7 8 8 7 7 7 7 6 6 5 5 5 5 3 5
o

Walian 9 9 8 8 8 7 7 6 7 7 5 6 7 4 5 5 5 5 5 3 5

Azizah 8 8 9 7 7 8 5 5 5 6 5 5 6 5 4 5 5 5 5 3 5

Zainur 9 9 9 8 7 8 5 5 7 6 5 5 6 5 5 5 5 5 5 3 5

Tabel 3. Rata -rata Nilai Organoleptik Pada Penyimpanan Suhu Chiling Selama 10 Hari

Parameter
Hari ke
Kenampakan Bau Tekstur

0 8,8 8,6 8,8

1 7,6 7,5 7,6

2 6,5 6,5 6,5

4 6,5 5,5 5,8

6 6,3 5 5

8 5 5 5

10 5 3 5

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat dari hari ke hari para meter kenampakan ,
bau , tekstur mengalami penurunan. Pada hari ke 10 nilai parameter
organoleptik bau menunjukan nilai 3.
3.2.1 Kenampakan

Gambar 7. Grafik perubahan nilai parameter kenampakan pada suhu chiling selama 10 hari
ordo 0

Gambar 8. Grafik perubahan nilai parameter kenampakan pada suhu chiling selama 10 hari
ordo 1

Dari gambar 7 dan 8 terlihat grafik penurunan nilai kenampakan pada udang
headless pada penyimpanan suhu chiling, berbeda dengan suhu ruang
penurunan nilai kenampakan mula terjadi di hari ke 2

(Ordo 1) y= -0,0517 x + 2,0868 / y= 0,0517x - 2,0868


Titik kritis/batas max=7
Rumus
lon batas
nilaiawal
t  max
k ( slope )
lon 8 7, 8
t 
0 , 0517
0 , 2288
t  0 , 0517

t = 4,4255

3.2.2 Bau

Gambar 9. Grafik perubahan nilai parameter Bau pada suhu chiling selama 10 hari ordo 0

Gambar 10. Grafik perubahan nilai parameter Bau pada suhu chiling selama 10 hari ordo 1

Dari gambar 9 dan 10 juga mengalami penurunan grafik pada parameter bau.
Nilai parameter pada hari ke 10 sudah menunjukan nilai 3. ini menandakan
udang headless pada penyimpann suhu chiling hari ke 10 sudah sangat buruk
kualitasnya
(Ordo 0) y = -0,472x + 7,9618
Titik kritis/batas max = 7

7  0,472 x  7,9618
7 , 9618 7
x 0 , 472

x  2,037

3.2.3 Tekstur

Gambar 11. Grafik perubahan nilai parameter Tekstur pada suhu chiling selama 10 hari ordo
0

Gambar 12. Grafik perubahan nilai parameter Tekstur pada suhu chiling selama 10 hari ordo 1
(Ordo 1) y= -0,0554x + 2,0542 / y= 0,0554 x - 2,0542
Titik kritis/batas max= 7

lon batas
nilaiawal
t  max
k ( slope )
lon 87, 8
t 
0 , 0554
0 , 2288
t  0 , 0554

t  4 ,1299
3.3 Uji proksimat Dan TVBN

TABEL 4. hasil pegujian Proksimat dan TVBN pada udang kemasan vakum di penyimpanan
dingin
sampel TVB Lemak (%) Protein Kadar Air
mgN/100g (%) (%)
H0 33,61 16,67 9,95 59,4
30,25 14 6,25 77,11
H1 11 16,5 2,76 77,61
50,4 16 0,39 77,34
H2 11,2 1 0,72 77,2
16,8 0 1,63 77,3

TABEL 5. Hasil pegujian Proksimat dan TVBN pada udang kemasan vakum di penyimpanan
dingin Selama 2 hari

TVB mgN/100g Lemak (%) Protein (%) Kadar Air (%)


Hari Blan K1 K2 K3 K4 Blan k1 k2 blan k1 k2 blan k1 k2
ke ko ko ko ko
0 0,1 0,4 0,4 0,3 0,4 16, 14 9,9 6,2 59, 77,
5 67 5 5 4 11
1 0,7 0,8 1 1,5 0,8 16, 16 2,7 0,3 77, 77,
5 6 9 61 34
2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 1 0 0,7 1,6 77, 77,
2 3 2 3
Untuk produk perikanan segar, TVB merupakan paramater kimia untuk
mengetahui perubahan mutu, TVB erat kaitannya dengan proses pembusukan
ikan. Nah untuk praktek ini, yg diamati hanya perubahan mutu organoleptiknya
saja. Karena pada praktiknya agak sulit mengkondisikan pengamatan
kemunduran mutu dengan parameter TVB (artinya per pengamatan harus
dilakukan uji TVB). Hasil data pengujian Uji Proksimat dan TVBN tidak
digunakan untuk pendugaan umur simpan. Karena kondisi tidak
memungkinkan, sehingga yang kita lakukan adalah pengamatan kemunduran
mutu berdasarkan organoleptik.sekaligus mengetahui peendugaan umur
simpan dengan data Organoleptik.

3.4 Pendugaan Umur Simpan Udang Headless


Pada dasarnya diketahui laju penurunan nilai organoleptik dipengaruhi oleh
suhu. Pendugaan umur simpan udang headless dihitung menggunakan
persamaan regresi linier dari parameter yang memiliki nilai R2 Mendekati 1.

Tabel 6. Pendugaan umur simpan udang headless dengan parameter organoleptik pada suhu
ruang

Parameter Nilai x Umur simpan

Kenampakan 11,19 11 jam 20 menit

Bau 7,94 7 jam 54 menit

Tekstur 9,51 9 jam 30 menit

Dari data Tabel 6 didapat bahwa untuk pendugaan umur simpan udang
headless suhu ruang parameter kenampakan diperoleh selama 11 jam 20
menit, untuk parameter bau diperoleh 7 jam 52 menit dan untuk parameter
tekstur diperoleh 9 jam 30 menit. Hasil tersebut menunjukan bahwa umur
simpan udang Headless sangat di pengerahui oleh suhu . walaupun sudah
dikemas dengan vakum tetapi laju penurunan mutu masih terjadi. Dari data
diatas diperoleh pendugaan umur simpan Udang Headless pada suhu Ruang
memiliki umur simpan selama 7 jam 52 menit dari parameter bau. Kenapa dari
parameter bau karena untuk pendugaan umur simpan di cari dari parameter
yang mengalami penurunan/ dari nilai yang lebih cepat mengalami
perubahan mutu.
Tabel 7. Pendugaan umur simpan udang headless dengan parameter organoleptik pada suhu
chiling

Parameter Nilai x atau t Umur simpan (hari)

Kenampakan 4,4255 4 hari 9 jam 35 menit

Bau 2,037 2 hari 52 menit

Tekstur 4,129 4 hari 2 jam 48 menit

Dari tabel 7 didapat bahwa Untuk Pendugaan Umur Simpan Udang


Headless Di Suhu Chiling Parameter kenampakan di peroleh hasil 4 hari 9 jam
35 menit, untuk para meter bau diperoleh 2 hari 35 menit dan
parametertekstur diperoleh 4 hari 2jam 50 menit. Hasil tersebut dipengaruhi
oleh suhu penyimpanan. Dari data diatas diperoleh pendugaan umur simpan
udang headless pada suhu chiling memiliki umur simpan selama 2 hari 52
menit. Hasil ini didapat dari parameter bau yang menunjukan penurunan nilai
mutu organoleptik yang lebih dahulu.
Pada penyimpanan suhu chiling produk udang headless yang dikemas
plastik nylon dan di vakum menunjukan umur simpan yang lebih lama yaitu 2
hari 35 menit daripada yang di simpan di suhu ruang yaitu 7 jam 54 menit, ini
dikarenakan penyimpanan suhu chiling(suhu rendah) dapat menghambat atau
mencegah reaksi kimia, aktivitas enzim dan pertumbuhan mikroorganisme.
Sedangkan pada suhu ruang mikroorganisme dapat tumbuh sehingga
mempercepat pembusukan.

4. KESIMPULAN
Jadi umur simpan udang headless yang dikemas dengan plastik nylon
dalam kondisi vakum pada penyimpanan ruang adalah 7 jam 54 menit dan
umur simpan udang headless yang dikemas dengan plastik nylon pada
penyimpanan chiling memiliki umur simpan yang lebih lama yaitu 2 hari 35
menit. Hasil ini menunjukan bahwa suhu penyimpanan dapat memperpanjang
umur simpan produk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arpah. 2001. Penentuan Kedaluwarsa Produk Pangan. Program Studi


Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
2. Herawati, H. 2008. Penentuan umur simpan pada produk pangan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
3. Ismail,Dkk. 2018. Penentuan Umur Simpan Ikan Roa Asap (Julung-Julung
Asap) Menggunakan Metode ASLT Dengan Pendekatan
Arrhenius.Techno Jurnal Penelitian. Universitas Khairun Ternate
4. Putu, I. 2001. Karakteristik Daging Sapi Dikemas dalam Kantong Plastik
Hampa Udara
5. (Vakum Pack). Balai Penelitian Ternak Bogor. Wartazoa XI(2) : 15 – 19.
6. Rahayu, W.P. dan Arpah. 2003. Penuntun Teknis Penetapan
Kadaluwarsa Produk Industri Kecil Pangan. Departemen Teknologi
Pangan dan Gizi, FATETA-IPB, Bogor
7. Syarief, R. 1991. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan. Kerja Sama
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
8. Syarief, R dan A, Irawati. 1986. Pengetahuan Bahan Untuk Industri
Pertanian. MSP press, Jakarta.
9. Susanto, T. dan N, Sucipto. 1994. Teknologi Pengemasan Bahan
Makanan. Family, Blitar.

Anda mungkin juga menyukai