TIM PENYUSUN :
BANJARBARU, 2018
TATA TERTIB
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
STIKES BORNEO LESTARI BANJARABARU
( Dyera Forestryana,
M.Si., Apt)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunianya
maka petunjuk praktikum Formulasi dan teknologi sediaan steril ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Petunjuk praktikum ini menjelaskan secara
singkat mengenai prinsip dasar dan prosedur praktikum formulasi dan teknologi
sediaan steril serta tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa. Penyusunan
petunjuk ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum.
Untuk lebih memahami mengenai praktikum ini, diharapkan mahasiswa tetap
mempelajari teori yang terdapat dalam buku-buku referensi. Besar harapan kami
agar petunjuk praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yang
mengikuti praktikum Formulasi dan teknologi sediaan steril. Petunjuk praktikum
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapan saran dan kritik
demi perbaikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
TATA TERTIB
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Jurnal dibuat sebelum praktikum sesuai dengan materi yang akan dipraktikumkan
A. PRAFORMULASI
3. Stabilitas
A. Terhadap cahaya :
B. Terhadap suhu :
C. Terhadap pH :
D. Terhadap oksigen :
4. Titik lebur :
5. Inkompatibilitas :
B. FORMULASI
II. PERMASALAHAN
C. PELAKSANAAN
I. CARA KERJA
II. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DAN CARA STERILISASINYA
D. EVALUASI SEDIAAN
1. FISIKA
2. KIMIA
3. BIOLOGI
F. KESIMPULAN
G. DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 1
STERILISASI ALAT
I. TUJUAN
1. Memahami cara pencucian alat dan wadah untuk pembuatan sediaan steril.
2. Melakukan proses pencucian alat seperti wadah gelas, karet dan aluminium.
Alat :
1. Alkohol 70%
2. Sabun cuci
3. Aluminium foil
4. Plastik ikan
5. Kertas coklat
6. Plastik bening
Bahan :
1. Pipet tetes
2. Corong gelas
3. Gelas ukur
4. Gelas beaker
5. Erlenmeyer
6. Spatula logam
7. Batang pengaduk
8. Tube salep
9. Vial
12. Oven
13. Autoklaf
Ditiriskan
B. Pencucian karet
Tutup vial dan pipet tetes dicuci dengan sabun cuci dan disikat
Dibilas dengan air kran hingga bersih
Ditiriskan
C. Pencucian logam
Ditiriskan
Dibungkus angkap dengan kertas coklat, kecuali beker glass, vial, dan Erlenmeyer
dibungkus dengan menggunakan aluminium foil
3. Sterilisasi Alat
5 Botol infuse
INFUS GLUKOSA
I. TUJUAN
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 mL yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan
dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasio air dalam tubuh 57%; lemak
20,8%; protein 17,0%; serta minetal dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan
homeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2006).
III. FORMULA
Norit 0,1 %
1. Tutup gabus
2. Botol 150 ml
4. Batang pengaduk
5. Neraca
6. Penangas air
7. Autoklaf
8. Kertas saring
9. Corong gelas
Pinset Logam
Gelas Arloji
Botol Infus
Batang pengaduk
Oven 250˚C 30 menit
Beaker Glass
Spatel logam
Penara + wadah
Erlenmeyer
Gelas ukur
Kertas saring
Corong gelas
Pipet tetes
Autoklaf 115°C 30 menit
Zalfkaart
Pakaian kerja
Masker
Sarung tangan
Alas kaki
Corong serbuk
Botol infus dicuci bersih lalu dibilas dengan aquadest bebas partikulat dan
disterilkan dengan oven suhu 250C selama 30 menit.
V. EVALUASI SEDIAAN
50,0 ml
Atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan
penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis
tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera.
Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan segera kocok
baik-baik sebelum memindahkan isi. Diinginkan hingga suhu 25˚C sebelum
pengukuran volume (Anonim b, 1995).
c. Kejernihan larutan
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan melayang, kecuali
gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral. Pengujian bahan
partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi seperti yang tertcantum pada FI
Edisi IV tahun 1995.
a. Penetapan kadar
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg natrium klorida,
masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tammbahkan 140 ml air dan 1 ml
diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga perak
klorida menggumpal dan campuran berwarna merah muda lemah. 1ml perak nitrat
0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl
b. Identifikasi
Menunjukkan reaksi natrium cara A dan B dan klorida cara A, B dan C seperti yang
tertera pada uji identifikasi umum
Reaksi natrium
Cara A: tambahkan Kobalt Uranil asetat LP sejumlah lima kali volume kepada
larutan yang mengandung tidak kurang dari 5 mg natrium per ml sesudah diubah
menjadi klorida atau nitrat: terbentuk endapan kuning keemasan setelah dikocok
kuat-kuat beberapa menit.
Cara B: Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang
tidak berwarna.
Reaksi klorida
Cara C: Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P bobot sama,
basahi dengan asam sulfat P dan panaskan perlahan-lahan: terbentuk klor yang
menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah.
a. Uji sterilitas Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Metode uji : Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi menjadi 2
bagian ) lalu diinkubasi
b. Uji pirogen Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam
pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara intravena
PERCOBAAN III
KRIM HIDROKORTISON 1%
I. TUJUAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV, hal 6).
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk
yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal (FI IV, hal 6).
Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi M/A (krim
berair) atau emulsi A/M (krim berminyak) (The Pharmaceutical Codex 1994, hal
134).
Krim adalah sediaan multi fase yang terdiri dari fase lipofil dan fase aqueous yang
diformulasi misibel dengan sekret kulit, dimaksudkan untuk digunakan di kulit atau
membran mukosa tertentu dengan tujuan protektif, terapeutik, atau profilaktik,
terutama yang tidak memerlukan efek oklussif (membentuk lapisan /film diatas
permukaan kulit). (BP 2002, hal 1904,1905)
Krim adalah sediaan homogen, viscos atau semi solid yang biasanya mengandung
larutan atau suspensi satu atau lebih zat aktif dalam basis yang cukup. Krim
diformulasikan menggunakan hidrofilik atau hidrofobik basis untuk mendapatkan
krim yang tersatukan dengan sekret kulit. Krim biasanya digunakan pada kulit atau
membran mukosa untuk perlindungan, pengobatan atau pencegahan. Krim harus
menggunakan pengawet serta mengandung zat tambahan yang cocok seperti anti
oksidan, stabilizer, pengemulsi dan pengental (BP 1988, hal 649).
III. FORMULA
Formula krim steril hidrokortison 1% (Drug Formulation Manual, 604)
R/ Hydrocortisone 1.1 %
Liquid Paraffin 6%
White Soft Paraffin 15 %
Cetostearyl alcohol 7.2 %
Cetomacgrogol 1000 1.8 %
Chlorocresol 0.1 %
Distilled Water hingga 100 %
Sendok porselen
Spatel logam
Pinset
Batang pengaduk
Oven 170˚C 1 jam
Krusentang
Corong
Pipet tetes
Erlenmeyer
Gelas ukur
Pipet ukur
Kertas saring
Kertas perkamen
Kapas
Jarum buret
Zalfkaart
Pakaian kerja
Masker
sarung tangan
alas kaki
Cawan penguap
Kaca arloji
Gelas kimia
Kolom
Corong serbuk
Ayakan B40
Tube dan tutupnya (jika terbuat dari besi) dicuci dengan air suling, dimasukkan
ke dalam kaleng yang tidak tertutup rapat. Sterilisasi dilakukan dalam oven
170° C selama 30 menit (praktikum undergrade) atau 2 jam (Apoteker). Tutup
tube direndam dalam alkohol 70% (tutup plastik) selama 30 menit (praktikum
undergrade) atau 2 jam ( Apoteker ).
50,0 ml
Atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan
penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis
tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera.
Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan segera kocok
baik-baik sebelum memindahkan isi. Diinginkan hingga suhu 25˚C sebelum
pengukuran volume (Anonim b, 1995).
c. Kejernihan larutan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih,
dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil
yang dapat dilihat dengan mata (Lachman,1994).
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan melayang, kecuali
gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral. Pengujian bahan
partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi seperti yang tertcantum pada FI
Edisi IV tahun 1995.
a. Penetapan kadar
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg natrium klorida,
masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tammbahkan 140 ml air dan 1 ml
diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga perak
klorida menggumpal dan campuran berwarna merah muda lemah. 1ml perak nitrat
0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl
b. Identifikasi
Menunjukkan reaksi natrium cara A dan B dan klorida cara A, B dan C seperti yang
tertera pada uji identifikasi umum
Reaksi natrium
Cara A: tambahkan Kobalt Uranil asetat LP sejumlah lima kali volume kepada
larutan yang mengandung tidak kurang dari 5 mg natrium per ml sesudah diubah
menjadi klorida atau nitrat: terbentuk endapan kuning keemasan setelah dikocok
kuat-kuat beberapa menit.
Cara B: Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang
tidak berwarna.
Reaksi klorida
Cara C: Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P bobot sama,
basahi dengan asam sulfat P dan panaskan perlahan-lahan: terbentuk klor yang
menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah.
c. Uji sterilitas Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Metode uji : Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi menjadi 2
bagian ) lalu diinkubasi
d. Uji pirogen Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam
pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara intravena
PERCOBAAN IV
I. TUJUAN
Keuntungan:
Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan
kemudahan penangananan.
Suspensi mata memiliki kelebihan di mana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan
efek terapinya. Dengan kata lain suspensi mampu meningkatkan waktu kontak
zat aktif dengan kornea sehingga memberi kerja lepas lambat yang lebih lama
(Ansel, 559)
Kekurangan:
Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas ( 7 L) maka
larutan yang berlebih dapat masuk ke rongga hidung lalu masuk ke jalur GI
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada
retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata
adalah efeknya lokal/ topikal.
III. FORMULA
NaCl 7.8mg
PVP 2%
1. Tutup gabus
2. Botol 150 ml
4. Batang pengaduk
5. Neraca
6. Penangas air
7. Autoklaf
8. Kertas saring
9. Corong gelas
10. Tali kasur
No Pengerjaan Tempat
5 Zat aktif yang telah disterilisasi tetrakain HCl ditimbang sesuai Ruang penimbangan
yang dibutuhkan (grey area)
9 Campurkan Tetrakain HCL, PVP dan NaCl sesuai perhitungan Ruang pencampuran
11. pH sediaan dicek dengan menggunakan indikator pH. Partikulat Ruang pencampuran
vissible di cek
Sendok porselen
Spatel logam
Pinset
Batang pengaduk
Oven 170˚C 1 jam
Krusentang
Corong
Pipet tetes
Erlenmeyer
Gelas ukur
Pipet ukur
Kertas saring
Kapas
Saringan G3
Zalfkaart
Pakaian kerja
Masker
sarung tangan
alas kaki
Cawan penguap
Kaca arloji
Gelas kimia
Kolom
Corong serbuk
Ayakan B40
Tube dan tutupnya (jika terbuat dari besi) dicuci dengan air suling, dimasukkan
ke dalam kaleng yang tidak tertutup rapat. Sterilisasi dilakukan dalam oven
170° C selama 30 menit (praktikum undergrade) atau 2 jam (Apoteker). Tutup
tube direndam dalam alkohol 70% (tutup plastik) selama 30 menit (praktikum
undergrade) atau 2 jam ( Apoteker ).
50,0 ml
Atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan
penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis
tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera.
Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan segera kocok
baik-baik sebelum memindahkan isi. Diinginkan hingga suhu 25˚C sebelum
pengukuran volume (Anonim b, 1995).
c. Kejernihan larutan
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan melayang, kecuali
gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral. Pengujian bahan
partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi seperti yang tertcantum pada FI
Edisi IV tahun 1995.
a. Penetapan kadar
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg natrium klorida,
masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tammbahkan 140 ml air dan 1 ml
diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga perak
klorida menggumpal dan campuran berwarna merah muda lemah. 1ml perak nitrat
0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl
b. Identifikasi
Menunjukkan reaksi natrium cara A dan B dan klorida cara A, B dan C seperti yang
tertera pada uji identifikasi umum
Reaksi natrium
Cara A: tambahkan Kobalt Uranil asetat LP sejumlah lima kali volume kepada
larutan yang mengandung tidak kurang dari 5 mg natrium per ml sesudah diubah
menjadi klorida atau nitrat: terbentuk endapan kuning keemasan setelah dikocok
kuat-kuat beberapa menit.
Cara B: Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang
tidak berwarna.
Reaksi klorida
Cara C: Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P bobot sama,
basahi dengan asam sulfat P dan panaskan perlahan-lahan: terbentuk klor yang
menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah.
e. Uji sterilitas Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Metode uji : Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi menjadi 2
bagian ) lalu diinkubasi
f. Uji pirogen Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam
pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara intravena
PERCOBAAN V
I. TUJUAN PERCOBAAN
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat
luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalan dasar salep yang
cocok (Anief, 2000). Salep mata adalah sediaan steril yang mengandung bahan
kimia yang terbagi halus dalam basis, yang digunakan pada mata dimana obat dapat
kontak dengan mata dan jaringan tanpa tercuci oleh air mata dan memerlukan
perhatian khusus dalam pembuatannya.
d. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan
obat tersebar dengan perantaraan air mata.
e. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
f. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
III. FORMULASI
R/ Kloramfenikol 0,02 gr
Lanolin 0,2 gr
Liquid Paraffin 0,2 gr
Vaseline flavum 1,58 gr
a. Alat
b. Bahan
1. Air
2. Alkohol 70%
3. Kloramfenikol
4. Vaselin flavum
5. Parafin cair
6. Adeps lanae
V. CARA KERJA
3. Letakkan basis salep (lanolin, parafin cair, dan vaselin flavum) pada cawan
porselen yang telah dilapisi kasa steril
4. Leburkan basis salep dalam oven pada suhu 60qC selama 60 menit
5. Aduk perlahan lelehan basis hingga semua basis meleleh sempurna dan
tercampur dengan homogen
6. Gerus kloramfenikol di dalam mortir hingga halus
- Sikat dan gosok, bilas dengan air bagian luar dan dalam alat
b. Pencucian Karet
c. Pengeringan
d. Pembungkusan Alat
1. Waktu Pemanasan :
2. Waktu Kesetimbangan :
3. Waktu Pembinasaan :
4. Waktu Pembinasaan :
5. Waktu Tambahan Jaminan Sterilitas :
6. Waktu Pendinginan :
b. Otoklaf 1210C (gelas beker, gelas ukur, corong kaca, pipet tetes, kertas
saring)
1. Waktu pemanasan :
2. Waktu pengeluaran udara :
3. Waktu menaik :
4. Waktu kesetimbangan :
5. Waktu pembinasaan :
6. Waktu Tambahan Jaminan Sterilitas :
7. Waktu pendinginan :
1. Organoleptis
- Periksa fisik sediaan secara visual yang meliputi warna dan bau
2. Homogenitas
- Letakkan sediaan di atas objek glass, tekan dengan objek glass yang lain
hingga rata
- Letakkan 0,5 gram salep dengan hati-hati di atas kertas grafik yang
dilapisi kaca bening, biarkan sesaat (1 menit), catat diameternya
- Tutup dengan kaca bening yang diberi beban masing-masing 50 gram,
100 gram, dan 150 gram, biarkan selama 60 detik
- Gelas obyek dipasang pada alat test yang telah diberi beban 80 gram
5. Pengukuran pH
- Cek pH
PERCOBAAN VI
INJEKSI VITAMIN C
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. TEORI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara
parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam
atau melalui kulit atau selaput lender. Komponen larutan injeksi, antara lain sebagai
berikut:
a. Zat aktif
c. Zat tambahan
Umumnya digunakan aqua pro injeksi. Selain itu dapat digunakan NaCl pro
injeksi, glukosa pro injeksi, dan NaCl compositus pro injeksi.
3) Zat tambahan
4) Buffer / pendapar
6) Antioksidan
- BHA 0,02%
- BHT 0,02%
- Tokoferol 0,5%
- Benzyl alkohol 2%
- Chlorobutanol 0,5%
- Chlorocresol 0,1-0,3%
- Fenol 0,5%
- Isotonis
- Isoosmotik
serum darah, maka larutan dikatakan isoosmotik (0,9% NaCl, 154 mmol
Na+ dan 154 mmol Cl- per liter = 308 mmol per liter, tekanan osmose
6,86). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan kadar mol zat per
liter larutan ).
- Hipotonis
darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah
yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar
menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah, disebut Hemolisa.
- Hipertonis
Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari
serum darah merah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah
melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah merah, disebut plasmolisa.
III. FORMULASI INJEKSI VITAMIN C
R/ Vitamin C 100 mg
Natrium hidroksida 100 mg
Benzalkonium klorida 0,1 mg
Aqua pro injecti ad 1 mL
a. Alat
b. Bahan
- Vitamin C
- NaOH
- Benzalkonium klorida
V. STERILISASI ALAT
- Sikat dan gosok, bilas dengan air bagian luar dan dalam alat
b. Pencucian Karet
c. Pengeringan
1. Waktu Pemanasan :
2. Waktu Kesetimbangan :
3. Waktu Pembinasaan :
4. Waktu Pembinasaan :
5. Waktu Tambahan Jaminan Sterilitas :
6. Waktu Pendinginan :
b. Otoklaf 1210C (gelas beker, gelas ukur, corong kaca, pipet tetes, kertas
saring)
1. Waktu pemanasan :
2. Waktu pengeluaran udara :
3. Waktu menaik :
4. Waktu kesetimbangan :
5. Waktu pembinasaan :
6. Waktu Tambahan Jaminan Sterilitas :
7. Waktu pendinginan :
4. Sterilisasi Sediaan
-Sediaan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 98-100qC selama 30 menit
5. Tuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur, catat volume larutan. Ad-kan
dengan API bebas O2 sampai tepat 10 mL
6. Tuangkan sedikit API bebas O2 untuk membasahi kertas saring untuk
membasahi kertas saring, yang akan digunakan untuk menyaring
8. Bilas gelas ukur dengan sisa API bebas O2 (sisa 10 mL), kemudian
masukkan larutan bilasan ke dalam erlenmeyer
1. Sifat fisik
2. pH
3. Uji kejernihan
- pertama, dekatkan wadah pada lampu pada sisi latar putih, amati
kejernihan cairan dgn melihat ada atau tidak kotoran yang berwarna
gelap
- kedua, dekatkan wadah pada lampu pada sisi latar hitam, amati
kejernihan dengan
4. Uji kebocoran
- Balik botol sediaan tetes mata dengan mulut botol menghadap ke
bawah, amati ada atau tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.
PERCOBAAN VII
J. TUJUAN PERCOBAAN
Guttae, Obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara menetes
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia
Guttae Auricurales, Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga
dengan cara meneteskan obat dalam telinga.
Obat-obat yang digunakan pada produk tetes telinga ditujukan untuk melepaskan
kotoran telinga (lilin telinga), mengobat infeksi (antiinfeksi), peradangan (antiradang),
dan rasa sakit (analgetik)
(Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ansel Hal 567)
Tetes telinga kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol dalam pelarut yang
sesuai, mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dar 130,0%
C11H12Cll2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket (FI IV, Hal 191).
JJJ. FORMULASI
R/ kloramfenikol 0,5%
Propilen glikol ad 10 ml (Forularium Nasional, hal 64)
c. Bahan
- Kloramfenikol
- propilenglikol
W. STERILISASI ALAT
Alat yang diperlukan untuk membuat sediaan secara satuan maupun skala besar/
skala industri.
13 Wadah 10 L sterilisasi
14 pH meter -
15 Piknometer -
2.3.2 Prosedur pembuatan
Skala laboratorium
Sediaan tetes telinga disterilisasi secara fisik dengan menggunakan metode filtrasi
membran. Membran yang digunakan adalah membran dengan ukuran lubang
membran 0,45 µm untuk jaminan agar mikroba lain tidak masuk ke dalam sediaan
(ukuran bakteri/ mikroba 0,5 µm). mikroba yang ada akan tertahan pada membran
dan tidak dapat masuk ke dalam wadah sediaan.
VI. EVALUASI SEDIAAN
4. Sifat fisik
5. pH
6. Uji kejernihan
- pertama, dekatkan wadah pada lampu pada sisi latar putih, amati
kejernihan cairan dgn melihat ada atau tidak kotoran yang berwarna
gelap
- kedua, dekatkan wadah pada lampu pada sisi latar hitam, amati
kejernihan dengan
5. Uji kebocoran
Arifianto, 2007, Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids), Available at:
http://health.freephphoster.com/index2.php?option=com_content &do_pdf=1&id=26
Opened at: 31.10.2008
Lachman,L., Herbert A.L., and Joseph L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Ed. 3. Jakarta : UI Press.