Anda di halaman 1dari 32

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK

OLEH:

TIM MIPA KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga Modul Praktikum Kimia Fisika Dasar untuk mahasiswa/i Jurusan MIPA
Fakultas Teknik Universitas Samudra ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Praktikum Kimia Fisika Dasar ini merupakan penerapan pengetahuan umum kimia
analisis meliputi analisa kualitatif dan kuantitatif. Kami harapkan kesadaran para praktikan
untuk mengadakan persiapan sebelum bekerja di Laboratorium dengan jalan diadakan tes
pendahuluan serta tes apa yang akan dikerjakan. Kepada semua pihak pengguna
Laboratorium mampu menaati tata tertib laboratorium yang sudah ditetapkan. Demikianlah
harapan kami, semoga para praktikan dan semua pihak dapat memakluminya. Kami
menyadari bahwa penuntun praktikum Kimia Fisika Dasar ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Langsa, September 2019

Penyusun

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


1
TATA TERTIB BAGI PRAKTIKAN

1. Praktikan sudah berada dalam ruangan laboratorium tepat pada waktunya.


Keterlambatan lebih dari 10 menit, praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
2. Saat memasuki ruangan laboratorium, praktikan harus siap dengan pakaian
laboratorium dan peralatan yang menunjang praktikan.
3. Kedalam ruangan laboratorium hanya diperkenankan membawa jurnal, alat tulis
dan peralatan yang menunjang praktikum.
4. Sebelum mengikuti praktikum, praktikan harus menyerahkan jurnal praktikum
kepada asisten. Apabila tidak membawa jurnal praktikum, praktikan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
5. Ketidakhadiran lebih dari 3 kali selama praktikum berlangsung, dianggap gagal dan
nilainya tidak akan dikeluarkan.
6. Sebelum praktikum dimulai, asisten mengadakan test (respon)
7. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib menjaga kebersihan dan
ketenangan di laboratorium.
8. Peserta praktikum dilarang membawa makanan/minuman ke dalam
laboratorium/ruang praktikum.
9. Selama praktikum berlangsung, praktikan hanya boleh masuk atau meninggalkan
ruangan laboratorium dengan izin asisten.
10. Setelah selesai praktikum, praktikan harus membersihkan meja kerja sampai bersih
dan membuang larutan atau padatan pada bak yang telah disediakan.
11. Setelah menyelesaikan praktikum pada hari yang bersangkutan, praktikan
diwajibkan membuat laporan sementara yang harus disetujui oleh asisten.
12. Setiap praktikan harus membuat laporan praktikum sesuai dengan percobaan yang
dilakukan dan harus dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum.
13. Apabila ada peralatan yang digunakan praktikan rusak, pecah atau hilang, maka
praktikan wajib menggantikan kerusakan tersebut, paling lambat dalam waktu 2
minggu setelah praktikum.
14. Apabila ada ketentuan-ketentuan yang dirasa perlu yang tidak tercantum diatas,
akan diatur lebih lanjut oleh asisten.

PERALATAN

1. Tiap kelompok akan mendapatkan satu set peralatan untuk tiap percobaan.
2. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor.
3. Pada akhir kerja, praktikan harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang
bersih.
4. Jika ada peralatan yang pecah atau rusak harus segera dilaporkan kepada laboran
untuk diketahui dan mendapatkan gantinya.

BAHAN

1. Bahan kimia dipakai bersama dan disimpan pada arak-rak di meja kerja. Reagen-
regaen khusus yang diperlukan dan tidak tersedia akan dijelaskan oleh asisten.

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


2
2. Larutan dan padatan yang telah dipergunakan harus dibuang kedalam bak
pembuangan yang telah disediakan.
3. Tutup botol jangan diletakkan di atas meja, tetapi tetap dipegang ditangan, untuk
kemudian ditutup kembali.
4. Reagen yang telah diambil dari tempatnya tidak boleh dikembalikan lagi ke wadah
semula.
5. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak.
6. Ambil reagen secukupnya saja untuk percobaan.
7. Pengambilan larutan dilakukan dengan menggunakan pipet tetes, jika ingin
mengambil larutan yang lain harus menggunakan pipet tetes yang lain dan yang
bersih agar larutan tidak terkontaminasi.

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Laboratorium bukan tempat yang berbahaya selama kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar:

1. Kacamata pelindung dipakai selama di laboratorium (terutama jika bekerja dengan


bahan eksplosif).
2. Sepatu harus selalu dikenakan di dalam laboratorium.
3. Rambut panjang harus selalu diikat rapi ke belakang.
4. Semua kecelakaan harus dilaporkan kepada asisten.
5. Dilarang berlari di dalam laboratorium.
6. Selama di laboratorium dilarang merokok, makan atau minum.
7. Jika bahan kimia mengenai anggota tubuh maka cucilah dengan air sebanyak-
banyaknya dan laporkan kejadian tersebut pada asisten.
8. Jangan mencoba mencicipi apapun atau mencium langsung asap/uap dari mulut
tabung tetapi tepislah uap tersebut dengan tangan kemuka anda.
9. Bahan kimia yang berbahaya atau berbau merangsang selalu ditempatkan di dalam
lemari asam. Juga semua pekerjaan yang berkenaan dengan penggunaan bahan
tersebut dilakukan di dalam lemari asam.
10. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota tubuh lainnya dengan tangan yang
mungkin telah terkontaminasi bahan kimia.
11. Jangan arahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke muka anda atau ke teman
anda karena isi tabung dapat menyembur.
12. Bila menyisipkan pipa kaca atau thermometer ke dalam gabus, lumasi batang dan
lubang gabus dengan gliserol atau air, lindungi tangan anda dengan lap dan putar
masuk alat kaca kedalam gabus. Agar tidak pecah, kedudukan kedua tangan tidak
boleh berjauhan.
13. Banyak pelarut biasa seperti alcohol, aseton, eter dll sangat mudah terbakar. Jangan
menggunakan atau meletakkan bahan-bahan tersebut dengan nyala api.

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


3
DAFTAR ISI

TATA TERTIB PRAKTIKAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PERCOBAAN I PENENTUAN DENSITAS CAIRAN

PERCOBAAN II KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

PERCOBAAN III ISOTERM ADSORBSI LANGMUIR DAN FREUNDLICH

PERCOBAAN IV KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN


PENGUAPAN

PERCOBAAN V PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

PERCOBAAN VI KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN

PERCOBAAN VII TERMOKIMIA

PERCOBAAN VIII SISTEM DUA FASA

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


4
PERCOBAAN I

PENENTUAN DENSITAS CAIRAN

I. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui densitas sampel


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi densitas
3. Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan

II. Dasar Teori

Densitas larutan adalah sebuah fungsi dari konsentrasi suatu zat pada temperatur
tertentu (disini: 20 °C). Berapakah densitas dari larutan asam hidroklorik (HCl) 21% ?
Berapakah konsentrasi molar (molaritas) larutan natrium karbonat dengan densitas 1,09
g/cm3 pada 20 °C? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini berperan penting dalam laboratorium
dan produksi juga dalam quality control. Hanya dengan memilih larutan, atur nilai-nilai
untuk konsentrasi, densitas, atau molaritas, dan dapatkan hasilnya dengan cepat – sangat
akurat, berkat interpolasi yang otomatis.
Secara matematik sifat molal parsial didefenisikan sebagai ;
𝜕𝐽
( ) 𝑇,𝑃,𝑛𝑗 = 𝐽𝑖
𝜕𝑛𝑖
Dimana Ji adalah molal parsial dari komponen ke-i.
Ada tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yakni ;
i. Volume molal parsial
ii. Entalpi molal parsial
iii. Energi bebas molal parsial
Volume yang diperoleh pada campuran dua zat cair yang bercampur sempurna, sering
bukan jumlah volume dua zat cair terpisah. Volume campuran etanol-air lebih kecil dari
jumlah volume zat cair yang tidak dicampurkan. Pada suhu dan tekanan tertentu,
penyimpangan ini tidak berubah dengan komposisi campuran.

III. Alat dan Bahan

1. Alat
- Piknometer
- Neraca Analitik
- Botol Aquadest
- Pipet tetes

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


5
2. Bahan
- Aquadest
- Gliserol 5%
- Gliserol 10%
- Gliserol 15%
- Gliserol 20%
- Gliserol 25%
- Gliserol Unknown

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Mula-mula piknometer dikosongkan, dikeringkan lalu ditimbang dengan neraca
analitik dan dicatat massanya.
- Dilakukan sebanyak 3 kali
- Dimasukkan aquadest kedalam piknometer lalu ditimbang dan dicatat massanya,
dilakukan sebanyak 3 kali
- Dilakukan Prosedur yang sama untuk larutan gliserol 5%, 10%, 15%, 20%, 25%
dan gliserol Unknown

V. DATA PERCOBAAN
No. Sampel m1 m2 m3 𝑚
̅ D

VI. PERHITUNGAN
1. Mengukur densitas sampel
𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 − 𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑑=
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2. Mengukur berat massa sebenarnya (wo)
𝑃𝑑 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐵𝑑 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜔𝑜 = 𝜔 + 1 + +
𝐵𝑂𝐼𝑆 𝐵𝑂𝐼𝑊
Keterangan =
𝜔 = massa aquadest – massa piknometer kosong
Pd = tekanan udara (1 atm)
Bd = densitas udara (0,0012 gr/ml)
BOIW = volume piknometer kosong
BOIS = densitas sampel
3. Mencari fraksi mol (𝑥̅ ) gliserol

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


6
𝑑 𝑔𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 .10%
𝑀 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙
𝑛 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 = 𝑀 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 . 𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑛 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙
𝑥̅ 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 =
𝑛 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑜𝑙 + 𝑛 𝑎𝑖𝑟
4. Pengukuran volume
𝑉 = 𝑥 . 𝜔ℎ

Tabel metode biasa


x y x = konsentrasi sampel (M)
y = V gliserol (ml)

Tabel metode Least Square


x Y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

a. Menentukan nilai a dan b


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a=
𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)


b = 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
b. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana:
x = konsentrasi sampel (M)

Tabel metode Least Square

x y Keterangan :

x = konsentrasi sampel (M)

y = Persamaan garis regresi

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan
2. Jelaskan pembagian larutan
3. Jelaskan hubungan antara viskositas dengan densitas

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


7
PERCOBAAN II

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

I. TUJUAN PERCOBAAN
- Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan

II. TEORI
Suatu substansi dapat dikelompokan sangat mudah larut, dapat larut
(moderately soluble), sedikit larut (slightly soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa
variabel, misalnya ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi antara ion-ion, interaksi
antara solute dan solvent, temperatur, mempengaruhi kelarutan. Kelarutan dari solute relatif
mudah diukur melalui percobaan.
Pada penentuan larutan antara air dan etanol, maka keduanya saling melarutkan
dalam berbagai perbandingan. Baik molekul air maupun alkohol masing-masing antara
molekulnya terjadi interaksi yang begitu kuat berdasarkan ikatan hidrogen. Ketika
keduanya dicampur, maka tidak akan ada halangan bagi keduanya untuk saling
menggantikan. Kedua zat akan akhirnya mudah bercampur. Suatu zat dapat larut dalam
pelarut tertentu teta[pi jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan
adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu
sampai larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang
akan ditentukan kelarutannnya kemudian dilarutkan partikel-partikel solut, baik berupa
molekul atau ion didalam air selalu dalam keadaan terhidrasi, makin banyak partikel solute,
makin banyak molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi partikel solute.
Bila kedalam sejumlah air ditambahkan gula terus menerus, maka pada saat tertentu
akan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air tidak cukup untuk menghidrasi
molekul gula yang dilarutkan. Penambahan gula yang berlebihan batas kelarutannya akan
diendapkan didalam wadah. Dua senyawa dapat bercampur lebih mudah bila gaya tarik
antara molekul solute dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tarik ini ditentukan oleh
jenis ikatan pada masing-masing molekul. Bila gaya tarik antara molekulnya termasuk
dalam kelompok yang sama, maka keduanya akan saling melarutkan, sedangkan bila
keduanya memiliki gaya kekuatan tarik molekul yang berbeda jenis, maka saling
melarutkan. Apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi
gaya tarik menarik antara molekul zat terlarut dan pelarut.
Meningkatnya kekuatan ion akan meningkatkan kelarutan endapan karena
terjadinya pengaruh garam. Peningkatan kelarutan ini biasanya cukup kecil sehingga dapat
diabaikan karena dapat diimbangi oleh pengaruh efek ion senama tapi peningkatan ion ini
dapat dihitung dengan mudah. Namun, demikian perlu diingat bahwa beberapa harga hasil

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


8
kali kelarutan yang diberikan dalam perpustakaan beragam cukup luas sehingga
ketidakpastian harga-harga itu lebih besar daripada pengaruh tekanan atau kekuatan ion.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan


1. Sifat alami dari solute dan solvent.
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polarlainnya.
Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansinonpolar lainnya, dan tidak
miscible dengan substansi polar lainnya.
2. Efek dari temperatur terhadap kelarutan
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlahsolvent tertentu
dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari solventmemiliki efek yang besar dari
zat yang telah. Untuk kebanyakan padatan yangterlarut pada liquid, kenaikkan temperatur
akan berdampak pada kenaikkankelarutan (solubilitas).
3. Efek tekanan pada kelarutan
Perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan daripadatan dalam
cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gasdalam cairan. Kelarutan gas
dalam cairan berbanding langsung pada tekanandari gas diatas larutan. Sehingga sejumlah
gas yang terlarut dalam larutanakan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas
larutan adalah dua kalilipat.
4. Kelajuan dari zat terlarut
Kelajuan dimana zat padat terlarut dipengaruhi oleh :
a. Ukuran partikel
b. Temperatur dari solvent
c. Pengadukan dari larutan.
d. Konsentrasi dari larutan.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
Erlenmeyer, Buret, Beaker glass, Gelas ukur , Termometer, Pipet volume, Corong , Kertas
saring, Bola karet, Hot plate, Spatula, Statif dan klem, dan Pipet tetes panjang .

III.2. Bahan
NaOH 0,02 N, Indikator PP, Asam Benzoat, dan Aquades.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Dimasukkan 50 mL akuades ke dalam beaker glass
- Dilarutkan asam benzoat sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga jenuh
- Disaring, dipipet 5 mL filtrat dan dimasukkan ke dalam lima erlenmeyer yang berbeda

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


9
- Erlenmeyer I : diukur suhunya pada suhu kamar
- Ditambahkan tiga tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terbentuk larutan berwarna merah rose
- Dicatat volume NaOH yang terpakai
- Erlenmeyer II : dipanaskan pada suhu naik 5oC dari suhu erlenmeyer I.
- Ditambahkan tiga tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terbentuk larutan berwarna merah rose
- Dicatat volume NaOH yang terpakai
- Diulangi prosedur yang sama untuk erlenmeyer III, IV, dan V dengan variasi
penambahan suhu 5oC dari erlenmeyer sebelumnya

V. DATA PERCOBAAN
Volume Asam benzoat
No. T (oC) PP (tetes) Volume NaOH 0,02 N (ml)
(ml)
1
2
3
4
5

VI. PERHITUNGAN

1. Menghitung normalitas C6H5COOH


V1 . N1 = V2 . N2
V1 = Volume C6H5COOH
N1 = Normalitas C6H5COOH
V2 = Volume NaOH
N2 = Normalitas NaOH

2. Menghitung Ksp C6H5COOH


Ksp = (N)2

y = - log Ksp

1
𝑥=
𝑇𝑜𝐶

Tabel metode biasa


X y

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


10
x = 1/ToC
y = - log Ksp

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

a. Menentukan nilai a dan b


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a= 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)


b =
𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

b. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana:
x = 1/ToC

Tabel metode Least Square

X y Keterangan :

x = 1/ToC

y = Persamaan garis regresi


VII. PERTANYAAN

1. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat


2. Jelaskan hubungan kelarutan dengan Ksp
3. Jelaskan jenis-jenis dari kelarutan

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


11
PERCOBAAN III

ISOTERM ADSORBSI LANGMUIR DAN FREUNDLICH

I. TUJUAN
 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
 Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH 0,01N ; CH3COOH 0,02N; CH3COOH
0,03N; CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N setelah diadsorbsi dengan arang aktif
 Untuk mengetahu volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,0N ;
CH3COOH 0,02N; CH3COOH 0,03N; CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N

II. TEORI
Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses
ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah
terjadi kontak antarmuka atau bidang batas ( interface) cairan - cairan, cairan - gas atau
cairan - padatan dalam waktu tertentu. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Absorpsi
adalah proses penyerapan molekul gas atau cairan kedalam suatu struktur atau media
sampai kedalam bagian media tersebut dimana seolah – olah molekul yang diserap
menjadi bagian keseluruhan media tersebut. Zat penyerap disebut adsorben dan zat
yang diserap disebut adsorbat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi dari suatu adsorben adalah :
1. Luas permukaan adsorben, semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak
adsorbat yang diserap ,sehingga proses adsorbsi dapat semakin efektif . Semakin kecil
diameter partikel suatu adsorban maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel , makin kecil ukuran partikel maka semkin besar kecepatan
adsorpinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm sedangkan
ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak, semakin lama waktu kontak maka semakin memungkinkan proses
difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat – zat
organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15
menit.
4. Distribusi ukuran pori, distribusi akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul
adsorbat yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorbsi
merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding
– dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara
fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


12
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan
untuk menjelaskan isoterm adsorpsi.

1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi
satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara
molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut: selalu
ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan
mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada
molekul terakhir yang teradsorpsi. Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme
adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut:
A(g) + S ⇌ AS
dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan adsorpsi.
2. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET).
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa
molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah:
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan
untuk adsoprsi fisik.
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi
dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich.
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-
beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah
x/m = kC1/n
dengan x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n = konstanta adsorben

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


13
Dari persamaan tersebut, jika konstentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat
logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersep k. Dari isoterm ini, akan diketahui
kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu
adsorben.
Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah sebagai berikut.
1. Kurva isoterm yang cenderung datar artinya, isoterm yang digunakan menyerap
pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan.
2. Kurva isoterm yang curam artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi kesetimbangan
Adsorpsi ion logam oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan
Langmuir. Persamaan Langmuir merupakan tinjauan teoritis proses adsorpsi.
Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan. Konstanta pada
persamaan adsorpsi Langmuir menunjukan besarnya adsorpsi maksimum (b) oleh
adsorben, dan K menunjukkan konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat. Harga
adsorpsi maksimum secara teoritis
C/(x/m) = 1/Kb + C/b
Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan. Konstanta pada
persamaan adsorpsi Langmuir menunjukan besarnya adsorpsi maksimum (b) oleh
adsorben, dan K menunjukkan konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
Erlenmeyer, Beaker glass, Buret, Gelas ukur, Pipet Volum, Pipet tetes, Bola karet, Statif
dan klemp, Corong kaca, Spatula, Kertas saring, Plastik dan karet, dan Botol aquadest.

III.2. Bahan
CH3COOH 0,01 N, CH3COOH 0,02 N, CH3COOH 0,03 N, CH3COOH 0,04 N, CH3COOH
0,05 N, Aquadest, NaOH 0,02 N, Indikator Fenolftalein, dan Arang Aktif.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


 Diukur 10ml CH3COOH 0,01 N kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
 Ditambahkan 0,1 g arang aktif lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
 Dikocok selama 5 menit lalu disaring
 Dipipet sebanyak 5 ml filtrat kemudian ditambahkan3 tetes indikator PP
 Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai larutan berubah warna dari bening menjadi
merah rose

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


14
 Dilakukan hal yang sama untuk CH3COOH 0,02N; CH3COOH 0,03N;
CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N dengan wantu pengocokan 10 menit, 20
menit, 25 menit dan 30 menit.
 Dicatat

V. DATA PERCOBAAN
Volume Normalitas Volume
Arang Indikator Waktu
No CH3COOH CH3COOH NaOH
Aktif (g) PP (tetes) (menit)
(ml) (N) 0,02N (N)
1
2
3
4
5

VI. PERHITUNGAN

1. Penentuan konsentrasi CH3COOH


V1 . N1 = V2 . N2
Dimana ;
V1 = Volume CH3COOH
N1 = Konsentrasi CH3COOH
V2 = Volume NaOH
N2 = Konsentrasi NaOH
2. Penentuan nilai log konsentrasi CH3COOH
X = - log N
3. Penentuan nilai Y
𝑥 .𝑡
𝑌 = 𝑙𝑜𝑔
𝑚
Dimana ;
T = waktu (s)
m = massa karbon aktif (gr)
x = konsentrasi log CH3COOH

Tabel metode biasa


X Y x = - log N
𝑥 .𝑡
y = 𝑙𝑜𝑔
𝑚

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


15
Tabel metode Least Square
X y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

a. Menentukan nilai a dan b


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a=
𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)


b = 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
b. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana: x = - log N

Tabel metode Least Square

X Y Keterangan :

x = - log N

y = Persamaan garis regresi

VII. PERTANYAAN

1. Jelaskan tahap-tahap pembuatan arang aktif


2. Tuliskan zat-zat aktifator yang digunakan dalam proses aktifasi
3. Jelaskan fungsi dari arang aktif

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


16
PERCOBAAN IV

KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN PENGUAPAN

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui maksud dari judul percobaan
- Untuk mengetahui pengaruh suhu dalam proses penguapan

II. TEORI
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga
dipandang sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah pereaksi
sedangkan hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan dan perubahan
energy penguapan adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang dibutuhkan atau
dilepaskan pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas
pada titik didihnya.
Contohnya dapat dilihat dari reaksi pemanasan air pada system terbuka berikut ini:

H2O(l) --> H2O(g) ΔH = + 44 kJ

Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sebagai proses yang hanya terdiri
atas satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai energy pengaktifan reaksi
penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor penguapan dapat diukur dengan cara yang
lazim digunakan untuk energy pengaktifan. Pengukuran energy pengaktifan dilakukan
dengan mengukur laju reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan
Arrhenius berikut:
Log k = log A (E/2,303 RT)
Keterangan :
K = tetapan laju reaksi pada suhu konstan T
A = suatu tetapan
E = energy pengaktifan
R = tetapan gas ideal
T = suhu mutlak
Dengan demikian, kalor penguapan dapat diperoleh dengan mengukur laju
penguapan pada berbagai suhu dan dengan mengartikan E sebagai kalor penguapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan :
- Memanaskan
Sudah jelas bahwa menaikkan suhu akan mempercepat penguapan
-Memperluas permukaan zat cair

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


17
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat berlangsung secara serentak akan
tetapi bergiliran dimulai dari permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk
melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat penguapan kita juga bisa
melakukannya dengan memperluas permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas
dalam gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan atau piring.
-Meniupkan udara di atas permukaan zat cair

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
Hot Plate, Beaker glass, Termometer, Kaca arloji, Pipet tetes, dan Stopwatch.

III.2. Bahan
Etanol dan Aquadest.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Dipanaskan air di dalam beaker glass dengan menggunakan hot plate sampai
mencapai suhu 50 oC
- Ditutup dengan cawan penguap (Kaca arloji)
- Diteteskan 1 tetes etanol diatas cawan penguap (Kaca arloji)
- Dihidupkan stopwatch
- Dimatikan stopwatch saat etanol habis menguap
- Dicatat waktu pada saat etanolnya habis menguap
- Dilakukan percobaan yang sama untuk variasi suhu 55 oC, 60 oC, 65 oC, dan 70 oC

V. DATA PERCOBAAN
NO Sampel (tetes) Suhu (C) Waktu untuk habis
menguap (sekon)
1 1 50
2 1 55
3 1 60
4 1 65
5 1 70

VI. PERHITUNGAN

1. Etanol
1
𝑥= , 𝑇 = 𝑠𝑢ℎ𝑢 (𝐾)
𝑇

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


18
1
𝑦= , 𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
𝑡

Tabel metode biasa


X Y 1
x=
𝑇
1
y=
𝑡

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

a. Menentukan nilai a dan b


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a= 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)


b =
𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
b. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana:
1
x=𝑇

Tabel metode Least Square

x y Keterangan :

1
x=𝑇

y = Persamaan garis regresi

VII. Pertanyaan

1. Jelaskan cara kerja mesin carnot


2. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan
3. Jelaskan aplikasi percobaan

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


19
PERCOBAAN V

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui sifat-sifat koligatif larutan
- Untuk mengetahui fungsi penambahan zat terlarut
- Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan

II. TEORI
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut maka akan didapat suatu
larutan yang mengalami:
- Penurunan tekanan uap jenuh
- Kenaikan titik didih
- Penurunan titik beku
- Tekanan osmosis

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Tidak mudah menguap dilarutkan dalam suatu pelarut maka akan terjadi penurunan
tekanan uap, sehingga pada temperature tertentu tekanan uap pelarut dalam larutan akan
selalu lebih rendah dari keadaan murninya. Besar tekanan uap ini tergantung dari
banyaknya zat yang dilarutkan. Perubahan tekanan mengakibatkan adanya gangguan
kesetimbangan dinamis larutan.

Untuk larutan yang sangat encer maka tekanan uap solute diabaikan.
Menurut Hukum roult
𝑃 = 𝑃0 . 𝑋1
Dimana : P = tekanan uap larutan
P0 = tekanan uap solvent murni
X = mol fraksi zat pelarut
X1 + X2 = 1

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


20
III. ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat
Chamber besar, Cooling Jar, Freezing tube, Gelas ukur, Termometer, Pipet tetes, Plastik
dan karet, Teflon, Spatula, Gunting, Neraca Analitis, dan Tissue gulung .
III.2. Bahan
CH3COOH(p) , CH3COONa, Es batu , dan Garam kasar.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Diletakkan cooling jar kedalam tengah cahamber
- Dimasukkan es dan garam dengan perbandingan tertentu disekeliling cooling jar
- Dibersihkan freezing tube dan dikeringkan dengan tissue
- Diukur sebanyak 10 ml CH3COOH(p) lalu dimasukkan kedalam freezing tube
- Dirangkai alat menurut Prinsip Beckman
- Dimasukkan freezing tube yang berisi CH3COOH(p) tadi kedalam cooling jar dan
dibiarkan membeku
- Dicatat titik bekunya saat suhunya konstan
- Setelah suhunya konstan, Dikeluarkan freezing tube dan dicairkan kembali dengan
mengocoknya dalam wadah yang berisi air
- Setelah mencair, Ditambahkan 0,1 gram CH3COONa kedalam freezing tube
- Diukur titik bekunya seperti langkah diatas
- Setelah konstan, Dilakukan hal yang sama sehingga mencapai 0,2 gram dan 0,3
gram CH3COONa
V. DATA PERCOBAAN
No. Volume CH3COOH (mL) Massa CH3COONa (g) Tf (oC)

VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung ∆Tf
Tf CH3COOH = 16,6 oC
∆Tf = Tf – Tf1
2. Menghitung molalitas
Kf CH3COOH = 3,9 oC/m
∆Tf
𝑚= 𝐾𝑓

3. Menghitung berat molekul


Kf CH3COOH = 3,9 oC/m

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


21
𝐾𝑓 . 𝑚1.1000𝑔𝑟
𝐵𝑚 =
𝑣. ∆Tf
Berat molekul praktek
𝐵𝑚1 + 𝐵𝑚2 + 𝐵𝑚3 + 𝐵𝑚4
𝐵𝑚 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 =
4
4. Menghitung persen ralat
𝐵𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐵𝑚 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% 𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100 %
𝐵𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Tabel metode biasa


x y x = massa CH3COONa (gr)
y = ∆Tf (oC)

Tabel metode Least Square


x y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

a. Menentukan nilai a dan b


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a= 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)


b = 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
b. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana:
x = massa CH3COONa (gr)

Tabel metode Least Square

x y Keterangan :

x = massa CH3COONa (gr)

y = Persamaan garis regresi


VII. Pertanyaan
1. Jelaskan sifat-sifat koligatif larutan
2. Jelaskan aplikasi percobaan
3. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


22
PERCOBAAN VI

KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui sifat-sifat koligatif larutan
- Untuk mengetahui fungsi penambahan zat terlarut
- Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan

II. TEORI
Sifat-sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyaknya

partikel zat terlarut dan bukan dapa jenisnya. Sifat-sifat koligatif ini dapat dibedakan

menjadi empat bagian adalah sebagai berikut penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,

kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis. Larutan yang mengandung jumlah partikel

terlarut sama akan memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun zat terlarut

berbeda. Pengaruh jenis zat terlarut sangat kecil sekali pengaruhnya. Selama zat itu

tergolong non elektrolit tak atsiri ( tidak mudah menguap) ( Yazid, 2005).

Terdapat 4 sifat yang berhubungan dengan larutan encer / kira-kira pada pelarut

yang lebih pekat yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi sifat-sifat

tersebut tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Keempat sifat tersebut adalah penurunan

tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan tekana osmotik yang

semuanya banyak dan beragam. Juga penelitian sifat-sifat memainkan peranan penting

dalam metode penetapan berat molekul dan pengembangan teori lanjutan ( Petrucci, 1987).

Untuk mengetahui sejauh mana sifat suatu larutan berubah dibandingkan dengan

pelarut murninya dinyatakan dengan hukum sifat koligatif. Hukum ini secara eksak

dinyatakan untuk larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal bila sangat encer (

Mulyono, 2006).

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
Chamber besar, Penangas, Gelas ukur, Termometer, Pipet tetes, Plastik dan karet, Teflon,
Spatula, Gunting, Neraca Analitis, danTissue gulung.

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


23
III.2. Bahan
H2O dan C6H12O6

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Panaskan air sampai mendidih
- Catat suhu titik didih air
- Dibersihkan freezing tube dan dikeringkan dengan tissue
- Masukkan 0,1 gram C6H12O6 ke dalam air dan didihkan
- Catat suhu titik didihnya saat suhu konstan
- Dilakukan hal yang sama sehingga mencapai 0,2 gram dan 0,3 gram C6H12O6

V. DATA PERCOBAAN
No. Volume H2O (mL) Massa C6H12O6 (g) Tb (oC)

VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung ∆Tb
Tb H2O = 100 oC
∆Tb = Tb1 - Tb
2. Menghitung molalitas
Kb H2O = 1,86 oC/m
∆Tb
𝑚= 𝐾𝑏

3. Menghitung berat molekul


Kb H2O = 1,86 oC/m

𝐾𝑏 . 𝑚1.1000𝑔𝑟
𝐵𝑚 =
𝑣. ∆Tb
Berat molekul praktek
𝐵𝑚1 + 𝐵𝑚2 + 𝐵𝑚3 + 𝐵𝑚4
𝐵𝑚 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 =
4
4. Menghitung persen ralat
𝐵𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐵𝑚 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% 𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100 %
𝐵𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Tabel metode biasa

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


24
x Y x = massa C6H12O6 (gr)
y = ∆Tb (oC)

Tabel metode Least Square


x y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

c. Menentukan nilai a dan b


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a= 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²

(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)


b = 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
d. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana:
x = massa C6H12O6 (gr)

Tabel metode Least Square

x y Keterangan :

x = massa C6H12O6 (gr)

y = Persamaan garis regresi


VII. Pertanyaan
1. Jelaskan pengaruh penambahan zat terlarut pada kenaikan titik didih!
2. Jelaskan aplikasi percobaan!
3. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi titik didih suatu larutan!

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


25
PERCOBAAN VII

TERMOKIMIA

I. TUJUAN
 Untuk mengetahui setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi
 Untuk mengetahui perubahan kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan
sederhana

II. TEORI
Termokimia merupakan salah satu kajian khusus dari Termodinamika, yaitu
kajian mendalam mengenai hubungan antara kalor dengan bentuk energi lainnya.
Dalam termodinamika, kita mempelajarikeadaan sistem, yaitu
sifat makroskopis yang dimiliki materi, seperti energi, temperatur, tekanan, dan
volume. Keempat sifat tersebut merupakan fungsi keadaan, yaitu sifat materi yang
hanya bergantung pada keadaan sistem, tidak memperhitungkan bagaimana cara
mencapai keadaan tersebut. Artinya, pada saat keadaan sistem mengalami perubahan,
besarnya perubahan hanya bergantung pada kondisi awal dan akhir sistem, tidak
bergantung pada cara mencapai keadaan tersebut.
Hukum Termodinamika I disusun berdasarkan konsep hukum kekekalan
energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan;
energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam kajian Hukum
Termodinamika I, kita akan mempelajari hubungan antara kalor, usaha (kerja),
dan perubahan energi dalam (ΔU).
Perubahan energi dalam (ΔU) dapat dinyatakan dalam persamaan ΔU = Uf – Ui,
dimana Uf adalah energi dalam setelah mengalami suatu proses dan Ui adalah energi
dalam sebelum mengalami suatu proses. Perubahan energi dalam (ΔU) merupakan
fungsi keadaan. Energi dalam (U) akan bertambah jika sistem menerima kalor dari
lingkungan dan menerima usaha (kerja) dari lingkungan. Sebaliknya, energi dalam (U)
akan berkurang jika sistem melepaskan kalor ke lingkungan dan melakukan kerja
(usaha) terhadap lingkungan. Dengan demikian, hubungan antara kalor, usaha (kerja),
dan perubahan energi dalam (ΔU) dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana
berikut:
ΔU = Q + W

Perubahan energi dalam (ΔU) adalah penjumlahan dari perpindahan kalor (Q) yang
terjadi antar sistem-lingkungan dan kerja yang dilakukan oleh-diberikan kepada
sistem.

Semua reaksi kimia dapat menyerap maupun melepaskan energi dalam


bentuk panas (kalor). Kalor adalah perpindahan energi termal antara dua materi yang
memiliki perbedaan temperatur. Kalor selalu mengalir dari benda panas menuju
benda dingin. Termokimia adalah kajian tentang perpindahan kalor yang terjadi dalam
reaksi kimia (kalor yang menyertai suatu reaksi kimia).
Aliran kalor yang terjadi dalam reaksi kimia dapat dijelaskan melalui konsep sistem-
lingkungan. Sistem adalah bagian spesifik (khusus) yang sedang dipelajari oleh
kimiawan. Reaksi kimia yang sedang diujicobakan (reagen-reagen yang sedang
dicampurkan) dalam tabung reaksi merupakan sistem. Sementara, lingkungan adalah

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


26
area di luar sistem, area yang mengelilingi sistem. Dalam hal ini, tabung reaksi, tempat
berlangsungnya reaksi kimia, merupakan lingkungan.
Ada tiga jenis sistem. Sistem terbuka, mengizinkan perpindahan massa dan energi
dalam bentuk kalor dengan lingkungannya. Sistem tertutup, hanya mengizinkan
perpindahan kalor denganlingkungannya, tetapi tidak untuk massa. Sedangkan sistem
terisolasi tidak mengizinkan perpindahan massa maupun kalor dengan lingkungannya.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
 Gelas ukur
 Kalorimeter
 Termometer
 Statif dan Klemp
 Buret

III.2. Bahan
 Etanol
 Air
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
* Penentuan Kalor Pelarut Etanol dalam Air
 Dimasukkan 18 cm3 air ke dalam kalorimeter
 Diukur temperatur air dalam kalorimeter selama 2 menit dengan selang waktu
setengah menit
 Diukur temperatur etanol dalam buret kedua, kemudian masukkan dengan tepat
29 cm3 etanol kelam kalorimeter
 Dikocok campuran dalam kalorimeter, catat temperatur selama 4 menit dengan
selang waktu setengah menit
 Ulangi percobaan untuk campuran lain seperti pada tabel dibawah ini
 Hitung ΔH pelarut untuk campuran lain seperti pelarut per mol etanol, pada
berbagai perbandingan mol air terhadap mol etanol
 Buat grafik ΔH terhadap perbandingan mol air/mol etanol

V. DATA PERCOBAAN
Nomor Volume (cm3) Massa (g) Mol Air /
ΔT ΔT α ΔT ΔH/mol
Tugas Air Etanol Air Etanol Mol EtOH
1 18,0 29,0
2 27,0 19,3
3 36,0 14,5
4 36,0 11,6
5 36,0 5,8
6 45,0 4,8

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


27
VI. PERHITUNGAN
Kalor jenis etanol = 1,92 J/g.K. Jika penaikan temperatur sebesar ΔT2 , maka
untuk tugas – 1 (tabel)
a. Kalor yang diserap air, q1.
q1 = 18 x 4,2 x ΔT2 J
b. Kalor yang diserap etanol, q2.
q2 = 23 x 1,92 x ΔT2 J
c. Kalor yang diserap kalorimeter, q3.
q3 = k ΔT2 J
d. Kalor yang dihasilkan pada larutan tugas – 1, q4.
q4 = q1 + q2 - q13
e. Entalpi pelarutan tugas-1 , ΔH1.
q4
ΔH1 =
29,0/58
f. Dengan cara yang sama, hitunglah ΔH2, ΔH3, ...... ΔH6
g. Buatlah kurva antara ΔH terhadap perbandingan mol air/ mol etanol (mol air/
mol etanol sebagai absis)
h. Dari kurva tersebut, tentukan ΔH pada keenceran etanol tak terhingga

VII. PERTANYAAN
1. Berikan pengertian tentang: (a) entalpi; (b) sistem terisolasi; (c) sistem terbuka;
(d) sistem tertutup; (e) lingkungan; (f) kalorimeter; (g) eksotermik
2. Apa perbedaan antara entalpi dengan energi dalam (ΔE)?
3. Jelaskan perbedaan kalor dengan panas ?

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


28
PERCOBAAN VIII

DISTRIBUSI SOLUTE ANTARA DUA PELARUT YANG TIDAK SALING


BERCAMPUR

I. TUJUAN
 Untuk mengetahui hukum yang mendasari percobaan
 Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH setelah diekstraksi
 Untuk mengetahui koefisien distribusi reaksi

II. TEORI

Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar
dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter, kloroform, karbontetra klorida,
dan karbon disulfida. Diantara berbagai jenis pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan
metode yang paling baik dan popular, karena metode ini dapat dilakukan baik tingkat
mikro maupun makro. Pemisahannya tidak memerlukan khusus atau canggih,
melainkan hanya berupa corong pemisah. Seringkali untuk melakukan pemisahan
hanya dilakukan beberapa menit.
Metode ini mula-mula digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan
tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Selanjutnya metode ini berkembang dan dapat
digunakan untuk kegunaan preparative dan pemurniaan pada skala kerja termasuk
didalam bidang kimia organik, anorganik, dan biokimia. Dalam industri metode ini
banyak dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam hasil,
misalnya pada pemuniaan minyak tanah atau minyak goreng dan pemurniaan natrium
hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi atau zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk
campuran yang diestraksi dan proses pelaksanaanya.
Berdasarkan bentuk campurannya (yang diekstraksi), suatu ekstraksi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Ektraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang
berbentuk padatan.
2. Ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk
cairan.

Berdasarkan proses pelaksanaannya, ekstraksi dibedakan atas dua, yaitu:


1. Ekstraksi kontinyu (continues extractions)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang sama digunakan secara berulang-ulang
sampai proses ekstraksi selesai.
2. Ekstraksi bertahap (batch)

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


29
III. ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat
Erlenmeyer, Corong pisah, Beaker glass, Bola karet, Pipet tetes, Botol aquadest, Gelas
ukur, Pipet volume, Statif dan klemp, dan Buret.
III.2. Bahan
CH3COOH 0,01 N, CH3COOH 0,02 N, CH3COOH 0,03 N, CH3COOH 0,04 N, CH3COOH
0,05 N, NaOH 0,02 N, Indikator fenolftalein, Aquadest, dan N-Heksana.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
 Diukur sebanyak 10 ml CH3COOH 0,01 N dan dimasukkan kedalam corong
pisah
 Ditambahkan 10 ml N-Heksan
 Diekstraksi selama 15 menit sambil dibuka kran secara perlahan-lahan untuk
membung gas yang mungkin terbentuk
 Didiamkan hingga terbentuk dua lapisan
 Dipipet 5 ml lapisan bawah dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
 Ditambahkan 3 tetes indikator PP
 Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terbentuk larutan berwarna merah rose
 Dicatat volume NaOH 0,02 N yang terpakai
 Dilakukan prosedur yang sama untuk CH3COOH 0,02 N ; 0,03 N ; 0,04 N ; 0,05
N

V. DATA PERCOBAAN
No Waktu Indikator
N CH3COOH V CH3COOH V N-Heksan V NaOH
Ekstraksi PP
(N) (ml) (ml) (ml)
(menit) (tetes)
1

VI. PERHITUNGAN
a. Menghitung konsentrasi [CH3COOH] dalam fase cair
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan : N1 = Normalitas CH3COOH dalam fase cair (N)
V1 = Volume CH3COOH (ml)
N2 = Normalitas NaOH (N)
V2 = Volume NaOH (ml)

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


30
b. Menghitung konsentrasi [CH3COOH] dalam fase organik
[CH3COOH]organik = [CH3COOH] - [CH3COOH]air
c. Menghitung konsentrasi Distribusi (D)
[CH3COOH]organik
𝐷 =
[CH3COOH]air
d. Menentukan nilai Slope (a) dan Intersept (b)

Tabel metode biasa


x = [CH3COOH]
X Y
y=D

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =

Menentukan nilai Slope (a)


𝑛 (𝛴𝑥𝑦)− (𝛴𝑥).(𝛴𝑦)
a= 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
Menentukan nilai Intersept (b)
(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)− (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)
b = 𝑛 (𝛴𝑥 2 )− (𝛴𝑥)²
e. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana:
x = Normalitas [CH3COOH]

Tabel metode Least Square

X y Keterangan :

x = [CH3COOH]

y = Persamaan garis regresi

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan ?
2. Tuliskan pembagian ekstraksi !
3. Apa yang dimaksud dengan distribusi solute ?

Penuntun Praktukum Kimia Fisika


31

Anda mungkin juga menyukai