KIMIA FISIK
OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga Modul Praktikum Kimia Fisika Dasar untuk mahasiswa/i Jurusan MIPA
Fakultas Teknik Universitas Samudra ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Praktikum Kimia Fisika Dasar ini merupakan penerapan pengetahuan umum kimia
analisis meliputi analisa kualitatif dan kuantitatif. Kami harapkan kesadaran para praktikan
untuk mengadakan persiapan sebelum bekerja di Laboratorium dengan jalan diadakan tes
pendahuluan serta tes apa yang akan dikerjakan. Kepada semua pihak pengguna
Laboratorium mampu menaati tata tertib laboratorium yang sudah ditetapkan. Demikianlah
harapan kami, semoga para praktikan dan semua pihak dapat memakluminya. Kami
menyadari bahwa penuntun praktikum Kimia Fisika Dasar ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
PERALATAN
1. Tiap kelompok akan mendapatkan satu set peralatan untuk tiap percobaan.
2. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor.
3. Pada akhir kerja, praktikan harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang
bersih.
4. Jika ada peralatan yang pecah atau rusak harus segera dilaporkan kepada laboran
untuk diketahui dan mendapatkan gantinya.
BAHAN
1. Bahan kimia dipakai bersama dan disimpan pada arak-rak di meja kerja. Reagen-
regaen khusus yang diperlukan dan tidak tersedia akan dijelaskan oleh asisten.
Laboratorium bukan tempat yang berbahaya selama kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. Tujuan Percobaan
Densitas larutan adalah sebuah fungsi dari konsentrasi suatu zat pada temperatur
tertentu (disini: 20 °C). Berapakah densitas dari larutan asam hidroklorik (HCl) 21% ?
Berapakah konsentrasi molar (molaritas) larutan natrium karbonat dengan densitas 1,09
g/cm3 pada 20 °C? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini berperan penting dalam laboratorium
dan produksi juga dalam quality control. Hanya dengan memilih larutan, atur nilai-nilai
untuk konsentrasi, densitas, atau molaritas, dan dapatkan hasilnya dengan cepat – sangat
akurat, berkat interpolasi yang otomatis.
Secara matematik sifat molal parsial didefenisikan sebagai ;
𝜕𝐽
( ) 𝑇,𝑃,𝑛𝑗 = 𝐽𝑖
𝜕𝑛𝑖
Dimana Ji adalah molal parsial dari komponen ke-i.
Ada tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yakni ;
i. Volume molal parsial
ii. Entalpi molal parsial
iii. Energi bebas molal parsial
Volume yang diperoleh pada campuran dua zat cair yang bercampur sempurna, sering
bukan jumlah volume dua zat cair terpisah. Volume campuran etanol-air lebih kecil dari
jumlah volume zat cair yang tidak dicampurkan. Pada suhu dan tekanan tertentu,
penyimpangan ini tidak berubah dengan komposisi campuran.
1. Alat
- Piknometer
- Neraca Analitik
- Botol Aquadest
- Pipet tetes
V. DATA PERCOBAAN
No. Sampel m1 m2 m3 𝑚
̅ D
VI. PERHITUNGAN
1. Mengukur densitas sampel
𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 − 𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑑=
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2. Mengukur berat massa sebenarnya (wo)
𝑃𝑑 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐵𝑑 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜔𝑜 = 𝜔 + 1 + +
𝐵𝑂𝐼𝑆 𝐵𝑂𝐼𝑊
Keterangan =
𝜔 = massa aquadest – massa piknometer kosong
Pd = tekanan udara (1 atm)
Bd = densitas udara (0,0012 gr/ml)
BOIW = volume piknometer kosong
BOIS = densitas sampel
3. Mencari fraksi mol (𝑥̅ ) gliserol
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
x y Keterangan :
VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan
2. Jelaskan pembagian larutan
3. Jelaskan hubungan antara viskositas dengan densitas
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
II. TEORI
Suatu substansi dapat dikelompokan sangat mudah larut, dapat larut
(moderately soluble), sedikit larut (slightly soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa
variabel, misalnya ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi antara ion-ion, interaksi
antara solute dan solvent, temperatur, mempengaruhi kelarutan. Kelarutan dari solute relatif
mudah diukur melalui percobaan.
Pada penentuan larutan antara air dan etanol, maka keduanya saling melarutkan
dalam berbagai perbandingan. Baik molekul air maupun alkohol masing-masing antara
molekulnya terjadi interaksi yang begitu kuat berdasarkan ikatan hidrogen. Ketika
keduanya dicampur, maka tidak akan ada halangan bagi keduanya untuk saling
menggantikan. Kedua zat akan akhirnya mudah bercampur. Suatu zat dapat larut dalam
pelarut tertentu teta[pi jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan
adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu
sampai larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang
akan ditentukan kelarutannnya kemudian dilarutkan partikel-partikel solut, baik berupa
molekul atau ion didalam air selalu dalam keadaan terhidrasi, makin banyak partikel solute,
makin banyak molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi partikel solute.
Bila kedalam sejumlah air ditambahkan gula terus menerus, maka pada saat tertentu
akan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air tidak cukup untuk menghidrasi
molekul gula yang dilarutkan. Penambahan gula yang berlebihan batas kelarutannya akan
diendapkan didalam wadah. Dua senyawa dapat bercampur lebih mudah bila gaya tarik
antara molekul solute dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tarik ini ditentukan oleh
jenis ikatan pada masing-masing molekul. Bila gaya tarik antara molekulnya termasuk
dalam kelompok yang sama, maka keduanya akan saling melarutkan, sedangkan bila
keduanya memiliki gaya kekuatan tarik molekul yang berbeda jenis, maka saling
melarutkan. Apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi
gaya tarik menarik antara molekul zat terlarut dan pelarut.
Meningkatnya kekuatan ion akan meningkatkan kelarutan endapan karena
terjadinya pengaruh garam. Peningkatan kelarutan ini biasanya cukup kecil sehingga dapat
diabaikan karena dapat diimbangi oleh pengaruh efek ion senama tapi peningkatan ion ini
dapat dihitung dengan mudah. Namun, demikian perlu diingat bahwa beberapa harga hasil
III.2. Bahan
NaOH 0,02 N, Indikator PP, Asam Benzoat, dan Aquades.
V. DATA PERCOBAAN
Volume Asam benzoat
No. T (oC) PP (tetes) Volume NaOH 0,02 N (ml)
(ml)
1
2
3
4
5
VI. PERHITUNGAN
y = - log Ksp
1
𝑥=
𝑇𝑜𝐶
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
X y Keterangan :
x = 1/ToC
I. TUJUAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH 0,01N ; CH3COOH 0,02N; CH3COOH
0,03N; CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N setelah diadsorbsi dengan arang aktif
Untuk mengetahu volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,0N ;
CH3COOH 0,02N; CH3COOH 0,03N; CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N
II. TEORI
Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses
ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah
terjadi kontak antarmuka atau bidang batas ( interface) cairan - cairan, cairan - gas atau
cairan - padatan dalam waktu tertentu. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Absorpsi
adalah proses penyerapan molekul gas atau cairan kedalam suatu struktur atau media
sampai kedalam bagian media tersebut dimana seolah – olah molekul yang diserap
menjadi bagian keseluruhan media tersebut. Zat penyerap disebut adsorben dan zat
yang diserap disebut adsorbat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi dari suatu adsorben adalah :
1. Luas permukaan adsorben, semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak
adsorbat yang diserap ,sehingga proses adsorbsi dapat semakin efektif . Semakin kecil
diameter partikel suatu adsorban maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel , makin kecil ukuran partikel maka semkin besar kecepatan
adsorpinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm sedangkan
ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak, semakin lama waktu kontak maka semakin memungkinkan proses
difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat – zat
organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15
menit.
4. Distribusi ukuran pori, distribusi akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul
adsorbat yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorbsi
merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding
– dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara
fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi
satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara
molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut: selalu
ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan
mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada
molekul terakhir yang teradsorpsi. Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme
adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut:
A(g) + S ⇌ AS
dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan adsorpsi.
2. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET).
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa
molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah:
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan
untuk adsoprsi fisik.
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi
dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich.
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-
beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah
x/m = kC1/n
dengan x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n = konstanta adsorben
III.2. Bahan
CH3COOH 0,01 N, CH3COOH 0,02 N, CH3COOH 0,03 N, CH3COOH 0,04 N, CH3COOH
0,05 N, Aquadest, NaOH 0,02 N, Indikator Fenolftalein, dan Arang Aktif.
V. DATA PERCOBAAN
Volume Normalitas Volume
Arang Indikator Waktu
No CH3COOH CH3COOH NaOH
Aktif (g) PP (tetes) (menit)
(ml) (N) 0,02N (N)
1
2
3
4
5
VI. PERHITUNGAN
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
X Y Keterangan :
x = - log N
VII. PERTANYAAN
I. TUJUAN
- Untuk mengetahui maksud dari judul percobaan
- Untuk mengetahui pengaruh suhu dalam proses penguapan
II. TEORI
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga
dipandang sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah pereaksi
sedangkan hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan dan perubahan
energy penguapan adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang dibutuhkan atau
dilepaskan pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas
pada titik didihnya.
Contohnya dapat dilihat dari reaksi pemanasan air pada system terbuka berikut ini:
Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sebagai proses yang hanya terdiri
atas satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai energy pengaktifan reaksi
penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor penguapan dapat diukur dengan cara yang
lazim digunakan untuk energy pengaktifan. Pengukuran energy pengaktifan dilakukan
dengan mengukur laju reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan
Arrhenius berikut:
Log k = log A (E/2,303 RT)
Keterangan :
K = tetapan laju reaksi pada suhu konstan T
A = suatu tetapan
E = energy pengaktifan
R = tetapan gas ideal
T = suhu mutlak
Dengan demikian, kalor penguapan dapat diperoleh dengan mengukur laju
penguapan pada berbagai suhu dan dengan mengartikan E sebagai kalor penguapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan :
- Memanaskan
Sudah jelas bahwa menaikkan suhu akan mempercepat penguapan
-Memperluas permukaan zat cair
III.2. Bahan
Etanol dan Aquadest.
V. DATA PERCOBAAN
NO Sampel (tetes) Suhu (C) Waktu untuk habis
menguap (sekon)
1 1 50
2 1 55
3 1 60
4 1 65
5 1 70
VI. PERHITUNGAN
1. Etanol
1
𝑥= , 𝑇 = 𝑠𝑢ℎ𝑢 (𝐾)
𝑇
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
x y Keterangan :
1
x=𝑇
VII. Pertanyaan
I. TUJUAN
- Untuk mengetahui sifat-sifat koligatif larutan
- Untuk mengetahui fungsi penambahan zat terlarut
- Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan
II. TEORI
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut maka akan didapat suatu
larutan yang mengalami:
- Penurunan tekanan uap jenuh
- Kenaikan titik didih
- Penurunan titik beku
- Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Tidak mudah menguap dilarutkan dalam suatu pelarut maka akan terjadi penurunan
tekanan uap, sehingga pada temperature tertentu tekanan uap pelarut dalam larutan akan
selalu lebih rendah dari keadaan murninya. Besar tekanan uap ini tergantung dari
banyaknya zat yang dilarutkan. Perubahan tekanan mengakibatkan adanya gangguan
kesetimbangan dinamis larutan.
Untuk larutan yang sangat encer maka tekanan uap solute diabaikan.
Menurut Hukum roult
𝑃 = 𝑃0 . 𝑋1
Dimana : P = tekanan uap larutan
P0 = tekanan uap solvent murni
X = mol fraksi zat pelarut
X1 + X2 = 1
VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung ∆Tf
Tf CH3COOH = 16,6 oC
∆Tf = Tf – Tf1
2. Menghitung molalitas
Kf CH3COOH = 3,9 oC/m
∆Tf
𝑚= 𝐾𝑓
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
x y Keterangan :
I. TUJUAN
- Untuk mengetahui sifat-sifat koligatif larutan
- Untuk mengetahui fungsi penambahan zat terlarut
- Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan
II. TEORI
Sifat-sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyaknya
partikel zat terlarut dan bukan dapa jenisnya. Sifat-sifat koligatif ini dapat dibedakan
menjadi empat bagian adalah sebagai berikut penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,
kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis. Larutan yang mengandung jumlah partikel
terlarut sama akan memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun zat terlarut
berbeda. Pengaruh jenis zat terlarut sangat kecil sekali pengaruhnya. Selama zat itu
tergolong non elektrolit tak atsiri ( tidak mudah menguap) ( Yazid, 2005).
Terdapat 4 sifat yang berhubungan dengan larutan encer / kira-kira pada pelarut
yang lebih pekat yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi sifat-sifat
tersebut tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Keempat sifat tersebut adalah penurunan
tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan tekana osmotik yang
semuanya banyak dan beragam. Juga penelitian sifat-sifat memainkan peranan penting
dalam metode penetapan berat molekul dan pengembangan teori lanjutan ( Petrucci, 1987).
Untuk mengetahui sejauh mana sifat suatu larutan berubah dibandingkan dengan
pelarut murninya dinyatakan dengan hukum sifat koligatif. Hukum ini secara eksak
dinyatakan untuk larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal bila sangat encer (
Mulyono, 2006).
V. DATA PERCOBAAN
No. Volume H2O (mL) Massa C6H12O6 (g) Tb (oC)
VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung ∆Tb
Tb H2O = 100 oC
∆Tb = Tb1 - Tb
2. Menghitung molalitas
Kb H2O = 1,86 oC/m
∆Tb
𝑚= 𝐾𝑏
𝐾𝑏 . 𝑚1.1000𝑔𝑟
𝐵𝑚 =
𝑣. ∆Tb
Berat molekul praktek
𝐵𝑚1 + 𝐵𝑚2 + 𝐵𝑚3 + 𝐵𝑚4
𝐵𝑚 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 =
4
4. Menghitung persen ralat
𝐵𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐵𝑚 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% 𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100 %
𝐵𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
x y Keterangan :
TERMOKIMIA
I. TUJUAN
Untuk mengetahui setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi
Untuk mengetahui perubahan kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan
sederhana
II. TEORI
Termokimia merupakan salah satu kajian khusus dari Termodinamika, yaitu
kajian mendalam mengenai hubungan antara kalor dengan bentuk energi lainnya.
Dalam termodinamika, kita mempelajarikeadaan sistem, yaitu
sifat makroskopis yang dimiliki materi, seperti energi, temperatur, tekanan, dan
volume. Keempat sifat tersebut merupakan fungsi keadaan, yaitu sifat materi yang
hanya bergantung pada keadaan sistem, tidak memperhitungkan bagaimana cara
mencapai keadaan tersebut. Artinya, pada saat keadaan sistem mengalami perubahan,
besarnya perubahan hanya bergantung pada kondisi awal dan akhir sistem, tidak
bergantung pada cara mencapai keadaan tersebut.
Hukum Termodinamika I disusun berdasarkan konsep hukum kekekalan
energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan;
energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam kajian Hukum
Termodinamika I, kita akan mempelajari hubungan antara kalor, usaha (kerja),
dan perubahan energi dalam (ΔU).
Perubahan energi dalam (ΔU) dapat dinyatakan dalam persamaan ΔU = Uf – Ui,
dimana Uf adalah energi dalam setelah mengalami suatu proses dan Ui adalah energi
dalam sebelum mengalami suatu proses. Perubahan energi dalam (ΔU) merupakan
fungsi keadaan. Energi dalam (U) akan bertambah jika sistem menerima kalor dari
lingkungan dan menerima usaha (kerja) dari lingkungan. Sebaliknya, energi dalam (U)
akan berkurang jika sistem melepaskan kalor ke lingkungan dan melakukan kerja
(usaha) terhadap lingkungan. Dengan demikian, hubungan antara kalor, usaha (kerja),
dan perubahan energi dalam (ΔU) dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana
berikut:
ΔU = Q + W
Perubahan energi dalam (ΔU) adalah penjumlahan dari perpindahan kalor (Q) yang
terjadi antar sistem-lingkungan dan kerja yang dilakukan oleh-diberikan kepada
sistem.
III.2. Bahan
Etanol
Air
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
* Penentuan Kalor Pelarut Etanol dalam Air
Dimasukkan 18 cm3 air ke dalam kalorimeter
Diukur temperatur air dalam kalorimeter selama 2 menit dengan selang waktu
setengah menit
Diukur temperatur etanol dalam buret kedua, kemudian masukkan dengan tepat
29 cm3 etanol kelam kalorimeter
Dikocok campuran dalam kalorimeter, catat temperatur selama 4 menit dengan
selang waktu setengah menit
Ulangi percobaan untuk campuran lain seperti pada tabel dibawah ini
Hitung ΔH pelarut untuk campuran lain seperti pelarut per mol etanol, pada
berbagai perbandingan mol air terhadap mol etanol
Buat grafik ΔH terhadap perbandingan mol air/mol etanol
V. DATA PERCOBAAN
Nomor Volume (cm3) Massa (g) Mol Air /
ΔT ΔT α ΔT ΔH/mol
Tugas Air Etanol Air Etanol Mol EtOH
1 18,0 29,0
2 27,0 19,3
3 36,0 14,5
4 36,0 11,6
5 36,0 5,8
6 45,0 4,8
VII. PERTANYAAN
1. Berikan pengertian tentang: (a) entalpi; (b) sistem terisolasi; (c) sistem terbuka;
(d) sistem tertutup; (e) lingkungan; (f) kalorimeter; (g) eksotermik
2. Apa perbedaan antara entalpi dengan energi dalam (ΔE)?
3. Jelaskan perbedaan kalor dengan panas ?
I. TUJUAN
Untuk mengetahui hukum yang mendasari percobaan
Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH setelah diekstraksi
Untuk mengetahui koefisien distribusi reaksi
II. TEORI
Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar
dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter, kloroform, karbontetra klorida,
dan karbon disulfida. Diantara berbagai jenis pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan
metode yang paling baik dan popular, karena metode ini dapat dilakukan baik tingkat
mikro maupun makro. Pemisahannya tidak memerlukan khusus atau canggih,
melainkan hanya berupa corong pemisah. Seringkali untuk melakukan pemisahan
hanya dilakukan beberapa menit.
Metode ini mula-mula digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan
tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Selanjutnya metode ini berkembang dan dapat
digunakan untuk kegunaan preparative dan pemurniaan pada skala kerja termasuk
didalam bidang kimia organik, anorganik, dan biokimia. Dalam industri metode ini
banyak dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam hasil,
misalnya pada pemuniaan minyak tanah atau minyak goreng dan pemurniaan natrium
hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi atau zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk
campuran yang diestraksi dan proses pelaksanaanya.
Berdasarkan bentuk campurannya (yang diekstraksi), suatu ekstraksi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Ektraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang
berbentuk padatan.
2. Ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk
cairan.
V. DATA PERCOBAAN
No Waktu Indikator
N CH3COOH V CH3COOH V N-Heksan V NaOH
Ekstraksi PP
(N) (ml) (ml) (ml)
(menit) (tetes)
1
VI. PERHITUNGAN
a. Menghitung konsentrasi [CH3COOH] dalam fase cair
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan : N1 = Normalitas CH3COOH dalam fase cair (N)
V1 = Volume CH3COOH (ml)
N2 = Normalitas NaOH (N)
V2 = Volume NaOH (ml)
∑𝑥 = ∑y = ∑𝑥𝑦 = ∑x2 =
X y Keterangan :
x = [CH3COOH]
VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan ?
2. Tuliskan pembagian ekstraksi !
3. Apa yang dimaksud dengan distribusi solute ?