MEKANISME REAKSI
ANORGANIK
OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Mekanisme Reaksi Anorganik untuk mahasiswa/i Jurusan MIPA
Fakultas Teknik Universitas Samudra ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
2
TATA TERTIB BAGI PRAKTIKAN
3
PERALATAN
1. Tiap kelompok akan mendapatkan satu set peralatan untuk tiap percobaan.
2. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor.
3. Pada akhir kerja, praktikan harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang
bersih.
4. Jika ada peralatan yang pecah atau rusak harus segera dilaporkan kepada laboran untuk
diketahui dan mendapatkan gantinya.
BAHAN
1. Bahan kimia dipakai bersama dan disimpan pada arak-rak di meja kerja. Reagen-
regaen khusus yang diperlukan dan tidak tersedia akan dijelaskan oleh asisten.
2. Larutan dan padatan yang telah dipergunakan harus dibuang kedalam bak pembuangan
yang telah disediakan.
3. Tutup botol jangan diletakkan di atas meja, tetapi tetap dipegang ditangan, untuk
kemudian ditutup kembali.
4. Reagen yang telah diambil dari tempatnya tidak boleh dikembalikan lagi ke wadah
semula.
5. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak.
6. Ambil reagen secukupnya saja untuk percobaan.
7. Pengambilan larutan dilakukan dengan menggunakan pipet tetes, jika ingin mengambil
larutan yang lain harus menggunakan pipet tetes yang lain dan yang bersih agar larutan
tidak terkontaminasi.
4
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Laboratorium bukan tempat yang berbahaya selama kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar:
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
6
PERCOBAAN I
TUJUAN
PENDAHULUAN
Dalam larutan berair, suatu unsur dapat ada dalam beberapa keadaan oksidasi. Tiap-
tiap keadaan oksidasi mempunyai stabilitas termodinamika yang berbeda. Stabilitas relatif
suatu unsur pada dua keadaan oksidasi yang berbeda dapat dinyatakan sebagai potensial
elektroda berikut:
E = Eo
Dengan
F = bilangan Faraday
Oleh karena itu, setiap spesies yang ditambahkan ke dalam larutan yang menurunkan
konsentrasi Ma+ atau Mb+ akan menyebabkan perubahan potensial elektroda karena perubahan
rasio [Ma+]/[Mb+]. Potensial elektroda dari reaksi di atas menunjukkan apakah stabilitas
keadaan oksidasi yang lebih tinggi bertambah atau berkurang dengan adanya pembentukan
suatu senyawa. Namun demikian, hal itu tidak memberikan informasi tentang bagaimana
kenaikan atau penurunan stabilitas keadaan oksidasi yang tidak biasa dari logam.
7
Tembaga (3d10 4s1) mempunyai keadaan oksidasi +1 dan +2. Keadaan oksidasi yang
normal dari tembaga ada +2, tetapi senyawa yang mengandung Cu(I) yang sudah distabilkan
dapat juga dibuat dalam suatu larutan berair.
Dengan demikian ion Cu(I) dalam larutan berair adalah tidak stabil dengan kecenderungan
berubah menjadi Cu(I) dan Cu(II).
Dari persamaan:
E = Eo
Setiap spesies yang ditambahkan ke dalam larutan yang menurunkan konsentrasi Cu(I) akan
menyebabkan naiknya harga potensial ion yang dapat membentuk garam tidak larut dengan
Cu(I) tetapi tidak dengan Cu(II).
Selain melalui pembentukan suatu senyawa tak larut, stabilisasi Cu(I) dapat juga
dilakukan dengan cara pembentukan senyawa kompleks yang terbentuk cukup stabil, maka
konsentrasi Cu(I) yang tereduksi cukup berarti.
Dalam senyawa kompleks, di samping terjadi ikatan sigma antara logam pusat dengan
ligan juga akan terjadi pemanfaatan elektron ion logam untuk pembentukan ikatan phi. Jika
ion logam mempunyai kerapatan elektron yang tinggi, maka ion logam akan lebih siap untuk
menyumbangkan elektron dalam pembentukan ikatan phi dengan ligan. Dengan adanya ikatan
phi ini akan menyebabkan naiknya stabilitas ion kompleks. Dengan demikian suatu jenis ion
logam dengan keadaan oksidasi yang lebih rendah akan lebih siap berpartisipasi dalam
pembentukan ikatan phi. Untuk keperluan stabilisasi Cu(I) dalam larutan, tiourea merupakan
ligan yang cocok. Senyawa kompleks yang terbentuk adalah tris (tiourea) tembaga (I) dengan
ikatan koordinasi terjadi antara ion Cu(I) dengan atom S dari tiourea.
8
ALAT-ALAT
5. Kertas saring
BAHAN-BAHAN
2. Akuades 6. Alkohol
4. Es Batu 8. HCl 1 M
CARA KERJA
1. Buat larutan tiourea (2,5 g) dalam 15 mL akuades dan larutan Tembaga (II) sulfat
pentahidrat (2,5 g) dalam 15 mL akuades, kemudian dinginkan kedua larutan itu dalam
tempat yang berisi es.
2. Tambahkan perlahan-lahan larutan Tembaga (II) sulfat penta hidrat ke dalam larutan
tiourea sambil diaduk terus-menerus.
3. Setelah larutan Tembaga (II) sulfat penta hidrat habis ditambahkan, diamkan larutan
campuran hingga terbentuk kristal putih pada dinding gelas piala.
4. Siapkan larutan tiourea dingin (0,1 g) dalam 10 mL akuades dan tambahkan ke dalam
campuran reaksi.
5. Aduk campuran reaksi secara cepat kemudian dinginkan.
8. Pelarutan dapat dipercepat dengan cara memanaskan larutan pada suhu maksimum 75 oC.
9. Dinginkan larutan dan saring kristal putih yang terbentuk.
10. Cuci kristal yang diperoleh dengan 5 mLakuades, kemudian dengan 5 mL alkohol.
11. Keringkan dan timbang.
9
TUGAS
1. Gambarkan orbital-orbital ligan yang digunakan untuk stabilisasi keadaan oksidasi Cu(I)
melalui ikatan phi!
2. Buat larutan tiourea (1 g) dalam 10 mL larutan HCl 1 M. Tambahkan sedikit bubuk
tembaga dan hangatkan campuran itu perlahan-lahan. Ulangi percobaan ini dengan tanpa
tiourea. Apa yang terjadi?
3. Perkirakan struktur ion kompleks yang dihasilkan pada percobaan!
10
PERCOBAAN II
TUJUAN
Mahasiswa dapat membedakan air lunak dan air keras. Mahasiswa dapat melunakkan
air sadah dan menghitung derajat kesadahan.
PENDAHULUAN
Air yang mengandung ion Kalsium atau ion Magnesium disebut air sadah.Kesadahan
sementara disebabkan oleh garam-garam Bikarbonat dari Ca dan Mg,Sedangkan kesadahan
tetap oleh garam Sulfat dan Klorida dari Ca dan Mg. Besarnya kesadahan air dapat diukur
antara lain dengan derajat kesadahan jerman yaitu jumlah gram CaO yang terdapat dalam 1
liter air. Air sadah dapat menimbulkan kerak pada ketel. Kesadahan sementara dapat
dihilangkan dengan pemanasan atau penambahan air kapur, sedangkan kesadahan tetap dengan
lindi soda.
ALAT-ALAT
6. Erlenmeyer 250 mL
BAHAN-BAHAN
6. Magnesium sulfat
11
CARA KERJA
1. Ambil 7 buah tabung reaksi, masukkan ke dalam masing- masing tabung: Natrium
Klorida, Kalium Nitrat, Natrium Sulfat, Besi (II) Sulfat, Magnesium Klorida, Magnesium
Sulfat, Kalsium Klorida sebanyak 0,4 g dilarutkan dalam 5 mL akuades.
2. Buatlah larutan sabun dari 1 g sabun lemak dilarutkan dalam 100 mLakuades dan alkohol
dengan volume yang sama.
3. Tuangi larutan larutan sabun ke dalam masing-masing tabung reaksi dengan volume yang
sama, lalu kocoklah tabung-tabung reaksi tersebut.
4. Masukkan 25 ml air sadah sementara ke dalam erlenmeyer, lalu panaskan.
6. Periksalah gas yang keluar dengan batang pengadukyang telah dicelupkan dalam air
kapur.
TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat?
2. Mengapa kesadahan air yang tinggi dapat merugikan?
3. Amati tabung- tabung reaksi. Tentukan tabung reaksi yang tidak menunjukkan busa/buih!
Jelaskan penyebabnya!
4. Tulislah persamaan reaksi cara kerja no 4-6. Kesimpulan apa yang kamu peroleh dari
percobaan ini?
5. Tambahkan 1 g Na2CO3 pada 20 mL air sadah, lalu kocok- kocoklah, kemudian tuangi
beberapa mL sabun, Bagaimana pembentukan busa/buih sekarang?
6. Hitunglah air sadah dalam percobaan no. 1-3 dengan derajat kesadahan Jerman!
12
PERCOBAAN III
TUJUAN
Mempelajari pembuatan dan penentuan rumus molekul senyawa kompleks besi (II)
oksalat.
PENDAHULUAN
Reaksi antara dua molekul stabil atau lebih dapat menghasilkan produk reaksi yang
stabil dengan sifat yang karakteristik. Sebagai contoh, kompleks amina akan terbentuk jika
amina direaksikan dengan Kobalt (II) Klorida. Dalam beberapa hal kompleks tidak
memberikan reaksi dalam larutan yang karakteristik pada ion logam atau ligan tidak kompleks.
Tetapi stabilitas termodinamika dan kinetika bervariasi sehingga hal ini bukan merupakan
kriteria pembentukan senyawa koordinasi.
Hakekat struktur senyawa koordinasi adalah transfer elektron yang terjadi anatara ligan
dengan ion pusat (ion logam). Dalam bentuk yang paling sederhana, ikatan koordinasi
terbentuk oleh transfer pasangan elektron dari ligan (molekul) ke ion pusat. Molekul netral
atau ion-ion yang bertindak sebagai ligan harus memiliki pasangan elektron sumyi (elektron
bebas) seperti NH3, Cl, C2O4, dan Lain-lain. Senyawa koordinasi paling sederhana akan
terbentuk dengan ikatan sigma antara suatu ligan dan suatu molekul atau ion logam. Beberapa
kompleks dikenal dimana ikatan sigma atau iatan phi keduanya dapat terjadi. Kompleks yang
terjadi pada ion oksalat memungkinkan ikatan phi dari orbital 2p pada oksigen
mengkonstribusi sluruh ikatan. Dalam ligan yang lain seperti Karbon Monoksida (CO) dan
Nitrosida (NO), kontribusi dari orbital ikatan phi berperan dalam seluruh ikatan. Gugus CO
bereaksi dengan suatu logam yang mempunyai orbital kosong dan dua orbital d terisi untuk
memberikan ikatan resultan dengan ikatan phi antara logam dan karbon. Sedangkan untuk NO
memerlukan suatu logam yang mempunyai orbital sigma dan dua orbital d yang hanya
mengandung tiga elektron. Hal ini dapat dikatakan bahwa derajat sumbangan elektron dapat
diharapkan bervariasi terhadap sifat alamiah logam keadaan oksidasi, dan liganligan lain
dalam molekul.
ALAT-ALAT
3. Bunsen 8. Erlenmeyer 50 mL
13
4. Corong Buchner 9. Kaca arloji
BAHAN-BAHAN
CARA KERJA
1. Buatlah larutan ammonia besi (II) sulfat dan larutan asam oksalat dengan cara melarutkan
8 g ammonia besi (II) sulfat dalam 25 mL akuades yang telah diasamkan dengan 1 mL
asam sulfat 2 M, larutan asam oksalat dibuat dengan melarutkan 5 g asam oksalat dalam
30 mL akuades.
2. Campurkan larutan asam oksalat tersebut ke dalam larutan ammonia besi (II) sulfat,
kemudian didihkan.
3. Saring endapan kuning yang terbentuk dengan corong buchner dan cuci endapan dengan
air panas, lalu cuci kembali dengan Aseton dan keringkan.
4. Setelah endapan dikeringkan tentukan rendemen dan komposisihasil sintesis.
c. Saring larutan dengan kertas saring dan cuci serbuk seng dengan asam sulfat 2 M.
d. Titrasi campuran filtrat Ammonia Besi (II) Sulfat dan hasil cucian dengan larutan
standar kalium permanganat, dari hasil tersebut tentukan kadar oksalat dan kadar
airnya. Tentukan pula rumus empirisnya.
TUGAS
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ikatan sigma dan ikatan phi pada senyawa kompleks!
14
3. Buatlah reaksi kimia antara ammonia besi (II) sulfat dengan asam oksalat?
4. Buatlah struktur kimia senyawa kompleks yang dihasilkan pada percobaan ini!
5. Jelaskan manfaat/kegunaan dari senyawa kompleks yang dihasilkan pada percobaan ini!
15
PERCOBAAN IV
TUJUAN
PENDAHULUAN
Natrium peroksoborat atau yang lebih dikenal natrium perborat adalah senyawa putih,
tidak berbau, larut dalam air dengan rumus kimia NaBO3. Senyawa ini mengkristal
sebagai monohidrat, NaBO3.H2O, trihidrat, NaBO3.3H2O, dan tetrahidrat,
NaBO3.4H2O. monohidrat dan tetrahidrat adalah bentuk komersial penting dari senyawa
ini.Natrium perborat di dalam dunia tekstil digunakan sebagai zat pengelantang yang bersifat
oksidator, yaitu menghilangkan warna kekuning-kuningan yang ada pada bahan tekstil yang
disebabkan oleh pigmen-pigmen alam.
ALAT-ALAT
BAHAN-BAHAN
3. Es Batu 8. H2SO4 2 M
5. Larutan KI 10 %
CARA KERJA
16
4. Saring dengan alat penghisap.
Pengujian hasil
Gunakan 5 mL larutan segar dalam akuades dari zat tersebut, lalukan reaksi berikut!
a. Tambahkan H2SO4 2 M dan KMnO4 0,02 M, lalu amati apa yang terjadi!
TUGAS
17
PERCOBAAN V
TUJUAN
Mengenal sifat-sifat bahan kimia dan mempelajari cara mengendapkan zat, menyaring
endapan serta menuliskan persamaan reaksi penggaraman bersyarat.
PENDAHULUAN
Garam-garam Nitrat semua dapat larut, kecuali garam dari logam Alkali. Maka garam-
garam karbonat, fosfat, tiosianat dan sulfat dari Ca, Ba dan Sr tidak dapat larut. Endapan-
endapan itu biasanya mempunyai warna tertentu. Bila dari suatu reaksi kimia terjadi endapan
maka endapan itu dapat diteliti dari warna endapan.
ALAT-ALAT
1. Tabung reaksi 5. Corong
BAHAN-BAHAN
1. Barium klorida 5. Asam klorida
CARA KERJA
1. Masukkan 1 g barium klorida ke dalam tabung reaksi, lalu larutkan dalam 5 mL akuades,
tambahkan setetes demi setetes larutan natrium karbonat 0,1 N.
2. Bila terjadi endapan saringlah endapan itu.
3. Periksa endapan itu dengan memasukkannya sedikit ke dalam tabung reaksi, lalu
tuangkan 2 tetes asam klorida, kemudian kocok. Sedikit endapan yang lain diperiksa
dengan 2 tetes asam sulfat.
4. Larutkan 1 g besi (III) nitrat ke dalam 5 mL akuades.
18
6. Saring endapan yang diperoleh, sebagian diperiksa dengan menambahkan Asam Klorida
dan sebagian yang lain dilarutkan dengan asam sulfat, kemudian ditambahkan larutan
Natrium tiosianat.
TUGAS
19
PERCOBAAN VI
TUJUAN
Mempelajari cara pembuatan soda kostik sesuai dengan teori dan mengenal sifat-sifat
fisika dan kimia dari soda kostik.
PENDAHULUAN
NaOH ini dapat diperoleh melalui reaksi penggaraman antara garam karbonat dan basa.
Reaksi penggaraman adalah suatu reaksi bersyarat dimana harus terjadi endapan sesudah
reaksi. Basa yang digunakan diperoleh dengan kapur hidup dalam air dan selanjutnya
direaksikan dengan larutan natrium karbonat. Reaksi yang terjadi adalah:
CaO + H2 O → Ca(OH)2 + Kalori
ALAT-ALAT
1. Timbangan 6. Bunsen
BAHAN-BAHAN
2. Akuades (Na2CO3.10H2O)
CARA KERJA
1. Timbang 5,6 g CaO dan larutkan dalam 50 ml akuades dan aduk sampai menjadi bubur.
2. Panaskan dalam oven (105oC), 20 g NaC03.10 H20 selama 1 jam.
3. Dinginkan dan kemudian timbanglah 10,6 g dari padanya untuk dilarutkan dalam 100 ml
air. Agar lebih cepat dan mudah melarutkan perlu dipanaskan sampai mendidih dan
diaduk.
4. Kemudian campurkan kedua larutan di atas, aduk lalu didihkan lagi selama beberapa
lama.
20
5. Setelah dingin, saring dengan kertas saring yang telah ditimbang dulu untuk mengetahui
beratnya. Maka filtrat yang diperoleh adalah larutan soda kostik, dan ditampung untuk
disimpan, sedangkan endapan yang terjadi dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC di
atas kaca arloji selama 1 jam.
6. Periksalah filtrat yang diperoleh dengan kertas lakmus merah.
TUGAS
2. Menurut percobaan di atas, berapa CaCO3 yang diperoleh? Bandingkan dengan hasil
teoritis menurut perhitungan reaksi di atas! Mengapa terjadi perbedaan?
3. Mengapa reaksi di atas harus dilakukan dalam bentuk cairan. Syarat-syarat apa yang harus
dipenuhi supaya reaksi seperti dalam percobaan itu bisa terjadi?
4. Jelaskan apa yang dimaksud preparatif pada percobaan ini!
21
PERCOBAAN VII
TUJUAN
PENDAHULUAN
Banyak cara untuk membuat dan menganalisa suatu preparat. Pemilihan cara
pembuatan yang tepat banyak, tergantung kepada bahan baku dan alat yang tersedia, hasil
yang dicapai, biaya, dan pada syarat-syarat yang diperlukan pada proses pembuatannya.
Begitu pula cara menganalisa zat sangat tergantung kepada 2 (dua) faktor terakhir. Salah satu
cara pembuatan dan analisa akan kita kerjakan pada percobaan ini.
Tahap I. Iodat dioksidasi oleh kalium klorat yang dilakukan pada suasana asam yang sedang
dalam keadaan panas.
Tahap II. Karena pada pendinginan, campuran reaksi selain kalium iodat juga terbentuk
kalium hidroiodat, maka sebelum didinginkan larutan harus dinetralkan dulu
dengan KOH. Pada pendinginan, kalium iodat akan mengendap.
Tahap I
6 H2O + H2O → 2 IO3- + 12 H+ + 10 e-
6 H+ + ClO3 + 6 e- → Cl- + 3 H2O
Tahap II
K+ + H+ + 2 IO3- → KH(IO3)2
H+ + OH- → H2O
2 Cl + 2 e- → Cl2
Pemurnian produk yang terjadi dikerjakan melalui pengkristalan kembali dan pengeringan.
22
Sifat-sifat bahan baku dan preparat
Iodium : zat berkristal ungu kehitaman, titik leleh 113,7 oC, kelarutan dalam air kecil
Kalium klorat : zat berkristal putih, kelarutan dalam air sedang, 7 g/100 mL pada suhu 200 oC
dan 57 g/100 mL pada 100 oC.
Kalium iodat : zat berkristal putih, kelarutan dalam air, 5 g/100 mL pada 0 oC dan 32g/100 mL
pada 100 oC.
ALAT-ALAT
BAHAN-BAHAN
2. Iodium 5. KOH
3. Akuades
CARA KERJA
1. Pasang ring besi (10 cm) pada statif, letakkan kasa di bawahnya. Pasang labu bulat 500
mL pada statif sehingga dasar labu tepat menyentuh kawat kasa. Tinggi pemasangan
hendaknya sedemikian rupa hingga dapat diletakkan pembakar di bawahnya.
2. Timbang 31 g KCIO3 dan 36 g I2.
3. Masukkan 31 g KCIO3 beserta 100 mL akuades ke dalam labu bulat, panaskan campuran
ini hingga semua kalium klorat larut.
6. Bila uap iodin ada keluar maka dinginkan labu tadi dalam bak berisi air dingin. Untuk
menyempurnakan reaksinya labu dipanaskan dengan api kecil sambil kadang- kadang di
23
goyang- goyang perlahan- lahan agar sisa iodin yang masih menempel di dinding labu
terkena larutan kloratnya.
7. Masukkan akuades bebas ion ke dalamnya.
8. Ambil corong dari mulut labu, didihkan larutan tadi selama 10 menit.
9. Tuangkan isi labu ke dalam gelas piala 500 ml. Letakkan gelas piala ini pada kawat kasa
di atas kaki tiga, panaskan larutan agar tetap mendidih.
10. Sementara larutan tetap mendidih dengan tambahkan KOH tetes demi tetes sampai larutan
netral. Periksa dengan kertas indikator.
11. Biarkan pada suhu kamar sampai larutan dingin, kumpulkan kristal yang terbentuk dalam
penyaring buchener. Larutan berubah menjadi tidak bewarna.
12. Ulangi titrasi sampai 3 kali hingga selisih ketiga harga tersebut maksimum 0,05 mL.
13. Hitung kadar iodat tersebut.
TUGAS
2. Tuliskan rumus molekul dari senyawa-senyawa berikut ini! Kalium klorat, iodium,
akuades, asam nitrat, kalium hidroksida.
3. Mengapa pada cara kerja no 10 harus ditambahkan KOH sampai lautan netral?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan preparat dan preparatif?
5. Sebutkan faktor –faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa?
24
PERCOBAAN VIII
TUJUAN
PENDAHULUAN
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion
logam. Semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi
karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan.
ALAT-ALAT
2. Spatula 9. Es batu
BAHAN-BAHAN
2. Akuades 6. Es Batu
4. Alkohol
CARA KERJA
1. Siapkan larutan I yang mengandung 1,84 g (0,01 mol) Na₂C₂O₄ dalam 10 mL akuades.
2. Siapkan larutan II yang mengandung 4,50 g (0,036 mol) H₂C₂O₄.2H₂O dalam 40 mL air
panas.
3. Tambahkan larutan I ke dalam larutan II sambil diaduk.
25
4. Dinginkan larutan sampai mendekati 0 ˚C dengan menempatkan bejana ke dalam wadah
yang berisi es batu.
5. Setelah didinginkan selama 20 menit, dekantasi larutan jenuh (supernatan) melalui kertas
saring yang kasar.
6. Buang filtrat, larutkan kembali endapan yang tertinggal dalam bejana dan pada kertas
saring dalam air 50 mL yang mendidih.
7. Dinginkan kembali bejana gelas dalam pendinginan selama 20 menit.
8. Pindahkan endapan ke dalam kertas saring dan buang larutannya. Cuci hasil endapan 3
kali dengan 10 mL alkohol secara bertahap untuk menghilangkan air yang melekat
(terikat) pada kristal. Setelah hasil dibersihkan dengan hatihati dari filtrate ke kaca arloji,
hasil disebarkan sedemikian rupa untuk mempercepat penguapan alkohol. Jika hasil sudah
tampak kering, timbang.
9. Keringkan kembali dalam oven pada 105 oC selam 30 menit untuk menghilangkan air
yang terhidrat dan timbang kembali.
10. Catat pH terhadap volume NaOH standar dan harus diperoleh 2 titik akhir yang berbeda,
liat perbandingan dari kedua titik akhir.
11. Dari data yang didapat, tentukan RM senyawa tersebut. Sebagai kenyataan hasil tersebut
mengandung H⁺ , Na⁺, C₂O₄⁻2 dalam Na₂H₂(C₂O₄) dengan x,y dan z adalah bilangan
bulat, simpulkan rumus senyawa dengan tepat sesuai dengan RM yang telah ditentukan
sebelumnya.
12. Tentukan berapa mol air per mol senyawa tersebut setelah dikeringkan di udara.
Kemungkinan lain: anion oksalat dapat ditentukan dengan titrasi memakai KMnO₄
sebagai standar.
Reaksi : 16 H⁺ + 5 C₂O₄⁻ + 2 MnO₄ → 10 CO₂ + 2Mn2+ + 8 H₂O
TUGAS
3. Jelaskan tentang pembagian ligan berdasarkan jumlah elektron yang dapat disumbangkan
pada atom logam!
4. Berikan contoh manfaat senyawa kompleks dalam kehidupan sehari-hari!
5. Sebutkan syarat-syarat terbentuknya senyawa kompleks!
26
PERCOBAAN IX
PEMBUATAN ZEOLIT
TUJUAN
PENDAHULUAN
Mineral zeolit telah dikenal sejak Tahun 1756 oleh Baron Freiherr Axel Cronsted
ketika menemukan stilbit yang bila dipanaskan seperti batuan mendidih (boiling stone). Hal ini
disebabkan karena dehidrasi molekul air yang dikandungnya. Istilah zeolit sendiri berasal dari
bahasa Yunani Zein yang berartimembuih dan lithos yang berarti batu, sehingga zeolit berarti
batu yang berbuih.
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumina silika terhidrasi yang
mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi, dimana kationnya
dapat diganti oleh kation lain tanpa menyebabkan perubahan pada struktur zeolit dan dapat
menyerap air secara reversibel. Zeolit mempunyai rongga dan celah dengan luas permukaan
dalam yang jauh lebih besar dari pada luas permukaan kristal bagian luarnya.
Struktur kimia sel zeolit dengan sisa aktifnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Tipe-tipe zeolit dapat dikarakterisasi berdasarkan topologi tertentu dalam kerangka. Sisi aktif
inilah yang dapat menyebabkan zeolit memiliki kemampuan sebagai penukar ion, adsorben
dan katalis.
Pada struktur zeolit di atas atom Al yang berbentuk tetrahedral yang menyebabkan
atom Al tersebut akan bermuatan negatif karena berkoordinasi dengan empat atom oksigen
dan selalu dinetralkan oleh kation alkali dan alkali tanah untuk mencapai senyawa yang stabil.
Rumus empiris zeolit yaitu :
(Mx/n[(AlO2)x(SiO2)v]mH2O
Keterangan:
M : Kation logam yang dapat saling ditukarkan n : Valensi kation M m : Jumlah molekul air
perunit x,y : Menyatakan banyaknya atom Al dan Si
27
Struktur kristal zeolit merupkan gabungan dari sejumlah unit pembangun sekunder
yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk rongga-rongga dan saluran. Rongga-
ronga dan saluran ini berisi kation dan molekul air. Kation-kation tersebut tidak terikat pada
posisi yang tepat melainkan dapat digantikan dengan kation lain tanpa merusak struktur zeolit,
karena molekul air juga dapat bergerak bebas dalam rongga, maka zeolit dapat menyerap air
secara reversibel. Posisi kation dan molekul air dalam rongga zeolit dapat ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :
ALAT-ALAT
1. Spatula 8. Gelas ukur 10 mL
2. Kursibel 9. Labu ukur 250 mL
3. Furnace 10. Bunsen
4. Desikator 11. Batang pengaduk
5. Gelas piala 50 mL 12. Timbangan
6. Gelas piala 100 mL 13. Kertas saring
7. Gelas ukur 50 mL 14. Oven
BAHAN-BAHAN
2. NaOH 4. Al(OH)3
CARA KERJA
1. Leburkan 25 g abu layang dengan 20 g NaOH dalam furnace pada suhu 500 oC
selama 15 menit.
2. Dinginkan campuran dalam desikator.
28
1. Setelah dingin, Larutkan campuran leburan dengan akuades secukupnya lalu
dibiarkan selama 1 malam agar larut sempurna.
2. Saring larutan yang terbentuk dan encerkan dengan akuades hingga volume 250 mL.
1. Larutan aluminat dibuat dengan melarutkan 30,5 g NaOH dalam 100 mL akuades.
2. Panaskan agar larut sempurna, campuran diaduk.
Mensintesis Zeolit
3. Saring gel yang terbentuk kemudian panaskan pada suhu 80oC selama 8 jam.
TUGAS
3. Sebutkan metode apa saja yang digunakan untuk menentukan karakteristik zeolit!
4. Sebutkan dan jelaskan aplikasi penggunaan zeolit dalam kehidupan seharisehari
maupun dalam industri!
5. Termasuk jenis apakah yang disintesis pada percobaan ini?
29