Anda di halaman 1dari 36

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

TIM PENYUSUN :
PEVI RIANI, M.Si
ELDA PELITA, S.Pd.,M.Si

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


POLITEKNIK ATI PADANG
PADANG
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikan harus berada didepan

ruang praktikan.

2. Praktikum yang dikerjakan harus dikuasai, disiapkan rencana kerja pada

sebuah buku tulis dan daftar pembagian waktu.

3. Data pengamatan dan catatan-catatan lain mengenai jalannya praktikum

dicatat dalam sebuah buku tulis/log book.

4. Laporan dibuat dan diketik rapi, untuk menyusun laporan disediakan

waktu 1 minggu.

5. Laporan penunjukan :

 Tanggal praktikum yang dilakukan

 Judul praktikum

 Prinsip-prinsip dan teori yang terkait

 Prosedur pelaksanaan dan percobaan

 Pengamatan-pengamatan dan gambar seperlunya dan reaksi kimia

yang terjadi

 Data-data perhitungan

 Hasil

 Kesimpulan dan saran

6. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan ruang praktikum, ruang

timbang dan ruang praktikumnya sendiri, kecuali mendapat izin dari

asisten praktikum/petugas laboratorium.

i
7. Praktikan harus penggunakan baju praktikum berwarna putih (jas lab)

serta APD lainnya.

8. Alat-alat gelas yang disediakan diatas meja praktikum menjadi tanggung

jawab pratikan. Apabila terdapat alat-alat yang pecah atau hilang praktikan

harus menggantinya.

9. Pemeriksaan alat-alat dilakukan diawal dan diakhir setiap praktikum

dengan sepengetahuan asisten laboratorium.

10. Selama praktikum berjalan, dijaga ketenangan dan kebersihan. Tidak

merokok dan tidak membawa makanan/minuman.

11. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium sebelum waktu

praktikum habis, tanpa izin dan pemeriksaan alat-alat oleh asisten yang

bertugas.

12. Praktikan harus selalu hadir, jika berhalangan hadir secara sah, praktikan

dapat meminta waktu lain pada asisten labor ataupun penanggung jawab

laboratorium, sedapat mungkin pada hari-hari sebelum mengerjakan

praktikum berikutnya.

13. Pelanggaran pada ketentuan diatas dapat mengakibatkan sangsi akademis,

tidak diperkenankan mengikuti dan sebagainya.

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Baca dan amatilah segala petunjuk ini dengan seksama demi kelancaran bekerja di

laboraturium.

I. KEBERSIHAN DAN TEMPAT BEKERJA

Untuk tiap mahasiwa telah disediakan meja tertentu yang akan digunakan

untuk mengerjakan satu jenis objek / modul praktikum. Selama bekerja,

meja tidak boleh kotor atau basah dan penuh barang yang tidak berguna.

Lantai harus dijaga bersih dan kering. Setelah praktikum selesai, praktikan

boleh meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih kembali. Didalam

laboratorium mahasiswa harus memakai sepatu dan tidak boleh merokok.

Setiap mahasiswa harus memakai jas lab.

II. ABSENSI DAN DAFTAR HADIR

Mahasiswa (praktikan) diizinkan meninggalkan praktikum (tidak hadir)

hanya apabila yang bersangkutan sakit dan ada bukti surat keterangan

dokter.

iii
III. KEAMANAN DAN KESELAMATAN

Asisten akan memberikan petunjuk yang jelas tentang tindakan-tindakan

yang membahayakan dan hendaklah mahasiwa mematuhi segala peraturan-

peraturan diantaranya :

1. Bila memanaskan atau mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi,

janganlah tabung tersebut diarahkan kemuka teman atau ke muka

sendiri.

2. Jangan mencicipi suatu zat kimia kecuali ada perintah dan jika

mencium zat berbau atau gas, jangan secara langsung tetapi dikibaskan

dengan tangan terbuka.

3. Jangan menuang air ke dalam asam pekat, tetapi zat atau asam itulah

yang dituangkan ke dalam air.

4. Sebelum mengambil zat dari botol, periksa dulu etiket atau nama zat

tersebut. Kekeliruan dalam mengambil zat akan berbahaya.

5. Praktikan harus disiplin pada peraturan dan petunjuk yang ada untuk

bekerja di laboratorium.

iv
BAHAYA-BAHAYA DI LABORATORIUM

Di laboratorium selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaan. Satu-

satunya jalan untuk menghindarkannya adalah bekerja hati-hati selama

mengerjakan sesuatu, selain itu penting sekali mengetahui bahan-bahan kimia

berbahaya.

1. Bahan-Bahan Yang Merusak Kulit :

Asam-asam kuat : asam sulfat, asam titrat, asam flor.

Basa-basa kuat : NaOH, KOH.

Asam/basa lemah : H2SO4, Brom cair, persenyawaan krom,

persulfat kapur klor, (NH4)2 S.

Penghindaran kulit/mata dari bahan-bahan kimia ketika menuang

cairan/mengambil bahan, jangan sampai ada yang tercecer diluar botol:

 Jangan memanaskan bahan-bahan kimia terlalu cepat.

 Jangan mencampur air dengan asam sulfat pekat.

 Jangan memasukan kristal NaOH atau KOH ke dalam air.

 Jangan melihat kedalam cawan/pinggan yang sedang

dipergunakan untuk pemijaran.

2. Zat - zat Yang Mudah Meledak

Pada pengerjaan analisa, mungkin terjadi zat-zat padat seperti MN2O7

(dari KMnO4 dan H2SO4), nitrida-nitrida logam berat seperti nitrogen,

endapan hitam yang lambat laun terjadi dalam larutan perak bromida,

asam perklorat, jika ada zat-zat organik, natrium peroksida dengan

karbon, belerang atau zat-zat organik.

v
Serbuk Mg dipanaskan dengan zat-zat lembab, gas letus yang mungkin

saja terjadi jika dimulai mengalirkan hidrogen kedalam suatu alat,

peroksida-peroksida yang ditinggalkan waktu penyulingan eter, asam

pikrat, dan sebagainya.

vi
I. PENENTUAN TEGANGAN PEMUKAAN CAIRAN DENGAN
METODE AKSI KAPILER

A. Tujuan Praktikum

1. Dapat menentukan tegangan permukaan cairan


2. Dapat menentukan sampel yang digunakan dapat menurunkan tegangan
permukaan cairan.

B. Teori
Tegangan permukaan γ suatu cairan dapat didefenisikan sebagai banyaknya
kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan sebanyak satuan luas
pada satuan CGS dinyatakan dalam ergem-1 dan dyne cm-1 dalam satuan SI
dinyatakan Nm-1 . Kedua satuan besaran tadi saling berhubungan berdasarkan
hubungan 1 dyne cm-1 tegangan permukaan dapat diukur dengan pipa kapiler.
Bila pipa kapiler dicelupkan kedalam cairan akan menimbulkan aksi kapiler
apakah naik atau turun tinggi cairan dalam pipa kapiler. Untuk mengatasi
kesalahan pengukuran jari – jari kapiler maka dilakukan metode membandingkan
aksi kapiler suatu cairan terhadap suatu cairan pembanding yang telah diketahui
tegangan permukaan pada alat yang sama, dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

𝜸𝒐 𝒉𝒐. 𝒅𝒐
=
𝜸 𝒉. 𝒅
Keterangan :

γo = tegangan permukaan cairan pembanding


do = massa jenis cairan pembanding
ho = aksi kapiler dalam cairan pembanding
γ = tegangan permukaan cairan sampel
d = massa jenis cairan sampel
h = aksi kapiler dalam cairan sampel

1
C. Bahan dan Alat – Alat
Alat

No Alat Spesifikasi Kebutuhan


1 Pipa Kapiler 3 buah
2 Piknometer 10 ml 3 buah
3 Gelas Piala 250 ml 3 buah
4 Penggaris 30 cm 3 buah
5 Karet Gelang 3 buah
6 Kaca Arloji 3 buah
7 Batang Pengaduk 3 buah
8 Termometer 100oC 3 buah
9 Neraca Analitik 1 buah

Bahan

No Bahan Spesifikasi Kebutuhan


1 Deterjen 1 bungkus kecil

D. Prosedur Percobaan
a) Siapkan alat-alat yang akan digunakan dalam keadaan bersih.
b) Ikatkan pipa kapiler pada penggaris dengan karet gelang.
c) Terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu (T0), tinggi larutan (h0), dan
massa jenis (d0) pada larutan pembanding.
d) Buat larutan deterjen dalam gelas piala dengan konsentrasi 0,01 %, 0,05 %
dan 0,09 % (sesuai tugas). Diaduk dengan batang pengaduk sampai semua
deterjen larut semua.
e) Celupkan kapiler ke dalam masing-masing larutan deterjen yang telah
dibuat diatas.
f) Dari penggaris baca aksi kapiler dari masing-masing larutan tersebut.
g) Tentukan massa jenis masing-masing larutan deterjen tersebut dengan alat
piknometer.
h) Catat suhu cairan percobaan.
i) Lihat nilai tegangan permukaan cairan pembanding pada tabel sesuai
dengan suhu percobaan dan juga nilai massa jenisnya.

2
E. Tugas
1. Tentukan tegangan permukaan masing – masing deterjen
2. Mana yang paling baik daya cuci deterjen tersebut ?

F. Pertanyaan
Bagaimana efek deterjen terhadap tegangan permukaan cairan ?

3
II. PENENTUAN VISKOSITAS CAIRAN DENGAN ALAT
VISKOMETER OSWALD

A. Tujuan Praktikum
1. Melatih menggunakan Viskometer Oswald
2. Menentukan viskositas berbagai cairan.

B. Teori
Viskometer adalah besarnya gaya persatuan luas (dyne/cm). Kecepatan yang
diperlukan untuk mendapatkan beda sebesar 1 cm/dt antara 2 lapisan sejajar yang
berjarak 2 cm. Viskometer yang digunakan pada percobaan ini yaitu Viskometer
Oswald. Viskositas cairan (ƞ) dapat ditentukan dalam pengukuran kecepatan
aliran melalui suatu pipa kapiler.
Viskositas cairan yang agak encer dapat diukur dengan alat Viskometer
Oswald, sedangkan cairan yang kental dan tembus cahaya dengan menggunakan
alat viskometer bola jatuh. Viskometer Oswald didasarkan pada persamaan
Poisseuille dengan jalan membandingkan waktu alir sejumlah volume cairan
melewati kapiler dalam viskometer oswald terhadap suatu cairan pembanding
berdasarkan persamaan berikut :
ƞ𝒐 𝒅𝒐. 𝒕𝒐
=
ƞ 𝒅. 𝒕
Keterangan :
Ƞo = Viskositas cairan pembanding
do = massa jenis cairan pembanding
to = waktu alir cairan pembanding
ƞ = viskositas cairan sampel
d = massa jenis cairan sampel
t = waktu alir cairan sampel
Nilai viskositas cairan dipengaruhi oleh suhu dan untuk itu harus dicatat suhu
percobaan untuk melihat harga viskositas dan massa jenis cairan pembanding
dalam tabel yang ada.

4
Gambar 1. Viskometer Ostwald
C. Bahan dan Alat – Alat
Alat
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Viskometer Ostwald 3 buah
2 Labu Ukur 100 ml 3 buah
3 Gelas Piala 250 ml 3 buah
4 Gelas Piala 100 ml 3 buah
5 Buret 50 ml 3 buah
6 Piknometer 10 mL 10 ml 3 buah
7 Stopwatch 3 buah
8 Bulp (Bola Hisap) 3 buah
9 Pipet Takar 10 ml 3 buah
10 Corong 3 buah
11 Batang Pengaduk 3 buah
12 Neraca Analitik 1 buah
13 Batang Pengaduk 3 buah
14 Pipet Tetes 3 buah

Bahan
No Bahan Spesifikasi Kebutuhan
1 Gliserin 100 gram
2 Akuades 5 liter

5
D. Prosedur Percobaan
1. Buat larutan gliserin 5% dari larutan gliserin 70% dalam 1000 mL larutan,
serta encerkan cairan gliserin ini sehingga konsentrasi 0,1%, 0,6%, 0,8%
dan 0,9% (sesuai tugas) dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades ke
dalam labu ukur sampai tanda batas dan homogenkan.
2. Masukkan 5 mL masing – masing cairan tersebut ke dalam viskometer
oswald yang kering dan bersih.
3. Ukur waktu yang dibutuhkan masing – masing cairan gliserin yang
melewati jarak antara dua tanda batas pada alat dengan cara mengisap
cairan melalui salah satu lubang / lubang yang ada pipa kapilernya pada
alat viskometer tersebut.
4. Lakukan beberapa kali pengukuran waktu untuk masing – masingnya dan
ambil rata – ratanya.
5. Tentukan massa jenis masing – masing cairan yang telah dibuat itu dengan
piknometer.
6. Lakukan percobaan yang sama untuk cairan pembanding akuades serta
catat suhu percobaan untuk melihat nilai viskositasnya serta massa
jenisnya pada tabel (lihat lampiran 1).
7. Hitung viskositas masing – masing cairan tersebut berdasarkan persamaan
diatas.

E. Tugas
1. Hitung viskositas masing – masing cairan
2. Buat kurva hubungan kekentalan cairan (ƞ) dengan konsentrasi (c)

F. Pertanyaan
1. Bagaimana bentuk hubungan kurva yang dibuat diatas ?
2. Faktor apa yang harus diperhatikan dalam metode ini ?

6
III. ADSORBSI PADA LARUTAN

A. Tujuan Praktikum
1. Verifikasi isotherm freundlich
2. Mempraktekkan konsep mol.

B. Teori
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben,
misalnya zat padat akan menarik molekul – molekul gas atau zat cair pada
permukaan. Hal ini disebabkan karena zat padat terdiri dari molekul – molekul
tidak tarik menarik dengan gaya vander walls. Jika ditinjau satu molekul maka
molekul ini akan dikelilingi molekul yang lain yang tidak memiliki gaya tarik
yang seimbang karena salah satu arah tidak ada molekul lain yang menarik
molekul lain disekitarnya.
Besar kecilnya adsorbsi dipengaruhi beberapa faktor antara lain : macam
adsorben, macam zat yang diadsorbsi, konsentrasi, luas permukaan, temperatur
dan tekananan. Untuk adsorben yang permukaan besar, maka adsorbsinya juga
makin besar. Makin besar konsentrasi, maka makin banyak zat yang diadsorbsi.
Sifat adsorbsi pada permuakaan zat padat adalah sangat selektif, artinya pada
campuran zat hanya satu komponen yang diadsorbsi oleh zat padat tertentu.
Pengaruh konsentrasi zat dalam larutan terhadap adsorbsi dapat dirumuskan
sebagai berikut:

𝑋⁄𝑚 = 𝐾𝑐 1/𝑛

Keterangan :

X = berat zat yang diadsorbsi

m = berat adsorben

C = konsentrasi zat dalam larutan

n dan K = tetapan adsorbsi

7
Untuk menentukan n dan K dengan membuat grafik log(X/m) versus log c,
sebagai garis lurus slopenya adalah n dan intersepnya log k, sehingga harga K
dapat ditentukan. Menurut persamaan Langmuir (adsorbsi isotherm Langmuir)
dengan notasi yang sama, hanya bentuk – bentuk tetapannya yang berbeda.

Persamaan Langmuir :

X⁄m=(α/(1+βo ) dapat ditulis c/( X⁄m)= 1⁄α+βo c⁄a

Dengan membuat grafik c/(X/m) vs c yang merupaan garis lurus, akan


didapatkan slope β/α dan intersepnya 1/α.

C. Bahan dan Alat – Alat


Alat
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Erlenmeyer 250 ml 3 buah
2 Gelas Ukur 250 ml 3 buah
3 Gelas Ukur 100 ml 3 buah
4 Labu Ukur 100 ml 3 buah
5 Buret 50 ml 3 buah
6 Pipet Gondok 10 ml 3 buah
7 Bulp (Bola Hisap) 3 buah
8 Corong 3 buah
9 Kaca Arloji 3 buah
10 Batang Pengaduk 3 buah
11 Klem dan standar 3 buah
12 Neraca Analitik 1 buah
13 Kertas Saring 1 kotak

Bahan
No Bahan Spesifikasi Kebutuhan
1 CH3COOH Merck 100 ml
2 Asam oksalat (H2C2O4) Merck 500 gram
3 NaOH Merck 500 gram
4 Indikator PP 1 botol
5 Karbon Aktif 100 gram

8
D. Prosedur Percobaan
1) Buatlah larutan asam asetat dengan konsentrasi 1N, lalu diencerkan
menjadi konsentrasi 0,1N ; 0,5N ; 0,7N
2) Ambil 10 mL tiap – tiap larutan dari pengenceran yang telah dilakukan,
lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan beberapa tetes
indikator PP dan titrasi dengan NaOH 0,5N sampai timbul warna pink
(merah jambu). Catat mL NaOH yang terpakai dan tentukan konsentrasi
asam asetat tersebut (konsentrasi asam asetat mula – mula).
3) Ambil kembali setiap larutan asam asetat 30 mL, masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL dan tambahkan masing – masing 0,3 gram adsorben
(karbon aktif), kocok dan tutup dengan plastik selama 30 menit.
4) Setelah 30 menit larutan asam asetat yang ditambahkan karbon aktif tadi
disaring dengan kertas saring lalu diambil masing – masing filtrat 10 ml
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian tambahkan beberapa
tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan NaOH 0,5 N sampai timbul
warna pink yang tidak hilang oleh pengocokan. Catat ml NaOH yang
terpakai sehingga dapat diketahui konsentrasi asam asetat sisa yang ada
dalam larutan. Asam asetat yang diadsorbsi dapat dihitung.

E. Pertanyaan
1. Apakah perbedaan adsorbsi, absorbsi dan desorbsi, lengkap dengan
contohnya?
2. Jelaskan isotherm adsorbsi menurut langmuir dan freundlich. Jelaskan
perbedaanya dengan disertai kurva/ grafik ?
3. Jelaskan isotherm adsorbsi yang akan diketahui berdasarkan studi literatur
lainnya, seperti isotherm BET ?

9
IV. PENENTUAN DAYA KOAGULASI ELEKTROLIT PADA KOLOID

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan daya koagulasi berbagai elektrolit terhadap suatu koloid
2. Menghitung konsentrasi elektrolit yang efisien untuk mengkoagulasikan
elektrolit.

B. Teori
Suatu koloid yang bermuatan dapat diendapkan/dikoagulasikan dengan
penambahan larutan elektrolit. Setiap elektrolit mempunyai kemampuan tersendiri
dalam proses koagulasi terutama sangat ditentukan oleh valensi ion yang efektif
dalam proses koagulasi. Semakin kecil konsentrasi elektolit yang diperlukan
untuk koagulasi koloid tersebut semakin besar daya koagulasinya terhadap koloid
itu. Ion yang efektif dalam proses koagulasi adalah ion yang bermuatan
berlawanan dengan muatan koloid.
Disamping penambahan larutan elektrolit, proses elektrolisis dan
pencampuran dua koloid yang muatan berlawanan juga dapat untuk koagulasi
koloid yang bermuatan.

C. Bahan dan Alat – Alat


Alat
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Gelas Ukur 250 ml 3 buah
2 Tabung Reaksi 10 buah
3 Rak Tabung Reaksi 1 buah
4 Pipet Takar 10 ml 3 buah
5 Bulp (Bola Hisap) 3 buah

Bahan
No Bahan Spesifikasi Kebutuhan
1 NaCl 1M Merck 50 gram
2 K2CrO4 0,175 M Merck 50 gram
3 K3Fe(CN)6 0,004 M Pudak 50 gram
4 Sol Fe2O3 25 gram

10
D. Prosedur Percobaan
1) Buat larutan sol Fe2O3 dengan cara larutkan FeCl3 konsentrasi 5% dalam
1L akuades yang sudah dipanaskan, homogenkan dan didiamkan minimal
1 minggu sebelum digunakan serta buat semua larutan yang diperlukan
seperti larutan NaCl 1 M, larutan K2CrO4 0,175 M, larutan K3 Fe(CN)6
0,004 M.
2) Sediakan 5 buah tabung reaksi besar dan buatlah komposisi campuran
seperti berikut :
NaCl 1 M 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml 5 ml
H2 O 4 ml 3 ml 2 ml 1 ml 0 ml
3) Kepada masing – masing tabung reaksi ditambahkan 5 mL koloid (sol
Fe2O3) dan letakkan kertas putih dibawah tabung reaksi itu.
4) Setelah beberapa saat lihat dari atas tabung reaksi, pada tabung mana
terjadi koagulasi (terlihat keruh). Misalkan terjadi koagulasi pada tabung
ke-3 dan buatlah variasi yang lebih teliti seperti contoh berikut :
NaCl 1 M 2,0 ml 2,2 ml 2,4 ml 2,6 ml 2,8 ml
H2 O 3 ml 2,8 ml 2,6 ml 2,4 ml 2,2 ml
5) Tentukan konsentrasi yang tepat untuk koagulasinya berdasarkan
komposisi yang tepat terjadi kekeruhannya dari percobaan yang tahap
variasi yang lebih teliti (tahap kedua).
6) Lakukan lagi percobaan yang sama seperti diatas dengan larutan K 2CrO4
0,175 M dan juga untuk larutan K3Fe(CN)6 0,004 M.

E. Tugas
1. Hitung konsentrasi yang efektif untuk masing – masing elektrolit dalam
koagulasi koloid itu.
2. Buat urutan daya koagulasi ketiga elektrolit itu terhadap koloid tersebut ?

F. Pertanyaan
1. Berikan pengertian koloid hidrofil dan hidrofob ?
2. Bagaimana cara koagulasi koloid hidrofil ?

11
V. KARAKTERISASI BAHAN POLIMER

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui densitas suatu bahan polimer
2. Untuk mengetahui titik lebur bahan polimer

B. Teori
Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar
biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut
monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya
berbeda akan menghasilkan kopolimer. Polimer alam yang telah kita kenal antara
lain : selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya. Pada mulanya manusia
menggunakan polimer alam hanya untuk membuat perkakas dan senjata, tetapi
keadaan ini hanya bertahan hingga akhir abad 19 dan selanjutnya manusia mulai
memodifikasi polimer menjadi plastik.
Plastik yang pertama kali dibuat secara komersial adalah nitroselulosa.
Material plastik telah berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang
sangat penting dibidang elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture,
konstruksi, kemasan kosmetik, mainan anak – anak dan produk – produk industri
lainnya.
Secara garis besar, plastik dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu : plastik thermoplast dan plastik thermoset. Plastik thermoplast adalah
plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya panas ( lihat tabel 2 ).
Yang termasuk plastik thermoplast antara lain : PE, PP, PS, ABS, SAN, nylon,
PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dll. Sedangkan palstik thermoset adalah plastik
yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali karena
bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi ( lihat Tabel 1 ). Yang
termasuk plastic thermoset adalah : PU (Poly Urethene), UF (Urea
Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde), polyester, epoksi dll.

12
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Piknometer 10 mL
2. Neraca Analitis
3. Botol Aquadest
4. Gelas Beaker 250 mL
5. Gelas Ukur 10 mL
6. Hot Plate
7. Termometer

Bahan
1. Polietilen (PE)
2. Polipropilen (PP)
3. Polistiren (PS)
4. Akuades
5. Minyak Goreng

D. Prosedur Percobaan
a) Pengukuran Densitas
1. Sediakan piknometer yang kering dan bersih, kemudian timbang berat
kosongnya
2. Sediakan polietilen, polipropilen, dan polistiren masing-masing 1 gram.
3. Dengan menggunakan piknometer yang telah diketahui beratnya, tentukan
berat aquadest dengan menimbangnya dengan piknometer, kemudian
masukkan 1 gram polietilen kedalam piknometer tersebut dan ditimbang.
4. Dengan perlakuan yang sama tentukan berat polipropilen dan polistirena.
5. Hitung densitas bahan polimer.

b) Penentuan Titik Lebur


1. Masukkan sedikit polietilen kedalam gelas beaker, kemudian tambahkan
didalamnya 10 mL minyak goreng.

13
2. Panaskan campuran minyak goreng dan polietilen tersebut dengan
menggunakan hot plate sampai polietilen meleleh.
3. Setelah polietilen meleleh, diukur suhu minyak goreng tersebut dengan
termometer.
4. Dengan perlakuan yang sama dilanjutkan dengan pengukuran titik lebur
polipropilen dan polistiren.

D. Data Percobaan
a. Pengukuran Densitas
No Sampel Berat Volume Berat Berat Densitas
Sampel Piknometer Piknometer Piknometer
Kosong Berisi

b. Penentuan Titik Lebur


No Sampel Volume Minyak Goreng T (OC)

E. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian polimer
2. Berikan contoh polimer alam dan polimer sintetis

14
VI. TETAPAN KALORIMETER

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui sifat-sifat kalorimeter.
2. Menentukan tetapan kalorimeter sebagai dasar percobaan yang lain.

B. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 x pertemuan ( 1 x 160 menit x 1 SKS)


C. Teori Dasar
Alat yang yang digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut
kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini
dapat terjadi karena kalorimeter sendiri (baik gelas atau politena atau logam)
mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur.
Untuk itu kita perlu menentukan berapa banyak panas yang diserap oleh
kalorimeter beserta termometer dan pengaduknya. Dalam percoaan ini kita
menguji kalorimeter untuk mendapatkan tetapan kalorimeter untuk suatu
kalorimeter yang mengandung 100 ml air.
𝑄
𝐶=
∆𝑇
C = Tetapan Kalorimeter
Q = Kalor yang diserap alat (J)
∆𝑇 = Perubahan Suhu (oC)

𝑄 = 𝑚 𝑥 𝑐 𝑥 ∆𝑇
q = Kalor air (J)
m = Massa (gram)
c = Kapasitas panas air (J/g o)
∆𝑇 = Perubahan Suhu (oC)

D. Metodologi
a. Alat
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Kalorimeter 1 set
2 Termometer 100oC 3 buah

15
3 Gelas Ukur 250 ml 3 buah
4 Gelas Ukur 50 ml 3 buah
5 Batang Pengaduk 3 buah
6 Pemanas 1 buah

b. Bahan
No Bahan Spesifikasi Kebutuhan
1 Akuades 2 liter

c. Prosedur Kerja

1. Pasang alat seperti yang terlihat pada Gambar dibawah ini:

2. Ukur 50 ml air dengan gelas ukur. Masukan air ke dalam kalorimeter,


aduk dan catat suhu air dalam kalorimeter setiap 30 detik hingga menit ke-
4.
3. Tepat pada menit ke-4, masukan air panas yang suhunya telah diketahui
(minimum 35 oC, tetapi lebih dari 45 oC) sebanyak 50 ml.
4. Catat suhu air dalam kalorimeter tiap 30 detik dan mengaduknya, sampai
menit ke-8.
5. Buat kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh suhu
maksimum yang tepat.

16
E. Hasil percobaan

Waktu Suhu (oC) Waktu (menit) Suhu (oC)


(menit)
0 ... 4,5 ...
0,5 ... 5 ...
1 ... 5,5 ...
1,5 ... 6 ...
2 ... 6,5 ...
2,5 ... 7 ...
3 ... 7,5 ...
3,5 ... 8 ...
4 ...
Penambahan
air panas

Suhu air panas awal = ...oC


Perubahan suhu (ΔT) = ...oC

Kapasitas panas air = 4,18 J g-1 oC-1

F. Tugas.

1. Hitung energi panas yang diserap air dingin (J)


2. Hitung energi panas yang dilepaskan oleh air panas (J).
3. Hitung berapa energi panas yang diserap oleh kalorimeter (J).
4. Hitunglah berapa energi panas yang diserap kalorimeter untuk setiap
kenaikan suhu 1 oC.
5. Hitunglah berapa energi panas yang diserap air (100 gram) untuk setiap
kenaikan suhu 1 oC.

G. Pertanyaan

1. Mengapa energi yang diterima air dingin tidak sama dengan alat yang
dilepas oleh air panas?
2. Bagaimana anda dapat menghitung kapasitas panas kalorimeter?

17
VII. PANAS PELARUTAN

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan panas pelarutan.
2. Menggunakan hukum Hess untuk panas reaksi secara tidak langsung.
B. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 x pertemuan ( 1 x 160 menit x 1 SKS)
C. Teori Dasar
Panas pelerutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalm prakteknya
pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul
perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut. Panas pelarutan suatu
padatan dapat ditulis sebagai berikut:
X (s) + aq X (aq) ΔH
Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa, yaitu
CuSO4. 5H2O dan CuSO4 (anhidrat). Selanjutnya dengan menggunakan hukum
Hess, akan dihitung panas reaksi:
CuSO4 (s) + aq CuSO4. 5 H2O (s)
Biasanya panas reaksi diatas, sangat sulit untuk ditetntukan. Akan tetapi
dengan menggunakan hukum Hess panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak
langsung.

D. Metodologi

a. Alat

No Alat Spesifikasi Kebutuhan


1 Kalorimeter 1 set
2 Termometer 100oC 3 buah
3 Gelas Ukur 100 ml 3 buah
4 Cawan Porselen 3 buah
5 Stopwatch 3 buah
6 Mortal dan Pestel 1 buah
7 Desikator 1 buah
8 Kaca Arloji 3 buah

18
b. Bahan

No Bahan Spesifikasi Kebutuhan


1 CuSO4.5H2O Merck 50 gram
2 Akuades 5 liter

c. Prosedur Kerja:

1. Timbang secara kasar kira- kira 10 gram kristal CuSO4. 5 H2O.


2. Tempatkan kristal CuSO4. 5H2O pada mortal dan pestel, lalu hancurkan
sampai diperoleh serbuk halus (kristal biru akan berubah menjadi serbuk
putih kebiruan).
3. Timbang secara teliti 5 gram CuSO4. 5H2O yang telah dihancurkan tadi
pada neraca analitik (± 0,001 gram), catat hasilnya.
4. Siapkan kalorimeter berikut pengaduk dan termometer(0 – 100 oC),
kemudian masukkan ke dalam kalorimeter itu tepat 100 ml air (jika tetapan
kalorimeter belum diketahui, tetapkan dulu nilai ini dengan menggunakan
percobaan 1).
5. Untuk mengetahui perubahan suhu kalorimeter dari waktu kewaktu,
catatlah suhu setiap 30 detik sampai ke-4.
6. Setelah suhu air dalam kalorimeter tidak berubah lagi, tambahkan 5 gram
CuSO4. 5H2O tadi dan aduk kuat. Catat waktu ketika CuSO4. 5H2O
ditambahkan, lalu lanjutkan pembacaan suhu setiap 30 detik sampai menit
ke- 8 dihitung dari waktu penambahan CuSO4. 5 H2O.
7. Panaskan 5 gram serbuk CuSO4. 5H2O lain dalam cawan porselen. Aduk
perlahan-lahan sampai semua air hidrat yang terdapat pada serbuk hidrat
ini menguap seluruhnya (ditandai dengan perubahan warna dari biru
menjadi putih). Simpan serbuk anhidrat tadi dalam desikator, tunggu
sampai serbuk itu menjadi dingin. (serbuk disimpan dalam desikator untuk
mencegah serbuk anhidrat tadi menyerap uap air dari udara).
8. Dengan menggunakan serbuk CuSO4 anhidrat, ulangi langkah 3 sampai 6.

19
E. Hasil percobaan

Waktu Penambahan CuSO4. 5 H2O Penambahan CuSO4 anhidrat


(menit) (oC) (oC)
0 ... ...
0,5 ... ...
1,0 ... ...
1,5 ... ...
2,0 ... ...
2,5 ... ...
3,0 ... ...
3,5 ... ...
4,0 penambahan penambahan
4,5 ... ...
5,0 ... ...

Tetapan kalorimeter = ........J oC-1


Berat CuSO4. 5 H2O =.......... gram

Berat CuSO4 anhidrat =...........gram

F. Tugas

1. Hitunglah perubahan panas per mol CuSO4. 5 H2O yang dilarutkan.


2. Hitunglah perubahan panas per mol CuSO4 anhidrat yang dilarutkan.
3. Dengan menggunakan hukum Hess, hitung panas reaksi untuk reaksi:
4. CuSO4 (s) + aq CuSO4. 5 H2O (s)

G. Pertanyaan:

1. Adakah cara yang dapat digunakan untuk menghitung panas reaksi:


CuSO4 (s) + aq CuSO4. 5 H2O (s)
Secara langsung jelaskan!

20
VIII. MENENTUKAN KEKUATAN IKATAN HIDROGEN

A. Tujuan Praktikum
1. Memperlihatkan bahwa kekuatan ikatan hidrogen lebih kecil dibandingkan
dengan ikatan kovalen.
2. Memperlihatkan bahwa ikatan yang terjadi dari suatu reaksi dapat diukur
kekuatannya.

B. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 x pertemuan ( 1 x 160 menit x 1 SKS)


C. Teori dasar
Dalam percobaan ini akan ditentukan besarnya kekuatan ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang banyak kita jumpai di alam, misalnya:
ikatan pada protein, DNA, dan air. Adanya ikatan hidrogen menimbulkan sifat-
sifat khusus pada senyawa, misalnya α-helix pada protein dan double belix pada
DNA.
Ikatan hidrogen dibentuk pada waktu ikatan polar (misalnya, O-H atau N-
H mengadakan interaksi dengan atom elektronegatif (misalnya: oksigen fluor,
atau klor). Interaksi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
A-H .... B
Ikatan hidrogen
Dimana A-H adalah ikatan polar dan B adalah atom elektronegatif. Dalam
percobaan ini akan diamati besarnya kekuatan ikatan hidrogen yang terjadi antara
kloroform (triklorometana) dan aseton atau metil etil keton.
ΔHikatan hidrogen ditentukan dengan menggunakan kalorimeter. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
Cl CH3 Cl ikatan hidrogen CH3

Cl C H+O=C Cl C H......................O = C + panas

Cl CH3 Cl CH3

Adanya pembentukan panas menunjukkan terjadinya ikatan antara kloroform dan


aseton.

21
D. Metodologi
a. Alat
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Kalorimeter 2 set
2 Termometer 100 oC 2 buah
3 Gelas Ukur 25 ml 4 buah
4 Stopwatch 2 buah

b. Bahan
No Bahan Spesifikasi Kebutuhan
1 Kloroform (CHCl3) Merck 100 ml
2 Aseton ( (CH3)2CO ) Merck 100 ml
3 Metil etil keton Merck 100 ml

c. Prosedur Kerja

1. Pasanglah kalorimeter seperti gambar dibawah ini:

2. Ukurlah 20 ml aseton dengan gelas ukur dan masukkan ke dalam


kalorimeter.
3. Kemudian ukurlah kloroform sebanyak 21,8 ml dengan gelas ukur lain.
4. Amati suhu aseton dalam kalorimeter setiap 30 detik sampai menit ke-4
(lakukan pengadukan setiap kali melakukan pengukuran)
5. Ukur suhu kloroform dan pada menit ke-4 tuangkan 21,8 ml kloroform ke
dalam kalorimeter.
6. Amati suhu maksimum campuran dengan mencatat suhunya setiap 30
detik hingga menit ke-8 .
Agar lebih teliti buatlah kurva antara waktu dengan suhu sehingga
diperoleh suhu maksimum yang tepat.

22
E. Hasil percobaan

Kloroform Aseton

Volume (ml) 21,8 ml 20 ml

Massa jenis 1,49 g cm-3 0,79 g cm-3

Massa (gram) ...g ...g

Kapasitas panas 0,96 J g-1 K-1 2,22 J g-1 K-1

Berat molekul 119,4 58,1

Kenaikan suhu (ΔT) = ... oC


Suhu kloroform sebelum masuk kalorimeter = ... oC

Tetapan kalorimeter = ...J oC

F. Tugas

1. Hitunglah massa CHCl3 dan aseton.


2. Hitunglah berapa joule panas yang diterima aseton dan CHCl3.
3. Hitunglah berapa joule panas yang diserap kalorimeter.
4. Hitunglah jumlah energi panas total.
5. Harus diingat bahwa yang hendak dihitung adalah kekuatan ikatan
hidrogen per mol. Berapa mol digunakan pada percobaan ini?
Hitung jumlah energi panas untuk satu mol.

23
G. Pertanyaan

1. Bandingkan besarnya kekuatan ikatan hidrogen dengan ikatan kovalen,


berikan komentar anda?
2. Mengapa kita memakai 21,8 ml CHCl3 dan 20 ml aseton, bukankah 20,0
ml CHCl3 lebih mudah mengukurnya?

24
IX. PANAS NETRALISASI ASAM-BASA

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan panas netralisasi berbagai reaksi netralisasi asam - basa
2. Memperlihatkan bahwa panas netralisasi asam kuat-basa kuat tidak
bergantung pada jenis asam atau basa kuat yang digunakan.
3. Menentukan entalpi ionisasi.

B. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 x pertemuan ( 1 x 160 menit x 1 SKS)


C. Teori Dasar
Pada percobaan ini akan ditentukan panas netralisasi berbagai reaksi
netralisasi asam-basa. Tekanan selama percobaan selalu tetap (yaitu sebesar
tekanan atmosfer), jadi yang terukur dalam percobaan ini adalah perubahan
entalpi (ΔH) dan bukan perubahan energi dalam (ΔE), tetapi karena perubahan
volume kecil, maka ΔH = ΔE.
Menurut teori Arrhenius, asam dan basa kuat bila dilarutkan dalam air
akan terdisosiasi secara sempurna, sedangkan asam dan basa lemah hanya
terdisosiasi sebagian.
Netralisasi asam kuat oleh basa kuat dapat dituliskan sebagai:
HX + MOH MX + H2O
Bila ditulis dalam bentuk reaksi ion akan diperoleh :
H+ (aq) + X- (aq) + M+ (aq) + OH- (aq) M+(aq) + X- (aq) + H2O (l)
Karena M+ dan X- terdapat pada bagian kiri dan kanan, maka persamaan ion total
adalah:
H+ (aq) + OH- (aq) H2O (l) ΔH1 net (1)
Bila persamaan (1) diperhatikan tampak bahwa ada persamaan tersebut tidak lagi
mengandung M dan X, jadi panas netralisasi asam kuat oleh basa kuat (atau
sebaliknya) tidak tergantung pada asam atau basa yang digunakan.
Hal diatas tidak berlaku pada netralisasi asam lemah atau basa lemah.
Misalnya saja pada titrasi asam lemah oleh basa kuat yang reaksinya dapat ditulis
sebagai berikut:
HA + MOH MA + H2O

25
Reaksi diatas tampaknya sama saja dengan reaksi antara asam kuat dan basa kuat,
tetapi apabila kita lihat persamaan ionnya akan tampak perbedaan, hal ini
disebabakan asam lemah HA hanya sebagian terionisasi.

HA + M+ (aq) + OH- (aq) M+ (aq) + A- (aq) + H2O (l)

Reaksi diatas sebenarnya merupakan penjumlahan dari dua reaksi, yaitu reaksi
ionisasi asam lemah:

HA + aq H+ (aq) + A- (aq)

dan reaksi netralisasi :

H+ (aq) + A- (aq) + M+ (aq) + OH- (aq) A- (aq) + M+ (aq) + H2O (l)

Yang disederhanakan menjadi:

H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) ΔH1 net

Jadi terlihat bahwa perbedaan panas netralisasi asam kuat oleh basa kuat dan asam
lemah oleh basa kuat disebabkan ionisasi asam lemah yang tidak sempurna.

D. Metodologi
a. Alat
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Kalorimeter 2 set
2 Termometer 100 oC 2 buah
3 Gelas Ukur 25 ml 4 buah
4 Stopwatch 2 buah

b. Bahan

No Bahan Spesifikasi Kebutuhan


1 NaOH 1M Merck
2 HCl 1M Merck
3 NH3 1M Merck
4 NaHCO3 1M Merck
5 CH3COOH 1M Merck
6 HNO3 1M Merck

26
c. Prosedur kerja:

1. Pasanglah larutan yang akan ditentukan panas netralisasinya:


a. HCl 1 M NaOH 1 M
b. HNO3 1 M NaOH 1 M
c. CH3COOH 1 M NaOH 1 M
d. NaHCO3 1 M NaOH 1 M
e. HNO3 1 M NH3 1 M

Sedangkan prosedur pengukuran panas netralisasi adalah sebagai berikut:

2. Masukkan 50 ml basa ke dalam kalorimeter. Dalam pengukuran 50 ml


basa ini gunakan selalu gelas ukur yang sama. Dengan gelas ukur yang
lain ukur 50 ml larutan HCl.
3. Ukur suhu kedua larutan ini dengan kedua termometer yang berbeda
(periksa apakah kedua termometer tersebut menghasilkan pengukuran
yang sama atau tidak, bila tidak harus dilakukan koreksi dengan
berdasarkan pada salah satu termometer). Apabila suhu kedua larutan
sudah tetap, periksa berapa perbedaan suhu kedua larutan ini. Perbedaan
suhu tidak boleh lebih besar dari 0,4 oC.
4. Bila suhu kedua larutan telah tetap, masukkan asam ke dalam kalorimeter,
aduk dan lakukan pembacaan suhu setiap 30 detik selama kira-kira 40
menit. Catat suhu yang diperoleh.
5. Bersihkan kalorimeter dan ulangi langkah di atas untuk pasangan asam
basa lainnya.

E. Hasil percobaan

Konsentrasi larutan sebenarnya:

HCl : ..... M

NaOH : ..... M

NH3 : ..... M

NaHCO3 : ..... M

CH3COOH : ..... M

27
a) HCl – NaOH
Suhu awal larutan HCl : ... oC
Suhu awal larutan NaOH : ... oC
Suhu campuran rata-rata : ... oC

Waktu (menit) Suhu (oC)


0 ...
0,5 ...
1,5 ...
2,0 ...
2,5 ...
3,0 ...
3,5 ...
4,0 ...

b) Dan seterusnya,seperti pada (a).

F. Tugas
1. Dengan menggunakan ekstrapolasi pada kurva suhu – waktu, tentukan
suhu pada waktu kedua larutan dicampurkan.
2. Jika suhu awal kedua larutan tidak sama, gunakan nilai rata-rata untuk
menentukan besarnya kenaikan suhu.
3. Diasumsikan bahwa massa jenis dan panas jenis dari semua campuran
sama dengan air, yaitu 1 gram cm-3 dan 4,183 JK-1 g-1
4. Hitunglah entalpi netralisasi dan isi tabel dibawah ini:

G. Pertanyaan

1. Apa yang dapat disimpulkan dari hasil perhitungan ΔHnet dari reaksi-
reaksi di atas?
2. Mengapa beberapa nilai ΔHnet berbeda dengan yang lain?

28
DAFTAR PUSTAKA

Attkins P.W, 1994. Physical Chemistry, 4th ed

Albert Daniel, 1995. Kimia Fisika.Jilid 2 Edisi Kelima, Penerbir : Erlangga,


Jakarta

A.L Underwood, 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Hal 103. Edisi Keempat
Penerbit : Erlangga, Jakarta

Barrow and Pardow, 1998. General Chemistry, 5th ed, John Willey and Sons

Birt, Tony, 1993. Penuntun Kimia Fisika Untuk Universitas, Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Daniels Tarrington and Williams John Warren, 1991. Experimental Physical


Chemistry, McGraw-Hill, Book

http://www.scribd.com/doc/80288919/Elektrolisis-Untuk-Penentuan-Bilangan-
Avogadro

Sukarjo, 1989. Kimia Fisika. Penerbit : Bina Aksara, Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai