Anda di halaman 1dari 103

TUGAS AKHIR

MANAJEMEN LABORATORIUM DAN K3

BUNDELAN PRAKTIKUM K3

OLEH :

AK 1 A

KELOMPOK 1

POLITEKNIK ATI PADANG

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN

PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami aturkan atas kehadirat Allah

SWT yang senantiasa mengkaruniakan rahmat, hidayah, inayah, serta nikmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat

serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

mengangkat derajat manusia dari zaman jahiliyah hingga zaman Islamiyah.

Pembuatan makalah ini adalah salah satu persyaratan nilai untuk mata

kuliah Manajemen Laboratorium dan K3. Ini dapat diselesaikan dengan adanya

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati kami

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Risma Sari selaku dosen pembimbing pada mata kuliah

Manajemen Laboratorium dan K3 yang telah memberikan

pemahaman mengenai Manajemen Laboratorium dan K3 kepada

kami semua

2. Kepada teman-teman kelas AK 1A yang saling membantu dalam

penyelesaian makalah ini

Penulisan makalah ini dilakukan Bersama-sama anggota kelompok dan

melalui proses yang cukup sulit. Namun, kami menyadari dalam penyusunan

makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan saran

dan kritikan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
IDENTIFIKASI BAHAYA DI LABORATORIUM...............................................4
PENATAAN PERALATAN DI LABORATORIUM...........................................16
PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN.............................................40
PENGUKURAN KEBISINGAN...........................................................................51
MENGGUNANAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN.................................65
MANAJEMEN PENGELOLAAN LABORATORIUM.......................................81
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH DI LABORATORIUM.................92

3
IDENTIFIKASI BAHAYA DI LABORATORIUM

A. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui potensi bahaya yang mungkin terjadi

2. Mengetahui upaya pendendalian pencegahan dan penanganan terhadap

resiko bahaya dari bahan yang digunakan

B. Teori dasar

Kimiawan diseluruh dunia bekerja di laboratorium dengan bahan kimia

sehingga rentan mengalami kecelakaan kerja bila kimiawan tidak memahami dan

mentaati prosedur kerja dengan baik umumnya para kimiawan mematuhi prosedur

yang diperlukan untuk menggunakan dan membuang bahan kimia tersebut dengan

aman. Keselamatan kerja di laboratorium seringkali dianggap terlalu menantang

dan membebani laboratorium karna laboratorium menyediakan alat pengaman

untuk para kimiawan yang bekerja di laboratoium tersebut. Sebagian atau seluruh

bagian bahan kimia telah memberikan tantangan dunia fisik dan kemampuan

untuk menginovasinya sehingga laboratorium kimia diseluruh dunia terus

menggunakan untuk dikembangkan menjadi pusat pengetahuan dan

pengembangan bahan kimia. Tersebntuknya budaya keselamatan kerja dan

keamanan bergantung pada pemahaman bahwa kesejahteraan dan keamanan tiap

orang tergantung kerjasama tim dan tanggung jawab masing-masing anggota

Pelaku yang bertanggung jawab memelihara lingkungan laboratoriumyang

selamat dan aman

1. Kantor,kesehatan,keselamatan dan lingkungan

4
2. Petugas keselamatan dan keamana kimia

3. Manager,superfisor dan asisten pratikum

4. Peneliti dan staf laboratorium

Jenis bahaya dan resiko dilaboratorium

Beberapa resiko utama mungkin mempengaruhi laboratorium itu sendiri tetapi

resiko lainnya mungkin merupakan lembaga yang lebih besar

1. Keadaan darurat skala dan situasi besar

2. Pelonggaran keamanan

3. Papan kimia bahan beracun

4. Bahan kimia mudah terbakar

5. Bahaya fisik akan peralatan laboratorium

6. Limbah berbahaya

Keamana dan keselamatan laboratorium perencanaa eksperimen yang meliputi

perhatian terhadap penelitih resiko dan pertimbangan bahaya secara regular

terhadap diri pekerja dan orang lain.

C. Cara kerja

 Lakukan pengamatan terhadap area kerja yang diinginkan

 Catat potensi bahaya yang mungkin terjadi

 Setelah mendata bahya yang ada di laboratorium cari tau

peralatan yang digunakan untuk mengatasi bahaya tersebut

 Buat kesimpulan hasil identifikasi Laboratorium

5
D. Hasil pengamatan

1. Laboratorium Preparasi dan Instrument

Objek Pencegahan
Resiko Pengendalian Penanganan
Pratikum

Pemantauan Terpapar -disimpan di - -meminum

kadar Ion bahan kimia lemari asam menggunakan susu setelah

Cu2+ dalam ammonia -pemakaian apd lengkap praktikum

sampel bahan di -bilas dengan

metode lemari asam air bila

spektrometri terkena

badan

Terpapar -bahan -pemakaian -meminum

bahan kimia disimpan bahan dengan susu setelah

Cuso4 5H20 ditempat sejuk apd praktik

-membasuh

dengan air

mengalir jika

terkena

Penataan -pemantauan -limbah -jika terjadi

limbah yang limbah disimpan di tumpahan

tidak tertata tempat yang segera

lebih aman disterilkan

dari area kerja

6
- -memberi

menggunakan informasi

apd umum

tentang

penanganan

limbah

Area kerja -pengendalian - -memberikan

yang sempit diri pribadi menggunakan informasi

dan banyak terhadap apd yang baik ulang tentang

praktikan disiplin kerja dan benar k3 di

yang tidak -penjagaan -tidak laboratorium

disiplin serta area bermain main -pemberi

area kerja lingkungan di dapat sdm

yang kerja yang laboratorium

berantakan aman

-laboratorium

harus sesuai

standar

internasional

Penataan -penyimpanan -sediakan -lakukan

dalam di lemari asam apar/pasir penataan

penggunaan dipisah antara untuk dengan

lemari asam asam dan basa pencegahan pembantu

larutan kebocoran iformasi

7
-NHoOH & -lakukan tentang

HNO3 penataan kecelakaan

ulang kerja di lab

terhadap zat- -tidak

zat mencampur

penyimpana

zat di lemari

asam

Suhu dan -suhu harus -membeikan -perbaikan ac

pencahayaan pada 18◦c - pendingin jika

25◦c dengan udara & diperlukan

pencahayaan melakukan

300-500 intensitas

cahaya di lab

Resiko -area kerja -kabel disusun -penyediaan

terjadi harus bersih rapi lsb

konsleting dan bebas dari -barang yang pencegahan

listrik dari gangguan menggangu konslet

peralatan -penataan pratikan -air

kabel harus disimpan dipastikan dri

dilakukan sumber

sedemikian listrik

rupa untuk

8
keselamatan

kerja

Tidak ada -persediaan -dilakukan

apar apar pada area perawatan dan

kerja pemeriksaan

setiap 1x

setahun

Kebocoran -cat tembok -diberi tanda -dilakukan

pada dinding agar tidak lantai basah melihat pada

langit-langit bocor agar tidak konstruksi

terjadi bangunan

kecelakaan

Petunjuk -lakukan

jalan untuk jalur

darurat

2. Laboratorium Organik

Objek Penanganan
Resiko Pengendalian Pencegahan
pratikum

Pembuatan Gas yang -alat ditutup Mrnggunakan -menghirup

asetan dihasilkan -mengambil apd seperti udara segar

dapat laturan di respirator

membahayakan

9
saluran dinding lemari

pernapasan asam

-area kerja -pengendalian -Gunakan -minum susu

yang sempit diri terhadap masker dan setelah

praktikan yang disiplin kerja apd lainnya praktek

tidak disiplin -penjagaan -kenali sifat -cuci mata

serta area kerja area kerja bahan jika terkena

yang lingkungan -hindari uap

berantakan yang aman kontak -bilas tubuh

-lab yang langsung yang terkena

sesuai dengan uap zat

internasional refluks

-proses refluks -refluks -Gunakan -minum susu

pada dilakukan di masker setelah

pembuatan as udara dengan apd praktik

teanalida terbukan lainnya -cuci mata

-refluks bahan -jangan jika terkena

mudah goyang alat uap

terbakar refluks -bilas tubuh

-kenali sifat yang tekena

bahan zat

-hindari

kontak

langsung

10
dengan uap

refluks

E. Pembahasan

Perhatian khusus diberikan pada keselamatan kerja atau laboratory safety k3

sewajarnya melekat pada pelaksanaan pratikum di laboratorium.Umumnya

kecelakaan di sebabkan oleh kelalaian kecerobohan. Kemunidan perlu ada

peningkatan kualitas laboratorium di politeknik ati padang yang mana akan

mendukung proses pembelajaran sehingga ilmu yang didapatkan maksimal

kemudian untuk apar perlu di ditinjau ulang fungsinya agar disediakan dan

menanggulangi kebakaran yang tejadi. Kemudian diharapkan untuk diperhatikan

kebocoran-kebocoran dan kabel listrik. Program inspeksi secara berkala atau

membantu menjaga agar fasibilitas peralatan dan orang yang beraktifitas di

laboratorium selamat dan aman

Program yang diperlukan berupa

 Inspirasi peralatan dan fasibilitas secara rutin

 Audit program yang disertai oleh superfisor/manager

 Indeksi keamanan dan kesehatan lingkungan kerja

 Inpeksi oleh badan eksternal

F. Kesimpulan

1. Penamaan sifat peduli dan pentingnya K3

2. Kedisiplinan praktikan berperan penting dalam peningkatan k3 di

area kerja

11
3. Audit dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas Laboratorium

dan mengevaluasi hal-hal yang harus di perbaiki dalam

manajemen laboratorium

G. Saran

1. Observasi dilakukan lebih intens

2. Amati kemungkinan yang dapat terjadi

3. Lakukan praktek dengan sungguh-sungguh

H. Jawaban pertanyaan

1. untuk apa kita harus menentukan tingkat level berbahaya di laboratorium

Jawab: untuk mengetahui risiko yang dihadapi saat melakukan suatu

pengujian laboratorium yang mengetahui banyak cara pencegahan yang

dapat dilakukan untuk menangani tingkat resiko tersebut yang

membahayakan

2. siapa saja yang yang harus mendapatkan jaminan di laboratorium

Jawab: para analis yang bekerja di laboratorium harus mendapatkan jaminan

dilaboratorium untuk mencegah terjadinya kecelakaan dari laboratorium

3. tulis contoh tanda bahaya pada suatu jenis beserta

namanya Jawab: 1. KSCN (Potassium Thio Cyanate)

 Corosive

 Peringatan umum (iritan)

2.Na2CO3 (Natrium Karbonat)

12
 Iritant

3. KMnO4 (Kalium Permanganate)

 Karsinogenik

4. NaOH (Sodium Hydroxide)

 Corrosive

5. AgNO3 (Silver Nitrate)

 Zat Oksidasi

 Corrosive

 Dangerous for Environment

13
I. Lampiran

14
DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, Edwin, Irawan (2016). “Analisis Risiko K3 Dengan Metode Hirarc Pada

Area Produksi PT Cahaya Murni Andalas Permai. Fakultas Teknik

Universitas Andalas”, Padang, Sumatra Barat

Murdiyono. (2016). “Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Risiko Di

Bengkel Pengelasan Smk N 2 Pengasih”, Universitas Negeri Yogyakarta

Safitri, Raharjo, Fitriangga. (2014). “Identifikasi Potensi Bahaya Kerja Dan

Pengendalian Dampak Di Unit Produksi Palm Kernel Crushing Pt. Wilmar

Cahaya Indonesia” Pontianak

15
PENATAAN PERALATAN DI LABORATORIUM

A. Tujuan

1) Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya

2) Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna/ pekerja/

operator

3) Memaksimalkan penggunaan peralatan

4) Mempermudah pengawan alat

B. Teori Dasar

Penataan alat-alat merupakan sebagian kecil dari fungsi pengeloaan

Laboratorium. Untuk dapat memahami penataan alat di Laboratorium. Kita perlu

memahami serta berbagai aspek terkait dengan pengelolaan laboratorium. Dalam

hal ini sistem pengelolaan laboratorium di suatu lembaga yang dijadikan sebagai

sumber pembelajaran.

Penataan (ordering) alat dimaksudkan dengan proses pengangkutan alat di

Laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat

dengan keteraturan dalam penyimpanan (storage), maupun kemudahan dalam

pemeliharaan (manintenance) keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat,

tentu memerlukan cara tertentu agar petugas Laboratorium dapat dengan mudah

dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan Laboratorium dengan

demikian penentuan alat Laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun

secara
16
teratur, indah, mudah, dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi

atau mengganggu peralatan lain. Terpelihara identitas dan presisi alat serta

terkontrol jumlah dari kehilangan. Untuk memenuhi tentang penataan alat

Laboratorium dengan baik diharapkan terlebih dahulu mempelajari bagian

pengenalan dan penggunaan alat Laboratorium.

Laboratorium adalah suatu bangunan yang didalamnya dilengkapi dengan

peralatan dan bahan-bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk

melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran, kegiatan

pengujian kalibrasi dan atau produks secara terkendali.

Pengendalian kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan di Laboratorium

1. Pengaturan tata penempatan alat atau kelistrikan sesuai stndar dan

spesifikasi masing masing alat

2. Pengaturan tata ruang dikondisikan sedemikian rupa agar tercapai

sistem kerja yang sehat dan aman terutama terhadap personil

Laboratorium sehingga membuat sistem kerja efektif tetapi tidak

mempengaruhi mutu hasil uji

Alat yang digunakan harus dalam kondisi

1. Ready for use

2. Bersih

3. Berfungsi dengan baik

4. Terkalibrasi

17
Penataan dan penyimpanan alat didasarkan pada keadaan Laboratorium yang

ditentukan oleh

1. Fasilitas

2. Tata letak Laboratorium

3. Keadaan alat

4. Kepentingan pemakai

Penataan alat di Laboratorium didasarkan Kepada

1. Fungsi alat

2. Kualitas alat

3. Keperangkatan alat

4. Nilai/harga

5. Kuantitas termasuk kelangkaan

6. Sifat termasuk kepekaan

7. Bahan dasar penyusun

8. Bentuk dan ukuran

9. Bobot/berat

Penataan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan pada

1. Secara alfabetis

2. Berdasarkan golongan (klasifikasi)

3. Berdasarkan sifat

4. Pedoman umum penyimpanan

5. Pertimbangan berdasarkan jangkauan untuk menghindari kecelakaan

6. Botol besar diletakkan dibawah, botol kecil diletakkan di atas

18
7. Disimpan ditempat yang sesuai

Penyimpanan dan penataan meliputi beberapa aspek yaitu

1. Aspek pemisahan

2. Tingkat resiko bahaya

3. Pelabelan

4. Fasilitas penyimpanan

5. Wadah sekunder

6. Bahan kadaluarsa

7. Inventaris

8. Informasi resiko

bahaya Tata letak

labratorium

1. Tempat terletak bukan dari arah angin agar terhindar dari polusi

tempat lain

2. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari sumber air untuk menghindari

pencemaran air

3. Mempunyai saluran pembuangan sendiri

4. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari bangunan lain untuk dapat

cahaya maximal dari pencahayaan alami

5. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol

C. Cara kerja

1) Lakukan pengamatan terhadap area kerja yang diamati

19
2) Amati dan catat penataan alat terutama penyimpanan yang terdiri dari

20
 Fungsi alat

 Kualitas alat

 Keperangkatan

 Nilai

 Kuantitas

 Sifat alat

 Bahan penyusun alat

 Bentuk dan ukuran alat

 Bobot

3) Kemudian catat dan amati pertimbangan penataan alat yang meliputi

 Jenis alat

 Tingkat resiko

 Sifat alat

 Kecanggihan alat

 Kualitas alat

 Jumlah alat yang tersedia

 Bahan penyusun alat

 Bentuk dan ukuran alat

4) Jika diperlukan lakukan interview langsung dengan analis

21
D. Hasil Pengamatan

Table 1

Bentuk
Bahan
Kualitas Nilai Sifat Dan Bobot
No Fungsi Alat Keperangkatan Jumlah Dasar
Alat Harga Alat Alat Ukuran Alat
Penyusun
Alat

1 Labu Ukur Alat Tutup alat tidak 50 ml = 1 l = 3 pcs Alat Borosolikat - 25 ml

- Melarutkan dalam ada Rp. 50 ml = 9 pcs tidak - 50 ml

zat secara keadaan 110.00,00 tahan - 100 ml

teliti bagus terhadap - 250 ml

panas - 500 ml

- 1l

2
2 Gelas Ukur Alat - 100 ml = 25 ml = 3 pcs Alat Borosilikat - 10 ml

- dalam Rp. 50 ml = 4 pcs tidak - 25 ml

Memindahkan keadaan 124.000,00 100 ml = 2 tahan - 50 ml

larutan dengan bagus pcs terhadap - 100 ml

volume 500 ml = 1 panas - 250 ml

tertentu dan pcs - 500 ml

kurang teliti 1L

- 2L

3 Corong Alat - 75 mm = 75 mm = 21 Tidak Borosilikat - 50 mm

- Membantu dalam Rp. 30.000 pcs tahan - 75 mm

dalam keadaan panas

memindahkan baik dan

larutan bagus

2
- Alat bantu

penyaringan

4 Gelas Piala Alat - 250 ml = 1 L = 8 pcs Tahan borosilikat - 50 ml

- Menyimpan dalam Rp. 42.000 500 ml = 3 terhadap - 100 ml

larutan kondisi pcs panas - 250 ml

- Mereaksikan baik 250 ml = 10 dan - 500 ml

zat pcs perubaha - 1L

- Tempat n suhu - 2L

Pemanasan drastis

5 Botol Winkler Alat Botol dan tutup 100 ml = 100 ml = 4 Tahan borosilikat - 100 ml

- Menyimpan dalam Rp. pcs panas - 200 ml

larutan untuk kondisi 115.000 dan kuat - 300 ml

pengujian baik - 500 ml

BOD

2
6 Erlenmeyer Alat Ada erlenmeyer 250 ml = 250 ml = 30 Tahan borosilikat - 25 ml

- Tempat dalam asah yang Rp. 45.000 pcs panas - 50 ml

menyimpan kondisi menggunakan 500 m = 3 pcs dan - 200 ml

zat baik dan tutup perubaha - 250 ml

- Tempat siap n suhu - 500 ml

mereaksikan pakai - 1L

zat - 2L

- Tempat

memanaskan

zat

7 Buret Alat Satu set alat 50 ml = - Tidak Borosilikat - 10 ml

- Alat untuk dalam memiliki pipa Rp. tahan - 25 ml

memindahkan kondisi buret, cerat, 525.000 terhadap - 50 ml

larutan secara baik

2
teliti dalam karet dan perubaha

skala tertentu pengait n panas

8 Pipet Gondol Alat - 10 ml = Tidak Borosilikat - 2 ml

- Alat untuk dalam Rp. 76.000 tahan - 5 ml

memindahkan keadaan terhadap - 10 ml

larutan dalam baik dan panas - 25 ml

volume siap - 50 ml

tertentu dan pakai - 50 ml

teliti

9 Labu Kjedhal Alat - 500 ml = - Tahan borosilikat - 50 ml

- untuk dalam Rp. terhadap - 100 ml

mendestruksi kondisi 235.400 panas - 200 ml

sampel baik dan - 300 ml

perubaha - 500 ml

2
pengujian n suhu

protein tinggi

10 Neraca Alat Satu set alat Milter 1 alat Tidak - plastik - Max

analitik dalam Neraca timbang Toledo tahan - besi = 220

- untuk konisi merek Milter ME204E = panas - kaca g

menimbang baik dan Toledo ME204E Rp. dan

zat dengan siap 36.359.000 getaran

ketelitian pakai

tinggi hingga

0,0001 g

11 Neraca Kasar Alat Satu set alat SF-400 = 1 Alat Tidak - Plastik - MAX

- Untuk dalam timbangan Rp. 30.000 tahan - Besi 10

menimbang keadaan merek SF-400 panas KG

zat dengan baik dan

2
ketelitian siap dan

rendah hingga pakai getaran

0,01 g – 0,001

12 Oven Alat dala Satu set alat Oven 2 Alat - - Besi - - Vol

- Untuk kondisi timbangan memert UN Max

memanaskan baik dan memert UN 55 55 53 L = = 53 L

zat/ Produk siap 53 L Rp. -

atau dalam pakai 22.555.000 Suhu

proses Max

sterilisasi =

300 °

2
13 Jar Test Alat Satu set alat jar 1 alat - -

- alat yang dalam test Alumuniu

digunakan kondisi m

untuk Evaluasi baik dan - Besi

flokulasi dan siap

koagulasi zat pakai

Table 2

Tingkat Bentuk

Resiko Kecanggihan Bahan Dasar Dan


No Jenis Alat Sifat Alat Kualitas Alat Jumlah
Alat Penyusun Ukuran

Alat

2
1 Labu Ukur Medium Risk Alat Tidak Alat Manual Termasuk Alat 1 l = 3 pcs Borosolikat - 25 ml

- Alat Kaca (Terhadap Tahan yang Teliti 50 ml = 9 - 50 ml

- Alat Non Pecahan) Panas pcs - 100 ml

Elektronik - 250 ml

- 500 ml

- 1l

2 Gelas Ukur Medium Risk Alat tidak Alat Manual Termasuk alat 25 ml = 3 Borosilikat - 10 ml

- Alat Kaca (Pecahan tahan panas kurang teliti pcs - 25 ml

- Alat Non Kaca) 50 ml = 4 - 50 ml

Elektrolit pcs - 100 ml

100 ml = 2 - 250 ml

pcs - 500 ml

500 ml = 1 1L

pcs - 2L

3
3 Corong Medium Risk Alat tidak Alat Manual Alat Penunjang 75 mm = 21 Borosilikat - 50 mm

- Alat Kaca (Terhadap Tahan Praktikum pcs - 75 mm

- Alat Non pecahan Panas

Elektronik kaca)

4 Gelas Piala Medium Risk Alat Tahan Alat Manual Alat Ukur 1 L = 8 pcs borosilikat - 50 ml

- Alat Kaca (Terhadap Panas tidak teliti 500 ml = 3 - 100 ml

- Alat Non pecahan pcs - 250 ml

Elektronik kaca) 250 ml = 10 - 500 ml

pcs - 1L

- 2L

5 Botol Winkler Medium Risk Alat Tidak Alat manual Alat Bantu 100 ml = 4 borosilikat - 100 ml

- Alat Gelas tahan panas Penunjang pcs - 200 ml

Praktek - 300 ml

3
- Alat Non (Terhadap - 500 ml

Elektronik pecahan

kaca)

6 Erlenmeyer Medium Risk Alat Tahan Alat Manual Alat Ukurt 250 ml = 30 borosilikat - 25 ml

- Alat Gelas (Terhadap Panas tidak teliti pcs - 50 ml

- Alat Non pecahan 500 m = 3 - 200 ml

Elektronik kaca) pcs - 250 ml

- 500 ml

- 1L

- 2L

7 Buret Medium Risk Alat tidak Alat Manual Alat Ukur - Borosilikat - 10 ml

- Alat Gelas tahan Panas Teliti - 25 ml

- 50 ml

3
- Alat Non (Terhadap

Elektronik pecahan

kaca)

8 Pipet Gondol Medium Risk Alat Tidak Alat Manual Alat Ukur Borosilikat - 2 ml

- alat Gelas (Terhadap tahan Panas Teliti - 5 ml

- Alat Non pecahan - 10 ml

elektronik kaca) - 25 ml

- 50 ml

- 50 ml

9 Labu Kjedhal Medium Risk Alat tahan Alat Manual Alat Banntu - borosilikat - 50 ml

- Alat Kaca (Terhadap terhadap destruksi - 100 ml

- Alat ukur Non pecahan panas - 200 ml

Elektronik kaca) - 300 ml

- 500 ml

3
10 Neraca analitik High Risk Tidak tahan Alat semi Alat timbangan Milter - plastik -

- Alat elektronik (Konsleting panas dan Automatis teliti Toledo - besi

Listrik) getaran ME204E - kaca

11 Neraca Kasar High Risk Tidak tahan Alat semi Alat timbangan SF-400 - Plastik -

- Alat Elektronik (Konsleting panas dan Automatis kurang teliti - Besi

Listrik) getaran

12 Oven High Risk Alat tahan Alat semi Alat Oven - Besi -

- Alat Elektronik (Konsleting terhadap automatis pemanasan memert UN

- Alat Pemanasa Listrik dan panas dan 55 53 L

pemanasan) kuat

13 Jar Test High Risk Alat Otomatis Alat bantu 1 set jar test - Alumunium -

- Alat Elektronik (Konsleting analisa - Besi

Listrik dan

3
Pergerakan

alat)

3
E. Pembahasan

Pada praktikum dilakukan penataan laboratorum yang mana dilakukan

penataan terhadap alat gelas dll. Penataan alat harus didasarkan pada aspek-aspek

penting dalam penyusunan alat seperti fungsi alat, kualitas alat, keperangkatan

alat, nilai dan harga, kuantitas, sifat, bahan penyusun, bentuk, ukuran, dan

bobotnya. Hal ini menjadi pertimbangan dengan tujuan agar adanya kenyamanan

bagi pengguna pekerja atau operator. Kemudian agar terciptanya kemampuan alat

yang maximal dalam analisa.

Pertama untuk penyimpanan alat gelas, sudah baik dengan menyimpan di

dalam lemari yang tertata. Namun, untuk jenis alat lain belum maximal dalam

penimpanannya. Seperti pada penyimpanan Neraca seharusnya diletakkan pada

kondisi alat di ruangan khusu. Kemudian bebas getaran, yang mana nantinyan

akan mempengaruhi ketelitian dari alat itu sendiri. Kemudian untuk oven dan jar

test terlalu bebrbahaya karena seharusnya untuk alat tersebut memiliki ruangan

khusus dan tidak ditumpuk dengan alat lain yang nantinya dapat menimbulkan

kecelakaan kerja.

Sehingga perlu adanyan peningkatan kualitas Laboratorium dan perencanaan

penataan Laboratorium di Politeknik ATI Padang Sehingga menimbulkan

kenyamanan dan menghasilkan hasil uji yang maximal dan mendukung penuh

proses pembelajaran di Politeknik ATI Padang

F. Kesimpulan

Dari observasi dan pembahasan dapat disimpulkan

3
1) Penataan Laboratorium kimia penting untuk dipelajari agar terciptanya

rasa aman dan nyaman bagi praktikan dan keamanan dan

memaximalkan fungsi alat

2) Secara umum penataan alat Laboratorium di lingkungan Politeknik

ATI Padang masih perlu ditingkatkan dan direncanakan lebih matang

karena masih jauh di bawah kata standar seperti ruang timbang dan

ruang pemanasan

3) Kedisiplinan praktikan sangat diperlukan dalam menunjang

keberhasilan perencanaan Laboratorium

G. Saran

A. Obersrvasi dilakukan lebih intens

B. Lakukan interview Kepada pihak yang bersangkutan

C. Amati kemungkinan terjadinya kesalaha penataan

D. Cari sumber yang valid

H. Daftar Pustaka

Pusjatan. 2018. Penataan Alat Laboratorium. Bandung

Syutno. Tatat letak Laboratorium IPA

Moran L. dkk. 2010. Keselamatan dan keamanan Laboratorium kimia. The

national academia press Washington dc

Kartiasa, Nyoman. 2006. Laboratorium sekolah dan pengelolaanya. Pusat

scientifia. Bandung

3
Sudjana, Nona, dkk. 1998. Pengelolaan Laboratorium IPA dan Instalasi Listrik.

DepDikBud

3
I. Lampiran

3
4
PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN

A. Tujuan
1. Mengatur besarnya intensitas cahaya yang ada di laboratorium sistem

produksi (LSP) dan workshop

2. Mengetahui besarnya intensitas cahaya yang ada di laboratorium

sistem produksi (LSP) dan workshop

B. Teori Dasar
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada

sebuah permukaan.Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan

didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja

yang dimaksud adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang terletak

setinggi 0,75 meter diatas lantai pada seluruh ruangan ( SNI tata cara

perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung, 2000).

Pencahayaan memiliki satuan lux (ᶩᵐ/ₘ₂ ) dimana Tm adalah

lumers dan m₂ adalah satuan dari luas permukaan

pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan

lingkungan sekitar.

Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek

– objek kerjanya dengan jelas.Cahaya merupakan satu bagian berbagai

jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana

gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang

nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum

elektromagnetnya.

4
Faktor yang mempengaruhi intensitas pencahayaan :

a) Kontras

Sifat terlihat dari memberi cahaya dari lampu sebagai contoh

tinta tulis yang bewarna hitam , memantulkan cahaya atau sama

sekali tidak memantulkan cahaya. Sementara kertas surat dapat

ditulisi memantulkan hampir seluruh cahaya yang memantul

padanya.

b) Arah distribusi

1. Langsung

2. Semi langsung

3. Gonagal difuse

4. Langsung – tidak langsung

5. Semi tidak langsung

6. Langsung

c) Kesilauan

Kesilauan didefinisikan sebagai reaksi psycho – physicologi

dari tenaga kerja terhadap besarnya pencahahayaan lampu

(sumber cahaya) yang terlalu terang, kita mengenal 3 macam

yaitu :

1. Kesilauan langsung

2. Kesilauan tidak langsung

3. Kesilauan kontras

Pengukuran pencahayaan

Alat yang digunakan untuk mengenai intensitas pencahayaan

adalah lux meter. Alat bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya


4
menjadi

4
tenaga listrik oleh photo electic cell. Intensitas ini dinyatakan dalam

pencahayaan lux. Intensitas cahaya diukur dengan dua cara yaitu :

1) Pencahayaan lokal adalah pengukuran di tempat kerja atau

meja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja.

2) Pencahayaan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap

meterpersegi luas kuantal dengan tinggi pengukuran 89 cm dari

lantai (setinggi pinogano).

Standar pencahayaan

Standar pencahayaan pada ruangan menurut Sumainur (2009)

bahwa kebutuhan intensitas cahaya tergantung dari jenis pekerjaan yang

dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila

keadaan cahaya ditempat kerja yang memadai.

Cahaya merupakan bentuk dari radiasi elektromagnetik yang dapat

ditangkap oleh mata dan memiliki panjang gelombang dengan jangkauan

0,4 x 10⁻⁴ – 0,75 x 10⁻⁴ cm. Dengan pengukuran cahaya ada beberapa

macam istilah yang digunakan yaitu : intensitas cahaya, lumen, iluminasi.

C. Alat dan Bahan

a) Alat

Lux meter dan alat tulis

D. Cara Kerja

1. Siapkan alat lux meter dan dikalibrasi

2. Ukur luas ruangan dan ukur titik pengukuran

4
3. Lakukan pengukuran berdasarkan titik ukur dan ketentuan jarak

4. Disatu titik lakukan tiga kali pengukuran yaitu hole, max , min

5. Catat hasil pengamatan

E. Hasil dan Pengamatan

NO Lokasi Pengukuran

Min Max Hold

-Gedung D

1. Workshop

(Lampu Hidup)

Titik 1 89 lux 97 lux 109 lux

Titik 2 72 lux 103 lux 84 lux

Titik 3 73 lux 89 lux 75 lux

Workshop

(Mati Lampu)

Titik 1 38 lux 48 lux 40 lux

Titik 2 50 lux 79 lux 61 lux

Titik 3 11 lux 73 lux 11 lux

Ruang Gudang

Titik 1 0 lux 6 lux 5 lux

Titik 2 24 lux 25 lux 25 lux

Titik 3 0 lux 4 lux 3 ux

4
2. Lab Sistem Produksi

(LSP)

Titik 1 87 lux 88 lux 93 lux

Titik 2 107 lux 112 lux 111 lux

Titik 3 304 lux 306 lux 305 lux

3. Kamar Mandi

(Laki – Laki)

Titik 1 48 lux 51 lux 50 lux

Titik 2 59 lux 61 lux 59 lux

Titik 3 72 lux 24 lux 18 lux

Kamar Mandi 89 lux 91 lux 90 ux

(Perempuan)

Gambar Alat

F. Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu pengukuran intensitas

pencahayaan pada Laboratorium Sistem Produksi dan Workshop di

Politeknik ATI Padang didapatkan hasil yang berbeda pada setiap ttik

4
pengambilan. Hal ini dapat terjadi karena pengukuran dilakukan pada

saat penerangan yang ada titik maxsimum, yaitu ketika keadaan lampu

yang redup dan lampu mati. Penerangan hanya berdasarkan pencahayaan

alami. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

Laboratorium Sistem Produksi (LSP) dan Workshop tidak mempunyai

ruangan dengan penerangan yang mempunyai kesesuain 100% kondisi ini

disebabkan oleh

distribusi cahaya di ruangan tersebut tidak merata.

Ada beberapa cara yanng dilakukan agar intensitas cahaya di

ruangan tersebut memenuhi standar. Cara penanggulannya tersebut

adalah menambahkan sumber pencahayaan alami dan sinar matahari agar

dapat masuk ke dalam ruangan . Hal yang tidak kalah penting adalah

perencanaan pencahayaan sebuah ruangna untuk mencegah kurangnya

pencahayaan di ruangan tersebut. Sistem pencahayaan yang tepat selain

baik untuk kesehatan mata dan keselamatan kerja juga memungkinkan

pemakaian energi yang efisien dan efektif.

Pada praktikum ini menggunakan alat lux meter, diamana pada

pengamatan dapat diamati bahwa semakin tinggi nilai hold, max, dan

min, maka penerangan akan semakin baik, sedangkan semakin kecil nilai

hold, max dan min maka ruangan akan semakin gelap.

G. Kesimpulan

1. Pengukuran pencahayaan dilakukan di laboratorium sistem

produksi (LSP) dan Workshop di Politeknik ATI Padang (Gedung

D).

4
2. Pengukuran pencahayaan dilakukan dengan menggunakan lux

meter.

3. Interprekasi hasil pengukuran pencahayaan berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1905/ MENKES /

SK / 301 / 2002 untuk pencahayaan general belum memenuhi

tingkat pencahayaaan minimal untuk tempat kerja sebesar 100 lux.

H. Saran

1. Lampu sebaiknya dinyalakan ketika jam kerja berlangsung, karena

sangat dibutuhkan oleh mahasiswa.

2. Penempatan titik – titik untuk pengukuran general lebih

diperhatikan sesuai luas ruangan.

3. Penggunaan lux meter lebih diperhatikan dalam hal jarak

penempatan

I. Jawaban Pertanyaan

1. Untuk apa menentukan tingkat kecahayaan ?

Jawab :

- Untuk melakukan segala aktivitas yang ada dalam

ruangan sebuah Lab maka diperlukan intensitas cahaya

yang cukup memadai, hungga dapat dilaksanakan

dengan maksimal yang berkaitan dengan praktikum.

- Intensitas cahaya di tempat kerja untuk memberikan

penereangan kepada benda yang merupakan objek

kerja.

4
2. Jelaskan perbedaan cahaya alami dan buatan !

Jawab :

- Cahaya alami yaitu cahaya yang berasal dari sinar

matahari, sedangakan cahaya buatan yaitu cahaya yang

berasal dari lilin, lampu gas dan minyak, lampu listrik.

- Sumber cahaya alami bersifat tertentu, tergantung

iklim, musim, dan cuaca dapat merusak struktur

permukaan material, sedangkan buatan membutuhkan

biaya tertentu namun peletakkan dan kestabilan dapat

diatur.

3. Pada penempatan titik intensitas penerangan di tempat kerja dibagi

atas penerangan setempat dan penerangan umum jelaskan

perbedaannya !

Jawab :

- Penerangan setempat yaitu objek kerja berupa meja

maupun peralatan

- Penerangan umum yaitu titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu

hingga 1m dari lantai.

4. Terangkan standar pengukuran intensitas pencahayaan !

Jawab : Alat pengukuran cahaya adalah lux meter, lux meter

memiliki range

antara 1-1.000.000 lux. Lux meter disusun oleh tiga

komponen yaitu rangkap LED. Photodiede magnetik yang dapat

4
ditangkap oleh mata dan memiliki panjang gelombang dengan

jangkauan 0,4 x 10⁻⁴- 0,25x 10⁻⁴cm.

J. DAFTAR PUSTAKA

Ansmaya, Jongg, 2014. Pengukuran Intensitas Cahaya di lingkungan sekitar.

Badan Standarisasi Nasional. 2004 Pengukuran, Pencahayaan penerangan di

tempat kerja, SNI 16 – 7062 – 2004. LES 17 – 180 – 20.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Profil Kesehatan Indonesia.

Jakarta.

5
K. LAMPIRAN

5
5
PENGUKURAN KEBISINGAN

A. TUJUAN

1. Mampu melakukan pengukuran kebisingan di tempat kerja

2. Mampu menganalisis tingkat kebisingan di tempat kerja

B. TEORI DASAR

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang dapat

bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja yang pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (PERMENAKER NO

13/MENAKER/X/2011)

Pekerja di lapangan biasanya berisiko terpapar bising adalah mereka yang

bekerja di pabrik – pabrik produksi bermesin dan bagian perawatan mesin,

penggerinda, pengebor, pekerja di sector kendraan umum, bajaj, ojek, pekerja di

bar, pemusik, penyanyi, pekerja di bengkel, pekerja di bandara, terminal, polisi

lalu lintas atau mereka yang bekerja di dapur atau kantin dan mereka yang bekerja

di area public bagian perkantoran seperti resepsionis atau satpam.

Bunyi atau suara dapat didengar sebagai rangangan pada sel saraf pendengar

dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan oleh getaran dari

sumber bunyi atau sumber suara dan gelombang tersebut kemudian merambat

melalui media udara atau suara tersebut tidak dikehendaki karena mengganggu

atau timbul di luar keinginan orang yang bersangkutan. ( Sumamur, 2009)

Menurut subaris dan Haryono (2008) Sumber kebisingan dibedakan menjadi

3, diantaranya

5
1. Bising Industri

Bising Industri biasanya ditemukan di Industri besar termasuk

didalamnya pabrik, bengkel, dan sejenisnya. Bising industri dapat

dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat sekitar industri dan juga

setiap orang yang secara tidak sengaja berada di kawasan industri

tersebut.

2. Bising Rumah Tangga

Bising rumah tangga biasanya memiliki tingkat kebisingan yang tidak

terlalu tinggi, misalnya pada proses memasak di dapur

3. Bising Spesifik

Bising spesifik yaitu bising yang disebabkan oleh kegiatan – kegiatan

khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan

Terdapat beberapa macam persepsi terkait dengan kebisingan itu sendiri.

Diantara definisi tersebut, kebisingan dalam kesehatan kerja dapat diartikan

sebagai suara yang dapat menurunkan tingkat pendengaran baik secra kuantitatif

(Peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (Penyempitan

spectrum pendengaran), yang berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi durasi,

dan pola waktu. (Buchari, 2007)

Menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-

48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyatakan bahwa

kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam

tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia

dan kenyamanan lingkungan.

5
Terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi kualitas bunyi:

1. Frekuensi

Frekuensi merupakan jumlah getaran yang normal sampai ke telinga setiap

detiknya.

2. Intensitas

Intensitas merupakan besarnya arus energy yang diterima oleh telinga

manusia.

Perbedaan Frekuensi dan intensitas bunyi dapat menyebabkan adanya jenis

– jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda juga ( Mulia, 2005)

Terdapat beberapa cara untuk mengontrol kebisingan

1. Meredam bising yang ada

2. Mengurangi luas permukaan yang bergetar

3. Mengatur kembali tempat sumber

4. Mengatur waktu operasi mesin

5. Pembatasan jenis dan jumlah lalu lintas dan lainnya.

Cara mencegah bahaya kebisingan di area kerja:

1. Menaksir kemungkinan kebisingan yang dapat mengganggu pekerja di

tempat kerja

2. Bertindak untuk mengurangi paparan kebisingan di tempat kerja

3. Menyiapkan alat pelindung telinga apabila tidak dapat mengurangi

kebisingan tersebut

4. Memberikan kepercayaan apabila batasan dari kebisingan tidak

terlampaui

5
C. METODOLOGI

1.1 Alat

1. Handphone

2. Alat tulis

3. Software Sound level meter

a. Pengukur tingkat suara by Decibel

b. Sound meter by Smart tools

1.2 Sampel

1. Teaching factory

2. Laboratorium OTK

3. Workshop

1.3 Cara Kerja

a. Pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter

b. Pengukuran Kebisingan dengan Software Sound level meter

D. Hasil & Pengamatan

dB
No Lokasi Alat
Min Max AVG

1. Workshop

- bunyi pukul - Mester 41 97 74

kebisingan 49 95 71

47 94 72

- Sound 35 80 68

Meter

5
40 77 61

47 76 65

2 OTK

1. Rotary dryer

1. Motor 1 - Meter 47 80 69

Kebisingan 44 80 68

41 79 69

- Sound 45 75 65

Meter 60 73 67

19 69 66

2. Motor 2 - Meter 40 83 69

Kebisingan 44 78 68

58 79 69

- Sound 57 75 65

Meter 31 75 63

47 79 64

3. Motor 3 - Motor 45 81 76

Kebisingan 49 81 77

48 81 76

- Sound 47 75 69

Meter 68 77 72

64 76 71

4. Motor 1-3 54 81 76

5
- Meter 45 80 73

kebisingan 64 81 71

- Sound 48 79 72

Meter 69 79 74

71 78 75

2. Kompresor - Meter 45 81 76

Kebisingan 75 80 73

64 81 71

- Sound 64 81 75

Meter 66 78 72

65 78 73

3. Filer Press - Meter 80 83 81

Kebisingan 80 84 81

80 84 82

- Sound 71 76 74

Meter 72 77 75

72 78 75

Kompres dan - Meter 80 84 81

Filter Press Kebisingan 81 83 82

- Sound 67 78 76

Meter 48 77 74

3. Teaching Factorty

1. Pemeras Santan 82 84 83

5
- Meter 73 84 83

Kebisingan 83 85 84

- Sound 70 89 75

Meter 70 77 73

69 74 72

2. Press Santan - Meter 77 82 79

Kebisingan 78 82 79

78 83 80

- Sound 66 75 71

Meter 69 77 72

67 77 72

3. Pencacah - Meter 71 81 77

Plastik Kebisingan 75 86 77

75 82 78

- sound 66 78 71

Meter 64 75 69

65 79 71

E. Pembahasan

Setelah dilakukannya pratikum tentang pengukuran kebisingan ,mengukur

intensitas bunyi adalah decibel skala, Decibel merupakan skala yang bersifat

logaritma untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, dilakukan

monitoring dengan bantuan alat:

1. Noise level meter dan noise analyzer

5
2. Audiometric

Kemarin dilakukannya pengukuran kebisingan harus sesuai prosedur dan hati

hati dan data data yang harus jelas dan actual kebisingan tersebut adalah bunyi

yang mengganggu yang terdapat di tempat kerja Pada mengukur kebisingan kita

dapat tau berapa tinggi kebisingan yang ada di tempat kerja tersebut dan dapat

berhati hati ataupun melengkapi pelindung diri untuk kebisingan karna kebisingan

tersebut dapat berbahaya bagi Kesehatan terutama pada telinga, jika tidak ada

pelindung telinga maka akan sangat berbahaya bagi telinga itu sendiri ,maka

Bahaya yang ditimbulkan dari kebisingan juga beragam. Diantaranya dapat

merusak indera pendengaran, mengganggu konsentrasi, serta menyebabkan emosi

yang tidak stabii dalam pratikum mengukur kebisingan lebih baik memakai alat

pelindung telinga

F. Kesimpulan

Dapat di simpulkan bahwa Kebisingan adalah sebagai suara yang tidak

diinginkan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pendengarnya. Bising

dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

aktivitas alam seperti bicara dan aktivitas buatan manusia seperti penggunaan

mesin (Marisdayana et.al, 2016)

Sumber-sumber kebisingan menurut Prasetio dapat bersumber dari:

1. Bising Interior (dalam) Bising Interior atau bising dalam yaitu sumber

bising yang bersumber dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesing-

mesin gedung.

6
2. Bising Outdoor (luar) Bising Outdoor atau bising luar yaitu sumber bising

yang berasal dari aktivitas lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat

mekanis yang terlihat dalam Gedung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan menurut Mediastika (2005)

dibagi menjagi dua, yaitu

1. Faktor Akustikal

 ingkat kekerasan bunyi

 Frekuensi bunyi

 Durasi munculnya bunyi

 Fluktuasi kekerasan bunyi

 Fluktuasi frekuensi bunyi

 Waktu munculnya bunyi

2. Faktor non-akustikal

 Pengalaman terhadap kebisingan

 Kegiatan

 Perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan

 Manfaat objek yang menghasilkan kebisingan

 Kepribadian

 Lingkungan dan keadaan

Alat Ukur Kebisingan Standar alat ukur yang digunakan untuk mengukur

kebisingan adalah

1. Sound Level meter (SLM). Sound Level meter (SLM) sendiri merupakan

alat ukur dengan basis sistem pengukuran elektronik. Menurut Buchla dan

6
Mclachan (1992), Meskipun pengukuran bisa dibuat secara langsung

dengan cara mekanis.

Menurut KMNLH No. 48 (1996) pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu :

 Cara Sederhana Dengan sebuah Sound Level Meter, biasa diukur tingkat

tekanan bunyi dBA selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan

dilakukan setiap 5 detik.

 Cara Langsung Dengan sebuah Integrating Sound Level Meter yang

mempunyai fasilitas pengukuran LTMS yaitu Leq dengan waktu ukur

setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit.

Tipe-Tipe Kebisingan Menurut Tambunan (2005), dilihat dari hubungan

tingkat bunyi sebagai waktu maka kebisingan dapat dibagi menjadi :

 Kebisingan Kontinyu Kebisingan yang fluktuasi intensitas kebsingan

tidak lebih dari 6 dB dengan spektrum frekuensi yang luas. Contohnya

misalnya seperti suara mesin gergaji.

 Kebisingan terputus-putus Kebisingan yang dimana bunyi mengeras dan

melemah secara perlahan. Contohnya misalnya seperti jalan raya dan

bunyi yang dihasilkan dari kereta api.

 Kebisingan impulsif berulang Kebisingan dimana waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 65 ms dan waktu yang

dibutuhkan untuk penuruna intensitasnya sampai 20 dBA dibawah

puncaknya tidak lebih dari 500 ms. Contohnya seperti suara mesin tempa

di pabrik.

6
 Steady-state noise Kebisingan dengan tingkat tekana bunyi stabil terhadap

perubahan waktu dan tak mengalami kebisingan yang stabil. Contohnya

seperti kebisingan sekitar air terjun dan kebisingan pada interior pesawat

terbang saat sedang diudara.

G. Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan Pembagian Zona Kebisingan Oleh Mentri Kesehatan Republik

Indonesia

JAWABAN

 Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat

penelitian, Rumah Sakit, tempat perawatan kesehatan/sosial &

sejenisnya.

 Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi

perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi.

 Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi

perkantoran, Perdagangan dan pasar.

 Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri,

pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

2. Terangkan Standar Tingkat Kebisingan Di Indonesia?

JAWABAN: Nilai ambang Batas Kebisingan adalah dalam level 85 dB yang

dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40

jam/minggu.

6
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas

tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus

tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.

No. TINGKAT KEBISINGAN (dBA) PEMAPARAN HARIAN

1. 85 8 jam

2. 88 4 jam

3. 91 2 jam

4. 94 1 jam

5. 97 30 menit

6. 100 15 menit

3. Jelaskan Apa Saja Penyakit Akibat Kerja Yang Dilakukan Oleh

Faktor Kebisdingan Atau Suara

JAWABAN:

1. Gangguan fisiologi dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan

denyut nadi, peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh

peningkatan rangsang sistem saraf otonom yang merupakan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara spontan.

6
2. Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut

tidak diinginkan dan mengganggu. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan

sulit tidur, emosional dan gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat

membahayakan keselamatan tenaga kerja.

3. Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terjadinya kesalahan, misalnya

tidak dapat mendengar instruksi yang diberikan.

4. Gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran akibat pajanan bising

atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah penyakit akibat kerja yang sering

dijumpai di banyak pekerja industry Gangguan pendengaran akibat bising dapat

ringan sampai berat akibat pajanan bising yang berlangsung

H. Daftar Pustaka

WULANDARI,P.AGUSTIN.2010.PENGARUH INTENSITAS CAHAYA

MENTRI LINGKUNGAN HIDUP.1996,TENTANG:BUKU KEBISINGAN

.SURAT KEPUTUSAN MENTRI LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR:KEP-48/MENTRI/1996

PRASETIOL.1985 AKUISILK LINGKUNGAN.INSTITUT TEKNOLOGI

SEPULUH NOVEMBER SURABAYA JAKARTA:PENERBIT

ERLANGGA

6
I. Lampiran

6
MENGGUNANAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN

A. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Alat

Pemadam Api Ringan

2. Mahasiswa dapat mengoperasikan dan menggunakan Alat

Pemadam Api Ringan

B. TEORI DASAR

Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap dan

kebakaran merupakan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini

mengakibatkan suatu kerugian materiil maupun kerugian immaterial. Kebakaran

dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, ditempat kerja maupun bangunan yang

dapat beresiko terjadinya bahaya kebakaran. Laboratorium farmasi adalah tempat

yang berpotensi terjadinya kebakaran. Salah satu cara pencegahan kebakaran

adalah menggunakan APAR.

APAR dianggap lebih efektif untuk memadamkan kebakaran secara dini, agar

kebakaran tidak membesar, maka pada kondisi seperti inilah perlu dilakukan

evaluasi terhadap sistem sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada

APAR, Maka dari itu harus dilakukan pemasangan APAR dengan menggunakan

standar yang sesuai dengan kebutuhan yang ada laboratorium.

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat yang ringan serta mudah

dilayani untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula terjadi

kebakaran (definisi berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang

Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat pemadam api ringan.

6
Apar adalah peralatan yang dirancang sebagai pertolongan pertama padaawal

terjadinya kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (berat max 16kg) yangmudah

dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal mula

terjadinyakebakaran. Sedangkan menurut PER.04/MEN/1980, APAR adalah alat

yang ringanserta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada

mula terjadikebakaran.

Fire Extinguisher atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR), terdiri dari:

1) APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)

Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll. Air

merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna sekaligus

ekonomis. Semua pemadam api berbahan air produksi memiliki aplikasi

tipe jet yang mampu menghasilkan arus yg terkonsentrasi sehingga

membuat operator mampu melawan api dari jarak yang lebih jauh dari

pada Nozzle semprot biasa.

2) APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.),

kelas B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan kelas

C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.). Alat Pemadam

Api Ringan berbahan bubuk kering, sangat serbaguna untuk melawan api

Kelas A, B & C, serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi. Selain berguna

dalam mengatasi bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan gas, bubuk

juga efektif untuk kebakaran kendaraan.

6
3) APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)

Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api Kelas

A & B. Alat pemadam berbahan busa memiliki kemampuan untuk

mengurangi resiko menyalanya kembali api setelah pemadaman. Setelah

api dipadamkan, busa secara efektif menghilangkan uap bersamaan dengan

pendinginan api. Alat pemadam api berbahan busa menyediakan

kemampuan yang cepat dan kuat dalam mengatasi api kelas’A’ dan ‘B’.

Sangat efektif terhadap bensin dan cairan yang mudah menguap,

membentuk “segel” api diatas permukaan dan mencegah pengapian ulang.

Ideal untuk penggunaan multi-risiko. Peringkat Api menyediakan cara

untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran

maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A contohnya kotak api kayu

yang terbakar dengan lebar 0.5m x tinggi 0.56m x panjang. Angka rating

adalah sepuluh kali panjang dalam meter, misalnya. 13A menggunakan

tumpuka kayu 1,3 meter. Kelas B terkait dengan kebakaran luas

permukaan dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar

dalam rasio 1 / 3 air , 2 / 3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam

areal melingkar.

4) APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide)

Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-listrik

dan api Kelas B. Kemudian kemampuan tingginya yang tidak merusak

serta efektif dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki sifat non-

konduktif dan anti statis. Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan

dan bahan yang halus, sangat ideal untuk lingkungan kantor yang modern,

dimana minyak, solvent dan lilin sering digunakan. Kinerja yang tidak

6
merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah penting. Kedua model

memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti statis, cocok untuk

situasi yang melibatkan cairan yang mudah terbakar dan bahaya listrik.

Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan yang

halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko

elektronik-nya, dan dimana minyak, bahan pelarut dan lilin sering

digunakan. Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas

dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa

dipadamkan. Kelas B ini terkait dengan kebakaran luas permukaan dengan

angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3,

2/3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam 1 area melingkar.

5) APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.)

dan C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.) Alat

Pemadam Api Otomatis yang berisi Clean Agent Halotron™ I. Alat

pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini menggunakan gas pendorong

Argon, dan alat pengukur tekanan dipasang di Alat pemadam Api Ringan

(APAR) Otomatis. Kapasitas unit 2 kg dan 5 kg difungsikan otomatis oleh

sensitifitas panas dengan kepala sprinkler dan lengkap dengan tekanan.

Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini memerlukan

pemeliharaan minimum 1 tahun dan Thermatic Halotron™ I ini juga

bergaransi 1 tahun. Menjadi agent/media isi yang paling bersih, tidak

meninggalkan residu setelah digunakan. Aman jika terhirup manusia dan

juga ramah lingkungan.

7
Thermatic Halotron™ I ini desain sebagai pengganti gas Halon dan tidak

mengandung CFC.

Cara Kerja Thermatic Halotron™ I integrasi fire alarm adalah sebagai

berikut :

Keberadaan asap dalam ruangan dideteksi smoke detector yang mengcover

kebakaran ruangan yang diproteksi, sehingga alarm bell berbunyi. Apabila ada

kebakaran dan belum sempat dipadamkan dan suhu ruangan mencapai panas

68OC, bulb sprinkler otomatis pecah dan gas Halotron™ menyemprot otomatis

sehingga api dalam sekejap akan segera padam.

Berikut bagian – bagian APAR yang perlu diketahui :

1) Tabung

Spare part yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi baja paduan dan

banyak diterapkan dalam kimia, metalurgi, mekanik. Sehingga tahan

terhadap bahan kimia serta tahan terhadap tekanan yang terukur.

2) Valave/ Katup Spare part

berfungsi untuk menutup dan membuka aliran media (Isi) yang berada

di dalam tabung.

3) Handle Spare part

berfungsi sebagai pegangan untuk menekan serta membantu valve

dalam melakukan fungsinya.

4) Pressure Spare part

berfungsi untuk menunjukkan tekanan dalam tabung.

5) Hose/ Selang Spare part

berfungsi sebagai selang penghantar media.

7
6) Nozzle Spare part

berfungsi sebagai pegangan untuk mengarahkan media pada sumber api.

7) Sabuk Tabung Spare part

berfungsi sebagai dudukan selang pada tabung.

8) Pin Penaman Spare part

berfungsi sebagai pengaman tabung.

9) Bracket/ Hanger Spare part

berfungsi sebagai gantungan APAR.

C. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN

1. Alat

NO ALAT JUMLAH KEBUTUHAN

1. Tong kecil 2 buah

2. Korek Api 1 buah

3. Gayung 1 buah

4. Karung 2 buah

basah/handuk basah

5. Alat Pemadam Api 4 buah

Ringan

2. Bahan

NO BAHAN JUMLAH KEBUTUHAN

1. Kayu Kering 20 buah

2. Solar 2 liter

7
3. Air 2 Ember besar

D. PROSEDUR KERJA

1) Pastikan adanya sumber api

2) Ambil APAR lalu buka pin pada bagian atas

3) Angkat, APAR kemudian arahkan selang APAR ke api dengan jarak 3-

1 meter

4) Lalu tekan bagian paling atas agar APAR mengeluarkan tepung

kimianya

5) Semprot atau tekan terus sampai api benar benar padam

6) Setelah padam pastikan tidak ada sumber panas yang akan

menimbulkan api baru

7) Setelah itu ganti APAR dengan yang baru atau bisa dengan isi ulang.

E. HASIL PENGAMATAN

NO Informasi yang Keterangan

terdapat di tabung

APAR

7
1. Kolom Tanggal Digunakan untuk mencatat tanggal

kapan pemeriksaan APAR telah

dilaksanakan atau tanggal ketika

pemeriksaan

berlangsung
2. Kolom Nomor Untuk mencatat kode, nomor seri,

maupun contoh nomor APAR yang

biasanya tertera di APAR

3. Kolom Jenis Berguna untuk mencatat jenis APAR

yang sedang diperiksa sesuai media yang

ada di dalam tabung APAR seperti :

media cair, dry chemical powder, foam

atau co2

4. Kolom Berat Berisi informasi tentang berat bruto

tabung ketika dilakukan pemeriksaan

5. Kolom Tekanan Kolom yang mencantukmkan informasi

tekanan APAR

6. Kolom Kondisi Luar Untuk mencatat pemeriksaan komponen

Tabung APAR seperti: Tabung, Safety pin,

Selang dan Nozzle

7. Kolom masa expied Dicantumkan keterangan “ada”, “sudah

putus”, “dibuka” dsb.

8. Kolom Metode Informasi isi ulang APAR yang telah

Pengisian dilakukan saat melakukan pemeriksaan

7
9. Kolom Catatan Informasi tambahan berupa lokasi semula

penempatan APAR.

F. PEMBAHASAAN

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah Alat pemadaman yang

bisa dibawa / dijinjing dan gunakan / dioperasikan oleh satu orang dan

berdiri sendiri, mempunyai berat antara 0,5kg sampai dengan 16 kg Apar

merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara

manual dan diarahkan dengan cara menyapu dari titik terluar menuju titik

terdalam dimana api berada. Apar dikenal sebagai alat pemadam api

portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk

awal kebakaran, selain itu karena bentuknya yang portable dan ringan

sehingga mudah mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya

untuk penanganan dini, peletakan APAR-pun harus ditempatkan di

tempat-tempat tertentu dan mudah terlihat sehingga memudahkan didalam

penggunaannya.

Cara pemilihat alat APAR adalah dengan memiliki petunjuk

pressure tekanan dalan tabung, sehingga dapat dilihat masih berfungsi atau

tidaknya APAR tersebut, lalu memilih tabung yang seamkess (tanpa las)

sehingga mengurangi bahaya kebocoran pada APAR. Dan pilihlah APAR

yang telah diuji kelayakannya oleh Dimas PMK Laboratories, dam

membeli atau memilih APAR yang bergaransi

G. KESIMPULAN

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan APAR


7
 Alat Pelindung Diri (APD)

Sebelum melakukan praktek, pemeriksaan APD harus dilakukan dengan

benar untuk meminimalkan adanya kecelakaan kerja. APD yang digunakan

berupa: helm, seragam (cattle pack), safety shoes, dan masker.

 Pemeriksaan APAR

Pemeriksaan tanggal kelayakan zat pada APAR harus dilakukan untuk

mengetahui sudah kadaluarsa atau belum. Kemudian periksa tekanan yang

ditunjukkan pada Pressure Gauge. Setelah kedua langkah tersebut sudah

memenuhi syarat untuk layak digunakan kemudian buka Safety Pin agar tuas bisa

digunakan. Terakhir, perhatikan posisi memegang tuas dan corong pada APAR

harus benar.

 Posisi Tangan dan Tubuh

Pada saat kita akan memadamkan api, perhatikan juga posisi tangan dan tubuh.

Posisi tubuh harus tegak, dan kaki memasang kuda-kuda. Jaga jarak antar posisi

berdiri dan area kebakaran, agar tidak terkena api apabila terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan. Posisi tangan harus lurus,jangan sampai Hose melengkung.

Posisi tangan kanan memegang tuas serta tangan kiri memegang corong. Lalu

arahkan pada titik sumber nyala api. Apabila pemadaman dilakukan oleh dua

orang, diharapkan untuk melakukan secara serentak. Pemadam pertama bertugas

untuk membuka dan menutup kran APAR yang berisi zat CO2, pemadam kedua

bertugas untuk memegang corong lalu memberi kode pada pemadam pertama

untuk membuka kran APAR hingga api padam dan untuk mematikan kran saat api

sudah berhasil dipadamkan.Arah Angin Pemadaman harus dilakukan searah

dengan angin, agar pemadam tidak berpotensi terkena lidah api.


7
Pada saat melakukan praktikum, gunakan APD secara lengkap untuk

meminimalkan kecelakaan. Jangan lupa untuk mmeriksa keadaan APAR, tabel

pada tabung, tekanan, dan pin pengaman. Pada saat melakukan proses

pemadaman, posisi tangan harus kuat dan mengarahkan Hose APAR kearah yang

benar. Jangan mengambil posisi melawan arah angin. Posisi kaki juga kuda-kuda

agar dapat berdiri kokoh selama pemadaman berlangsung.

H. JAWABAN PERTANYAAN

1) Jelaskan Cara Penyimpanan APAR.

Jawaban :

 Tempatkan APAR di tempat yang mudah diakses dan tidak

terhalang oleh bendabenda lain.

 Pasang APAR pada dinding, minimal 15 cm dari atas lantai atau

idealnya 125 cm dari atas lantai.

 Lengkapi dengan tanda APAR yang dapat dipasang tepat di atas

APAR.

2) Jelaskan bagaimana cara membedakan APAR yang masih dalam

kondisi baik dan APAR yang tidak dalam kondisi baik.

Jawaban :

Langkah selanjutnya adalah pengecekan tekanan yang ada pada

APAR melalui pressure gauge yang apabila dalam keadaan normal

seharusnya menunjukkan jarum yang berada pada area warna hijau,

pengecekan kondisi Safety Pin yang diharapkan masih dalam keadaan

7
terpasang secara tepat, pengecekan pada Handle APAR apakah masih

ada atau tidak dan juga dari bentuk pengemesan nya kalau sudah celek

atau berkarat maka itu sudah tidak layak

3) Terangkan Jenis-Jenis APAR beserta Kegunaannya.

Jawaban :

 APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)

Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.

Air merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna

sekaligus ekonomis. Semua pemadam api berbahan air produksi memiliki

aplikasi tipe jet yang mampu menghasilkan arus yg terkonsentrasi

sehingga membuat operator mampu melawan api dari jarak yang lebih

jauh dari pada Nozzle semprot biasa.

 APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik,

dll.), kelas B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan

kelas C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.). Alat

Pemadam Api Ringan berbahan bubuk kering, sangat serbaguna untuk

melawan api Kelas A, B & C, serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi.

Selain berguna dalam mengatasi bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan

gas, bubuk juga efektif untuk kebakaran kendaraan.

 APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)

Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api

Kelas A & B. Alat pemadam berbahan busa memiliki kemampuan untuk

7
mengurangi resiko menyalanya kembali api setelah pemadaman. Setelah

api dipadamkan, busa secara efektif menghilangkan uap bersamaan dengan

pendinginan api. Alat pemadam api berbahan busa menyediakan

kemampuan yang cepat dan kuat dalam mengatasi api kelas’A’ dan ‘B’.

Sangat efektif terhadap bensin dan cairan yang mudah menguap,

membentuk “segel” api diatas permukaan dan mencegah pengapian ulang.

Ideal untuk penggunaan multi-risiko. Peringkat Api menyediakan cara

untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran

maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A contohnya kotak api kayu

yang terbakar dengan lebar 0.5m x tinggi 0.56m x panjang. Angka rating

adalah sepuluh kali panjang dalam meter, misalnya. 13A menggunakan

tumpuka kayu 1,3 meter. Kelas B terkait dengan kebakaran luas

permukaan dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar

dalam rasio 1 / 3 air , 2 / 3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam

areal melingkar.

 APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide)

Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-

listrik dan api Kelas B. Kemudian kemampuan tingginya yang tidak

merusak serta efektif dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki

sifat non-konduktif dan anti statis. Karena gas ini tidak berbahaya

untukperalatan dan bahan yang halus, sangat ideal untuk lingkungan

kantor yang modern, dimana minyak, solvent dan lilin sering digunakan.

Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah

penting. Kedua model memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti

statis,cocok untuk situasi yang melibatkan cairan yang mudah terbakar

7
dan bahaya

8
listrik. Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan

yang halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko

elektronik-nya, dan dimana minyak, bahan pelarut dan lilin sering

igunakan. Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas

dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa

dipadamkan. Kelas B ini terkait dengan kebakaran luas permukaan dengan

angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3,

2/3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam 1 area melingkar.

 APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.)

dan C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.) Alat

Pemadam Api Otomatis yang berisi Clean Agent Halotron™ I. Alat

pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini menggunakan gas pendorong

Argon, dan alat pengukur tekanan dipasang di Alat pemadam Api Ringan

(APAR) Otomatis. Kapasitas unit 2 kg dan 5 kg difungsikan otomatis oleh

sensitifitas panas dengan kepala sprinkler dan lengkap dengan tekanan.

Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini memerlukan

pemeliharaan minimum 1 tahun dan Thermatic Halotron™ I ini juga

bergaransi 1 tahun. Menjadi agent/media isi yang paling bersih, tidak

meninggalkan residu setelah digunakan. Aman jika terhirup manusia dan

juga ramah lingkungan. Thermatic Halotron™ I ini desain sebagai

pengganti gas Halon dan tidak mengandung CFC.

8
I. DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transigrasi No. PER.04/MEN/1980, tentang

Syarat-syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Jakarta : Kementerian

Tenaga Kerja Republik Indonesia

Saputra. Eka.2019, Teknik Cara Menggunakan Alat Pemadaman Api Ringan

(APAR), Apical.

Firdin L.2019. Analisis Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

Pekalongan.Jurnal kesehatan masyarakat (e- jurnal).

https://www.agenalatpemadamapi.com/mengenal-pengertian-apar-bagian-

bagian-apar-cara menggunakan-apar/

8
J. LAMPIRAN FOTO

8
MANAJEMEN PENGELOLAAN LABORATORIUM

A. TUJUAN

1. Dapat mengetahui perencanaan program kerja di laboratorium

2. Dapat mengetahui pengorganisasian di laboratorium

3. Dapat mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat

pengelolaan laboratorium

B. TEORI DASAR

A. Pengertian laboratorium secara umum

Laboratorium adalah suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan

dilakukan. kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

pembelajaran biologi dan kimia, karena dengan kegiatan ini akan diperoleh

pengalaman yang meliputi ranah kognitif, efektif dan psikomotor. Di dalam

proses pembelajaran alat-alat laboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau

sarana baik di laboratorium, kelas maupun dibawa keluar kelas/lingkungan,

dengan keterampilan proses siswa bukan hanya menjadi lebih terampil tetapi juga

mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil

pengetahuannya.

B. Pengertian manajemen laboratorium

Manajemen laboratorium adalah usaha untuk mengelola laboratorium.

Bagaimana suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh

beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-

alat lab yang canggih dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat

8
beroperasi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium

yang baik. Oleh karena itu manajemen lab adalah suatu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan laboratorium.

Suatu manajemen lab yang baik memiliki sistem organisasi yang baik,

uraian kerja job description yang jelas pemanaatan fasilitas.Yang efektif dan

efisien disiplin dan administrasi lab yang baik pula. Bagaimana mengelola lab

dengan baik adalah menjadi tujuan utama sehingga semua pekerjaan yang

dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Dalam penanganannya harus dikelola

oleh Kepala laboratorium yang ahli/ terampil di bidangnya dan berdedikasi tinggi

serta penuh tanggung jawab termasuk peranan tenaga laborannya yang

bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional yang dilakukan di

laboratorium masing-masing. Keamanan dan keselamatan laboratorium serta

keselamatan kerja di laboratorium merupakan faktor penting dalam pengelolaan

manajemen laboratorium

Hal ini perlu perhatian dari penanggung jawab kegiatan laboratorium.

Penanggung jawab pelaksana kegiatan tidak boleh membiarkan praktikan

melakukan kegiatan tanpa pengawasan dan bimbingannya terutama kepada murid-

murid yang masih hijau dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Oleh sebab

itu Penanggung jawab pelaksana kegiatan laboratorium harus bertanggung jawab

atas keamanan dan keselamatan laboratorium pada umumnya serta keselamatan

kerja praktikan.

C. Manajemen operasional laboratorium

Untuk mengelola laboratorium yang baik harus di pahami perangkat-

perangkat manajemen laboratorium, yaitu

8
 Tata ruang

 Alat yang baik dan terkalibrasi

 Infrastruktur

 Administrasi laboratorium

 Organisasi laboratorium

 Fasilitas pendanaan

 Inventarisasi dan keamanan

 Pengamanan laboratorium

 Disiplin yang tinggi

 Keterampilan SDM

 Peraturan dasar

 Penanganan masalah umum

 Jenis-jenis pekerjaan

Semua perangkat-perangkat tersebut di atas, jika di kelola secara optimal

akan mendukung terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik.

Dengan demikian manajemen laboratorium dapat di pahami sebagai suatu

tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah. Sejak dari perencanaan tata

ruang sampai dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya

D. Fungsi Manajemen Laboratorium

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses menentukan tujuan atau tujuan yang akan

dicapai dan ditentukan metode dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai

tujuan-tujuan ini seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan sebagai proses

8
menganalisis situasi, menetapkan tujuan yang akan dicapai di masa depan dan

menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan

Perencanaan laboratorium IPA mencakup perencanaan dan pemeliharaan

alat dan bahan dan infrastruktur, kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan,

serta rencana pengembangan laboratorium. Beberapa hal yang perlu direncanakan

dalam manajemen laboratorium adalah:

1. Administrasi alat dan bahan laboratorium. Tujuan dari administrasi alat

dan bahan laboratorium ini adalah dengan mudah menentukan jenis alat

atau bahan yang ada, jumlah masing-masing alat dan bahan, jumlah

pembelian atau tambahan, dan jumlah yang rusak, hilang, atau dijalankan

di luar. Untuk keperluan alat-alat alat laboratorium dan bahan yang

diperlukan format perangkat administrasi atau buku yang mencakup buku

inventaris, kartu stok, kartu permintaan, alat peminjam dan bahan,

notebook harian, alat dan bahan yang rusak, dan format label

2. Pengadaan alat dan bahan laboratorium untuk menyelesaikan atau

mengganti bahan yang rusak, hilang, atau bekas. Sebelum pengadaan

pengadaan alat dan bahan, perlu untuk memikirkan apa yang akan

dilakukan percobaan, alat dan bahan apa yang akan dibeli, tidak ada dana

atau anggaran, prosedur pembelian dan implementasi pembelian

3. Alat penyimpanan dan bahan kimia dapat dikelompokkan ke dalam

beberapa kelompok, yaitu alat dan bahan yang sering digunakan, alat dan

bahan yang jarang digunakan, alat dan bahan berbahaya. Penyimpanan

setiap alat dan bahan tergantung pada keadaan dan komposisi laboratorium

8
dan fasilitas kamar. Alat dan bahan-bahan yang sering digunakan harus

ditempatkan di lemari yang dapat dibuka dan diambil oleh siswa, sehingga

efisien waktu dan energi. Tetapi jika pertimbangan keamanan dan

mahasiswa disiplin diragukan, jumlahnya terbatas. Bahan kimia beracun,

bahan peledak atau meledak dan mudah terbakar harus ditempatkan secara

terpisah dari bahan lain dan berusaha ditempatkan di tempat yang tidak

mudah dilihat oleh siswa

4. Prinsip-prinsip penyimpanan alat dan bahan laboratorium adalah alat dan

bahan yang aman, mudah ditemukan dan diambil kapan saja diperlukan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah sistem kerjasama dari kelompok orang tertentu,

barang, atau unit laboratorium untuk mencapai tujuan. Mengatur laboratorium

berarti menyusun sekelompok orang atau petugas dan sumber daya lainnya untuk

melaksanakan rencana atau program untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

dengan cara yang bermanfaat bagi laboratorium.

Pengorganisasian laboratorium meliputi pengaturan dan pemeliharaan alat

dan bahan laboratorium, pengadaan alat dan bahan, dan menjaga disiplin dan

keamanan kerja di laboratorium. Orang-orang yang terlibat langsung dalam

organisasi laboratorium adalah kepala sekolah, wakil kepala urusan kurikulum,

koordinator laboratorium, tanggung jawab teknis laboratorium, laboratorium, dan

guru mata pelajaran sains (kimia, fisika, biologi).

8
c. Pelaksanaan (Actuating)

Implementasi adalah salah satu fungsi manajemen yang sangat penting,

karena tanpa implementasi dari apa yang telah direncanakan dan diorganisir tidak

akan pernah menjadi kenyataan. Kegiatan laboratorium IPA diartikan sebagai

kegiatan yang terkait dengan observasi atau eksperimen yang mendukung

kegiatan belajar mengajar IPA. Untuk melakukan kegiatan laboratorium IPA

perlu berencana secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

optimal.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah evaluasi tindakan yang telah dibuat dan jika perlu

menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan tersebut sesuai dengan

rencana tersebut. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan dasar, yaitu

penentuan langkah-langkah sebagai perbandingan atau alat ukur untuk menjawab

pertanyaan dari hasil implementasi, pengukuran tugas yang telah atau mereka

yang sedang dikerjakan, baik secara verbal maupun langsung. Rapat dengan

petugas, dan perbandingan antara implementasi kerja dengan pedoman yang telah

ditetapkan untuk menentukan perbedaan yang terjadi dan dibutuhkan untuk

perbaikan.

C. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Buku tulis

2. Buku data

B. Bahan

a) Laboratorium mikrobiologi

8
D. PROSEDUR KERJA

9
1. Menentukan laboratorium mana yang akan diamati

2. Melakukan proses tanya jawab dengan analisis laboratorium

mikrobiologi

3. Melakukan pengamatan terhadap laboratorium mikrobiologi

4. Mencatat hasil pengamatan pada lembar data

5. Laporkan hasil

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Perencanaan Laboratorium jangka pendek

1. Perencanaan kerja setiap praktikum, seperti modul

praktikum

2. Setiap melakukan praktikum, praktikan melakukan

peminjaman bon alat dan bahan untuk data administrasi

3. Melakukan K3 sesuai SOP

b. Perencanaan Laboratorium Jangka Panjang

1. Kegiatan laboratorium yang digunakan untuk penelitian

dosen dan mahasiswa

2. Mengajukan surat peminjaman laboaratorium dan SOP

peminjaman alat dan bahan

3. Pengarsipan data yang disimpan di komputer dan cadangan

data di print (tiap tahun)

4. Laboratorium mikrobiologi di renovasi karena kurang

ergonomis

9
c. Program Kerja

1. Melakukan kalibrasi alat satu kali setahun

2. Mendapatkan sertifikat laboratorium dari organisasi KAN,

ISO 17025

d. Pelaksanaan dan Evaluasi

1. Ruangan untuk praktikum mikrobiologi dibagi dua agar

praktikum lebih efisien

2. Bahan yang bersifat ferkusor (susah di dapat) diajukan

jauh- jauh hari agar bahannya ada saat praktikum

3. Jika ada mahasiswa yang melanggar aturan (alasan

melanggar dan sanksi yang diberikan)

e. Pengawasan

1. Audit internal (1 kali setahun) dari anggota Politeknik ATI

Padang

2. Audit eksternal, dari orang luar Politeknik ATI Padang

f. Faktor Penghambat

1. Keuangan

2. Anggaran APBN

3. Lokasi dan luas area kampus

4. Alat yang seharusnya dikalibrasi, belum dikalibrasi

5. Tidak ada ruang timbang

9
B. Pembahasan

Agar semua kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium dapat berjalan

dengan lancar dibutuhkan sistem pengelolaan operasional laboratorium yang baik

dan sesuai dengan situasi kondisi setempat. Untuk mencapai hal tersebut,

beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, perlu diperhatikan. Peran Kepala

laboratorium sangat penting dalam menerapkan proses manajemen pengelolaan

laboratorium, termasuk dukungan keterampilan dari segala elemen yang ada di

dalamnya.

Manajemen laboratorium merupakan tata kelola yang mengatur semua

tentang laboratorium agar laboratorium berjalan dengan baik dan lancar.

Pengelolaan laboratorium dapat dikelola dengan baik ditentukan oleh beberapa

faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Laboratorium mikrobiologi di

Politeknik ATI Padang banyak memiliki program kerja yang belum tercapai,

seperti belum memiliki sertifikat laboratorium dari KAN, ISO 17025,dll. Belum

direnovasi laboratorium sehingga kurang ergonomis. Program kerja yang belum

tercapai tersebut dikarenakan kurangnya keuangan,lokasi dan luas area kampus,

alat yeng seharusnya dikalibrasi tapi belum dikalibrasi dan tidak adanya ruang

timbang.

F. KESIMPULAN

1. Manajemen laboratorium merupakan tata kelola agar laboratrium dengan

baik mulai dari dokumen, organisasi laboratorium,dll.

2. Laboratorium mikrobiologi di Politeknik ATI Padang ruangannya perlu

direnovasi karena kurang ergonomis.

3. Program kerja yang belum tercapai di laboratorium mikrobiologi

9
dikarenakan kurangnya keuangan,lokasi dan luas area kampus, alat yeng

9
seharusnya dikalibrasi tapi belum dikalibrasi dan tidak adanya ruang

timbang.

G. SARAN

Diharapkan kedepannya laboratorium mikrobiologi di Politeknik ATI

Padang dapat menjalankan program kerja yang belum terlaksana dapat

terlaksana, dan proses pengelolaan laboratorium dapat lebih baik lagi agar

dapat menunjang proses belajar mengajar.

H. DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1:

Konsep dan Pelaksanaannya), Jakarta, Dirjen Dikdasmen Direktorat Sekolah,

Lanjutan Tingkat Pertama.

Depdiknas, (2002). Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Sekolah Menengah Umum,

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta, Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas, (2006). Standar Sarana dan Prasarana Laboratorium Biologi, Jakarta,

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Kemdikbud. (2013). Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta. Litbang.

Permendikbud Nomor 40 Tahun .2008. tentang Standar Sarana Dan Prasarana

Untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan(SMK/MAK)

9
I. Lampiran

9
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH DI LABORATORIUM

A. TUJUAN

1. Mengaetahui sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah bahan

kimia

2. Mengetahui sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana

3. Dapat mengetahui bagaimana pengelolaan limbah sisa praktikum

4. Mengetahui permasalahan dalam pengelolaan limbah

B. TEORI DASAR

a. Pengertian limbah

Limbah yang dihasilkan dari manusia selalu memiliki konotasi yang jelek ,

seperti bau, kotor, sumber penyakit dan lain sebagainya. Tidak bisa di pungkiri

bahwa manusia bahwa manusia sitiap harinya akan selalu menghasilkan limbah,

seperti makanan, minum dan mencuci. Bahkan dalam skala yang besar, limbah

dihasilkan dari aktivitas pabrik-pabrik.

Pengelolaan Limbah di Laboratorium

1) Pengumpulan

a) Pengumpulan limbah dibagi dalam beberapa kategori;

b) Kontainer atau wadah limbah harus diberi label.

9
2) Transportasi

Pengangkutan/pemindahan wadah di laboratorium pengujian ke

ruang,penyimpanan apabila sudah terisi 75% volume wadah kemudian diganti

denganwadah yang baru dengan diberi nomor urut berikutnya.

3) Penyimpanan

Jika limbah belum dapat diolah dengan segera, maka dilakukan

penyimpanan dan pengemasan yang sesuai dengan prosedur penyimpanan limbah

B3 berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Kep01/BAPEDAL/09/1995,

tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Syarat penyimpanan limbah:

a) Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak

rusak;

b) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah;

c) Maksimum kapasitas wadah 25L;

d) Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;

e) Diberi simbol sesuai dengan karakteristiknya;

f) Memiliki penutup yang kuat saat dilakukan pemindahan atau

pengangkutan.

Persyaratan ruangan penyimpanan limbah:

a) memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan sesuai

dengan karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan;

9
b) terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun

tidak

c) Dibuat tanpa plafon, memiliki penghawaan yang memadai untuk

mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan,

serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya

burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;

d) Memiliki sistem penerangan yang memadai untuk pergudangan

atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, sakelar harus

terpasang di sisi luar bangunan

e) Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi simbol sesuai dengan

yang berlaku

f) Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.

Persyaratan lain

Persyaratan alat lain yang harus ada di sekitar ruang penyimpanan adalah

shower, alarm dan pemadam kebakaran

4) Pengolahan

Berbagai cara pengolahan limbah dapat dilakukan setelah pemisahan

seperti:

a) Pengolahan limbah secara fisika. Proses ini antara lain:

sedimentasi, floatasi, absorbsi, penyaringan (screening).

b) Pengolahan limbah secara kimia. Proses ini antara lain: koagulasi,

oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lainlain.

9
c) Pengolahan limbah secara biologi. Proses ini antara lain: aerobik,

anaerobik, fakultatif.

5) Pembuangan

a) sebelum dibuang ke lingkungan, laboratorium harus memastikan

bahwa limbah laboratorium telah aman dibuang ke lingkungan melalui

hasil pengujian dan dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan

perundangan lingkungan hidup yang berlaku

b) jika diperlukan, bisa dilakukan insinerasi terhadap limbah yang ada

dengan memenuhi persyaratan perundangan lingkungan hidup yang

berlaku.

c) Setiap pembuangan limbah harus direkam dan dipelihara.

6) Pengolahan Limbah di Luar Laboratorium

Apabila laboratorium tidak sanggup melakukan pengolahan limbah, maka

limbah dapat dibawa ke perusahaan pengolah limbah, melalui tahapan

pengumpulan, penyimpanan, pengemasan serta pengangkutan sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

C. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Buku tulis

2. Buku data

B. Bahan

1. Laboratorium mikrobiologi

1
D. PROSEDUR KERJA

1. Menentukan laboratorium mana yang akan di amati

2. Melakukan proses tanya jawab dengan analis laboratorium

3. Melakukan pengamatan terhadap laboratorium

4. Catat hasil pengamatan di lembar data

5. Laporkan hasilnya

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengolahan Limbah

1. Media sisa dan bekas cawan petri : direbus lalu dibuang ke air

permukaan , tidak boleh dibuang ke IPAL karena dapat menyumbat

saluran IPAL

2. Bahan kimia kadaluarsa untuk laboratorium mikrobiologi untuk media

bisa digunakan untuk praktikum

3. Limbah hasil praktikum dibuang ke wastafel yang terkoneksi ke IPAL

4. Limbah organik dan anorganik di pisahkan dan di tampung ke dirigen

B. Pembahasan

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan oleh laboratorium kimia dan

limbah yang berasal dari bahan sisa analisa. Limbah dari laboratorium

mikrobiologi biasanya berasal dari sisa-sisa media, sisa inokulasi jamur maupun

bakteri, dimana pengolahan dari hasil analisa itu pengolahannya berbeda-beda.

Contohnya pengolahan limbah media sisa dan cawan petriang cara pengolahan

nya direbus lalu

1
dibuang ke air permukaan, tidak boleh dibuang ke IPAL karena dapat menyumbat

saluran IPAL.

Pengolahan limbah ini harus sesuai standar yang telah ditetapkan di

laboratorium agar limbah hasila analisa tidak mencemari lingkungan dan

praktikum berjalan dengan baik.

F. KESIMPULAN

Manajemen pengelolaan limbah dilaboratorium mikrobiologi merupakan

tata kelola pengolahan limbah sesuai standar di laboratorium agar suatu

laboratorium bisa terkelola dengan baik, pengelolaan ini sangat penting agar dapat

menjaga kesehatan dan tidak mencemari lingkungan.

G. SARAN

Diharapkan laboratorium mikrobiologi di Politeknik ATI Padang dapat

menjalankan pengelolaan limbah laboratorium dengan baik dan sesuai standar

agar tidak mencemari lingkungan.

H. DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 18

Tahun1999 tentang sampah dan limbah Diakses pada 1 januari 2023

https://id.scribd.com/presentation/370827226/Limbah-Kimia-Ppt-Lucky

diakses pada 1 januari 2023

1
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/dokumen/Identifikasi_limbah_B3.pdf di

akses pada 1 januari 2023

I. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai