BUNDELAN PRAKTIKUM K3
OLEH :
AK 1 A
KELOMPOK 1
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
PADANG
KATA PENGANTAR
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
Pembuatan makalah ini adalah salah satu persyaratan nilai untuk mata
kuliah Manajemen Laboratorium dan K3. Ini dapat diselesaikan dengan adanya
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati kami
kami semua
melalui proses yang cukup sulit. Namun, kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan saran
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
IDENTIFIKASI BAHAYA DI LABORATORIUM...............................................4
PENATAAN PERALATAN DI LABORATORIUM...........................................16
PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN.............................................40
PENGUKURAN KEBISINGAN...........................................................................51
MENGGUNANAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN.................................65
MANAJEMEN PENGELOLAAN LABORATORIUM.......................................81
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH DI LABORATORIUM.................92
3
IDENTIFIKASI BAHAYA DI LABORATORIUM
A. Tujuan
B. Teori dasar
sehingga rentan mengalami kecelakaan kerja bila kimiawan tidak memahami dan
mentaati prosedur kerja dengan baik umumnya para kimiawan mematuhi prosedur
yang diperlukan untuk menggunakan dan membuang bahan kimia tersebut dengan
untuk para kimiawan yang bekerja di laboratoium tersebut. Sebagian atau seluruh
bagian bahan kimia telah memberikan tantangan dunia fisik dan kemampuan
4
2. Petugas keselamatan dan keamana kimia
2. Pelonggaran keamanan
6. Limbah berbahaya
C. Cara kerja
5
D. Hasil pengamatan
Objek Pencegahan
Resiko Pengendalian Penanganan
Pratikum
spektrometri terkena
badan
-membasuh
dengan air
mengalir jika
terkena
6
- -memberi
menggunakan informasi
apd umum
tentang
penanganan
limbah
berantakan aman
-laboratorium
harus sesuai
standar
internasional
7
-NHoOH & -lakukan tentang
zat mencampur
penyimpana
zat di lemari
asam
pencahayaan melakukan
300-500 intensitas
cahaya di lab
dilakukan sumber
sedemikian listrik
rupa untuk
8
keselamatan
kerja
kerja pemeriksaan
setiap 1x
setahun
terjadi bangunan
kecelakaan
Petunjuk -lakukan
darurat
2. Laboratorium Organik
Objek Penanganan
Resiko Pengendalian Pencegahan
pratikum
membahayakan
9
saluran dinding lemari
pernapasan asam
internasional refluks
bahan zat
-hindari
kontak
langsung
10
dengan uap
refluks
E. Pembahasan
kemudian untuk apar perlu di ditinjau ulang fungsinya agar disediakan dan
F. Kesimpulan
area kerja
11
3. Audit dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas Laboratorium
manajemen laboratorium
G. Saran
H. Jawaban pertanyaan
membahayakan
Corosive
12
Iritant
Karsinogenik
Corrosive
Zat Oksidasi
Corrosive
13
I. Lampiran
14
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, Edwin, Irawan (2016). “Analisis Risiko K3 Dengan Metode Hirarc Pada
15
PENATAAN PERALATAN DI LABORATORIUM
A. Tujuan
operator
B. Teori Dasar
hal ini sistem pengelolaan laboratorium di suatu lembaga yang dijadikan sebagai
sumber pembelajaran.
Laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat
tentu memerlukan cara tertentu agar petugas Laboratorium dapat dengan mudah
secara
16
teratur, indah, mudah, dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi
atau mengganggu peralatan lain. Terpelihara identitas dan presisi alat serta
2. Bersih
4. Terkalibrasi
17
Penataan dan penyimpanan alat didasarkan pada keadaan Laboratorium yang
ditentukan oleh
1. Fasilitas
3. Keadaan alat
4. Kepentingan pemakai
1. Fungsi alat
2. Kualitas alat
3. Keperangkatan alat
4. Nilai/harga
9. Bobot/berat
1. Secara alfabetis
3. Berdasarkan sifat
18
7. Disimpan ditempat yang sesuai
1. Aspek pemisahan
3. Pelabelan
4. Fasilitas penyimpanan
5. Wadah sekunder
6. Bahan kadaluarsa
7. Inventaris
8. Informasi resiko
labratorium
1. Tempat terletak bukan dari arah angin agar terhindar dari polusi
tempat lain
2. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari sumber air untuk menghindari
pencemaran air
4. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari bangunan lain untuk dapat
C. Cara kerja
19
2) Amati dan catat penataan alat terutama penyimpanan yang terdiri dari
20
Fungsi alat
Kualitas alat
Keperangkatan
Nilai
Kuantitas
Sifat alat
Bobot
Jenis alat
Tingkat resiko
Sifat alat
Kecanggihan alat
Kualitas alat
21
D. Hasil Pengamatan
Table 1
Bentuk
Bahan
Kualitas Nilai Sifat Dan Bobot
No Fungsi Alat Keperangkatan Jumlah Dasar
Alat Harga Alat Alat Ukuran Alat
Penyusun
Alat
panas - 500 ml
- 1l
2
2 Gelas Ukur Alat - 100 ml = 25 ml = 3 pcs Alat Borosilikat - 10 ml
kurang teliti 1L
- 2L
larutan bagus
2
- Alat bantu
penyaringan
- Tempat n suhu - 2L
Pemanasan drastis
5 Botol Winkler Alat Botol dan tutup 100 ml = 100 ml = 4 Tahan borosilikat - 100 ml
BOD
2
6 Erlenmeyer Alat Ada erlenmeyer 250 ml = 250 ml = 30 Tahan borosilikat - 25 ml
mereaksikan pakai - 1L
zat - 2L
- Tempat
memanaskan
zat
2
teliti dalam karet dan perubaha
volume siap - 50 ml
teliti
perubaha - 500 ml
2
pengujian n suhu
protein tinggi
10 Neraca Alat Satu set alat Milter 1 alat Tidak - plastik - Max
ketelitian pakai
tinggi hingga
0,0001 g
11 Neraca Kasar Alat Satu set alat SF-400 = 1 Alat Tidak - Plastik - MAX
2
ketelitian siap dan
0,01 g – 0,001
12 Oven Alat dala Satu set alat Oven 2 Alat - - Besi - - Vol
proses Max
sterilisasi =
300 °
2
13 Jar Test Alat Satu set alat jar 1 alat - -
digunakan kondisi m
Table 2
Tingkat Bentuk
Alat
2
1 Labu Ukur Medium Risk Alat Tidak Alat Manual Termasuk Alat 1 l = 3 pcs Borosolikat - 25 ml
Elektronik - 250 ml
- 500 ml
- 1l
2 Gelas Ukur Medium Risk Alat tidak Alat Manual Termasuk alat 25 ml = 3 Borosilikat - 10 ml
100 ml = 2 - 250 ml
pcs - 500 ml
500 ml = 1 1L
pcs - 2L
3
3 Corong Medium Risk Alat tidak Alat Manual Alat Penunjang 75 mm = 21 Borosilikat - 50 mm
Elektronik kaca)
4 Gelas Piala Medium Risk Alat Tahan Alat Manual Alat Ukur 1 L = 8 pcs borosilikat - 50 ml
pcs - 1L
- 2L
5 Botol Winkler Medium Risk Alat Tidak Alat manual Alat Bantu 100 ml = 4 borosilikat - 100 ml
Praktek - 300 ml
3
- Alat Non (Terhadap - 500 ml
Elektronik pecahan
kaca)
6 Erlenmeyer Medium Risk Alat Tahan Alat Manual Alat Ukurt 250 ml = 30 borosilikat - 25 ml
- 500 ml
- 1L
- 2L
7 Buret Medium Risk Alat tidak Alat Manual Alat Ukur - Borosilikat - 10 ml
- 50 ml
3
- Alat Non (Terhadap
Elektronik pecahan
kaca)
8 Pipet Gondol Medium Risk Alat Tidak Alat Manual Alat Ukur Borosilikat - 2 ml
elektronik kaca) - 25 ml
- 50 ml
- 50 ml
9 Labu Kjedhal Medium Risk Alat tahan Alat Manual Alat Banntu - borosilikat - 50 ml
- 500 ml
3
10 Neraca analitik High Risk Tidak tahan Alat semi Alat timbangan Milter - plastik -
11 Neraca Kasar High Risk Tidak tahan Alat semi Alat timbangan SF-400 - Plastik -
Listrik) getaran
12 Oven High Risk Alat tahan Alat semi Alat Oven - Besi -
pemanasan) kuat
13 Jar Test High Risk Alat Otomatis Alat bantu 1 set jar test - Alumunium -
Listrik dan
3
Pergerakan
alat)
3
E. Pembahasan
penataan terhadap alat gelas dll. Penataan alat harus didasarkan pada aspek-aspek
penting dalam penyusunan alat seperti fungsi alat, kualitas alat, keperangkatan
alat, nilai dan harga, kuantitas, sifat, bahan penyusun, bentuk, ukuran, dan
bobotnya. Hal ini menjadi pertimbangan dengan tujuan agar adanya kenyamanan
bagi pengguna pekerja atau operator. Kemudian agar terciptanya kemampuan alat
dalam lemari yang tertata. Namun, untuk jenis alat lain belum maximal dalam
kondisi alat di ruangan khusu. Kemudian bebas getaran, yang mana nantinyan
akan mempengaruhi ketelitian dari alat itu sendiri. Kemudian untuk oven dan jar
test terlalu bebrbahaya karena seharusnya untuk alat tersebut memiliki ruangan
khusus dan tidak ditumpuk dengan alat lain yang nantinya dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.
kenyamanan dan menghasilkan hasil uji yang maximal dan mendukung penuh
F. Kesimpulan
3
1) Penataan Laboratorium kimia penting untuk dipelajari agar terciptanya
karena masih jauh di bawah kata standar seperti ruang timbang dan
ruang pemanasan
G. Saran
H. Daftar Pustaka
scientifia. Bandung
3
Sudjana, Nona, dkk. 1998. Pengelolaan Laboratorium IPA dan Instalasi Listrik.
DepDikBud
3
I. Lampiran
3
4
PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN
A. Tujuan
1. Mengatur besarnya intensitas cahaya yang ada di laboratorium sistem
B. Teori Dasar
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
setinggi 0,75 meter diatas lantai pada seluruh ruangan ( SNI tata cara
lingkungan sekitar.
elektromagnetnya.
4
Faktor yang mempengaruhi intensitas pencahayaan :
a) Kontras
padanya.
b) Arah distribusi
1. Langsung
2. Semi langsung
3. Gonagal difuse
6. Langsung
c) Kesilauan
yaitu :
1. Kesilauan langsung
3. Kesilauan kontras
Pengukuran pencahayaan
4
tenaga listrik oleh photo electic cell. Intensitas ini dinyatakan dalam
Standar pencahayaan
0,4 x 10⁻⁴ – 0,75 x 10⁻⁴ cm. Dengan pengukuran cahaya ada beberapa
a) Alat
D. Cara Kerja
4
3. Lakukan pengukuran berdasarkan titik ukur dan ketentuan jarak
4. Disatu titik lakukan tiga kali pengukuran yaitu hole, max , min
NO Lokasi Pengukuran
-Gedung D
1. Workshop
(Lampu Hidup)
Workshop
(Mati Lampu)
Ruang Gudang
4
2. Lab Sistem Produksi
(LSP)
3. Kamar Mandi
(Laki – Laki)
(Perempuan)
Gambar Alat
F. Pembahasan
Politeknik ATI Padang didapatkan hasil yang berbeda pada setiap ttik
4
pengambilan. Hal ini dapat terjadi karena pengukuran dilakukan pada
saat penerangan yang ada titik maxsimum, yaitu ketika keadaan lampu
disebabkan oleh
dapat masuk ke dalam ruangan . Hal yang tidak kalah penting adalah
pengamatan dapat diamati bahwa semakin tinggi nilai hold, max, dan
min, maka penerangan akan semakin baik, sedangkan semakin kecil nilai
G. Kesimpulan
D).
4
2. Pengukuran pencahayaan dilakukan dengan menggunakan lux
meter.
H. Saran
penempatan
I. Jawaban Pertanyaan
Jawab :
kerja.
4
2. Jelaskan perbedaan cahaya alami dan buatan !
Jawab :
diatur.
perbedaannya !
Jawab :
maupun peralatan
memiliki range
4
ditangkap oleh mata dan memiliki panjang gelombang dengan
J. DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
5
K. LAMPIRAN
5
5
PENGUKURAN KEBISINGAN
A. TUJUAN
B. TEORI DASAR
bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja yang pada
13/MENAKER/X/2011)
lalu lintas atau mereka yang bekerja di dapur atau kantin dan mereka yang bekerja
Bunyi atau suara dapat didengar sebagai rangangan pada sel saraf pendengar
dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan oleh getaran dari
sumber bunyi atau sumber suara dan gelombang tersebut kemudian merambat
melalui media udara atau suara tersebut tidak dikehendaki karena mengganggu
3, diantaranya
5
1. Bising Industri
tersebut.
3. Bising Spesifik
sebagai suara yang dapat menurunkan tingkat pendengaran baik secra kuantitatif
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
5
Terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi kualitas bunyi:
1. Frekuensi
detiknya.
2. Intensitas
manusia.
– jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda juga ( Mulia, 2005)
tempat kerja
kebisingan tersebut
terlampaui
5
C. METODOLOGI
1.1 Alat
1. Handphone
2. Alat tulis
1.2 Sampel
1. Teaching factory
2. Laboratorium OTK
3. Workshop
dB
No Lokasi Alat
Min Max AVG
1. Workshop
kebisingan 49 95 71
47 94 72
- Sound 35 80 68
Meter
5
40 77 61
47 76 65
2 OTK
1. Rotary dryer
1. Motor 1 - Meter 47 80 69
Kebisingan 44 80 68
41 79 69
- Sound 45 75 65
Meter 60 73 67
19 69 66
2. Motor 2 - Meter 40 83 69
Kebisingan 44 78 68
58 79 69
- Sound 57 75 65
Meter 31 75 63
47 79 64
3. Motor 3 - Motor 45 81 76
Kebisingan 49 81 77
48 81 76
- Sound 47 75 69
Meter 68 77 72
64 76 71
4. Motor 1-3 54 81 76
5
- Meter 45 80 73
kebisingan 64 81 71
- Sound 48 79 72
Meter 69 79 74
71 78 75
2. Kompresor - Meter 45 81 76
Kebisingan 75 80 73
64 81 71
- Sound 64 81 75
Meter 66 78 72
65 78 73
Kebisingan 80 84 81
80 84 82
- Sound 71 76 74
Meter 72 77 75
72 78 75
- Sound 67 78 76
Meter 48 77 74
3. Teaching Factorty
1. Pemeras Santan 82 84 83
5
- Meter 73 84 83
Kebisingan 83 85 84
- Sound 70 89 75
Meter 70 77 73
69 74 72
Kebisingan 78 82 79
78 83 80
- Sound 66 75 71
Meter 69 77 72
67 77 72
3. Pencacah - Meter 71 81 77
Plastik Kebisingan 75 86 77
75 82 78
- sound 66 78 71
Meter 64 75 69
65 79 71
E. Pembahasan
intensitas bunyi adalah decibel skala, Decibel merupakan skala yang bersifat
5
2. Audiometric
hati dan data data yang harus jelas dan actual kebisingan tersebut adalah bunyi
yang mengganggu yang terdapat di tempat kerja Pada mengukur kebisingan kita
dapat tau berapa tinggi kebisingan yang ada di tempat kerja tersebut dan dapat
berhati hati ataupun melengkapi pelindung diri untuk kebisingan karna kebisingan
tersebut dapat berbahaya bagi Kesehatan terutama pada telinga, jika tidak ada
pelindung telinga maka akan sangat berbahaya bagi telinga itu sendiri ,maka
yang tidak stabii dalam pratikum mengukur kebisingan lebih baik memakai alat
pelindung telinga
F. Kesimpulan
dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
aktivitas alam seperti bicara dan aktivitas buatan manusia seperti penggunaan
1. Bising Interior (dalam) Bising Interior atau bising dalam yaitu sumber
bising yang bersumber dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesing-
mesin gedung.
6
2. Bising Outdoor (luar) Bising Outdoor atau bising luar yaitu sumber bising
1. Faktor Akustikal
Frekuensi bunyi
2. Faktor non-akustikal
Kegiatan
Kepribadian
Alat Ukur Kebisingan Standar alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kebisingan adalah
1. Sound Level meter (SLM). Sound Level meter (SLM) sendiri merupakan
alat ukur dengan basis sistem pengukuran elektronik. Menurut Buchla dan
6
Mclachan (1992), Meskipun pengukuran bisa dibuat secara langsung
Cara Sederhana Dengan sebuah Sound Level Meter, biasa diukur tingkat
puncaknya tidak lebih dari 500 ms. Contohnya seperti suara mesin tempa
di pabrik.
6
Steady-state noise Kebisingan dengan tingkat tekana bunyi stabil terhadap
seperti kebisingan sekitar air terjun dan kebisingan pada interior pesawat
G. Jawaban Pertanyaan
Indonesia
JAWABAN
sejenisnya.
dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40
jam/minggu.
6
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas
tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
JAWABAN:
denyut nadi, peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh
6
2. Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut
sulit tidur, emosional dan gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat
atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah penyakit akibat kerja yang sering
H. Daftar Pustaka
NOMOR:KEP-48/MENTRI/1996
ERLANGGA
6
I. Lampiran
6
MENGGUNANAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN
A. TUJUAN
B. TEORI DASAR
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, ditempat kerja maupun bangunan yang
APAR dianggap lebih efektif untuk memadamkan kebakaran secara dini, agar
kebakaran tidak membesar, maka pada kondisi seperti inilah perlu dilakukan
APAR, Maka dari itu harus dilakukan pemasangan APAR dengan menggunakan
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula terjadi
6
Apar adalah peralatan yang dirancang sebagai pertolongan pertama padaawal
terjadinya kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (berat max 16kg) yangmudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal mula
yang ringanserta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada
mula terjadikebakaran.
Fire Extinguisher atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR), terdiri dari:
Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll. Air
merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna sekaligus
membuat operator mampu melawan api dari jarak yang lebih jauh dari
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.),
kelas B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan kelas
Api Ringan berbahan bubuk kering, sangat serbaguna untuk melawan api
Kelas A, B & C, serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi. Selain berguna
dalam mengatasi bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan gas, bubuk
6
3) APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)
Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api Kelas
kemampuan yang cepat dan kuat dalam mengatasi api kelas’A’ dan ‘B’.
untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran
maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A contohnya kotak api kayu
yang terbakar dengan lebar 0.5m x tinggi 0.56m x panjang. Angka rating
permukaan dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar
areal melingkar.
Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-listrik
serta efektif dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki sifat non-
konduktif dan anti statis. Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan
dan bahan yang halus, sangat ideal untuk lingkungan kantor yang modern,
dimana minyak, solvent dan lilin sering digunakan. Kinerja yang tidak
6
merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah penting. Kedua model
memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti statis, cocok untuk
situasi yang melibatkan cairan yang mudah terbakar dan bahaya listrik.
Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan yang
dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa
angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3,
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.)
Argon, dan alat pengukur tekanan dipasang di Alat pemadam Api Ringan
7
Thermatic Halotron™ I ini desain sebagai pengganti gas Halon dan tidak
mengandung CFC.
berikut :
kebakaran ruangan yang diproteksi, sehingga alarm bell berbunyi. Apabila ada
kebakaran dan belum sempat dipadamkan dan suhu ruangan mencapai panas
68OC, bulb sprinkler otomatis pecah dan gas Halotron™ menyemprot otomatis
1) Tabung
Spare part yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi baja paduan dan
berfungsi untuk menutup dan membuka aliran media (Isi) yang berada
di dalam tabung.
7
6) Nozzle Spare part
1. Alat
3. Gayung 1 buah
4. Karung 2 buah
basah/handuk basah
Ringan
2. Bahan
2. Solar 2 liter
7
3. Air 2 Ember besar
D. PROSEDUR KERJA
1 meter
kimianya
7) Setelah itu ganti APAR dengan yang baru atau bisa dengan isi ulang.
E. HASIL PENGAMATAN
terdapat di tabung
APAR
7
1. Kolom Tanggal Digunakan untuk mencatat tanggal
pemeriksaan
berlangsung
2. Kolom Nomor Untuk mencatat kode, nomor seri,
atau co2
tekanan APAR
7
9. Kolom Catatan Informasi tambahan berupa lokasi semula
penempatan APAR.
F. PEMBAHASAAN
bisa dibawa / dijinjing dan gunakan / dioperasikan oleh satu orang dan
manual dan diarahkan dengan cara menyapu dari titik terluar menuju titik
terdalam dimana api berada. Apar dikenal sebagai alat pemadam api
portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk
awal kebakaran, selain itu karena bentuknya yang portable dan ringan
penggunaannya.
pressure tekanan dalan tabung, sehingga dapat dilihat masih berfungsi atau
tidaknya APAR tersebut, lalu memilih tabung yang seamkess (tanpa las)
G. KESIMPULAN
Pemeriksaan APAR
memenuhi syarat untuk layak digunakan kemudian buka Safety Pin agar tuas bisa
digunakan. Terakhir, perhatikan posisi memegang tuas dan corong pada APAR
harus benar.
Pada saat kita akan memadamkan api, perhatikan juga posisi tangan dan tubuh.
Posisi tubuh harus tegak, dan kaki memasang kuda-kuda. Jaga jarak antar posisi
berdiri dan area kebakaran, agar tidak terkena api apabila terjadi hal-hal yang
Posisi tangan kanan memegang tuas serta tangan kiri memegang corong. Lalu
arahkan pada titik sumber nyala api. Apabila pemadaman dilakukan oleh dua
untuk membuka dan menutup kran APAR yang berisi zat CO2, pemadam kedua
bertugas untuk memegang corong lalu memberi kode pada pemadam pertama
untuk membuka kran APAR hingga api padam dan untuk mematikan kran saat api
pada tabung, tekanan, dan pin pengaman. Pada saat melakukan proses
pemadaman, posisi tangan harus kuat dan mengarahkan Hose APAR kearah yang
benar. Jangan mengambil posisi melawan arah angin. Posisi kaki juga kuda-kuda
H. JAWABAN PERTANYAAN
Jawaban :
APAR.
Jawaban :
7
terpasang secara tepat, pengecekan pada Handle APAR apakah masih
ada atau tidak dan juga dari bentuk pengemesan nya kalau sudah celek
Jawaban :
Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.
Air merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna
sehingga membuat operator mampu melawan api dari jarak yang lebih
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik,
dll.), kelas B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan
melawan api Kelas A, B & C, serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi.
Selain berguna dalam mengatasi bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan
Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api
7
mengurangi resiko menyalanya kembali api setelah pemadaman. Setelah
kemampuan yang cepat dan kuat dalam mengatasi api kelas’A’ dan ‘B’.
untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran
maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A contohnya kotak api kayu
yang terbakar dengan lebar 0.5m x tinggi 0.56m x panjang. Angka rating
permukaan dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar
areal melingkar.
Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-
merusak serta efektif dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki
sifat non-konduktif dan anti statis. Karena gas ini tidak berbahaya
kantor yang modern, dimana minyak, solvent dan lilin sering digunakan.
Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah
penting. Kedua model memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti
7
dan bahaya
8
listrik. Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan
yang halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko
dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa
angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3,
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.)
Argon, dan alat pengukur tekanan dipasang di Alat pemadam Api Ringan
8
I. DAFTAR PUSTAKA
Syarat-syarat
(APAR), Apical.
https://www.agenalatpemadamapi.com/mengenal-pengertian-apar-bagian-
bagian-apar-cara menggunakan-apar/
8
J. LAMPIRAN FOTO
8
MANAJEMEN PENGELOLAAN LABORATORIUM
A. TUJUAN
pengelolaan laboratorium
B. TEORI DASAR
pembelajaran biologi dan kimia, karena dengan kegiatan ini akan diperoleh
dengan keterampilan proses siswa bukan hanya menjadi lebih terampil tetapi juga
pengetahuannya.
Bagaimana suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-
alat lab yang canggih dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat
8
beroperasi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium
yang baik. Oleh karena itu manajemen lab adalah suatu bagian yang tidak dapat
Suatu manajemen lab yang baik memiliki sistem organisasi yang baik,
uraian kerja job description yang jelas pemanaatan fasilitas.Yang efektif dan
efisien disiplin dan administrasi lab yang baik pula. Bagaimana mengelola lab
dengan baik adalah menjadi tujuan utama sehingga semua pekerjaan yang
oleh Kepala laboratorium yang ahli/ terampil di bidangnya dan berdedikasi tinggi
manajemen laboratorium
murid yang masih hijau dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Oleh sebab
kerja praktikan.
8
Tata ruang
Infrastruktur
Administrasi laboratorium
Organisasi laboratorium
Fasilitas pendanaan
Pengamanan laboratorium
Keterampilan SDM
Peraturan dasar
Jenis-jenis pekerjaan
tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah. Sejak dari perencanaan tata
a. Perencanaan (Planning)
dicapai dan ditentukan metode dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
8
menganalisis situasi, menetapkan tujuan yang akan dicapai di masa depan dan
ditetapkan
alat dan bahan dan infrastruktur, kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan,
dan bahan laboratorium ini adalah dengan mudah menentukan jenis alat
atau bahan yang ada, jumlah masing-masing alat dan bahan, jumlah
pembelian atau tambahan, dan jumlah yang rusak, hilang, atau dijalankan
notebook harian, alat dan bahan yang rusak, dan format label
pengadaan alat dan bahan, perlu untuk memikirkan apa yang akan
dilakukan percobaan, alat dan bahan apa yang akan dibeli, tidak ada dana
beberapa kelompok, yaitu alat dan bahan yang sering digunakan, alat dan
setiap alat dan bahan tergantung pada keadaan dan komposisi laboratorium
8
dan fasilitas kamar. Alat dan bahan-bahan yang sering digunakan harus
ditempatkan di lemari yang dapat dibuka dan diambil oleh siswa, sehingga
bahan peledak atau meledak dan mudah terbakar harus ditempatkan secara
terpisah dari bahan lain dan berusaha ditempatkan di tempat yang tidak
bahan yang aman, mudah ditemukan dan diambil kapan saja diperlukan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
berarti menyusun sekelompok orang atau petugas dan sumber daya lainnya untuk
melaksanakan rencana atau program untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
dan bahan laboratorium, pengadaan alat dan bahan, dan menjaga disiplin dan
8
c. Pelaksanaan (Actuating)
karena tanpa implementasi dari apa yang telah direncanakan dan diorganisir tidak
optimal.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah evaluasi tindakan yang telah dibuat dan jika perlu
rencana tersebut. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan dasar, yaitu
pertanyaan dari hasil implementasi, pengukuran tugas yang telah atau mereka
yang sedang dikerjakan, baik secara verbal maupun langsung. Rapat dengan
petugas, dan perbandingan antara implementasi kerja dengan pedoman yang telah
perbaikan.
A. Alat
1. Buku tulis
2. Buku data
B. Bahan
a) Laboratorium mikrobiologi
8
D. PROSEDUR KERJA
9
1. Menentukan laboratorium mana yang akan diamati
mikrobiologi
5. Laporkan hasil
A. Hasil
praktikum
ergonomis
9
c. Program Kerja
ISO 17025
e. Pengawasan
Padang
f. Faktor Penghambat
1. Keuangan
2. Anggaran APBN
9
B. Pembahasan
dan sesuai dengan situasi kondisi setempat. Untuk mencapai hal tersebut,
beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, perlu diperhatikan. Peran Kepala
dalamnya.
faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Laboratorium mikrobiologi di
Politeknik ATI Padang banyak memiliki program kerja yang belum tercapai,
seperti belum memiliki sertifikat laboratorium dari KAN, ISO 17025,dll. Belum
alat yeng seharusnya dikalibrasi tapi belum dikalibrasi dan tidak adanya ruang
timbang.
F. KESIMPULAN
9
dikarenakan kurangnya keuangan,lokasi dan luas area kampus, alat yeng
9
seharusnya dikalibrasi tapi belum dikalibrasi dan tidak adanya ruang
timbang.
G. SARAN
terlaksana, dan proses pengelolaan laboratorium dapat lebih baik lagi agar
H. DAFTAR PUSTAKA
9
I. Lampiran
9
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH DI LABORATORIUM
A. TUJUAN
kimia
B. TEORI DASAR
a. Pengertian limbah
Limbah yang dihasilkan dari manusia selalu memiliki konotasi yang jelek ,
seperti bau, kotor, sumber penyakit dan lain sebagainya. Tidak bisa di pungkiri
bahwa manusia bahwa manusia sitiap harinya akan selalu menghasilkan limbah,
seperti makanan, minum dan mencuci. Bahkan dalam skala yang besar, limbah
1) Pengumpulan
9
2) Transportasi
3) Penyimpanan
a) Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak
rusak;
pengangkutan.
9
b) terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun
tidak
yang berlaku
f) Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.
Persyaratan lain
Persyaratan alat lain yang harus ada di sekitar ruang penyimpanan adalah
4) Pengolahan
seperti:
9
c) Pengolahan limbah secara biologi. Proses ini antara lain: aerobik,
anaerobik, fakultatif.
5) Pembuangan
berlaku.
A. Alat
1. Buku tulis
2. Buku data
B. Bahan
1. Laboratorium mikrobiologi
1
D. PROSEDUR KERJA
5. Laporkan hasilnya
A. Hasil
Pengolahan Limbah
1. Media sisa dan bekas cawan petri : direbus lalu dibuang ke air
saluran IPAL
B. Pembahasan
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan oleh laboratorium kimia dan
limbah yang berasal dari bahan sisa analisa. Limbah dari laboratorium
mikrobiologi biasanya berasal dari sisa-sisa media, sisa inokulasi jamur maupun
Contohnya pengolahan limbah media sisa dan cawan petriang cara pengolahan
1
dibuang ke air permukaan, tidak boleh dibuang ke IPAL karena dapat menyumbat
saluran IPAL.
F. KESIMPULAN
laboratorium bisa terkelola dengan baik, pengelolaan ini sangat penting agar dapat
G. SARAN
H. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/presentation/370827226/Limbah-Kimia-Ppt-Lucky
1
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/dokumen/Identifikasi_limbah_B3.pdf di
I. Lampiran