Anda di halaman 1dari 40

PENUNTUN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REKAYASA
BIOSEPARASI

TIM PENYUSUN :
Dr. DYAH NIRMALA, S.T., M.Si
ANANG BAHARUDDIN S, MT

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA


BIOPROSES ENERGI TERBARUKAN
POLITEKNIK ATI PADANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga penyusunan buku Penuntun Praktikum Teknologi
Rekayasa Bioseparasi untuk program D-IV dapat diselesaikan dengan baik. Buku
penuntun ini memuat aturan dan tata tertib di dalam Laboratorium Operasi
Teknik Kimia Politeknik ATI Padang serta aturan penulisan laporan praktikum
yang diacu oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Rekayasa Bioproses Energi
Terbarukan.

Buku Panduan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang


diperlukan oleh para mahasiswa dan juga dosen serta analis yang akan terlibat
dalam proses kegiatan praktikum baik tata laksana, tata tertib dan prosedur yang
perlu agar pelaksanaan dan penyelenggaraannya dapat berjalan dengan lebih baik
lagi.

Selanjutnya diucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan hingga selesainya Buku Panduan ini khususnya kepada
Tim Penyusun yang terlibat dalam pembuatan buku ini. Demikian semoga
bermanfaat.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Padang, Agustus 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ 2


DAFTAR ISI .................................................................................. 3
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... 4
PROSEDUR BEKERJA DI LABORATORIUM ...................................... 5
SIMBOL - SIMBOL PADA BAHAN KIMIA ......................................... 7
PENANGANAN LIMBAH ................................................................. 8
TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................ 9
MODUL 1 OVEN DRYER ............................................................. 14
MODUL 2 FILTRASI ................................................................... 20
MODUL 3 DISTILASI BATCH ...................................................... 25
MODUL 4 ROTARY DRYER
PENUTUP .................................................................................... 37
LAMPIRAN .................................................................................. 38

3
DAFTAR LAMPIRAN

Cover Laporan ............................................................................ 42


Lembar Pengesahan .................................................................... 43
Lembar Penugasan ..................................................................... 44
Lembar Data Pengamatan........................................................... 46

4
PROSEDUR BEKERJA DI LABORATORIUM

a. Letakkan tas dan benda lain yang tidak diperlukan pada tempat yang telah
disediakan. Tidak diperkenankan membawa telpon genggam (HP) dalam area
praktikum, kecuali diizinkan oleh dosen pengampu.
b. Gunakanlah Alat Pelindung Diri (jas laboratorium, sarung tangan, masker,
sepatu tertutup) selama bekerja.
c. Dalam bekerja, kondisi steril sangat penting, oleh karena itu ikutilah cara kerja
steril dan aseptik yang telah diberikan.
d. Bersihkan ruangan sebelum dan sesudah bekerja.
e. Cucilah tangan dengan benar menggunakan air dan sabun sebelum dan
sesudah kegiatan praktik.
f. Dilarang makan, merokok dan minum di dalam laboratorium.
g. Buanglah semua sisa bahan praktikum ke tempat.
h. Usahakan agar bahan yang dipakai tidak tercecer dilantai.
i. Buanglah sampah ditempat yang telah disediakan.
j. Bersihkan kembali setiap peralatan yang digunakan selesai melakukan
praktikum.
k. Sebelum meninggalkan ruangan, periksalah kembali dan pastikan gas, kran
air dan lampu pada posisi off (mati).
l. # Jika terjadi kebakaran:
 Tidak panik
 Hubungi pemadam kebakaran atau polisi pada nomor 111
 Hubungi teknisi/laboran
 Hubungi ketua laboratorium
 Matikan listrik dan saluran gas
 Semprotkan pemadam api (Tabung Apar)
 Gunakan kain basah untuk menutup sumber api
# Jika terjadi kecelakaan:
 Jika terkena asam atau basa kuat:
 Jika terkena pada kulit, segera bilas/cuci sebanyak banyaknya dengan
air mengalir,
 Jika terkena pada pakaian, segera robek pakaian yang terkena bahan
kimia tersebut dan cuci kulit dengan air yang mengalir,

5
 Jika terkena mata, segera bilas/cuci mata dengan air yang mengalir,
 Jika terminum, segera minum air putih sebanyak banyaknya agar
konsentrasinya terencerkan
 Segera hubungi dokter terdekat.
 Jika ada yang pingsan atau terhirup udara beracun:
 Beri runag terbuka untuk memberikan udara segar,
 Beri pernapasan buatan jika penderita terlihat susah bernapas,
 Segera bawa ke dokter terdekat.

6
SIMBOL - SIMBOL PADA BAHAN KIMIA

Contoh label bahan kimia

HCL
Konsentrasi :5M
Tanggal pembuatan : 31 Februari 2013
Tempat pembuatan : Lab. Analisis THP
Pemilik : Aladin baba
Kontak 0852 698 7777
Golongan bahan : Bersifat korosif kuat

7
PENANGANAN LIMBAH

1. Jangan pernah membuang limbah bahan kimia di saluran pembuangan


air,
2. Setiap analisa harus mempunyai tempat limbah,
3. Setiap kontainer tempat limbah harus diberi label berisi informasi tentang
isi bahan kimia yang ditambahkan,
4. Limbah yang mengandung bahan yang bersifat berbahaya bagi
manusia/binatang atau lingkungan serta beracun tidak boleh dibuang ke
lingkungan,
5. Bahan yang mengandung mikroorganisme harus disterilkan sebelum
dibuang ke lingkungan,
6. Konsultasi dengan laboran atau ketua laboratorium jika ingin membuang
limbah.

8
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum

a. Sebelum melakukan praktikum, praktikan diwajibkan hadir di


laboraturium 15 menit sebelum jam praktikum dimulai,
b. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan wajib menjumpai dosen
pengampu untuk melakukan responsi awal sesuai modul yang akan
dilakukan percobaan. Responsi awal dilakukan H-7 sebelum praktikum
atau selambat-lambatnya H-3 dengan mendapatkan ijin dari dosen
pengampu.
c. Praktikan yang tidak melakukan responsi, tidak diizinkan melaksanakan
praktikum. Praktikan yang tidak melaksanakan praktikum, dianggap
gagal pada mata kuliah tersebut.
d. Praktikan harus sudah mengetahui semua hal yang berhubungan dengan
teori, peralatan, bahan, dan pelaksanaan percobaan harus sudah dipahami
dengan baik dan benar,
e. Dosen pengampu akan memberi tugas kepada kelompok praktikan pada
Lembar Penugasan. Tanpa lembar penugasan yang telah ditandatangani
dosen yang bersangkutan kelompok praktikan tidak diizinkan melakukan
praktikum. Apabila dosen pengampu telah mengizinkan, maka praktikum
dapat dilaksanakan.
f. Data yang diperoleh dari pangamatan harus dituliskan pada Lembar Data.
g. Segera setelah praktikum selesai dilaksanakan, Lembar penugasan dan
Lembar Data diserahkan kepada dosen pengampu, dan akan
ditandatangani.
h. Selama berada di laboratorium, patuhilah aturan-aturan keselamatan,
seperti:
 Dilarang merokok di dalam laboratorium.
 Diwajibkan memakai jas praktikum, dan perlengkapan lainnya sesuai
arahan dosen dan analis.
 Melaporkan secepat mungkin segala hal/kejadian di laboratorium yang
cenderung membahayakan kepada dosen/analis yang terdekat.
 Dilarang membuang sampah atau bahan kimia secara sembarangan.
i. Setelah selesai melaksanakan praktikum, praktikan diwajibkan untuk
9
mematikan semua sarana pendukung yang dipergunakan dan
memutuskan aliran dari sumbernya.

2. Alat

a. Peminjaman serta pemakaian alat laboratorium dilaksanakan oleh


praktikan, dengan menggunakan bon peminjaman yang telah dibubuhi
tanda tangan dosen pengampu masing-masing modul percobaan.
Pengajuan peminjaman alat, pengecekan alat dan permintaan bahan
dilakukan selambat-lambatnya H-1 sebelum praktikum dilaksanakan,
b. Dalam bon peminjaman alat tersebut harus dicantumkan jumlah serta
spesifikasi/kualitas yang diminta dengan jelas dan seksama,
c. Semua alat (baik instrument maupun alat gelas) yang dipinjam menjadi
tanggung jawab praktikan yang bersangkutan dan harus dikembalikan
dalam keadaan bersih dan baik,
d. Jika barang yang dikembalikan telah sedemikian kotor sehingga tidak
dapat dibersihkan lagi dianggap sebagai alat rusak dan harus diganti
sesuai dengan aturan penggatian alat laboratorium,
e. Jika alat yang dipinjam merupakan satu set lengkap harus dikembalikan
dalam keadaan satu set lengkap pula,
f. Penggunaan alat yang tersedia di laboratorium seperti timbangan, oven,
ataupun, perkakas reparasi harus sesuai dengan petunjuk masing-masing
alat serta seizin analis yang sedang bertugas,
g. Semua alat yang dipinjam tidak boleh dipindahtangankan,
h. Penyelesaian peminjaman dan/atau penggantian harus diselesaikan
dalam jangka waktu 2 minggu setelah selesai praktikum terakhir selesai
serta menyerahkan surat keterangan penyelesaian alat-alat dari
laboratorium.

3. Laporan

a. Hasil percobaan harus diserahkan dalam bentuk laporan sesuai dengan


format yang telah ditentukan,
b. Laporan terdiri dari 2 jenis yaitu laporan sementara dan laporan
akhir.Masing- masing praktikan diharuskan menyerahkan satu laporan
10
satu modul percobaan,
c. Praktikan sudah harus mengumpulkan laporan sementara yang berisikan
cover sampai dengan isi BAB III dan Daftar Pustaka kepada dosen
pengampu,

d. Bila suatu percobaan diselesaikan tanggal n, maka laporan akhir


diserahkan selambat-lambatnya tanggal (n+7) jam 12.00 WIB dan waktu
perbaikan laporan lengkap diserahkan selambat-lambatnya tanggal (n+2)
jam 12.00 WIB yang langsung diserahkan kepada dosen pengampu.
e. Setiap kali menerima laporan sementara atau lengkap, dosen pengampu
harus membubuhkan tanggal dan paraf pada Lembar Bukti Penyerahan.
f. Keterlambatan atas penyerahan laporan akan diperhitungkan sebagai
pengurangan nilai laporan dengan peraturan sebagai berikut :
 Laporan yang diserahkan dalam jangka waktu 24 jam setelah waktu
penyerahan yang ditentukan, akan dipotong nilainya sebesar 10%.
 Untuk setiap 24 jam berikutnya akan dikenakan potongan 10%.
 Bila laporan diserahkan setelah 5 x 24 jam dari waktu penyerahan,
maka diberi nilai nol dan kepada praktikan/kelompok praktikan akan
diberi surat peringatan.

4. Format Laporan

a. Laporan disusun dengan urutan dan isi sbb :


 Cover
 Lembar Penugasan
 Daftar Isi
 Daftar Tabel
 Datar Gambar/Grafik
 Bab I Pendahuluan
 Bab II Tinjauan Pustaka
Memuat teori yang berhubungan dengan percobaan yang dilakukan,
dapat berupa tabel atau grafik, disusun padat dan ringkas. Sumber
kutipan/sitasi harus disebutkan. Minimal 5 halaman dan maksimal 10
halaman.
 Bab III Peralatan dan Prosedur Kerja
Peralatan utama harus dicantumkan. Panjang maksimum 8 halaman.
 Bab IV Hasil dan Pembahasan
11
Hasil ditampilkan bukan berupa data mentah, sebaiknya dalam bentuk
grafik/tabel dan langsung pembahasan. Hasil dan pembahasan
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Minimal 6
halaman dan Maksimum 10 halaman.

 Bab V Kesimpulan dan


Saran Maksimum 1
Halaman
 Daftar Pustaka
 Lampiran
- A. Data percobaan yang disetujui dosen pengampu.
- B. Contoh Perhitungan
b. Format laporan lengkap disusun sesuai dengan susunan di atas
sedangkan laporan sementara dimulai dari Cover,Lembar Penugasan,
Daftar Isi,Daftar Tabel,Datar Gambar/Grafik,Bab I Pendahuluan, Bab II
Tinjauan Pustaka,Bab III Peralatan dan Prosedur Kerja, dan Daftar
Pustaka.
c. Laporan sementara dan laporan lengkap harus ditulis tangan dengan tinta
biru dan tanpa garis tepi ataupun garis tulis.
d. Laporan ditulis dengan spasi garis kertas fortofolio dengan margin kiri 3
cm, margin kanan 2,5 cm, margin atas 3 cm dan margin bawah 2,5 cm.
ukuran kertas A4.
e. Keterangan tabel dibuat di atas tabel yang bersangkutan, sedangkan
keterangan gambar/grafik dibuat di bawah gambar/grafik yang
bersangkutan.
f. Setiap kelompok diharuskan membuat Bundelan Praktikum setelah
seluruh modul telah selesai dikerjakan. Format bundelan disusun sesuai
dengan laporan lengkap dan diberi halaman pemisah antara modulnya.

5. Penilaian

Penilaian akhir ditentukan oleh :


a. Nilai performance praktikum dan laporan 50 %.
b. Nilai Responsi 20 %.
c. Nilai ujian akhir 30 %.

12
6. Sanksi

a. Praktikan akan dikenakan sanksi atas setiap pelanggaran terhadap


ketentuanketentuan yang ada.
b. Sanksi dapat diberikan oleh setiap dosen pengampu, analis atau
Koordinator Laboratorium.
c. Sanksi-sanksi dapat berupa:
 Pengurangan nilai
 Pemberian surat peringatan.

7. Lain-lain

a. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.
b. Segala perubahan dan atau perbaikan tata tertib ini hanya dapat
dilakukan atas persetujuan Koordinator Laboratorium.
c. Isi tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditertibkan.

13
MODUL 1
OVEN DRYER

1. Tujuan Percobaan
a. Praktikan memahami prinsip pengeringan bahan menggunakan oven
b. Mengetahui pengaruh jenis dan ketebalan bahan terhadap proses
pengeringan
c. Mampu menghitung laju penegringan, koefisien perpindahan panas, dan
laju perpindahan panas pada operasi pengeringan

2. Dasar Teori
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi untuk menguapkan sebagian atau keseluruhan
kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan. Prinsip pengeringan
melibatkan dua hal yaitu panas yang diberikan pada bahan dan air yang harus
dikeluarkan dari bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terdiri
dari faktor udara pengering dan sifat bahan. Faktor yang berhubungan dengan
udara pengering adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan
kelembaban udara, sedangkan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yaitu
ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan.
Kandungan air dalam bahan dapat dinyatakan dalam atas dasar basah
maupun kering

Laju pengeringan diperlukan untuk merencanakan waktu pengeringan


dan untuk memperkirakan ukuran alat yang digunakan untuk pengeringan.
Laju pengeringan (R) didefenisikan sebagai jumlah air yang menguap per
satuan waktu persatuan luas

14
Dimana :
Ls = berat kering bahan
A = luas permukaan perpindahan
panas X = moisture
t= waktu pengeringan

3. Alat dan Bahan


3.1 Alat Percobaan
a. Oven
b. Neraca analitis
c. Termometer 100oC
d. Cawan penguap
e. Alumunium foil
f. Forcep
g. Desikator
h. Pisau

3.2 Bahan Percobaan


Buah-buahan atau umbi-umbian.

3.3 Prosedur Percobaan


a. Ukur kadar air bahan sebelum dikeringkan
b. Ukur temperatur proses, temperatur bola kering dan bola basah peralatan
c. Bahan dengan ukuran tertentu dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan
pada suhu 105-110ºC, timbang berat bahan setiap selang waktu tertentu
d. Ukur kadar air akhir bahan

4. Data Pengamatan
% kadar air sampel = %
Suhu proses = o
C

15
Tabel 1 Data Percobaan Awal
Berat sampel T awal T BB Awal T BK Awal
Sampel Menit
(basah) (oC) (oC) (oC)

Tabel 2 Data Percobaan Akhir


Berat
T akhir T BB T BK Kadar air
Sampel Menit sampel
(oC) (oC) (oC) akhir (%)
(kering)

5. Pengolahan Data
a. Laju Pengeringan (R)
1) Massa padatan kering (Ls)

Kadar air bahan (KA) =

% padatan = 100% - KA
Ls (g) = % padatan × massa bahan masuk

16
2) Moisture (X) (g H2O/g padatan kering)

3) Laju pengeringan (R) (g H2O/m2.h)


A (m2) = luas permukaan bahan
= 2×(p×l) + 2×(p×t) + 2×(l×t)

b. Koefisien Perpindahan Panas (h)


1) Menentukan Rc berdasarkan nilai Xt yang dialurkan pada Figure 9.5-1
Geankoplis
2) Panas laten penguapan (λW)
λW (kJ/kg) = Hv - Hl pada Twb (Steam Table, Geankoplis)
3) Koefisien perpindahan panas (h) (kJ/m 2.h.K)

c. Laju Perpindahan Panas (QT) (kJ/jam)


QT = RC × A ×λw

d. Fluks Difusi (NA)


λW (Btu/lbm) = Hv - Hl pada Twb (Steam Table, Geankoplis)

6. Daftar Pustaka

Perry, H. Robert., “Perry`s Cemichal Engineer`s Hand Book”, Mc Graw Hill Book.
Co., New York. 1997
Geankoplis, Christie J., “Transport process and Unit Operation”: 3 rd edition,
Prentice Hall, New Jersey, 1993

17
MODUL 2
FILTRASI

1. Tujuan Percobaan

a Mempelajari proses pemisahan partikel padatan dari suatu cairan


menggunakan alat filtrasi
b Menentukan nilai specific cake resistance dan tahanan dari filter medium

2. Dasar Teori

Proses filtrasi adalah salah satu proses pemisahan partikel padatan yang
tersuspensi dalam larutan. Partikel padatan dipisahkan secara mekanik fisik dari
larutan dengan menggunakan medium berpori. Produk yang diinginkan bias
diperoleh dari filtrat atau dari cake padat (Geankoplis, G.J, 1993).

Larutan umpan bisa mengandung banyak partikel padat, bisa sedikit. Jika
konsntrasi partikel padatnya kecil, filternya bisa digunakan dalam jangka waktu
yang lama sebelum filternya dibersihkan. Pada saat proses berlangsung,
terbentuk lapisan cake pada permukaan filter. Lapisan ini juga berfungsi sebagai
filter. Ketika lapisan ini semakin lama semakin tebal, resisten terhadap aliran juga
meningkat (Mc. Cabe, 1993).

Pada percobaan ini, jenis filter yang digunakan adalah palte and frame filter
press. Filtrat akan mengalir melalui filtrerdan lapisan cake akan terbentuk pada
sisi frame. Proses akan terus berlangsung sampai cake penuh dengan cake padat.
Jika kondisi tersebut telah tercapai, maka filter akan dicuci (Geankoplis, G.J,
1993).

Filter Medium
Filter cake

Slurry Flow
Filtrat

dL

Gambar 3. Skema alat filter

18
Gambar 3 mengilustrasikan adanya lapisan cake pada filter, pada suatu
waktu tertentu. Pada saat ini, ktebalan cake dalah L m luas areanya adalah A
m2. Pada aliran laminar, persamaan pressure drop yang digunakan adalah
persamaan Carman-Kozeny:

Pc k1 v (1 )2 So2


  …(1)
L  3

dimana:

P  pressure drop cake ε = porositas

v = kecepatan linear L = tebal cake


µ = viskositas Kt = konstanta partikel acak 4,17
So = specific surface

Spesific cake resistance didefinisikan sebagai:

 k1(1  ) So2


  …(2)
p 3

resisten filter mediumnya (Rm) bisa dihitung menggunakan persamaan:

dV Pf
 …(3)
Adt Rm

Persamaan yang digunakan untuk pencucian filter n frame adalah:

 dV  1 1
   …(4)
 dt  f 4 KpV f  B

dimana:

 c s
Kp  …(5)
As (  P )

19
 Rm
B …(6)
A( P )

(Mc. Cabe, 1993)

3. Alat dan Bahan


3.1. Alat Percobaan

C
D I
E

H
B

Gambar 4. Skema alat filter press tipe plate and frame

Spesifikasi Alat :

Plate ‘n Frame : 7 pasang, 20 x 20 cm


Tangki : Kapasitas > 50
Motor pengaduk : 3 phase, 025 HP
Alat ukur : Manometer bimetal 0-5 kg/cm2 ( 2 buah )
Bahan : Bahan yang tersuspensi dalam air (misal: tepung tapioka)

20
No Alat Spesifikasi Kebutuhan
1 Alat filter press 1 Set
2 Gelas ukur 1000 mL 2 buah
3 Cawan penguap 75 mm 2 buah
4 Spatula 1 buah
5 Kunci L 12/13 1/1 buah
6 Tang 1 buah
7 Forcep 1 buah
8 Oven memmert 1 buah
9 Cok raun 1 buah
10 Baut/mur 10 pasang
11 Kompresor 1 buah

3.2. Bahan Percobaan


a. Tepung tapioca
b. Air

3.3 Prosedur Percobaan

# Tahapan Pembuatan Umpan


1. Ditimbang tepung dengan massa sesuai penugasan
2. Buat suspensi dalam 10 liter air kemudian aduk
3. Setelah tepung dan tanki air tersuspensi kemudian diumpankan kedalam
tanki

# Tahapan Proses Operasi


1. Dimasukkan atau dialirkan udara dari kompresor dengan membuka kran C
dengan tujuan agar tidak terjadi endapan
2. Timbang kain filter yang akan digunakan
3. Dipasangkan plat dan frame yang dimana frame dipasangkan kain filter
4. Ditutup kran C dan lihat tekanannya pada pressure gauge
5. Dibuka kran c untuk mengalirkan filtrat
6. Dibuka kran H untuk menampung hasil filtrat
7. Ditampung filtrat per 20 detik kemudian dicatat volumenya
8. Dihitung densitas filtrat
9. Dibuka plat dan frame
10. Timbang kain filter basah, ambil cake yang tertahan pada media filter
11. Dihitung kadar air cake
21
# Tahapan Akhir
1. Dicuci tanki pencampur dengan mengisi tanki dengan air dan dibuka
katup bawah
2. Dibersihkan frame dan medium filter
3. Dimatikan aliran listrik ke pompa

4. Data Pengamatan
Sampel =
T air = o
C
Berat cake + kain filter = kg
Filtrat = L
Volume = ml
Berat pikno kosong = gr
Berat pikno kosong + sampel = gr
𝜟𝑷 = bar
Berat cawan kosong = gr
Berat cake basah = gr
Berat cake kering = gr

5. Pertanyaan

1. Apa yang menjadi alasan mendasar praktikum ini menggunakan tepung


tapioka?
2. Apa yang akan terjadi jika pemasangan filter tidak sesuai?
3. Apa pengaruhnya tekanan terhadap hasil filtrate?

6. Daftar Pustaka

Mc Cabe & Smith, Únit Operation of Chemical Engineering”, 3 th ed, Mc Graw Hill
Book Company, New york, 1993.
Geankoplis, Christie . J., Transport Process and Unit Operation, 3rd ed., Prentice-
Hall PTR, New Jersey, 1993.

22
MODUL 3
DISTILASI BATCH

1. Tujuan dan Saran Percobaan

a. Menentukan derajat pemisahan dari suatu campuran biner dengan operasi


distilasi secara batch menggunakan kolom fraksionasi.
b. Menentukan persentase kehilangan massa selama proses distilasi
c. Menentukan indeks bias dengan konsentrasi umpan tertentu
d. Mengetahui pengaruh refluks terhadap kemurnian produk distilat

2. Dasar Teori

2.1 Prinsip Operasi

Proses pemisahan pada operasi distilasi terjadi karena adanya perpindahan


massa akibat kontak antarfasa uap dengan fasa cairannya. Jika kontak antarfasa
dibiarkan berlangsung dalam waktu yang relatif cukup, maka sistem akan
dimungkinkan berada dalam keseimbangan fisis. Setelah keseimbangan fisis
tercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya dan dikondensasikan membentuk
embunan/distilat.

Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa


bila campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa
uapnya akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan fraksi cairannya akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah
menguap. Apabila uap tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan
cairan yang berbeda komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang
didapatkan dari kondensasi tersebut mengandung lebih banyak komponen yang
lebih mudah menguap (volatil) dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan.

23
2.2 Distilasi Batch
Kasus distilasi batch (partaian) yang paling sederhana adalah operasi yang
menggunakan peralatan seperti pada gambar berikut ini.

Keterangan :
D= laju alir distilat, mol/jam
yD= komposisi distilat, fraksi mol
V= jumlah uap dalam labu
W= jumlah cairan dalam labu

Gambar 1 Skema sederhana distilasi batch

Ketika cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan


menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam kesetimbangan
dengan komposisi cairan yang ada di labu, xw. Uap keluar labu menuju kondensor
dan diembunkan secara total. Cairan yang keluar dari kondensor memiliki
komposisi xD yang besarnya sama dengan yD. Dalam hal ini, distilasi berlangsung
satu tahap.
Uap yang keluar dari labu kaya akan komponen yang lebih mudah menguap
(A), sedangkan cairan yang tertinggal kaya akan komponen yang lebih sukar
menguap (B). Apabila hal ini berlangsung terus, maka komposisi di dalam cairan
akan berubah; komponen A akan semakin sedikit dan komponen B akan semakin
banyak. Hal ini juga berdampak pada komposisi uap yang dihasilkan. Jika
komposisi komponen A di dalam cairan menurun, maka komposisi komponen A di
dalam uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tadi juga akan
menurun. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dalam
operasi ini berubah terhadap waktu. Jika operasi dilangsungkan pada tekanan
tetap, perubahan temperatur cairan dalam labu tidak terlalu besar, dan konstanta
kesetimbangan uap-cair dapat dinyatakan sebagai :y = Kx.
Untuk campuran biner, hubungan kesetimbangan dapat dinyatakan dengan
koefisien volatillitas relatif, α.
24
2.3 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat

Perbandingan refluks adalah perbandingan antara uap yang terkondensasi


dan dikembalikan sebagai cairan yang masuk ke dalam kolom dengan yang diambil
sebagai distilat. Berdasarkan pengertian tersebut, semakin besarnya perbandingan
refluks (R) berarti cairan yang dikembalikan (L 0) akan semakin banyak. Cairan
tersebut akan mengalami kontak ulang lebih lanjut dengan fasa uap menuju
puncak kolom. Terjadinya kontak ulang antarfasa akan menyebabkan terjadinya
perpindahan panas dan massa secara simultan. Komponen yang lebih volatil lebih
banyak terdapat dalam fasa uap dan keluar dari puncak kolom sebagai produk
distilat.
Dengan menggunakan alat kontak jenis apapun, produk hasil pemisahan
campuran etanol-air secara distilasi tidak akan pernah mencapai komposisi
azeotropnya. Komposisi maksimal distilat adalah 0,94. Meskipun demikian
serendah-rendah komposisi distilat tidak akan lebih kecil dari komposisi umpan
masuk kolom (= yf). Dalam bentuk lain pernyataan tersebut dapat dituliskan
sebagai: yf< xD< 0,94.

2.4 Kesetimbangan Uap-Cair

Seperti telah disampaikan terdahulu, operasi distilasi mengekspoitasi


perbedaan kemampuan menguap (volatillitas) komponen-komponen dalam
campuran untuk melaksanakan proses pemisahan. Berkaitan dengan hal ini, dasar-
dasar keseimbangan uap-cair perlu dipahami terlebih dahulu. Komposisi uap yang
berada dalam kesetimbangan dengan suatu cairan yang terdiri dari komponen-
komponen dengan komposisi tertentu yang ditentukan secara eksperimen.
Data komposisi uap ditampilkan pada diagram komposisi versus temperatur seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 1.2

25
Gambar 1. 2 Diagram Komposisi Temperatur
Tampilan data kesetimbangan uap-cair yang normal diperlihatkan oleh Gbr
1.2a, kurva ABC menunjukkan suatu cairan dengan berbagai komposisi yang
mendidih pada berbagai temperatur, dan kurva ADC menunjukkan komposisi
uapnya pada berbagai temperatur yang bersangkutan. Contoh, suatu cairan
dengan komposisi x1 akan mendidih pada temperatur T1, dan komposisi uap yang
berada dalam kesetimbangan dengan cairan tersebut adalah y1 (ditunjukkan oleh
titik D).
Berdasarkan kurva-kurva dalam Gambar 1.2 a, b dan c dapat disimpulkan
bahwa untuk sembarang cairan dengan komposisi x1 akan menghasilkan uap
dengan komposisi tertinggi dimiliki oleh komponen (zat) yang lebih mudah
menguap (volatile). Di sini simbol-simbol x dan y menunjukkan fraksi mol
komponen yang lebih volatile di dalam cairan dan di dalam uap.
Pada Gambar 1.2 b dan c terdapat suatu komposisi kritis (critical
composition) xg. Pada titik ini uap memiliki komposisi yang sama dengan cairan,
dengan demikian tidak ada perubahan yang terjadi pada proses pendidihan.
Campuran kritis itu disebut azeotrope. Diagram-diagaram yang disajikan di atas
berlaku untuk kondisi tekanan konstan. Perlu diingat bahwa komposisi uap yang
berada dalam kesetimbangan dengan cairan berubah dengan berubahnya tekanan.
Untuk kegunaan proses distilasi, data kesetimbangan uap cair lebih
bermanfaat jika disajikan dalam bentuk grafik x versus y pada tekanan konstan,
hal ini disebabkan kebanyakan operasi distilasi dalam industri dilakukan pada
tekanan konstan. Grafik yang dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 1.3. Perlu dicatat
bahwa temperatur bervariasi di sepanjang kurva.

26
Gambar 3 Komposisi Uap sebagai Fungsi dari Komposisi Likuid pada Tekanan Tetap

27
3. Alat dan Bahan
3.1 Alat Percobaan
a. Peralatan Distilasi
b. Labu Ukur 1000 ml
c. Pipet Takar
d. Bulb
e. Corong
f. Tabung Reaksi
g. Termometer 100oC
h. Pipet tetes
i. Erlenmeyer 250 ml
j. Refraktometer
k. Alkoholmeter
l. Rak tabung reaksi
m. Gelas piala 250/100 ml
n. Erlenmeyer 1L
o. Gelas piala 1L
p. Batang pengaduk
3.2 Bahan Percobaan
a. Gula
b. Ragi Fermipan
c. Etanol 96%
d. Aquadest
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Proses Fermentasi
a. Dibuat larutan gula dengan perbandingan 1:10 (b/v) sebanyak 1L
b. Dipanaskan hingga mendidih
c. Didinginkan hingga suhu ruangan
d. Ditambahkan ragi fermipan sebanyak 8 gram
e. Dihomogenkan
f. Difermentasi selama 24 jam

3.3.2 Kalibrasi Refraktometer


a. Buat larutan etanol dengan konsentrasi tertentu sebanyak 500 ml.
b. Kalibrasi refraktometer dengan etanol 96%.
c. Membersihkan permukaan kaca yang terdapat pada alat dengan tisu.28
d. Meneteskan larutan etanol pada kaca yang terdapat pada alat.
e. Menutup dengan rapat dan usahakan cahayanya banyak yang masuk.
f. Melihat pada lensa atas, untuk kemudian mengatur alat dengan
memutar pengatur (potensio) yang ada di samping alat.
g. Pengaturan ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan warna gelap
dan terang tepat di tengah-tengah garis, dimana akan terlihat garis
silang (untuk melihat perbedaan warna, digunakan lensa bagian atas).
h. Setelah mendapatkan perbedaan warna yang jelas, kemudian
mencatat angka (indeks bias) yang tertera pada lensa bagian bawah.
Pembacaan nilai refraktometer sama seperti pembacaan jangka
sorong.
i. Tentukan indeks biasnya.
j. Buat grafik hubungan indeks bias dengan konsentrasi.
3.3.3 Refluks Total
a. Rangkaian peralatan pada rig/kerangkanya dengan baik. Perhatikan
semua sambungan dan dudukan-dudukan
b. Isikan campuran yang hendak dipisahkan, ke dalam labu didih dengan
tidak lupa menambahkan batu didih untuk mencegah gejolak selama
operasi berlangsung
c. Naikkan dongkrak sedemikian hingga labu didih dan pemanas
tersangga dengan baik dan terhubungkan dengan kolom distilasi
d. Periksa aliran air pendingin menuju kondensor beserta saluran
keluarnya. Perhatikan bahwa aliran air pendingin masuk di bagian
kondensor yang berhubungan dengan kolom distilasi
e. Persiapkan pengatur refluks sedemikian hingga semua kondensat
dikembalikan ke dalam kolom
f. Pasang semua termometer dan alat mencuplik pada tempatnya
g. Nyalakan pemanas listrik. Atur sedemikian rupa hingga pemanasan
berlangsung baik dan uap terbentuk dapat mencapai kondensor
h. Setelah teramati adanya kondensat yang kembali ke dalam kolom,
catat temperatur bawah dan atas kolom setiap jangka waktu tertentu
bersama dengan pengambilan cuplikan distilat
i. Analisa distilat tersebut
j. Lakukan langkah h dan i terus menerus hingga harga temperatur dan
konsentrasi distilat konstan.

29
3.4 Skema Peralatan

Gambar 4 Skema Perangkat Distilasi Batch


Spesifikasi Alat:
1. Kolom : vigroux, panjang 150 cm
2. Labu Pemanas : kapasitas 2 Liter
3. Pemanas Labu : setengah bulatan, ± 1.5 kW
4. Alat Ukur : termometer raksa/alkohol
5. Kondensor : jenis spiral dengan pendingin air

4. Data Pengamatan
4.1 Data Pengamatan Larutan Deret Standar Alkohol

Volume Volume Indeks


Konsentrasi
No. Alkohol Aquadest Bias
Alkohol (%)
(ml) (ml)
1
2
3
4
5
6
7
8
9

30
4.2 Data Pengamatan Variasi Bukaan Refluks

Variasi Bukaan Refluks


No. Indeks Bias Tanpa Indeks Bias Dengan
Refluks Refluks
1
2
3
4

5. Pengolahan Data
5.1 Pembuatan Larutan Induk Etanol …%
Vetanol x …% = Vetanol x …%
Vetanol x 96% = 1000 mL x …%
… 𝑥 1000
𝑉etanol = = ⋯ mL
96

5.2 Data Larutan Standar Etanol


Volume Volume [Etanol] Indeks Bias
Etanol(mL) air(mL)
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …

Rumusnya: V x …% 1 = V x …%2
…ml x 96 = 5x% 2

...x96
%  9.6%
5
5.3 Data Indeks Bias Distilat dan Residu

Waktu Indeks Bias


Indeks Bias Residu
(menit) Distilat
… … …

… … …

… … …

… … …

… … … 31
5.4 Densitas Etanol
a. Umpan
Berat piknometer kosong =…g
Berat pikno + zat =…g
Volume pikno = 10 mL
...  ...
Densitas   ...g / mL
10
b. Distilat
Berat piknometer kosong =…g
Berat pikno + zat =…g
Volume pikno = 10 mL
...  ...
Densitas   ...g / mL
10
c. Residu
Berat piknometer kosong =…g
Berat pikno + zat =…g
Volume pikno = 10 mL
...  ...
Densitas   ...g / mL
10

a. Data Distilasi
a. Suhu Mendidih …0C
b. Suhu Distilat Pertama …0C
c. Volume Residu … mL
d. Volume Distilat … mL

b. Data Konsentrasi Distilat dan Residu dari Persamaan:


y = …x – … , konsentrasi sampel …

Waktu Konsentrasi
Konsentrasi Residu
(menit) Distilat
… … …
… … …
… … …
… … …

32
Rumusnya: y = …x – …
y=….

c. Massa Bahan yang Hilang


Neraca massa total massa masuk = massa keluar
Umpan mL x … g/mL = (Residu x …) + (Distilat x …)
Massa yang hilang selama proses adalah … gram.

6. Daftar Pustaka
Mc Cabe & Smith, Únit Operation of Chemical Engineering”, 3 th ed, Mc Graw
Hill Book Company, New york, 1993.
Perry, H. Robert., “Perry`s Cemichal Engineer`s Handbook”. Mc Graw Hill
Book Co., New York, 1997

33
MODUL 4

PENGERING BERPUTAR (ROTARY DRYER)

1. Tujuan dan Sasaran Pratikum


 Memahami prinsip kerja alat pengering berputar (rotary dryer)

 Mengetahui karakteristik pengeringan suatu bahan menggunakan alat
pengering berputar

 Menghitung koefesien perpindahan panas, laju pengeringan dan laju
perpindahan panas pada alat pengering berputar


2. Dasar Teori
Pengering berputar merupakan salah satu alat pengering komersial yang
banyak di pakai saat ini. Sebuah pengering berputar terdiri dari shell silinder yang
berputar horizontal kearah keluarannya. Umpan basah dimasukan pada salah satu
ujung silinder, dan bahan yang telah kering di ambil dari ujung silinder yang lain.
Ketika shell berputar, padatan akan terangkat dan turun melalui interior shell.
Proses pemansan pengering berputar dilakukan secara kontak langsung gas panas
dengan padatan, gas panas mengalir pada jaket luar, atau dengan kondensasi
kukus. Udara ditiupkan ke pengering dengan sebuah kipas.
Pengering berputar didesain berdasarkan basis perpindahan panas. Persamaan
empiris untuk koefesien perpindahan panas Ua adalah:

0,5G0,67
Ua 
D (1)
Satuan Ua adalah Btu/ft3hºF, G adalah laju alir masa gas dengan satuan lb/ft 2h,
dan D adalah diameter pengering dalam ft.

Laju pepindahan panas Q dinyatakan sebagai berikut:


Q=
(2)
dimana:
D = diameter pengering
L = panjang pengering
LMTD = perbedaan temperatur rata-rata di sepanjang alat pengering

34
6
3. Alat dan Bahan
Spesifikasi Alat :
motor : pemutar ruang pengering 3 phase, 380 volt, 0,5 kW
penggerak screw feeder : 1 phase, 220 volt, 0,5 kW
blower : 1 phase, 220 volt, 0,25 HP
ruang pengering : diameter 25 cm, panjang 135 cm
alat ukur : orsat, termometer bimetal ( 3 buah )
pembakar : gas panas

Bahan : jagung dan sekam padi yang telah direndam

Skema peralatan

Keterangan:

A = Ruangan bakar F = Blower


B = Ruang pengering G = Gas keluar
C = Sikon H = Pengatur kemiringan
D = Pengumpan padatan I = Screw driver
E = Motor pemutar J = Pengukur temperatur

35
4. Prosedur Percobaan
 Ukur kadar air bahan basah

 Atur ketinggian alat, kemudian nyalakan dan alirkan gas panas ke dalam alat
pengering

 Tampung produk hasil pengeringan, catat waktu yang dibutuhkan untuk
proses pengeringan

 Ukur temperatur umpan masuk, umpan keluar, aliran gas masuk, aliran gas
keluar, temperatur proses, serta temperatur bola basah dan bola kering

 Ukur kadar air akhir produk

 Tentukan laju perpindahan panas, fluks difusi dan laju pengeringan.


5. Daftar Pustaka
 Perry, H. Robert, “Perry´s Chemical Engineer´s Handbook”, Mc Graw Co,
New York, 1997

 Geankoplis, Christie J, “Transport Process and Unit Operation” 3rd edition,
Prentice Hall, New Jersey, 1993

6. Perhitungan
a. Laju Perpindahan Panas (QT)
1) Humidity (H)
Humidity (H) ditentukan berdasarkan data temperatur bola basah (T wb) yang
dialurkan pada psychrometric chart (Geankoplis, Figure 9.3-2)
2) Kecepatan putar alat (v)
v (ft/s) = π × r × jumlah putaran ban/menit
3) Humid volume (vH)

vH (m3/kg udara kering) = (2,83×10-3 + 4,56×10-3 H) Tdb (K)


(Geankoplis, Pers. 9.3-7)
4) Densitas (untuk 1 kg udara kering + H)
5) Laju alir massa (G)

G ((lbm/ft2.h)= v (ft/h) × ρ (lbm/ft3)

6) Koefisien perpindahan panas menyeluruh (Ua)

nf = jumlah lifting flight


Ua = Btu/ft2.h.ºF

7) Log mean temperature difference (LMTD)

8) Laju perpindahan panas (QT)

A = luas permukaan perpindahan panas alat


= 2π × r × L

L = panjang alat

b. Laju Pengeringan (R)


1) Massa padatan kering (Ls)

Kadar air bahan (KA) =

% padatan = 100% - KA
Ls = % padatan × massa bahan masuk

2) Moisture (X)
3. Laju Pengeringan

4. Fluks Difusi (NA)


λW (Btu/lbm) = Hv - Hl pada Twb (Steam Table, Geankoplis)
PENUTUP

Buku Penuntun Praktikum ini dirancang sedemikian rupa agar mudah


dipahami dan dipelajari. Namun demikian, penyusun mempunyai keterbatsan-
keterbatasan sehingga sudah tentu buku teks ini masih perlu perbaikan dari saran
pembaca.

Selain itu, buku ini dibuat untuk membantu dosen, analis dan mahasiswa
program studi Teknologi Rekayasa Bioproses Energi Terbarukan dalam
melaksanakan praktikum Teknologi Rekayasa Bioseparasi.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas


penyaduran karya tulis atau gambar yang kami jadikan bagian untuk melengkapi
buku ini.

Akhir kata, kami penulis buku Penuntun Praktikum Teknologi Rekayasa


Bioseparasi ini, berharap semoga buku ini dapat diterima dan dimanfaatkan
untuk kemaslahatan dan kemajuan bersama khususnya kegiatan belajar
mengajar di Program Studi Teknologi Rekayasa Bioproses Energi Terbarukan.

39
LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai