Anda di halaman 1dari 42

KESELAMATAN KERJA, KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM

DAN INOVASI

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terapan
Yang dibina oleh Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si

dan Erti Hamimi, S.Pd, M.Sc.

Oleh
Hiranisha Eldima (160351606429)
Kiki Sarah May Renza S.P (160351606421)
Mia Puji Lestari (160351606415)
Safira Nur Sa’adah (160351606418)

Kelompok 5
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JANUARI 2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan hidayah-Nya kepada kami dan dosen mata kuliah Praktikum IPA
Terapan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keselamatan Kerja,
Keterampilan Dasar Laboratorium dan Inovasi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya semoga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Malang, 31 Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

A. Latar Belakang ........................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6

A. KESELAMATAN KERJA ........................................................................ 6

B. KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM ................................. 19

C. INOVASI................................................................................................... 28

BAB III PENUTUP ..............................................................................................40

A. Kesimpulan ............................................................................................... 40

B. Saran ......................................................................................................... 41

DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium merupakan tempat untuk melaksanakan eksperimen,
penelitian maupun pengajaran. Untuk membantu melakukan hal tersebut,
diperlukan pengetahuan mengenai keselamatan kerja dan keterampilan dasar
laboratorium. Umumnya, bekerja di laboratorium mengandung kemungkinan
terjadi kecelakaan atau bahaya bila tidak hati hati. Demi keselamatan kerja, perlu
diketahui bahaya yang mungkin terjadi, bagaimana pencegahannya dan bila terjadi
bagaimana cara mengatasinya.
Untuk mencegah berbagai macam bahaya yang akan ditimbulkan, agar
praktikan dapat mengetahui teknik dasar dalam pengelolaan laboratorium dan
fungsi dari tiap alat serta prinsip kerjanya. Maka diperlukan beberapa keterampilan
dasar laboratorium agar itu semua dapat terlaksana.
Suatu laboratorium dapat dikatakan baik bila memiliki fasilitas yang
memadai atau mendukung dalam pelaksanaan eksperimen, baik dari segi tata letak
maupun dari segi alat dan bahan. Namun, sebaik apapun laboratorium itu bila tidak
ditunjang oleh kemampuan laboran dalam mengelolanya dan keterampilan
praktikan maupun asisten dalam mengoperasionalkan alat dan bahan laboratorium
pasti akan sia-sia. Jadi, praktikan harus mengetahui tentang keselamatan dan
keterampilan dasar selama di laboratorium.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keselamatan kerja labortorium?
2. Apa saja keterampilan dasar laboratorium?
3. Apa saja inovasi yang dapat dikembangkan dalam IPA terapan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keselamatan kerja laboratorium.
2. Untuk mengetahui keterampilan dasar laboratorium.

4
3. Untuk mengetahui inovasi yang dikembangkan dalam IPA terapan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KESELAMATAN KERJA

 Keselamatan dan Keamanan Kerja

Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan


perhatian khusus, karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja
dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3
seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan
eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia
dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan
kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dg cara membina dan
mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.

Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup


(tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium
dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu
dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg
dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.

 Peraturan Keselamatan Kerja

Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :

a. Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di


laboratorium.
b. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan
di laboratorium.

6
c. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan
beracun
d. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara,
sehingga tidak berdampak negative terhadap lingkungan.

Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal sebagai
berikut :

a. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk


mencegah hal yang tidak diinginkan.
b. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahaya bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.
c. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
d. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye
shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
e. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan
darurat
f. (P3K).
g. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan
saja.
h. Dilarang makan minum dan merokok di lab, hal ini berlaku juga untuk
laboran dan kepala Laboratorium.
i. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di
laboratorium
j. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari
atas meja kerja.

 Pakaian di Laboratorium

Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium.


Busana yang dikenakan di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan

7
sehari hari. Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan
sebagai berikut :

a. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu
yang terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi.
b. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang
yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut
pada alat yang berputar.
c. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dg baik
meskipun, penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman.

 Perlengkapan Keselamatan Kerja

Perlengkapan keselamatan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :

a. Perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat


laboratorium dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa.
b. Perlengkapan yang digunakan sehari-hari sebagai perlindungan untuk
mengantisipasi bahan-bahan yang diketahui berbahaya.

Dalam bekerja juga perlu menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi


sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Beberapa
perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah :

a. Jas laboratorium, untuk mencegah kotornya pakaian.


b. Pelindung lengan, tangan, dan jari untuk perlindungan dari panas, bahan
kimia, dan bahaya lain.
c. Pelindung mata digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan kimia.
d. Respirator dan lemari uap.
e. Sepatu pengaman, untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
f. Layar pelindung digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari
bahan kimia dan alat-alat hampa udara.

8
 Sumber Terjadinya Kecelakaan

Terjadinya kecelakaan dapat disebakan oleh banyak hal, tetapi dari analisis
terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebabsebab
terjadinya kecelakaan di laboratrorium :

a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan


proses-proses serta kperlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan di laboratorium.
b. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
c. Kurangnya bimbingan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan
kegiatan laboratorium.
d. Kuranganya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan pelindung kegiatan laboratorim.
e. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya
harus ditaati.
f. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan
atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
g. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.
h. Terjadinya kecelakaan di laboratorium dapat dikurangi sampai tingkat
paling minimal jika setiap orang yang menggunakan laboratorium
mengetahui tanggung jawabnya.

 Kecelakaan yang Sering Terjadi di Laboratorium


a. Luka bakar
b. Luka karena benda tajam dan benda tumpul
c. Cedera pada mata, seperti : kelilipan (benda kecil masuk mata)
d. Luka di mata
e. Luka kelopak mata
f. Tersiram bahan kimia

9
g. Keracunan

 Cara Penyimpanan Alat dan Bahan Dapat Berdasarkan Jenis Alat,


Pokok Bahasan, Golongan Percobaan dan Bahan Pembuat Alat :
a. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti :
Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet,
Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
b. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti
: Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
c. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut
seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
d. Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke
dalam kelompok bahan yang banyak digunakan.

 Bekerja dengan Bahan Kimia

Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan kecermatan
dalam penanganannya. Adapaun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :

a. Hindari kontak langsung dg bahan kimia


b. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus
(cukup dengan mengkibaskan kearah hidung)
d. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dg kulit menimbulkan iritasi (pedih
dan gatal)

 Memindahkan Bahan Kimia

Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada


setiap kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus
diperhatikan hal hal sebagai berikut :

10
a. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat.
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan.
c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk
menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros.

 Memindahkan Bahan Kimia Cair

Ada sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia


yang wujudnya cair. Hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Tutup botol dibuka dg cara dipegang dg jari tangan dan sekaligus telapak
tangan memegang botol tersebut.
b. Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh
kotoran yang ada diatas meja.
c. Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari
percikan.
d. Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah.

 Memindahkan Bahan Kimia Padat

Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut :

a. Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam.
b. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
c. Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu
sendok untuk bermacam macam keperluan.
d. Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi
e. Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di
laboratorium. Ada banyak reaksi yang harus dilakukan pemanasan untuk
mempercepat proses reaksi. Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi
adalah :

11
f. Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.
g. Api pemanas terletak pada bag bawah larutan.
h. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
i. Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak
mengenai orang lain.

 Cara memanaskan denga gelas Kimia

Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung


reaksi) maka harus memperhatikan aturan sebagai berikut :

a. Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.


b. Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari
pemanasan mendadak.
c. Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air
seperempatnya saja supaya tidak terjadi tumpahan.

 Peralatan dan Cara Kerja

Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja,
oleh karena itu harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :

a. Botol reagen harus dipegang dg cara pada bagian label ada pada telapak
tangan .
b. Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena pecahan kaca. Bila
memasukkan gelas pada prop-karet gunakan sarung tangan sebagai
pelindung.
c. Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai tumpah di
meja karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang
apakah masih baik atau tidak.
d. Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfatlah yang dituang
sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya.

12
 Terkena Bahan Kimia

Kecelakaan kerja bias saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.
Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :

a. Jangan panik .
b. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang
bekerja sendirian di laboratorium.
c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dg bahan tersegut, bila
memungkinkan bilas sampai bersih
d. Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata.
e. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen.
f. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya.

 Terjadi Kebakaran

Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak


tersimpan bahan yang mudah terbakar. Bila terjadi kebakaran maka :

a. Jangan Panik
b. Segera bunyikan alarm tanda bahaya.
c. Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C), padamkan dg kelas
pemadam yang sesuai ( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dll
tidak boleh disiram dg air)
d. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung
dengan sapu tangan.
e. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dg cepa.
f. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya No Telpon Pemadam
Kebakaran haru ada di Lab.

Kombinasi Bahan yang harus dihindari

Kombinasi bahan dibawah ini berpotensi terjadi kecelakaan kerja, oleh


karenanya harus dihindari.

13
a. Natrium atau Kalium dengan air
b. Amonium nitrat, serbuk seng dan air
c. Kalium nitrat dengan natrium asetat
d. Nitrat dengan ester
e. Peroksida dengan magnesium, seng atau aluminium
f. Benzena atau alkohol dengan api

 Gas Berbahaya

Ada beberapa gas yang berbahaya keberadaanya di laboratorium. Gas gas


tersebut adalah :

a. Bersifat Iritasi gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin,sulfur dioksida ( cermati
baunya yg nyegrak).
b. Karbon monoksida sangat mematikan, semua reaksi yang menghasilkan
gas tersebut dihindari, karena tidak berwarna, dan tidak berbau
c. Hidrogen sianida berbau seperti almond
d. Hidrogen sulfida dikenali dari baunya Hidrogen selenida (H2Se) gas yg
sangat beracun.

 Penanganan Kebakaran Di Laboratorium

Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran


dilaboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang
mudahterbakar atau kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api.
Untukmenghindari hal tersebut lakukan hal berikut.

a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak


b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar
c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan
alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas, alkohol) dan bagi siswa
perempuan yang berambut panjang untuk diikat

14
d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran Diitinjau dari
aspek kimia, api merupakan proses oksidasi gas yangberlangsung “hebat”
sambil melepaskan energi yang cukup besar sehinggagas yang bereaksi
tersebut memancarkan cahaya.
e. Api atau kebakaran dapat terjadi jika tiga faktor berada secara bersamaan
pada suatu saat. Ketigafaktor tersebut adalah:
f. Bahan bakar, yaitu bahan yang dapat bereaksi hebat dengan oksigen, yang
menimbulkan gejala berupa api. Bahan bakar dapat berupa zat padat, zat
cair, atau gas.
g. Oksigen, biasanya dari udara ( 1/5 bagian udara adalah oksigen) tetapi
dapat juga berasal dari bahan kimia yang bereaksi sambil menghasilkan
oksigen. Oksigen inilah yang nantinya bersenyawa (bereaksi) dengan bahan
bakar, jika suhu mencapai tinggi tertentu. Tanpa oksigen, kebakaran tidak
dapat terjadi.
h. Kalor yang cukup mengakibatkan suhu naik mencapai suhu tertentu yang
disebut suhu penyulutan (ignition temperature). Di bawah suhu ini reaksi
oksidasi disertai cahaya tidak dapat terjadi. Sekali reaksi terjadi, energi
kalor yang ditimbulkan oleh reaksi, biasanya sudah mencukupi untuk
mempertahankan reaksi, yang berarti mempertahankan kebakaran, sampai
bahan bakar atau oksigen habis.
i. Ketiga faktor tersebut di atas disebut sebagai “Segitiga api”. Berdasarkan
konsep segitiga api, maka untuk memadamkan apiadalah menghilangkan
salah satu (atau lebih dari satu) dari ketiga faktor yangmemungkinkan api
itu ada, yaitu:
j. Menghentikan pasokan bahan bakar
k. Menurunkan suhu sampai di bawah suhu penyulutan
l. Menghentikan pasokan oksigen Bila di laboratorium terjadi kebakaran,
harus segera diatasi dengan caraseksama dan jangan panik. Gunakan alat
pemadam kebakaran yang telah disediakan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

15
a. Jika baju/pakaian yang terbakar, korban harus merebahkan dirinya sambil
berguling-guling. Jika ada selimut tutuplah pada apinya agar cepat padam.
Jangan sekali-kali membiarkan korban berlari-lari karena akan
memungkinkan terjadinya kebakaran yang lebih besar.
b. Jika terjadi kebakaran kecil, misalnya terbakarnya larutan dalam gelas kimia
atau dalam penangas, tutuplah bagian yang terkena api dengan karung atau
kain basah.
c. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakan alat pemadam kebakaran.
Kemudian sumber-sumber yang dapat menimbulkan api, misalnya listrik,
gas, kompor, agar segera dimatikan dan jauhkan bahan-bahan yang mudah
terbakar.
d. Jika terjadi kebakaran karena zat yang mudah terbakar (pelarut organik)
untuk mematikan jangan menggunakan air, karena hal itu akan
menyebabkan apinya lebih besar dan menyebar mengikuti air. Untuk
mematikannya gunakanlah pasir atau tabung pemadam kebakaran.

 Klasifikasi Kebakaran Kebakaran dapat digolongkan menjadi 4 kelas,


yaitu:
a. KELAS A, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan- bahan
“biasa” yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, karet dan plastik
b. KELAS B, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah
terbakar, meliputi cairan, seperti minyak tanah, bensin, alkoholc.
c. KELAS C, kebakaran yang disebabkan oleh arus listrikd.
d. KELAS D, kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah terbakar
seperti natrium, kalium, dan magnesium.

 Pokok- pokok Tindakan PPPK

Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan


perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan
oleh dokter. Tindakan yang diambil dalam PPPK tidak dimaksudkan untuk

16
memberikan pertolongan sampai selesai. Hal-hal yang belum dapat diselesaikan
harus diserahkan kepada dokter. Namun demikian usaha yang dilakukan dalam
PPPK harus semaksimal mungkin dan ditujuksn untuk :

a. Menyelamatkan jiwa korban.


b. Meringankan penderitaan korban serta mencegah terjadinya cedera yang
lebih parah.
c. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan yang lebih pasti
dapat diberikan.

Kecelakaan biasanya dating ketika kita tidak siap menghadapinya. Kekagetan


yang ditimbulkan oleh peristiwa mendadak itu dan rasa takut melihat akibatnya
membuat orang cepat panik. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan tindakan PPPK, yaitu:

a. Jangan panik tidak berarti boleh lamban. Bertindaklah cekatan tetapi tetap
tenang.
b. Perhatikan pernafasan korban. Jika terhenti segera kerjakanlah pernafasan
buatan dari mulut ke mulut.
c. Hentikan pendarahan.
d. Perhatikan tanda-tanda shock.
e. Jangan memindahkan korban terburu-buru.

 Simbol Bahaya

Di lingkungan lab terdapat benda benda yang berbahaya berikut ini ada
beberapa simbul bahaya yang ahrus dikenalai :

17
 Pembuangan Limbah

Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu
penanganan khusus :

18
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .
b. Buang pada tempat yang disediakan
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
e. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang
,dg pengenceran air yang cukup banyak.
f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
g. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol
dan diberi label yg jelas. (Rosana, 2013)

B. KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM


Di dalam laboratorium tentu kegiatannya sangat ebrbeda dengan tempat
lain. Di dalam praktikum dalam melakukan kegiatan perlu adanya ketrampilan yang
cukup memadai. Apabila keterampilan dan kecermatan kurang memenuhi maka ada
kemungkinan gagalnya kegiatan laboratorium, bahkan dapat menyebabkan
kecelakaan. Untuk mencegah hal tersebut, maka praktikan perlu memahami teknik-
teknik laboratorium agar kegiatan di laboratorium dapat berjalan efektif dan
berhasil. Teknik laboratorium merupakan kiat-kiat mengenai seluk beluk
laboratorium. Terutama dalam menggunakan alat ataupun melakukan sebuah
prosedur.
1. Cara penggunaan peralatan dasar laboratorium
Menurut Kemendikbud (2014), teknik penggunaan alat gelas sangat
diperlukan agar dapat menjamin keselamatan laboran, praktikan ataupun alat gelas
itu sendiri. Teknik ini harus dipatuhi mengingat jumlah dan jenis alat gelas di
laboratorium sangat banyak dan alat gelas mempunyai sifat mudah pecah. Teknik
penggunaan alat gelas sangat ditentukan oleh bahan yang akan dipindahkan atau
diukur. Kaidah dan prinsip-prinsip penggunaan alat gelas secara umum adalah:
a. Alat gelas harus bersih dan kering.
b. Skala yang ditunjukkan pada alat gelas terlihat dengan jelas.
c. Alat gelas berfungsi dengan baik (tidak cacat).
d. Pada proses penggunaan suhu tinggi harus digunakan alat gelas yang tahan
panas.

19
e. Jika digunakan untuk mengukur atau memindahkan cairan yang berbahaya
maka tidak boleh menggunakan anggota tubuh secara langsung namun
dengan menggunakan alat bantu dan alat keselamatan kerja.
f. Menuangkan cairan kedalam cairan yang lain harus diperhatikan urutannya,
karena urutan yang salah dapat menimbulkan letupan bahkan ledakan.
g. Penggunaan alat gelas untuk cairan basa harus segera dilakukan pencucian
karena sisa cairan akan menimbulkan kerak sehingga merusak alat.
h. Penggunaan alat gelas untuk asam kuat atau yang menimbulkan gas yang
beracun harus dilakukan di dalam alamari asam.
i. Sebelum disimpan alat gelas dicuci bersih dan dikeringkan.
j. Penyimpanan alat gelas diatur berdasarkan kelompoknya.
2. Cara menggunakan buret
Buret digunakan untuk mengukur volume cairan titer (larutan yang
digunakan untuk menitrasi) secara teliti. Indikator yang digunakan dari tiap-tiap
titrasi tersebut berbeda-beda diantarnya adalah fenolftalein (pp), metilen biru,
metilen orange, amilum, dan lain-lain. Prinsip penggunaan buret adalah sebagai
berikut.
a. Buret harus dalam kondisi bersih dan kering.
b. Sebelum digunakan, pastikan bahwa buret tidak bocor, skala penunjukkan
jelas, kran buret dapat diputar dengan mudah, ujung buret tidak cacat dan
pangkal buret (tempat mengisi cairan) masih utuh.
c. Untuk mengisi cairan kedalam buret gunakan corong atau beker gelas dan
usahakan tidak ada gelembung dalam buret.
d. Pembacaan skala buret harus datar antara permukaan lengkung cairan
(meniskus) dengan mata pengamat.
e. Untuk memudahkan pembacaan letakan skala pembacaan buret didepan.
f. Saat membaca skala usahakan larutan dalam buret tidak bergerak.
g. Biasakan membilas buret dengan cairan titer minimal 2 kali.
Memasang buret pada statif hendaknya dengan posisi yang kokoh dan tegak
lurus. Terdapat cara untuk meletakkan tangan pada buret. Jika tangan kanan lebih
terampil dibandingkan dengan tangan kiri maka gunakan tangan kanan untuk
mengguncang erlenmeyer dengan gerakan memutar agar tercampur merata dan

20
tangan kiri memegang kran buret. Sebaliknya apabila tangan kiri lebih terampil
(kidal) maka gunakan tangan kiri untuk mengguncang dan tangan kanan memegang
kran buret. Cara memegang kran buret harus benar yaitu kran buret diantara ibu jari
dan jari telunjuk sehingga jari tangan melingkar penuh sekitar laras kran. Saat
mengamati skala pada buret maka mata harus sama tinggi dengan meniskus.
Membaca skala dilakukan dari atas ke bawah.

(Kemendikbud, 2014)
3. Cara membersihkan peralatan gelas (glassware)
Kebersihan peralatan gelas merupakan salah satu komponen penting untuk
mencegah kontaminasi saat dilangsungkannya kegiatan praktikum. Gelas yang
tidak bersih akan mengakibatkan suatu hal yang fatal pada percobaan misalnya
dalam mikrobiologi atau percobaan lain yang memerlukan sterilisasi yang tinggi.
Kontaminasi dapat berakibat pada perhitungan yang keliru dan kegagalan saat
melakukan percobaan yang dapat menghabiskan banyak biaya, waktu, tenaga
karena percobaan dilakukan dengan percuma.
Teknik pembersihan yang dilakukan pertama-tama adalah semua alat
tersebut dicuci dengan sabun dan air bersih. Kotoran kasar yang terdapat dalam
jenis peralatan ini dihilangkan. Jika terdapat bahan pekat yang berbahaya, maka
bahan/larutan tersebut diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan air untuk
mengurangi konsentrasi bahan tersebut agar bahaya yang ditimbulkan dari larutan
pekat tersebut dapat dikurangi baik itu terhadap lingkungan sekitar maupun

21
manusia/praktikan itu sendiri, hasil pengencerannya dibuang pada saluran
pembuangan limbah.
Alat-alat dibilas minimal dua kali dengan air dan terakhir dengan air suling
(deionized-dH2O) jika tersedia. Alat dibilas dengan air bersih saat alat tersebut
sudah dalam keadaan bersih dengan cara air suling tersebut disemprotkan secara
perlahan ke seluruh permukaan bagian dalam alat. Jika sudah selesai dibersihkan
dengan air, alat diletakkan pada rak pengering dan disimpan untuk menghindari
debu atau dikeringkan dengan menggunakan bunsen. Jangan pernah memanaskan
gelas yang rusak karena ketahanannya dari pemanasan menjadi berkurang.
Ini beberapa contoh cara membersihkan peralatan gelas.
1. Gelas ukur
Membersihkan noda-noda yang lengket pada gelas, pengaduk dibalut kapas
sekaligus dibasahi larutan asam lalui digosokkan ke gelas setelah bersih lalu dibilas
air.
2. Tabung reaksi
Mengantisipasi air kapur dan kerak yang melekat pada tabung, pengaduk
kaca dibalut kapas dibasahi larutan asam lalu dikorokkan ke tabung, setelah bersih
baru dibilas air.
3. Gelas kimia
Penanggulangan sisa-sisa bahan kimia dan bekas pembakaran yang melekat
pada gelas, pengaduk kaca dibalut kapas dibasahi larutan asam lalu digosokkan ke
bagian gelas yang mengerak.
4. Cara penanganan bahan kimia
Menurut (Permenpan RB No. 03, 2010) bahan laboratorium yang disebut
bahan merupakan segala sesuatu yang diolah atau digunakan dalam proses
pengujian, kalibrasi, dan atau produksi dalam skala terbatas, yang dibagi menjadi
dua kategori yaitu:
1. Bahan khusus yaitu bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan
persyaratan khusus.
2. Bahan umum yaitu bahan yang penanganannya tidak memerlukan
perlakuan dan persyaratan khusus.

22
Untuk menangani bahan kimia, pengguna yang ingin menggunakan bahan
kimia harus mengerti akan bahan yang akan digunakan. Label pada botol atau
kemasan dibaca terlebih dahulu sebelum membuka kemasan. Sebaiknya
penggunaan yang berlebihan akan regen dihindari, karena jika ini terjadi regen yang
sudah dikeluarkan tidak boleh dimasukkan kembali ke dalam botol kemasan karena
regen yang sudah berada di luar sudah terkontaminasi dan akan merambat ke dalam
regen yang masih ada dalam kemasan botol. Bahan kimia tidak boleh dipegang,
dicium, atau dirasakan jika tidak ada spesifikasi dari petunjuknya, hal ini dilakukan
untuk menghindari iritasi pada kulit, hidung atau mata. Sebaiknya digunakan
sarung tangan dan jas laboratorium. Jika terkena bahan kimia, harus segera
dibersihkan dengan air.
5. Cara membuang limbah bahan kimia
Sebelum limbah bahan kimia dibuang, bahan kimia harus diencerkan
terlebih dahulu. Pembuangan limbah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
mencemari lingkungan, meskipun terdapat bahan kimia dengan kategori aman,
akan tetapi pembuangan limbah ini juga harus diperhatikan (tidak boleh
sembarangan). Larutan yang pekat harus diencerkan sebelum dibuang. Label harus
selalu dicek ulang sebelum dibuang. Pembuangan limbah harus benar, jelas dan
mudah dilihat, jika tidak akan mengakibatkan hal buruk pada diri sendiri, orang lain
dan peralatan yang ada. Tiap bahan kimia biasanya dilengkapi dengan Material
Safety Data Sheet (MSDS) dan memberikan informasi tentang bahan tersebut
termasuk cara pembuangan limbahnya, jadi tiap pengguna bahan bisa memahami
bahan yang akan pengguna pakai.
Menurut Azamia (2012) pengolahan limbah laboratorium lingkungan dapat
dilakukan dengan proses koagulasi dan adsorpsi. Pengolahan limbah dengan proses
koagulasi bertujuan untuk menurunkan parameter Chemical Oxygen Demand
(COD), sedangkan proses pengolahan menggunakan proses adsorpsi bertujuan
untuk menurunkan logam Fe dan logam Pb.
(Yohana et al., 2014)
6. Cara mempersiapkan larutan
Pembuat larutan harus mengetahui berat molekul, volume atau konsentrasi
dari bahan harus diketahui untuk dihitung sesuai dengan kebutuhan yang akan

23
dilarutkan. Pengetahuan mengenai pengenceran, penghitungan mol merupakan
keharusan yang dimiliki oleh pengguna laboratorium. Dalam pembuatan larutan,
tidak boleh memasukkan pipet atau spatula ke dalam botol regen. Regen tersebut
dipindahkan pada botol berlabel untuk pembuatan larutan yang akan digunakan.
Untuk membuat suatu larutan, digunakan tabung volumetri. Pertama-tama, air atau
larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dimasukkan ke dalam tabung
volumetri sampai 1/3 atau 1/2 dari tanda, lalu ditambahkan bahan solid yang akan
dilarutkan ke dalam tabung volumetric secara perlahan, sebaiknya digunakan
tabung gelas (glass rod) agar cairan mengalir secara teratur dan perlahan. Air
ditambahkan sampai pada batas kalibrasi yang diinginkan, lalu ditutup dan
digoyang perlahan.
7. Cara menimbang
Menggunakan timbangan harus digunakan secara hati-hati, karena seperti
yang diketahui timbangan memiliki harga yang tidak murah. Saat menimbang,
bahan tidak boleh diletakkan langsung di atas timbangan karena akan merusak
elemen dari timbangan tersebut dan mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh.
Untuk itu digunakan kertas alas, beaker, gelas arloji atau alas lainnya saat
menimbang. Neraca terutama piring neraca dan tempat disekitarnya harus
dibersihkan dari percikan atau tumpahan bahan kimia. Jika timbangan dalam
keadaan tidak seimbang, timbangan tersebut harus ditera sesuai prosedur/petunjuk.
Setelah bahan yang ditimbang sesuai dengan akurasi yang diinginkan, maka catat
hasil yang didapat. Timbangan diposisikan ke nol, setelah dilakukan penimbangan.
Contohnya yaitu ketika menggunakan neraca analitis untuk menimbang.
Dilakukan sebagai berikut.
a. Hubungkan neraca analitik dengan arus listrik.
b. Nyalakan neraca analitik digital dengan menekan tombol ON.
c. Memasukkan gelas erlenmeyer yang akan digunakan untuk menimbang
terlebih dahulu ke dalam neraca dan ditutup.
d. Menekan tombol RE ZERO untuk mengembalikan neraca analitik digital
pada posisi angka nol.
e. Masukkan larutan yang akan ditimbang pada gelas erlenmeyer tersebut dan
tutuplah penutup kaca pada sisi kanan dan kiri neraca analitik digital.

24
f. Mengeluarkan gelas erlenmeyer dan penimbangan selesai.
(Udiayana, 2011)
8. Mengukur Volume
Peralatan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengukur volume
sangatlah beragam, diantaranya pipet ukur, pipet volume, gelas ukur, buret dan lain-
lain. Sebelum menggunakan peralatan untuk mengukur volume, maka perlu
dipastikan bahwa peralatan yang akan digunakan dalam kondisi bersih. Sehingga
perlu dilakukan pencucian di awal sebelum menggunakan peralatan tersebut.
Dalam mengukur volume cairan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
a. Pastikan bahwa alat yang digunakan dalam kondisi bersih dan kering
b. Selalu memastikan bahwa alat yang digunakan dalam kondisi baik pada
semua bagiannya dan skala penunjukknya tampak jelas (tidak terlihat kabur)
c. Alat pengukur yang digunakan untuk mengukur volume cairan digunakan
sesuai dengan tingkat ketelitiannya yang diinginkan, misalnya tiap skala 0,1.
d. Hindari mengambil larutan dengan cara menghisap menggunakan mulut
e. Perlu diperhatikan dalam membaca skala, antara permukaan lengkung cairan
(mesniskus) haruslah datar dengan posisi mata
f. Usahakan tidak bergerak saan membaca skala volume larutan yang diukur
g. Biarkan cairan keluar dari alat dengan sendirinya dan jangan ditiup atau
dihisap
h. Jika volume yang diinginkan sudah cukup maka dapat dituangkan ke wadah
lain dan membersihkan kembali alat ukur volume yang digunakan
(Kemendikbud, 2014)
9. Mengambil dan Menuangkan Bahan Padat
Teknik dalam mengambil dan menuangkan bahan padat adalah sebagai berikut :
1) Memegang bagian botol bahan dengan label dibawah telapak tangan
sehingga tertutupi dan cukup aman
2) Kemudian botol dimiringkan sedikit sehingga bahan masuk ke dalam tutup
botol, setelah itu dengan hati-hati dan secara perlahan keluarkan tutup botol

25
3) Ketuk-ketuk pada bagian tutup botol dengan telunjuk atau dapat
menggunakan batang pengaduk sehingga bahan padat tidak tercecer dan
jatuh pada tempat yang diinginkan
Cara lain yang dapat dilakukan :
1) Mengambil bahan dengan spatula atau sendok yang sesuai
2) Mengetuk spatula dengan telunjuk tangan, dapat menggunakan batang
pengaduk untuk memindahkan bahan dan pada akhirnya jatuh ke tempat
yang diinginkan
3) Cara lain yang dapat digunakan untuk mengambil bahan padat adalah
dengan membuka tutup botol dan mengguncang perlahan dan bahan akan
jatuh ke tempat yang diinginkan
10. Mengambil dan Menuangkan Bahan Cair
Teknik dalam mengambil dan menuangkan bahan cair adalah sebagai berikut :
1) Membaca label pada botol dengan teliti, sehingga benar-benar yakin
untuk mengambilnya
2) Memegang botol dengan posisi label botol terletak pada telapak tangan
3) Membasahi tutup botol dengan bahan di dalam botol dengan cara
dimiringkan
4) Apabila ingin menuangkan, maka membuka botol dan menjepitnya
dengan jari
5) Menuangkan bahan cair dengan bantuan batang pengaduk
6) Apabila menuangkan ke dalam gelas ukur, maka yang perlu diperhatikan
botol dimiringkan secara langsung dengan menjepit tutup botol dengan
menampung terlebih dahulu dalam gelas kimia baru kemudian
dituangkan ke dalam gelas ukur sesuai dengan volume yang dibutuhkan
11. Membau Suatu Bahan
a. Meletakkan bahan sejauh 20-30 cm dari hidung, jangan terlalu dekat dan
jangan terlalu jauh. Hal ini diamksudkan agar bahan tidak langsung terhirup
oleh hidung sehingga tidak mengganggu sistem pernafasan yang dapat
menimbulkan penyakit
b. Kemudian tangan dikibaskan pada bagian atas bahan sehingga akan tercium
bau bahan tersebut. Sehingga dalam hal ini bahan tidak dihirup secara

26
langsung, akan tetapi udara menyebar sehingga dampak yang ditimbulkan
tidak terlalu serius
12. Melarutkan dan Mengocok
Teknik melarutkan dan mengocok dapat dilakukan dengan beberapa teknik :
a. Menggunakan batang pengaduk yang dicelupkan ke dalam bahan yang akan
dilarutkan, kemudian batang pengaduk digerakkan dengan cara memutar.
Bagian dasar dengan batang pengaduk jangan sampai saling bersentuhan,
hindari pula mengaduk dengan arah gerakan ke atas dan ke bawah
b. Apabila bahan di dalam tabung reaksi, maka tutup tabung reaksi dengan ibu
jari (apabila tidak menyebabkan iritasi), kemudian tabung reaksi digerakkan
ke depan dan ke belakang. Gerakkan secara memutar dan hati-hati, jangan
sampai bahan terpecik keluar
c. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan pengaduk
magnet dan pengaduk mekanik.
13. Memanaskan dan Menguapkan
Teknik memanaskan dan menguapkan dapat dilakukan dengan
menggunakan tabung reaksi atau gelas kimia. Apabila yang digunakan adalah
tabung reaksi, maka tabung reaksi dijepit. Tabung reaksi dipanaskan pada api yang
menyala yang mana arah tabung dihadapkan dengan arah yang berlawanan dengan
muka kita. Selama pemanasan tabung reaksi digerak-gerakkan secara perlahan.
Apabila memanaskan dengan gelas kimia maka gelas dipanaskan di atas
kawat kasa berasbes. Kemudian digunakan batang penagduk atau diberi sedikit batu
didih agar panasnya merata. Nyala api diarahkan tepat ke batang pengaduk.
Penggunaan penjepit dimaksudkan agar tangan tidak terkena tabung reaksi yang
panas. Sedangkan penggunaan kasa berasber adalah agar gelas kimia tidak langsung
terkena api sehingga menjadi gosong.
14. Menyaring
Teknik menyaring bahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kertas saring yang digunakan disesuaikan dengan kualitas dari hasil
penyaringan yang diinginkan.

27
2) Kertas saring dibentuk menyerupai corong. Bagian bawah kertas saring
yang dilipat disobek sedikit sehingga memberikan udara dan penyaringan
akan lancar
3) Kertas saring ditempatkan pada corong lalu diberi sedikit air suling,
sehingga kertas saring akan benar-benar melekat
4) Letakkan corong pada statif yang kemudian dimasukkan ke dalam
penampungan filtrat
5) Campuran yang akan disaring secara perlahan dituangkan ke atas corong,
perhatikan jumlah campuran yang tertuang, dan jangan melebihi batas.
(Manisa, 2014)

C. INOVASI
1. Pembuatan Es Krim Wortel
 Bahan:
300 gram wortel yang dikukus, kemudian di mixer halus.
150 gram wortel kukus yang dipotong dadu kecil.
150 gram gula pasir.
150 ml susu cair.
300 ml krim kental.
½ sendok teh garam.

 Alat:
Panci
Wadah plastik
Kompor
Pengaduk
Freezer
Mixer/Blender

 Cara pembuatan:

28
1. Ambil panci, kemudian masukkan gula pasir, susu cair, dan garam ke dalam
panci tersebut, lalu masak hingga gula larut namun jangan sampai mendidih.
Kemudian angkat dan biarkan larutan tersebut menjadi dingin.
2. Setelah itu tambahkan krim kental, wortel yang sudah dipotong dadu serta
wortel yang di haluskan ke dalam larutan sebelumnya, aduk rata campuran
tersebut.
3. Tuangkan adonan tersebut ke dalam baskom atau wadah lain, kemudian
masukkan ke dalam freezer selama kurang lebih 2 sampai 3 jam, tunggu
hingga adonan beku.
4. Kemudian keluarkan adonan tersebut dan kocok dengan mixer atau
haluskan dengan blender kemudian masukkan kembali ke dalam freezer,
lakukan cara ini hingga 2 sampai 3 kali agar ice cream benar-benar halus.
5. Kemudian setelah di lembutkan, dimasukkan ke dalam freezer, jangan lupa
untuk menutup wadah tersebut dengan plastic agar adonan tidak
mengkristal. Kemudian tunggu hingga ice cream lembut tersebut membeku.
6. Kerok Es krim yang sudah membeku, dan taruh di atas gelas atau lain nya,
dan ice cream siap untuk dinikmati.

2. Pembuatan Nata De Coco Dari Limbah Air Cucian Beras


 Bahan:
Air kelapa 1 L
Gula 200 g
Larutan cuka 50 mL
Air cucian beras (limbah leri)
Starter A. Xylinum

 Alat:
Kompor
Koran
Karet
Panci
Pengaduk

29
Gelas ukur
Baki plastik/nampan

 Cara pembuatan:
Fermentasi Nata de Leco dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan
wadah fermentasi dan tahap kedua adalah penyiapan substrat Nata de Coco.
a. Persiapan wadah fermentasi
1. Nampan/baki dan koran disterilisasi.
2. Nampan/baki dikukus selama 30 menit, kemudian dikeringkan. Sedangkan
kertas koran disetrika untuk sterilisasi.
b. Penyiapan substrat
1. Air leri dan air kelapa dicampurkan hingga homogen kemudian dipanaskan.
2. Setelah mendidih ditambahkan gula, ekstrak tauge, dan cuka.
3. Larutan kemudian dituangkan ke nampan steril.
4. Starter A. xylinum sebanyak 100 mL ditambahkan setelah media dingin.
5. Inkubasi untuk fermentasi berlangsung selama 1 minggu atau hingga Nata
sudah terbentuk pada permukaan substrat.

3. Pembuatan Sabun Transparan Lavender


 Bahan:
Minyak esensial lavender
Tunas lavender kering
100 gr minyak kelapa.
50 gr larutan soda kostik 38o Be.
10 gr air

 Alat:
Kompor
Wajan/panci berlapis email
Pengaduk
Termometer
Wadah cetakan

30
Mortir dan alu

 Cara pembuatan:
1. Minyak kelapa dipanaskan sampai 75o C, turunkan dari api (harus dikontrol
dengan thermometer, sebab pada temperatur yang lebih tinggi dari ini,
campuran kadang-kadang meluap).
2. Ditambahkan larutan soda kostik dingin sedikit demi sedikit sambil diaduk,
hingga semua larutan soda kostik habis.
3. Ditambahkan minyak esensial lavender dan air setelah campuran hampir
kental.
4. Pengadukan diteruskan hingga mendapat suatu massa semacam bubur
kental menjadi campuran homogen, terus dituang kedalam cetakan.
5. Digiling beberapa tunas lavender untuk pencampuran ke sabun
6. Ditaburi tunas lavender yang telah digiling di atas permukaan sabun dan
tekan dengan lembut sehingga mereka mengembang di tempat.

4. Pembuatan Sabun Cair Daun Sirih


 Alat
Wajan/panci berlapis email

Pengaduk

Termometer

 Bahan
100 gr minyak kelapa.
50 gr larutan soda kostik 38o Be.

10 gr air

Daun sirih

 Cara pembuatan :

31
1. Minyak kelapa dipanaskan sampai 75o C, turunkan dari api (harus
dikontrol dengan thermometer, sebab pada temperatur yang lebih
tinggi dari ini, campuran kadang-kadang meluap).
2. Ditambahkan ekstrak daun sirih, kemudian diaduk hingga
homogen.
3. Tambahkan larutan soda kostik dingin sedikit demi sedikit sambil
diaduk, hingga semua larutan soda kostik habis.
4. Tambahkan air setelah campuran hampir kental.

5. Pengadukan diteruskan hingga mendapat suatu massa semacam


bubur kental menjadi campuran homogen.

5. Briket Aromatherapy Lavender


Briket merupakan bahan alternatif pengganti minyak tanah yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk mempertahankan nyala api. Keunggulan
briket adalah dapat digunakan di rumah tangga dan harganya terjangkau.
 Bahan
Serbuk kayu/kayu cendana/gaharu
Minyak atsiri (lavender)

Tepung tapioka

Air

 Alat
Pipa paralon
Bak

Pemadat briket

 Cara Pembuatan
1. Menyiapkan bahan baku utama yaitu serbuk kayu cendana/gergaji
Bahan tersebut ditumbuk hingga halus dan diayak menjadi serbuk arang.

32
2. Serbuk yang telah ditumbuk kemudian dicampur dengan tepung tapioka
dan air untuk selanjutnya dibentuk menjadi adonan yang cukup kering
dan ditambahkan dengan minyak atsiri.
3. Bahan-bahan utama tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan
yang berbentuk silinder dapat berupa pipa paralon. Bahan tersebut
dipadatkan dengan menggunakan alat penumbuk.
4. Langkah terakhir menjemur bahan yang telah dipadatkan tersebut selama
4-5 hari agar kadar air yang terdapat pada briket berkurang sehingga
cepat menyala dan tidak terlalu berasap

33
6. Pembuatan Parfum Kulit Pisang dengan Destilasi Sederhana

 Bahan

Alkohol

Air

Kulit pisang

 Alat

Alat destilasi

Gelas kimia

Termometer

Pisau

Mantel pemanas

 Cara Pembuatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Merakit peralatan destilasi
3. Memotong kecil-kecil kulit pisang kemudian dimasukkan ke labu
berleher tiga dan ditambahkan air
4. Dinyalakan mantel pemanas kemudian ditunggu hingga mendidih
5. Proses destilasi akan berlangsung sekitar 1-2 jam, saat larutan tersebut
mendidih maka akan menghasilkan aroma pisang.
6. Apabila air tersebut mendidih kemudian uap air tersebut akan menuju
pendingin dan menetes ke dalam gelas erlenmeyer.
7. Tunggu hingga destilat terkumpul beberapa ml di erlenmeyer.
8. Selanjutnya diberi tambahan alkohol secukupnya lalu dikocok dan
dimasukkan ke dalam botol parfum.

34
7. Pembuatan Tempe
 Bahan

Kedelai putih hitam

Ragi tempe (user) dan daun bungkus tempe.

Plastik

 Alat

Panci

Bakul

Niru

 Cara Pembuatan
1. Dipilih terlebih dahulu kedelai bermutu tinggi, dibersihkan dari batu,
jagung atau benda lain yang masuk kedalam kedelai.
2. Direndam kedelai dalam air panas hingga kurang lebih 1 malam
3. Dipisahkan kedelai dengan air setelah satu malam dengan cara
disaring.
4. Digiling kedelai dalam penggilingan sampai kedelai sedikit pecah-
pecah.
5. Dicuci kedelai untuk menghilangkan bau setelah dalam rendaman dan
pastikan tidak ada lagi kotoran.
6. Direbus kedelai dalam air panas dan air kaldu kurang lebih selama
kurang lebih satu jam. Penambahan air kaldu ini merupakan inovasi
dari kelompok kami untuk menambahkan cita rasa.
7. Diangkat kedelai dalam rebusan air pasnas dan disaring sampai tidak
ada lagi air yang menetes.
8. Didiamkan kedelai sampai dingin diatas niru, setelah kedelai dingin
kedelai akan diberi ragi tempe yang dibeli dari toko.

35
9. Dicampurkan ragi dengan kedelai. Ragi inilah nantinya akan
menumbuhkan jamur bewarna putih.
10. Dimasukkan kedelai dalam plastik dan rekatkan plastik dengan api
lilin.
11. Dilubangi plastik tadi untuk jamur dapat berkembang.
12. Ditata dengan rapi tempe pada rak dan diamkan kurang lebih 2 malam.

8. Pembuatan Tape
 Bahan

Semua bahan makanan yang banyak mengandung tepung dapat dipakai


untuk bahan membuat tape. Misalnya : ketela pohon (ubi kayu), gaplek,
beras ketan, jagung dan lain sebagainya.

Topping untuk tape : coklat, keju dan buah-buahan.

 Alat
Dandang untuk mengukus, bakul untuk menyimpan.

 Cara Pembuatan
1. Bersihkan beras ketan dan direndam kurang lebih 4-8jam untuk
memudahkan memasak.
2. Dikukus hingga masak, kemudian didinginkan hingga dingin dan
diserakkan daam niru.
3. Disediakan ragi tape, untuk setiap kilogram ketan ditambahkan ragi
kurang lebih 3 gram dan dihaluskan.
4. Ditaburkan ragi tape yang telah halus keatas ketan yang telah dingin
dan diaduk hingga merata.
5. Disimpan dalam tempat yang dasarnya rapat (tidak bocor) dan tidak
perlu ditutup dengan rapat hingga udara masih beredar.
6. Dibiarkan selama kira-kira 48 jam. Hingga kalau dibau berbau
tape,maka tape telah jadi.

36
7. Ditambahkan topping kedalam tape yang sudah jadi berupa coklat
leleh, keju, bumbu bubuk pedas, atau irisan buah-buahan.
8. Tape siap disajikan.

9. Pembuatan Donat
 Bahan

500 Gram tepung terigu


50 Gram susu bubuk
11 Gram ragi/fermipan
100 Gram gula halus
200 Gram labu kukus, haluskan lalu dinginkan dalam suhu ruang
4 Kuning telur
100 Ml air es
75 Gram butter

 Alat

Panci untuk memasak bahan berukuran kurang lebih 1,5 L

Wadah plastik untuk mencampurkan bahan berukuran 1,5 L atau 2 L

Wadah cetakan

Kompor

Pengaduk

Freezer

Mixer

 Cara Pembuatan

Masukkan fermipan kedalam air hangat, aduk rata dan sisihkan

Masukkan semua bahan kedalam wadah adonan

37
Uleni hingga kalis

Tutup adonan dengan lap basah hingga 30 menit

Cetak adonan

Goreng diatas api kecil

10. Pembuatan VCO (virgin coconut oil)


 Bahan

2 butir daging kelapa muda

Air hangat secukupnya

Beras

 Alat

Blender/parutan

Baskom

Wadah plastic tertutup

Plastic kantong dan karet gelang

Saringan

Corong

Botol kaca

Penggerus

 Cara Pembuatan
1. Potong kecil daging kelapa, masukkan ke blender, tambahkan air
matang secukupnya lalu blender hingga halus dan bersantan.
2. Disaring hasil blenderan bahan-bahan.

38
3. Dimasukkan santan ke kantong plastic. Tutup kantong plastik dengan
diikat memakai karet. Didiamkan kira-kira 1-2 jam.
4. Diangkat plastik dan dilubangi sedikit salah satu sudut bawahnya.
Dibiarkan air terbuang melalui lubang tersebut. Segera ditutup lubang
bila bagian air sudah habis.
5. Didiamkan beberapa saat dan akan muncul gelembung di permukaan
dan kemudian minyak akan terpisah.
6. Didalam wadah akan terbentuk 3 lapisan. Paling atas adalah minyak,
dibawahnya adalah ampas santan dan paling bawah adalah air. Minyak
VCO berwarna bening jenih seperti air. Berbeda dengan minyak kelapa
yang dimasak yang warnanya lebih keruh.
7. Siapkan botol bersih yg dibagian atasnya diisi corong berlapis kain
saringan atau tissue tanpa parfum. Sendok minyak perlahan lalu tuang
kesaringan. Biarkan minyak menetes perlahan kedalam botol. Bagian
ini bagi saya adlh bagian tersulit dari keseluruhan prosesnya sabar dan
hati-hati.
8. Atau bisa juga dengan memasukan wadah plastik tsb ke kulkas selama
1-2 jam shg minyak akan membeku. Dgn cara ini minyak lebih mudah
dikeluarkan. Ambil minyak bekunya, letakkan di wadah bersih pada
suhu ruang. Tunggu hingga minyak cair lalu saring seperti cara diatas.
9. Dalam wadah lain geruslah beras tetapi jangan terlal halus sehingga
berbentuk seperti scrub dalam lulur.
10. Campurkan VCO dengan beras yang telah digerus sehingga dapat
membantu merawat kulit.

39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Keselamatan Kerja yang haru diperhatikan adalah :
1. Jas laboratorium, untuk mencegah kotornya pakaian.
2. Pelindung lengan, tangan, dan jari untuk perlindungan dari panas, bahan
kimia, dan bahaya lain.
3. Pelindung mata digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan
kimia.
4. Respirator dan lemari uap.
5. Sepatu pengaman, untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
6. Layar pelindung digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari
bahan kimia dan alat-alat hampa udara.
b. Keterampilan dalam keselamatan kerja praktikan perlu memahami teknik-
teknik laboratorium agar kegiatan di laboratorium dapat berjalan efektif dan
berhasil. Teknik laboratorium merupakan kiat-kiat mengenai seluk beluk
laboratorium. Terutama dalam menggunakan alat ataupun melakukan
sebuah prosedur.
c. Inovasi yang dilakukan
1. Pembuatan es krim wortel
2. Pembuatan Nata De Coco dari limbah air cucian beras.
3. Pembuatan sabun transparan lavender
4. Pembuatan sabun cair daun sirih.
5. Briket aromatherapy lavender.
6. Pembuatan parfum kulit pisang dengan destilasi sederhana
7. Pembuatan tempe kaldu.
8. Pembuatan tape rasa coklat dengan aneka topping.
9. Pembuatan donat labu
10. Pembutan VCO dengan buliran scrub

40
B. Saran
Sebagai mahasiswa sudah sepatutnya kita bekerja dalam laboratorium degan
memahami keterampilan dan keselamatan kerja dalam laboratorium. Dalam hal
ini perlu adanya sifat kehati-hatian dalam diri kita masing-masing. Inovasi dalam
sebuah produk yang telah ada juga perlu dilakukan untuk mengembangkan lagi
pemikiran yang kreatif dan inovatif.

41
DAFTAR RUJUKAN

Kemendikbud. 2014. Buku Teks Bahan Ajar Teknik Dasar Pekerjaan


Laboratorium Kimia. Diakses pada 29 Januari 2019.
Manisa, T, 2014. Praktikum Teknik Laboratorium. Pontianak : Universitas
Tanjungpura.
Permenpan RB No. 03 Tahun 2010 (online). Diakses tanggal 30 Januari 2019.
Rosana, D. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium IPA.
Makalah Pelatihan Laboratorium IPA Direktorat PSMP - Penelusuran
Google. K3 Ipa.
Udiayana, F. (2011). Analisis Keterampilan Menggunakan dan Merangkai Alat
Praktikum Melalui Self dan Peer Assessment Pada Mahasiswa, 1–11.
https://doi.org/10.1360/zd-2013-43-6-1064.
Yohana, N., Lia, A., Studi, P., Lingkungan, T., Teknik, J., Fakultas, S., Biologi, P.
(2014).

42

Anda mungkin juga menyukai