Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KESELAMATAN KERJA DAN KETRAMPILAN DASAR DI


LABORATORIUM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terapan


Yang dibina oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si
dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc

Kelompok 6
Farida Nurul Istiqomah (160351606409)
Galih Rohmansya Dirasta (160351606462)
Qurrotul A’yunina (160351606460)
Yuanita Kartika Sari (160351606463)
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
JANUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
petunjuk dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “KESELAMATAN KERJA DAN
KETRAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM”
Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan,
namun dapat diatasi atas dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Praktikum IPA TerapanYang dibina oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si
dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut
berperan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita yang telah
membacanya.

Malang, 31 Januari 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................. ii


Daftar Isi ............................................................................................................ iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
Bab 2 Isi
2.1 Keselamatan kerja .................................................................................. 4
2.2 Keterampilan kerja ................................................................................. 12
2.3 Rancangan Percobaan ............................................................................ 14
a. Ice Cream ........................................................................................ 14
b. Pembuatan Tempe ............................................................................ 15
c. Pembuatan Donat ............................................................................. 16
d. Pembuatan Tape Ubi ungu ............................................................... 16
e. Pembuatan Briket ............................................................................. 16
f. Pembuatan sabun cair dan sabun transparan......................................17
g. Pembuatan Nata De coco dan VCO....................................................18

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
Daftar Pustaka ................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai bagian dari proses pembelajaran IPA, aktivitas laboratorium memiliki
kedudukan dan peran penting bagi upaya pengembangan hands-on activity
sekaligus penguatan minds-on skills dalam kerangka pembelajaran inkuiri.
Aktivitas atau kerja laboratorium memungkinkan adanya penerapan beragam
keterampilan proses sains serta pengembangan sikap ilmiah yang mendukung
proses perolehan pengetahuan (produk keilmuan) sains dalam diri siswa.
Kerja laboratorium tentunya melibatkan aktivitas penggunaan alat alat
laboratorium, bahan-bahan fisik, kimiawi, biologis serta prosedur kerja yang
beraneka ragam. Rangkaian kerja laboratorium berpotensi munculnya risiko
kecelakaan kerja yang dapat memberi dampak bagi keselamatan dan kesehatan
diri siswa, baik secara fisik, mental dan sosial. Hal ini memberi konsekuensi bagi
upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan
kerja yang harus dipikirkan dan diperhatikan guru sains, koordinator laboratorium
dan laboran, sebagai penanggung jawab kegiatan laboratorium, guna pencegahan
timbulnya gangguan kesehatan sekaligus mempertahankan keselamatan semua
pihak yang terlibat dalam aktivitas leboratorium, khususnya siswa. Semakin tinggi
intensitas dan ragam kerja laboratorium, maka makin tinggi pula risiko kecelakaan
kerja yang mungkin dapat terjadi.
Ada tiga faktor penting yang sangat mempengaruhi bagaimana situasi kerja di
laboratorium dapat terbentuk. Secara internal, kesadaran dan pemahaman siswa
terhadap dirinya sendiri memegang peran vital bagi persiapan dan proses kerja
laboratorium. Hal ini menyangkut kemampuan kerja laboratorium yang bisa
mereka lakukan, latar belakang kesehatan serta ketahanan kondisi baik fisik
maupun mental. Faktor kedua yaitu faktor eksternal, baik aspek fisik tempat kerja
(laboratorum) seperti kondisi bangunan, ketersediaan meja dan kursi dan suasana,
maupun aspek sosial yang bersumber dari orang (siswa) lain, akan berpengaruh
bagi bentuk interaksi yang terjadi antara keduanya. Pemahaman dan
pengkondisian yang baik akan faktor internal, eksternal dan proses interaksi ini

1
dapat memberi dampak bagi kondisi keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko
bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapanpun, di manapun,
dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di
laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cedera atau
bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang
bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan
kematian. Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari 1) perangkat/alat-
alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat
logam, 2) bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin),
suara, gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur,
bakteri, serbuksari, atau racun gigitan serangga, serta 3) proses kerja laboratorium,
seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat, atau faktor
psikologik kerja (terburu-buru, takut, dll).(Sains & Subiantoro, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Keselamatan kerja saat praktikum di laboratorium?
2. Bagaimana Keterampilan kerja saat praktikum di laboratorium?
3. Rancangan Percobaan
a. Bagaimana proses Pembuatan Tempe?
b. Bagaimana proses Pembuatan Donat?
c. Bagaimana proses Pembuatan Tape Ubii ungu?
d. Bagaimana proses Pembuatan Briket?
e. Bagaimana proses Pembuatan sabun cair dan sabun transparan?
f. Bagaimana proses Pembuatan Nata De coco dan VCO?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Keselamatan kerja saat praktikum di laboratorium
2. Mengetahui Keterampilan kerja saat praktikum di laboratorium
3. Rancangan Percobaan
a. Menjelaskan proses Pembuatan Tempe
b. Menjelaskan proses Pembuatan Donat
c. Menjelaskan proses Pembuatan Tape Ubii ungu

2
d. Menjelaskan proses Pembuatan Briket
e. Menjelaskan proses Pembuatan sabun cair dan sabun transparan
f. Menjelaskan proses Pembuatan Nata De coco dan VCO

3
Bab II
ISI

2.1 Keselamatan Kerja

Laboratorium adalah tempat yang digunakan orang atau dosen, mahasiswa


maupun peneliti untuk melakukan sesuatu atau melakukan kegiatan ilmiah. Ketika
melakukan praktikum, praktikan akan bersentuhan langsung dengan peralatan-
peralatan mempunyai resiko yang berbahaya. Seperti halnya alat alat listrik yang
memerlukan penanganan yang khusus , sehingga di perlukanlah penuntun yang
mudah dimengerti dan dipahami oleh para praktikanlaboratorium merupakan
ruangan yang memeiliki resiko yang cukup besar .disana banyak terdapat bahan
kimia yang merupakan bahan mudah meledak , mudah terbakar, dan beracun.
Selain itu, terdapat juga benda mudah pecah dan menggunakan listrik. Pada
umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dg
cara membina dan mengembangkan kesadaran akan pentingnya k3 di
laboratorium. (Jurusan, Fmipa, & Pendahuluan, 2009)
Keberadaan dan kegunaan suatu laboratorium bergantung pada tujuan
penggunaan laboratorium , peran atau fungsi yang akan diberikan kepada
laboratorium dan mafaat yang akan diambil dari laboratorium. Laboratorium
merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu pengetahuan melalui berbagai
penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya
menggunakan bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk menunjang
kegitannya dan beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti air, gas, listrik dan
almari asam tentunya alat, bahan kimia dan fasilitas laboratorium beserta
aktivitasnya sangat berpotensi dalam menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan.
Seperti yang dikemukakan oleh W.J.S. Poerwadarminta, dalam kamus umum
Bahasa Indonesia mengatakan bahwa laboratorium adalah tempat untuk
mengadakan percobaan (penyelidikan dan sebagainya) segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu fisika, kimia dan sebagainya. Sedangkan laboran adalah
orang (ahli ilmu kimia dan sebagainya) yang bekerja di laboratorium. (Kuntoro,
2017)

4
Keselamatan dalam bekerja di laboratarium merupakan hal yang penting
dan harus diperhatikan. Karena banyak yang bekerja tanpa memperhatikan segala
aturan yang telah ditetapkan di laboratorium yang dapat berakibat fatal pada diri
sendiri maupun bagi orang lain yang berada disekitar kita sehingga mulai hal-hal
kecil yang merupakan persyaratan bekerja di laboratarium sampai hal-hal yang
besar menyangkut keselamatan bekerja di laboratorium, harus diketahui dan
ditaati oleh semua orang yang bekerja di laboratorium. Seperti yang telah diatur
dalam undang-undang no. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 menyatakan
bahwa upaya keselamatan dan kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
(Indonesia, 1992)
Tujuan dari adanya peraturan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Melindungi kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja
di laboratorium
2. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat
kegiatan di laboratorium.
3. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar
dan beracun
4. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara,
sehingga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

Terjadinya kecelakaan dapat dicegah dengan menentukan usaha-usaha


pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja yang tepatsecara efektif dan efisien
sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.Faktor utama penyebab terjadinya
kecelakaan adalah bersumber pada lingkungan kerja dan praktikan. Namun
sebagian besar (85%) kecelakaan tersebut disebabkan oleh faktor manusia. Setiap
pengguna laboratorum wajib bertanggung jawab atas keselamatan kerja dan
kesehatan di laboratorium. Oleh karena itu semua mesti begitu waspada dalam
memakai laboratorium. Prosedur keselamatan kerja didalam laboratorium meliputi
1. Laboratorium yang baik
1. Ruang laboratorium yang mempunyai system ventilasi yang baik.
Sistem keluar masuk hawa yang stabil. Aliran hawa fresh yang

5
masuk kedalam ruang. Keduanya mesti di perhatikan dengan baik.
Makin baik aliran hawa, maka keadaan laboratorium akan sehat.
Seperti tempat tinggal, aliran hawa ada pada posisi paling utama
dan tidak bisa dikesampingkan demikian saja.
2. Ruang laboratorium harus diatur dengan rapi. Peletakan bahan
kimia dan perlengkapan percobaan mesti diatur dengan rapi agar
mempermudah untuk mencarinya. Jika memang perlu, diberikan
denah dan tips peletakan bahan kimia di raknya agar makin
mempermudah untuk mencari bahan kimia tertentu.
3. Alat keselamatan kerja mesti senantiasa ada dan dalam keadaan
yang baik. Terlebih kotak P3K dan alat pemadam api.
4. Laboratorium mempunyai jalur evakuasi yang baik. Laboratorium
sekurang-kurangnya mempunyai dua pintu keluar dengan jarak
yang cukup jauh. Bahan kimia yang beresiko mesti diletakkan di
rack spesial dan pisahkan dua bahan kimia yang bisa menyebabkan
ledakan apabila bereaksi.

2. Tata tertib keselamatan kerja

1. Selain orang yang berkepentingan dilarang masuk laboratorium, untuk


mencegah hal yang tidak diinginkan.
2. Sebelum melaksanakan eksprimen diharuskan mengetahui informasi
mengenai bahaya bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium.
4. Mengetahui cara pemakaian alat emergensi, seperti APAR, eye
shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
5. Dilarang makan minum dan merokok di dalam laboratorium
6. Ketika sedang bekerja di laboratorium dilarang terlalu banyak bicara,
berkelakar, dan lelucon lain
7. Meletakkan alat alat yang tak digunakan seperti tas dan benda lain di
tempat penyimpanan tas, bukan di atas meja praktikum. (Moh, 2010)

6
3. Alat keselamatan kerja
1. Pemadan api
APAR umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan
pemadam api yang bertekanan tinggi. Pemasangan dan penempatan
alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan dalam hal
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), APAR merupakan peralatan
wajib yang harus dilengkapi. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
dapat digolongkan menjadi beberapa Jenis. Diantaranya terdapat 4
jenis APAR yang paling umum digunakan, yaitu :
a. Alat Pemadam Api (APAR) Air
Jenis APAR yang disikan oleh Air dengan tekanan tinggi.
APAR Jenis Air ini merupakan jenis APAR yang paling
Ekonomis dan cocok untuk memadamkan api yang
dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas,
Kain, Karet, Plastik dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A)
b. Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)
Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam)
yang disembur keluar akan menutupi bahan yang terbakar
sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran.
APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan api
yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti
Kertas, Kain, Karet dan lain sebagainya.
c. Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical
Powder
Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire
Extinguisher terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan
kombinasi dari Mono-amonium danammonium sulphate.
Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti
bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang
merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis
Dry Chemical Powder ini merupakan Alat pemadam api yang

7
serbaguna karena efektif untuk memadamkan kebakaran di
hampir semua kelas kebakaran seperti Kelas A, B dan C.
d. Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide
(CO2)
Jenis APAR yang menggunakan bahan Karbon Dioksida
(Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya. APAR
Karbon Dioksida sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B
(bahan cair yang mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi Listrik
yang bertegangan).(Firdani, Ekawati, & Kurniawan, 2014)
2. Jas Laboratorium
Melindungi badan dari percikan bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada
dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab
sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan hewan,
sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.
3. Kacamata keselamatan
Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang
yang bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, mereka harus
menggunakan kaca mata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya
kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
clear safety glasses dan clear safety goggles. Clear safety glasses
merupakan kaca mata keselamatan biasa yang digunakan untuk
melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu. Sementara itu,
clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.
4. Kaos tangan
Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan
kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macam-
macam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet
alam, nitril, dan neoprene.(Firdani et al., 2014)

8
4. Simbol Keselamatan Kerja

Banyak sekali symbol-simbol yang digunakan untuk laboratorium, dirancang


untuk memperingatkan tentang bahan berbahaya, lokasi, atau benda, termasuk
arus listrik, racun, dan hal-hal lain. Simbol bahaya mungkin muncul dengan warna
yang berbeda, latar belakang, perbatasan dan informasi tambahan dalam rangka
untuk menentukan jenis bahaya.

Dari gambar diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Animal hazard
Bahaya yang berasal dari hewan. Mungkin saja hewan itu beracun
karena telah disuntik bermacam-macam zat hasil eksperimen atau
dapat menggigit dan mencakar
2. Sharp instrument hazard
Bahaya yang berasal dari benda-benda yang tajam. Benda itu jika tidak
digunakan dengan benar maka dapat melukai
3. Heat hazard
Bahaya yang berasal dari benda yang panas. Tangan akan kepanasan
jika menyentuh benda tersebut dalam keadaan aktif atau menyala
4. Glassware hazard
Bahaya yang berasal dari benda yang mudah pecah, berupa gelas
kimia.

9
5. Chemical hazard
Bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja bahan kimia itu dapat
membuat kulit kita gatal dan iritasi.
6. Electrical hazard
Bahaya yang berasal dari benda-benda yang mengeluarkan listrik.
Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak tersengat listrik.
7. Eye & face hazard
Bahaya yang berasal dari benda-benda yang dapat membuat iritasi
pada mata dan wajah. Gunakan masker atau pelindung wajah sebelum
menggunakan bahan tersebut.
8. Fire hazard
Bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar. Contohnya
adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus.
9. Biohazard
Bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut bisa dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya adalah
tempat pembuangan jarum suntik.
10. Laser radiation hazard
Bahaya yang berasal dari sinar laser.
11. Radioactive hazard
Bahaya yang berasal dari benda radioaktif. Benda ini dapat
mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka akan
menyebabkan kanker.
12. Explosive hazard
Bahaya yang berasal dari benda yang mudah meledak. Jauhkan benda
tersebut dari

(Firdani et al., 2014)


5. Cara Pemindahan Bahan
Untuk pemindahan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan
kecermatan dalam penanganannya. Untuk memindahkan bahan kimia yang
berwujud cair, pindahkan dengan menggunakan batang pengaduk atau
pipet tetes. Hindari percikan karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit.

10
Jangan menaruh tutup botol diatas meja supaya tutup botol tidak kotor
oleh kotoran di atas meja.
Adapaun hal umum yang harus diperhatikan :
a. Bahan Kimia
a) membaca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk
menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya antara
asam sitrat dan asam nitrat.
b) Pindahkan sesuai
c) umlah yang diperlukan
d) Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
e) Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk
menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa
boros
b. Bahan cair
a) Tutup botol dibuka dg cara dipegang dg jari tangan dan sekaligus
telapak tangan memegang botol tersebut.
b) Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa
terkotori oleh kotoran yang ada diatas meja.
c) Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk
menghindari percikan.
d) Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah.
c. Bahan padat
Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai
berikut :
a) Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari
logam.
b) Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
c) Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi.
Hindari satu sendok untuk bermacam macam keperluan.
6. Pembuangan Limbah
Limbah bahan kimia akan meracuni lingkungan sehingga bisa rusak, oleh
karena itu perlu

11
penanganan khusus :
a) Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan
b) Buang pada tempat yang disediakan
c) Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur
ulang
d) Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat
khusus
e) Limbah yang tidak berbahaya boleh langsung dibuang
f) Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai
g) Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan
pada botol dan diberi label yang jelas.(Firdani et al., 2014)

2.2 Keterampilan kerja

Pada umumnya kegiatan praktek laboratorium diarahkan pada agar supaya


praktikan dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau
prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh asisten atau buku penuntun. Ada juga
percobaan yang dirancang oleh asisten lab adalah praktikan disuruh melakukan
percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur yang membawa praktikan
kepada prinsip atau hukum yang tidak diketahui sebelum menyadari data empiris
yang mereka kumpulkan hasil dari percobaan tersebut. Pengenalan alat ini juga
akan menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana cara kerja alat tersebut
beserta fungsinya. Tentu dari sini kita bisa belajar bagaimana penggunaannya agar
dalam penelitian kita nanti mendapatkan hasil yang akurat dan dapat
dipercaya.hasil penelitan tergantung dari proses penelitian, jika penelitian baik
dan penggunaan alatnya benar tentu hasil pengamatankita baik pula.alat-alat
laboratorium juga tidak bisa digunakan jika tidak sesuai dengan fungsinya maka
dari itu kita harus teliti dan membutuhkan pengetahuan. Dalam laboratorium
sangat banyak bahan-bahan berbahaya. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam
melakukan kegiatan-kegiatan dalam laboratorium. Perhatikan label-label yang
tertera pada kemasan zat tersebut untuk menghindari terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan (Seran, 2011).

12
Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika melakukan
penilaian dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa
ragam keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/mahasiswa
adalah: 1. memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan dan
mengembalikan peralatan; 2. mencocokkan peralatan; 3. membaca alat ukur
dengan teliti; 4. menangani, menyiapkan dan menyadari bahaya bahan kimia; 5.
mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan dalam mengatur peralatan;
6. menggambar peralatan dengan akurat.

13
2.3 Pembuatan Ice Cream
Ice cream adalah makanan yang disukai oleh berbagai kalangan masyarakat
mulai dari anak – anak kecil samai dengan orang dewasa karena ice cream
memiliki rasa yang enak da bergizi. Pembuatan ice cream dapat dilakukan dengan
beberapa – tahap namun dalam pembuatan ice cream bisa dilakukan inovasi agar
tercipta berbagai rasa yang bervariasi dan juga bentuk yang menarik.
Berikut adalah tahap – tahap pembuatan Ice cream:
1. Menyiapkan panci kemudian masukkan susu bubuk, susu kental manus,
garam, gula pasir disini gula pasir adalah sebagai pemanis Tujuan
pemberian pemanis ialah untuk menambahkan rasa manis selain itu juga
memberikan kekentalan dan untuk memperbaiki body dan tekstur frozen
dessert serta menurunkan titik beku .
2. memasukkan air ke dalam panci agar adonan tidak terlalu padat, aduk rata
dengan pengaduk selanjutnya adalah menambahkan perisa vanilla dan juga
bubuk kacang yang sebelumnya sudah ditumbuk kemudian aduk rata
3. Memanaskan adonan tadi dengan api sedang, pemanasan ini berfungsi
untuk mengurangi jumlah mikroba pembusuk dan patogen yang tidak
tahan panas dengan menggunakan suhu 79o C selama 25 detik. Proses ini
juga membantu menghidrasi 6 beberapa komponen seperti protein dan
penstabil aduk rata hingga mendidih
4. Menambahkan maezena yang telah diaduk dengan sedikit air,
5. Mengaduk adonan hingga sedikit mengental karena adonan yang baik
adalah adonan yang tidak terlalu padat dan tidak terlalu cair selanjutnya
adalah Mengangkat dan mendinginkan adonan hal ini menyediakan waktu
bagi lemak untuk menjadi dingin dan mengkristal serta menghidrasi
protein dan polisakarida sepenuhnya,
6. Menuang adonan ke dalam wadah dan memasukkan ke dalam freezer
hingga adonan lebih mengental (tekstur seperti jeli)
7. Mengeluarkan adonan dari freezer dan Menambahkan 1 sendok makan
ovalet/SP/TBM yang telah dicairkan.
8. Mencampur adonan menggunakan mixer dengan kekuatan sedang lalu
kekuatan paling tinggi hingga adonan tercampur rata dan mengembang,

14
dan masukkan adonan ke beberapa wadah untuk memvariasi topping, pada
wadah pertama ditambahkan topping berupa chococip, di wadah kedua
ditambahkan topping berupa biskuit oreo yang sudah dipotong kecil –
kecil, dan pada wadah ketiga tidak ditambahkan topping. Variasi tersebut
adalah untuk mempercantik tampilan dan rasa dari es krim yang akan
dihidangkan
9. memasukkan adonan ke dalam freezer hingga adonan membeku dan
terbentuk tekstur yang lembut , dan tahap terakhir adalah penghidangan.
10. Menyiapkan 1 Piring dengan ukuran sedang kemudian meletakkan 3
varian ice cream tadi dengan bentuk bulat selanjutnya adalah penambahan
fla coklat untuk mempercantik tamppilan ice cream dan menambah cita
rasa ice cream kemudian di atasnya ditambahkan 1 buah cherry.

2.4 Pembuatan Tempe


Pembuata tempe ini di inovasi dengan penambahan cabai untuk
menciptakan cita rasa pedas di dalamnya.
1. Memilih kedelai yang baik kemudian dibersihkah dari segala kotoran,
dicuci dan direndam selama 5- 10 jam hingga kedelai lunak.
2. Menyiapkan api untuk merebus kedelai hingga setengah matang dan
jangan lupa matikan api, untuk menghilangkan kulit kedelai ini maka
diperlukan kondisi kedelai setengah matang caranya adalah dengan
menggosok – gosok atau dengan ditambah air berkali – kali dalam bakul
hingga kulit kedelai hilang, selain kulit kedelai yang harus dihilangkan
adalah bau/ rasa kedelai yang tidak enak sehingga perlu direndam lagi
dalam air hingga 5- 12 jam.
3. Kedelai direbus lagi dan dikukus hingga benar – benar matang dan untuk
pendinginannya adalah dengan menyerakkan di atas niru. Dan untuk
inovasi nya maka tempe yang sudah dalam posisi rata bisa ditaburi dengan
cabai kering yang sudah dipotong – potong dan diratakan,
4. Setelah dingin ditambahkan ragi tempe sampai rata, Ragi merupakan
kumpulan dari mikroorganisme yang mempunyai ukururan kecil.
Mikroorganisme yang terdapat dalam ragi tempe adalah jamur

15
Rhizopus.Bentuk jamur Rizhopus adalah seperti benang – benang halus
atau biasa disebut dengan miselium (Supraapti, 2003).
5. selanjutnya kedelai diratakan diatas niru yang telah diberi alas daun
kemudian ditutup bagian atasnya dengan daun atau bisa juga membungkus
kedelai dengan daun setelah itu dibiarkan selama kira-kira 2 hari, maka
telah ditumbuhi jamur atau telah jadi tempe dengan rasa pedas.

2.5 Pembuatan Donat

Berikut adalah langkah – langkah pembuatan donat:


1. Memasukkan fermipan ke dalam air hangat kemudian mengaduknya
hingga rata agar seluruh fermipan larut dalam air lalu sisihkan, fermipan
ini adalah ragi instan yang berfungsi untuk mengembangkan adonan.
2. Menyiapkan wadah adonan kemudian dimasukkan tepung terigu,
singkong yang tidak terlalu tua dan sudah dikukus dan dihaluska, susu
kental manis, gula pasir, garam, mentega, air, dan air fermipan ke dalam
wadah adoanan dan diuleni hingga kalis setelah itu adonan yang sudah jadi
ditutup dengan lap basah hingga 30 menit, pada proses pendianan ini
terjadi fermentasi padaadonan karena di dalamnya terdapat fermipan dan
juga bahan – bahan adonan.
3. Mencetak adonan dengan ukuran yang lebih besar,
4. Setelah adonan dibentuk maka adonan siap digoreng kemudian ditiriskan
dan tunggu hingga dingin. Dan untuk inovasinya setelah donat dingin
maka donat dibelah menjadi 2 bagian tanpa merubah bentuk bulatnya.
5. Bagian tengahn donat ditambahkan sedikit krimer dan juga potongan
pisang, peletakan topping tersebut bisa diletakkan melingkar setelah itu
tutup toping dengan belahan yang lainnya setelah itu bagian paling atas
ditambahkan krimer putih dan ditaburi coklat bubuk.

16
2.6 Pembuatan Tape ubi ungu

1. Ubi ungu dikupas (dibersihkan) agar memudahkan proses fermentasi


2. Ubi yang sudah dibersihkan lalu direndam sebelum dimasak.
3. Mengukus ubi ungu hingga masak (tidak perlu sampai masak sungguh),
kemudian dibiarkan sampai dingin diatus diatas niru.
4. Menyediakan ragi tape untuk setiap kilogram Ubi ungu sebanyak kurang
lebih 3 gr ragi lalu dihaluskan.
5. Menaburkan ragi yang telah dihaluskan diatas Ubi ungu yang telah masak
dan dingin sampai merata.
6. Menyimpan Ubi uungu tadi dan diatur dalam bakul kemudian ditutup
tidak perlu terlalu rapat, dan udara masih dapat beredar. Kira-kira setelah
48 jam jika kita bau telah berbau tape, berarti tape telah masak dan siap
untuk dimakan.

2.7 Pembuatan Briket

1. eceng gondok diiris-iris lalu digiling dengan mesin


penggiling sederhana. Air perasannya dipisahkan
2. Irisan eceng gondok dicampur dengan tanah liat, kapur, dan
serbuk gergaji.
3. Campuran dimasukkan ke dalam silinder pencetak (pipa
paralon)yang berdiameter 15 sentimeter.
4. Setelah itu dijemur tiga hari hingga benar-benar kering

2.8 Pembuatan sabun cair dan sabun transparan


a) Pembuatan sabun cair

o
1. Panaskan 19,1 gr minyak jarak sampai temperaturnya 70 C
2. Masukkan 19,3 gr NaOH dalam minyak jarak yang telah
dipanaskan secara perlahan-lahan.
3. Hidupkan mixer untuk kecepatan awal 250 rpm.

17
4. Masukkan 4,3 gr air dalam campuran bila campuran
tersebut telah terbentuk trace dimana trace adalah kondisi
campuran yang telah mengental.
5. Lakukan mixing selama 5 menit dan jaga temperatur
o
campuran antara 70 – 80 C.
6. Setelah 5 menit tuangkan campuran tersebut ke cetakan dan
ulangi untuk beberapa variable kecepatan (300 rpm, 350 rpm,
400 rpm). (Sari, Kasih, Jayanti, & Sari, 2010)

b) Pembuatan sabun transparan


Proses pembuatan sabun transparan aromaterapi
1. dicairkan asam stearat pada suhu 600C selama 15 menit
2. Ditambahkan minyak kelapa dan aduk hingga merata.
Jika suhu mencapai 70-800C tambahkan NaOH dan
aduk selama 3-5 menit sehingga terbentuk padatan
sabun.
3. Ditambahkan gliserin, etanol, gula pasir, asam sitrat,
coco-DEA, NaCl, dan air hingga terbentuk sabun dasar
lalu tambahkan minyak atsiri akar wangi kemudian
aduk sehingga benar-benar homogen sekitar 7-10 menit.
4. Dituangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan
selama 24 jam hingga sabun mengeras (Melinjo,
Septiani, Wathoni, & Mita, n.d.)

2.9 Pembuatan Nata De coco dan VCO


a) Pembuatan nata de coco

a. Prosedur pembuatan starter


 Satu buah nanas dikupas dibersihkan dan kemudian diblender.
 Bubur nanas kemudian diperas dan diambil ampasnya.
 Gula pasir ditambahkan dengan perbandingan nanas:gula:air =
2:1:1(misal nanas 1 kg, gula ½ kg, dan air ½ liter).

18
 Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca
dan difermentasi selama7 hari di suhu ruang hingga terbentuk 2
lapisan.
 Starter yang terbentuk berupa cairan yang terdapat di lapisan
bagian bawah
b. Prosedur pembuatan nata de coco
 Air kelapa mentah disaring dan dimasukkan ke dalam panic
stainless ukuran sedang kemudian dimasak sampai mendidih
100°C.
 Kompor dimatikan sejenak untuk penambahan 50 gram gula pasir,
cuka makan, dan 2 sdm ekstrak tauge.
 Campuran tersebut dipanaskan kembali hingga mendidih,
kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang bersih atau
steril.
 Nampan-nampan plastic tersebut ditutup dengan kertas Koran steril
yang telah disetrika sebelumnya.
 Penutup Koran dikencangkan dengan karet atau tali kemudian
disusun secara rapi dan ditunggu dingin untuk ditambah starter
nata de coco.
 Nampan hasil pembibitan tidak boleh terganggu atau tergoyang.
 Inkubasi dilakukan selama 7 hari. (Nurdyansyah & Widyastuti,
2017)

b) Pembuatan VCO ( VIRGIN COCONUT OIL ) dengan cara penggaraman

a. Prosedur pembuatan VCO ( Virgin Coconut Oil ) dengan cara


penggaraman
Pembuatan krim/kanil :
1. Memilih daging kelapa yang sudah tua
2. Mengupas kulit kelapa dari dagingnya
3. Menambahkan air kedalam parutan kelapa dengan perbandingan 4 liter
air untuk 3kg kelapa.
4. Memeras daging kelapa parut diatas saringan hingga diperoleh santan.

19
5. Menyaring semua santan yang dihasilkan.
6. Mengendapkan santan yang telah disaring selama 30 menit sehingga
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan bawah berupa air dan lapisan atas
berupa krim/kanil.
7. Memisahkan krim dan air dan membuang air yang tidak diperlukan.

Pembuatan minyak VCO


1. Menampung krim/kanil kedalam wadah.
2. Menambahkan garam yang sudah dilarutkan dengan aquades kedalam
kanil sedikit demi sedikit.
3. Mengaduk campuran tersebut hingga komponen.
4. Mendiamkan campuran tersebut selama 12 jam, 24 jam, 36 jam,
hingga terbentuk 3 lapisan. Lapisan paling atas merupakan minyak
kelapa murni, lapisan tengah adalah blondo (ampas kanil), dan lapisn
paling bawah adalah air.
5. Memisahkan minyak kelapa murni tersebut dari air dan blondo dan
melakukan penyaringan pada minyak.(Aziz, Olga, & Sari, 2017)

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan dalam bekerja di laboratarium merupakan hal yang penting
dan harus diperhatikan. Karena banyak yang bekerja tanpa memperhatikan segala
aturan yang telah ditetapkan di laboratorium yang dapat berakibat fatal pada diri
sendiri maupun bagi orang
Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika melakukan
penilaian dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa
ragam keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/mahasiswa
adalah: 1. memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan dan
mengembalikan peralatan; 2. mencocokkan peralatan; 3. membaca alat ukur
dengan teliti; 4. menangani, menyiapkan dan menyadari bahaya bahan kimia; 5.
mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan dalam mengatur peralatan;
6. menggambar peralatan dengan akurat.
Pada praktikum Ipa terapan akan dilakukan pembuatan makanan serta
bahan bahan yang dapat mempermudah hidup kita yang didalam pembuatannya
terkandung unsur IPA namun agar hasil pembuatan kita lebih menarik maka kita
membuat berbagai inovasi. Di dalam inovasi ini kita menambahkan berbagai
macam variasi pada setiap produknya sehingga dapa memperluas peahaman serta
kekreatifan pada praktikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, T., Olga, Y., & Sari, A. P. (2017). Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan
Metode Sentrifugasi. Jurnal Tehnik Kimia, 23(2), 129–136.
https://doi.org/10.1016/j.jaap.2014.03.006
Beasley, W.G.1987. Japanese Imperialism 1894-1945.London : Clarendon Press
Firdani, L., Ekawati, & Kurniawan, B. (2014). Analisis Penerapan Alat Pemadam
Api Ringan ( APAR ) Di PT . X Pekalongan. JKM E-Journal, 2, 300–308.
Ii, B. A. B., & Teoritik, A. K. (2005). PP no. 19 Tahun 2005 9, (19), 9–40.
Indonesia, P. R. (1992). Undang Undang No . 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan.
Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan, (23), 1–31.
Jurusan, M., Fmipa, F., & Pendahuluan, U. (2009). Keselamatan kerja di
laboratorium.
Kuntoro, C. (2017). Higeia Journal of Public Health, 1(4), 109–119.
Maknun, D., Surtikanti, R. R. H. K., Munandar, A., & Subahar, T. S. (2012).
LABORATORIUM MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM, 1(2), 141–
148.
Melinjo, B., Septiani, S., Wathoni, N., & Mita, S. R. (n.d.). C, dan 40, 1–27.
Moh, E. T. (2010). Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan, 1–
11.
Moh, E. T. (2020). Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan, 1–
11.
Moore, R. 2007. What Do Students’ Behaviors and Performances in Lab Tell Us
About Their Behaviors and Performances in Lecture – Portions of Introductory Biology
Courses? Bioscene: Journal of College Biology Teaching. 33 (1): 19-24

Nurdyansyah, F., & Widyastuti, D. A. (2017). Pengolahan Limbah Air Kelapa


Menjadi Nata De Coco Oleh Ibu Kelompok Tani Di Kabupaten Kudus. Jurnal
Kewirausahaan Dan Bisnis, 21(11), 22–30.
https://doi.org/10.20961/JKB.V21I11.20900
Ottander, C. & Grelsson, G. 2006. Laboratory work: the teachers’ perspective.
Journal of Biological Education. 40 (3): 113-118
Sains, D. I. L., & Subiantoro, A. W. (2011). Keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium sains * ), 1–7.
Sari, T. I., Kasih, J. P., Jayanti, T., & Sari, N. (2010). Dari Minyak Jarak, 17(1), 28–
33.
Seran, E., 2011, Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia. UPT-MKU
Universitas Hasanuddin, Makassar.

22

Anda mungkin juga menyukai