Kelompok 6
Farida Nurul Istiqomah (160351606409)
Galih Rohmansya Dirasta (160351606462)
Qurrotul A’yunina (160351606460)
Yuanita Kartika Sari (160351606463)
Offering A
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
petunjuk dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “KESELAMATAN KERJA DAN
KETRAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM”
Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan,
namun dapat diatasi atas dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Praktikum IPA TerapanYang dibina oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si
dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut
berperan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita yang telah
membacanya.
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat memberi dampak bagi kondisi keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko
bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapanpun, di manapun,
dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di
laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cedera atau
bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang
bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan
kematian. Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari 1) perangkat/alat-
alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat
logam, 2) bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin),
suara, gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur,
bakteri, serbuksari, atau racun gigitan serangga, serta 3) proses kerja laboratorium,
seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat, atau faktor
psikologik kerja (terburu-buru, takut, dll).(Sains & Subiantoro, 2011)
2
d. Menjelaskan proses Pembuatan Briket
e. Menjelaskan proses Pembuatan sabun cair dan sabun transparan
f. Menjelaskan proses Pembuatan Nata De coco dan VCO
3
Bab II
ISI
4
Keselamatan dalam bekerja di laboratarium merupakan hal yang penting
dan harus diperhatikan. Karena banyak yang bekerja tanpa memperhatikan segala
aturan yang telah ditetapkan di laboratorium yang dapat berakibat fatal pada diri
sendiri maupun bagi orang lain yang berada disekitar kita sehingga mulai hal-hal
kecil yang merupakan persyaratan bekerja di laboratarium sampai hal-hal yang
besar menyangkut keselamatan bekerja di laboratorium, harus diketahui dan
ditaati oleh semua orang yang bekerja di laboratorium. Seperti yang telah diatur
dalam undang-undang no. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 menyatakan
bahwa upaya keselamatan dan kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
(Indonesia, 1992)
Tujuan dari adanya peraturan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Melindungi kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja
di laboratorium
2. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat
kegiatan di laboratorium.
3. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar
dan beracun
4. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara,
sehingga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
5
masuk kedalam ruang. Keduanya mesti di perhatikan dengan baik.
Makin baik aliran hawa, maka keadaan laboratorium akan sehat.
Seperti tempat tinggal, aliran hawa ada pada posisi paling utama
dan tidak bisa dikesampingkan demikian saja.
2. Ruang laboratorium harus diatur dengan rapi. Peletakan bahan
kimia dan perlengkapan percobaan mesti diatur dengan rapi agar
mempermudah untuk mencarinya. Jika memang perlu, diberikan
denah dan tips peletakan bahan kimia di raknya agar makin
mempermudah untuk mencari bahan kimia tertentu.
3. Alat keselamatan kerja mesti senantiasa ada dan dalam keadaan
yang baik. Terlebih kotak P3K dan alat pemadam api.
4. Laboratorium mempunyai jalur evakuasi yang baik. Laboratorium
sekurang-kurangnya mempunyai dua pintu keluar dengan jarak
yang cukup jauh. Bahan kimia yang beresiko mesti diletakkan di
rack spesial dan pisahkan dua bahan kimia yang bisa menyebabkan
ledakan apabila bereaksi.
6
3. Alat keselamatan kerja
1. Pemadan api
APAR umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan
pemadam api yang bertekanan tinggi. Pemasangan dan penempatan
alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan dalam hal
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), APAR merupakan peralatan
wajib yang harus dilengkapi. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
dapat digolongkan menjadi beberapa Jenis. Diantaranya terdapat 4
jenis APAR yang paling umum digunakan, yaitu :
a. Alat Pemadam Api (APAR) Air
Jenis APAR yang disikan oleh Air dengan tekanan tinggi.
APAR Jenis Air ini merupakan jenis APAR yang paling
Ekonomis dan cocok untuk memadamkan api yang
dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas,
Kain, Karet, Plastik dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A)
b. Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)
Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam)
yang disembur keluar akan menutupi bahan yang terbakar
sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran.
APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan api
yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti
Kertas, Kain, Karet dan lain sebagainya.
c. Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical
Powder
Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire
Extinguisher terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan
kombinasi dari Mono-amonium danammonium sulphate.
Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti
bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang
merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis
Dry Chemical Powder ini merupakan Alat pemadam api yang
7
serbaguna karena efektif untuk memadamkan kebakaran di
hampir semua kelas kebakaran seperti Kelas A, B dan C.
d. Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide
(CO2)
Jenis APAR yang menggunakan bahan Karbon Dioksida
(Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya. APAR
Karbon Dioksida sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B
(bahan cair yang mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi Listrik
yang bertegangan).(Firdani, Ekawati, & Kurniawan, 2014)
2. Jas Laboratorium
Melindungi badan dari percikan bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada
dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab
sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan hewan,
sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.
3. Kacamata keselamatan
Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang
yang bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, mereka harus
menggunakan kaca mata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya
kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
clear safety glasses dan clear safety goggles. Clear safety glasses
merupakan kaca mata keselamatan biasa yang digunakan untuk
melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu. Sementara itu,
clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.
4. Kaos tangan
Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan
kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macam-
macam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet
alam, nitril, dan neoprene.(Firdani et al., 2014)
8
4. Simbol Keselamatan Kerja
9
5. Chemical hazard
Bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja bahan kimia itu dapat
membuat kulit kita gatal dan iritasi.
6. Electrical hazard
Bahaya yang berasal dari benda-benda yang mengeluarkan listrik.
Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak tersengat listrik.
7. Eye & face hazard
Bahaya yang berasal dari benda-benda yang dapat membuat iritasi
pada mata dan wajah. Gunakan masker atau pelindung wajah sebelum
menggunakan bahan tersebut.
8. Fire hazard
Bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar. Contohnya
adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus.
9. Biohazard
Bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut bisa dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya adalah
tempat pembuangan jarum suntik.
10. Laser radiation hazard
Bahaya yang berasal dari sinar laser.
11. Radioactive hazard
Bahaya yang berasal dari benda radioaktif. Benda ini dapat
mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka akan
menyebabkan kanker.
12. Explosive hazard
Bahaya yang berasal dari benda yang mudah meledak. Jauhkan benda
tersebut dari
10
Jangan menaruh tutup botol diatas meja supaya tutup botol tidak kotor
oleh kotoran di atas meja.
Adapaun hal umum yang harus diperhatikan :
a. Bahan Kimia
a) membaca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk
menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya antara
asam sitrat dan asam nitrat.
b) Pindahkan sesuai
c) umlah yang diperlukan
d) Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
e) Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk
menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa
boros
b. Bahan cair
a) Tutup botol dibuka dg cara dipegang dg jari tangan dan sekaligus
telapak tangan memegang botol tersebut.
b) Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa
terkotori oleh kotoran yang ada diatas meja.
c) Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk
menghindari percikan.
d) Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah.
c. Bahan padat
Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai
berikut :
a) Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari
logam.
b) Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
c) Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi.
Hindari satu sendok untuk bermacam macam keperluan.
6. Pembuangan Limbah
Limbah bahan kimia akan meracuni lingkungan sehingga bisa rusak, oleh
karena itu perlu
11
penanganan khusus :
a) Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan
b) Buang pada tempat yang disediakan
c) Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur
ulang
d) Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat
khusus
e) Limbah yang tidak berbahaya boleh langsung dibuang
f) Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai
g) Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan
pada botol dan diberi label yang jelas.(Firdani et al., 2014)
12
Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika melakukan
penilaian dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa
ragam keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/mahasiswa
adalah: 1. memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan dan
mengembalikan peralatan; 2. mencocokkan peralatan; 3. membaca alat ukur
dengan teliti; 4. menangani, menyiapkan dan menyadari bahaya bahan kimia; 5.
mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan dalam mengatur peralatan;
6. menggambar peralatan dengan akurat.
13
2.3 Pembuatan Ice Cream
Ice cream adalah makanan yang disukai oleh berbagai kalangan masyarakat
mulai dari anak – anak kecil samai dengan orang dewasa karena ice cream
memiliki rasa yang enak da bergizi. Pembuatan ice cream dapat dilakukan dengan
beberapa – tahap namun dalam pembuatan ice cream bisa dilakukan inovasi agar
tercipta berbagai rasa yang bervariasi dan juga bentuk yang menarik.
Berikut adalah tahap – tahap pembuatan Ice cream:
1. Menyiapkan panci kemudian masukkan susu bubuk, susu kental manus,
garam, gula pasir disini gula pasir adalah sebagai pemanis Tujuan
pemberian pemanis ialah untuk menambahkan rasa manis selain itu juga
memberikan kekentalan dan untuk memperbaiki body dan tekstur frozen
dessert serta menurunkan titik beku .
2. memasukkan air ke dalam panci agar adonan tidak terlalu padat, aduk rata
dengan pengaduk selanjutnya adalah menambahkan perisa vanilla dan juga
bubuk kacang yang sebelumnya sudah ditumbuk kemudian aduk rata
3. Memanaskan adonan tadi dengan api sedang, pemanasan ini berfungsi
untuk mengurangi jumlah mikroba pembusuk dan patogen yang tidak
tahan panas dengan menggunakan suhu 79o C selama 25 detik. Proses ini
juga membantu menghidrasi 6 beberapa komponen seperti protein dan
penstabil aduk rata hingga mendidih
4. Menambahkan maezena yang telah diaduk dengan sedikit air,
5. Mengaduk adonan hingga sedikit mengental karena adonan yang baik
adalah adonan yang tidak terlalu padat dan tidak terlalu cair selanjutnya
adalah Mengangkat dan mendinginkan adonan hal ini menyediakan waktu
bagi lemak untuk menjadi dingin dan mengkristal serta menghidrasi
protein dan polisakarida sepenuhnya,
6. Menuang adonan ke dalam wadah dan memasukkan ke dalam freezer
hingga adonan lebih mengental (tekstur seperti jeli)
7. Mengeluarkan adonan dari freezer dan Menambahkan 1 sendok makan
ovalet/SP/TBM yang telah dicairkan.
8. Mencampur adonan menggunakan mixer dengan kekuatan sedang lalu
kekuatan paling tinggi hingga adonan tercampur rata dan mengembang,
14
dan masukkan adonan ke beberapa wadah untuk memvariasi topping, pada
wadah pertama ditambahkan topping berupa chococip, di wadah kedua
ditambahkan topping berupa biskuit oreo yang sudah dipotong kecil –
kecil, dan pada wadah ketiga tidak ditambahkan topping. Variasi tersebut
adalah untuk mempercantik tampilan dan rasa dari es krim yang akan
dihidangkan
9. memasukkan adonan ke dalam freezer hingga adonan membeku dan
terbentuk tekstur yang lembut , dan tahap terakhir adalah penghidangan.
10. Menyiapkan 1 Piring dengan ukuran sedang kemudian meletakkan 3
varian ice cream tadi dengan bentuk bulat selanjutnya adalah penambahan
fla coklat untuk mempercantik tamppilan ice cream dan menambah cita
rasa ice cream kemudian di atasnya ditambahkan 1 buah cherry.
15
Rhizopus.Bentuk jamur Rizhopus adalah seperti benang – benang halus
atau biasa disebut dengan miselium (Supraapti, 2003).
5. selanjutnya kedelai diratakan diatas niru yang telah diberi alas daun
kemudian ditutup bagian atasnya dengan daun atau bisa juga membungkus
kedelai dengan daun setelah itu dibiarkan selama kira-kira 2 hari, maka
telah ditumbuhi jamur atau telah jadi tempe dengan rasa pedas.
16
2.6 Pembuatan Tape ubi ungu
o
1. Panaskan 19,1 gr minyak jarak sampai temperaturnya 70 C
2. Masukkan 19,3 gr NaOH dalam minyak jarak yang telah
dipanaskan secara perlahan-lahan.
3. Hidupkan mixer untuk kecepatan awal 250 rpm.
17
4. Masukkan 4,3 gr air dalam campuran bila campuran
tersebut telah terbentuk trace dimana trace adalah kondisi
campuran yang telah mengental.
5. Lakukan mixing selama 5 menit dan jaga temperatur
o
campuran antara 70 – 80 C.
6. Setelah 5 menit tuangkan campuran tersebut ke cetakan dan
ulangi untuk beberapa variable kecepatan (300 rpm, 350 rpm,
400 rpm). (Sari, Kasih, Jayanti, & Sari, 2010)
18
Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca
dan difermentasi selama7 hari di suhu ruang hingga terbentuk 2
lapisan.
Starter yang terbentuk berupa cairan yang terdapat di lapisan
bagian bawah
b. Prosedur pembuatan nata de coco
Air kelapa mentah disaring dan dimasukkan ke dalam panic
stainless ukuran sedang kemudian dimasak sampai mendidih
100°C.
Kompor dimatikan sejenak untuk penambahan 50 gram gula pasir,
cuka makan, dan 2 sdm ekstrak tauge.
Campuran tersebut dipanaskan kembali hingga mendidih,
kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang bersih atau
steril.
Nampan-nampan plastic tersebut ditutup dengan kertas Koran steril
yang telah disetrika sebelumnya.
Penutup Koran dikencangkan dengan karet atau tali kemudian
disusun secara rapi dan ditunggu dingin untuk ditambah starter
nata de coco.
Nampan hasil pembibitan tidak boleh terganggu atau tergoyang.
Inkubasi dilakukan selama 7 hari. (Nurdyansyah & Widyastuti,
2017)
19
5. Menyaring semua santan yang dihasilkan.
6. Mengendapkan santan yang telah disaring selama 30 menit sehingga
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan bawah berupa air dan lapisan atas
berupa krim/kanil.
7. Memisahkan krim dan air dan membuang air yang tidak diperlukan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan dalam bekerja di laboratarium merupakan hal yang penting
dan harus diperhatikan. Karena banyak yang bekerja tanpa memperhatikan segala
aturan yang telah ditetapkan di laboratorium yang dapat berakibat fatal pada diri
sendiri maupun bagi orang
Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika melakukan
penilaian dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa
ragam keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/mahasiswa
adalah: 1. memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan dan
mengembalikan peralatan; 2. mencocokkan peralatan; 3. membaca alat ukur
dengan teliti; 4. menangani, menyiapkan dan menyadari bahaya bahan kimia; 5.
mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan dalam mengatur peralatan;
6. menggambar peralatan dengan akurat.
Pada praktikum Ipa terapan akan dilakukan pembuatan makanan serta
bahan bahan yang dapat mempermudah hidup kita yang didalam pembuatannya
terkandung unsur IPA namun agar hasil pembuatan kita lebih menarik maka kita
membuat berbagai inovasi. Di dalam inovasi ini kita menambahkan berbagai
macam variasi pada setiap produknya sehingga dapa memperluas peahaman serta
kekreatifan pada praktikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, T., Olga, Y., & Sari, A. P. (2017). Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan
Metode Sentrifugasi. Jurnal Tehnik Kimia, 23(2), 129–136.
https://doi.org/10.1016/j.jaap.2014.03.006
Beasley, W.G.1987. Japanese Imperialism 1894-1945.London : Clarendon Press
Firdani, L., Ekawati, & Kurniawan, B. (2014). Analisis Penerapan Alat Pemadam
Api Ringan ( APAR ) Di PT . X Pekalongan. JKM E-Journal, 2, 300–308.
Ii, B. A. B., & Teoritik, A. K. (2005). PP no. 19 Tahun 2005 9, (19), 9–40.
Indonesia, P. R. (1992). Undang Undang No . 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan.
Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan, (23), 1–31.
Jurusan, M., Fmipa, F., & Pendahuluan, U. (2009). Keselamatan kerja di
laboratorium.
Kuntoro, C. (2017). Higeia Journal of Public Health, 1(4), 109–119.
Maknun, D., Surtikanti, R. R. H. K., Munandar, A., & Subahar, T. S. (2012).
LABORATORIUM MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM, 1(2), 141–
148.
Melinjo, B., Septiani, S., Wathoni, N., & Mita, S. R. (n.d.). C, dan 40, 1–27.
Moh, E. T. (2010). Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan, 1–
11.
Moh, E. T. (2020). Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan, 1–
11.
Moore, R. 2007. What Do Students’ Behaviors and Performances in Lab Tell Us
About Their Behaviors and Performances in Lecture – Portions of Introductory Biology
Courses? Bioscene: Journal of College Biology Teaching. 33 (1): 19-24
22