Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)

DI LABORATORIUM

KELOMPOK 1 (1A)

NAMA KELOMPOK :

1. I Dewa Ayu Nyoman Wulandari (2109484010006)


2. Ketut Adelia Vinanda (2109484010013 )
3. Ni Kadek Dewi Kencana Putri (2109484010017 )
4. Ni Kadek Dian Sari Rahayu (2109484010018 )
5. Ni Komang Aprilia Purnama Sari (2109484010022 )
6. Ni Made Susianti (2109484010030 )
7. Ni Nengah Yuliastuti (2109484010032 )
8. Ni Nyoman Devi Premasanti (2109484010033 )
9. Ni Putu Adela Yutyana Aksandiani (2109484010036 )
10. Ni Putu Sabina Canthika Diani (2109484010038 )

KELAS : 1A

PRODI : D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium ini. Adapun tujuan disusunnya
makalah ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah K3.

Tersusunnya makalah ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan
juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini belum bisa dikatakan sempurna.
Untuk itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, agar
kedepannya makalah ini dapat disempurnakan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................1
1.3.Tujuan Penulisan ...................................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................................2
BAB II ISI ..................................................................................................................................3
2.1. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium ........................................3
2.2. Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium .........................3
2.3. Jenis Bahaya Dan Potensi Bahaya di Laboratorium ..............................................................4
2.4. Penyebab Kecelakaan Kerja di Laboratorium .......................................................................8
2.5. Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja di Laboratorium .......................................9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 12
3.1.Kesimpulan…………………………………………………………………………………..12

3.2. Saran……………………………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di laboratorium (K3) memerlukan perhatian khusus , sebab
penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan
yaitu 9 orang/hari. Oleh sebab itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan
penelitian di laboratorium. Laboratorium merupakan tempat staf pengajar, mahasiswa dan
pekerja laboratorium melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus.
Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada
umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena
itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan
mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya Keselamatan dan Keamanan Kerja di
laboratorium. Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium serta akibat yang
ditimbulkan dan cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar
lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yang dimaksud termasuk orang yang ada
disekitarnya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan
korban jiwa maupun kerugian materi bagi praktikan, tetapi juga bisa mengganggu proses
praktikum secara menyeluruh.

Keamanan laboratorium adalah hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam melaksanaka
-n pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan
orang disekitarnya dari resiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan pada makalah ini yaitu :

1. Apa itu kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium ?


2. Apa saja tujuan dari penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium ?
3. Apa saja jenis bahaya dan potensi bahaya saat bekerja/praktikum di laboratorium ?
4. Apakah penyebab kecelakaan kerja di laboratorium ?
5. Bagaimana upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium ?

1
1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa itu kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium.
2. Untuk mengetahui tujuan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di
laboratorium.
3. Untuk mengetahui jenis bahaya dan potensi bahaya di laboratorium.
4. Untuk mengetahui penyebab kecelakan kerja di laboratorium.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini yaitu :

1. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menggambarkan seperti apa kesehatan
dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium.
2. Dapat menjadi acuan kepada para mahasiswa ketika melaksanakan praktikum di
laboratorium sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.

2
BAB II

ISI

2.1.Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
laboratorium adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan laboratorium yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat laboratorium,
bahan dan proses praktikum, tempat praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan
praktikum. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan
laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini
harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan
pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun
untuk laboratorium dan bagi para pekerja. (Syartini, 2010)

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama.
Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat
kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas,
kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium. Dalam
laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya
kecelakaan, dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan fisik dan
ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor pendorong
(dukungan sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium (Wulandari, 2011).

2.2.Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium

Penerapan sistem manajemen risiko di perguruan tinggi merupakan suatu konsep yang sangat
penting mengingat serangkaian efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan di dalam
laboratorium, khususnya laboratorium Kimia (Iqmal, 2012). Tujuan Peraturan Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin : Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg

3
bekerja di laboratorium. Mencegah orang lain terkena resiko pekerjaan laboratorium yang
menyebabkan terganggu kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium. Tujuan utama penerapan
K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain : Melindungi dan
menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. Menjamin setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas Nasional.

2.3.Jenis Bahaya Dan Potensi Bahaya di Laboratorium

Bahaya adalah aktifitas, kondisi/keadaan (biasanya berbentuk energi), kejadian, gejala, proses,
material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan yang
berpotensi menjadi sumber kecelakaan, cidera, penyakit,kerusakan harta benda, kerusakan alam
hingga kematian. Lebih jelasnya lagi Soctares (2013) mengatakan Bahaya adalah sifat yang ada
dan melekat menjadi bagian dari suatu zat, peralatan, sistem atau kondisi. Misalnya api
mengandung sifat panas yang apabila mengenai benda atau tubuh manusia dapat mengakibatkan
kerugian atau cidera. Sebagai contoh lainnya ketika akan menyebrang jalan, bahaya yang
dihadapi adalah bahaya fisik dalam bentuk energi kinetik yang timbul disebabkan oleh mobil
atau motor dengan massa yang beratus kilogram bergerak dengan kecepatan tinggi. Jika energi
fisik ini menghantam manusia, kemungkinan yang terjadi adalah cidera hingga kematian
menurut Puspitasari (2010) dan Gunawan (2016).
Laboratorium yaitu tempat kegiatan untuk penelitian, pendidikan serta uji mutu produk.
Laboratorium juga tempat melakukan percobaan dan penelitian yang memiliki sumber bahaya
serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pada penilaian risiko didapatkan tingkat bahaya
tertinggi adalah high risk. Tingkat risiko high risk sejumlah 3 bahaya yaitu ketumpahan larutan
HCl, ketumpahan asam nitrat, ketumpahan asam sulfat. Laboratorium ini masih tergolong
berbahaya karena masih ditemukan high risk.Laboratorium sering dijumpai pada lembaga
penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, industri dan perguruan tinggi. Laboratorium
kimia adalah tempat melakukan kegiatan kerja, melakukan percobaan dan penelitian yang
memiliki sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti peledakan bahan
kimia, kebakaran, keracunan dan lain sebagainya. (Indra, 2018)
Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan cara meningkatkan kualitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang berkaitan dengan proses melakukan kerja secara aman dan kondisi
lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Salah satu upaya yang bisa membantu adalah dengan
melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko sehingga dapat dilakukan usaha pengendalian
yang efektif guna meningkatkan produktivitas kerja serta mengurangi kecelakaan
kerja.Melaksanakan identifikasi bahaya untuk menjawab pertanyaan potensi bahaya apa yang
dapat terjadi atau menimpa organisasi perusahaan dan bagaimana dapat terjadi. Identifikasi
bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3 dan upaya
sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi serta merupakan landasan
dari program pencegahan kecelakaan dan pengendalian risiko (Ramli, 2009).
Bahaya memiliki beberapa jenis atau ketegori nya. Seperti yang di katakana Ramli (2010) dalam
Socrates (2013) jenis-jenis bahaya di klasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu Mekanis, Listrik,

4
Kimia dan Fisik. Sedangkan menurut Gunawan et al (2016) dalam bukunya, jenis-jenis bahaya
yaitu bahaya kimia, fisik, biologi, ergonomi.
1. Bahaya kimia
Bahaya kimia ini meliputi semua bentuk materi kimiawi. Bahan kimia ini jika tidak digunakan
dengan semstinya akan dapat menimbulkan insiden, kecelakaan, hingga kerusakan lingkungan.
Bahan kimia ini dari segi bahayanya dapat dikelompokkan
- Bahan kimia mudah terbakar dan meledak (bahan bakar minyak dan LPG)
- Bahan kimia reaktif terhadap air (Methyl IsoCyanate atau asam)
- Bahan kimia Korosif atau yang menimbulkan iritasi (Asam Sulfat, Caustic Soda)
- Bahan kimia beracun (Logam berat, H2S)
- Bahan kimia karsinogen yang dapat menyebabkan kanker (Benzena)
- Bahan kimia oksidator yang memperhebat pembakaran (oksidator organic seperti Permanganat
ataupun Peroksida organik seperti Bensil Peroksida)

2. Bahaya Fisik
Meliputi bentuk energi fisik meliputi kebisingan, getaran laser, radiasi, suhu atau kelembaban
ekstrem, getaran laser, momentum, tekanan, getaran laser, listrik dan gravitasi.

3. Bahaya Biologi
Merupakan bahaya dalam bentuk makhluk hidup selain manusia yang dapat menimbulkan
kerugian bagi manusia. Misalnya nyamuk, serangga, jamur, bakteri, virus, parasit, harimau dan
lain-lain. Semakin kecil makhluk hidupnya akan semakin berbahya karena manusia kerap kali
menang dengan makhluk hidup besar seperti gajah harimau dan lain-lain, akan tetapi manusia
sering kalah dengan makhluk hidup kecil seperti virus dan bakteri. Maka dari itu kebersihan
merupakan upaya untuk mengendalikan bahaya ini.

4. Bahaya Ergonomi
Merupakan bahaya yang timbul karena alat kerja, lingkungan kerja atau cara kerja yang
dirancang tidak sesuai dengan kemampuan tubuh manusia secara fisik maupun kejiwaan.
Sebagai contoh kursi yang dirancang tidak sesuai dengan struktur punggung manusia sehingga
menyebabkan penyakit punggung. Penerangan yang dibuat berlebihan atau terlalu gelap dapat
menyebabkan sakit mata.

5. Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan beberapa bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan arus pendek.
Pada lingkungan kerja banyak sekali ditemuka peralatan dan mesin yang menggunakan energi
listrik, dan itu semua dapat menjadi potensi bahaya.

5
6. Bahaya Mekanik
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis ataupun benda yang bergerak dengan gaya
mekanik baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya gerinda,
bubut, tempa, pegaduk, press dan lain-lain.

Setiap laboratorium pasti memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda. Identifikasi


bahaya yang dilakukan untuk menemukan potensi bahaya yang ada di setiap laboratorium:
1. Tersetrum saat menancap atau mencabut kabel elektronik
Kabel elektronik yang akan ditancap atau dicabut dari stop kontak berpotensi tersetrum, alat
elektronik tersebut seperti heater, inkubator, spektropotometer, vortex, shaker, polarimeter, oven,
stirrer, zentrifugen, timbangan listrik, komporlistrik, GC, dan waterbath. Kabel ini tidak
dibiarkan menancap terus, namun selalu dicabut setelah digunakan. Proses ini yang sering kali
terjadi tersetrum. Bahaya ini terdapat pada seluruh laboratorium, kecuali laboratorium hewan dan
laboratorium farmakognosi karena tidak menggunakan alat elektronik dalam praktikumnya.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 2 atau Low Risk, likelihood 2 dan severity 1.
Artinya keparahan yang ditimbulkan dari potensi bahaya tersetrum dapat menyebabkan shok
atau lemas yang dapat ditangani langsung di tempat dengan kotak P3K yang ada, Kemungkinan
terjadi bahaya sangat kecil, hampir tidak pernah terjadi.

2. Terkena retakan atau pecahan alat kaca


Alat kaca yang dimaksudkan adalah gelas baker, gelas elemenyer, gelas ukur, gelas arloji,
corong, batang pengaduk, sendok yang terbuat dari kaca semua. Alat yang di laboratorium
bermacam macam kondisi nya ada yang masih baru dan ada juga yang sudah lama tapi masih
baik digunakan. Alat kaca yang sering terjadi insiden adalah pecahnya gelas baker, gelas ukur,
dan pipet tetes. Retak bahkan pecah ini karena sudah berusia lama namun ada juga yang karena
tledornya pengguna saat digunakan. sering kali kecelakaan saat penggunaan alat ini. Terkadang
gelas yang pecah, bahan kececer yang dapat menyebabkan iritasi kulit bila tersentuh.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 9 atau Medium Risk, likelihood 3 dan severity
3. Artinya risiko yang ditimbulkan dari potensi bahaya terkena retakan atau pecahan alat kaca
menyebabkan luka robek atau luka sayat dan iritasi kulit. Kemungkinan terjadi bahaya kecil atau
merupakan kebetulan.

3. Tertusuk jarum suntik


Keseharian di beberapa laboratorium yang ada di Fakultas Farmasi pasti menggunakan jarum
suntik dan sering kali terjadi insiden tertusuk jarum suntik. Penyebabnya ada yang karena lupa
tidak menutup jarum suntik setelah memakai, ada yang tidak tepat dengan objek akhirnya
meleset ke tangan sehingga menyebabkan cidera dan termasuk dalam bahaya. Bahaya ini
terdapat pada laboratorium sintesis, hewan, biofarmasetika karena di laboratorium ini ada
praktikum yang berhubungan dengan hewan coba seperti kelinci, mencit atau tikus putih.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 8 atau Medium Risk, likelihood 4 dan severity
2. Artinya risiko yang ditimbulkan dari potensi bahaya tertusuk jarum dapat menyebabkan
berdarah bahkan infeksi tapi dapat ditangani dengan kotak P3K yang ada di laboratorium.

4. Ketumpahan larutan HCl

6
Larutan HCl ini memiliki potensi bahaya terkena organ tubuh dan korosif terhadap organ tubuh,
konsekuensi bahaya nya adalah merusak organ tubuh, iritasi kulit dan mata bila terkena kulit dan
mata. Pengaman yang ada adalah MSDS HCl dan APD di laboratorium. Bahaya ini ada di
laboratorium mikrobiologi, biofarmasetika, analisis farmasi, dan farmakognosi karena dalam
keseharian menggunakan larutan HCl untuk praktikumnya.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 12 atau High Risk, likelihood 4 dan severity 3.
Artinya yang dihasilkan dari potensi bahaya terkena larutan HCl dapat gatal- gatal karena
bersifat korosif, sehingga memerlukan perawatan lebih lanjut.

5. Peracikan bahan dari gas kromatografi, kromatografi cair, spektroaborbs atom


Alat ini digunakan di laboratorium analisis farmasi. Penggunaan alat in pasti menguji bahan yang
berbentuk cair, dalam prosesnya memungkinkan penutup yang kurang rapat menyebabkan bahan
terpercik keluar. Bahan yang keluar ini termasuk bahan kimia yang dapat berbahaya bila keluar
dari alat. Pengoperasian alat ini dengan settingan computer juga untuk melihat grafik. Bahaya ini
hanya ada di laboratorium analisis farmasi karena hanya labroratorium ini yang menggunakan
alat tersebut.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 4 atau Low Risk, likelihood 2 dan severity 2.
Artinya yang dihasilkan dari potensi bahaya percikan bahan yang dapat membuat radang kulit
yang dapat ditolong dengan kotak P3K.

6. Ketumpahan asam nitrat


Keseharian farmasi erat kaitannya dengan asam nitrat. Bahan ini sering digunakan dalam
praktikum, karena sering digunakan menyebabkan terkadang menggampangkan saat praktikum.
Asam nitrat adalah bahan kimia beracun yang korosif bila ketumpahan. Bahaya ini ada di
laboratorium analisis farmasi karena dalam keseharian yang sering menggunakan asam nitrat
hanya di laboratorium analisis farmasi.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 12 atau High Risk, likelihood 4 dan severity 3.
Artinya yang dihasilkan dari potensi bahaya ketumpahan asam nitrat dapat luka bakar, keracunan
bila terhirup. Selain itu juga termasuk larutan sangat korosif yang dapat menyebabkan luka bakar
dan memerlukan perawatan lebih lanjut.

7. Ketumpahan asam sulfat


Asam sulfat ini adalah bahan kimia yang korosif sehingga memungkinkan untuk iritasi kulit
bahkan luka bakar. Bahan ini sering digunakan untuk praktikum, sering kali tersenggol dan jatuh
asam sulfat karena keteledoran saat praktikum. Bahaya terjadi di laboratorium analisis farmasi
karena laboratorium ini yang sering menggunakan asam sulfat dalam kesehariannya.
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 12 atau High Risk, likelihood 4 dan severity 3.
Artinya yang dihasilkan dari potensi bahaya larutan korosif dapat menyebabkan luka bakar dan
memerlukan perawatan lebih lanjut.

8. Bau spiritus dari Bunsen


Bunsen ini digunakan untuk pemanasan larutan. Alat yang berbahan bakar spirtus ini
menghasilkan api kecil, namun sering kali bunsen menghasilkan bau spirtus karena tutup kurang
rapat. Bau spirtus ini menyebabkan pencemaran udara dan dapat menyebabkan sesak nafas.
Bahaya ini hanya terjadi di laboratorium medisinal dan analisis farmasi karena laboratorium ini
lebih menggunakan Bunsen daripada gas LPG ataukomporlistrikuntukpemanasan.

7
Pada proses ini nilai risiko yang dihasilkan adalah 4 atau Low Risk, likelihood 2 dan severity 2.
Artinya yang dihasilkan dari potensi bahaya bau spirtus menyebabkan sesak nafas karena uap
spirtus namun dapat ditolong dengan kotak P3K yang ada di laboratorium.

2.4.Penyebab Kecelakaan Kerja di Laboratorium

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap pekerja.
Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang mempekerjakan.
Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya
kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan
mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa
identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal
maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko.

Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang
dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian,
kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang
diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama
adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah
faktor manusia (unsafe action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-
85% (Soyuno, 2013).
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya
kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja di
labolatorium:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses
serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan
2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya pengawasan
yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegitan
labolatorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan labolatorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.
(Suyono, 2013).

8
2.5.Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja di Laboratorium

Sumber daya laboratorium merupakan human resources yang memiliki kemampuan dan
keahlian dalam ruangan lingkup laboratorium. Tenaga laboratorium adalah orang yang
bertugas membantu aktivitas mahasiswa atau dosen di laboratorium dalam melakukan
suatu kegiatan pendidikan, penelitiandan pengabdian kepada masyarakat. Sumberdaya
laboratorium memiliki potensi dan rentan terhadap kecelakaan kerja baik terhadap
tenaga laboratorium maupun mahasiswa atau orang-orang yang terlibat di dalam labo-
ratorium tersebut.

Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari
manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan
dengan kesalahan manusia, yaitu 10% disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition)
dan 2% disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih
banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia.
Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu
kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri
yang dipengaruhioleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya.

Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi direct causedan lated cause.
Directcausesangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan
kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi
lebih konsentrasi pada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana
mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi hal yang lebih penting yang perlu di
identifikasi yakni “lated cause”. Latent causeadalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas
sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

Suwandi (2018) berpendapat bahwa tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan untuk


mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum.

Pemeliharaan lingkungan kerja

Adanya perbaikan dan penambahan fasilitas laboratorium saat ini belum menjamin
keamanan lingkungan kerja laboratorium. Hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa
fasilitas penunjang laboratorium seperti bak pencuci dan penambahan ekshouseuntuk mengatur
sirkulasi udara belum secara merata diadakan pada setiap ruangan laboratorium. Kurangnya bak
pencuci dan air kran yang sering macet mengakibatkan menumpuknya alat dan bahan yang
digunakan setelah kegiatan laboratorium. Hal ini mengakibatkan ruang laboratorium
berantakan, penyimpanan alat yang tidak bersih, yang menyebabkan kon-taminasi
mikroorganisme dan paparan bahan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Tersedianya tempat sampah di laboratorium hanya khusus untuk sampah anorganik berupa tisu,
masker, kertas dan plastik. Sedangkan untuk sampah medis belum tersedia tempat khusus

9
sehingga masih bercampur dengan sampah anorganik. Idealnya laboratorium medik harus
memiliki safety box dan alat penghanjur jarum untuk mengindari kontaminasi sampah medis dan
tertusuk jarum dispo.

Berdasarkan hasil observasi bahwa untuk pengelolaan bahan beracun dan berbahaya (B3)
laboratorium belum tersedia. Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan dan pencemaran
lingkungan. Kebersihan merupakan syarat utama agar tenaga kerja tetap sehat dan terhindah dari
bahaya kecelakaan kerja. Kebersihan yang tidak dikelola dengan baik dapat mengurangi etika
dan estetika lingkungan kerja karena dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap dan
dapat menimbulkan penyakit yang dapat membahayakan manusia yang berada di sekitar
lingkungan tersebut (Slamet, 2003).

Upaya pengembangan dan perluasan laboratorium yang menjadi target pengembanga kampus
kedepan saat ini masih dalam rencana pembangunan. Kondisi ruangan laboratorium yang sempit
saat ini dapat mengakibatkan lalulintas ditempat kerja menjadi sembrawutan. Sehingga tenaga
kerja merasa tidak nyaman, konsentasi berkurang dan dapat berdampak pada resiko kecelakaan
kerja.

Penanda dan isyarat keselamatan kerja

Bentuk upaya pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh pengelola Laboratorium dari
aspek penanda dan isyarat keselamatan kerja berupa pemasangan etiket ruangan laboratorium,
pemasangan gambar K3, pembuatan daftar nama bahan kimia yang dipasang pada lemari
penyimpanan, pembuatan prosedur penggunaan alat lab dan pemasangan penanda jalur evakuasi.

Pemasangan rambu dan poster yang berisi pesan keselamatan dan kesehatan kerja bermanfaat
dalam usaha mencegah kecelakaan kerja di lokasi kerja. Kata-kata yang tertera dalam poster K3
mengingatkan para pekerja yang telah membacanya tiap kali melihatnya akan tersentuh hatinya
untuk menjalankan seperti kata yang tertera dalam pesan poster K3 tersebut.

Rambu-rambu K3 yang dibuat dengan menggunakan bentuk gambar dan tulisan merupakan hal
yang lebih baik. Sebab salah satu alasannya adalah orang mengingat 10% dari informasi tanpa
gambar visual yang di baca atau di sampaikan 72 jam yang lalu. Sedangkan apabila pesan
tersebut dilengkapi gambar visual maka orang mengingat lebih banyak sebesar 65% dari
informasi pesan tersebut. Selain gambar/ pesan yang dipasang (Aditama, 2012).

Standar operasional prosedur (SOP) K3

Adanya SOP laboratorium, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa jas laboratorium,
masker dan tarung tangan laboratorium serta, pemberitahuan secara lisan akan pentingnya
penggunaan APD saat bekerja di area laboratorium yang memiliki resiko dan potensi bahaya.
Hal ini belum dikatakan optimal. Karena dalam SOP laboratorium tidak terdapat poin

10
keselamatan dan kesehatan kerja, kurangnya kesadaran tenaga laboratorium dalam kerja
menggunakan APD yang sesuai dengan SOP dan masih minimnya ketersediaan alat pelindung
diri (APD) di laboratorium.

Pentingnya Standard operating procedure (SOP) merupakan suatu pedoman yang harus ada
dalam lingkup pengelolaan suatu laboratorium. SOP berupa prosedurprosedur operasional
standar yang ada dalam suatu lingkup organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa
semua tindakan, serta semua penggunaan fasilitas proses yang dilakukan dapat berjalan dengan
efektif, efisien, konsisten, sistematis. Kesadaran sangat dibutuhkan dalam implementasi
keselamatan dan kesehatan kerja. Kerena dapat meningkatkan akuntabilitas lini kerja, membantu
pekerja untuk bisa mandiri, menciptakan standar kerja yang teratur dan membantu memudahkan
evaluasi kerja, menciptakan efisiensi dalam bekerja, serta dapat mencegah resiko dan bahaya
kecelakaan kerja.

Kesadaran dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat di tumbuhkan dengan adanya
pengetahuan K3. Seseorang yang memiliki pengetahuan K3 yang luas cenderung akan memiliki
kesadaran untuk berperilaku K3 dan juga dapat menumbuhkan sikap yang positif terhadap K3.
Dengan sikap yang positif seseorang akan cenderung sadar berperilaku K3 karena telah
menerima aturan-aturan keselamatan yang dapat membuatnya terhindar dari resiko dan bahaya
kecelakaan kerja. (Situmorang, 2000).

Terbatasnya alat pelindung diri (APD) seperti masker, kacamata dan sarung tangan laboratorium.
Hal ini dapat menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Husni (2013) agar
terlindung dari resiko kecelakaan kerja maka tenaga kerja diwajibkan menggunakan alat
pelindung diri saat sedang melakukan aktivitas kerja pada tempat yang mengharuskan
menggunakan APD. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan
menyediakan alat pelindung diri yang memadai yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja.

Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT)

Pendidikan dan pelatihan secara umum merupakan suatu proses dimana seseorang mendapatkan
kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Secara khusus, DIKLAT
memberikan pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dapat diimplementasikan dalam ruang
lingkup pekerjaan (Jachson, 2006).

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
laboratorium adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan laboratorium yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.

Berbagai bahaya dan potensi bahaya pasti selalu ada di dalam melaksanakan praktikum baik itu
bahaya mekanis,listrik,kimia,fisik dan masih banyak lagi.Terjadinya kecelakaan kerja disebabka-
n karena dua golongan. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe
condition), sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action).

Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan cara meningkatkan kualitas Keselamatan danKesehatan
Kerja (K3) yang berkaitan dengan proses melakukan kerja secara aman dan kondisi lingkungan
kerja yang aman dan nyaman. Salah satu upaya yang bisa membantu adalah dengan melakukan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko sehingga dapat dilakukan usaha pengendalian yang
efektif guna meningkatkan produktivitas kerja serta mengurangi kecelakaan kerja.Untuk
meminimalkan terjadinya risiko dilaboratorium, kita dapat meminimalkannya dengan selalu
menggunakan peralatan pelindung diri, antara lain : jas lab, kacamata keselamatan, pelindung
muka, masker gas, sepatu, sarung tangan, pelindung telinga.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan alat keselamatan kerja, termasuk kotak P3K
dan alat pemadam kebakaran. Nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran dan petugas
medis dengan mudah dapat diakses, supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat
ditangani dengan segera.

3.2. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA
Oktavia,Dede.(2017).Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium.Palembang.

Syartini, Titi. 2010. Penerapan (SMK3) dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang . Laporan Khusus
Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.

Wulandari, S. (2011). Identifikasi Bahaya, Penilaian, Dan Pengendalian Risiko Area Produksi
Line 3 Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di PT Coca Cola Amatil Indonesia
Central Java.

Amanah Ila, dkk. 2010. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko (Risk Assessment) Di
Laboratorium Studi Kasus Di Laboratorium Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Undip. Semarang.

Suyono Karina., dkk. 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya Keselamatan Kerja
dengan Safety Behavior di PT DOK dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction.
Univ Airlangga. Surabaya.

Ramadhani, D. (2018). Analisis Potensi Risiko Bahaya Pada Laboratorium Fakultas Teknologi

Industri Di Lantai 2 Dan 3 Gedung KH Wahid Hasyim Dengan Pendekatan Hira dan
Hazop.

Putra, I. O. (2018). Manajemen Risiko Pada Laboratorium Biofarmasetika Dan Analisis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. The Indonesian Journal of Occupational Safety


And Health, 7, 81-90.

Fitriah, N. (2017). PENERAPAN K3 DI LABORATURIUM KIMIA ANALISIS POLITEKNIK

NEGERI LHOKSEUMAWE. Jurnal Sains dan Teknologi Reaksi, 15(1).

Malaha, A. (2020). ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA


TENAGA LABORAN DI LABORATORIUM SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA MANDIRI GORONTALO. Journal of Health, Technology and
Science (JHTS), 1(1), 1-6. DOI: https://doi.org/10.47918/jhts.v1i1.17

13

Anda mungkin juga menyukai