Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 dan TUGAS 2

MAKALAH KASUS

HOMEOSTASIS dan SISTEM OTOT

NAMA : I Dewa Ayu Nyoman Wulandari

NIM : 2109484010006

KELAS : 1A

PRODI : D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

2021
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. i

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA WANITA DEWASA MUDA ................................................................................................ 1
A. PENGENALAN GANGGUAN MENSTRUASI .............................................................. 1
B. PENYEBAB GANGGUAN MENSTRUASI .................................................................... 2
C. PENCEGAHAN/PENURUNAN RESIKO GANGGUAN MENSTRUASI PADA
WANITA OBESITAS ......................................................................................................... 2
PENATALAKSANAAN WAJAH ASIMETRIS PADA PENDERITA FASIAL
HEMIATROPI .................................................................................................................................... 4
A. PENGENALAN GANGGUAN SINDROMA PARRY-ROMBERG PADA WAJAH ... 4
B. PENYEBAB GANGGUAN SINDROMA PARRY-ROMBERG PADA WAJAH ......... 4
C. PERAWATAN GANGGUAN SINDROMA PARRY-ROMBERG PADA WAJAH ..... 5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 6

i
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN GANGGUAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA WANITA DEWASA MUDA

A. PENGENALAN GANGGUAN MENSTRUASI

Gangguan menstruasi ialah indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi
sistem reproduksi yang bisa dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit
misalnya seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas, serta fracture tulang. Perubahan
panjang serta gangguan keteraturan siklus menstruasi menunjukkan adanya perubahan
produksi hormon reproduksi. Pemendekan masa folikuler mengakibatkan siklus
menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore) berhubungan dengan penurunan
kesuburan dan keguguran; sedangkan pemanjangan siklus menstruasi (oligomenore)
berhubungan dengan kejadian anovulasi, infertilitas, dan keguguran. Siklus menstruasi
dikatakan normal apabila jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari
pertama menstruasi berikutnya terjadi selama selang waktu 21-35 hari. (Rakhmawati, A.,
& Dieny, F. F. (2013) )

Faktor yang dapat mempengaruhi gangguan siklus mentruasi diantaranya gangguan


hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, stress, usia, dan penyakit metabolik
seperti Diabetes Mellitus. Berdasarkan status gizinya, wanita yang mengalami obesitas
mempunyai risiko gangguan siklus menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
dengan status gizi normal. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilaksanakan di
Australia pada wanita usia 26-36 tahun. Hasil penelitian membuktikan bahwa sebanyak
3,6% mengalami polimenore dan 10% mengalami oligomenore pada wanita dengan rasio
lingkar pinggang panggul ≥ 0,79 (obesitas). Pada penelitian disimpulkan bahwa risiko
gangguan siklus menstruasi terjadi 2 kali lebih besar pada wanita yang mengalami
obesitas dibandingkan dengan wanita normal. Siklus menstruasi umumnya berlangsung
secara teratur saat memasuki usia 19-39 tahun. Tetapi,berdasarkan penelitian yang
dilakukan dilakukan di Iran, diketahui bahwa wanita yang berusia 20-25 tahun dan
memiliki siklus menstruasi yang normal hanya sebesar 39,8%.

Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia karena
obesitas berperan dalam meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Obesitas dapat
mengakibatkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan adiposa yang secara aktif
mempengaruhi rasio hormon estrogen dan androgen.Pada wanita yang menderita obesitas
terjadi peningkatan produksi estrogen karena selain ovarium, jaringan adiposa juga dapat
memproduksi estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus secara tidak

1
langsung mengakibatkan peningkatan hormon androgen yang bisa mengganggu
perkembangan folikel sehingga tidak dapat menghasilkan folikel yang matang.

B. PENYEBAB GANGGUAN MENSTRUASI

Pada wanita yang mempunyai persen lemak tubuh tinggi (kategori obesitas) terjadi
peningkatan produksi androstenedion yang merupakan androgen yang memiliki fungsi
sebagai prekursor hormon reproduksi. Di dalam tubuh, androgen berfungsi untuk
memproduksi estrogen dengan bantuan enzim aromatase. Proses aromatisasi androgen
menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak. Maka dari itu,
semakin banyak persentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula estrogen yang
terbentuk yang kemudian dapat mengganggu keseimbangan hormon di dalam tubuh lalu
menyebabkan gangguan siklus menstruasi.

Gangguan siklus menstruasi tersebut diakibatkan karena adanya gangguan umpan balik
dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar Follicle Stimulating Hormone
(FSH) tidak mencapai puncak. Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti kemudian
tidak terjadi ovulasi. Keadaan ini kemudian berpengaruh pada perpanjangan siklus
menstruasi (oligomenore) ataupun kehilangan siklus menstruasi (amenore)

C. PENCEGAHAN/PENURUNAN RESIKO GANGGUAN MENSTRUASI PADA


WANITA OBESITAS

Risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi pada wanita yang mengalami obesitas dapat
ditanggulangi dengan melaksanakan program penurunan berat badan. Penurunan berat
badan dapat mempengaruhi siklus menstruasi sebab penurunan persen lemak tubuh akan
terjadi seiring dengan penurunan berat badan. Pada umumnya, penurunan berat badan
sebesar ±10% pada wanita obesitas menandakan adanya perbaikan profil hormon dalam
tubuh yang mempengaruhi gangguan siklus menstruasi sehingga dapat menurunkan
risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi, memperbaiki proses ovulasi, dan
memperbaiki tingkat kesuburan. Penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat awal
dalam waktu sekurangnya 4 minggu dapat menurunkan hiperandrogenism (kadar hormon
androgen yang berlebih) pada wanita yang mengalami obesitas.

2
Fungsi sistem reproduksi, selain dapat ditingkatkan dengan cara penurunan berat badan
namun dapat juga ditingkatkan dengan langkah memperbaiki kualitas asupan makanan.
Jenis makanan yang bisa meningkatkan fungsi sistem reproduksi yaitu makanan yang
banyak mengandung asam folat, zat besi, vitamin C, vitamin E, vitamin B6, seng,
alumunium, dan kalsium. Jenis bahan makanan yang disarankan antara lain kacang-
kacangan, sayuran hijau, buah-buahan, daging, dan juga ikan laut.

3
PENATALAKSANAAN WAJAH ASIMETRIS PADA PENDERITA FASIAL
HEMIATROPI

A. PENGENALAN GANGGUAN SINDROMA PARRY-ROMBERG PADA


WAJAH

Hemiatropi fasial progresif, dikenal juga dengan sindroma Parry-Romberg, adalah


kelainan yang jarang ditemukan yang melibatkan jaringan lunak dan keras pada satu sisi
wajah ditandai dengan atropi yang bersifat lambat dan progresif dan kemudian menjadi
stabil. Kelainan yang diakibatkan sindroma ini tidak hanya mempengaruhi estetis, tetapi
juga mempengaruhi fungsi sebagian wajah yang terlibat dan masalah psikologis akibat
wajah yang asimetris. Oleh karena itu,perawatan terhadap pasien sindroma Parry-
Romberg perlu dilakukan, baik penanganan serta perwatan suportif ataupun berdasarkan
keluhan yang disampaikan oleh pasien.( Ketaren, E. 2012).

Atropi hemifasial progresif adalah kondisi degeneratif yang sulit dimengerti dan jarang
ditemui, ditandai dengan atropi wajah unilateral.Jaringan wajah yang seringkali terlibat
mencakup kulit,jaringan subkutan, otot, dan tulang dengan kedalaman yang bervariasi.
Secara klinis, pada sisi yang terlibat ditandai dengan kulit terlihat kering dan
hiperpigmentasi,pipi terlihat cekung,telinga menipis,dan enopthalmus.Selain itu,alis mata
menjadi rontok (alopesia), tulang malar kecil,deviasi mulut dan hidung ke arah sisi yang
terlibat,serta atropi unilateral bibir atas sehingga terjadi kemungkinan terpaparnya gigi
maksila pada sisi yang terlibat. Pada sejumlah kasus, terlihat adanya garis pemisah antara
kulit yang normal dan abnormal berupa garis lurus dari dagu ke kening yang dikenal
dengan istilah “coup de sabre”

B. PENYEBAB GANGGUAN SINDROMA PARRY-ROMBERG PADA WAJAH

Sejumlah penulis menerangkan bahwa adanya mekanisme autoimun yang didapat


merupakan penyebab utama sindroma ini. Diduga aktivitas autoimun tersebut
mengakibatkan sistem saraf simpatik yang mengatur metabolisme lemak bekerja lebih
aktif. Akibat peningkatan kerja sistem saraf simpatik menyebabkan atropi jaringan kutan
dan subkutan pada sindroma ParryRomberg. Selain itu, trauma, infeksi virus, gangguan
endokrin, dan kelainan genetik juga diduga berkaitan dengan patogenesis penyakit ini.

4
C. PERAWATAN GANGGUAN SINDROMA PARRY-ROMBERG PADA
WAJAH

Perawatan yang dapat diberikan pada penderita sindroma Parry-Romberg berupa


perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti yang diberikan pada penderita sindroma Parry-
Romberg adalah berupa penggunaan pesawat ortodonti. Alat ini akan meregangkan otot-
otot mandibula dengan tetap menjaga gigi pada sisi yang terlibat untuk mengoreksi pola
pertumbuhan yang asimetris. Oleh karena itu, dataran oklusal mandibula yang lurus dapat
dipertahankan dan kondilus akan mendapatkan rangsangan yang berbeda yang
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan remodeling. Seperti semua pesawat
fungsional lainnya, alat ini memanfaatkan gerakan fungsional untuk mempertahankan
mandibula yang lurus dalam mengoreksi masalah skeletal. Untuk itu,clasp tidak
diperlukan dan gigi tidak secara langsung mendapatkan gaya-gaya ortodonti. Dengan
tidak adanya gaya-gaya tersebut memberikan keuntungan bagi penderita sindroma ini
sebab gaya gaya ortodonti dapat mengakibatkan malformasi akar dan mungkin
mengakibatkan reasorpsi akar. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pasien
disarankan memakai pesawat ortodonti selama 12-14 jam sehari, dan perawatan ini harus
terus dilakukan selama masa tumbuh kembang hingga masa pubertas. Tujuan utama
perawatan ortodonti ini adalah meminimalisir kelainan skeletal dengan merangsang
pertumbuhan mandibula. Hasil perawatan ortodonti adalah mengoptimalkan
keseimbangan wajah dan fungsi hemimandibula yang simetris. Memang tidak mungkin
menghambat semua faktor yang menyebabkan kelainan wajah pada sindroma Parry-
Romberg, namun derajat asimetris mandibula dapat ditanggulangi dengan pesawat
ortodonti. Jadi, pasien tidak perlu melakukan bedah mandibula, tetapi tetap harus
melakukan bedah plastik pada daerah yang terlibat.

Berdasarkan pemeriksaan klinis, pasien sindroma Parry-Romberg dapat dikelompokkan


dalam 4 tipe.Setelah mengelompokkan pasien berdasarkan banyaknya jaringan wajah
yang hilang, maka langkah selanjutnya adalah menentukan rencana perawatannya. Pasien
dengan kehilangan jaringan tipe 1 dan 2 diberikan lipoinjeksi. Pasien dengan kehilangan
jaringan tipe 3 dirawat dengan kombinasi lipoinjeksi, galeal flap, dermis fat graft, dan
cartilage and bone graft. Untuk pasien dengan kehilangan jaringan tipe 4, perawatan yang
diberikan sama dengan kehilangan jaringan tipe 3, kecuali ketebalan dari flap dan graft
harus lebih tebal. (Ketaren, E. 2012).

5
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmawati, A., & Dieny, F. F. (2013). Hubungan obesitas dengan kejadian Gangguan
siklus menstruasi pada wanita dewasa muda (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).

Ketaren, E. (2012). PENATALAKSANAAN WAJAH ASIMETRIS PADA


PENDERITA FASIAL HEMIATROPI. Dentika Dental Journal, 17(1), 87-92.

Anda mungkin juga menyukai