TAKSONOMI TUMBUHAN
NIM : 2109484010006
PRODI : D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
Thallophyta merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai ciri utama yaitu tubuh
berbentuk talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih
belum bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan tumbuhan yang sudah
dapat dibedakan antara akar, batang dan daun disebut dengan tumbuhan kormus.(Najmi
Indah,2009)
Ciri - ciri dari tumbuhan talus ini adalah tersusun oleh satu sel yang berbentuk bulat
hingga banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (sudah
mengalami diferensiasi). Perkembangbiakan pada umumnya secara vegetatif (aseksual)
dan generatif (seksual) dengan spora sebagai alat perkembangbiakannya.
Perkembangbiakan secara generatif terjadi melalui peleburan gamet yang terbentuk
didalam organ yang disebut gametangium. Cara hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara
yaitu :autotrof (asimilasi dengan fotosintesis), heterotrof dan simbiosis.
Ganggang termasuk tumbuhan bertalus,tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Ganggang ada yang bersel satu dan bersel banyak, bersifat eukariotik, ada yang hidup
melayang-layang (neustonik) dan ada yang didasar air (bentik). Habitat di air tawar, air
laut dan daerah-daerah yang lembab, reproduksi dilakukan dapat dilakukan secara
seksual (konjugasi,anisogami, isogami) atau aseksual. Tubuh alga terdapat berbagai zat
warna(pigmen), yaitu :
Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b,karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat
melakukan fotosintesis, memiliki cadangan makanan berupa amilum90% hidup di air
tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya
sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan
tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang
paling banyak jumlahnya diantara ganggang lain.
Ganggang keemasan bersel tunggal atau banyak, memiliki pigmen dominan karotin
(pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin). Hidup secara autotrof,
reproduksi aseksual (membentuk auksospora dan membelah diri) seksual(oogami).
Contoh Chrysophyta bersel satu (navicula/diatome, ochromonas) dan chrysophyta
berbentuk benang/bersel banyak (vaucheria).
Fungi atau cendawan merupakan makhluk utama dalam penghancuran bahan ornagik,
sehingga memiliki peran penting dalam nutrisi tumbuhan hidup. Fungi juga dimanfaatkan
dalam makanan,kedokteran, dan proses-proses industry. Fungi juga dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Para ahIl mikologi menyatakan bahwa,
fungi merupakan sekelompok makhluk hidup tersendiri dan menduduki regnum yang
sejajar dengan plantae dan animalia
Fase vegetative fungi ada yang serupa lender (plasma) yang hidup bebas, disebut tase
plasmodlum; menghasilkan spora kembara sebagai alat perkawinannya.
A. CIRI UMUM
1. Tidak berkrolofil, sehingga hidupnya bersifat saprofit dan parasit (dikenal dengan
heterotrof)
Fungi dapat hidup secara kosmopit, terutama di tempat lembab dan tidak menyukai
cahaya(fototropisnie negative).
C. REPRODUKSI
1. Pembiakan vegetative
e) Konidiospora (ujung hifa tertentu yang membagi-bagi diri membentuk bangun bulat-
telur atau persegi,kadang disebut konidia saja)
2.Pembiakangenerative
Pembiakan generative memerlukan dua hifa yang berbeda, menghasilkan peleburan dua
sel kelamin jantan dan betina. Umumnya jamur tidak memiliki alat yang menghasilkan
gamet, sehingga hifa yang dapat kawin disebut hifa positif (+) dan hifa negative (-).
D. KLASIFIKASI
Fungi merupakan organisme uniseluler (bersel satu) dan multiseluler (bersel banyak)
yang tidak berklorofil, fungi multiseluler dapat membentuk benang-benang yang disebut
hifa. Seluruh anggota dan regnum ini bersifat heterotrof. Fungi atau Mycota merupakan
suatu regnum yang sejajar dengan Plantae dan Animalia. Dahulu,fungi dikelompokkan
dalam Tahllophyta. Menurut klasifikasi mutakhir (Alexopoulus dan Mims, 1979),Fungi
sebagai suatu regnum dipecah menjadi 3 divisi, yaitu: Gymnomycota, Mastigomycota,
dan Amastigomycota. Masing dipecah lagi menjadi sub Amastigomycota, terdiri dan
subdivisi: 1. Oomycotina.2. Zygomycotina. 3. Ascomycotina. 4. Basidiomycotina. 5.
Deuteromycotina.
. 3. Lichenes(Lumut Kerak)
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau
Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu
(fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian
pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan
tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada
batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati,
dan jika turun hujan bisa hidup kembali. Jamur pada lichenes berfungsi mengokohkan
tubuhnya dan mengisap air atau zat makanan. Sedangkan ganggang, berfungsi melakukan
fotosintesis. Karena itu, simbiosis antara kedua jenis tumbuhan tersebut bersifat simbiosis
mutualisme.
Para ahli masih mengalami kesulitan untuk menempatkan lichenes dalam dunia
tumbuhan, karena ada dua individu penyusunnya yang masing-masing memiliki
taksonomi tersendiri. Ada kelompok ahli yang menyatakan lichenes termasuk dalam
kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa
lichenes perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan tersendiri. Alasan dari
pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun tubuh lichenes tidak akan
membentuk tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil
metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur yang hidup terpisah.
A. CIRI UMUM
1. Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan
alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies
ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi.
Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ
vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan
lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus.
2. Apabila lumut kerak disayat tipis kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan
tampak adanya jalinan hifa jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat
kelompok alga bersel satu yang terdapat di sela-sela jalinan hifa. Secara garis besar
susunan anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu:
a). Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat,
menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh.
c). Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat berfungsi
untuk menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan.
3. Pada lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang
susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk
menempel pada substrat atau yang disebut dengan rizoid. Menurut bentuk
pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi empat tipe yaitu:
b) Foliose, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan
seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda.
Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi
sebagai alat untuk
mengabsorbsi makanan.
Contohnya :
Umbillicaria, Parmelia,
Xantoria, Physcia,
Peltigera. Lichenes ini
melekat pada batu,
ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi
makanan.
Lichenes (liken) dikenal dengan lumut kerak, karena bentuknya menyerupai kerak yang
menempel (epifit) di pohon-pohon, tebing,. di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub
utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi
C. PERKEMBANGBIAKAN
1. SecaraVegetatif
Perkembangbiakan secara vegetative atau aseksual ini dapat terjadi melalui: fragmentasi,
isidia, dan soredia. a) Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian
tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru.
Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa
fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan
berkembang tumbuhan lichens yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini
merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu. b) Isidia,
kadang-kadang lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion.
Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai. c) Soredia adalah
kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang
miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya
dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens
baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
2 . Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi
yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun
tubuh lichenes.
D. KLASIFIKASI
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan
fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasi taksonomi seperti
Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes
dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey
meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan
agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan
fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara
umum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan kriteria tersebut, jika lichens dianggap tingkat divisi maka klasifikasinya
sebagai berikut.
a) Ascolichenes.
Dalam Kelas Ascolichenes ini dibangun juga oleh komponen algae dari familia
Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari
Mycophyceae adalah: Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari
Cholophyceae adalah :Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
b) Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari
familia Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae
berupa filamen yaitu: Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
dll.
a). Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan
bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
b). Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan
terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae.
Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan Agrawal (1978) adalah sebagai
berikut :
Class : Ascolichens
Ordo : Lecanorales
Famili
:Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae,
Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae,
Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae,
Lecanoraceae, Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Ordo : Sphariales
Ordo : Caliciales
Ordo : Myrangiales
Ordo : Pleosporales
Famili : Arthopyreniaceae
Ordo : Hysteriales
Class : Basidiolichens
Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang
menghasilkan klorofil a dan b. Lumut bersifat autotrof fotosintetik, tak berpembuluh,
tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun akarnya masih
berupa rizoid. Maka lumut dianggap sebagai tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut
berkormus dan bertalus, karena memiliki ciri thallus berupa rizoid dan kormus yang telah
menampakkan adanya bagian batang dan daun. Bryophyta tidak memiliki jaringan
pengangkut yang diperkuat oleh lignin, oleh karenanya memiliki profil yang rendah,
tingginya hanya 1–2 cm dan yang paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm. Namun
tumbuhan lumut sudah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
A. CIRI UMUM:
a. Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
b. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan berbeda-beda.
Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel
berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong. Jika batangnya dilihat
secara melintang, tampak bagian-bagian sebagaiberikut:
c. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu
lapis sel. Sel- sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang
tersusun seperti jala. Di antaranya terdapat sel-sel mati dengan penebalan dinding dalam
berbentuk spiral. Sel-sel mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan cadangan
makanan. Sebagian tumbuhan lumut telah mempunyai semacam liang udara yang
berguna untuk pertukaran gas, jadi mempunyai fungsi seperti stoma pada tumbuhan
tinggi.
d. Pada lumut, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan
membesar. Pada ujung batang, terdapat titik tumbuh dengansebuah sel pemula di
puncaknya. Sel pemula itu biasanya berbentuk bidang empat (tetrader = kerucut terbalik)
dan membentuk sel-sel baru ke tiga arah menurut sisinya.
e. Rhizoid tampak seperti benang-benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada
tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan). Rhizoid
terdiri dari satu deret sel yang memanjang, kadang-kadang dengan sekat yang tidak
sempurna.
3) Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta
dengan
kotak spora.
4) Kaliptra atau tudung, berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung
kotak
spora.
5) Kolumela, jaringan yang tidak ikut ambil bagian dalam pembentukan spora.
Bentuk tubuh tumbuhan lumut dibagi atas dua yaitu tubuh gametofit dan tubuh sporofit.
1. Lumut Gametofit
Lumut gametofit merupakan tumbuhan lumut itu sendiri dan generasi yang menghasilkan
sperma atau ovum. Tubuh lumut gametofit terdiri dari sel-sel dengan kromosom tidak
berpasangan (haploid = n). gametofit memiliki alat perkembangbiakan multiseluler yang
disebut gametangium (jamak : gametangia).
2. Lumut Sporofit
Pada lumut gametofit terdapat lumut sporofit (sporogonium) yang terdiri dari sel-sel
dengan kromosom yang berpasangan (diploid = 2n). Lumut sporofit selalu menumpang
pada lumut gametofit untuk memperoleh air dan mineral. Lumut sporofit ada yang
uniseluler dan ada yang multiseluler. Lumut sporofit yang multiseluler berukuran lebih
kecil daripada gametofitnya. Sporofit multiseluler pada sebagian besar lumut memiliki
tempat pembentukan spora yang disebut kotak spora (sporangium).
Lumut adalah organisme fotoautotrof yang dapat mensintesis makanan sendiri. Air dan
mineral yang dibutuhkan untuk fotosintesis diperoleh dengan cara difusi oleh bagian-
bagian tubuhnya. Hal ini hanya dilakukan oleh lumut gametofit.
Lumut tidak mempunyai lapisan kutikula yang mencegah kehilangan air, sehingga lumut
menghendaki habitat yang lembab atau basah, tidak terpapar sinar matahari langsung,
baik di atas tanah, bebatuan, atau di kulit pepohonan yang tampak seperti beludru
berwarna hijau. Beberapa jenis beradaptasi sebagai tumbuhan air, sedang jenis yang lain
tumbuh pada musim basah dan menjadi dorman ketika musim kering. Meskipun dapat
ditemukan hampir di semua tempat, namun tidak ditemukan lumut yang hidup di laut.
Tumbuhan lumut sering disebut tumbuhan pelopor, karena dapat tumbuh di suatu tempat
yang tidak dapat ditumbuhi jenis tumbuhan lain. Ini terjadi karena tumbuhan lumut
berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas.
Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi lumut dan tumbuhan yang lain.
C. PERKEMBANGBIAKAN
Dalam hidupnya lumut mengalami pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan
generasi sporofit. Generasi gametofit (bersifat haploid) lebih menonjol dibandingkan
generasi sporofit. Lumut yang sehari-hari kamu lihat adalah generasi gametofitnya. Pada
fase ini lumut membentuk struktur batang dan daun, melakukan fotosintesis, membentuk
organ reproduksi/ gametangia (anteridium dan arkegonium), gamet, dan spora. Jika kedua
gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (monoisous atau
autoisous) dan jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (dioisous) sehingga
terdapat lumut jantan dan betina. Generasi sporofit memperoleh makanan dari generasi
gametofit, sehingga hidupnya tergantung pada generasi gametofit.
Arkegonium menghasilkan sel telur atau ovum dan anteridium menghasilkan sperma
yang berflagela dua. Sperma kemudian berenang untuk membuahi sel telur. Pembuahan
ini hanya dapat berlangsung bila lingkungannya basah atau berair. Gerakan sperma ke
arah sel telur merupakan gerak kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa
lendir yang dihasilkna oleh sel telur. Hasil pembuahan membentuk zigot yang kemudian
tumbuh memjadi sporofit yang bersifat haploid. Ketika sporofit masak (menjadi dewasa,
yaitu berumur antara 1⁄4 – 1⁄2 tahun) akan membentuk tangkai panjang (disebut seta)
yang ujungnya berupa kapsul yang disebut sporogonium. Di dalam kapsul, setiap sel
induk spora membelah menghasilkan empat spora yang berkumpul membentuk tetrad.
Dinding spora tediri atas dua lapisan, yang luar kuat disebut eksoaporium, dan yang
dalam lunak disebut endosperium. Ketika spora telah masak, eksosporium pecah dan
spora dibebaskan. Spora kemudian dilepaskan yang dapat berkecambah dan memulai
siklus hidup lumut lagi.
D. KLASIFIKASI
Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah
dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun. Ketiga
kelas tersebut berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium
serta sporongiumnya. Ketiganya selalu berwarna hijau, autotrof, dan sebagai hasil
asimilasinya berupa zat tepung.
1. HEPATICAE (LUMUT HATI)
Seperti Bryophyta, pada divisio ini fase yang menonjol adalah fase gametofitnya. Pada
fase ini, gametofitnya terkadang memiliki kutikula. Spora dari lumut hati ini memiliki
dinding tebal yang menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Siklus hidup lumut hati
hampir mirip dengan lumut daun, yaitu fase gametofitnya lebih dominan. Contoh lumut
hati adalah Marchantia polymorfa. Marchantia memiliki struktur yang khas pada fase
gametofitnya, yaitu cawan gemma. Cawan gemma merupakan struktur yang menyerupai
mangkuk dan mengandung kumpulan tunas (Gemma). Gemma dapat menjadi individu
baru apabila terbawa dan tersebar oleh air. Gemma ini merupakan alat reproduksi
aseksual Marchantia. Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh
sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan
meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada
kulit-kulit pohon, di atas tanah atau cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur
yang xeromorf. Selain itu lumut dapat hidupnya pada daun tumbuhan lain sehingga
merupakan satu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifil.
Anthocerophyceae disebut juga lumut tanduk yang memiliki jumlah spesies paling sedikit
dibandingkan dengan Bryophyta dan Hepatophyta, yaitu sekitar 100 spesies. Lumut
tanduk hanya memuat beberapa marga yang hanya memiliki satu ordo saja, yaitu ordo
Anthocerophyceae. Habitat utamanya ditepi danau, tepi sungai atau selokan. Lumut ini
memiliki struktur tubuh seperti lumut hati, perbedaannya terletak pada sporofitnya.
Sporofit pada lumut tanduk bentuknya seperti kapsul memanjang yang tumbuh
menyerupai tanduk. Siklus reproduksinya mirip dengan Bryophyta dan Hepatophyta,
yaitu fase gametofitnya lebih dominan dari sporofitnya. Sporogonium Anthocerophyceae
mempunyai susunan dalam yang lebih rumit. Gametofit mempunyai talus bentuk cakram
dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid. Susunan
talusnya masih sederhana dan sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas. Sporogonium
tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya
terdapat jaringan yang terdiri atas deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela.
Kolumela itu diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora yang
disebut arkespora. Selain spora arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang
dinamakan elatera. Anthocerophyceae mencakup antara lain Anthoceros leavis,
A.fusiformis, Notothylus valvata.
Lumut daun meliputi kurang lebih 12.000 jenis yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah gundul yang periodik mengalami
masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerakpun dapat tumbuh. Selanjutnya
lumut ini dapat kita jumpai di antara rerumputan, di atas batu cadas, pada batang-batang
dan cabang pohon, di rawa-rawa, jarang di dalam air.
Di tempat-tempat yang kering lumut itu membentuk badan berupa bantalan, sedangkan
yang hidup di tanah hutan membentuk lapisan seperti permadani. Dalam hutan
dipegunungan daerah tropika batang dan cabang-cabang pohon penuh dengan lumut yang
menempel, berupa lapisan yang kadang-kadang sangat tebal dan karena basahnya selalu
mengucurkan air. Hutan demikian itulah yang disebut hutan lumut, yang sering juga
disebut hutan kabut, karena hutan itu hampir selalu diselimuti kabut (elfin forest).
Spora lumut daun di tempat yang cocok berkecambah merupakan protonema, yang terdiri
atas benang-benang berwarna hijau, bersifat fototrof positif, banyak bercabang-cabang,
dan dengan mata biasa kelihatan seperti hifa cendawan yang berwarna hijau. Protonema
itu mengeluarkan rizoid- rizoid yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan sekat-
sekat miring, bersifat fototrof negatif, masuk ke dalam tanah dan bercabang-cabang.
Rizoid telah mulai terbentuk pada pembelahan spora yang pertama pada sisi yang tidak
terkena cahaya.
Jika cukup mendapat cahaya, pada protonema lalu terbentuk kuncup yang akan
berkembang menjadi tumbuhan lumut. Kuncup mula-mula berupa penonjolan-
penonjolan ke samping dari sel-sel bawah pada suatu cabang protonema. Setelah kuncup
itu merupakan 1 – 2 sel tangkai, maka dalam sel ujungnya lalu terjadi sel serupa pyramid,
karena terbentuknya sekat - sekat yang miring. Sel-sel bentuk pyramid itulah yang
seterusnya merupakan sel pemula yang meristematik. Sel itu tiap kali memisahkan suatu
segmen sebagai sel-sel anakan baru, dan akhirnya berkembanglah tumbuhan lumutnya.
Jika banyak terbentuk kuncup-kuncup maka tumbuhan lumut seringkali tersusun seperti
dalam suatu rumpun. Tumbuhan lumut daun selalu dapat dibedakan dalam bagian-bagian
berupa batang dengan daun. Di samping itu terdapat rizoid untuk melekat pada substrat.
Pada Musci alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-
cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun tersebut
kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus dan seperti pada
Jungermaniales juga dinamakan periantium. Alat kelamin dikatakan bersifat banci atau
berumah satu, jika dalam kelompok tersebut terdapat baik arkegonium maupun
anteridium, dan dinamakan berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteridium
terpisah tempatnya. Di antara alat-alat kelamin dalam kelompok tersebut biasanya
terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri atas banyak sel dan dapat mengeluarkan
suatu cairan. Seperti pada tubuh buah Fungi rambut-rambut steril tersebut dinamakan
parafisis. Pada Musci tertentu yang berumah dua, tumbuhan jantan hanya kecil saja, dan
setelah pembentukan beberapa daun, segera menghasilkan anteridium.
3. PTERIDOPHYTA(TUMBUHAN PAKU)
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan kormus berspora, artinya dapat dibedakan antara
akar, batang dan daun. Tumbuhan ini disebut Pteridophyta yang berasal dari bahasa
Yunani. Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan phyta yang
berarti tumbuhan.(Hasanuddin Mulyadi,2014) Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal
sebagai tumbuhan paku. Sesuai dengan artinya pteridophyta mempunyai susunan daun
yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk terdapat
bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan atau melingkar.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan
daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di
antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang
lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas.
Merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil, hidup sebagai saprofit dan ada yang
epifit. Tumbuhan paku menyukai tempat yang lembab (higrofit) yaitu dari daerah pantai
hingga sekitar kawah.
A. CIRI UMUM
1. Akar, berupa :
b. Di belakang kaliptra terdapat titik tumbuh akar berbentuk bidang empat yang
aktivitasnya keluar membentuk kaliptra sedangkan ke dalam membentuk sel – sel akar
c. Pada silender pusat terdapat fasisi (berkas pembuluh angkut) bertipe konsentris (xilem
dikelilingi floem)
2. Batang, berupa :
A. Epidermis : mempunyai jaringan penguat yang terdiri dari atas sel – sel sklerenkim
B. Korteks : banyak mengandung lubang (ruang antar sel)
C. Silender pusat : terdiri dari xilem dan floem yang membentuk berkas pengangkut
bertipe konsentris.
3. Daun
Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond, dan keseluruhan
daun dalam satu tangkai daun disebut pinna.
a. Daun mikrofil : ukuran kecil, hanya setebal selapis sel dan berbentuk rambut
b. Daun makrofil : ukuran besar dan tipis, sudah memiliki bagian – bagian daun seperti
4. Tumbuhan paku memiliki dua bentuk tubuh yaitu bentuk gametofit (n) dan bentuk
sporofit (2n).
Terbentuk dari hasil peleburan gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (ovum)
Tumbuhan paku muda menjadi paku dewasa yang tumbuh di atas gametofit
Tumbuhan paku dewasa menghasilkan dua jenis daun yaitu daun sporofil dan
daun tropofil
Merupakan fase paling dominan, berumur panjang dan hidup bebas serta lebih
dikenal dengan tumbuhan paku.
Spora yang jatuh di tempat yang lembab akan tumbuh menjadi prothalium
Prothalium merupakan lembaran yang berbentuk hati, pada permukaan bawah
terdapat rhizoid, permukaan atas terdapat gamet (antheridia dan archegonia)
Tereduksi.
5. Berdasarkan spora yang dihasilkan, ada tiga jenis tumbuhan paku, yaitu :
• Paku Homospor/Isospor: menghasilkan satu jenis spora saja dan mempunyai ukuran
yang sama besar. Contoh : paku kawat atau ground pine Lycopodium clavatum. Spora
dari paku ini dikenal sebagai 'lycopodium powder' yang dapat meledak di udara apabila
terkumpul dalam jumlah cukup banyak.
• Paku Heterospor: menghasilkan dua jenis spora yaitu: mikrospora (jantan) dan
makrospora (betina). Contoh: paku rane (Selaginella wildenowii) dan semanggi (Marsilea
crenata).
• Paku Peralihan: menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama (isospora) tetapi
sebagian jantan dan sebagian betina (jenisnya berbeda = heterospora). Contoh : paku ekor
kuda (Equisetum debile).
Habitat merupakan faktor yang memainkan peranan penting dalam penentuan kehidupan
paku selain dari factor abiotik lainnya seperti: cahaya, hujan, angin, perubahan suhu dan
tumbuhan lain yang terdapat di sekitarnya.
Secara garis besar terdapat lima kawasan yang menjadi habitat utama tumbuhan paku,
antara lain :
Kawasan ini hidup paku tumbuh berbentuk gerombolan atau semak yang besar. Kawasan
yang menjadi habitat golongan ini adalah di kawasan tanah gersang dan kering atau di
tempat-tempat yang lembap dan basah.
2. Kawasan terlindung :
Golongan paku terestrial di kawasan terlindung ini mempunyai faktor lingkungan yang
sangat berbeda dengan golongan paku yang hidup dikawasan terbuka/ terdedah baik dari
segi tanah, suhu udara, kelembapan udara dan cahaya. Tumbuhan paku dikawasan ini
memiliki daun yang lebih tipis. Sebagian besar paku ini dijumpai di kawasan tepi sungai
di dalam hutan primer.
3. Paku Memanjat :
Golongan paku ini mempunyai rizom menjalar di atas tanah dan apabila menemui pohon-
pohon besar akan terus memanjat. Kadang-kadang akar ini bermula pada dasar atau
pangkal pohon- pohon besar dan kemudian memanjatnya.
4. Epifit :
Golongan paku ini hidup menumpang di atas pohon-pohon lain namun tidak bersifat
parasit tetapi hanya menempel di permukaan kulit kayu.
Golongan paku ini hidup di kawasan berbatuan ataupun tebing-tebing sungai. Tumbuhan
ini mendapatkan air dari udara yang berkelembapan tinggi di tepi sungai, rizomnya
menjalar kuat di permukaan batu dengan akar yang banyak.
C. PERKEMBANGBIAKAN
Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara vegetatif (asexual) dengan rhizoma dan
membentuk spora, generasi aseksual ini disebut generasi sporofit yang diploid, sedangkan
secara generative (sexual) dengan pembentukan gamet, generasi seksual ini disebut
generasi gametofit yang haploid. Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) yaitu pergiliran keturunan antara generasi sporofit (penghasil spora)
dengan generasi gametofit (penghasil gamet). Proses metagenesis tumbuhan paku sbb :
1. Generasi Sporofit
• Sporangium berkumpul dalam satu badan yang disebut dengan sorus yang terdapat
• Spora keluar dari sporangium dan bila jatuh ditempat yang cocok akan terjadi
• Zigot akan tumbuh berkembang menjadi sporofit dan berkembang sporofit dewasa.
2. Generasi Gametofit
• Pada generasi gametofit, protalium membentuk anteridium sebagai alat kelamin jantan
• Hasil peleburan antara sperma dan ovum menghasilkan zigot yang kemudian tumbuh
menjadi tumbuhan paku baru yang memiliki akar, batang dan daun.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta pun terdapat daur kehidupan yang
menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Gametofitnya mempunyai beberapa
perbedaan dengan gametofit lumut, walaupun sama-sama terdiri atas sel-sel yang haploid.
Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium, dan protalium ini hanya berumur
beberapa minggu saja. Besarnya paling banyak hanya beberapa cm saja, bentuknya
menyerupai thallus hepaticae. Umumnya protalium itu berbentuk jantung, berwarna hijau
dan melekat pada substratnya dengan rhizoid-rhizoid. Padanya terdapat anteridium
(biasanya pada bagian yang sempit) dan arkegonium (dekat dengan lekukan bagian yang
melebar). Pembuahan hanya dapat berlangsung jika ada air. Baik anteridium maupun
arkegonium terdapat pada sisi bawah protalium di antara rhizoid – rhizoidnya. Setelah
pembuahan, dari zigot tumbuh keturunan yang diploid, yaitu sporofitnya. Pada tumbuhan
paku sporofit ini sama sekali berbeda dengan sporofit lumut. Pada tumbuhan paku
biasanya protalium mati, akan tetapi jika tidak terjadi pembuahan, protalium itu dapat
bertahan sampai lama. Sporofit itulah yang pada Pteridophyta menjadi tumbuhan paku
yang tubuhnya telah dapat dibedakan dalam akar, batang dan daun.
D. KLASIFIKASI
Dalam taksonomi, Pteridophyta termasuk juga yang telah punah dibedakan dalam empat
kelas yaitu:
Paku purba meliputi jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Jenis-jenis
yang sekarang masih ada hanya sedikit saja, dan lazimnya dianggap sebagai evolusi suatu
golongan tumbuhan paku yang semula meliputi jenis yang lebih banyak. Warga paku
purba merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun-daun kecil
(mikrofil) yang belum terdifrensiasi. Ada diantaranya yang belum mempunyai akar. Paku
purba bersifat homospor.
Warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna yang menyukai
tempat tempat lembab. Batangnya kebanyakan bercabang berkarang dan jelas kelihatan
berbuku-buku dan beruas-ruas. Daun kecil seperti selaput dan tersusun berkarang,
sporofil selalu berbeda dari daun biasa. Sporofil biasanya berbentuk perisai dengan
sejumlah sporangium pada sisi bawahnya dan semua sporofil tersusun merupakan suatu
badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang. Protalium berwarna
hijau dan berkembang di luar spora
4. KELAS FILICINAE (Paku Sejati)
Leptosporangiate (Filices)
Golongan ini terdiri dari beranekaragam paku-pakuan yang luar biasa banyaknya,
meliputi kurang lebih 90 % dari jumlah seluruh marga yang tergolong dalam filicinae dan
tersebar diseluruh bumi. Terdapat didaerah tropik, paku yang berupa pohon, batangnya
dapat mencapai besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada
ujungnya terdapat suatu rozet daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai beberapa kali,
panjangnya dapat sampai 3 m, dan jika gugur meninggalkaan bekas-bekas yang jelas
pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk kedalam
tanah akar-akar itu tidak bertambah panjang, kambium tidak ada, jadi batang tidak
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, dan tidak mempunyai bagian kayu yang
kompak.
Kebanyakan tumbuhan paku berupa herba dengan rimpang yang mendatar dan biasanya
jarang bercabang. Daun yang masih muda selalu tergulung dan sifat ini sangat
karakteristik bagi warga filicinae pada umumnya. Disebabkan oleh karena sel-sel pada
sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya dan baru ditiadakan dengan terbukanya
daun. Pada daun filicinae tulang-tulang daunnya bercabang-cabang dengan beberapa
pola. Pola percabangan tulang-tulang daun tersebut merupakan salah satu dasar dalam
pengklasifikasian leptosporangiatae. Pada kebanyakan filicinae batang, tangkai daun dan
kadang-kadang sebagian daun tertutup oleh suatu lapisan rambut-rambut berbentuk sisik
yang dinamakan palea. Sporangium terbentuk dalam jumlah yang besar pada sisi bawah
daun
4. SPERMATOPHYTA (TUMBUHAN BERBIJI)
A. Cara Hidup dan Habitat
B. Ciri-Ciri Spermatophyta
Bentuk sporofit tumbuhan berbiji memiliki akar, batang, dan daun. Akar dapat
berbentuk serabut atau tunggang. Batang ada yang berkambium dan tidak
berkambium. Daun memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi,. Tulang daun
berbentuk lurus, menyirip, atau menjari. Tumbuhan berbiji memiliki pembuluh
angkut, baik xylem san floem. Pada akar, batang, maupun daunnya.
Alat perkembangbiakan generative berupa strobilus atau bunga. Strobilus dimiliki
oleh Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka), sedangkan bunga dimiliki oleh
Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup).
Berdasarkan letak bakal bijinya, tumbuhan berbiji dibagi dua divisi yaitu :
1) Gymnospermae
Tumbuhan conifer atau pinus yang memiliki konus (strobilus atau runjung). Istilah
conifer, berasal dari struktur reproduktif pada tumbuhan tersebut yang merupakan
kumpulan sporofil berbentuk sisik.
Bakal bijinya tumbuh dan terletak di luar megasporofil berupa sisik pendukung
bakal biji yang terkumpul dalam bentuk strobilus berkayu. Gymnospemae
berumah dua hanya memsalah satu strobilus (jantan atau betina), sedangkan
Gymnospermae berumah satu memiliki kedua jenis strobilus.
Batang Gymnospermae memiliki trakeid yang tersusun atas dari sel-sel berbentuk
memanjang dan runcing yang berfungsi mengangkut air dari bawah ke atas atau
dari akar ke daun. Trakeid merupakan bentuk awal xylem. Daun memiliki bentuk
yang bervariasi ada yang kecil dan tebal berbentuk jarum, ada pula yang tipis
seperti lembaran.
Siklus Hidup Gymnospermae
Klasifikasi Gymnospermae
a. Cycadinae
Disebut “Palem sagu” karena bentuk fisik tubuh nya yang mirip dengan palem,
tetapi bukan golongan palem sejati. Memiliki batang pendek dan tidak bercabang,
pertumbuhan yang sangat lambat. Memiliki daun majemuk dengan helaian daun
menyirip. Daun tersusun spiral rapat disekeliling batangnya. Daun muda
menggulung seperti tumbuhan paku. Memiliki akar tunggang yang panjang dan
berumbi. Batang dekat pangkal akar, tumbuh tunas (calon individu baru) yang
merupakan cara perkembangbiakan secara vegetative.
Termasuk berumah dua (diesis) karena mikosopora dan megaspore dihasilkan oleh
tumbuhan yang berbeda. Mikrospora dihasilkan oleh jantan, dan makrospora
dihasilkan oleh betina. Tumbuh di daerah tropis dan subtropics. Contoh nya yitu
Cycas rumphii (pakis haji).
b. Coniferae
Dikenal sebagai kelompok tumbuhan conifer yang diduga tumbuh melimpah pada
zaman mesozoiku. Umumnya berupa pohon yang tinggi, contohnya general
Sherman yang merupakan pohon tertinggi di dunia. Daunnya berbentuk kecil,
tebal seperti jarum atau sisik, dan tampak selalu berwarna hijau (evergreen).
Umumnya berumah satu karena memiliki dua jenis konus; jantan dan betina.
Biasanya konus jantan terletak pada cabang yang berbeda. Konus janta berukuran
lebih kecil dibandingkan konus betina dan hidup bergerombol.
c. Gnetinae
Merupakan tumbuhan berbentuk pohon atau liana dengan batang bercabang atau
tidak. Memiliki daun tunggal berbentuk lembaran dengan susunan daun menyirip.
Strobilus tidak berbentuk kerucut. Merupakan tumbuhan berumah dua atau
berkelamin tunggal. Contohnya antara lain, Gnetum gnemon (melinjo) (ordo
Gnetales). Ephedra merupakan Gymnospermae yang melakukan pembuahan
ganda seperti Angiospermae sehingga dikatakan meiliki hubungan kekeabatan
paling dekat dengan Angiospermae.
d. Ginkgoinae
Manfaat Gymnospermae
1. Bahan industry kertas, contohnya Podocarpus, Pinus, Sequoia, Agathis.
2. Obat-obatan, contohnya Ginkgo biloba dan Pinus (getahnya untuk obat luka)
3. Kosmetika, contohnya Ginkgo biloba,sebagai agen anti-penuaan.
4. Bahan makanan, contohnya Gnetum gnemon (daunnya untuk sayuran dan biji
nya untuk membuat emping.
5. Tanaman hias, contohnya Cycas, Dioon edule, dan Cupressus.
6. Bahan industry terpenting, contohnya Pinus.
7. Bahan kayu bangunan, contohnyaAgathis (untuk bahan kayu lapis atau tripleks
2) Angiospermae
Ciri-Ciri Tubuh Angiospermae
Ciri utamanya itu bakal bijinya berada di dalam megasporofil yang termodifikasi
menjadi daun buah (karpel) sehingga serbuk sari harus menembus jaringan daun
buah untuk mencapai bakal biji dan membuahi ovum. Daun buah berdaging tebal
contohnya pada manga, jeruk, dan semangka. Pada kacang-kacangan daun buah
berupa kulit polong yang tipis. Daun buah berfungsi melindungi biji agar tidak
kekeringan mengalami dormansi (tidak aktif).
Bunga sebagai alat reproduksi generative tumbuh dari tunas yang mampat dengan
empat lingkaran daun yang termodifikasi menjadi kelopak (sepal) berwarna hijau,
mahkota (petal) yang berwarna cerah, benang sari (stamen) dan putik (karpel)
Pada bunga kastuba dan bugenvil terdapat daun pelindung (braktea) yang besar
dan berwarna lebih cerah daripada bunganya sendiri yang berukuran kecil.
Klasifikasi Angiospermae
a. Dicotyledonae (Magnoliopsida)
Ciri-ciri :
1. Keping biji berbelah dua.
2. Berkas vaskuler (pembuluh angkut) pada batang bertipe kolateral terbuka
(antara xylem dan floem terdapat cambium) dan tersusun melingkar dengan
kedudukan xylem disebelah dalam dan floem disebelah luarnya. Sementara
berkas vaskuler pada akar bertipe radial (letak xylem dan floem bergantian
sesuai jari jari lngkaran).
3. Batang dan akar memiliki cambium sehingga terjadi pertumbuhan sekunder
dan dapat tumbuh membesar.
4. Batang bercabang-cabang dengan ruas batang yang tidak jelas.
5. Berakar tunggang yang bercabang-cabang.
6. Tidak memiliki pelindung ujung akar (koleoriza) dan pelindung ujung batang
(koleoptil).
7. Berdaun tunggal atau majemuk, dengan urat daun menyirip atau menjari, dan
umumnya tidak berpelepah.
Berikut contoh famili dalam suatu ordo pada Dicotyldoneae serta contoh
tumbuhannya.
1) Ordo Casuarinales
Famili Casuarinaccea
Berbentuk pohon, berumah satu atau dua, memiliki ranting jarum yang hijau
denga sendi antar-ruas yang beralur. Daun casuarinaccea kecil, bunga dalam bulir
berbentuk kerucut. Contohnya yaitu Casuarina equisetifolia.
2) Ordo Capparales
Family Capparaceae
Berbentuk perdu, pohon, atau liana berkayu. Daunnya tunggal atau majemuk
mejari, dan berukuran kecil. Buah berbentuk kapsul memanjang (buni)
3) Ordo Malavales
Famili Malvaceae
Berbentuk perdu, atau pohon. Daunnya tunggal, menjari atau berurat daun menjari
di bagian pangkal. Bunganya memiliki 5 daun kelopak dan 5 daun mahkota.,
berkelamin dua, benang sari banyak, tangkai saru bersatu, dan putik berada
diatasnya. Contohnya Gossypium sp. (kapas).
4) Ordo Myrtales
Famili Myrtaceae
Berbentuk pohon atau perdu. Daunnya tampak selalu hijau dan beraroma jika
diremas. Contohnya Eugenia caryophyllus (cengkih).
5) Ordo Fabales
Berbentuk perdu atau pohon, ada pula yang memanjat. Memiliki daun buah
memanjang yang akan berkembang menjadi polong (legum). Memiliki bintil-bintil
pada akar yang merupakan bentuk simbiosis dengan bakteri penambat nitrogen
(Rhizobiumsp.) . terdiri atas 3 subfamili, yaitu Mimosoidae, Caesalpinioideae, dan
Papilionoideae (Faboideae). Contoh Mimosoidae yaitu Mimosa pudica (putri
malu), contoh Caesalpiniodeae yaitu Delonix regia (flamboyan). Contoh
Papilionoideae yaitu Arachis hypogaea (kacang tanah).
6) Ordo Getianales
Famili Apocynaceae
Berbentuk pohon, perdu, atau liana berkayu. Batangnya bergeta putih. Umumnya
memiliki bunga dengan warna mecolok, berukuran besar, dan berbau harum.
Contohnya yaitu Allamanda cathartica (alamanda).
Famili Compositae
Berbentuk perdu atau pohon. Bunganya memiliki bonggol berbentuk tabung.
Contohnya Lactuca sativa (selada).
7) Ordo Piperales
Famili Piperaceae
Berbentuk perdu atau semak, ada yang memanjat dengan akar lekat. Daun
memiliki bau aromatic atau rasa pedas. Contohnya Piper betle (sirih).
8) Ordo Rosales
Famili Rosaceae
Merupakan kelompok mawar, berbentuk semak, namun ada pula yang memanjat,
berkayu, berduri menempel atau tidak berduri. Contohnya Rosa hybrid (mawar)
9) Ordo Solanales
Famili Solanaceae
Famili Magnoliaceae
Berbentuk pohon atau perdu. Daun tunggal dan pada saat rontok meninggalkan
bekas berbentuk cincin pada ranting. Contohnya yaitu Michelia champaca
(cempaka).
11) Ordo Caryophyllales
Famili Nyctaginaceae
Berbentuk pohon, perdu, atau memanjat, berdaun tunggal, ada yang memiliki daun
pelindung berwarna hijau atau berwarna lain. ContohnyaMirabilis jalapa (bunga
pukul empat).
Famili Nymphaeaceae
Merupakan tumbuhan air atau rawa. Daun tenggelam atau mengapung. Contohnya
Nelumbium nelumbo (teratai besar).
Famili Rutaceae
Berbentuk pohon atau perdu. Daun memiliki kelenjar minyak. Contohnya Citrus
maxima (jeruk bali).
b. Monocotyledoneae (Liliopsida)
Ciri-ciri :
1. Keping biji tunggal atau satu.
2. Berkas vakuler (pembuluh angkut) pada batang bertipe kolateral tertutup
(antara xylem dan floem tidak terdapat cambium). Letak xylem dan floem
tersebar aau tidak teratur.
3. Pada umumnya batang dan akar tidak memiliki cambium sehingga tidak terjadi
pertumbuhan sekunder dan tidak tumbuh membesar. Namun, ada pula
tumbuhan monokotil yang bekambium, misalnya sisal.
4. Pada umunya batang tidak bercabang, memiliki rambut-rambut halus dan ruas-
ruas pada batang tampak jelas.
5. Berakar serabut.
6. Ujung akar dilindungi oleh koleoriza dan ujung batang dilindungi oleh
koleoptil.
7. Pada umumnya berdaun tunggal, kecuali pada kelompok palem. Urat daun
sejajar atau melengkung dan berpelepah daun.
8. Bagian bunga berjumlah tiga atau kelipatan tiga.
1) Ordo Liliales
Famili Liliaceae
Merupakan semak basah, ada yang memanjat, memiliki akar rimpang, umbi, atau
umbi lapis. Contohya Lilium regale (bunga lili) dan bunga tulip.
2) Ordo Asparagales
Famili Amaryllidaceae
Merupakan semak basah menahun. Memiliki umbi, umbi lapis, atau akar rimpang.
Contohnya bunga sedap malam dan kembang coklat.
Famili Orchideceae
3) Ordo Arecales
Famili Palmae
Berbentuk pohon atau memanjat. Pada batang terdapat bekas berbentuk cincin.
Daun palmae menyirip atau berbentuk kipas, dengan pangkal pelepah daun yang
melebar. Contohnya Metroxylon sagu (sagu) dan Cocos nucifera (kelapa).
4) Ordo Poales
Famili Gramineae
Famili Bromeliaceae
5) Ordo Zingiberales
Famili Musaceae
Famili Zingiberaceae
6) Ordo Caryophyllales
Famili Cactaceae
Merupakan kelompok kaktus, memiliki batang yang menyimpan air (sukulen).
Daunnya kecil berbentuk sisik (rambut) atau berbentuk duri temple. Contohnya
Opuntia elatior (buahnya dapat dimakan).
7) Ordo Pandanales
Famili Pandanaceae
Berbentuk pohon, perdu, atau semak. Daunnya terkumpul rapat dengan bertulang
daun sejajar. Daun yang rontok meninggalkan bekas berbentuk cincin pada
batangnya. Contohnya Pandanus tectorius (pandan).
Peranan Angiospermae
Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah oleh Najmi Indah,SP.,MP Institut Keguruan Ilmu
Pendidikan PGRI Jember Fakultas Mipa Jurusan Biologi 2009