Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENERAPAN PATIENT SAFETY DALAM PELAYANAN

FARMASI RS DAN KOMUNITAS

KELOMPOK 5 (1A)

NAMA KELOMPOK :

1. I Dewa Ayu Nyoman Wulandari (2109484010006)


2. Ketut Adelia Vinanda (2109484010013)
3. Ni Kadek Dewi Kencana Putri (2109484010017)
4. Ni Nyoman Devi Premasanti (2109484010033)
5. Ni Putu Sabina Canthika Diani (2109484010038)

KELAS : 1A

PRODI : D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Makalah Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS dan komunitas ini. Adapun
tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah K3.

Tersusunnya makalah ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan
juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini belum bisa dikatakan sempurna.
Untuk itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, agar
kedepannya makalah ini dapat disempurnakan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
1.3.Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... 2
1.4.Manfaat Penulisan............................................................................................................................. 2
BAB II ISI .................................................................................................................................................. 3
2.1. Tujuan Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS dan komunitas ............................. 3
2.2. Contoh Kasus Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS Dan Komunitas .................. 3
2.3. Upaya Penanggulangan Kasus Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS Dan
Komunitas ........................................................................................................................................... 4
2.4. Peran Seorang Farmasis Dalam Mewujudkan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS Dan
Komunitas ........................................................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 10
3.2. Saran .......................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun


2017, keselamatan pasien( patient safety) merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pada pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan juga mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2012) menjelaskan
penerapan patient safety harus memenuhi dalam ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh.

Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit menyatakan bahwa upaya pelayanan


kesehatan di RS tak dapat dipisahkan dari standar pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada
pasien. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,merupakan rujukan
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi ,mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke
paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian)
(Depkes,2004). Berdasarkan standar pelayanan kefarmasian tersebut jelas bahwa regulasi atau
aturan yang ada telah disusun sebagai pedoman apoteker dalam menjalankan pelayanan
kefarmasian yang berupaya untuk menjamin keselamatan pasien.

Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi ,mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Dalam praktek pelayanan kefarmasian tersebut berdasarkan mutu pelayanan
farmasi rumah sakit,yaitu pelayanan farmasi menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
dalam menimbulkan kepuasaan pasien sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata
masyarakat,serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan
serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.

1
1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan pada makalah ini yaitu :

1. Apa saja tujuan penerapan patient safety dalam pelayanan farmasi RS dan komunitas ?
2. Apa saja contoh kasus penerapan patient safety dalam pelayanan farmasi RS dan
komunitas ?
3. Bagaimana upaya penanggulangan kasus penerapan patient safety dalam pelayanan
farmasi RS dan komunitas ?
4. Bagaimana peran seorang farmasis dalam mewujudkan penerapan patient safety dalam
pelayanan farmasi RS dan komunitas ?

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tujuan penerapan patient safety dalam pelayanan farmasi RS dan komunitas.
2. Mengenal contoh kasus penerapan patient safety dalam pelayanan farmasi RS dan
komunitas.
3. Mendeskripsikan upaya penanggulan kasus penerapan patient safety dalam pelayanan
farmasi RS dan komunitas.
4. Mengetahui peran seorang farmasis dalam mewujudkan penerapan patient safety dalam
pelayanan farmasi RS dan komunitas.

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menggambarkan bagaimana penerapan


patient safety dalam pelayanan farmasi RS dan komunitas.

2
BAB II

ISI

2.1. Tujuan Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS dan komunitas

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient
safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan.

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan
dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

Tujuan penerapan patient safety dalam pelayanan farmasi rumah sakit dan komunitas yakni:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapakan di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan
kejadian yang tidak diharapakan.

2.2. Contoh Kasus Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS Dan Komunitas

Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien bebas dari harm (cedera) yang
termasuk di dalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat,
kematian, dan lain-lain yang seharusnya tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial,
terkait dengan pelayanan kesehatan.

3
Keselamatan pasien rumah sakit adalah hal yang sangat penting karena menyangkut
nyawa sehingga diperlukan suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Sistem keselamatan pasien di rumah sakit meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. (Permenkes No.1691/menkes/per/VIII/2011Tentang Keselamatan pasien rumah sakit).

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima
isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit salah satunya adalah
keselamatan pasien (patient safety). Beberapa solusi keselamatan Pasien di Rumah Sakit menurut
WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2007 yaitu:

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (norum) atau look-alike sound-alike (lasa).
2. Pastikan identifikasi pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.

2.3. Upaya Penanggulangan Kasus Penerapan Patient Safety Dalam Pelayanan Farmasi RS
Dan Komunitas

Fatient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman dan nyaman . Hal ini termasuk juga seperti : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk mengurangi akan timbulnya resiko yang akan terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan. Patient safety adalah tidak adanya kesalahan
atau bebas dari cedera karena kecelakaan yang terjadi. Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan juga nyaman ,

4
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
yang salah atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan juga analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan ataupun mengurangi resiko yang akan terjadi.
Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
implementasi solusi untuk meminimalkan terjadinya risiko. Upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi kasus penerapan patient safety di pelayanan farmasi di rumah sakit dan
komonitas seperti :

- Penanggulangan kasus penerapan patirnt safety di pelayanan farmasi di rumah sakit :

1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan
organisasi sebagai beriku t: Ketua (dokter), Anggota( dokter, dokter gigi, perawat, tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan yang lainnya) .

2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang
insiden yang terjadi di rumah sakit.

3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) secara rahasia ataupun tertutup.

4. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkannya
tujuh langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit tersebut.

5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil dari
analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan.

- Penanggulangan kasus penerapan patirnt safety di pelayanan farmasi di komunitas :

1) Perhatikan nama obat, rupa dan juga ucapan mirip.

2) Pastikan identifikasi pasien.

3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien tersebut.

4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar juga.

5) Pastikan akurasi pemberian obat pasien pada pengalihan pelayanan ataupun operan.

6) Tingkatkan kebersihan tangan untuk mencegah terjadinya infeksi nosocomial.

5
2.4. Peran Seorang Farmasis Dalam Mewujudkan Patient Safety Dalam Pelayanan
Farmasi RS Dan Komunitas

Saat ini di negara-negara maju sudah ada apoteker dengan spesialisasi khusus
menangani medication safety. Peran Farmasis dalam Keselamatan Pengobatan (Medication
Safety Pharmacist) meliputi:

1. Mengelola laporan medication error


- Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
- Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi
2. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication
safety
- Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error• Mengambil
langkah proaktif untuk pencegahan
- Memfasilitasi perubahan proses dan sistemuntuk menurunkan insiden yang sering
terjadi atau berulangnya insiden sejenis
3. Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek pengobatan
yang aman
- Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety dan
kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada
4. Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety
- Komite Keselamatan Pasien RS
- Dan komite terkait lainnya
5. Terlibat didalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat
6. Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang ada

Peran farmasis dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu aspek
manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan farmasi,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian
(misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan aspek klinik meliputi skrining permintaan obat
(resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi
obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama
pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan farmasis dalam tim
pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan farmasi
klinik terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan. Farmasis harus
berperan di semua tahapan proses yang meliputi :

1. Pemilihan

Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan dengan
pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obatobat sesuai formularium.

6
2. Pengadaan

Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai peraturan yang
berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.

3. Penyimpanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan


pengambilan obat dan menjamin mutu obat:

a. Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names) secara terpisah.
b. Obat-obat dengan peringatan khusus (high alertdrugs) yang dapat menimbulkan
cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya
:omenyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin, insulin,
kemoterapi, narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan agonis
adrenergik.okelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara
alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah.
c. Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.

4. Skrining Resep

Farmasis dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error melalui
kolaborasi dengan dokter dan pasien.

a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor rekam
medik/ nomor resep.
b. Farmasis tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.
c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
- Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit
untuk keperluan perhitungan dosis.
- Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda
vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian
dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).
d. Farmasis harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.

7
e. Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e-
prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan
itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta
benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat
yang penting harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas
instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.

5. Dispensinga
a. Peracikan obat dilakukan dengantepat sesuai dengan SOP.
b. Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada saat
pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat
mengembalikan obat ke rak.
c. Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
d. Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai,
pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep terhadap isi etiket.
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang pentingtentang obat
dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan pada pasien adalah :

a. Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana


menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
b. Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain dan
makanan harus dijelaskan kepada pasien
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction –ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
e. Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang sudah
rusak atau kadaluarsa. Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker
mempunyai kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.

7. Penggunaan Obat

Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di rumah
sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas kesehatan lain. Hal
yang perlu diperhatikan adalah :
8
- Tepat pasien
- Tepat indikasi
- Tepat waktu pemberian
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat label obat (aturan pakai)
- Tepat rute pemberian

8. Monitoring dan Evaluasi

Farmasis harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah
pengulangan kesalahan. (KemenkesRI,2011)

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keselamatan pasien( patient safety) merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pada pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan juga mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan penerapan patient safety dalam pelayanan farmasi
rumah sakit dan komunitas yakni:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapakan di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan
kejadian yang tidak diharapakan.

Peran seorang farmasis dalam mewujudkan penerapan patient safety dalam pelayanan
farmasi RS dan komunitas sangat lah penting. Keselamatan pasien rumah sakit adalah hal yang
sangat penting pula karena menyangkut nyawa sehingga diperlukan suatu sistem di mana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko.

3.2. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Salawati, L. (2020). Penerapan keselamatan pasien rumah sakit. AVERROUS: Jurnal

Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 6(1), 98-107.

Rusli, 2016; Farmasi Rumah Sakit dan Klinis; Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi; Jakarta;
Pusdik SDM Kesehatan.

Adventus MRL dkk 2019; Modul Manajemen Pasien Safety; Fakultas Vokasi UKI Jakarta

KemenkesRI.(2011).PermenkesRINo.1691/Menkes/VIII/2011tentangKeselamatanPasienRimahS
akit.

11

Anda mungkin juga menyukai