DOSEN PENGAMPU :
IBU FARIAL NURHAYATI,M.KEP
DISUSUN OLEH :
DANAM NANGGALA ARIFIN
TK.2A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety.Kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya
bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentanang Tingkatan Keamanan obat yang perlu
diwaspadai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca
sehingga dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamin Ya Rabbal Alamin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Obat High Alert merupakan obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadinya kesalahan serius (sentinel event), dan dampak yang tidak di inginkan dari obat
(adverse outcome). Obatyang termasuk kategori High Alertantara lain elektrolit konsetrat
tinggi (misalnya kalium klorida, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat 3%, dan
magnesium sulfat 20% dan 40%), obat kategori LASA (Look Alike Sound Alike) dan
sitotastik/obat kanker. Menurut Permenkes RI no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan bahwa Rumah Sakit perlu mengembangkan
kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu di
waspadai (High Alert Medication)
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan mempunyai bahan medis habis pakai dengan mutu yang
terjangkau untuk semua masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik dengan tujuan untuk
mencegah dan menyelesaikan masalah mengenai obat (Menkes RI, 2016).
Kebijakan high alert medication sesuai dengan sasaran keselamatan pasien yang mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang juga
digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan Joint
Commission Innternational (JCI). Sasaran keselamatan pasien merupakan salah satu standar
yang harus diterapkan di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS). Dalam banyak kasus insiden terkait keselamatan pasien, seperti tidak
diberikannya label high alert dan LASA pada obat high alert dan LASA yang dikarenakan
kurangnya SDM dan kepatuhannya dalam menjalankan SOP, serta SDM yang kurang
memahami standar patient safety yang ada, yang menyebabkan masih banyaknya kesalahan
pemberian obat dan berakibat sentinel event. Berdasarkan insiden-insiden tersebut maka JCI
memiliki standar yang menyebutkan bahwa setiap rumah sakit harus mengembangkan sendiri
daftar obat high alert, memiliki proses pengelolaan high alert, dan melaksanakan proses
tersebut. Daftar obat high alert harus selalu diupdate, diketahui oleh staf klinik, dan dilengkapi
dengan strategi pengurangan resiko yang lebih efektif, sehingga dapat meminimalkan
kesalahan penggunaan obat high alert (JCAHO, 2001).
4
1.2 Tujuan
UMUM: 1. Mahasiswa mampu Menerapkan Salah satu prinsip Patient Safety Tingkatan
keamanan obat High Alert
KHUSUS: 1. Menjelaskan Konsep Tingkatan keamanan obat High Alert
2. Menjelaskan Cara penyimpanan dan Pemberian Obat High Alert
3. Menerapkan Prinsip Patient Safety Pemberian Obat High Alert
1.3 Ruang Lingkup
Makalah ini membahas Pelaksanaan Pemberian Obat High Alert Pasien dewasa DX
Medis Diabetes Melitus Tipe 1 di RS. X daerah Semarang
1.4 Manfaat
Mahasiswa:
Sebagai Bahan Pembelajaran dalam Mata kuliah Management Patient Safety
Pembaca :
Sebagai Bahan Bacaan pengetahuan Prinsip Management Patient Safety Khususnya
Tingkatan Obat yang perlu Diwaspadai
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan bagian penting dari mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan menjadi pusat perhatian di seluruh dunia. Keselamatan pasien
(patient safety) adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang aman kepada pasien yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan penerapan
dari perawat sebagai pelaksana yang mengutamakan kepentingan maupun keselamatan
pasien. Semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien maka
praktek keselamatan pasien dalam asuhan keperawatan semakin baik adalah benar. Ini
berarti perawat yang mempunyai pengetahuan tentang keselamatan pasien dapat
memperkecil risiko terjadinya insiden keselamatan pasien atau hal yang membahayakan
maupun merugikan pasien.
Adanya suatu kegagalan untuk menyelamatkan pasien dari bahaya berhubungan juga
dengan perawatan personil dari kelompok terbesar tenaga kesehatan yaitu perawat. Perawat
merupakan tenaga kesehatan yang jumlahnya cukup banyak yaitu sebesar 50 sampai 60%
dari jumlah tenaga kesehatan lain yang ada di rumah sakit . Saat melakukan pekerjaannya,
perawat merupakan petugas yang paling sering berhubungan dengan pasien. Insiden
keselamatan pasien dapat terjadi karena ada perawat yang bekerja selama 24 jam serta
banyaknya pekerjaan yang harus mereka kerjakan
6
kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan
cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
7
lemaripendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan sesuai ketentuan obat
“High Alert”.
d. Pemberian LABEL
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis :
1. HIGHT ALERT untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus
tertentu, mis. heparin, insulin, dll. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan
stiker “Hight Alert Double Check” pada obat.
2. LASA untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM Obat kategori
Look Alike Sound Alike (LASA) diberikan penanda dengan stiker LASA pada
tempat penyimpanan obat. Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan
pasien, maka diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat
e. Penyimpanan obat
1.Apoteker/ asisten apoteker memverifikasi resep obat high alert sesuai Pedoman
Pelayanan farmasi penangana High Alert
2.Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah
3.Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat
didelegasikan pada asisten apoteker yang sudah ditentukan
4.Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat
diserahkan kepada perawat
5.Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama jelas
di bagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check
6.Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi yang
memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.
8
2.4 Daftar obat yang perlu diwaspadai
Obat obat yang perlu diwaspadai dibedakan menjadi
1. Kelompok obat yang memiliki Rupa mirip (Look A like)
3. Kelompok obat yang memiliki Rupa mirip dan Nama mirip (LASA)
9
4. Kelompok obat konsentrasi Tinggi
Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering
disebut sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian elektrolit konsentrat secara
tidaksengaja, misalnya:
a. Kalium/Potasium klorida (sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)
b. Kalium/Potasium fosfat (sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)
c. Natrium/sodium klorida (lebih pekat dari 0.9%), d. Magnesium sulfat (sama
dengan 50% atau lebih pekat)
10
IV Transdermal
Oral (termasuk konsetrat cair,
formula rapid dan lepas lembar)
Agen blok neuromuscular Suksinilkolin, rokuronium, vekuronium,
atrakurium
Preparat nutrisi parenteral
Agen radiokontras IV
Konsetrat KCL untuk injeksi
Nacl untuk injeksi hipertonik, dengan
konsetrat > 0,9 %
Cek 7 (Tujuh) Benar Obat Pasien Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan
verifikasi 7 (tujuh) benar untuk mencapai medication safety
1) Benar obat
2) Benar waktu dan frekuensi pemberian
3) Benar dosis 23
4) Benar rute pemberian
5) Benar identitas pasien
✓ Kebenaran nama pasien
11
2.6 SOP
PENGERTIAN
Obat High Alert adalah obat-obat yang secara khusus terdaftar dalam kategori obat
yang mempunyai resiko tinggi yang dapat menyebabkan bahaya yang bermakna bila
digunakan secara salah.
KEBIJAKAN
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1691/MENKES/PER/VIII/2011 mengenai “Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
REFRENSI
RSUD Pariaman (2017) SOP Pemberian obat High Alert diakses: Post - SOP
pemberian obat high alert (sumbarprov.go.id)
TUJUAN
1. Tersedianya prosedur penggunaan obat high alert secara benar dan terkendali
2. Terwujudnya keamanan dalam penggunaan obat kategori high alert
PROSEDUR
1. Terima resep dengan cek kelengkapan resep (tgl resep ,dokter,nama pasein,tgl
lahir pasien,no rekam medis)
2. Lakuakan telaah resep pengecekan 7 benar obat terhadap resep
3. Siapkan obat High Alert oleh petugas farmasi dan lakukan pengemasan obat
High Alert oleh petugas yang berbedaSiapkan obat High Alert oleh petugas
farmasi dan lakukan pengemasan obat High Alert oleh petugas yang berbeda.
4. Setelah obat di disiapkan dan di kemas dilakukan pengecekan ulang
/pengecekan ganda oleh petugas yang berbeda pada kemasan dan label obat
dengan membandingkan label pada resep.bubuhkan tandatangan petugas yang
menyiapkan dengan petugas yang mengemas dan petugas yang mengecek obat
5. Serah terima obat kepada perawat dari farmasi dengan melakukan double cek
bersama .serta bubukan tandatangan farmasi dan perawat
6. Lakukan kembali prinsip 7 benar obat oleh perawat dan cek bersama dengan
satu orang perawat lainnya mulai sejak menyiapkan obat sampai pemberian
obat ke pasien
7. bubuhkan tandatangan perawat yang memberikan dan saksi pada catatan
pengobatan pasien
12
SOP PEMBERIAN TERAPI INSULIN
PENGERTIAN
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus.
Actrapid Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin
khusus yang berisi 3 cc insulin.
TUJUAN
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
PETUGAS
Perawat
PERSIAPAN ALAT
• Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
• Vial insulin. (bila menggunakan spuit)
• Kapas + alkohol / alcohol swab.
• Handscoen bersih.
• Daftar / formulir obat klien.
PERSIAPAN KLIEN DAN LINGKUNGAN
• Menjelaskan kepada klien sehari sebelumnya (± pukul 20.00) akan
dilakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah dan urine untuk
memastikan apakah klien menderita diabetes mellitus.
• Menganjurkan klien untuk puasa 6 – 7 jam (mulai ± pukul 24.00) sampai
dengan pengambilan sampekl urine dan darah di pagi hari. Klien
diperbolehkan hanya minum air putih saja (air yang tidak mengandung
glukosa).
PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan Hands coen bersih
3. Mengambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk
klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
4. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema.
5. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.
6. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab,
dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm
13
7. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
8. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang domin secara
lembut dan perlahan.
9. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
10. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum
yang sudah tertutup dengan tutupnya.
11. Dokumentasi
REFRENSI
Kusyati, Eni. (2012). Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium Kebutuhan Dasar.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
GAMBAR
14
2.7 Alat dan Bahan dalam Praktik pemberian obat pada kasus ini
• Sarung Tangan Bersih
• Bengkok
• Alcohol Swab
• Insulin Pen
• Bak Instrumen
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Seorang An A usia 14 th Jenis kelamin Perempuan datang Ke Rs dengan Keluhan Sering
Makan dan Minum banyak air ,Kadang Lemas saat melakukan aktivitas pagi hari ,Sering BAK
pada waktu malam hari. Dilakukan pemeriksaan Oleh petugas TD: 100/80 mmhg N 70
x/menit RR: 26 X/Menit GCS: 15 Composmentis S: 36,7OC dan pemeriksaan Lab didapati
Kadar glukosa 220 Mg/dl.
Klien mendapat diagnose medis DM tipe 1 , Klien mendapatkan Progrm terapi Insulin
2x/hari sebelum makan ,Karena Obat high Alert perawat melakukan Prinsip Patient Safety
Tingkatan Keamanan Obat Yang Perlu diwaspadai dalam pemberian Terapi Insulin SubCutan.
3.2 Penerapan Prinsip Tingkatan keamanan Obat Yang Perlu diwaspadai
Obat-obatan yang memiliki ucapan maupun bentuk yang mirip harus lebih diwaspadai
oleh petugas agar tidak terjadi kesalahan saat pengambilan obat. Obat yang pekat juga tidak
boleh disimpan didalam ruangan. Kesalahan yang terjadi di rumah sakit sebagian besar
disebabkan oleh kesalahan dalam pemberian obat, Kesalahan yang terjadi di rumah sakit
sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam pemberian obat.
Keamanan obat yang perlu diwaspadai adalah Obat LASA yaitu Look Alike Sound
Alike yang berarti obat-obatan yang memiliki bentuk dan pengucapan yang hampir sama. Lasa
mempunyai penataan tersendiri yaitu peletakannya tidak boleh bersebelahan atau sebaris,
diberi obat yang berbeda jenisnya yang diletakkan diantara dua obat yang mirip. Obat high
alert merupakan obat yang pekat dan tidak boleh disimpan di dalam ruangan. Obat Lasa diberi
stiker warna kuning sedangkan untuk yang high alert diberi stiker warna merah. Obat-obatan
emergency disimpan didalam emergency kit dan jika ada yang digunakan maka dalam waktu
tiga jam harus sudah diganti dengan yang baru. Selain itu kewaspadaan obat itu berupa
pengecekan obat oleh petugas apakah sudah sesuai dengan saran dari dokter. Petugas juga
harus mengecek ulang obat yang diberikan kepada pasien dan mengecek juga dari apotik.
3.3 Pembahasan
3.3.1 Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua (ADA,
2010). Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan
metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi
dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi,
jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes Melitus merupakan penyakit
16
gangguan metabolisme kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi),
disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi
masuknya glukosa dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.
Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan
menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat
di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek,
2017).
Pada Diabetes Melitus tipe I (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering terjadi pada usia
remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan
secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat
diproduksi. Hanya sekitar 10% dari semua penderita Diabetes Mellitus menderita tipe I.
Diabetes tipe I kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun.
Insulin merupakan hormon yang berfungsi untuk mengubah gula darah (glukosa)
menjadi energi dan membantu menjaga keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh yang
diproduksi oleh pankreas. Kekurangan hormon insulin menyebabkan penyakit diabetes
mellitus. Kekurangan hormon insulin membutuhkan perawatan dengan insulin buatan untuk
mengontrol kadar gula darahnya. Insulin buatan adalah sintesis dari hormon yang susunan
zatnya mirip seperti insulin alami dalam tubuh. Insulin pen adalah alat kesehatan yang
digunakan untuk pemberian insulin buatan kedalam jaringan subkutan
Pengguna insulin pen mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai informasi tentang
insulin pen dan cara penggunaan insulin pen secara mandiri sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penggunaan insulin pen yang tepat
disertai asupan makanan dan aktivitas fisik yang sesuai, dapat membantu mengendalikan
diabetes dan mengurangi risiko komplikasi.
Dalam kasus ini Pasien mengalami DM tipe 1 akan di berikan terapi suntikan insulin
yang tergolong obat High Alert. Perawat akan Memberikan Insulin injeksi sesuai Resep yang
diberikan dan catatan medis pasien, dengan penerapan Standar keselamatan Pasien (Tingkatan
Keamanan Obat yang perlu diwaspadai)
3.4 Skenario Roleplay
Seorang An A usia 14 th Jenis kelamin Perempuan datang Ke Rs dengan Keluhan Sering
Makan dan Minum banyak air ,Kadang Lemas saat melakukan aktivitas pagi hari ,Sering BAK
pada waktu malam hari. Dilakukan pemeriksaan Oleh petugas TD: 100/80 mmhg N 70
x/menit RR: 26 X/Menit GCS: 15 Composmentis S: 36,7OC dan pemeriksaan Lab didapati
Kadar glukosa 220 Mg/dl.
Klien mendapat diagnose medis DM tipe 1 , Klien mendapatkan Progrm terapi Insulin 2x/hari
sebelum makan ,Karena Obat high Alert perawat melakukan Prinsip Patient Safety Tingkatan
Keamanan Obat Yang Perlu diwaspadai dalam pemberian Terapi Insulin SubCutan.
17
Di suatu ruang perawatan Perawat Danam mempersiapkan obat sesuai dengan advis dokter
dan melakukan Doble check SKP 3
Perawat : Suster evi mohon dicek Kembali , obat atas nama Aura yang akan diberikan
Suster evi : Obat an.Aura dengan nomor RM.10211032 Dengan tanggal lahir 14 november
2008 Sesuai dengan advis dokter akan diberikan obat Novorapid insulin aspart dengan dosis
2 Unit sebelum makan melalui suntikan flexpen Subkutan
Perawat : Baik sus ,Sudah benar
(Perawat menuju rungan pasien)
Perawat : selamat siang perkenalkan saya perawat nadilla dan saya perawat Danam yang
akan berjaga pada shif siang. Ibu tolong sebutkan nama serta tanggal lahirnya nggeh.
18
2. Pakai hand scone
4. Melakukan
6 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi)
5. Mengkaji identitas klien (cek nama pada gelang klien/ minta klien untuk menyebutkan namanya) 6.
Memberikan posisi yang nyaman dan bantu klien dalam memilih posisi yang benar dan nyaman
10. Menggunakan tangan dominan untuk memegang flex pen dan tusukkan jarum dengan sudut
45͒ atau 90͒ dari permukaan kebawah dermis
11. Mengangkat jarum dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan non dominan
Perawat : Mbak ini saya sudah selesai melakukan Tindakan injeksi insulin,Bagaimana
perasaan mbak’e?
Pasien : Anu… Mas , Agak sakit juga
Perawat : iya bu, Sepertti biasanya di suntik ,Baik mbk saya pamit ke ruang perawatan ,ada
yg perlu ditanya lagi?
Pasien : tidak.Baik mas
Perawat : Baik mbak saya pamit dulu bila butuh bantuan bisa panggil saya di ruang perawatan
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan bagian penting dari mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan menjadi pusat perhatian di seluruh dunia. Keselamatan pasien
(patient safety) adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang aman kepada pasien yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan penerapan dari
perawat sebagai pelaksana yang mengutamakan kepentingan maupun keselamatan pasien.
Keamanan obat yang perlu diwaspadai adalah Obat LASA yaitu Look Alike Sound
Alike yang berarti obat-obatan yang memiliki bentuk dan pengucapan yang hampir sama. Lasa
mempunyai penataan tersendiri yaitu peletakannya tidak boleh bersebelahan atau sebaris,
diberi obat yang berbeda jenisnya yang diletakkan diantara dua obat yang mirip. Obat high
alert merupakan obat yang pekat dan tidak boleh disimpan di dalam ruangan. Obat Lasa diberi
stiker warna kuning sedangkan untuk yang high alert diberi stiker warna merah.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa Keperawatan sudah sepatutnya Belajar,Memahami, 6sasaran
Keselamatan pasien ini Terutama Penting sekali adanya pengetahuan Mahasiswa keperawatan
tentang patient safety ini agar tidak terjadi kesalahan pada pasien pada saat melakukan
tindakan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Laksmita Meirisia (2018). Penggunaan Terapi Insuline Pen Pada Pasien Diabetes melitus.
Semarang : RSUD UNGARAN
Herawati Y. Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Kabupaten
Jember. IKESMA. 2015; 11(1): 52-60
21