Anda di halaman 1dari 30

PANDUAN

HIGH ALERT
RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

RS Islam Jakarta Pondok Kopi


Jl. Raya Pondok Kopi, Jakarta Timur, 13460
T 021 29809000 / 021 8630654
F 021 8611101
E rsijpk@rsijpondokkopi.co.id
W www.rumahsakitislam.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Obat
High Alert Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi ini dapat selesai

Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dalam memberikan pelayanan obat High Alert kepada pasien di Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi. Dalam buku ini diuraikan pengertian, kebijakan dan tata
laksana dalam memberikan obat High Alert kepada pasien di Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi. Semoga buku ini dapat lebih membantu petugas terkait dalam
pelayanan yang mengutamakan keselamatan pasien.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan panduan obat High Alert Rumah Sakit
Islam Jakarta Pondok Kopi.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Peraturan Direksi Direksi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. ................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...iii
Lampiran…………………………………………………………………………………iv
BAB I DEFINISI .................................................................................................. 1
A. Obat High Alert ........................................................................................ 1
B. Latar Belakang ........................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP .................................................................................. 3
A. Tujuan ..................................................................................................... 3
B. Manfaat ................................................................................................... 3
C. Kebijakan ................................................................................................. 4
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................... 6
A. Prinsip ..................................................................................................... 6
B. Obat High Alert ........................................................................................ 6
C. Pemberian Obat High Alert Pada Pediatrik dan Neonatus ...................... 14
BAB IV DOKUMENTASI .................................................................................... 17
A. Prosedur .................................................................................................. 17
B. Pengecekan Ganda Terhadap Obat High Alert ....................................... 18

iii
LAMPIRAN

A. Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Obat


B. Standar Prosedur Operasional Norum / LASA, High Alert
C. Standar Prosedur Operasional Pelabelan Obat Yang Sudah Keluar Dari
Wadah
D. Standar Prosedur Operasional Pengecekan Ganda Obat High Alert
E. Standar Prosedur Operasional Penyiapan Obat High Alert
F. Standar Prosedur Operasional Peresepan Obat High Alert
G. Daftar Obat Norum / Lasa
H. Daftar Obat High Alert
I. Daftar Obat Elektrolit Pekat
J. Form monitoring penyimpanan obat High Alert

iv
PERATURAN DIREKSI
RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
NOMOR : 74/XVII/PD/RSIJPK/10/2018
TENTANG PANDUAN HIGH ALERT

BAB I

DEFINISI

A. Obat High Alert


Obat High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan serius (sentinel event) dan
obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan
(ROTD).
B. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Dua diantara 5 isu keselamatan (safety) di rumah sakit tersebut
adalah : keselamatan pasien (patient safety), dan keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien, maka rumah sakit wajib mengupayakan
pemenuhan terhadap keselamatan pasien.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi pengkajian (asesmen) risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tidak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Mengingat keselamatan pasien menjadi suatu hal yang sangat
diutamakan, dan menjadi barometer mutu pelayanan suatu rumah sakit. Maka
beberapa cara diimplentasikan untuk memberikan jamninan keamanan,
sekaligus pelayanan berkualitas disamping untuk meningkatkan angka
Panduan Obat High Alert
1
harapan hidup pasien, juga sebagai pembuktian kinerja rumah sakit yang
bersangkutan.
Ada 6 Sasaran Keselamatan Pasien meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar; 2. Meningkatkan komunikasi yang
efektif; 3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai; 4.
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; 5. Mengurangi
risiko infeksi akibat pelayanan kesehatan; dan 6. Mengurangi risiko pasien
jatuh. Keenam sasaran ini saling berkaitan pada saat implementasinya.
Ilustrasi dari sasaran keselamatan pasien tersebut adalah : seorang
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi perlu di pastikan kesesuaian
tindakan operasai dengan identitas pasien, tindakan harus dipastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, dan obat yang diberikan juga harus tepat pasien.
Tindakan operasi yang akan dilakukan harus mempertimbangkan berbagai
hal untuk meminimalisir kemungkinan risiko infeksi dengan salah satu cara
adalah cuci tangan dengan benar. Pada saat pasien selesai dilakukan operasi
maka perlu dilakukan tindakan untuk meminimalkan resiko jatuh karena
pasien masih dalam pengaruh obat.
Obat merupakan hal yang sudah sangat dimaklumi sebagai bagian dari
proses penyembuhan seorang pasien. Sebuah studi tentang minum obat yang
dilakukan oleh RSCM ( Agustus, 2011) menyimpulkan bahwa lima tipe
kesalahan obat yang sering terjadi di RSCM adalah ; 8% Salah obat, 50%
Salah dosis, 17% Salah instruksi, 11% Pasien tidak mendapat obat, 14%
Duplikasi. Dapat dibayangkan bahwa akibat kesalahan-kesalahan tersebut
akan menimbulkan kesalahan yang dapat membahayakan pasien.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat
dan berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan kegiatan
peningkatan keamanan obat, yang ada dalam sasaran keselamatan pasien
harus dapat diimplentasikan.Sehingga angka kejadian KTD dapat dicegah
sedini mungkin.
BAB II

Panduan Obat High Alert


2
RUANG LINGKUP

A. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai Panduan bagi manajemen RSIJ Pondok Kopi untuk dapat
melaksanakan tatalaksana pemberian obat yang aman untuk pasien.
Tujuan Khusus :
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya
mengenai kebijakan manajemen dan pemberian obat – obatan yang
tergolong dalam kategori obat high alert (obat – obatan dengan
pengawasan).
2. Meningkatkan kewaspadaan akan obat high alert sehingga meningkatkan
keselamatan pasien.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan – kesalahan medis dan menurunkan
potensi risiko terhadap pasien.
4. Identifikasi obat high alert.
5. Penyimpanan (Storage) obat high alert.
6. Peresepan (Prescribing) obat high alert.
7. Penyiapan (Dispensing) obat high alert.
8. Pemberian (Administration) obat high alert.
9. Pemantauan (Monitoring) obat high alert.
10. Pemberian obat yang aman untuk pasien, petugas, dan lingkungan.
11. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan
terarah.

B. MANFAAT
1. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang berkualitas dan citra yang
baik bagi RSIJ Pondok Kopi.
2. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan

Panduan Obat High Alert


3
rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RSI J Pondok Kopi.
3. Dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap tindakan yang akan
dilakukan.

C. KEBIJAKAN
1. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi
label yang jelas
2. Setiap outlet, depo dan gudang farmasi, ruang rawat, poliklinik harus
memiliki daftar obat high alert dan buku panduan penanganan obat high
alert.
3. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk
obat high alert.
4. Jenis obat yang dimasukkan dalam kategori obat high alert ditetapkan oleh
Rumah Sakit
5. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan
ditinjau ulang dalam audit dan revisi obat high alert oleh Panitia
Farmakoterapi.
6. Obat-obatan yang digunakan dalam keadaan emergensi medis (misalnya:
kondisi mengancam nyawa yang bersifat gawat darurat) tidak diwajibkan
mengikuti Pedoman dan Prosedur Obat High Alert
7. Berikut adalah kategori obat yang masuk Daftar Obat High Alert Rumah
Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi

No Kelas/kategori/obat spesifik Jenis obat


1 Vasokonstriktor iv Epinephrine, Norepinephrine
2 Adrenergik antagonis Propanolol
3 Anestesi lokal Bupivacaine, Lidocaine,
Levobupivacaine
4 Anesthesi; umum, inhalasi dan iv Propofol, Sevoflurane, Isoflurane,
Ketamin HCl, Desfluran

Panduan Obat High Alert


4
5 Antiaritmia, iv Amiodaron
6 Antitrombotik Iv :
a. Antikoagulan Heparin, warfarin, enoxaparin
b. Faktor Xa inhibitor Fondaparinux sodium
c. Trombolitik Streptokinase

7 Agen kemoterapi oral Mycophenolate mofetil,


Hydroxyurea, Methotrexat,
Tamoxifen, Capecitabin
8 Larutan dialysis, peritoneal dan
hemodialisis
9 Antidiabetik parenteral insulin
10 Glikosida jantung parenteral Digoxin iv
11 Inotropik iv Dobutamin, Dopamin
12 Agen sedasi moderat iv Midazolam
13 Uterotonik Oksitosin
14 Penghambat neuromuskular Vecuronium Bromide, Atrakurium,
Rokuronium
15 Analgetika Narkotika Morphine, Pethidin, Fentanyl,
Sufentanil
16 Preparat nutrisi parenteral
17 Radiokontras iv Iohexol, Iodixanol, Amidotrizoate
meglumine
18 Elektrolit konsentrat pekat NaCl 3%, KCl 7.46% / 1 Meq,
MgSO4 20%, MgSO4 40%,
Bikarbonat Sodium 8.4%,
Dekstrose 40%

BAB III
TATA LAKSANA
Panduan Obat High Alert
5
A. PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah obat high alert yang disimpan di suatu unit
b. Hindarkan penggunaan obat high alert sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat – obat dengan nama atau kemasan yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap obat high alert
d. Gunakan tabel dosis standart (daripada menggunakan dosis
perhitungan berdasarkan berat badan / fungsi ginjal, dimana rentan
terjadi kesalahan).

B. OBAT HIGH ALERT


1. Alkaloid Vinca (Vincristine, vinblastine, vinorelbine)
a. Semua dosis vinkristin dan vinblastin disiapkan dan disimpan dalam
larutan 10ml NaCI 0,9% (injeksi)
b. Vinorelbine disiapkan dan disimpan dalam larutan 20ml NaCI 0,9%
(injeksi)
c. Spuit harus diberi label dengan peringatan:
i. „fatal jika diberikan intratekal‟
ii. „hanya untuk penggunaan IV‟
iii. „perlu pengecekan ganda‟
d. Setiap spuit harus disertai tutup dan harus tetap intak hingga waktu
pemberian obat tiba
2. Pemberian obat melalui intratekal
a. Lakukan pengecekan ganda setelah persiapan dosis obat intratekal
untuk memastikan obat dan pelabelan benar.
b. Pelabelan meliputi peringatan:

Panduan Obat High Alert


6
i. „perhatian : hanya untuk penggunaan intratekal‟
ii. „perlu pengecekan ganda‟
c. Obat – obatan kemoterapi intraktekal akan disimpan dan disiapkan
dalam sediaan spuit 10 ml atau lebih kecil.
d. Tidak boleh ada obat – obatan sitotoksik lainnya di sebelah tempat
tidur pasien selama proses pemberian obat kemoterapi intratekal
e. Lakukan pengecekan ganda
3. Agonis Adrenergik IV (epinefrin, norepinefrin)
a. Instruksi medikasi harus meliputi „kecepatan awal‟
b. Saat titrasi obat, harus meliputi parameternya
c. Konsentrasi standar untuk infuse kontinu:
i.Epinefrin: 4 mg/250ml
ii.Norepinefrin: 8 mg/250ml
iii.Fenilefrin: 50 mg/250ml
d. Pada kondisi klinis di mana diperlukan konsentrasi infuse yang tidak
sesuai standar, spuit atau botol infuse harus diberi label „konsentrasi
yang digunakan adalah….‟
e. Gunakan monitor kardiovaskular pada semua pasien dengan
pemasangan vena sentral
4. Antagonis adrenergic
Konsentrasi standar esmolol:
i. Vial 100 mg/10ml
ii. Ampul 2,5 g/10ml7
5. Dopamine dan Dobutamin
a. Sering terjadi kesalahan berupa obat tertukar karena namanya yang
mirip, dan indikasinya yang serupa. Gunakan label yang dapat
membedakan nama obat (misalnya: DOBUTamin, DOPamin)
b. Gunakan konsentrasi standar
c. Beri label pada pompa dan botol infuse berupa nama obat dan
dosisnya

Panduan Obat High Alert


7
6. Kalsium Intravena (sebagai gluceptate, gluconate, atau chloride)
a. CaCl tidak boleh diberikan melalui IM karena bersifat sangat iritatif
terhadap jaringan
b. Faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah
adalah kadar fosfor serum dan albumin serum
c. Efek samping yang dapat terjadi:
I. Interaksi obat dengan digoksin (injeksi cepat kalsium dapat
menyebabkan bradiaritmia, terutama pada pasien yang
mengkonsumsi digoksin)
II. Antagonis terhadap CCB (calcium – chanel blocker) dan
peningkatan tekanan darah
III. Hipokalsemia atau hiperkalesemia akibat pemantauan kadar
kalsium yang tidak efisien
IV. Rasio kalsium fosfor yang tidak tepat dalam larutan IV dan
menyebabkan presipitasi dan kerusakan organ
V. Nekrosis jaringan akibat ekstravasasi kaslium klorida
d. Instruksikan pemberian kalsium dalam satuan milligram
e. Lakukan pengecekan ganda
7. Agen Kemoterapi (intravena, intraperitoneal, intraarterial, intrahepatik
dan intrapleural)
a. Dalam meresepkan obat kemoterapi, perlu dilakukan sertifikasi dan
verifikasi secara tepat sebelum meresepkan dan memberikan obat
b. Instruksi kemoterapi harus ditulis di “formulir instruksi kemoterapi”
dan ditandatangani oleh spesialis onkologi
c. Tidak diperbolehkan memberikan instruksi obat kemoterapi hanya
dalam bentuk verbal (harus tertulis)
d. Singkatan “u” untuk „unit‟ tidak diperbolehkan. Jangan
menggunakan singkatan
e. Jangan menggunakan pompa IV jika hanya perlu dosis bolus
f. Jika memungkinkan, gunakan instruksi yang dicetak (print) dalam

Panduan Obat High Alert


8
meresepkan obat
g. Saat meresepkan obat kemoterapi IV, instruksi harus tertulis
dengan dosis individual, bukan jumlah total obat yang diberikan
sepanjang program terapi ini
h. Instruksi lengkap mengenai pemberian obat ini harus mencakup:
I. Nama pasien dan nomor rekam medis
II. Tanda dan waktu penulisan instruksi
III. Semua elemen yang digunakan untuk menghitung dosis inisial
atau perubahan tatalaksana kemoterapi harus dicantumkan
dalam resep (tinggi badan, berat badan dan atau luas
permukaan tubuh)
IV. Indikasi dan inform consent
V. Alergi
VI. Nama obat kemoterapi, dosis, rute pemberian dan tanggal
pemberian setiap obat
VII. Jumlah siklus dan atau jumlah minggu pemberian regimen
pengobatan, jika memungkinkan
i. Berikan label yang jelas dan kemasan berbeda – beda untuk
membedakan dengan obat lainnya
j. Semua dosis obat harus disertai dengan tulisan „Perhatian: agen
kemoterapi‟
k. Adanya dosis obat yang hilang harus diselidiki segera oleh ahli farmasi
dan dosis pengganti sebaiknya tidak diberikan sebelum disposisi dosis
pertama diverifikasi
l. Obat kemoterapi akan diberikan berdasarkan pada instruksi dokter dan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku
m. Memberikan label pada setiap alat / benda spesifik milik pasien yang
berhubungan dengan kemoterapi, misalnya „peringatan: materi / bahan
anti-neoplastik. Perlakukan dengan baik dan hati – hati‟
n. Obat kemoterapi akan dikemas dengan 2 lapisan untuk meminimalisasi

Panduan Obat High Alert


9
kemungkinan tercecer atau tersebar
o. Semua obat kemoterapi yang telah dipersiapkan akan menjalani
pengecekan ganda
p. Lakukan pengecekan dalam perhitungan dosis sebanyak 2 kali oleh 2
orang yang berbeda
q. Lakukan pengecekan pengaturan pompa kemoterapi sebelum
memberikan obat
r. Hanya perawat yang memiliki kompetensi dalam pemberian kemoterapi
yang boleh memberikan obat
8. Infuse kontinu Heparin, Warfarin IV
a. Protokol standar indikasi adalah untuk thrombosis vena dalam (Deep
Vein Thrombosis – DVT), sakit jantung, stroke dan ultra – filtrasi
b. Singkatan “u” untuk „unit‟ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan
singkatan
c. Standar konsentrasi obat untuk infuse kontinu:
I. Heparin: 25.000 unit/500 ml dekstrosa 5% (setara dengan 50
unit/ml)
II. Lepirudin: 50 mg/250 ml dan 100 mg/250 ml
III. Argatroban: 250 mg/ 250 ml
d. Gunakan pompa infuse
e. Lakukan pengecekan ganda
f. Berikan stiker atau label pada vial heparin dan lakukan pengecekan
ganda terhadap adanya perubahan kecepatan pemberian
g. Untuk pemberian bolus, berikan dengan spuit (daripada memodifikasi
kecepatan infus)
h. Obat – obatan harus diawasi dan dipantau
i. Warfarin harus diinstruksikan secara harian berdasarkan pada nilai INR
/ PT harian
9. Insulin IV
a. Singkatan “u” pada „unit‟ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan

Panduan Obat High Alert


10
singkatan
b. Infuse insulin: konsentrasi standar = 1 unit/ml, diberikan label “high
alert”, ikuti protokol standar ICU
c. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluarsa dalam 30 hari
setelah dibuka
d. Vial insulin di simpan pada tempat terpisah dalam kulkas dan diberi
label
e. Pisahkan tempat penyimpanan insulin dan heparin (karena sering
tertukar)
f. Jangan pernah menyiapkan insulin dengan dosis U100 di dalam spuit 1
cc, selalu gunakan spuit insulin (khusus)
g. Lakukan pengecekan ganda
h. Perawat harus memberitahukan kepada pasien bahwa mereka akan
diberikan suntikan insulin
i. Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis:
I. Simpan dalam kulkas secara terpisah dan diberi label yang tepat
II. Semua vial insulin harus dibuang dalam waktu 30 hari setelah
dibuka (injeksi jarum suntik). Tanggal dibuka / digunakan insulin
untuk pertama kali harus dicatat pada vial
10. Konsentrat elektrolit: NaCI > 0,9%, Kalium (klorida, asetat, dan fosfat)
> 0,4 Eq/ml10, Sodium Bikarbonas, Magnesium Sulfas
a. Jika KCl di injeksi terlalu cepat (misalnya pada kecepatan melebihi 10
mEq/jam) atau dengan dosis yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan
henti jantung
b. KCl tidak boleh diberikan sebagai IV push / bolus
c. Hanya disimpan di instalasi farmasi, ICU, kamar operasi, IGD
d. Standar konsentrasi pemberian infuse NaCl: maksimal 3% dalam 500
ml
e. Berikan label pada botol infuse “larutan natrium hipertonik 3%” (label
stiker berwarna biru)

Panduan Obat High Alert


11
f. Protokol pemberian:
I. Indikasi pemberian
II. Kecepatan infus
III. Cara pemberian : dengan syringe pump, jika tidak memungkinkan
syringe pump dilakukan pemantauan tetesan secara berkala.
IV. Larangan untuk memberikan larutan elektrolit konsentrat multipel
secara berbarengan (misalnya: tidak boleh memberikan KCl IV
sementara pasien sedang mendapat infuse KCl di jalur IV lainnya)
V. Diperbolehkan untuk melakukan substitusi dari KCl oral menjadi KCl
IV, jika diperlukan.
g. Lakukan pengecekan ganda
h. Daftar sediaan elektrolit pekat, cara pemberian dan kompatibilitasnya :
NO SEDIAAN CARA CAIRAN STABILITAS
PEMBERIAN REKONSTITUSI
1 KCl 7.46% / a. Infus iv a. NaCl 0.45%,
1 Meq 0.9%,
b. Dekstrose
2.5%, 5%,
10%, 20%
c. Kombinasi
dekstrose +
salin
d. RL
2 MgSO4 a. i.m a. Dekstrose (a) 60 hari
20%, 40% b. iv langsung 5% pada 0˚C
c. infus kontinu / b. RL (b,c) Tidak
intermittent c. NaCl 0.9% berubah
selama 3
bulan pada
suhu ruang

3 NaHCO3 a. Iv a. NaCl 0.45%,


8.4% b. Sc jika dalam 0.9%
Sodium konsentrasi b. Dekstrose
bikarbonat isotonik 5%, 10%
c. RL

11. Infuse narkose / opiat, termasuk infuse narkose epidural

Panduan Obat High Alert


12
a. Penyimpanan obat narkotika di farmasi harus dalam lemari yang
terkunci berpintu ganda.
b. Kapanpun memungkinkan, instruksi yang di cetak (print) sebaiknya
tersedia dalam meresepkan obat
c. Berikan label “high alert”: untuk obat narkotika injeksi yang
didistribusikan ke Kamar Bedah, ICU dan IGD
d. Konsentrasi standar:
I. Morfin: 1 mg/ml
II. Meperidin: 10 mg/ml
III. Hidromorfin: 0,2 mg/ml (lima kali lebih poten dibandingkan morfin)
IV. Fentanil (penggunaan ICU): 10 mg/ml
e. Konsentrasi tinggi (berikan label „konsentrasi tinggi‟):
I. Morfin: 5 mg/ml
II. Hidromorfin: 1 mg/ml (lima kali lebih poten dibandingkan morfin)
III. Fentanil (penggunaan ICU): 50 mcg/ml
f. Instruksi penggunaan narkose harus mengikuti kebijakan titrasi
g. Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya disemua area yang
terdapat kemungkinan menggunakan morfin
h. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai
riwayat alergi
i. Hanya menggunakan nama generik
j. Jalur pemberian epidural:
i. Semua pemberian infuse narkose / opiate harus diberikan
dengan pompa infuse yang terprogram dan diberikan label pada
alat pompa
ii. Gunakan tabungan infuse yang spesifik (misalnya: warna kuning
bergaris) tanpa portal injeksi
iii. Berikan label pada ujung distal selang infuse epidural dan
selang infuse IV untuk membedakan
k. Jika diperlukan perubahan dosis, hubungi dokter yang bertanggung

Panduan Obat High Alert


13
jawab
l. Lakukan pengecekan ganda
12. Agen sedasi IV (lorazepam, midazolam, propofol)
a. Setiap infuse obat sedasi kontinu memiliki standar dosis, yaitu:
I. Lorazepam: 1 mg/ml
II. Midazolam: 1 mg/ml, efek puncak: 5 – 10 menit
III. Propofol: 10 mg/ml
b. Lakukan monitor selama pemberian obat (oksimetri denyut, tanda vital,
tersedia peralatan resusitasi)
13. Infuse Magnesium Sulfat
a. Tergolong sebagai obat high alertpada pemberian konsentrasi melebihi
standar, yaitu > 40 mg/ml dalam larutan 100 ml (4 gr dalam 100 ml
larutan isotonic / normal Saline)
b. Perlu pengecekan ganda (perhitungan dosis, persiapan dosis,
pengaturan pompa infuse, pengaturan dan pemantauan tetesan)

C. PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT PADA PEDIATRIK DAN NEONATUS


1. Obat high alert pada neonatus dan pediatrik serupa dengan obat –
obatan pada dewasa dan obat – obatan dibawah ini :
a. Chloral hydrate (semua jalur pemberian)
b. Insulin (semua jalur pemberian)
c. Infus dopamine, dobutamine, epinefrine, noreprinefrine
2. Pemberian chloral hydrate untuk sedasi:
a. Kesalahan yang sering terjadi:
1) Dosis tertukar karena terdapat 2 sediaan: 250 mg/5 ml dan 500
mg/ 5 ml
2) Instruksi sering dalam bentuk satuan volume (ml) dan bukan
dalam dosis mg
3) Pasien agitasi sering mendapat dosis multiple sebelum dosis
yang pertama mencapai efek puncaknya sehingga

Panduan Obat High Alert


14
mengakibatkan terjadinya over dosis.
b. Tidak boleh untuk penggunaan di rumah
c. Monitor semua anak yang diberikan chloral hydrate untuk sedasi pre-
operatif sebelum dan setelah prosedur dilakukan. Buatlah rencana
resusitasi dan pastikan tersedianya peralatan resusitasi.
3. Prosedur pemberian obat:
a. Lakukan pengecekan ganda oleh dua 2 orang petugas kesehatan
yang berkualitas (perawat, dokter, farmasi)
b. Berikut adalah konsentrasi standar obat – obatan untuk penggunaan
secara kontinu infus intravena untuk semua pasien pediatrik yang
dirawat, SCN dan NICU. Berikan label “konsentrasi ………” untuk
spuit atau botol infuse dengan konsentrasi modifikasi.

Tabel Konsentrasi Standar Obat - obatan untuk

Panduan Obat High Alert


15
Pediatric, SCN dan NICU

Konsentrasi
Obat Konsentrasi 1 Konsentrasi 2
3
KCl 0,1 mEq/ml 0,2 mEq/ml
(10 mEq/100 ml) (20 mEq/100ml)
hanya untuk infus
vena sentral
Spesifik untuk Pediatric
Dopamin 1600 mcg/ml 3200 mcg/ml
(400 mcg/250 ml) (800 mcg/250 ml)
Dobutamin 200 mcg/ml 4000 mcg/ml
(500 mcg/250 ml) (1 mcg/sutarjo)
Epinefrin 16 mcg/ml 64 mcg/ml
(4 mg/250 ml) 16 mg/250 ml
Norepinefrin 16 mcg/ml 32 mcg/ml 64 mcg/ml
(4 mg/250 ml) 8 mg/250 ml) (16m/250 ml)
insulin, regular 0,5 unit/ml 1 unit/ml

Spesifik untuk NICU


Dopamin 400 mcg/ml 800 mcg/ml 1600 mcg/ml
Dobutamin 500 mcg/ml 1000mcg 2000 mcg/ml
Epinefrin 20 mcg/ml 40 mcg/ml
insulin, regular 0,1 unit/ml 0,5 unit/ml
Fentanil 4 mcg/ml 12,5 mcg/ml

BAB IV
Panduan Obat High Alert
16
DOKUMENTASI

a. PROSEDUR

Lakukan prosedur dengan aman dan hati – hati selama memberikan


instruksi, mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan obat high alert .
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai obat high alert.
b. Instruksi ini mencakup minimal:
1) Nama pasien dan nomor rekam medis
2) Tanggal dan waktu instruksi dibuat
3) Nama obat, dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap
obat
4) Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan
setiap obat high alert secara tertulis.
d. Jika memungkinkan, peresepan obat high alert haruslah terstandarisasi
dengan menggunakan instruksi tercetak.
e. Instruksi kemoterapi harus ditulis pada “Formulir Instruksi Kemoterapi”
dan ditandatangani oleh spesialis ongkologi, informasi ini termasuk
riwayat alergi pasien, tinggi badan, berat badan, dan luas permukaan
tubuh pasien. Hal ini memungkinkan perawat atau farmasis untuk
melakukan pengecekan ganda terhadap perhitungan dosis
berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.
2. Persiapan dan Penyimpanan
a. Obat high alert disimpan di area konter perawat.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan
dipisahkan dengan obat – obatan rutin lainnya.
c. Setiap kotak / tempat yang berisi obat high alert harus diberi label
agar pasien / perawat menjadi waspada dan berhati – hati.
d. Infus intravena obat high alert harus diberikan label yang jelas

Panduan Obat High Alert


17
dengan menggunakan huruf / tulisan yang berbeda dengan
sekitarnya
3. Pemberian Obat
Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double – check)
terhadap semua obat high alert sebelum diberikan kepada pasien

b. PENGECEKAN GANDA TERHADAP OBAT HIGH ALERT


1. Tujuan: identifikasi obat – obatan yang memerlukan verifikasi atau
pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai orang
kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
2. Kebijakan:
1) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan obat high alert
tertentu / spesifik.
2) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau
pada catatan pemberian medikasi pasien.
Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang
untuk menginstruksikan, meresepkan atau memberikan obat – obatan
antara lain: perawat, farmasi, dokter
Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang,
teknisi atau perawat lainnya (petugas tidak boleh sama dengan
pengecek pertama)
Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda / verifikasi
oleh orang kedua dilakukan pada kondisi – kondisi pada saat akan
melakukan pemberian obat high alert.
3) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari
dokter

3. Prosedur
a. Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru

Panduan Obat High Alert


18
1. Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini
untuk mengalami pengecekan ganda oleh petugas kedua:
1) Obat – obatan pasien dengan lebel yang masih intak
2) Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau
resep / instruksi tertulis dokter
3) Obat yang hendak diberikan lengkap dengan label nya
4) Nama dan paraf pada kolom perawat I
2. Petugas kedua akan memastikan hal – hal berikut ini:
1) Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi.
2) Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak
diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter.
3) Obat memenuhi 5 persyaratan.
4) Membaca label untuk memverifikasi kelima persyaratan ini:
a. Obat tepat
b. Dosis atau kecepatan nya tepat, termasuk pengecekan
ganda mengenai perhitungan dan verifikasi pompa infuse
/ tetesan per menit.
c. Rute pemberian tepat
d. Frekuensi / interval tepat
e. Diberikan kepada pasien yang tepat
3. Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan / vial obat
untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang
benar, misal nya: dosis insulin
4. Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan
ganda dan kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai,
lakukan pencatatan pada rekam medis / catatan pemberian
medikasi pasien
5. Petugas kedua harus membubuhkan nama dan paraf pada
kolom perawat II dan diisi oleh nama pengecek.
6. Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan

Panduan Obat High Alert


19
kepada pasien.
7. Pastikan infus obat berada pada jalur / selang yang benar dan
lakukan pengecekan selang infus mulai dari larutan / cairan
infus, pompa, hingga tempat infersi selang.
8. Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan pemberian
yang tepat, termasuk ketepatan data berat badan pasien
c. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan,
dosis, dan tujuan (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika
kemungkinan)
d. Semua pemberian obat high alert intravena dan bersifat kontinu
diusahakan diberikan melalui pompa infus Iv atau menggungakan
syringe injector. Pengecualian dapat diberikan pada pasien di Ruang
Rawat Insentive Neonatus (Neonates Insentive Care Unit – NICU), atau
pada pasien resiko tinggi mengalami kelebihan cairan (volume over-
load). Setiap selang infus harus diberi label dengan nama obat yang
diberikan di ujung distal selang dan pada pintu masuk pompa (untuk
mempermudah verifikasi dan meminimalkan kesalahan). Jika tidak
memungkinkan maka diberikan melalui infus dengan pengaturan dan
pemantauan jumlah tetesan.
e. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan
ganda dapat menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak
negatif terhadap pasien, perawat atau dokter pertama-tama harus
menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar – benar
bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa
sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan
obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang
diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.

Panduan Obat High Alert


20
DAFTAR OBAT LASA

DAFTAR OBAT HIGH ALERT RSIJ PONDOK KOPI

No. Kategori Obat Nama Obat Komposisi


1. Agonis Epinephrine Injeksi Epinephrine 1 mg/ml
adrenargik Vascon® Injeksi Norepinephrine 1 mg/ml
intravena (iv) Raivas® Injeksi Norepinephrine 1 mg/ml
Dopamin Injeksi Dopamin HCl 20 mg/ml
Dominic® Injeksi Dobutamin HCl 250 mg/ml
Dobuject® Injeksi Dobutamin HCl 250 mg/ml
Atropin Injeksi Atropin 0,25 mg/ml

2. Anestesi umum, Recofol® Injeksi Propofol 10mg/ml


inhalasi dan Buvanest® injeksi Bupivacaine
iv Propofol®lipuro 1 % Propofol 10mg/ml
Injeksi
Sojourn® inhalasi Sevoflurane
Terrell® inhalasi Isoflurane
Decain spinal 0,5% Bupivacaine HCl anhydrous,
heavy® injeksi Dextrose monohydrate
Bupivacaine injeksi Bupivacaine
Ketamine Injeksi Ketamine HCl 100 mg/ml
3. Antiaritmia iv Cordarone® Injeksi Amiodarone 150 mg/ml
4. Antitrombotik Inviclot® Injeksi Heparine sodium 5.000 iu/ml
(antikoagulan) Lovenox® Injeksi Enoxaparine sodium 40 mg
Arixtra® injeksi Fondaparinux Sodium
Streptase® Injeksi Streptokinase 1.500.000 iu
5. Dextrose Otsu-D40® 25 ml 40% dextrose for injection
hipertonik,
20% atau lebih
Magnesium Otsu-MgSO4 20® 20% MgSO4 injection, 25 ml
6. Sulfat (MgSO4) Injeksi
Injeksi Otsu-MgSO4 40® 40% MgSO4 injection, 25 ml
Injeksi

Panduan Obat High Alert


1
7. KCl Injeksi Otsu-KCl 7,46® 7,46 % KCl injection, 25 ml
8. NaCl Inj Otsu-Saline® 3% Sodium chloride 3%
hipertonik
(lebih dari
0,9%)
9. Agen sedasi Miloz® Injeksi Midazolame HCl 15 mg
moderat iv Midazolame-hameln® Midazolame 5 mg/ ml, 3 ml
Injeksi
Sedacum® Injeksi Midazolame 5 mg/ ml
10. Radiokontras Omnipaque® Injeksi Iohexol 674 mg, Trometamol
iv 1,2 mg Sodium
calcium edetate 0,1 mg
Visipaque® Injeksi
Urografin® 76 % inj
11. Kemoterapi Semua obat kategori
parenteral kemoterapi
parenteral (apabila
ada)
12. Narkotika/ Morphine Injeksi Morphine
opiat iv Pethidine Injeksi Pethidine
Fentanyl Injeksi Fentanyl 2 mg, 10 mg
13. Insulin Semua jenis insulin
subkutan &
intravena

Panduan Obat High Alert


2
Panduan Obat High Alert
3

Anda mungkin juga menyukai