Nomor :
Tanggal :
Halaman Judul
Daftar Isi
SK Pemberlakuan Panduan Keselamatan Pasien
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB 9 PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan informasi dan acuan bagi petugas UOBK RSUD BESUKI dalam
melaksanakan program keselamatan pasien Rumah Sakit Besuki.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Terlaksananya program keselamatan pasein UOBK Rumah Sakit Umum Daerah
Besuki secara sistematis dan terarah;
2. Terlaksananya pencatatan insiden di Rumah Sakit dan Pelaporannya;
3. Peningkatan mutu UOBK Rumah Sakit Umum Daerah Besuki;
4. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat;
5. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
6. Terlaksanya program-prograam pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
1.3 Ruang Lingkup
Sasaran keselamatan pasien ini menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam
perawatan kesehatan untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan
berkualitas tinggi.
BAB 2
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
2.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman.sistem tersebut meliputi: assesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
3.1 Pengertian
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti – bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan
keterangan tersebut dengan individu seseorang.
Pasien adalah seorang individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk
membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien.
Identifikasi pasien adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk memastikan
ketepatan dan kebenaran identitas pasien sebelum pasien yang dimaksud mendapatkan
perlakuan atau tindakan di Rumah Sakit baik medis, mendapatkan terapi, pemeriksaan
dokter, pemeriksaan penunjang maupun administratif.
5.1 Pengertian
Obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) adalah obat yang
presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/ eror dan atau kejadian
sentinel, obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (Adverse
Outcome) termasuk obat-obat LASA/NORUM dan Elektrolit konsentrat.
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM ( Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip) adalah nama obat generik ataupun dagang yang rupa ataupun nama (bunyi) hampir
sama dengan obat lain.
Obat –obat yang perlu diwaspadai terdiri atas :
1. Obat resiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (eror) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti : insulin
2. Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak / kelihatan sama (look
alike sound alike), bunyi ucapan sama (sound alike)
3. Elektrolit konsentrat contohnya seperti KCl, MgSO4
Setiap obat yang termasuk obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert) jika salah
penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan bahayanya dapat menyebabkan
kematian atau kecacatan pasien.
6.1 Pengertian
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit untuk menjamin pasien yang akan
menjalani suatu tindakan operasi mendapatkan tindakan operasi yang sesuai dengan
lokasi keadaan yang perlu ditindakan pembedahan, prosedur yang tepat untuk melakukan
tindakan dan di berikan pada pasien yang benar yaang membutuhkan tindakan
pembedahan.
6.3 Prinsip
1. Semua pasien yang menjalani suatu tindakan prosedur operasi, harus di identifikasi
dan di jamin sisi operasi yang tepat, prosedur yang tepat serta pasien yang tepat
sebelum, saat dan setelah menjalani suatu operasi.
2. Menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
menigkut sertakan pasien dalam proses penandaan.
3. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur
yang tepat sebelum operasi dan seluruh dokumen serta peralatan yang di butuhkan
tersedia, benar dan berfungsi.
4. Seluruh tim tenaga kesehatan yang ikut dalam operasi melakukan, membuat dan
mendokumentasikan prosedur, Sign In, sesaat sebelum pasien di induksi, Time Out
sesaat sebelum prosedur operasi di mulai serta Sign Out sebelum menutup luka
operasi.
6.4 Protokol Umum
1. Tandai lokasi operasi (marking), terutama :
1). Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri
2). Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
3). Multiple level (operasi tulang belakang : servikal, thorakal, lumbal)
4). Multiple lesi yang pengerjaannya bertahap
2. Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
1). Gunakan tanda yang telah di sepakati
2). Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda N (site
marking)
3). Tanda di buat pada atau dekat daerah incise
4). Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : spidol)
5). Gunakan tanda berupa lingkaran ( )
6). Daerah yang tidak di operasi jangan di tandai kecuali sangat di perlukan
3. Lakukan proses verifikasi sebagai berikut :
(Daftar Tilik Keselamatan Operasi Terlampir)
1). Pra operatif (check in) tempat penerimaan pasien
(1) Lokasi ,prosedur dan pasien yang benar
(2) Dokumen (Surat Ijin Operasi, inform consent), foto (rontgen, USG), hasil
pemeriksaan yang berkaitan tersedia, di beri label dengan baik dan di
pampang.
(3) Ketersediaan peralatan khusus yang di butuhkan
2). Sing In (sebelum tindakan anestesi)
(1) Identitas, lokasi, dan prosedur yang benar
(2) Penandaan area operasi apakah telah sesuai
(3) Apakah ada riwayat alergi obat
(4) Apakah ada resiko penyulit / aspirasi
(5) Jika terjadi antisipasi penangannyan
(6) Resiko kehilangan darah
(7) Jika terjadi akses akan di pasang dimana
(8) Apakah kesiapan alat dan obat anestesi sudah lengkap
3). Time Out (sebelum incisi)
(1) Dilakukan ditempat tindakan yang dilakukan operasi.
(2) Tepat sebelum tindakan pembedahan dimulai
(3) Melibatkan seluruh tim operasi
(4) Didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan checklist
(5) Konfirmasi secara verbal (identitas, lokasi, tindakan, dan rencana
tindakan)
(6) Penayangan hasil penunjang (rontgen, USG, EKG) dengan benar
(7) Apakah diberikan antibiotic profilaksis intra operasi
(8) Perkiraan lamanya operasi
(9) Apakah ada perhatian khusus
(10) Perkiraan kehilangan darah dan antisipasinya
4). Sign Out (sebelum menutup luka operasi)
(1) Perawat melakukan konfirmasi secara verbal tentang kelengkapan alat dan
bahan untuk operasi
(2) Apakah spesimen telah diberi label
(3) Apakah telah ada formulir untuk pengantar pemeriksaan
(4) Peninjauan kembali kegiatan pembedahan, anestesi, dan OK
(5) Perhatian khusus fase pemulihan di RR
5). Check Out (serah terima pasien dari RR ke perawat ruangan)
(1) Perawat melakukan serah terima secara verbal berupa keadaan umum
pasien, keasdaran, tanda-tanda vital (TD, N, P)
(2) Skala nyeri
(3) Dokumen pendukung (foto rontgen, EKG, USG)
(4) Golongan darah dan berapa labu yang sudah diberikan
(5) Jenis infus, tetesannya, dan antibiotik yang sudah diberikan
(6) Instruksi post op dokter bedah dan dokter anestesi
(7) Catheter urine, volume urine
(8) Posisi area luka ada tidaknya jaringan PA yang harus diperiksa
BAB 7
PENURUNAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN MELALUI
EVIDENCE-BASED HAND HYGIENE GUIDELINES
7.1 Pengertian
1. Kebersihan tangan secara umum terdiri dari kebersihan tangan sosial/umum,
kebersihan tangan aseptik, kebersihan tangan handrub berbasis alkohol,
kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan aseptik adalah mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
antiseptik.
3. Kebersihan tangan handrub berbasis alkohol adalah membersihkan tangan dari
mikroorganisme.
4. Kebersihan tangan surgical adalah mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik
sebelum operasi untuk menghilangkan kuman transient dan menurunkan kuman
resident flora di tangan.
5. Flora Transien dan Flora Residen
Istilah ini menggambarkan dimana bakteri dan mikroorganisme berada dalam
lapisan kulit. Flora Transien : Diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas
kesehatan lain atau permukaan yang terkontaminasi (Mis : meja periksa, toilet,
lantai) selama bekerja. Organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat
sebagian dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air. Flora
Residen : Tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta di dalam folikel rambut, dan
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, bahkan dengan pencucian dan pembilasan
keras dengan sabun dan air bersih. Untungnya pada sebagian besar kasus, flora
residen kemungkinan kecil terkait dengan infeksi yang menular
6. Air Bersih
Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk
diminum serta pemakaian lainnya (misalnya mencuci tangan dan membersihkan
instrument medis) karena memenuhi standart kesehatan yang telah ditetapkan.
Pada keadaan minimal air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan memiliki
turbiditas rendah (jernih, tidak berkabut)
7. Sabun
Produk-produk pembersih (batang,cair, lembar, atau bubuk) yang menurunkan
tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,dan
mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa
memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara
sabun antiseptic (antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat
pertumbuhan dan hampir semua mikroorganisme
8. Agen Antiseptik atau antimikroba
Bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup lain untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang sementara atau yang
merupakan penghuni tetap) sehingga mengurangi jumlah bakteri.
Contohnya adalah :
1) Handrub
2) Clorhexidine 2%
3) Clorhexidine 4%
Diadoptasi dari WHO guidelines on hand hygiene in health care : First Global Patient
Safety Challenge, World Health Organization, 2009.
7.3.5 Kebersihan Tangan dengan Handrub Berbasis Alkohol
Langkah-langkah Cuci Tangan dengan cairan berbahan dasar alkohol :
1. Tuangkan handrub berbasis alcohol untuk dapat mencakup seluruh permukaan
tangan dan jari ( 3 s/d 5 cc) atau 1 x tekanan jika menggunakan Push Container
2. Ratakan dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kanan dengan tangan kiri dan
sebaliknya
4. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
7. Gosok dengan memutar ujung jari-jari telapak tangan kiri dan sebaliknya
8. Biarkan tangan mengering dengan sendirinya
Gambar 2
Cara Kebersihan Tangan Dengan Antiseptik Berbasis Alkohol
Diadaptasi dari WHO guidelines on hand hygiene in health care : First Global Patient
Safety Challenge, World Health Organization, 2009.
7.3.6 Teknik Kebersihan Tangan Aseptik dengan Air dan Larutan Berbahan Clorhexidine
2%
1. Lepaskan semua perhiasan yang ada (jam tangan, cincin, gelang).
2. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
3. Tekan 1-2 kali sabun cair antiseptik dengan punggung tangan untuk menyabuni
seluruh permukaan tangan.
4. Ratakan dengan kedua telapak tangan.
5. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
6. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
7. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
8. Gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
9. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
10. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
11. Keringkan dengan Paper Towel sampai benar-benar kering.
12. Gunakan Paper Towel untuk menutup kran.
7.3.7 Teknik Kebersihan Tangan Aseptik dengan Air dan Larutan Berbahan Clorhexidine
4%
Definisi kebersihan tangan surgical adalah mencuci tangan secara steril
yang dilakukan pada saat akan melakukan tindakan pembedahan yang dilakukan di
ruang operasi dan ruang bersalin.
Tujuannya adalah untuk mencegah infeksi silang dan membebaskan kuman
dan mencegah kontaminasi tangan.
Konsep yang diterapkan adalah:
1. Petugas yang bekerja dalam area steril seperti ruang operasi, ruang bersalin
harus melakukan cuci tangan persiapan bedah.
2. Tekniknya memerlukan upaya lebih dari mencuci tangan rutin.
3. Selama penyikatan atau scrub bedah, perawat mencuci area yang lebih luas,
dari ujung jari ke siku.
4. Biasanya lama penyikatan 5-10 menit untuk memastikan bahwa semua
permukaan kulit dibersihkan dengan menyeluruh.
5. Untuk pembersihan maksimal dan menghilangkan bakteri, perawat melepaskan
semua perhiasan dari jarinya dan tangan serta mempertahankan agar kukunya
tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarna kuku.
Langkah langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Alat
1) Bak cuci tangan dengan kran air mengalir
2) Sabun antimikrobial
3) Sikat tangan
4) Handuk steril
2. Cara cuci tangan surgical
1) Lepaskan perhiasan
2) Kenakan masker wajah, pastikan bahwa masker menutupi hidung dan
mulut dengan baik
3) Bila memungkinkan atur aliran air pada suhu hangat
4) Alirkan air. Hidupkan kran dengan siku atau tangan dengan sebelumnya
bagian atas kran ditutupi handuk atau tisu
5) Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
6) Berdiri di depan westafel jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh
westafel
7) Seragam yang digunakan harus tetap kering
8) Tuangkan sabun 2 - 5 cc kedalam tangan, sabun tangan lengan hingga 5
cm di atas siku
9) Bersihkan kuku bila kotor dengan sikat dan letakan pada tempat atau
bengkok
10) Basahi sikat/spon dan beri sabun kembali
11) Jumlah gerakan 20 gerakan untuk tangan, 30 gerakan untuk kuku, sikat di
pegang tegak lurus terhadap kuku
12) Sikat jari - jari termasuk sela jari, sikat telapak tangan, punggung tangan
13) Basahi sikat dan beri sabun kembali
14) Bagi tangan menjadi 3 bagian, 1/3 pergelangan tangan bawah dengan arah
memutar, lanjutkan 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian atas. tangan dalam
posisi fleksi dengan jari - jari menghadap ke atas selama prosedur
15) Ulangi langkah ini pada yang satunya lagi (tangan kiri)
16) Dengan tangan posisi fleksi bilas dengan seksama ujung jari ke siku tangan
kiri dan ulangi pada tangan kanan
17) Matikan kran dengan siku
18) Ambil handuk steril yang ada di atas kemasan pastikan tidak ada apapun
atau benda dekat dari jangkauan anda
19) Buka handuk steril secara maksimal pagang satu bagian putar dari jari ke
siku
20) Dengan hati - hati pindahkan handuk ke lengan satunya
21) Buang handuk pada tempat yang disediakan
22) Bila akan menggunakan sarung tangan steril dapat dikeringkan hanya
dengan kertas tisue
7.5 Dokumentasi
7.5.1 Kebijakan Kebersihan Tangan
1. Semua staf harus mampu melakukan kebersihan tangan (cuci tangan 6 langkah
menurut WHO ) sesuai dengan Panduan yang berlaku.
2. Kebersihan tangan bisa menggunakan air mengalir dalam waktu 40-60 detik atau
alkohol handrub sebagai pengganti cuci tangan secara sosial dalam waktu 30 detik.
3. Kebersihan tangan dengan air mengalir jika tangan terlihat kotor, sedangkan
kebersihan tangan dengan handrub berbasis alkohol jika tangan terlihat bersih.
4. Kebersihan tangan secara aseptik dilakukan bila petugas akan melakukan suatu
prosedur yang aseptic dengan menggunakan sabun yang mengandung
chlorheksidin 2% dalam waktu 40-60 detik.
5. Kebersihan tangan surgical dilakukan di Unit Kamar Bedah atau Ruang Bersalin
jika petugas akan melakukan Prosedur Pembedahan dengan sabun yang
mengandung chlorheksidin 4% dalam waktu 5-10 menit.
6. Sebelum melakukan kebersihan tangan wajib melepaskan perhiasan di tangan dan
menjaga kuku tetap pendek, menggunakan air mengalir dan cairan pembersih yang
disyaratkan sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan
7. Kebersihan tangan dilakukan saat 5 moment yaitu sebelum kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptic, setelah
memegang darah dan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien
8. Sediakan di setiap kamar/ ruangan/nurse station/kamar tindakan/kamar periksa/OK:
1) Wastafel dengan air yang mengalir
2) Larutan chlorhexidine 2 % di Poli rawat jalan, IGD, rawat inap, kamar jenazah.
3) Larutan chlorhexidine 4 % di Kamar Bedah dan Kamar Bersalin.
4) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) di selasar ruangan, di setiap kamar
pasien, dan di meja trolly tindakan.
9. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
Survei alergi sabun/handrub alkohol di setiap bagian/ruangan. Audit kebersihan
tangan pada petugas klinis maupun non klinis setiap 6 bulan.
10. Audit kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun non klinis dengan
sasaran 75% dari jumlah masing-masing profesi.
11. Melakukan program edukasi pasien dan pengunjung yang merupakan salah satu
bagian dari proses penerimaan pasien baru
12. UOBK Rumah Sakit Umum Daerah Besuki mengadakan program pelatihan
kebersihan tangan secara berkesinambungan yang wajib diikuti oleh seluruh
karyawan rumah sakit baik melalui program orientasi maupun program Mandatory
Training
13. Seluruh proses kebersihan tangan bagian klinis maupun non klinis di UOBK Rumah
Sakit Umum Daerah Besuki mengacu kepada Kebijakan Kebersihan Tangan dan
prosedur (SPO) Kebersihan Tangan yang telah ada.
BAB 8
MENGURANGI RESIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH
8.1 Pengertian
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau
tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, denganarah jatuh ke
lantai, dengan atau tanpamencederai dirinya. Penyebab jatuh dapatmeliputi faktor
fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin). Resiko jatuh pasien yang beresiko
untuk jatuh yang umumnyadisebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang
dapat berakibatcidera.
HCU
POLI
DLL
Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua
pasien yang dirawat inap memiliki risiko untuk jatuh, dan semua petugas tersebut memiliki
peran untuk mencegah pasien jatuh.
8.4 Tata Laksana
Dalam pentatalaksanan pengelolaan pasien dengan resiko jatuh meliputi :
Petugas penanggung jawab: Perawat, Security
Perangkat kerja;
1. Status Rekam Medis Pasien
2. Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning, Pita Kuning )
3. Formulir pengkajian risiko pasien jatuh
4. Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh
5. Formulir catatan kegiatan perawat tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh
Tata laksana
1. Asesmen awal / skrining
Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Resiko Jatuh Morse
Fall Scale dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen
dan langsung dilakukakan tata laksana risiko jatuh
2. Asesmen ulang
Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: saat
transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanyakejadian jatuh pada
pasien. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale
danRencana KeperawatanInterdisiplin akandiperbaharui/dimodifikasisesuai dengan
hasil asesmen.
3. Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur
Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:
1) Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi)
2) Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
3) Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices)
4) Asesmen Klinis Harian. Assesmen ulang resiko jatuh dilaksanakan setiap hari,
saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien,adanya kejadian
jatuh pada pasien.
4. “Prosedur Pencegahan Jatuh” pada pasien yang beresiko rendah,sedang, atau
tinggi harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus
optimal. Untuk mengubah kategori dari resiko tinggike rendah diperlukan skor <25
dalam 2 kali pemeriksaan berturut turut.
5. Intervensi pencegahan jatuh
Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan
tempat tidur tepasang dengan baik
3) Ruangan rapi
4) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata)
5) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
6) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
7) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar(pastikan
bersih dan berfungsi)
8) Pantau efek obat-obatan
9) Anjuran ke kamar mandi secara rutin
10) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
11) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien danKeluarga.
6. Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini.
1) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan dipergelangan
tangan pasien
2) Tawarkan bantuan ke kamar mandi
3) Nilai kebutuhan akan:
(1) Alarm tempat tidur
(2) Tempat tidur rendah (khusus)
(3) Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse
station)
Asesmen risiko jatuh pada anak-anak dilakukan pencegahan umum dan hal - hal
sebagai berikut:
1. Pencegahan resiko jatuh pasien anak-anak:
1) Kategori Pasien dengan Resiko Tinggi
(1) Memastikan tempat tidur/brankard dalam posisi rodaterkunci
(2) Pagar sisi tempat tidur/brankard dalam posisi berdiri/terpasang
(3) Lingkungan bebas dari peralatan yang tidak digunakan
(4) Berikan penjelasan kepada orang tua tentang pencegahanjatuh
(5) Pastikan pasien memiliki stiker penanda resiko tinggi jatuhpada gelang
identifikasi.
2. Strategi Rencana Keperawatan
1) Strategi umum untuk pasien resiko jatuh, yaitu:
(1) Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (saatpasien
bangun).
(2) Gunakan 2 sisi pegangan tempat tidur.
(3) Jangan ragu untuk meminta bantuan.
(4) Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan.
(5) Adakan konferensi multidisiplin mingguan dengan partisipasitim
keperawatan.
(6) Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun
dari tempat tidur.
2) Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian jatuhfisiologis, yaitu:
(1) Berikan orientasi kamar tidur kepada pasien
(2) Libatkan pasien dalam pemilihan aktivitas sehari-harinya
(3) Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika(lihat daftar)
(4) Kurangi suara berisik
(5) Lakukan asesmen ulang
(6) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
3) Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi resiko jatuh,yaitu:
(1) Posisi tempat tidur rendah
(2) Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin
(3) Pencahayaan yang adekuat
(4) Ruangan rapi
(5) Sarana toilet dekat dengan pasien
4) Manajemen Setelah Kejadian Jatuh
(1) Nilai apakah terdapatcedera akibat jatuh (abrasi, kontusio,laserasi, fraktur,
cedera kepala)
(2) Nilai tanda vital
(3) Nilai adanya keterbatasan gerak
(4) Pantau pasien dengan ketat
(5) Catat dalam status pasien (rekam medik)
(6) Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas danlengkapi
laporan insidens
(7) Modifikasi rencana keperawataninterdisiplin sesuai dengankondisi pasien
5) Edukasi pasien/keluarga
(1) Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai factor resiko jatuh dan
setuju untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan.
Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor resiko
jatuh dilingkungan rumah sakit dan melanjutkan keikut sertaannya
sepanjang keperawatan pasien.
(2) Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum memulai
penggunaan alat bantu
(3) Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding
(4) Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-obatan,
efek samping, serta interaksinya dengan makanan/ obat-obatan lain.
8.5 Dokumentasi
Bukti dokumen yang terdapatpada kegiatan pengelolaan pencegahan pada pasien
beresiko jatuh terdiri dari :
1. Dokumen self assesmen resiko pasien jatuh
2. Pengkajian resiko jatuh (morse fall sacale)
3. Asesmen resiko jatuh pada pasien anak menggunakan humpty dumpty.
4. Assesmen resiko jatuh pada pasien lanjut usia menggunakan sydney
scorcing.
5. Assesmen resiko jatuh harian pada pasien.
6. Ceklis alat pengamanan.
7. SPO pengelolaan pada pasien resiko jatuh di rawat inap
8. SPO Pemasangan gelang pada pasien resiko jatuh di instalasi rawat inap
Rumah Sakit
Diagnosis sekunder, jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan
skor 15; jikatidak, berikan skor 0.
1. Alat bantu:
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30.Jikapasien
menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jika pasiendapat berjalan
tanpa alat bantu, berikan skor 0.
2. Terapi intravena (terpasang infus):
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0.
3. Gaya berjalan:
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitanuntuk bangun
dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi
tubuhnya, kepala menunduk, pandangan mata terfokuspada lantai,
memerlukan bantuan sedang – total untuk menjagakeseimbangan dengan
berpegangan pada perabot, orang, atau alatbantu berjalan, dan langkah-
langkahnya pendek; berikan skor 20.Jika pasien memiliki gaya berjalan yang
lemah; pasien membungkuk ;tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan
keseimbangan, ataumemerlukan bantuan ringan untuk berjalan; dan langkah –
langkahnyapendek; berikan skor 10. Jika pasien memiliki gaya berjalan normal,
berikan skor 0
4. Status mental:
Identifikasi assesmen pasien terhadap dirinya sendirimengenaikemampuannya
untuk berjalan.Jika pasien mempunyai over-estimasiterhadap kemampuan fisiknya,
berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya,
berikan skor 0
BAB 12
PENUTUP
1. LABORATORIUM
Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium
N
O PEMERIKSAAN NILAI KRITIS NILAI NORMAL
Pria dewasa: 13-17
1 Hemoglobin < 7 g/dLatau> 20 g/dL
Wanita dewasa: 12-15
2 Leukosit < 2.000/uLatau> 30.000/uL 4.0 - 10.0
Pria dewasa: 40-54
3 Hematokrit (HCT) < 20% atau> 60%
Wanita dewasa: 37-47
< 40.000/uLatau>
Tr Dewasa: 150-400
1.000.000/uL
4 Trombosit (PLT)
atau< 10.000 pada
Tr Anak: 200-400
pemantauan DHF
5 Malaria Malaria (+) Negatif (-)
6 Bilirubin Total > 20 mg/dL 0,3 - 1,2 mg/dL
Bilirubin
0.60 - 11.10 mg/dL
7 Neonatus > 20 mg/dL
8 Glucosa < 45 atau> 500 mg/dL 60 - 180 mg/dL
9 Glucosaneonatus < 30 atau> 300 mg/dL 40 - 80 mg/dL
10 Creatinin > 5 mg/dLkecualiPasien HD 0.5 - 1.3
11 Natrium < 120 atau> 160 mEq/L 135 - 145
12 Kalium < 2,5 atau> 6,2 mEq/L 3.5 - 5.5
13 Chlorida < 80 atau> 115 mEq/L 97 - 111
14 Anti HIV (Elisa) Positif (+) Negatif (-)
2. RADIOLOGI
Area
Kondisi Kategori Kritis
Anatomi/
Red Category Condition*
Anatomical
Laporkan Secara Lengkap Dalam Waktu 1 Jam
Area
Dada Tension pneumothorax
Diseksi aorta
Emboli paru
Aneurisma pecah atau impending rupture
Emfisema mediastinum / pneumome diastinum
Udara bebas di abdomen (bila tanpa riwayat pembedahan dalam
waktu dekat)
Ischemic bowel
Appendicitis
Abdomen Emboli vena porta
Volvulus
Perlukaan organ dalam traumatic
Perdarahan retro peritoneal
Obstruksi usus
Kehamilan ektopik
Abruptio placentae
Urogenital Placental Previa menjelang aterm
Torsio testis atau ovarium
Kematian vetus
Dokter spesialis radiologi hanya perlu menganggap kondisi-kondisi tersebut sebagai
kritis apabila :
1. Terdapat kepastian bahwa pasien memiliki salah satu kondisi tersebut
2. Terdapat kemungkinan yang tinggi bahwa the ordering provider tidak mengetahui
kondisi tersebut saat meminta pemeriksaan.
3. TTV (Tanda-tanda Vital)
Ditetapkan di : Besuki
Menyetujui, Mengetahui,
No RM :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia / Tanggal Lahir :
No RM :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal masuk ruang rawat : ................... Pukul : .............. Ruang
Usia / Tanggal Lahir :
Rawat : ....................
Sko
Parameter Kriteria Nilai
r
< 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2
13 tahun 1
Laki – laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dan 3
Diagnosis
sebagainya).
Gangguan perilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguan
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Kognitif
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh / bayi dietakkan di tempat tidur
4
dewasa
Faktor Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan di
3
Lingkungan tempat tidur bayi / perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/
Dalam 48 jam 2
Sedasi/
Anestesi >48 jam atau tidak menjalani
1
pembedahan/sedasi/anestasi
Penggunakan multipel : sedatif, obat hipnosis,
barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, 3
Penggunaan diuretik, narkose
medikamentosa
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1
Jumlah Skor Humpty Dumpty
Keterangan :
Skor asesmen risiko jatuh (skor minimum 7 dan skor maksimum 23).
Skor Risiko
7 – 11 Rendah
12 Tinggi
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO
DINAS KESEHATAN SITUBONDO
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI
Jl. Olah Raga No.55 Telp./ Fax (0338) 891505, 891118
Kecamatan Besuki 68356 / email: rsud.besuki@gmail.com
Fomat Formulir Assesment Pasien Resiko Jatuh
No RM :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda pernah terjatuh dalam 6 bulan terakhir?
2. Apakah Anda mempunyai kesulitan bangkit dari kursi?
3. Apakah Anda sedang memakai jenis obat-obatan berikut ini?
a. Obat penghilang nyeri
b. Obat darah tinggi
c. Obat jantung
d. Pengencer darah
e. Diuretik/buang air kecil
Jika didapatkan jawaban “Ya” dua atau lebih dari pertanyaan di atas, maka pasien
dinyatakan mempunyai risiko jatuh.
Lampiran 3
Susunan Anggota Tim Pokja Keselamatan Pasien