MANAJEMEN OBAT
KELAS 2B
OLEH KELOMPOK 12 :
AKADEMI KEPERAWATAN
SAMPIT
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta
hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MANAJEMEN
OBAT” dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pasien Safety.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat
keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
Menurut UU No. 49/1949 pasal 3 ayat 2, Apoteker hanya dapat menjual obat
keras kepada :
1) pasien dengan resep dokter untuk obat yang bukan OWA
2) apoteker
3) dokter/dokter gigi
4) dokter hewan
Yang berhak memiliki serta menyimpan obat daftar G dalam jumlah yang patut
disangka bahwa obat tersebut tidak akan digunakan sendiri adalah:
1) PBF (pedagang besar farmasi)
2) APA (apoteker pengelola apotik)
3) Dokter yang berizin (dr,drg)
4) Dokter hewan (dalam batas haknya)
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola
Apotek(APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras,
namun adapersayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
(nama,alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepadapasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan
hanya boleh diberikan 1 tube.
3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin
timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat
yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang
diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep
hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat
KB hormonal.
e. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Contoh :
• Lisergida
• Amphetamin
• Codein
• Diazepam
• Nitrazepam
• Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat
keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena
efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras
Tertentu.
Sehingga untuk Psikotropika penandaannya “lingkaran bulat berwarna
merah,dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna
hitam”.
2. Tas emergensi lebih mudah dibawa oleh petugas kesehatan untuk menjangkau lokasi
yang jauh dari tempat obat emergensi. Lokasi penyimpanan obat-obat tersebut harus
mudah diakses ketika dibutuhkannya dan tidak terhalang oleh barier fisik atau benda
lain. Selain itu perlu juga mempertimbangkan stabilitas obatnya yaitu pada suhu ruang
yang terkontrol.
3. Guna menjamin keamanan baik dari penyalahgunaan maupun dari pencurian, tempat
penyimpanan obat harus dikunci atau disegel dengan segel yang memiliki nomor
register yang berbeda-beda dan segel tersebut terbuat dari bahan sekali pakai, artinya
ketika segel dibuka, segel tersebut akan rusak sehingga tidak bisa dipakai lagi.
Penggunaan segel sekali pakai memiliki keuntungan sebagai indikator apakah obat
emergensi tersebut dalam keadaan utuh atau tidak.
3.2 SARAN
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami tentang isi yang terkandung
dalam manajemen obat, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
https://tuxdoc.com/download/panduan-pengelolaan-obat-emergency_pdf
http://bidhuan.id/obat/43398/5-penggolongan-obat-obat-bebas-bebas-terbatas-keras-
psikotropika-narkotika-dan-contoh/
https://www.scribd.com/doc/81402680/penggolongan-obat
https://dokumen.tips/documents/makalah-penggunaan-obat-rasional-fix.html
http://rafikangker.blogspot.com/2015/10/manajemen-farmasi.html