Disusun Oleh :
RIZQA IRAWATI
NPM : 1714401D320
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
SAMPIT
2019
i
KATA PENGANTAR
Pujidan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul
Penulisan laporan studi kasus ini tidak lepas dari berbagai macam hambatan dan
kesulitan, Namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca,
Timur.
ii
DAFTAR ISI
Halaman sampul......................................................................................................i
Halaman judul.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belaang.............................................................................................1
B. [Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
a. Definisi Lansia.....................................................................................4
b. Proses Menua......................................................................................4
b. Fisiologi Tidur.....................................................................................6
iii
d. Faktor yang Mempengaruhi Tidur...................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belekang
Lanjut usia merupakan tahap akhir yang akan dialami oleh setiap manusia,
meskipun usia selalu bertambah dan dapat terjadi penurunan fungsi organ tubuh
dengan begitu lansia tetap bisa menjalankan hidup sehat. Lanjut usia dalam
menjalankan kehidupan sehari- hari tidak hanya meninggalkan kebiasaan buruk yang
bisa mengganggu kesehatan, tetapi dengan menjaga pola hidup sehat seperti olahrga
dan bisa menjaga pola makan juga harus dilakukan oleh setiap manusia (PKPU
Lembaga Kemanusiaan, 2011). Seseorang disebut lanjut usia jika berumur 60-74
tahun. Menua bukan salah satu penyakit bagi lansia dan bukan merupakan suatu
dan tidur yang cukup untuk menjaga kesehatan dalam fisiknya. Tidur merupakan
bagian dari tubuh untuk mengembalikan stamina, agar tetap sehat bisa diperhatikan
kebutuhan tidur setiap hari pada lansia umumnya 6-8 jam perhari.
sekitar 11% lansia mengalami kesulitan tidur yang menyatakan bahwa populasinya
berjumlah 605 juta jiwa (WHO, 2012). Setiap tahun di Indonesia dapat diperkirakan
sekitar 20%-50% sebagian lansia melaporkan mengalami kesullitan tidur yang serius.
1
Prevalensi kesulitan tidur pada lansia tergolong tinggi yaitu sekitar 67% dari
penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk di
Indonesia, sebanyak 28,035 juta jiwa (11,7%) menderita insomnia (Sound et al,
2014).
Berdasarkan data badan UN, World Population Prospects (WPP) pada tahun
2010 bahwa jumlah penduduk lansia di seluruh dunia 12% dari jumlah penduduk di
seluruh dunia, sedangkan jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun di Asia Tenggara
mencapai 142 juta jiwa atau 8% dari total jumlah penduduk (Yakkum,2012). Di
Indonesia tahun 2012 jumlah lansia mencapai 7,56% dari total penduduk.
dorongan homeostatik pada lansia untuk tidur berkurang. Episode tidur dalam kondisi
aktif atau yang disebut REM pada lansia cenderung memendek dan terdapat
penurunan yang progresif pada tahap tidur nyaman dan lebih dalam yang disebut
NREM yaitu tahap 3 (tidur yang ditandai dengan keadaaan fisik lemah lunglai karena
tonus otot lenyap secara menyeluruh) dan tahap 4 (berada dalam kondisi rileks, jarang
bergerak, dan sulit dibangunkan). Pada usia lanjut juga terjadi perubahan irama
sirkadian tidur normal yang ini akan mengakibatkan lansia mengalami gangguan tidur
(B.Darmojo,2010).
Gangguan tidur yang dialami lansia disebabkan oleh beberapa faktor antara
2
pengobatan, pola makan yang buruk, kafein, nikotin, dan kurangnya aktifitas fisik
masih bersemangat sepanjang malam. Serta mengakibatkan pola tidur yang berubah
berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun sepanjang hari,
sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari (R. S Maryam, dkk, 2008).
fisiologis maupun psikologis. Dampak fisiologis berupa rasa capek dan kelelahan
psikologis meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi serta koping tidak efektif. Lansia
yang menderita insomnia atau kekurangan jumlah waktu tidurnya lebih mudah
terserang suatu penyakit hal ini dikarenakan terjadinya penurunan daya tahan tubuh
mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik dan tidur lebih konsisten daripada yang
tidak berolahraga. Olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu jalan kaki,
olahraga yang bersifat rekreatif dan senam. Beberapa senam yang dapat dilakukan
oleh lansia yaitu senam tera, yoga, senam kegel, dan senam ergonomik (Sutantri,
2014).
kelenturan sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak,
sistem kesegaran tubuh dan sistem kekebalan tubuh dari energi negatif/virus, dan
3
Gerakan senam ergonomik dikombinasikan dengan gerakan olah nafas dan
dan meningkatkan serotonin yang dapat membuat rasa tenang dan mengantuk serta
tehnik nafas dalam dan relaksasi akan meningkatkan hormon serotonin sehingga akan
meningkatkan kualitas tidur pada lansia, maka peneliti tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
Apakah terapi senam ergonomik efektif dalam meningkatkan kualitas tidur lansia
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
d. Mampu mengevaluasi hasil dari teknik senam ergonomik terhadap kualitas tidur
D. Manfaat Penulisan
4
Dapat meningkatkan pengetahuan perawat juga keterampilan dalam
keperawatan pada klien dengan gangguan tidur. Dapat dijadikan bahan pertimbangan
Kotawaringin Timur.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan tahap akhir yang akan dialami oleh setiap manusia,
meskipun usia selalu bertambah dan dapat terjadi penurunan fungsi organ tubuh
dengan begitu lansia tetap bisa menjalankan hidup sehat. Lanjut usia dalam
menjalankan kehidupan sehari- hari tidak hanya meninggalkan kebiasaan buruk yang
bisa mengganggu kesehatan, tetapi dengan menjaga pola hidup sehat seperti olahrga
dan bisa menjaga pola makan juga harus dilakukan oleh setiap manusia (PKPU
Manusia yang sudah memasuki usia 55 tahun disebut lanjut usia. Pada usia ini
ada yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan
barang ataupun jasa, tanpa menimbulkan kelelahan yang bearti apabila mempunyai
tingkat kebugaran jasmani yang baik, tetapi ada pula yang sudah tidak berdaya
sehingga hidupnya tergantung dengan orang lain. Manusia dapat dikatakan lanjut usia
apabila umurnya sudah melampaui 55 tahun. Sedangkan lanjut usia dapat dikatakan
potensial apabila lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau pun jasa (Amrum Bustaman,2003: 272).
Menurut Dep. Kes RI (1998) lansia (lanjut usia) adalah merupakan istilah
yang menunjuk pada kelompok manusia yang berumur di atas 55 tahun (Astuti,
6
2007). Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59
tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua
2. Proes Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya. Keadaan ini menyebabkan jaringan tidak dapat bertahan
fungsi organ. Kemunduran struktur dan fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan
1. Perubahan Fisik
Menurut Hutapea (2005), perubahan fisik yang dialami oleh lansia adalah :
a.) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan
7
b.) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi
c.) Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang mati
d.) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna
makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik
glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena
timbunan lemak.
f.) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan
berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang.
2. Perubahan Mental
egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.
Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Sikap umum yang
ditemukan pada hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika
meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor
8
yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik, kesehatan umum,
3. Perubahan Psikososial
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang cukup dapat
Perry, 2005).
tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi
tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan
tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012). Kualitas tidur
yang buruk telah dikaitkan dengan kesehatan yang buruk. Kualitas tidur
2008).
9
2. Fisiologi Tidur
dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam
2008).
Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
yang lebih tinggi seperti pikiran, reseptor sensori perifer seperti stimulus
bunyi atau cahaya, dan sistem limbik seperti emosi. Orang yang mencoba
10
tertidur maka aktivasi RAS menurun dan BSR mengambil alih kemudian
11
Penelitian ini akan dilakukan pada lansia yang berumur 50 tahun ke
faktor.
a. Penyakit
dalam posisi yang tidak biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat
b. Stres Emosional
siklus tidurnya klien sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Stres yang
c. Obat-obatan
12
mengatasi stersor gaya hidup. Obat tidur juga seringkali digunakan untuk
4) Lingkungan
untuk tidur. Klien ada yang menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan,
kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara untuk membantu
alkohol mempunyai efek insomnia. Makan dalam porsi besar, berat dan
waktu tidur, tapi juga kualitas tidur itu sendiri. Tidur seseorang dikatakan
berkualitas adalah jika ia bangun dengan kondisi segar dan bugar. Pola tidur
pekerjaan atau aktivitas. Semakin bertambah usia, efisiensi tidur akan semakin
13
berkurang. Efisiensi tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding
2009).
Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan mata cepat REM
(Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Tidur
NREM dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah jatuh tertidur, orang
tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari telah tertidur. Kedutan atau
sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap I. Tahap II dan III meliputi
tidur dalam yang progresif. Pada tahap IV, tingkat terdalam, sulit untuk
Tidur tahap IV sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Para ahli
tentang tidur mengetahui bahwa tahap IV sangat jelas terlihat menurun pada
lansia. Lansia mengalami penurunan tahap III dan IV waktu NREM, lebih
banyak terbangun selama malam hari dibandingkan tidur, dan lebih banyak
tidur selama siang hari. Kebanyakan lansia yang sehat tidak melaporkan
adanya gejala yang terkait dengan perubahan ini selain tidak dapat tidur
mengurangi waktu dan kualitas tidur di malam hari pada beberapa lansia.
Setelah memasuki tahap IV, akan berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi
beberapa kali dalam siklus tidur di malam hari tetapi lebih sering terjadi di
14
6. Gangguan Tidur Pada Lansia
kesulitan untuk tidur dan sering terbangun atau bangun lebih awal. Perubahan
pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang
dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paruparu, dan ginjal. Penurunan
kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh turut
1. Insomnia
Insomnia dikenal dengan penyakit sulit tidur. Masalah yang sering muncul
adalah kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur (Kupfer & Reynolds
keadaan terbangun ketika seseorang sudah tertidur, tetapi keadaan ini terjadi sebelum
berbaring di tempat tidur dan berguling- guling. Insomnia didefinisikan sebagai sulit
tidur atau sulit tidur kembali saat terjaga di malam hari. Beberapa orang yang telah
mencapai usia lebih dari 65 tahun ada yang memiliki kebiasaan bangun sebanyak 25
kali dalam semalam, dan frekuensinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya
bangun lebih awal di pagi hari dan sulit untuk tidur kembali (Roizen, 2009).
kadar melatonin meningkat sekitar dua jam sebelum waktu tidur dan mencapai
15
puncak saat suhu tubuh anda paling rendah, untuk menginduksi tidur. Dengan
menurunnya kadar melatonin, tubuh tidak bisa memasuki tidur tahap I (Roizen, 2009).
penyakit atau kehilangan orang yang dicintai Kasus insomnia yang disebabkan oleh
situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang
cukup. Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi
berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur dapat menyebabkan keterjagaan. Disiang hari,
seseorang dengan insomnia kronik dapat merasa mengantuk, letih, depresi, dan cemas
2. Apnea Tidur
Apnea tidur ditandai dengan oklusi saluran udara bagian atas selama tidur dan kantuk
Menurut Potter dan Perry (2005) apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan
dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau
Apnea tidur biasanya didahului atau diikuti oleh suara dengkuran. Apnea tidur
seluruh hormon pertumbuhan yang penting. Penyebab utamanya adalah lemak (lansia
yang memiliki ukuran leher lebih dari 42,5 cm berisiko mengalami kondisi ini). Dagu
yang gemuk secara alami bergerak kebelakang saat tidur dan akan menyentuh
menghambat aliran udara dan menghentikan udara yang menuju paru-paru (Roizen,
2009).
16
3. Konsep Senam Ergonomik
gerakan senam ergonomis juga diambil melalui ilham dua ayat dalam
Alqur’an surat Ali-imron ayat 190-191 dan ini merupakan ciri Ulul
albab”ciri orang yang berakal” yang oleh Allah digambarkan orang yang
selalu ingat dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. Oleh karena
17
yang adekuat dan akan menimbulkan berbagai macam keluhan tidur.
Berkurangnya jumlah jam tidur tersebut tidak menjadi suatu masalah jika
lansia itu sendiri merasakan kualitas tidur yang nyenyak karena dengan
kualitas tidur yang bagus meskipun hanya dua jam sudah dapat
memulihkan fungsi tubuh dan otak. Gangguan tidur pada lansia juga dapat
disebabkan juga oleh faktor biologis dan factor psikis. Faktor biologis
dapat tidur dengan baik. Faktor psikis bisa berupa kecemasan, stres
serta otot menjadi tegang. Aktifnya saraf simpatis membuat lansia tidak
dapat santai atau relaks sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk
(Erliana, 2008).
18
sekresi serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan lebih
parasimpatis nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan di
tertidur
dada derivasi dari gerakan takbiratul ihram, tunduk syukur dari gerakan
ruku’, duduk perkasa dan duduk pembakaran dari gerakan sholat duduk di
antara dua sujud dan takhiyat akhir, serta berbaring pasrah. Masing-masing
dan perawatan ksehatan. Oleh karena itu apabila gerakan ini dilakukan
secara rutin akan berguna untuk membentuk daya tahan tubuh yang
19
dilakukan di tempat duduk atau di lantai tanpa meja dan kursi, bersama-
(Wratsongko, 2015).
manusia.
2. Lapang Dada
rasakan keluar dan masuk napas dengan rileks. Saat dua lengan di
atas kepala, kaki jinjit. Gerakan pada posisi lapang dada seluruh
saraf menjadi satu titik pusat pada otak pada bagian atas dan bawah
kedua kaki. Pada saat berdiri kedua kaki harus dalam posisi tegak,
20
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Posisi yang demikian akan
postur tubuh, jantung juga akan bekerja secara normal, begitu juga
21
3. Tunduk Syukur
keselarasan batin.
22
4. Duduk Perkasa
merupakan stimulator bagi fungsi vital sistem organ tubuh : ibu jari
23
jari manis terkait dengan fungsi metabolisme dan detoksifikasi
liver dan sistem kekebalan tubuh. Menarik nafas dalam lalu ditahan
24
5. Duduk Pembakaran
Pada saat posisi duduk pembakaran ini pembuluh balik yang ada di
pantat dan titik berat di dengkul, lipat atau buka telapak kaki,
6. Berbaring Pasrah
25
Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan berbaring pasrah.
26
27
BAB III
Dalam kualitas tidur lansia dengan gangguan tidur para peneliti memakai
kualitas tidur lansia dan disini penulis mengambil 4 buah penelitian ulang terkait
gangguan tidur.
Penelitian Dyah Wijayanti *, Tumini **, Dewi Anita Sari, 2019, berjudul
kualitas tidur lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Analisa data
menggunakan uji wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian ini didapatkan
perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan
senam ergonomik (pre test dan post test), didapatkan 36 lansia (69,2%)
senam ergonomik dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk meningkatkan
28
Whitney-U. Instrumen untuk pengukuran insomnia adalah wawancara terstruktur
dengan pedoman kuesioner dan lembar observasi untuk senam ergonomis. Hasil
sedang dan sesudahnya terdapat penurunan 80% pada insomnia ringan. Dan
kelompok kontrol, sebelum dan sesudahnya yaitu setengahnya 50% tidak ada
perubahan tetap pada tingkat insomnia sedang. Setelah dilakukan analisa dengan
uji statistik Mann Whitney-U pada kelompok perlakuan dan kontrol diperoleh
angka signifikan (0,001) jauh lebih rendah dari standart signifikan 0,05 atau
(<), dan ZHitung (3,179) > ZTabel (1,96) maka H1 diterima. Dari hasil
Setelah diuji dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,011 (p<0,05)
nilai kualitas tidur 15. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai kualitas
33,32%.
29
30
Tabel 3.1 Ekstraksi Terkait
No Nama Peneliti (Tahun) Tujuan Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Identitas Jurnal
JUDUL ARTIKEL
1. Dyah Wijayanti *, Tumini Penelitian ini bertujuan Desain penelitian menggunakan Hasil penelitian ini Jurnal Ilmu Kesehatan
**, Dewi Anita Sari, 2019. untuk menganalisis pra eksperimen one group didapatkan perbedaan yang Vol. 7 No. 2, Mei 2019.
Pengaruh Senam pengaruh senam pretest-postest design. Tehnik bermakna antara kualitas ISSN Cetak 2303-1433
Ergonomik Terhadap ergonomic terhadap sampling pada penelitian ini tidur sebelum dan sesudah ISSN Online: 2579-7301
Kualitas Tidur Pada Lansia kualitas tidur lansia di menggunakan probability diberikan senam ergonomik
Dengan Gangguan Tidur Di UPTD Griya Werdha sampling dengan cara simple (pre test dan post test),
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. random sampling. Variabel didapatkan 36 lansia
Jambangan Surabaya independen penelitian ini adalah (69,2%) mengalami
senam ergonomik dan variabel peningkatan kualitas tidur.
dependen adalah kualitas tidur. Analisa Wilcoxon
Pengumpulan data menggunakan menunjukan bahwa senam
kuesioner kualitas tidur sebelum ergonomik berpengaruh
dan setelah senam ergonomik. terhadap peningkatan
Analisa data menggunakan uji kualitas tidur pada lansia di
wilcoxon signed rank test. Griya Werdha Jambangan
Surabaya (p=0,000).
Berdasarkan hasil
penelitian ini senam
ergonomik dapat digunakan
sebagai salah satu terapi
untuk meningkatkan
kualitas tidur pada lansia.
2. Dendy Sugandika1 , Pepin Tujuan penelitian ini Penelitian ini dilakukan di Panti Hasil penelitian sebelum Program Studi S-1
Nahariani2, 2013. Pengaruh untuk mengetahui Werdha Mojopahit Mojokerto senam ergonomis, pada Keperawatan STIKES
Senam Ergonomis pengaruh senam pada tanggal 31 Maret-11 April kelompok perlakuan 90% Pemkab Jombang
Terhadap Gangguan Tidur ergonomis terhadap 2014. Desain yang digunakan insomnia sedang dan
(Insomnia) Pada Lansia Di gangguan tidur pre eksperimen, dengan sesudahnya terdapat
Panti Werdha Mokopahit (insomnia) pada lansia pendekatan Posttest Only penurunan 80% pada
Mojokerto di Panti Werdha Control Group Design. insomnia ringan. Dan
Mojopahit Mojokerto. Populasinya seluruh lansia di kelompok kontrol, sebelum
Panti Werdha Mojopahit dan sesudahnya yaitu
31
Mojokerto yang berjumlah 47. setengahnya 50% tidak ada
Metode pengambilan sampel perubahan tetap pada
menggunakan porposive tingkat insomnia sedang.
sampling. Sampel 10 orang Setelah dilakukan analisa
kelompok perlakuan dan 10 dengan uji statistik Mann
orang kelompok kontrol. Whitney-U pada kelompok
Variabel independen senam perlakuan dan kontrol
ergonomis, variabel dependen diperoleh angka signifikan
insomnia. Analisa data (0,001) jauh lebih rendah
menggunakan Mann Whitney-U. dari standart signifikan 0,05
Instrumen untuk pengukuran atau (<), dan ZHitung
insomnia adalah wawancara (3,179) > ZTabel (1,96)
terstruktur dengan pedoman maka H1 diterima.
kuesioner dan lembar observasi
untuk senam ergonomis.
3. Setyowati, 2015.The Effect To know the ergonomic The study is quasiexperimental The quality of sleep of The 2nd University
Of Ergonomic Gymnastics gymnastics toward design with one group pretest- elderly in Yogyakarta Research Coloquium
To Ward Elederly Sleep elderly sleep quality in posttest design, intervention 6 Sewon Kepek Timbulharjo 2015.
Quality In Bantul Bantul Yogyakarta. times for 3 weeks performed prior to the ergonomics ISSN 2407-9189
Yogyakarta every 2 weeks time. Then post gymnastics has 13 values
test 4 weeks to measure the in 5 respondents with a
quality of sleep by PSQI. A percentage of 33.32%.
sample of 15 respondents who After doing gymnastics
are active in Posyandu ergonomic has 15 values in
8 respondents with a
percentage 53.33%. Having
tested with the Wilcoxon
test values obtained
significancy 0.011 (p
<0.05).
32
4. Imroatul Khusna2, Tiwi Mengertahui pengaruh Penelitian ini dilakukan didusun Penelitian menggunakan Imroatul Khusna2, Tiwi
Sudyasih3. PENGARUH senam ergomnomis pundung nogotirto gamping signifikan sebesar 0,05. Sudyasih3
SENAM ERGONOMIS terhadap insomnia pada sleman yogyakarta pada tanggal Hasil uji wilcoxon match
TERHADAP lansia didusun pundung 27 februari-11 maret 2018. pairs test menunjukan nilai
INSOMNIA PADA nogotirto gamping Desain yang digunakan Pre p 0,002<0,05). Ha diterima
LANSIA DIDUSUN sleman yogyakarta eksperimen. Dengan rancangan dan H0 ditolak artinya ada
PUNDUNG NOGOTIRTO One Group Pretest Postest pengaruh senam egronomis
GAMPING SLEMAN Desain. Populasi nya adalah terhadap insomnia.
YOGYAKARTA 1 lansia dengan insomnia yang
berada disusun pundung dengan
jumlah 30 lansia. Metode
pengambilan sampel
menggunakan poporsive
sampling sehingga diperoleh 12
responden. Analisa data
menggunakan wilcoxon match
pairs test. Insrrumen untuk
pengukuran insomnia adalah
wawancara terstruktur dengan
pedoman kuensioner KSBJ-IRS.
33
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.M., 2011. Keperawatan Lanjut usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Departement
DeWit, S.C., 2009. Fundamental Concepts and Skills For Nursing. Saunders Elsevier.
Kozeir, 2008. Gangguan Tidur. Jakarta : FKUI dan Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah.
34
Mental Health Fundation, 2011. Sleep Matters. U.S Departement Of And Human Service.
Nugroho, W., 2008. Kompres Hangat dan Senam Lansia Dalam Menurunkan Nyeri Sendi
Lansia.
Rafknowledge, 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : Elex Media
Kamputindo.
Roni, S, 2009. Senam Vitalisasi Otak Meningkatkan Kognitif Lansia. Jakarta : Salemba
Medika.
Saryono & Widianti, A.T, 2010. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada
Lansia Yang Insomnia.
Setiawan, 2012. Jurnal Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Yang
Insomnia
Siregar, M.H., 2011. Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat, dan Cara Terapi Insomnia.
Jogjakarta.
Sumintarsih, N.D, 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia, Olahraga, Edisi Agustus
147-150.
Sutresna, 2013. Keperawatan Gerontik. Jakarta : FKUI. WHO, 2012. Interesting Fact About
Ageing.
http://www.who.int/ageing/about/fact/en/. Diakses Tanggal 08 Desember 2019
Widianti, A.T.&.Proverawati, A., 2010. Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wratsongko, M.M.M., 2015. Mukjizat Gerakan Shalat & Rahasia 13 Unsur Manusia. Jakarta.
2008. Shalat Jadi Obat. Jakarta : PT Media Komputindo Kelompok Grahamedia.
35
Wulandari, 2012. Hubungan Tingkat Stress Dengan Gangguan Tidur Pada Lansia.
Lampiran 1
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301
36
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 330
PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN
SURABAYA
Dyah Wijayanti *, Tumini **, Dewi Anita Sari **
Prodi DIII Keperawatan Sutopo Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, Corresponding Author : dyahwe@gmail.com
Abstrak
Semakin tinggi usia harapan hidup suatu negara menyebabkan tingginya jumlah lansia yang
diikuti pula dengan tingginya masalah kesehatan yang ada pada lansia diantaranya terjadi
penurunan kualitas tidur. Senam ergonomik dapat meningkatkan serotonin yang dapat
membuat rasa tenang dan mengantuk serta meningkatkan kualitas tidur. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh senam ergonomic terhadap kualitas tidur lansia di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Desain penelitian menggunakan pra eksperimen
one group pretest-postest design. Tehnik sampling pada penelitian ini menggunakan
probability sampling dengan cara simple random sampling. Variabel independen penelitian
ini adalah senam ergonomik dan variabel dependen adalah kualitas tidur. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner kualitas tidur sebelum dan setelah senam ergonomik. Analisa data
menggunakan uji wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan yang
bermakna antara kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomik (pre test dan
post test), didapatkan 36 lansia (69,2%) mengalami peningkatan kualitas tidur. Analisa
Wilcoxon menunjukan bahwa senam ergonomik berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
tidur pada lansia di Griya Werdha Jambangan Surabaya (p=0,000). Berdasarkan hasil
penelitian ini senam ergonomik dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk
meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
Lampiran 2
37
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP GANGGUAN TIDUR
(INSOMNIA) PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO
(Effect Of Gymnastics Ergonomic Sleep Disorders (Insomnia) Elderly In Elderly Elderly
Mojopahit Mojokerto)
ABSTRAK
Pendahuluan : Gangguan tidur (insomnia) pada lansia cenderung meningkat setiap tahun dan
menyebabkan tingginya angka kejadian insomnia. Senam ergonomis bermanfaat untuk
mencegah insomnia dan meningkatkan kualitas tidur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh senam ergonomis terhadap gangguan tidur (insomnia) pada lansia di Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto. Metode : Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto pada tanggal 31 Maret-11 April 2014. Desain yang digunakan pre eksperimen,
dengan pendekatan Posttest Only Control Group Design. Populasinya seluruh lansia di Panti
Werdha Mojopahit Mojokerto yang berjumlah 47. Metode pengambilan sampel
menggunakan porposive sampling. Sampel 10 orang kelompok perlakuan dan 10 orang
kelompok kontrol. Variabel independen senam ergonomis, variabel dependen insomnia.
Analisa data menggunakan Mann Whitney-U. Instrumen untuk pengukuran insomnia adalah
wawancara terstruktur dengan pedoman kuesioner dan lembar observasi untuk senam
ergonomis. Hasil : Hasil penelitian sebelum senam ergonomis, pada kelompok perlakuan
90% insomnia sedang dan sesudahnya terdapat penurunan 80% pada insomnia ringan. Dan
kelompok kontrol, sebelum dan sesudahnya yaitu setengahnya 50% tidak ada perubahan tetap
pada tingkat insomnia sedang. Setelah dilakukan analisa dengan uji statistik Mann Whitney-
U pada kelompok perlakuan dan kontrol diperoleh angka signifikan (0,001) jauh lebih rendah
dari standart signifikan 0,05 atau (<), dan ZHitung (3,179) > ZTabel (1,96) maka H1
diterima. Pembahasan : Dari hasil analisa diatas menunjukkan ada pengaruh senam
ergonomis terhadap gangguan tidur (insomnia) pada lansia, sehingga diharapkan perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan mampu mengaplikasikan senam ergonomis sebagai
salah satu intervensi bagi lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
Lampiran 3
38
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189
ABSTRACT
Background: Added the age of individual is a physiological process that will occur in every
human being, the aging process a person will experience a variety of sleep disorders or
insomnia problems. Relaxsation progressive muscle can be done by way of ergonomic
gymnastic movement conveyed by Sagiran (2013) states that the exercise is ergonomic
gymnastic movement is a movement inspired by the movements as we run a prayer.Purpose:
To know the ergonomic gymnastics toward elderly sleep quality in Bantul Yogyakarta.
Methods: The study is quasiexperimental design with one group pretest-posttest design,
intervention 6 times for 3 weeks performed every 2 weeks time. Then post test 4 weeks to
measure the quality of sleep by PSQI. A sample of 15 respondents who are active in
Posyandu.Results: The quality of sleep of elderly in Yogyakarta Sewon Kepek Timbulharjo
prior to the ergonomics gymnastics has 13 values in 5 respondents with a percentage of
33.32%. After doing gymnastics ergonomic has 15 values in 8 respondents with a percentage
53.33%. Having tested with the Wilcoxon test values obtained significancy 0.011 (p <0.05).
Conclusion: There is a ergonomic gymnastics toward elderly sleep quality in Bantul
Yogyakarta.
Lampiran 4
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP
39
INSOMNIA PADA LANSIA DIDUSUN
PUNDUNG NOGOTIRTO GAMPING
SLEMAN YOGYAKARTA 1
ABSTRAK
Latar Belakang : Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dialami oleh lansia.
Prepalensi insomnia pada lansia disusun pundung cukup tinggi yaitu sekitar 30% dari umlah
populasi lansia. Insomn ia memiliki kecenderungan terhadap peningkatan angka morbiditas
dan mortalitas pada lansia. Insomnia dapat diintervensi dengan terapi nonfarmakologis, salah
satu nya adalah senam ergonomis. Senam ergonomis bermanfaat untuk mencegah insomnia
dan meningkatkan kualitas tidur. Senam ergonomis merupakan suatu gerakan otot yang
dikombinasikan dengan teknik pernapasan
Tujuan : mengertahui pengaruh senam ergomnomis terhadap insomnia pada lansia didusun
pundung nogotirto gamping sleman yogyakarta
Metode : penelitian ini dilakukan didusun pundung nogotirto gamping sleman yogyakarta
pada tanggal 27 februari-11 maret 2018. Desain yang digunakan Pre eksperimen. Dengan
rancangan One Group Pretest Postest Desain. Populasi nya adalah lansia dengan insomnia
yang berada disusun pundung dengan jumlah 30 lansia. Metode pengambilan sampel
menggunakan poporsive sampling sehingga diperoleh 12 responden. Analisa data
menggunakan wilcoxon match pairs test. Insrrumen untuk pengukuran insomnia adalah
wawancara terstruktur dengan pedoman kuensioner KSBJ-IRS.
Hasil : penelitian menggunakan signifikan sebesar 0,05. Hasil uji wilcoxon match pairs test
menunjukan nilai p 0,002<0,05). Ha diterima dan H0 ditolak artinya ada pengaruh senam
egronomis terhadap insomnia.
Kesimpulan dan saran : ada pengatruh senam egronomis terhadap insomnia pada lansia
didusun pundung nogotirto gamping sleman yogyakarta. Disarankan bagi lansia agar
melakukan senam egronomis secara mandIri dirumah dan menginformasikan kepada
masyarakat lainnya guna untuk mencegah terjadinya insomnia.
Lampiran 5
40
SOP SENAM ERGONOMIK
A. Pengertia Senam Ergonomik
Senam ergonomik adalah salah satu senam yang mengoptimalkan posisi tubuh
untuk mengendalikan atau membetulkan kelenturan sistem saraf pada aliran darah.
B. Tujuan Senam Ergonomik
Untuk meningkatkan kemampuan yang fungsional raga untuk mendapatkan
kebugaran.
C. Manfaat Senam Ergonomik
Mampu membantu membuka, membersihkan, dan mengaktifkan seluruh
sistem-sistem tubuh seperti sistem kardiovaskuler, kandung kemih, dan sistem
reproduksi.
D. Indikasi Senam Ergonomik
Indikasi dari senam ergonomik ini dapat diberikan kepada penderita gangguan
tidur.
E. Teknik Senam Ergonomik
1. Gerakan Pembuka : Berdiri Sempurna
Berdiri sempurna dengan kedua kaki tegak, hingga telapak kaki menekankan
seliruh titik saraf telapak kaki.
2. Lapang Dada
Pertama diawali dengan posisi tubuh bediri trgak, dua lengan diputar kebelakang
semaksimal mungkin, rasakan keluar dan masuk napas dengan rileks, saat dua
lengan di atas kepala, kaki jinjit.
3. Tuduk Syukur
Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks, lalu tahan
napas sambil membungkungkan badan kedepan (napas dada) semampunya.
Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai merasa tegang/panas. Saat
melepas napas lakukan secara rileks dan perlahan.
4. Duduk Perkasa
Menarik napas dalam (napas dada) lalu tahan sambil membungkukan badan
kedepan dan kedua tangan bertumpuk pada paha, wajah menengadah sampai
merasa tegang atau panas. Saat membungkuk pantat jangan sampai menungging.
5. Duduk Pembakaran
Posisikan tubuh kita pada duduk perkasa, telapak tangan pada pangkal dada, tumit
disamping pantat, angkat pantat dan titik bert didengkul, lipat atau buka telapak
kaki, tempelkan pantat kelantai sehingga tombol pembakaran ditelapak kaki luar
tertekan. Posisi ini sangat baik jika dikombinasikan dengan posisi duduk perkasa
yang telah dijelaskan sebelumnya. Lakukan sambil menahan rasa panas, pegal
dipangkal lutut, hingga engkel kaki mati rasa, telapak kaki merah, biasanya
setelah 15-20 menit.
6. Berbaring Pasrah
Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan berbaring pasrah. Punggung
menyentuh lantai/alas, dan lengan lurus diatas kepala napas rileks, dan dirasakan
(napas dada), perut mengecil.
41
Lampiran 6
Kuensioner Insomnia KSPBJ-IRS
42
Data Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Riwayat Penyakit :
Petujuk Pengisian
Dibawah ini terdapat pernyataan mengenai insomnia yang mungkin bapak/ibu lakukan setiap
harinya. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama kemudian berikan jawaban bapak/ibu
pada lembar jawaban bagi setiap pernyataan tersebut dengan cara mencentang ( ) pada
kolom tersebut.
1. Lamanya tidur
Tidur lebih dari 5,6 jam.
Tidur antara 5,5-6,5 jam.
Tidur antara 4,5-5,5 jam untuk insomnia sedang.
Tidur antara 4,5 jam untuk insomnia berat.
43
2. Mimpi
Tidak ada mimpi.
Terkadang mimpi yang menyenangkan atau mimpi biasa saja.
Selalu bermimpi.
Mimpi buruk.
3. Kualitas tidur
Sulit terbangun.
Tidur yang baik, tetapi sulit terbangun.
Tidur yang baik, tetapi mudah terbangun.
Tidur dangkal, mudah terbangun.
4. Masuk tidur
Tidur kurang dari ½ jam.
Tidur antara ½ jam sampai 1 jam untuk insomnia ringan.
Tidur antara 1 samapai 3 jam untuk insomnia sedang.
Tidur lebih dari 3 jam untuk insomnia berat.
44
Tidur bangun jam 3.30 dan tidak dapat tidur lagi untuk insomnia sedang.
Tidur bangun sebelum jam 3.30 dan tidak dapat tidur untuk insomnia berat.
10. Lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi tidak ada
Lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi tidak ada.
Tidur 2-7 hari untuk insomnia ringan.
Tidur 2-4 minggu untuk insomnia sedang.
Lama gangguan sudah lebih dari 4 minggu untuk insomnia berat.
45