Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional
telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan
keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan usia harapan hidup.
Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata
60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Sedangkan menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di
Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau
tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah
penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)).
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan
pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok
lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua
dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal
tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih
banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih
ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam gangguan
fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi,
akan mengalami kemunduran (Brunner & Suddart, 2001).

1
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap memelihara dan meningkatkan agar
selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai kemampuannya. Pada
lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus
beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot,
kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL)
juga sudah mengalami penurunan.
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam
diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toileting (Brunner &
Suddart, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan
atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam
kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik
kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon,
menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya perilaku perlu
faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku merupakan
suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni
faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri
seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku
manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan
menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia. Setiap
insan manusia merupakan makhluk hidup yang unik yang tidak bisa sama atau

2
ditiru satu sama lain, akan tetapi mempunyai satu persamaan pada berbagai
kebutuhan yang berdasarkan pada hirarki Maslow.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius
ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini disebabkan karena lansia mempunyai
keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk merawat
diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Maka rumah
jompo atau panti sosial dapat menjadi pilihan mereka.
Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama
dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana
kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti
(Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti werdha
adalah tempat dimana berkumpulnya orang – orang lansia yang baik secara
sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala
keperluannya. Tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang
dikelola oleh swasta. Dirumah jompo para lansia akan menemukan banyak
teman sehingga diantara mereka saling membantu, saling memberikan
dukungan dan juga saling memberikan perhatian khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan ADL.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lansia dan problematika yang di hadapi ?
2. Apa Pengertian ADL pada kasus orangtua dan cara mnegatasinya ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan pemenuhan ADL ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai pengertian lansia dan problematika yang di hadapi
2. Untuk mengetahui pengertian ADL pada kasus orang tua dan cara
mengatasinya
3. Untuk memahami asuhan keperawatan lansia dengan pemenuhan ADL ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan
yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrindan lain
sebagainya. Haltersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
sosiallansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily
living (Fatmah, 2010).
B. Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

4
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)

C. Masalah Kesehtan Pada Lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda
dari orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu
kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para
lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :

1. Immobility (kurang bergerak)


2. Instability (mudah jatuh)
3. Incontinence (beser BAB/BAK)
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
5. Infection (infeksi)
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman)
7. Isolation (Depression)
8. Inanition (malnutrisi)
9. Impecunity (kemiskinan)
10. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
11. Insomnia(sulit tidur)
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
13. Impotence(Gangguan seksual)
14. Impaction (sulit buang air besar)

5
 Immobility (kurang bergerak)
o Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
o Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau
demensia.
o Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran
kemih, konstipasi dan lain-lain.
o Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan
makanan yang berserat.
 Instability (Instabilitas dan Jatuh)
o Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
o Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin,
jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang
membuat terpeleset dll).
o Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi.
o Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa

6
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal
yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

 Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)

o Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak


dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
o Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
o Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk
menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul
prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung
kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi
tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
o Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum,
tumor dll.
o Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien
sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

7
 Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
o Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja
dan sosial secara bermakna.
o Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh,
pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
o Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
o Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
o Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
 Infection (infeksi)
o Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
o Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai
pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
o Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-

8
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering
terjadi pada pasien usia lanjut.

 Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,


penglihatandan penciuman)
o Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
o Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
bedah berupa implantasi koklea.
o Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan
dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada
katarak.

 Isolation (Depression)
o Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia
adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan.
o Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.

 Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-
70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan

9
demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu
makan dan asupan makanan.

 Impecunity (Tidak punya penghasilan)


o Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
o Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup
dari tunjangan hari tuanya.
o Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang
lansia mengalami depresi.

 Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)


o Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
o Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

 Insomnia(Sulit tidur)
o Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga
dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan
kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia.
Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.

10
o Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan
mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun
dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
o Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.

 Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh


menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ
tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-
obatan,keadaan gizi yang menurun.

 Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan


aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik
seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi

 Impaction (sulit buang air besar)


o Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang
kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu
dan lain-lain.
o Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada
keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut
menjadi sakit.

11
D. Pengertian ADL ( Activity Daily Living)
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin atau aktivitas pokok
bagi perawatan diri yang meliputi : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan),
mandi, dan berpindah tempat (Hardywinoto & Setiabudi, 2005). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang
harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup
sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan
seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan
perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)

E. Macam-macam ADL
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi
buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau
kegiatan sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan
mengisi waktu luang.

F. Cara Mengukur ADL


Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan
atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari lansia.

12
Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai
penulis. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas. Berikut
ini beberapa instrumen pengukuran ADL atau Indeks kemandirian ADL (
Sugiarto, 2005) sebagai berikut :
Skala Deskripsi & Kehandalan, Waktu & Komen tar
jenis skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indek Skala ordinal Sangat handal & <10 Skala ADL yang
s dengan skor sangat sahih, dan menit,sangat sudah diterima secara
barthe 0(total cukup sensitif. ssuai untuk luas, kehandalan dan
l dependent)- skrining, kesahihan sangat baik.
100(total penilaian
independent) formal,
: 10 item pemantauan &
:makan, pemeliharaan
mandi, terapi.
berhias,
berpakaian,
kontrol
kandung
kencing,dan

kontrol anus,
toileting,
transfer
kursi/tempat
tidur,

13
mobilitas dan
naik tangga.
Indek Penilaian Kehandalan & < 10 menit, Skala ADL yang
s Katz dikotomi kesahihan cukup; sangat sesuai sudah diterima secara
dengan kisaran ADL untuk skrining, luas, kehandalan dan
urutan sangat terbatas (6 penilaian kesahihan cukup,
dependensi item) formal, menilai keterampilan
yang pemantauan & dasar, tetapi tidak
hierarkis : pemeliharaan menilai berjalan &
mandi, terapi. naik tangga
berpakaian,
toileting,
transfer,
kontinensi,
dan makan.
Penilaian dari
A (mandiri
pada keenam
item) sampai
G (dependent
pada keenam
item).
FIM Skala ordinal Kehandalan & < 20 menit, Skala ADL yang
(Func dengan 18 kesahihan baik, sangat sesuai sudah diterima secara
tional item, 7 level sensitif dan dapat untuk skrining, luas. Pelatihan untuk
Indep dengan skor mendeteksi penilaian petugas pengisi lebih
enden berkisar perubahan kecil formal, lama karena item
ce antara 18- dengan 7 level. pemantauan & banyak.

14
Meas 126; area pemeliharaan
ure) yang terapi serta
dievaluasi; evaluasi
perawatan program.
diri, kontrol
stingfer,
transfer,
lokomosi,
komunikasi,
dan kognitif
sosial.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.


ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang
terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang
dilakukan. ADL dasar dipengaruhi oleh :
1. ROM sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Propioseptif
5. Persepti visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)
Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan
Activities Daily Living adalah:
1. Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2. Kapasitas mental

15
3. Status mental seperti kesedihan dan depresi
4. Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5. Dukungan anggota keluarga

H. Pelaksanaan Pemenuhan ADL


Matriks pemenuhan kebutuhan ADL ini disusun berdasarkan sumber
dari Nursing Intervention clasification (2013) sebagai berikut :
No Macam Alat & Intervensi /Tindakan
Kebutuhan bahan
ADL dan
Pengertian
1 Defisit Makanan  Monitor kemampuan klien untuk menelan
perawatan dan  Identifikasi diit yang disarankan
diri : makan minuman  Atur meja makan atau nampan agar terlihat
Adalah sesuai diit menarik
hambatan panti,  Ciptakan lingkungan yang nyaman ( misal jauhkan
kemampuan Piring, pispot, urinal dll)
untuk gelas dan  Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan
melakukan sendok  Berikan penurunan nyeri secukupnya sebelum
atau dari makan
menyelesaik plastik,  Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
an aktivitas pengalas,
 Letakkan makanan pada sisi yang mudah dilihat
makan nampan
dan dijangkau klien
sendiri
 Gambarkan lokasi makanan yang ada untuk klien
yang memiliki gangguan penglihatan
 Berikan pengalas makan
 Berikan sedotan minuman sesuai kebutuhan
 Dukung pasin untuk makan diruang makan bila

16
tersedia dan memungkinkan
 Berikan peralatan yang mendukung
 Gunakan cangkir dengan pegangan yang besar
 Gunakan alat makan dan minum yang tidak mudah
pecah dan tidak berat
2 Defisit Pispot,  Pertimbangkan budaya klien saat membantu
perawatan urinal, aktivitas eliminasi
diri selimut  Jaga privasi klien
:eliminasi penutup,  Lepaskan baju yang diperlukan sehingga
(BAB/BAK air cebok, memudahkan aktivitas eliminasi
) sarung  Bantu klien ke toilet untuk eliminasi pada interval
Adalah tangan tertentu atau fasilitasi penggunaan alat bantu
hambatan eliminasi (pispot, urinal)
kemampuan  Fasilitasi kebersihan toilet setelah eliminasi
untuk  Monitor integritas kulit pasien dan laporkan
melakukan petugas bila ada kelainan atau keluhan
atau
menyelesaik
an aktivitas
eliminasi
sendiri
3 Defisit Handuk,  Pertimbangkan budaya klien saat membantu
perawatan sabun, mandi
diri : mandi sampo,  Tentukan tipe dan terkait dengann bantuan yang
Adalah ember, diperlukan
hambatan gayung  Letakkan handuk, sabun, alat cukur, dan asesoris
kemampuan lain yang diperlukan disisi tempat tidur atau
untuk kamar mandi

17
melakukan  Sediakan barang pribadi yang diinginkan
atau (deodoran, sikat gigi, sabun, sampo, lotion
menyelesai aromaterapi)
kan  Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan
mandi/akti memastikan kehangatan, suasana rileks, privasi,
vitas dan pengalaman pribadi
perawatan  Fasilitasi klien untuk menggosok gigi dengan
diri untuk tepat
diri sendiri  Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan
kammpuan merawat diri pasien
 Monitor integritas kulit pasien
 Jaga ritual kebersihan
4 Defisit Pakaian  Pertimbangkan faktor budaya klien saat
perawatan bersih, membantu aktivitas berpakaian/berdandan
diri : sisir, alat  Informasikan kepada klien untuk ketersediaan
berpakaian/ rias (bila pilihan pakaian
berdan dan perlu),  Sediakan pakaian klien pada tempat yang
Adalah cermin terjangkau
hambatan  Sediakan pakaian pribadi dengan tepat
kemampuan  Fasilitasi klien untuk menyisir rambut
untuk  Berikan bantuan berpakaian sesuai kebutuhan
melakukan (misal nya mengancingkan baju, menutup
atau resleting)
menyelesai  Letakkan pakain kotor pada tempat yang tersedia
kan
 Fasilitasi kebutuhan untuk bercukur atau merias (
aktivitas
lapor petugas)
berpakaian
dan berhias

18
diri
5 Defisit Tempat  Pertimbangkan kemampuan klien untuk berpindah
perawatan tidur, kursi ( tingkat mobilitas, keterbatasan gerak, ketahanan
diri : roda, kruk, berdiri, menahan berat, kesadaran, kemampuan
Transfering tongkat bekerjasama, kemampuan menerima perintah)
Adalah  Pilih teknik berpindah yang tepat dan aman
hambatan  Ukur kemampuan diri ( pemberi bantuan) dan
kemampuan bantuan yang diperlukan sebelum membantu klien
untuk  Instruksikan klien mengenai teknik perpindahan
melakukan yang untukmencapai tingkat kemandirian tertinggi
gerak atau yang mampu dicapai klien
berubah  Fasilitasi penggunaan alat bantu yang sesuai
lokasi atau (misalnya, kruk, kursi roda, tongkat, walker dll)
posisi tubuh  Identifikasi metode-metode untuk mencegah
cidera selama proses perpindahan

I. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Pemenuhan ADL


A. Identitas
1. Klien
Nama : Ny. S

Umur : 80 tahun

Agama : Islam

Jemis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD sederajat

Alamat : BPSTW Budi Luhur

19
Suku : Jawa

Status perkawinan : cerai mati

Tanggal masuk : 06 - 02 - 2020

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. J

Hub. Dengan klien : Keluarga

B. Riwayat Masuk Panti


1. Alasan masuk panti
Ibu Nur mengatakan , Ny. S masuk PSTW Budi Luhur diantar oleh
tetangganya. Ny. S masuk BPSTW karena permintaan dari warga sekitar
dikarenakan Ny. S tidak mempunyai siapa-siapa lagi untuk me “rumat”

2. Proses masuk panti


Klien mengatakan sebelum masuk BPSTW Budi Luhur dirinya tinggal di
rumah sendiri. Klien masuk ke BPSTW Budi Luhur diantar oleh kepala
dusun di rumahnya.

C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien tirah baring. Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari
hanya tiduran saja.

Klien mengatakan kaki kananya pegel-pegel dan sulit untuk digerakkan.


Klien mengatakan sudah tidak bisa duduk dan hanya tiduran saja. Kaki
kanan klien terlihat udem (pitting udem derajat 3)

20
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Data dari RM klien menunjukkan bahwa Ny. S memiliki riwayat jatuh
pada bulan Juni 2014. Data dari RM juga menunjukkan bahwa pada
tanggal 13 Mei 2015 kaki klien mulai bengkak.

3. Riwayat kesehatan keluarga


a. Klien mengatakan di keluarganya tidak ada penyakit menular maupun
keturunan seperti darah tinggi.
b. Genogram : Klien mengatakan dirinya 7 bersaudara namun klien lupa
anak yang ke berapa
Pola Kebiasaan

1. Aspek Fisik - Biologis


a. Pola nutrisi/metabolic
1) Intake makanan :
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk, dan
kadang sayur. Pemberian nutrisi pada klien dibantu oleh orang lain.

Klien terlihat makan habis hanya 5 sendok.

2) Intake cairan:
Klien mengatakan minum dengan tempat minum yang sudah
disediakan di kasurnya. Klien minum terkadang denngan bantuan
orang lain. Klien minum air putih sedikit tapi sering ±200 mL
sehari.

b. Pola eliminasi
1) Buang air besar :
Klien mengatakan b.a.b menggunakan diapers. Bila penuh, diapers
diganti oleh pertugas

2) Buang air kecil

21
Klien mengatakan b.a.k menggunakan diapers. Bila penuh, diapers
diganti oleh petugas

c. Pola Aktifitas Sehari – Hari


- Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri, mandi dibantu oleh
orang lain dengan cara di lap.

Indeks KATZ tentang aktivitas kehidupan sehari – hari :

No Kegiatan Keterangan Skor


.

1. Mandi Klien mampu berdiri dan berpindah, klien mampu 0


mandi sendiri

2. Berpakaian Klien mandiri dan menggunakan pakaian sendiri 0

3. Berpindah Klien mampu berpindah namun dengan jalan sedikit 0


kaku

4. Kontinen Klien menyatakan b.a.k kadang keluar darah 0

BAB/BAK

5. Makan Klien makan sendiri tanpa dibantu orang lain 0

22
6. Toileting Klien mampu b.a.k dan b.a.b tanpa dibantu orang lain 0

Skor : 0 (ketergantungan)

d. Pola tidur dan istirahat


Klien mengatakan sering terbangun saat tengah malam hari (nglilir).

2. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual


a. Konsep Diri
1) Identitas Diri
Klien menyatakan dirinya adalah orang yang sudah tua.

2) Ideal Diri
Klien mengatakan sudah lama tinggal di panti dan pasrah dengan
keadaannya saat ini.

3) Gambaran Diri
Klien mengatakan mengetahui tentang keadaannya saat ini dan
pasrah dengan keadaannya.

4) Harga Diri
Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini, klien
mengatakan ketidakberdayaannya saat ini karena dirinya yang
sudah tua

5) Peran Diri
Klien menyatakan tidak pernah berkomunikasi dengan sesama klien
di panti karena sudah tidak bisa apa-apa lagi.

23
b. Emosional
Klien mengatakan jarang tersinggung jika ada penghuni panti yang
menyinggungnya. Klien mengatakan jika ada penghuni panti yang
marah, biasanya klien diamkan saja dan mencoba memahami semua
sikap dan sifat yang dimiliki setiap penghuni panti.

c. Intelektual / Pengetahuan
Daya ingat sudah menurun

Pengkajian fungsi kognitif menggunakan SPMSQ

No. Pertanyaan Jawaban B/S

1. Tanggal berapa hari ini ? Tidak tahu S

2. Hari apa sekarang ini ? Tidak tahu S

3. Apa nama tempat ini ? Tidak tahu S

4. Berapa nomor telepon anda ? Tidak tahu S

Dimana Alamat anda ?

5. Berapa umur anda ? 80 tahun B

6. Kapan Anda lahir ? Tidak tahu S

24
7. Siapa Presiden Indonesia yang Tidak tahu S
sekarang ?

8. Siapa presiden sebelumnya ? Tidak tahu S

9. Siapa nama kecil ibu anda ? Sakem B

10. Pengurangan 3 dari angka 20 dan Tidak tahu S


dikurangi 3 setiap bilangan baru
hingga nilai habis

Penilaian :

1 – 2 kesalahan : tidak mempunyai kerusakan intelektual

3 – 4 kesalahan : kerusakan intelektual ringan

5 – 7 kesalahan : kerusakan intelektual sedang

8– 10 kesalahan : kerusakan intelektual berat

Interpretasi hasil penilaian: kerusakan intelektual berat.

d. Aman nyaman
Skala pengukuran Resiko jatuh Morse

Parameter Status /keadaan skor Nila Ket

25
i

Riwayat jatuh 3 Tidak pernah 0 Klien


bulan terakhir mengatakan
Pernah 25 0
belum pernah
terjatuh

Penyakit penyerta Ada 15 Kaki klien


(diagnosa 15 bengkak
Tidak ada 0
sekunder)

Alat bantu jalan Tanpa alat bantu, 0 Klien tidak bisa


tidak dapat jalan , berjalan
kursi roda, bed rest

Tongkat penyangga 15 0

Kursi atau benda lain 30


untuk tumpuan
berjalan

Pemakaian infus Ya 20 Klien tidak


intravena/heparin 0 menggunakan
Tidak 0
infus

Cara berjalan Normal, tidak dapat 0 Klien nampak


jalan berjalan dengan
0 langkah kecil-
Lemah 10
kecil
Tengganggu 20

Status mental Menyadari 0 0 Klien

26
kelemahannya mengatakan
dirinya sudah
Tidak menyadari 15
lemah dan tak
kelemahannya
selincah waktu
muda dulu

Jumlah 15

Tingkat Resiko Skor morse

Resiko rendah 0-24

Resiko sedang 25-44

Resiko tinggi >45

Interpretasi : Resiko rendah

e. Hubungan interpersonal
Klien mengatakan jarang ngobrol dengan teman satu wismanya karena
sudah tidak bisa apa-apa.

f. Sosial
APGAR Score : Sudah dikaji namun respon klien (-)

Selalu Kadang Hampir tdk


No. Pernyataan
(2) (1) pernah (0)

1. Saya merasa puas karena saya


dapat membuat keluarga atau v

teman menolong saat terjadi

27
hal yang menyulitkan
(adaptasi)

2. Saya merasa puas dengan cara


keluarga atau teman
membicarakan hal dan masalah V
yang ada dengan saya
(Hubungan)

3. Saya merasa puas dengan


kenyataan bahwa keluarga atau
teman menerima dan
V
mendukung keinginan saya
untuk mencari arah kehidupan
aktifitas baru (pertumbuhan)

4. Saya merasa puas melihat cara


keluarga atau teman
mengekspresikan afeksi dan
V
respon mereka terhadap emosi
saya seperti marah, sedih
(Afeksi)

5. Saya merasa puas atas cara


teman menghabiskan waktu V
bersama – sama (Pemecahan)

Hasil Score 0

< 3 : terjadi disfungsi keluarga tingkat tinggi

4 – 6 : terjadi disfungsi keluarga tingkat menengah

28
> 6 : tidak terjadi disfungsi sosial

Intrepretasi : Terjadi disfungsi keluarga tingkat tinggi

Skala Depresi Geriatri

No PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? V

2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan V


minat atau kesenangan anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? V

4 Apakah anda sering merasa bosan? V

5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap V


saat?

6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan V


terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar V


hidup anda?

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? V

9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada V


keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah V


dengan daya ingat dibanding kebanyakan orang?

11 Apakah anda berpikir hidup anda sekarang ini V

29
menyenangkan?

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan V


anda saat ini?

13 Apakah anda merasa penuh semangat? V

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada V


harapan?

15 Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih baik V


keadaannya daripada anda?

SKOR 8

Skor 10-15 : depresi berat

Skor 6-9 : depresi sedang

Skor 0-5 : depresi ringan

Intrepertasi data : Depresi sedang

g. Support system
Klien mengatakan dirinya tidak memiliki suami dan dulu hanya
tinggal dengan kakaknya.

h. Aspek spiritual
Klien mengatakan ia beragama Islam.

D. Pemeriksaan fisik
1. Keluhan yang dirasakan saat ini :

30
Klien mengatakan kaki kanannya pegal-pegal. Kaki kanan klien terlihat
bengkak, pitting udem derajat 3.

TD : 80/50 mmHg

P : 20 x/m

N : 82 x/m

S : 36,5oC

2. Kepala :
a. Kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna putih dan sebagian
hitam, tidak tampak ketombe,tidak tampak kelainan pada kepala.
b. Mata : konjungtiva tidak pucat, tidak ada nyeri tekan
c. Telinga : Bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada
serumen dan tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka.
d. Hidung : Bentuk simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen,tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi atau jejas
e. Mulut : Membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak sianosis,dan tidak lesi,tidak ada nyeri tekan.
3. Wajah : tidak tampak kelainan pada wajah.
4. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid leher, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
5. Ekstrimitas :
Atas : anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak tampak
edema.

Bawah : anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, tampak
edema di kaki kanan (pitting udem derajat 3)

31
- Terdapat lesi di pantat dan paha kiri klien. Lesi berwarna kemerahan,
tidak ada pus, tidak berbau, luas lesi ±3 cm
- Klasifikasi Dekubitus Derajat II (Hilangnya sebagian ketebalan kulit
meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis
terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.)
6. Dada
Simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan

I. Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB

DS :

- Klien tirah baring. Klien Kerusakan Tirah baring


mengatakan sudah sulit untuk integritas kulit
duduk, setiap hari hanya tiduran
saja.

DO :

- Posisi tidur klien tampak sama


setiap saat (miring ke kiri)
- Punggung kanan klien tampak
kehitaman
- Terdapat lesi di pantat dan paha
kiri klien. Lesi berwarna
kemerahan, tidak ada pus, tidak
berbau.
- Luas lesi ±3 cm
- Klasifikasi Dekubitus Derajat II

32
(Hilangnya sebagian ketebalan
kulit meliputi epidermis dan
dermis. Luka superficial dan
secara klinis terlihat seperti
abrasi, lecet, atau lubang yang
dangkal.)
DS : Kelemahan

- Klien mengatakan tidak bisa Defisit Perawatan


mandi sendiri Diri : Mandi dan
- Klien mengatakan mandi makan
dibantu oleh orang lain
- Klien mengatakan mandi di
tempat tidur dengan cara di lap
oleh petugas
- Klien mengatakan tidak bisa
makan sendiri
DO :

- Indeks KATZ : 0
- Klien tidak dapat pergi ke
kamar mandi secara mandiri
- Klien tidak dapat mengeringkan
tubuh secara mandiri
- Klien tidak bisa memegang alat
makan secara mandiri
- Kekuatan Otot :
4 4

33
4 4

DS : Gangguan Kelemahan
Mobilitas Fisik
- Klien mengatakan sudah tidak
bisa duduk
- Klien mengatakan segala
aktivitasnya dibantu
- Klien mengatakan kaki
kanannya keju-keju
DO :

- Posisi klien tampak sama setiap


hari
- Kaki kanan klien terlihat
bengkak (pitting udem derajat 3)
- Kaki kiri klien tampak kaku
- Kekuatan Otot :
4 4

- 4 4

II. Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring ditandai dengan Klien tirah
baring. Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari hanya tiduran
saja, Posisi tidur klien tampak sama setiap saat (miring ke kiri),Punggung
kanan klien tampak kehitaman, Terdapat lesi di pantat dan paha kiri klien.
Lesi berwarna kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau, Luas lesi ±3 cm,
Klasifikasi Dekubitus Derajat II (Hilangnya sebagian ketebalan kulit

34
meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat
seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kelemahan ditandai dengan Klien tirah
baring, Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari hanya tiduran
saja, Posisi tidur klien tampak sama setiap saat (miring ke kiri), Punggung
kanan klien tampak kehitaman
3. Defisit Perawatan Diri : Mandi dan makan b.d kelemahan ditandai
dengan Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri, Klien mengatakan
mandi dibantu oleh orang lain, Klien mengatakan mandi di tempat tidur
dengan cara di lap oleh petugas, Indeks KATZ : 0, Klien mengatakan tidak
bisa makan sendiri, Klien tidak bisa memegang alat makan secara mandiri,
kekuatan otot semua ekstremitas : 3

35
III. Perencanaan
Nama : Ny. S

Umur : 80 tahun

No Perencanaan
Dx
Tujuan Intervensi Rasional

1. kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020

Jam 15.30 WIB Jam 15.30 WIB Jam15.30 WIB

Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kondisi integritas kulit 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
keperawatan selama 7x 7 jam 2. Berikan massase punggung 2. Massase punggung dapat melancarkan
kerusakan integritas kulit 3. Edukasi klien untuk lapor pada petugas peredaran darah serta menjaga kelembapan
berkurang dengan kriteria hasil : bila punggung mengalami luka/rasa perih kulit klien.
4. Lakukan perawatan luka dengan NaCl 3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
- Kulit punggung pasien
tiap 2 hari sekali serta dapat meningkatkan mawas diri klien
terlihat lebih lembab
5. Kolaborasi dengan pramurukti dalam terhadap kebutuhan makannya.
- Luka di pantat dan paha
memenuhi kebutuhan integritas kulit
klien menunjukkan 4. Perawatan luka memggunakan NaCl
pasien (menjaga agar kondisi kulit tetap
perbaikan. merupakan cara yang tepat untuk mengatasi

36
lembab) kerusakan integritas kulit yang dialami klien
5. Pramurukti adalah petugas yang selalu siaga
24 jam dalam merawat klien sehingga dapat
merawat klien secara intensif

2 kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020

Jam 15.30 WIB Jam 15.30 WIB Jam 15.30 WIB

Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan mobilisasi klien 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
keperawatan selama 7 x 7 jam, 2. Latih ROM pasif 2. ROM dapat mencegah kekakuan otot
gangguan mobilitas fisik dapat 3. Posiskan kaki kanan lebih tinggi dari 3. Posisi yang lnih tinggi dapat mengurangi
berkurang dengan kriteria jantung edema
4. Edukasi pada klien tetap bergerak 4. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
- Udem pada kaki berkurang
semampu klien (miring kanan-kiri) 5. Dokter dapat memberikan terapi farmakologi
menjadi derajat 2
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan yang tepat untuk klien
- Ekstremitas klien menjadi
udem pada kaki klien
lebih lemas (tidak kaku)

37
3. kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020

Jam 15.30 WIB Jam 15.30 WIB Jam 15.30 WIB

Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebutuhan perawatan diri klien 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Bantu klien dalam memenuhi 2. Bantuan yang diberikan untuk klien dapat
diharapkan defisit perawatan diri perawatan mandinya memenuhi kebutuhan personal hygiene klien
: mandi dapat teratasi dengan 3. Edukasi klien untuk melapor pada 3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
kriteria petugas apabila badan sudah dirasa serta dapat meningkatkan mawas diri klien
- Klien mandi secara teratur, kotor/bau terhadap kebersihan dirinya.
2x sehari
4. Pramurukti adalah petugas yang selalu siaga
- Klien tampak bersih 4. Kolaborasi dengan pramurukti dalam
24 jam dalam merawat klien sehingga dapat
- Diapers tidak penuh dan pemenuhan perawatan diri (mandi)
merawat klien secara intensif
tidak berbau ketika praktikan tidak sedang berjaga

4. kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020

Jam15.30 WIB Jam15.30 WIB Jam15.30 WIB

Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebutuhan perawatan makan klien 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan

38
keperawatan selama 7 x 7 jam 2. Bantu klien dalam memenuhi 2. Bantuan yang diberikan untuk klien dapat
perawatan diri (makan) klien perawatan makannya memenuhi kebutuhan personal hygiene klien
terpenuhi dengan kriteria : 3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
3. Edukasi klien untuk melapor pada serta dapat meningkatkan mawas diri klien
- Klien makan 3x sehari
petugas apabila ingin makan/minum terhadap kebutuhan makannya.
- Kebutuhan minum klien
4. Kolaborasi dengan pramurukti dalam
terlayani 4. Pramurukti adalah petugas yang selalu siaga
pemenuhan perawatan diri (makan)
24 jam dalam merawat klien sehingga dapat
ketika praktikan tidak sedang berjaga
merawat klien secara intensif

39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADL dapat diartikan sebagai kemapuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan
sesuai dengan bidangnya tanpa mengalami kesulitan. Dengan indeks aktifitas sehari-hari
menurut Katz, dapat diprediksi berapa usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat.
Dari berbagai studi disimpulkan bahwa dari status fungsional aktifitas sehari-hari terkait
erat bukan hanya dengan usia, tetapi juga dengan penyakit. Keterbatasan gerak
merupakan penyebab utama gangguan aktifitas hidup keseharian Pada pasien atas nama
Ny. C dengan keluhan mudah merasa kelelahan saat melakukan aktivitasnya dan
kelulitan mengambil makan setelah melakukan latihan, didapatkan hasil berupa
peningkatan ADL
B. Saran
Kesegaran Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dan dengan berolahraga seseorang
dapat meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

40
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. boedhi. 2004. Buku Ajar Geriatric, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 3. Jakarta :
FKUI

Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Depkes
:Jakarta

Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Stanlley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

Pamungkasiwi, Endang dkk. 2006. Pengaruh Suplementasi Fe dan Zn terhadap Kadar


Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani pada Lansia Aneia di Kabupaten Bantul. Volume 2, No.3,
Maret 2006:123-129. Jurnal Gizi Klinik

Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta

41

Anda mungkin juga menyukai