PENDAHULUAN
1
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap memelihara dan meningkatkan agar
selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai kemampuannya. Pada
lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus
beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot,
kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL)
juga sudah mengalami penurunan.
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam
diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toileting (Brunner &
Suddart, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan
atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam
kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik
kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon,
menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya perilaku perlu
faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku merupakan
suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni
faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri
seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku
manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan
menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia. Setiap
insan manusia merupakan makhluk hidup yang unik yang tidak bisa sama atau
2
ditiru satu sama lain, akan tetapi mempunyai satu persamaan pada berbagai
kebutuhan yang berdasarkan pada hirarki Maslow.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius
ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini disebabkan karena lansia mempunyai
keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk merawat
diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Maka rumah
jompo atau panti sosial dapat menjadi pilihan mereka.
Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama
dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana
kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti
(Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti werdha
adalah tempat dimana berkumpulnya orang – orang lansia yang baik secara
sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala
keperluannya. Tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang
dikelola oleh swasta. Dirumah jompo para lansia akan menemukan banyak
teman sehingga diantara mereka saling membantu, saling memberikan
dukungan dan juga saling memberikan perhatian khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan ADL.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lansia dan problematika yang di hadapi ?
2. Apa Pengertian ADL pada kasus orangtua dan cara mnegatasinya ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan pemenuhan ADL ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai pengertian lansia dan problematika yang di hadapi
2. Untuk mengetahui pengertian ADL pada kasus orang tua dan cara
mengatasinya
3. Untuk memahami asuhan keperawatan lansia dengan pemenuhan ADL ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan
yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrindan lain
sebagainya. Haltersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
sosiallansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily
living (Fatmah, 2010).
B. Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
4
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)
5
Immobility (kurang bergerak)
o Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
o Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau
demensia.
o Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran
kemih, konstipasi dan lain-lain.
o Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan
makanan yang berserat.
Instability (Instabilitas dan Jatuh)
o Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
o Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin,
jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang
membuat terpeleset dll).
o Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi.
o Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
6
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal
yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
7
Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
o Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja
dan sosial secara bermakna.
o Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh,
pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
o Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
o Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
o Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
Infection (infeksi)
o Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
o Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai
pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
o Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-
8
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering
terjadi pada pasien usia lanjut.
Isolation (Depression)
o Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia
adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan.
o Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-
70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan
9
demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu
makan dan asupan makanan.
Insomnia(Sulit tidur)
o Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga
dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan
kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia.
Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
10
o Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan
mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun
dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
o Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.
11
D. Pengertian ADL ( Activity Daily Living)
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin atau aktivitas pokok
bagi perawatan diri yang meliputi : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan),
mandi, dan berpindah tempat (Hardywinoto & Setiabudi, 2005). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang
harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup
sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan
seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan
perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)
E. Macam-macam ADL
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi
buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau
kegiatan sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan
mengisi waktu luang.
12
Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai
penulis. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas. Berikut
ini beberapa instrumen pengukuran ADL atau Indeks kemandirian ADL (
Sugiarto, 2005) sebagai berikut :
Skala Deskripsi & Kehandalan, Waktu & Komen tar
jenis skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indek Skala ordinal Sangat handal & <10 Skala ADL yang
s dengan skor sangat sahih, dan menit,sangat sudah diterima secara
barthe 0(total cukup sensitif. ssuai untuk luas, kehandalan dan
l dependent)- skrining, kesahihan sangat baik.
100(total penilaian
independent) formal,
: 10 item pemantauan &
:makan, pemeliharaan
mandi, terapi.
berhias,
berpakaian,
kontrol
kandung
kencing,dan
kontrol anus,
toileting,
transfer
kursi/tempat
tidur,
13
mobilitas dan
naik tangga.
Indek Penilaian Kehandalan & < 10 menit, Skala ADL yang
s Katz dikotomi kesahihan cukup; sangat sesuai sudah diterima secara
dengan kisaran ADL untuk skrining, luas, kehandalan dan
urutan sangat terbatas (6 penilaian kesahihan cukup,
dependensi item) formal, menilai keterampilan
yang pemantauan & dasar, tetapi tidak
hierarkis : pemeliharaan menilai berjalan &
mandi, terapi. naik tangga
berpakaian,
toileting,
transfer,
kontinensi,
dan makan.
Penilaian dari
A (mandiri
pada keenam
item) sampai
G (dependent
pada keenam
item).
FIM Skala ordinal Kehandalan & < 20 menit, Skala ADL yang
(Func dengan 18 kesahihan baik, sangat sesuai sudah diterima secara
tional item, 7 level sensitif dan dapat untuk skrining, luas. Pelatihan untuk
Indep dengan skor mendeteksi penilaian petugas pengisi lebih
enden berkisar perubahan kecil formal, lama karena item
ce antara 18- dengan 7 level. pemantauan & banyak.
14
Meas 126; area pemeliharaan
ure) yang terapi serta
dievaluasi; evaluasi
perawatan program.
diri, kontrol
stingfer,
transfer,
lokomosi,
komunikasi,
dan kognitif
sosial.
15
3. Status mental seperti kesedihan dan depresi
4. Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5. Dukungan anggota keluarga
16
tersedia dan memungkinkan
Berikan peralatan yang mendukung
Gunakan cangkir dengan pegangan yang besar
Gunakan alat makan dan minum yang tidak mudah
pecah dan tidak berat
2 Defisit Pispot, Pertimbangkan budaya klien saat membantu
perawatan urinal, aktivitas eliminasi
diri selimut Jaga privasi klien
:eliminasi penutup, Lepaskan baju yang diperlukan sehingga
(BAB/BAK air cebok, memudahkan aktivitas eliminasi
) sarung Bantu klien ke toilet untuk eliminasi pada interval
Adalah tangan tertentu atau fasilitasi penggunaan alat bantu
hambatan eliminasi (pispot, urinal)
kemampuan Fasilitasi kebersihan toilet setelah eliminasi
untuk Monitor integritas kulit pasien dan laporkan
melakukan petugas bila ada kelainan atau keluhan
atau
menyelesaik
an aktivitas
eliminasi
sendiri
3 Defisit Handuk, Pertimbangkan budaya klien saat membantu
perawatan sabun, mandi
diri : mandi sampo, Tentukan tipe dan terkait dengann bantuan yang
Adalah ember, diperlukan
hambatan gayung Letakkan handuk, sabun, alat cukur, dan asesoris
kemampuan lain yang diperlukan disisi tempat tidur atau
untuk kamar mandi
17
melakukan Sediakan barang pribadi yang diinginkan
atau (deodoran, sikat gigi, sabun, sampo, lotion
menyelesai aromaterapi)
kan Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan
mandi/akti memastikan kehangatan, suasana rileks, privasi,
vitas dan pengalaman pribadi
perawatan Fasilitasi klien untuk menggosok gigi dengan
diri untuk tepat
diri sendiri Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan
kammpuan merawat diri pasien
Monitor integritas kulit pasien
Jaga ritual kebersihan
4 Defisit Pakaian Pertimbangkan faktor budaya klien saat
perawatan bersih, membantu aktivitas berpakaian/berdandan
diri : sisir, alat Informasikan kepada klien untuk ketersediaan
berpakaian/ rias (bila pilihan pakaian
berdan dan perlu), Sediakan pakaian klien pada tempat yang
Adalah cermin terjangkau
hambatan Sediakan pakaian pribadi dengan tepat
kemampuan Fasilitasi klien untuk menyisir rambut
untuk Berikan bantuan berpakaian sesuai kebutuhan
melakukan (misal nya mengancingkan baju, menutup
atau resleting)
menyelesai Letakkan pakain kotor pada tempat yang tersedia
kan
Fasilitasi kebutuhan untuk bercukur atau merias (
aktivitas
lapor petugas)
berpakaian
dan berhias
18
diri
5 Defisit Tempat Pertimbangkan kemampuan klien untuk berpindah
perawatan tidur, kursi ( tingkat mobilitas, keterbatasan gerak, ketahanan
diri : roda, kruk, berdiri, menahan berat, kesadaran, kemampuan
Transfering tongkat bekerjasama, kemampuan menerima perintah)
Adalah Pilih teknik berpindah yang tepat dan aman
hambatan Ukur kemampuan diri ( pemberi bantuan) dan
kemampuan bantuan yang diperlukan sebelum membantu klien
untuk Instruksikan klien mengenai teknik perpindahan
melakukan yang untukmencapai tingkat kemandirian tertinggi
gerak atau yang mampu dicapai klien
berubah Fasilitasi penggunaan alat bantu yang sesuai
lokasi atau (misalnya, kruk, kursi roda, tongkat, walker dll)
posisi tubuh Identifikasi metode-metode untuk mencegah
cidera selama proses perpindahan
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD sederajat
19
Suku : Jawa
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien tirah baring. Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari
hanya tiduran saja.
20
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Data dari RM klien menunjukkan bahwa Ny. S memiliki riwayat jatuh
pada bulan Juni 2014. Data dari RM juga menunjukkan bahwa pada
tanggal 13 Mei 2015 kaki klien mulai bengkak.
2) Intake cairan:
Klien mengatakan minum dengan tempat minum yang sudah
disediakan di kasurnya. Klien minum terkadang denngan bantuan
orang lain. Klien minum air putih sedikit tapi sering ±200 mL
sehari.
b. Pola eliminasi
1) Buang air besar :
Klien mengatakan b.a.b menggunakan diapers. Bila penuh, diapers
diganti oleh pertugas
21
Klien mengatakan b.a.k menggunakan diapers. Bila penuh, diapers
diganti oleh petugas
BAB/BAK
22
6. Toileting Klien mampu b.a.k dan b.a.b tanpa dibantu orang lain 0
Skor : 0 (ketergantungan)
2) Ideal Diri
Klien mengatakan sudah lama tinggal di panti dan pasrah dengan
keadaannya saat ini.
3) Gambaran Diri
Klien mengatakan mengetahui tentang keadaannya saat ini dan
pasrah dengan keadaannya.
4) Harga Diri
Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini, klien
mengatakan ketidakberdayaannya saat ini karena dirinya yang
sudah tua
5) Peran Diri
Klien menyatakan tidak pernah berkomunikasi dengan sesama klien
di panti karena sudah tidak bisa apa-apa lagi.
23
b. Emosional
Klien mengatakan jarang tersinggung jika ada penghuni panti yang
menyinggungnya. Klien mengatakan jika ada penghuni panti yang
marah, biasanya klien diamkan saja dan mencoba memahami semua
sikap dan sifat yang dimiliki setiap penghuni panti.
c. Intelektual / Pengetahuan
Daya ingat sudah menurun
24
7. Siapa Presiden Indonesia yang Tidak tahu S
sekarang ?
Penilaian :
d. Aman nyaman
Skala pengukuran Resiko jatuh Morse
25
i
Tongkat penyangga 15 0
26
kelemahannya mengatakan
dirinya sudah
Tidak menyadari 15
lemah dan tak
kelemahannya
selincah waktu
muda dulu
Jumlah 15
e. Hubungan interpersonal
Klien mengatakan jarang ngobrol dengan teman satu wismanya karena
sudah tidak bisa apa-apa.
f. Sosial
APGAR Score : Sudah dikaji namun respon klien (-)
27
hal yang menyulitkan
(adaptasi)
Hasil Score 0
28
> 6 : tidak terjadi disfungsi sosial
No PERTANYAAN YA TIDAK
29
menyenangkan?
SKOR 8
g. Support system
Klien mengatakan dirinya tidak memiliki suami dan dulu hanya
tinggal dengan kakaknya.
h. Aspek spiritual
Klien mengatakan ia beragama Islam.
D. Pemeriksaan fisik
1. Keluhan yang dirasakan saat ini :
30
Klien mengatakan kaki kanannya pegal-pegal. Kaki kanan klien terlihat
bengkak, pitting udem derajat 3.
TD : 80/50 mmHg
P : 20 x/m
N : 82 x/m
S : 36,5oC
2. Kepala :
a. Kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna putih dan sebagian
hitam, tidak tampak ketombe,tidak tampak kelainan pada kepala.
b. Mata : konjungtiva tidak pucat, tidak ada nyeri tekan
c. Telinga : Bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada
serumen dan tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka.
d. Hidung : Bentuk simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen,tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi atau jejas
e. Mulut : Membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak sianosis,dan tidak lesi,tidak ada nyeri tekan.
3. Wajah : tidak tampak kelainan pada wajah.
4. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid leher, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
5. Ekstrimitas :
Atas : anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak tampak
edema.
Bawah : anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, tampak
edema di kaki kanan (pitting udem derajat 3)
31
- Terdapat lesi di pantat dan paha kiri klien. Lesi berwarna kemerahan,
tidak ada pus, tidak berbau, luas lesi ±3 cm
- Klasifikasi Dekubitus Derajat II (Hilangnya sebagian ketebalan kulit
meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis
terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.)
6. Dada
Simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
I. Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
DS :
DO :
32
(Hilangnya sebagian ketebalan
kulit meliputi epidermis dan
dermis. Luka superficial dan
secara klinis terlihat seperti
abrasi, lecet, atau lubang yang
dangkal.)
DS : Kelemahan
- Indeks KATZ : 0
- Klien tidak dapat pergi ke
kamar mandi secara mandiri
- Klien tidak dapat mengeringkan
tubuh secara mandiri
- Klien tidak bisa memegang alat
makan secara mandiri
- Kekuatan Otot :
4 4
33
4 4
DS : Gangguan Kelemahan
Mobilitas Fisik
- Klien mengatakan sudah tidak
bisa duduk
- Klien mengatakan segala
aktivitasnya dibantu
- Klien mengatakan kaki
kanannya keju-keju
DO :
- 4 4
34
meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat
seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kelemahan ditandai dengan Klien tirah
baring, Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari hanya tiduran
saja, Posisi tidur klien tampak sama setiap saat (miring ke kiri), Punggung
kanan klien tampak kehitaman
3. Defisit Perawatan Diri : Mandi dan makan b.d kelemahan ditandai
dengan Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri, Klien mengatakan
mandi dibantu oleh orang lain, Klien mengatakan mandi di tempat tidur
dengan cara di lap oleh petugas, Indeks KATZ : 0, Klien mengatakan tidak
bisa makan sendiri, Klien tidak bisa memegang alat makan secara mandiri,
kekuatan otot semua ekstremitas : 3
35
III. Perencanaan
Nama : Ny. S
Umur : 80 tahun
No Perencanaan
Dx
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kondisi integritas kulit 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
keperawatan selama 7x 7 jam 2. Berikan massase punggung 2. Massase punggung dapat melancarkan
kerusakan integritas kulit 3. Edukasi klien untuk lapor pada petugas peredaran darah serta menjaga kelembapan
berkurang dengan kriteria hasil : bila punggung mengalami luka/rasa perih kulit klien.
4. Lakukan perawatan luka dengan NaCl 3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
- Kulit punggung pasien
tiap 2 hari sekali serta dapat meningkatkan mawas diri klien
terlihat lebih lembab
5. Kolaborasi dengan pramurukti dalam terhadap kebutuhan makannya.
- Luka di pantat dan paha
memenuhi kebutuhan integritas kulit
klien menunjukkan 4. Perawatan luka memggunakan NaCl
pasien (menjaga agar kondisi kulit tetap
perbaikan. merupakan cara yang tepat untuk mengatasi
36
lembab) kerusakan integritas kulit yang dialami klien
5. Pramurukti adalah petugas yang selalu siaga
24 jam dalam merawat klien sehingga dapat
merawat klien secara intensif
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan mobilisasi klien 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
keperawatan selama 7 x 7 jam, 2. Latih ROM pasif 2. ROM dapat mencegah kekakuan otot
gangguan mobilitas fisik dapat 3. Posiskan kaki kanan lebih tinggi dari 3. Posisi yang lnih tinggi dapat mengurangi
berkurang dengan kriteria jantung edema
4. Edukasi pada klien tetap bergerak 4. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
- Udem pada kaki berkurang
semampu klien (miring kanan-kiri) 5. Dokter dapat memberikan terapi farmakologi
menjadi derajat 2
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan yang tepat untuk klien
- Ekstremitas klien menjadi
udem pada kaki klien
lebih lemas (tidak kaku)
37
3. kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020 kamis, 06-02-2020
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebutuhan perawatan diri klien 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Bantu klien dalam memenuhi 2. Bantuan yang diberikan untuk klien dapat
diharapkan defisit perawatan diri perawatan mandinya memenuhi kebutuhan personal hygiene klien
: mandi dapat teratasi dengan 3. Edukasi klien untuk melapor pada 3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
kriteria petugas apabila badan sudah dirasa serta dapat meningkatkan mawas diri klien
- Klien mandi secara teratur, kotor/bau terhadap kebersihan dirinya.
2x sehari
4. Pramurukti adalah petugas yang selalu siaga
- Klien tampak bersih 4. Kolaborasi dengan pramurukti dalam
24 jam dalam merawat klien sehingga dapat
- Diapers tidak penuh dan pemenuhan perawatan diri (mandi)
merawat klien secara intensif
tidak berbau ketika praktikan tidak sedang berjaga
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebutuhan perawatan makan klien 1. Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
38
keperawatan selama 7 x 7 jam 2. Bantu klien dalam memenuhi 2. Bantuan yang diberikan untuk klien dapat
perawatan diri (makan) klien perawatan makannya memenuhi kebutuhan personal hygiene klien
terpenuhi dengan kriteria : 3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi klien
3. Edukasi klien untuk melapor pada serta dapat meningkatkan mawas diri klien
- Klien makan 3x sehari
petugas apabila ingin makan/minum terhadap kebutuhan makannya.
- Kebutuhan minum klien
4. Kolaborasi dengan pramurukti dalam
terlayani 4. Pramurukti adalah petugas yang selalu siaga
pemenuhan perawatan diri (makan)
24 jam dalam merawat klien sehingga dapat
ketika praktikan tidak sedang berjaga
merawat klien secara intensif
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADL dapat diartikan sebagai kemapuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan
sesuai dengan bidangnya tanpa mengalami kesulitan. Dengan indeks aktifitas sehari-hari
menurut Katz, dapat diprediksi berapa usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat.
Dari berbagai studi disimpulkan bahwa dari status fungsional aktifitas sehari-hari terkait
erat bukan hanya dengan usia, tetapi juga dengan penyakit. Keterbatasan gerak
merupakan penyebab utama gangguan aktifitas hidup keseharian Pada pasien atas nama
Ny. C dengan keluhan mudah merasa kelelahan saat melakukan aktivitasnya dan
kelulitan mengambil makan setelah melakukan latihan, didapatkan hasil berupa
peningkatan ADL
B. Saran
Kesegaran Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dan dengan berolahraga seseorang
dapat meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. boedhi. 2004. Buku Ajar Geriatric, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 3. Jakarta :
FKUI
Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Depkes
:Jakarta
Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Stanlley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC
Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta
41