Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PELAYANAN KEFARMASIAN

PENGGOLONGAN OBAT, KARTU STOK, DAN DISTRIBUSI OBAT

Dosen Pengampu: Welinda Dyah Ayu, S.Farm., M.Sc., Apt.

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Hafidzah


NIM : 1913016168
Kelas : B – S1 Farmasi 2019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menulis dan menyusun
makalah ini yang membahas mengenai “Penggolongan Obat, Kartu Stok dan Sistem
Pendistribusian Obat” tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun
2022/2023 dari dosen Ibu Welinda Dyah Ayu, S.Farm., M.Sc., Apt pada mata kuliah
Pelayanan Kefarmasian di Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Semoga dengan makalah ini bisa menambah
wawasan para pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 23 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3. Tujuan.....................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1. Penggolongan Obat...................................................................................................................6
2.1.1 Obat Bebas..........................................................................................................................6
2.1.2 Obat Bebas Terbatas.........................................................................................................6
2.1.3 Obat Keras..........................................................................................................................8
2.1.4 Obat Psikotropika..............................................................................................................8
2.1.5 Obat Narkotika..................................................................................................................9
2.1.6 Prekursor............................................................................................................................1
2.2. Kartu Stok...............................................................................................................................1
2.3. Sistem Pendistribusian Obat..................................................................................................4
BAB III.................................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................7
3.2 Saran.......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada bidang farmasi khususnya dibidang pelayanan, terdapat beberapa hal
yang perlu diketahiu yakni seperti golongan obat, sistem distribusi obat dan kartu
stok. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup,
berkhasiat nyata dan berkualitas baik. Saat ini banyak sekali beredar berbagai
macam jenis obat baik itu produk generik maupun produk dagang dari berbagai
golongan obat. Penggolongan obat untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi obat. Dengan mengenal kategori obat,
anda dapat meningkatkan kewaspadaan dalam mengonsumsi obat.
Kartu stok berfungsi untuk mencatat pergerakan atau mutase sediaan
farmasi, alat kesehatan, bahan medih habis pakai (BMHP) yaitu penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluarsa, untuk menyusun laporan, perencanaan,
pengadaan, dan distribusi, serta untuk pengendalian persediaan atau alat bantu
kontrol oleh kepala instalasi farmasi terkait inventory sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP rumah sakit. Jumlah fisik obat sebagai salah satu faktor
penunjang pelayanan terhadap pasien, untuk menjamin keamanan dan kesesuaian
kartu stok digunakan sebagai menyusun laporan, perencanaan, pengadaan,
distribusi, dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
Sistem distribusi adalah kegiatan menyalurkan sediaan farmasi, alat
Kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat pentimpanan sampai kepada
unit pelayanan dengan tetap menjamin mutu, stabilitasi, jenis, jumlah dan ketepatan
waktu. Seorang farmasis harus mengenali sistem distribusi apa saja yang dapat
diterapkan pada distribusi obat agar dapat menerapkan sistem distribusi yang
sesuai.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja golongan obat yang terdapat di bidang farmasi?
2. Apa saja isi yang terdapat pada kartu stok?
3. Bagaimana sistem pendistribusian obat dalam farmasi?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pembagian golongan obat yang terdapat di bidang farmasi
2. Mengetahui isi yang terdapat pada kartu stok
3. Mengetahui sistem pendistribusian obat dalam farmasi
4.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penggolongan Obat

Obat dapat digolongkan menjadi beberapa golongan dimana tujuan


penggolongan obat ini dibuat untuk peningkatan kemanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi (Mukti dkk., 2022).

2.1.1 Obat Bebas

Obat bebas dapat diperoleh tanpa resep dokter dan dijual bebas di pasaran
dapat melalui Apotek, Toko Obat Berizin, Toko Modern, Supermarket maupun
warung kelontong. Logo yang digunakan adalah lingkaran hijau dengan garis terpi
berwarna hitam. Obat bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The
Counter). Contoh obat bebas diantarnya ialah parasetamol, biocream, diatabs tablet
ibuprofen, asetosal (aspirin), beberapa suplemen vitamin seperti vitamim C dan
vitamin B kompleks, antasida DOEN, minyak kayu putih, dan obat batuk hitam
sirup. (Mukti dkk., 2022).

2.1.2 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda

6
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat golongan obat bebas
terbatas diantarnya ialah obat flu kombinasi (tablet) seperti procold, Actifed, OBH.
Obat alergi atau antihistamin seprti chlorpheniramine maleate, dimenhidrinat. Obat
cacingan seperti mebendazole, pyrantel. Pamoat (combantrin). Obat tetes mata
seperti rohto dan insto. Obat luka seperti betadin serta obat anti mual muntah
seperti dimenhydrinate (antimo).

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,


berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima)
sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih
sebagai berikut:

7
2.1.3 Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat golongan keras adalah
Allopurinol, Amoksisilin, Glibenklamid, Vitacid, Episan, dan Desoximetasone
krim.

2.1.4 Obat Psikotropika


Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1997, psikotropika dapat dibagi menjadi 4


golongan yakni :

a. Golongan I
Psikotropika golongan I merupakan psikotropika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengaibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan I
terdiri dari deskloroketamin, flunromazolam, flualprazolam, 2F-
Deskloroketamin (Kemenkes RI, 2021).
b. Golongan II
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau ilmu
8
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Obat psikotropika golongan II terdiri
dari beberapa yakni amineptina, metilfenidat, secobarbital,
etilfenidat, etizolam, dan diclazepam (Kemenkes RI, 2021).
c. Golongan III
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan
III terdiri dari amobarbital, butalbital, flunitrazepam, glutetimida,
katina, pentazosina, fentobarbital, dan siklobarbital (Kemenkes
RI, 2021).
d. Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan
IV terdiri dari 62 macam, beberapa diantarnya ialah alprazolam,
diazepam, fenobarbital. Ketazolam, kamazepam, lorazepam,
zolpidem, etinamat, fentermina, dan etklorvinol (Kemenkes RI,
2021).

2.1.5 Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

9
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan menimbulkan ketergantungan.

Berdasarkan undang – undang narkotika, narkotika dapat digolongankan


menjadi 3 yakni :

a. Golongan I
Narkotika golongan I merupakan narkotika yang hanya
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengaktibatkan ketergantungan. Narkotika golongan I
terdiri dari 191 macam. Beberapa obat narkotika golongan I ialah
opium, kokain, asetorfina, heroina, dan tanaman ganja (Kemenkes
RI, 2021).
b. Golongan II
Narkotika golongan II merupakan narkotika berkhasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika golongan II terdiri dari 91 macam. Beberapa obat
narkotika golongan II ialah morfina, bezitramida, alfaprodina,
fentanil, dan remifentanil (Kemenkes RI, 2021).

c. Golongan III

Narkotika golongan III merupakan narkotika berkhasiat pengobatan


dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III terdiri dari 15
macam. Beberapa obat narkotika golongan III ialah kodeina,
etilmorfina, propiram, buprenofrina, dan dekstropropoksifena
(Kemenkes RI, 2021).

10
2.1.6 Prekursor
Prekusor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi industry farmasi atau produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norepehedrine/phenylpropanolamine, ergotamine, ergometrine atau potassium
permanganate (BPOM, 2021).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.44 Tahun 2010


terdapat 23 jenis prekusor yang diawasi oleh pemerintah sebagai berikut:

Tabel Tabel
I II
Actic anhydride Acetone
N-acetylanthranilic acid Anthranilic acid
Ephedrine Ethyl ether
Ergometrine Hydrochloride acid
Ergotamine Methyl ethyl ketone
Isosafrole Phenylacetic acid
Lysergic acid Piperidine
3,4-Methylenedioxyphenyl-2- Sulphuric acid
propanone
Norephedrine Toluene
1-Phenyl-2-propanone
Piperonal
Potassium permanganate
Pseudoephedrine
Safrole

2.2. Kartu Stok


Kartu stok dan jumlah fisik obat sebagai salah satu faktor penunjang pelayanan
terhadap pasien, untuk menjamin keamanan dan kesesuaian kartu stok digunakan
sebagai menyusun laporan, perencanaan, pengadaan, distribusi, dan sebagai
pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya (Seno, 2018).

Kartu stok merupakan salah satu dokumen terkait administrasi sediaan farmasi.
Fungsi kartu stok ialah untuk mencatat pergerakan atau mutase sediaan farmasi, alat
kesehatan, bahan medih habis pakai (BMHP) yaitu penerimaan, pengeluaran, hilang,

1
rusak, atau kadaluarsa, untuk Menyusun laporan, perencanaan, pengadaan, dan
distribusi, serta untuk pengendalian persediaan atau alat bantu kontrol oleh kepala
instalasi farmasi terkait inventory sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP rumah
sakit. Informasi yang terdapat pada kartu stok dapat digunakan untuk pengisian
formular LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat), menentukan
jenis dan jumlah permintaan obat serta mengendalikan neraca pemasukan dan
pengeluaran obat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kartu stok
yakni :

a. Kartu stok disimpan berdekatan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP yang bersangkutan
b. Pencatatan kartu stok dilakukan setiap hari dan setiap kali terjadi pergerakan
sediaan yaitu terjadi proses penerimaan, pengeluaran, hilang atau rusak dan
sediaan kadaluarsa, semua langsung dicatat dalam kartu stok
c. Setiap akhir bulan dilakukan rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran obat
d. Format kartu stok dapat dibedakan menjadi dua yakni kartu stok untuk bahan dan
bahan obat serta kartu stok untuk narkotika, psikotropika dan prekusor
e. Informasi dalam kartu stok obat dan bahan obat sekurang – kurangnya memuat:
Nama obat/bahan obat, bentuk sediaan dan kekuatan obat, Jumlah persediaan,
Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan, Jumlah yang diterima,
Tanggal, nomor dokumen dan tujuan penyerahan/penggunaan, Nomor bets dan
kadaluarsa setiap penerimaan, Paraf atau identitas petugas yang mengerjakan.
f. Informasi dalam kartu stok narkotika, psikotropika dan /atau prekusor sekurang –
kurangnya memuat: Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika, psikotropika
dan/atau prekursor farmasi, Jumlah persediaan, Tanggal, nomor dokumen, dan
sumber penerimaan, Jumlah yang diterima, Tanggal, nomor dokumen dan tujuan
penyerahan/penggunaan, Jumlah yang diserahkan, Nomor bets dan kadaluarsa
setiap penerimaan, Paraf atau identitas petugas yang mengerjakan

2
Berikut adalah Contoh dari Kartu Stok:

APOTEK LAVENDER FARMA


Apoteker: Apt. Nurul Hafidzah, S.Farm
Jl. Untung Suropati RT. 06
Samarinda – Kalimantan Timur
No. Telp: 0541-080-809

KARTU STOCK OBAT


Nama Obat :
Golongan/Kategori :
Pabrik :
Kemasan :
Tgl No Dari/ Jumlah Stok No. ED Sis Paraf Ket.
Dok Kepada Batch a
Masuk Keluar

Samarinda, 23 Desember 2023


Penanggung jawab

Apt. Nurul Hafidzah, S.Farm


3
2.3. Sistem Pendistribusian Obat
Sistem distribusi adalah kegiatan menyalurkan sediaan farmasi, alat Kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dari tempat pentimpanan sampai kepada unit pelayanan
dengan tetap menjamin mutu, stabilitasi, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Adapun
tujuan dari distribusi ialah menyediakan dan menyiapkan serta menyalurkan
perbekalan farmasi pada pasien atau unit pelayanan secara tepat dan aman. Sistem
distribusi yang baik harus memenuhi beberapa hal aspek yakni dapat menjamin
kesinambungan penyaluran/penyerahan, mempertahankan mutu, meminimalkan
kehilangan, kerusakan, dan kadaluarsa, menjaga ketelitian pencatatan, menggunakan
metode distribusi yang efisien dengan memperhatikan peraturan perundangan dan
ketentuan lain yang berlaku serta menggunakan sistem informasi manajemen. Sistem
Distribusi Obat adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu
yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan
obat beserta informasinya kepada penderita. Sistem distribusi obat mencakup
penghantaran sediaan obat yang telah dispensing Instalasi Farmasi ketampat
perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketetapan penderita,
ketetapan jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian, dan ketetapan personel
pemberi obat kepada penderita serta keutuhan mutu obat (Rahmayanti, 2017).
Alur distribusi obat dan alat kesehatan yang dilaksanakan ke apotek rawat inap
dan apotek rawat jalan ialah sama yakni tiap apotek membuat laporan pemesanan
barang dan ditandatangani oleh kepala apotek. Kemudian laporan tersebut akan
dikirim kegudang yang akan merespon berupa penerimaan barang dan pengecekkan
batang yang diminta serta menyetujui barang yang diminta. Selanjutnya, pihak
gudang akan menyiapkan batang yang diminta, hingga dilakukan pendistribusian
barang dan pembuatan laporan pendistribusian barang. Apabila barang yang dipesan
tidak ada maka, pihak Gudang obat akan menghubungi supplier (Wijayanti, 2011).
Sistem pendistribusian farmasi telah diatur kualitasnya dalam Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau
bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau
penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM RI, 2015).
1. Alur Distribusi Obat dari PBF ke Fasilitas Pelayanan Kefarmasin
Distribusi obat atau penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan
dilakukan melalui PBF (Pedagang Besar Farmasi), penyalur alat kesehatan,
instalasi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah daerah

4
provinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Alur distribusi obat telah
ditentukan yaitu dari industri farmasi menyalurkan ke PBF). Kemudian dari PBF
disalurkan ke fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu apotek, rumah sakit, toko obat
berizin, dan PBF lain.
Penyaluran sediaan farmasi dari PBF pada umumnya menggunakan armada
transportasi PBF sendiri ataupun menggunakan jasa pihak ketiga. Beberapa
standar yang perlu diperhatikan dalam proses penyaluran atau pengiriman adalah
kelayakan armada transportasi, tersedia tempat penyimpanan suhu tertentu, dan
pengetahuan terhadap perlakukan khusus dari sediaan farmasi. Selama proses
pengiriman standar kualitas dan mutu dari sediaan farmasi tidak boleh berubah
ataupun berkurang. Oleh karena itu, personalia yang melakukan pengiriman
sediaan farmasi harus memiliki pengetahuan yang baik (Mustaqimah dkk., 2021).
2. Alur Distribusi Obat dari Rumah Sakit ke Pasien
Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana,
personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi
penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada
penderita. Sistem distribusi obat mencakup penghataran sediaan obat yang telah
didispensing IFRS ke daerah tempat perawatan penderita dengan keamanan dan
ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, dan metode
pemberian dan ketepatan personel pemberi obat kepada penderita serta keutuhan
mutu obat (Febriawati, 2013).
Bentuk-bentuk pendistribusian logistik farmasi rumah sakit:
a. Desentralisasi
b. Obat resep individu
c. Sistem persediaan ruangan (Floorstock)
d. Sistem obat kombinasi resep individual dengan persediaan ruangan
e. Sistem distribusi obat unit
3. Alur Distribusi Obat dari Puskesmas ke Pasien
Pendistribusian obat di puskesmas merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit
farmasi Puskesmas. Pendistribusian obat kepada pasien dilakukan oleh pegawai
apotik di Puskesmas berdasarkan resep dokter yang diberikan. Pendistribusian
obat di Puskesmas dilakukan oleh kepala gudang obat puskesmas yang
bertanggung jawab, kegiatan pendistribusian dilakukan dari gudang farmasi dinas

5
kesehatan yang diberikan ke gudang obat Puskesmas. Pendistribusikan setiap unit
dilakukan oleh kepala gudang obat puskesmas, obat yang diberikan dari dinas
kesehatan untuk posyandu, KIA dan lainnya di distribusikan ke setiap unit
pelayanan yang ada (Mailoor dkk., 2017).
4. Alur Distribusi Obat dari Apotek dan Toko Obat ke Pasien
Pendistribusian disini yaitu distribusi obat dimana obat diberikan kepada
pasien. Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan obat tetap terpelihara dan mutu
obat tetap stabil. Sistem distribusi obat di apotek yaitu:
a. Distribusi langsung (individual prescription yaitu resep individu perorangan)
b. Penditribusian obat atau barang di dengan mempromosikan produk obat
tertentu sebagai pilihan pertama apabila pelanggan menanyakan tentang jenis
obat yang tersedia dan memberikan kartu nama apotek agar dapat bertanya
tentang produk obat di Apotek.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat dapat digolongkan menjadi obat bebas, bebas terbatas, keras,
psikotropika, narkotika, dan prekusor. Contoh obat bebas yakni Parasetamol, contoh
obat bebas terbatas ialah Chlorpheniramine Maleate, contoh obat keras ialah
Desoximetasone contoh obat psikotropika yakni Fenobarbital, contoh obat narkotika
ialah Codein dan contoh obat prekusor ialah Acetone. Informasi yang terdapat pada
kartu stok secara umum terdiri dari nama obat/bahan obat, bentuk sediaan dan
kekuatan obat, jumlah persediaan, tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan,
jumlah yang diterima, tanggal, nomor dokumen dan tujuan penyerahan/penggunaan,
nomor bets dan kadaluarsa setiap penerimaan serta paraf atau identitas petugas yang
mengerjakan. Proses pendistribusian obat harus dipastikan bahwa pendistribusian
mematuhi prinsip CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik). Alur pendistribusian obat
yang ditentukan adalah dari industri farmasi menyalurkan ke PBF lalu ke fasilitas
pelayanan kefarmasian seperti apotek, rumah sakit, dan toko obat berizin. Kemudian
dari fasilitas kesehatan mendistribusikan ke pasien sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

3.2 Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI.

BPOM. 2021. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 24 Tahun 2021 tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekusor
Farmasi di Fasilitasi Pelayanan Kefarmasian. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Makanan

Kemenkes RI. 2021. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.4 Tahun 2021
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2021. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2 Tahun 2021
tentang Penetapan dan Perubahan Penggolongan Psikotropika. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Mailoor, R. J., Maramis, F. R., Mandagi, C. K. 2017. Analisis Pengelolaan Obat di


Puskesmas Danowudu Kota Bitung. KESMAS. 6(3): 1-14.

Mukti, A. W., Daud, N. S., Ebtavanny, T. G., Musdalipah., Hariadini, A. L., Setiawan, M. A.,
dan Arundina, A. 2022. Manajemen Farmasi Komunitas. Padang: Global Eksekutif
Teknologi

Mustaqimah, M., Saputri, R., & Hakim, A. R. 2021. Narrative Review: Implementasi
Distribusi Obat yang Baik di Pedagang Besar Farmasi. Jurnal Surya Medika (JSM).
6(2): 119-124.

Rahmayanti,Vira. 2017. Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun
2017. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuloh. Jurnal Manajemen dan Bisnis.
15(2).

Seno, Y., 2018. Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Naibonat (PhD Thesis). Kupang: Poltekkes Kemenkes.

8
Wijayanti, T., Danu, S. S., dan Inayati. 2011. Analisis Sistem Distribusi Obat di Instalasi
Rawat Inap Jogja International Hospital. Jurnal Farmasi Indonesia. 8(1): 20 -27

Anda mungkin juga menyukai