Anda di halaman 1dari 19

30 PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT

NAMA : ELISABETH HUTAURUK


NIM : 171101065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai, adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas materi perkuliahan Keperawatan Dasar II
dan juga untuk membantu proses pembelajaran pada 30 Prinsip dalam pemberian obat
pada pasien. Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan dalam penulisan
makalahini.

Medan , 23 Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan ....................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 5
2.1 Pengertian Medikasi .................................................................. 5
2.2 Aspek hukum dan undang undang standar Obat ....................... 5
2.3 Nomenklatur dan bentuk obat.................................................... 6
2.4 Aspek Legal Pemberian medikasi ............................................. 8
2.5 Proses Keperawatan dan pemberian medikasi........................... 11
2.6 Cara Mencegah dalam kesalahan pemberian medikasi ............ 15
BAB III PENUTUP .......................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 18
3.2 Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Makalah ini ditujukan khusus bagi Mahasiswa Keperawatan yang dapat
menggunakan makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran keperawatan
Dasar dengan keperawatan dan aspek legal dalam pemberian medikasi yang
nantinya bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan dalam melakukan pemberian
medikasi yang sesuai dengan aspek legal yang ada. . Dengan Adanya makalah ini
diharapkan Mahasiswa akan lebih memahami tentang tugas utama nya sebagai
perawat kelak dalam memberikan obat yang aman dan akurat dan juga dalam setiap
obat pasti memiliki cara kerja dan juga efek samping yang ditimbulkan jadi perawat
harus bertanggung jawab mengetahui cara kerja dan efek samping nya dan juga
perawat harus menilai respon dari klien. Makalah ini diperbuat sebagai bahan
pembelajaran juga untuk lebih memahami materi yang diajarkan oleh Dosen dan
juga nanti nya dapat mengaplikasikan nya dalam pemberian pelayanan kesehatan
dalam bentuk pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pemberian medikasi?
2. Apa yang menjadi aspek hukum dan Undang undang standart obat?
3. Apa apa saja nomenklatur dan bentuk obat?
4. Bagaimana aspek legal dalam pemberian medikasi?
5. bagaimana proses keperawatan dan pemberian medikasi?
6. apa saja cara mencegah dalam kesalahan pemberian medikasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Sebagai Bahan Pembelajaran untuk dapat melakukan proses pemberian
medikasi
2. Untuk Memenuhi Tugas dari dosen Perkuliahan Keperawatan Dasar II

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian medikasi


Medikasi adalah zat yang diberikan untuk diagnosis,pengobatan,terapi atau
pereda gejala atau untuk pencegahan penyakit. Dalam Konteks perawatan
kesehatan, kata medikasi dan obat umumnya digunakan bergantian. Istilah
obat juga memiliki makna konotasi zat-zat terlarang, seperti heroin, kokain,
atau amfetamin. Obat telah dikenal dan digunakan sejak zaman purbakala.
Obat mentah seperti opium, minyak kastrol, dan vinegar, telah digunakan
sejak zaman kuno. Selama beberapa abad. Ketersediaan sejumlah obat
meningkat secara drastic, dan ilmu pengetahuan tentang obat menjadi lebih
akurat dan mendetail.
2.2 Aspek Hukum dan Undang undang standart obat
Obat dapat dibuat dari sumber alam atau sintesis oleh pabrik farmasi.
Sebelum suatu obat diberikan atau dikonsumsi seseorang, obat telah melalui
berbagai proses antara lain proses penyediaan bahan, pengolahan, pengujian
dan perizinan, perdagangan, pengorderan, pembelian dan pemakaian. Karena
semakin banyaknya jumlah obat, maka dalam pengelolaannya semua obat
harus mendapat izin, diuji dan distandarisasi untuk menyeragamkan
kualitasnya. Di Indonesia, berbagai hal yang menyangkut pengawasan obat,
makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan, obat tradisional,
narkotika dan bahan berbahaya diatur berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam pengorganisasiannya tugas-tugas
yang menyangkut pengawasan obat dan makanan diberikan ini diberikan
kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Seperti tertuang
pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 558/-Menkes/SIC/1984
tentang organisasi dan tata kerja Depkes pada Bab VI, pasal 679: “Tugas
pokok Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan ialah
melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Kesehatan di bidang
pengawasan obat, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan, obat
tradisional, narkotika dan bahan berbahaya yang berdasarkan kebijaksanaan

5
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan”. Lebih lanjut, dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan tertuang
beberapa pasal (pasal 39 s/d 43) yang mengatur tentang pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan di mana dijelaskan bahwa Undang-Undang
disusun melindungi masyarakat (pasal 39). Untuk sediaan dan alat kesehatan
harus memenuhi syarat farmakope Indonesia dan buku standar lainnya (pasal
40). Izin edar diatur dalam pasal 41, penandaan dan informasi dalam pasal 41,
dan mutu sediaan dan alat kesehatan yang beredar dalam pasal 42.

Berdasarkan Aspek Undang-Undang Standart Obat


Pada Tahun 1906 pemerintah Amerika Serikat menetapkan standart
kualitas da kemurniaan obat berdasarkan Pure food and drug act
(Undang-undang makanan dan Obat murni), Standart yang diterima
masyarakat harus memenuhi criteria berikut :
1. Kemurniaan. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian uuntuk tipe
dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat
2. Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memperngaruhi
kekuatan atau potensi obat
3. Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya
dan melarut, diabsopsi dan diangkut tubuh ke tempat kerjanya
disebut bioavailability
4. Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat
menentukan efektivitas obat
5. Keamanan. Semua obat harus dievaluasi untuk menentukan efek
samping obat tersebut.

2.3. Nomenklatur dan bentuk obat


 Nama
Sebuah obat dapat memiliki empat nama berbeda. Nama kimia
memberikan gambaran pasti komposisi obat. Salah satu contoh nama
kimia adalah asetilsalisilat yang biasa dikenal dengan nama aspirin.
Nama generic diberikanpertama kali diberikan oleh pabrik yang

6
memproduksi obat sebelum dapat izin dari FDA dan hal ini
dilindungi hukum. Nama dagang, nama merek atau nama pabrik
Adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat.
Sebuah obat generic dapat memiliki nama dagang yang berbeda.
Contoh aspirin dikenal dengan nama dagang Bufferin dan veramil
hidroklorida dikenal dengan nama dagang calan dan isoptin.
Pabrik mencobs memberikan nama yang mudah diucapkan dan dieja
sehingga masyarakat lebih mudah mengenal dan mengingat obat.
Untuk itullah perawat harus lebih berhati-hati dalam memberikan
obat harus diteliti dan dieja dengan baik.
 Klasifikasi
Klasifikasi obat mengindikasikan efek pada system tubuh,gejalayang
di hilangkan, atau efek yang diinginkan. Setiap golongan berisi obat
yang diprogramnkan untuk jenis masalah kesehatan yang sama.
Komposisi fisaik dan kimia obat dalam satu golongan tidak selalu
sama. Sebuah obat dapat memiliki lebih dari satu golongan. Contoh
Aspirin merupakan golongan analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi.
Perawt harus mengetahui karakteristik umum obat dalam setiap
golongan. Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan
untuk pemberian dan pemantauan yang tepat. Implikasi keperawatan
untuk semua obat dalam satu golongan memandu perawat dalam
memberikan perawatan yang aman dan efektif.
 Bentuk obat
Jenis Deskripsi
Spray atau busa Cairan, bubuk atau busa yang disimpan ke
aerasol dalam lapisan tipis kulit dengan tekanan udara
Larutan Satu atau lebih obat dilarutkan kedalam air
Suspensi Satu atau lebih obat dipisahkan secara halus
dalam cairan seperti air
Kaplet Bentuk padat, bentuk serperti kapsul bersalut
dan mudah ditelan
Kapsul Pembungkus gelatin untuk menempatkan obat
berbentuk bubuk, cair dan minyak
Krim Preparatsemisolid, tidak berminyak, digunakan
pada kulit
eliksir Larutan alcohol yang dimaniskan dan aromatic

7
digunakan sebagai pembawa agens obat
ekstrak Bentuk konsetrat obat yang dibuat dari sayuran
atau binatang
Gel atau jeli Bentuk semisolid yang jernih atau transparan
yang mencair ketika digunakan dikulit
Obat gosok Obat yang dicampur dengan alcohol,minyak,
atau emolien bersabun dan digunakan dikulit
Losion Obat dalam bentuk suspense cair yang
digunakan pada kulit
Tablet isap Praparat datar, bulat dan oval yang melarutkan
atau melepaskan obat ketika dimasukkan ke
dalam mulut
Salep Preparet semisolid yang terdiri dari satu atu
lebih obat yang digunakan pada kulit atau
membrane mukosa
Fasta Preparat seperti salep,tetapi lebih pekat dan
lengket, yang berpenetrasi ke kulit lebih sedikit
disbanding salep
pil Satu atau lebihobat dicampur dengan bahan
kohesf dalam bentuk oval, bulat atau datar
Bubuk Bentuk halus suatu obat atau obat-obatan
beberapa digunakan secara internal ataupun
eksternal
Supostooria Satu atau beberapa obat dicampur dengan
penguat dasar seperti gelatin dan dibentuk
untuk dimasukkan kedalam tubuh (rectum) dan
penguat dasar melarut secara bertahap pada
suhu tubuh dan melepaskan obat
sirop Larutan guka yang cair sering kali digunakan
menyamarkan rasa obat yang tidak enak
Tablet Bentuk bubuk yang dipadatkan dalam bentuk
diskus kecil dan padat
tinktur Larutan alcohol atau airdan alkoholddari obat
yang berasal dari tanaman

2.4 Aspek legal Pemberian Obat


Pemberian obat baik di amerika Serikat maupun di kanada dikendalikan oleh
hukum. Perawat perlu :
a) Mengetahui bagaimana undang-undang praktik perawat di area
mereka menentukan dan membatasi fungsi mereka
b) Mampu mengenali keterbatasan pengetahuan dan keterampilan
mereka

8
Melakukan praktik yang tidak sesuai dengan undang-undang praktik
keperawatan atau diluar kemampuan perawat dapat membahayakan hidup
klien dan mengakibatkan peradilan atas malpraktik.
Di bawah hukum perawat bertanggung jawab terhadap tindakan mereka
sendiri tanpa memperhatikan apakah ada program tertulis. Apabila dokter
menuliskan program yang salah (mis. Demerol 500 mg padahal seharusnya
50 mg) perawat yang memberikan obat dengan dosis yang salah harus
bertanggung jawab terhadap kesalahan tersebut seperti halnya dokter. Oleh
sebab itu, perawat harus menanyakan setiap program obat yang tampak tidak
rasional dan menolak untuk memberikan obat sampai program tersebut
diklarifikasi
Area keperawatan lain yang diatur oleh hukum adalah penggunaan zat-zat
terkontrol. Di rumah sakit, obat-obatan Yang dikontrol penggunananya
disimpan didalam laci terkunci, lemari, kereta obat, atau system penyalur
obat yang dikendalikan computer. Institusi mungkin memiliki bentuk
inventaris khusus untuk mencatat penggunaan zat-zat terkontrol. Informasi
yang dibutuhkan biasanya meliputi nama klien, tanggal dan waktu
pemberian, nama obat, dosis, dan tanda tangan orang yang memberikan dan
menyiapkan obat. Nama dokter yang memprogramkan pengobatan dapat
juga menjadi bagian dari pencatatan. Sebelum mengambil zat yang
dikendalikan, perawat perlu menyelidiki dan mengoreksi ketidaksesuaian
yang ada sebelum melanjutkan bekerja.
Selain itu, hal yang perlu dicatat adalah zat yang dikendalikan yang terbuang
pada saat sedang dipersiapkan. Ketika sebagian atau semua dosis zat yang
dikendalikan terbuang, perawat harus meminta perawat yang lain untuk
menyaksikan obat yang terbuang. Kedua perawat harus menandatangani
formulir inventaris zat yang dikendalikan.
Pada sebagian besar institusi, penghitungan zat yang dikendalikan dilakukan
pada akhir sift jaga. Jumlah total obat yang dihitung harus cocok dengan
jumlah toal pada akhir sif jaga sebelumnya dikurangi jumlah obat yang
digunakan. Bila total jumlah zat tersebut tidak cocok dan ketidaksesuaian
tidak dapat teratasi, keadaan ini harus segera dilaporkan kepada kepala

9
manajer keperawatan, pengawas keperawatan, dan apotek sesuai
dengan kebijakan institusi. Pada fasilitas kesehatan yang mmenggunakan siste
penyimpanan komputerisasi, penghitungan secara manual tidak diperlukan
karena system penyimpanan telah melakukan penghitungan secara kontinu,
namun ketidaksesuaian yang timbul harus tetap dilaporkan.
 Undang Undang Obat AS

Undang-Undang Isi
Food, Drug and Cosmetic Act (1938) Dilakukakn oleh Food and Drug
(FDA):mewajibkan semua obat diberi
label yang akurat dan telah teruji tidak
memiliki efek membahayakan
Durkham-Humphrey Amendrement (1952) Dengan jelas membedakan obat yang
didapatbdijual hanya dengan resep,obat
yang dapat dijual tanpa resep, dan obat
yang tidak dapat dibeli kembali tanpa
resep baru
Ketauver-Harris Amendment (1962) Mewajibkan ketersediaan bukti untuk
memenuhi keamanan dan kemanjuran obat

Comprehensive Drug Abuse Prevention Mengategorikan zat-zat terkontrol dan


and Control Act(1970) membatasi penggunaan utang resep obat,
(controlled Substances Act) mengembangkan program pemerintah
untuk mencegah dan menangani
ketergantungan obat

 Undang Undang Obat Kanada


Undang-Undang Isi
Proprietary or patent Medicine Melindungi masyarakat dari penjualan
Act(1908) obat bebas yang tidak aman dan tidak
efektif
Canada Food and Drugs Act(1953) Melarang iklan makanan,obat, cosmetic
atau alat untuk menyembuhkan penyakit
tertentu, membuat standar
produksi,distribusi, dan penjualan semua
obat, kecuali narkotik

10
Canadian Narcotic Contol Act (1961) Mengizinkan hanya orang-orang yang
berwenang yang mendapatkan narkotik.
Catatan khusus mengenai narkotik harus
disimpan

2.5 Proses Keperawatan dan pemberian medikasi


Pemberian medikasi merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh perawat
mungkin lebih dari keahlian lain di luar penilaian tanda vital. Namun ini
lebih dari sebuah keahlian. Seorang perawat dapat dengan mudah masuk ke
dalam mode robotic ketika memberikan medikasi pada pasien, khusunya jika
jenis medikasi yang sama digunakan pada orang yang sedang dirawat. Untuk
menghindari kesalahan yang merugikan, perawat harus selalu
memnggunakan proses keperawatan sebagai dasar pemberian medikasi-
menilai situasi, mengidentifikasi apa kebutuhan pasien, merencanakan
bagaimana medikasi akan diberikan, melakukan pencegahan yang sesuai
ketika memberikan medikasi, dan mengevaluasi proses dan hasil.
 Penilaian
Selama penilaian perawat harus meninjau riwayat pasien, termasuk,
riwayat medikasi, untuk menentukan apakah medikasi yang di order
sesuai diberikan pasien tertentu. Alergi harus ditinjau. Riwayat medikasi
harus ditinjau dan dievaluasi untuk mencegah duplikasi (overdosisi) dan
interaksi yang tidak diharapkan. Variasi perkembangan (usia lanjut dan
anak-anak) juga harus menjadi pertimbangan. Sebagai contoh, pasien
usia lanjut lebih rentan terhadap interaksi obat, reaksi berlawanan, dan
overdosis sebagai hasil polifarmasi (misal, melakukan banyak medikasi
pada saat bersamaan). Sebagai contoh, fungsi lever dan ginjal serta status
gizi seorang pasien akan mempengaruhi kemampuannya untuk
memetabolisme dan mengekskresikan medikasi yang diorder. Adapun
data hasil penilaian yang didapatkan dapat dikelompokkan menjadi dua
data yaitu :
a. Data subjektif
1. Riwayat kesehatan sekarang

11
Perawat menilai tentang gejala gejala yang dirasakan klien
2. Pengobatan sekarang
Perawat mengkajai Informasi tentang setiap obat, termasuk kerja
tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan
implikasi keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
Beberapa sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh
keterangan yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk
mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yang
diberikan.
o Dosis, rute, frekuensi, dokter yang meresepkan, jika ada
o Pengetahuan klien mengenai obat dan efek sampingnya
o Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat
o Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan
ketidakpatuhan
o Alergi dan reaksi terhadap obat
o Obat yang dibeli sendiri
3. Riwayat kesehatan dahulu, meliputi :
o Riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
o Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
o Obat yang dibeli sendiri/OTC
4. Sikap dan lingkungan pasien
Sikap lien terhadap obat emnunjukkan tingkat ketergantungan
pada obat. Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya
tentang obat, khususnya jika klien mengalami ketergantungan
obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi
perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
o Anggota keluarga
o Kemampuan menjalankan activity of daily living (ADL)
o Pola makan, pengaruh budaya klien
o Sumber keuangan klien

12
b. Data obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu dengan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan laboratorium.
Jangan lupa anda harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala
dan organ- organ yang kemungkinan besar terpengaruh dengan
obat.
 Diagnosa keperawatan
Suatu penilaian yang akaurat akan mengarah pada identifikasi
kebutuhan pasien terkait pemberian medikasi. Diagnosis yang mungkin
akan disebutkan pasien meliputi :
o Tidak mengeluh (missal, terkait kurangnya pengetahuan,
kurangnya sumber financial)
o Menelan tidak efektif(dampak dari medikasi dengan rute oral)
o Eliminasi perkemihan rusak (berdampak pada ekskresi medikasi)
o Kekurangan volume cairan (berdampak pada distribusi medikasi)
Perawat tidak hanya akan mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
diagnosis keperawatan, namun ia juga akan mulai memprioritaskan
asuhan yang akan diberikan. Sebagai contoh, prioritas utama pasien yang
emngalami eliminasi perkemihan rusak harus dikonsultasikan dengan
dokter untuk memverifikasi apakah medikasi yang diresepkan dalam
jumlah yang disorder perlu dimodifikasi. Tidak mengeluh karena
kesulitasn keuangan, meskipun penting, akan menduduki prioritas lebih
rendah selama periode rawat inap awal karena medikasi disuplai oleh
rumah sakit.
 Perencanaan
Pada fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau
hasil yang diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal
berikut ini :
o Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan
yang diharapkan.
o Dapat diterima (pasien dan perawat)
o Realistik dan dapat diukur

13
o Dikerjakan bersama
o Batas waktu jelas
o Evaluasi jelas
Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam
memberikan dosis insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari
pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat.
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik
pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk
menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar
menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk
menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien
dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda
pemberian instruksi sampai hari kepulangan klien. Baik,seorang klien
mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat yang
bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
o Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
o Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman
sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
o Klien dan keluarga memahami terapi obat.
o Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

 Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini
merupakan tanggungjawab perawat. Dalam beberapa ruang lingkup
praktek, pemberian obat dan pengkajian efek obat juga merupakan
tanggung jawab keperawatan yang penting. Selain itu perawat harus
mampu mencegah resiko kesalahan dalam pemberian obat.
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien
menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat

14
Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat
dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan
pemberian obat. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan
pengobatan. Pada catatan statusklien, harus ditulis obat apa yang telah
diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping
yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan dan
upaya yang dilakukan untuk menetralkan obat.Perawat bertanggung
jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut.
Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi
dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan
medis klien yang sah.
Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan
merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk
memantau kejadian semacam ini.Laporan kejadian membantu komite
interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah
sistem di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
 Evaluasi
Waktunya untuk meninjau proses dan menentukan apakah hasil yang
diharapkan tercapai. Pertanyaan yang harus diajukan meliputi ;
1. Apakah medikasi diberikan seperti yang diresepkan, atau apakah
anda mengalami masalah?
2. Apakah respon pasien terhadap medikasi seperti diharapkan, atau
apakah pasiern mengalamai reaksi yang berlawanan atau efek yang
tidak diharapkan?
3. Apakah pasien atau keluarganmya memahami bagaimana melakukan
atau memberikan medikasi yang aman dan efektif?
2.6 Cara Mencegah kesalahan Pemberian Obat
Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,perawat
harusmemperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

Kewaspadaan Rasional
Baca label obat dengan teliti Banyak produk yang tersedia dalam kotak,

15
warna, dan bentuk yang sama.
Pertanyakan pemberian Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua
banyak tablet atau vial untuk tablet atau kapsul atau vial dosis tunggal.
dosis tunggal Interpretasi yang salah terhadap program obat
dapat mengakibatkan pemberian
dosis tinggi berlebihan.
Waspadai obat-obatan Banyak nama obat terdengar sama (misalnya,
bernama sama digoksindan
digitoksin, keflex dan keflin, orinase dan
ornade)
Cermati angka di belakang Beberapa obat tersedia dalam jumlah seperti
koma dibawah ini :
tablet coumadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg,
Thorazine
dalam Spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300
mg.
Pertanyakan peningkatan Kebanyakan dosis diprogramkan secara
dosis yang tiba-tiba dan bertahap supaya dokter dapat memantau efek
berlebihan terapeutik dan responsnya

Ketika suatu obat baru atau Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut
obat yang tidak lazim maka risiko pemberian dosis yang tidak
diprogramkan, konsultasi akurat menjadi besar
kepada sumbernya

Jangan beri obat yang Banyak dokter menggunakan nama pendek


diprogramkan dengan nama atau singkatan tidak resmi untuk obat yang
pendek atau singkatan tidak sering diprogramkan. Apabila perawat atau
resmi ahli farmasi tidak mengenal nama
tersebut,obat yang diberikan atau dikeluarkan
bisa salah
Jangan berupaya atau Apabila ragu, tanyakan kepada dokter.

16
mencoba menguraikan dan Kesempatanterjadinya salah interpretasi
mengartikan tulisan yang besar, kecuali jika perawat mempertanyakan
tidakdapat dibaca program obat yang sulit dibaca.

Kenali klien yang memiliki Seringkali, satu dua orang klien memiliki
nama akhir sama. Juga nama akhir yangsama atau mirip. Label
minta klien menyebutkan khusus pada kardeks atau bukuobat dapat
nama lengkapnya. Cermati memberi peringatan tentang masalah yang
nama yang tertera pada potensial.
tanda pengenal

Cermati ekuivalen Saat tergesa-gesa, salah baca ekuivalen


mudah terjadi(contoh, dibaca miligram,
padahal milliliter)

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat memainkan peran penting dalam proses pemberian
medikasi. Dalam pemebrian medikasi perawat harus :
o Memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar
farmakologis, ketentuan-ketentuan hukum, dan prinsip prinsip
pemberian medikasi
o Pemikiran kritis bersama dengan proses keperawatan
memberikan pendekatan medikasi yang aman, efektif dan
sistematis
o Diharapkan setiap apsien yang menerima medikasi mendapat
keuntungan terbaik tanpa efek yang tidak diharapkan atau
efek yang tidak diharapkan dalam jmlah minimal.
o Perawat sepenuhnya dapat dipercaya atas tindakannya dalam
pemberian medikasi termasuk bertanggung jawab melaporkan
kesalahan medikasi dan segera untuk memastikan
keselamatan pasien.

3.2 Saran
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan setiap perawat ataupun calon perawat dalam proses
pemberian medikasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Vaunghans, bennita. 2013. Keperawatan dasar demystified .Yogyakarta: Rapha


publishing
Lestari, siti. 2016.farmakologi dalam keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM
kesehatan

Febri,Erni,Achmad. 2014. Hubungan antara penerapan standart operational


procedure pemberian obat prinsip enam benar dengan tingkat kepuasan pasien
di RSUD Ungaran. Jurnal Ilmi Keperawatan dan Kebidanan. Vol 1 No.1.

Veronica,Dyah,Wahidyanti.2016. hubungan penegtahuan perawat tentang


pemberian obat dengan penerapan prinsip 7 benar pada pasien di rumah sakit
panti waluya sawahan Malang . Jurnal Nursing News. Vol 1 No 1

Didona,nancy. 2013. Sediaan dan dosis obat .Jakarta: Erlangga

Kozier.Erb.Berman.Synder. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan


konsep,proses,dan praktik volume 2. Jakarta : EGC

Dermawan,deden. 2015.farmakologi untuk keperawatan. Yogyakarta: Gosyen


Publishing

Rosdhal. Kowalski. 2017. Buku ajar keperawatan Dasar farmakologi dan


pemberian medikasi. Jakarta:EGC

Amelia.Bambang. Aminah. 2016. Tanggung jawab apoteker pada pasien selaku


konsumen dalam medikasi error. e-journal Universitas Diponegoro.Vol 5 No2

Modul pembelajaran dari Universitas NU SBY Yayasan Rumah sakit Islam


Dilihat Maret 8 2014 . https://www.slideshare.net/idapartii/makalah-teknik-
pemberian-obat

19

Anda mungkin juga menyukai