Anda di halaman 1dari 28

FALSAFAH KEPERAWATAN

“Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A. Hainsworth: Theory
of Chronic Sorrow”

DOSEN PENGAMPU :

Nelwati, SKp., MN., PhD

KELOMPOK 6
1. Intan Putri Andriani (2011316051)
2. Fajar Alifah (2011316052)
3. Maya Rosita (2011316054)
4. Dina Rahmiyanti Saputri (2011316056)
5. Fatria Surisna (2011316057)
6. Syafitri Wulandari (2011316058)
7. Rheynanda (2011316059)
8. Yoga Marsa Dinata (2011316055)
9. Miftahul Aurosi (2011316053)

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Georgene
Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic
Sorrow”. Makalah ini dibuat dengan tujuan menambah pengetahuan penulis dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Falsafah Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
kami, ibu Nelwati, SKp., MN., PhD yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Padang, 15 November 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3

2.1 Konsep Middle Range Theory..................................................................................... 3

2.1.1 Pengertian............................................................................................................. 3
2.1.2 Perbandingan dengan Level Teori yang Lain....................................................... 3

2.1.3 Pengelompokan Teori........................................................................................... 4

2.1.4 Ciri Middle Range Theory................................................................................... 4

2.1.5 Perkembangan Middle Range Theory.................................................................. 5

2.1.6 Penggunaan Middle Range Theory...................................................................... 5

2.1.7 Kontroversi Tentang Middle Range Teori........................................................... 6

2.1.8Aplikasi dalam Keperawatan................................................................................. 6

2.1.9 Dampak Kehilangan............................................................................................. 7


2.1.10 Berduka.............................................................................................................. 7
2.1.11 Reaksi Kehilangan & Berduka........................................................................... 7
2.2 Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A. Hainsworth :
Theory of Chronic Sorrow........................................................................................... 8
2.2.1 Riwayat.............................................................................................................. 8
2.2.2 Latar Belakang Theory of Chronic Sorrow........................................................ 9
2.2.3 Sumber Teori..................................................................................................... 10
2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris............................................................................... 11
2.2.5 Model Theory Chronic Sorrow......................................................................... 11

ii
2.2.6 Konsep Utama Teori........................................................................................ 12
2.2.7 Strategi Manajemen.......................................................................................... 13
2.2.8 Asumsi Teori..................................................................................................... 14
2.2.9 Konsep Utama Keperawatan............................................................................. 18
2.2.10 Contoh Aplikasi Theory Chronic Sorrow....................................................... 19
2.2.11 Kelebihan dan Kekurangan Theory Chronic Sorrow...................................... 20
BAB III PENUTUPAN................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 21
3.2 Saran............................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu
bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia,
kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang 
kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui
proses keperawatan. 
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang
sudah dimunculkan.Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang
dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam
menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Berikut ini adalah teori
keperawatan menurut Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, dan Margaret A.
Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow yang perlu diketahui oleh para perawat
profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan
pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa teori dan model keperawatan menurut Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann
Burke?

1
2.      Apa teori dan model keperawatan menurut Margaret A. Hainsworth: Theory of
Chronic Sorrow?
3.      Apa perbedaan teori keperawatan antara Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann
Burke, dan Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow?

1.3    Tujuan
1.      Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Georgene Gaskill Eakes, Mary
Lermann Burke
2.      Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Margaret A. Hainsworth:
Theory of Chronic Sorrow
3.      Mengetahui perbedaan teori keperawatan antara Georgene Gaskill Eakes, Mary
Lermann Burke, dan Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam hal mempelajari tori
keperawatan : Nursing Prosess Theory (Ida Jean Orlando) mulai dari latar belakang
hingga aplikasi teori dalam keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Middle Range Theory


2.1.1 Pengertian
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat
digambarkan dalam suatu model.  Middle range theories dapatdikembangakan pada
tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan
riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan. Teori ini menjelaskan
fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu
praktek keperawatan. Kajian analis teori transendensi diri menjelaskan bagaimana
penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk intra
pribadi focus pada makna kehidupan.

2.1.2 Perbandingan dengan Level Teori yang Lain

Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk


memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan
mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range
theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam
pemikiran empiris. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan
penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton
(1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik,
selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories
menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam
grand teori.

Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam


praktik dan cukup abstrak secara ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya
pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki

3
sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung. Kramer (1995) mengatakan
bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak
mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin
ilmu. Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit.
Merton (1968) yang berberperan dalam pengembangan middle range theory,
mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian
dan pengembangan suatu teori.

Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan


middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:

a. Ruang lingkupnya lebih sempit

b. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik

c. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit

d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas

e. Lebih dapat diuji secara empiris

f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik

2.1.3 Pengelompokan Teori

Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh


beberapa penyusun buku menurut:

1. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke dalam


tipe-tipe : tipe fisiologis, tipe kognitif, tipe emosional, tipe sosial, tipe integrative.

2. Tomey & Alligood (2006), berdasar tema masing-masing teori: Illness trajectory
(Wiener & Dodd, 1993), Tidak Model (Phil Barker, 2001), Comfort (Kolcaba,
1992)

3. Peacefull end of life (Ruland & More, 1998) dan sebagainya

4
2.1.4 Ciri Middle Range Theory

a) Menurut Mc. Kenna h.p. (1997) :


1. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
2. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
3. Tanpa indikator pengukuran
4. Masih cukup abstrak
5. Konsep dan proposisi yang terukur
6. Inklusif 
7. Memiliki sedikit konsep dan variabel 
8. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji 
9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif
menggunakan studi kualitatif
11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal
ilmiah yang menarik
12. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat. 
13. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
14. Mid-range theory  tumbuh langsung dari praktik. 
b. Menurut Meleis, A. I. (1997) :
1. Ruang lingkup terbatas,
2. Memiliki sedikit abstrak,
3. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan 
4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)
c. Menurut Whall (1996) :
1. Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan 
2. Mudah diterapkan 
3. Bisa diterapkan pada berbagai situasi 
4. Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat

2.1.5 Perkembangan Middle Range Theory

5
Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range theory
bersumber pada proses intelektual yang meliputi:

a. Teori induktif yang membangun teori melalui riset

b. Teori deduktif yang berasal dari grand theory

c. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan

d. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi

e. Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik

2.1.6 Penggunaan Middle Range Theory

Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian.
Teori ini mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari
penelitian.serta membimbing dalam pemilihan variable dan pertanyaan penelitian.
(Lenz,1998.p.26) Middle range Teori dapat membantu praktik dengan memfasilitasi
pemahaman terhadap perilaku klien dan memungknkan untuk menjelaskan beberapa
efektifitas dari intervensi.

Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan


penggunaan Middle Range Teori dalam penelitian keperawatan masih cukup luas.
Dan sebagian besar Middle Range Teori berasal dari disiplin ilmu lain.Hal ini sangat
jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range Teori dan Grand
Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian,
yangdiidentifikasi menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian
tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian yang benar-benar menggunakan teori
keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi dari disiplin ilmu lainnya dan
kebanyakan dari ilmu psikologi.

2.1.7 Kontroversi Tentang Middle Range Teori

6
Identifikasi middle Range Teori telah cukup jelas. Disisi lain ,Chenitz, seorang
penulis utama dari Entry into a Nursing Home as Status Passage, memasukan teori ini
ke dalam praktikal teori ini, sedangkan yang lainnya memasukkan ke dalam middle
range teori. Dalam analisis dasar Middle Range Teori “Pertanyaan tentang Middle
Range teori bukanlah merupakan sesuatu pernyataan hitam dan putih namun memiliki
definisi yang jelas. Middle Range Teori mengandung nilai abstrak, tidak terlalu luas
namun juga tidak terlalu sempit, tetapi berada pada kondisi dipertengahan. Untuk
mencegah salah penafsiran dalam pemahaman terhadap teori, para penemu  teori
harus memberikan Identitas Teori terhadap komponen  konsep dalam teori tersebut.

Ketidakakuratan dari  middle range teori hanya salah satu dari sekian banyak
kritik terhadap teori ini. Selain hal tersebut, ketidakjelasan definisi middle range teori
telah dikritisi untuk membedakannya  dengan Grand Teori,karena mampu untuk  diuji
meggunakan ide postif –logis.

2.1.8 Aplikasi dalam Keperawatan

1. Praktek keperawatan
Membantu perawat dalam menghadapi pasien dan keluarga, perawat secara
efektif memenejemen kejadian- kejadian pemicu kesedihan kronis
2. Pendidikan
Memberi masukan bagi NANDA dalam diagnosa keperawatan diterima pada
tahun 1998. Merupakan langkah penting dalam mengajarkan praktek berbasis
bukti atau fakta
3. Riset
Menjadi dasar pengembangan studi ini terhadap populasi, misalnya pasien
dengan HIV/AIDS, ibu dengan anak anemia sickle cell, asma dan DM

2.1.9 Dampak Kehilangan


1. Masa kanak-kanak
a. Mengancam kemampuan anak untuk berkembang
b. Kadang – kadang regresi
c. Merasa takut ditinggalkan dibiarkan kesepian
2. Remaja dan dewasa muda

7
a. Disintegrasi dalam keluarga
b. Kematian pada orang tua “wajar“
3. Dewasa tua
a. Kematian pasangan
b. Masalah kesehatan meningkat

2.1.10 Berduka
Berduka adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan
dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran.

2.1.11 Reaksi Kehilangan & Berduka


1. KUBLER – ROSS’ MODEL
Kubler Ross (1969) mengemukakan 5 tahapan pada berduka :
a) Menolak (denial)
b) Marah (anger)
c) Tawar menawar (bargaining)
d) Depresi (depression)
e) Menerima (acceptance)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan dan berduka
a. Sumber personal dan stressor
Setiap orang melalui situasi kehilangan dengan kombinasi khusus pada
sumber personal dan stressor seperti :
1) Keterampilan koping
2) Pengalaman sebelumnya dengan kehilangan
3) Kestabilan emosi
4) Agama
5) Family developmental stage
6) Status sosial ekonomi
b. Sumber sosial kultural dan stressor
Sumber sosial kultural meliputi dukungan sosial yang didapatkan dari
keluarga, teman, teman sekerja dan lembaga formal

2.2 Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A. Hainsworth :
Theory of Chronic Sorrow
2.2.1 Riwayat

8
1. Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima
Diploma keperawatan dari sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham,
North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa
Cumlaude dari North Carolina Agricultural dan Technical State University.
Eakes melanjutkan M.S.N pada University or North Carolina di Greensboro pada
tahun 1980 dan Ed D dari North Carolina State University pada tahun 1988.
Eakes menerima penghargaan utnuk studi masternya dan dari North Carolina
League untuk studi doktoralnya. Dia dilantiuk dalam Sigma Theta Tau
International Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor
Society 1988.
Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi
kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka
menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A.
Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

2. Marry Lermann Burke


Dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah
elementary dan secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya
saat diplima dari Good Samaritan Hospital school of Nursing di Cincinnati tahun
1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari Children’s Medical Center di
District Columbia. Setelah beberapa tahun bekerja di keperawatan
pediatric,Burke lulus dengan Summa Cumlaude dari Rhode island college
Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia menerima master
degree pada parent-child nursing dari Boston University. Dan selama program
ini dia juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-cild nursing dan
Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island Hospital and
the Section on Reproductive and Developmental Medicine, Brown university.
Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya.
Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with
Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang
mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke
Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with
myelomeningocele’.

9
3. Margaret A Hainsworth
Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar
dan sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah
keperawatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959
dia pindah ke united State dan menerima diploma keperawatan kesehatan
masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina
College dan menerima bacalaurate dalam bidang keperawatan tahun 1973 dan
master dibidang keperawatan kesehatan mental psikiatrik dari Boston College
tahun1974. Dia menerima program doctor dari University Connecticut tahun
1986. Tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada
penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia sebagai
fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis.

2.2.2 Latar Belakang Theory of Chronic Sorrow


Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan
duka cita dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada
wanita dengan multiple sclerosis. Praktik tersebut , menginspirasinya untuk
mengambil disertasi dengan judul “ An ethnographic study of women with multiple
sclerosis using symbolic interaction approach.” Penelitian ini dipresentasikan pada
Kongres Sigma Theta Tau di Taipei, Taiwan pada tahun 1989.pada konferensi ini
dia menjadi familiar dengan penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri
presentasi yang diadakan Burke. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow
selama program masternya. Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of
preschool Children with Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang
kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia
mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers
of school-age with myelomeningocele’. Setelah konferensi, Eakes mengkontak
Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif.
Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan
koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan
Hainsworth.
Nursing Concorium Research Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan
meddle range teori keperawatan mengenai kesedihan /berduka kronis (chronic
sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping

10
individu terhadap kesedihan kronis digunakan model stress milik Lazarus dan
Folkman (1984). NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai
dasar metode manajemen yang efektif menjadi model yang mereka gunakan .
adanya perbedaan atau inkosistensi dan respon terhadap duka yang berulang
merangsang mekanisme koping individu.

2.2.3 Sumber Teori


Nursing Concorcium Reseach Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan
middle range teori keperawatan mengenai kesedihan kronis (chronic sorrow).
Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping individu
terhadap kesedihan kronis digunakanlah model stress dan adaptasi milik Lazarus
dan Folkman (1984). Konsep kesedihan kronis berasal dari teori oleh Olshansky
(1962). Para teoris NCRCS mengintip observasi Olshansky mengenai orang tua
dengan anak-anak retardasi mental yang mengalami kesedihan yang terus berulang.
Ia menyebutkan dengan kesedihan kronis. Selain itu Bowlby dan Lindemann dalam
Lindgsen (1992) membuat konsep berduka sebagai proses yang akan selesai seiring
dengan perjalanan waktu dan jika tidak selesai berduka dikatakan sebagai
abnormal.
Kebalikan dengan teori yang terikat waktu milik Bowlby tersebut, Wilker et
all mengatakan bahwa kesedihan yang berulang merupakan peristiwa normal
( Lindgsen, 1992). Sedangkan Burke dalam studinya pada anak-anak dengan spina
bifida mendefinisikan kesedihan kronis sebagai kesedihan menetap yang
permanent, periodic dan progresif dan bersifat alami (Hainsworth, Eakes, Burke,
1994).
NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar
metode manejemen yang efektif gabi model yang mereka gunakan. Adanya
perbedaan atau inkonsistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang
mekanisme koping individu.

2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris


NCRCS mengadakan studi terhadap :Individu dengan kanker, infertilitas,
mutiple sclerosis, parkinson Pelaku rawat suami atau istri dengan gangguan mental
kronis, mutiple sclerosis dan Parkinson Pelaku rawat orang tua pada anak dewasa
dengan gangguan mental kronis. Berdasarkan kondisi-kondisi diatas tersebut para
teoris menyatakan bahwa kesedihan kronis dapat terjadi pada semua situasi dimana

11
rasa kehilangan tidak dapat diselesaikan atau tidak dapat dihentikan. Studi
kemudian dikembangkan kepada para individu yang mengalami kehilangan
(berduka) pada keadaan diri sendiri. Dinyatakan dalam studi ini bahwa populasi ini
juga terus menerus mengalami kesedihan kronis.
Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut maka dinyatakan bahwa definisi
kesedihan kronis sama dengan kesedihan menetap yang bersifat periodic dalam
waktu permanen, atau perasaan terkait sedih lainnya secara terus menerus yang
terjadi karena pengalaman kehilangan. (Eakes et all, 1998)

2.2.5 Model Theory Chronic Sorrow


Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi
kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun suatu kejadian.
Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara
yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu timbulnya
kesedihan atau dukacita berkepanjangan/ mendalam yang potensial progresif,
meresap dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan pengalaman
kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode manajemen dalam
mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari internal (koping personal)
ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan).
Jika metode manajemen yang digunakan efektif maka individu akan meningkat
perasaan kenyamanannya. Tetapi jika tidak afektif akan terjadi hal sebaliknya.

2.2.6 Konsep Utama Teori


Teori chronic sorrow merupakan middle range teori karena dalam teori ini
membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang
timbul akibat dari penyakit  kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor
pencetus dan metode manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka
teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait
dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sclerosis , diabetes melitus
pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida dan
lain-lain.
1. Duka cita kronis atau chronic sorrow
Penderitaan atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang
berkelanjutan sebagai hasil dari suatu kehilangan, dengan karakteristik dapat

12
menyebar dan bisa juga menetap. Gejala berduka berulang pada waktu
tertentu dan gejala ini berpotensi progresif. Studi NCRCS (The Nursing
Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi :
a. Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998),
Multiple Sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993 ;
Hainsworth, 1994), dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996)
b. Spouse caregivers/ individu yang memiliki pasangan hidup dengan
penyakit mental kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995),
Multiple Sclerosis (Hainsworth, 1995), dan Penyakit Parkinson
(Lindgren, 1996)
c. Parent caregivers/ orang tua yangmemiliki anak dewasa dengan penyakit
mental kronik (Eakes, 1995)
2. Kehilangan
Kehilangan terjadi akibat dari perbedaan antara suatu “ideal” atau
harapan dan situasi nyata atau pengalaman. Kehilangan (Loss) adalah situasi
aktual atau potensial dimana seseorang atau objek yang dihargai tidak dapat
dicapai atau diganti sehingga dirasakan tidak berharga seperti semula.
3. Peristiwa Pencetus
Peristiwa pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi berbeda
atau perasaan kehilangan yang berulang (kambuh)atau baru mulai yang
memperburuk perasaan berduka. NCRCS membandingkan dan membedakan
pencetus pada individu dengan kondisi kronik, family caregivers, pada orang
yang kehilangan (Burke, Eakes, & Hainsworh, 1999).
4. Metode Manajemen
Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima
penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau
eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain). Penderitaan
kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur
perasaan, bisa secara internal maupun ekternal. Strategi manajemen
perawatan diri diatur melalui strategi koping internal. NCRCS ditunjuk lebih
lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti tindakan, kognitif,
interpersonal dan emosional.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu
dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya. (Eakes , 1993, 1995, Eakes
at al., 1993, 1999; Hainsworth et al., 1995; Lindgren, 1996). Kognitif koping

13
contohnya berpikir positif, membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak
memaksakan diri bila tidak mampu (Eakes, 1995; Hainsworth, 1994, 1995).
Contoh koping interpersonal adalah pergi memeriksakan diri ke psikiater,
masuk dalam suatu kelompok atau group dan bicara atau berkomunikasi
dengan orang lain (Eakes, 1993; Hainsworth, 1994, 1995).
Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya
(Eakes, et al., 1998; Hainsworth, 1995). Manajemen eksternal adalah
intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et al., 1998).
Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional dapat membantu
memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang
kompeten lainnya.
5. Inefektif Manajemen
Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan meningkatnya
ketidaknyamanan individu atau menambah rasa duka yang mendalam.
6. Efektif manajemen
Strategi manajemen yang efektif berperan penting meningkatkan
kenyamanan perasaan individu secara efektif.

2.2.7 Strategi Manajemen


NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow)
menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat
melakukan menejemen perasaan secara efektif. Manajemen strategi terdiri dari
internal dan eksternal.
1. Strategi Koping Internal
a. Action ( tindakan ), mekanisme koping individu baik yang bersangkutan
maupun yang memberikan perawatan. Contohnya metode distraksi yang
umum digunakan untuk menghadapi nyeri.
b. Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir
positif, ikhlas menerima semua ini
c. Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan
berkonsultasi ahli jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung,
melakukan curhat
d. Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan
mengekspresikan emosi
Strategi manajemen ini semua dianggap efektif bila individu mengaku

14
terbantu untuk menurunkan perasaan berduka (re-grief).

2. Strategi Koping Eksternal


Dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional
kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan
bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan
professional kompeten lainnya.

2.2.8 Asumsi Teori


1) Clarity (kejelasan)
Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area
klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep
juga diartikan secara jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat.
Sebagai contoh pemahaman bahwa Chronic sorrow memberikan kerangka
berpikir dalam menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami
suatu kehilangan atau berduka yang memanjang . Dalam konsep chronic
sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event atau
kejadian pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal, maupun
eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau tidak
efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan. Apabila
manajemen efektif , maka individu akan mengalami kenyamanan dalam
kondisi kroniknya dan sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka
individu akan mengalami ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang
efektif baik internal maupun eksternal akan  menghasilkan kenyamanan dan
sebaliknya manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan
dan intensitas dari duka cita yang kronis.
Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau
fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman
praktik klinik. Seperti yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan middle range
teori ini memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat ,
pelajar/mahasiswa perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang
berkelanjutan secara nasional dan internasional (Alligood, 2014).
Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang
mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan
mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu

15
-individu yang tidak mengalami berduka kronis ini apakah mereka memiliki
karakteristik kepribadian yang berbeda , misalnya memiliki ketabahan atau
mereka menerima intervensi yang berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa
data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan kehilangan yang terus
menerus. Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari
berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk
berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang berhubungan
tidak jelas dipaparkan.
Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas
perbedaan problem oriented dengan cognitive strategies . demikian juga
emotive cognitive. Emosional dan strategi interpersonal belum digambarkan
secara jelas. Beberapa overlap yang nyata antara manajemen internal dan
eksternal terjadi ketika kata “interpersonal” digunakan untuk menggambarkan
bantuan professional. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni
memandang bahwa focus dari perawatan adalah individu, keluarga (caregiver),
kelompok (peer group), hanya kurang memandang masyarakat yang dalam
kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan sebagai support system (manajemen
eksternal), teori ini hanya memandang profesi kesehatan sebangai sumber
manajemen eksternal untuk meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik ,
pengajaran, caring dan memberikan asuhan yang professional.
Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi
kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian.
Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara
yang diharapkan dengan dengan kenyataan . kejadian tersebut dapat  memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan / mendalam yang potensial
progersif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu
dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode
manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari
internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan
efektif, maka individu akan meningkat perasaan Kenyamanannya. Tetapi jika
tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.

2) Simplicity (kesederahaan)
Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi

16
pada fase berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas
pemahaman hubungan antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan.
Melalui model ini, jelas bahwa berduka kronis adalah siklus alami , menyebar
dan berpotensi berkembang. Teori ini juga secara sederhana menjelaskan
subkonsep metode manajemen internal versus metode manajemen eksternal.
Selain itu teori ini secaa sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode
manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver)
menghasilkan respon manajemen inefektif versus manajemen efektif.
Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu
mengidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal
pasien. Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih banyak berperan pada
metode menejemen yang efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi
progrsif. Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah
dimengerti. sebagai kelompok middle rang teori ini berguna untuk panduan
praktik dan penelitian selanjutnya.

3) Generality ( Keumuman / generalisasi)


Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak
yang mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara
empiris, teori diperluas untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari
kehilangan . teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan
dan dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya
pemberian perawatan. Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai
praktisi pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari
pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu .  pemicu dan
manajemennunik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada
situasi yang lebih beragam.
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan
keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara
umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi
oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.

4) Empirical Precision (Presisi Empiris)


Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan
lebih mudah bagi peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan jumlah

17
variable yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi hipotesa
berhubungan dengan studi pada intervensi keperawatan yang meingkatkan
efektivitas strategi menejemen pada berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat
menambah kekuatan dasar pada praktik berdasarkan hasil pembuktian
(evidence based practice).
Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka
kegunaannya jelas untuk penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari
berduka kronis membuat hal ini dapat dipelajari pada individu dengan
kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka
kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti dapat memikirkan alat
pengkajian untuk perawat klinik.

5) Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)


Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami
seseorang Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam
aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit  kronis dan terminal. Aplikasi teori
ini sangat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang
dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang berkelanjutan.
Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan
pengalaman yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung jawab
pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari anak atau kesedihan.

2.2.9 Konsep Utama Keperawatan


1. Keperawatan
Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan
lingkup praktik keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi berduka
pada individu yang beresiko. Peran utama perawat meliputi menunjukan rasa
empati, ahli / profesional, caring dan pemberi asuhan keperawatan yang
kompeten
2. Manusia
Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan
kesehatan. Orang membandingkan pengalamannya dengan kedua kenyataan
tadi sepanjang kehidupannya. Walaupun setiap orang pengalaman dengan
kehilangan adalah unik dan umumnya kehilangan dapat diramalkan atau
diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi dari kehilangan tersebut.

18
3. Kesehatan
Kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang
tergantung atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan.
Koping yang efektif akan menghasilkan respon yang normal akibat dari
kehilangan.
4. Lingkungan
Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi
lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan
kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil interaksi individu
terhadap norma-norma sosial. (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998).

2.2.10 Contoh Aplikasi Theory Chronic Sorrow


Kasus :
Nn. Z, seorang perempuan usia 14 vtahun mengalami osteosarcoma
stadium III terdiagnosis sejak 2 tahun yang lalu. Nn. Z adalah putri tunggal
dari Ny. Y, Ny. Y berperan sebagai pemberi asuhan utama (primary cargever)
bagi Nn. Z di rumah . Nn. Z adalah anak yang sudah lama dirndukan
kehadirannya di dunia ini. Banyak informasi dari pihak atau keluarha atau
tetangga yang membuat orang tua semakin takut dan cemas tentang kehidupan
dan keselamatan putri tercinta nya. Semenjak sakit anaknya tidak mampu
beraktivitas, lebih banyak mengurung diri dalam rumah serta tidak sekolah.
Analisis :
Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan
ketidakmampuan/disabilitas/ mengalami penyakit kronis, mulai belajar proses
yang disebut dengan kehilangan “loss” anak yang normal dan peran orang tua
dan peran serta aktivitas anak yang normal yang mereka harapkan.
Profesional perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman
terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehilangan alamiah

19
ini dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orang tua .
Saat di diagnose adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan
yang sering juga adalah kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Orangtua
tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang traumatic tentang anak
mereka dan pendapat anggota keluarga , teman, para kenalan dan laporan
media yang menambah kebingungan mereka.
Menurut teori yang dikembangkan oleh Gergene Gaskill Eakes, Mary
Lermann Burke dan Margaret A. Hainsworth.
 Chronic sorrow : Kesedihan mendalam dirasakan ole keluarga Ny. Y
Karena Nn. Z adalah putri tunggal yang telah lama mereka harapkan.
Tetapi saat ini sang anak mengalami penyakit kronis osteosarcoma
(kanker tulang).
 Loss : Kedua orangtua Nn. Z menghadapi “Loss” atau kehilangan anak
normal / sempurna . Orangtua mengharapkan (idealnya) anak mereka
bisa hidup dan beraktivtas dengan normal seperti anak yang lain, tetapi
kenyatan pada usia remaja anak mereka terdiagnosa mengalami
osteosarcoma (kanker tulang) sehingga saat ini mempunyai keterbatasan
dan gangguan pada tumbuh kembangnya.
 Triger events : Nn. Z sebagai anak tunggal yang mengalami pemyakit
kronis oestesarcoma dan kehidupan remajanya tidak sesuai harapan
(kondisi ideal). Nn. Z tidak mampu beraktivitas seperti remaja
umumnya dan lebih banyak mengurung diri dirumah.
 Management Method : Secara internal kedua orang tua dan anak
berusaha menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses
berduka . Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain atau
perawat serta tetangga . Perawat sebaiknya juga dapat membantu
mengidentifikasi strategi koping secara personal.

2.2.11 Kelebihan dan Kekurangan Theory Chronic Sorrow


a. Kelebihan
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus
asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena
secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa
dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia
kehidupan.

20
b. Kekurangan
Terdapat hal yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang
mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan
mengalami berduka kronis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori keperawatan merupakan suatu teori yang berkembang atas dasar ilmu
keperawatan bukan berdasarkan pengetahuan ilmu lain. Perkembangan teori muncul
sebagai produk dari ilmu professional dan proses pertumbuhan dari pemimpin
keperawatan, administrator, pendidik, dan praktisioner yang telah mendapat pendidikan
tinggi dan melihat keterbatasan dari disiplin ilmu lain. Salah satu Middle Range
Theory antara lain Teori Eakes, Burke & Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow yang
menekankan pada fenomena yang holistic pada manusia dan keperawatan yaitu tentang
masalah- masalah yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka,
kehilangan, faktor pencetus dan metoda manajemennya. Peran utama perawat dalam
aplikasi teori ini antara lain memberikan empati, caring, educator,dan kompetensi
dalam perawatan. Sehingga perawat mampu memberikan pedoman untuk mencegah
kejadian dari kesedihan kronis.

3.2 Saran
Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini
membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul
akibat dari penyakit  kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan
metode manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan
sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik.
1. Bagi Pelayanan
Bagi perawat yang melakukan asuhan keperawatan di pelayanan klinik dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronik maupun akut

21
ataupun pada pasien gangguann jiwa, hendaknya melakukan pengkajian secara
lengkap dan lebih difokuskan pada kebutuhan fisiologis, koping dan support
system pasien.
2. Bagi Penelitian
Perawat dapat mengembangkan penelitian-penilitian yang mendukung aplikasi
dari Teori Chronic sorrow misalnya peran perawat atau tenaga kesehatan dalam
membantu mengatasi masalah pasien yang berkaitan dengan Teori middle-range of
Sorrow dengan metode kualitatif dan terfokus pada identifikasi terjadinya konsep
dalam populasi baru.
3. Bagi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan keperawatan saran yang bisa diberikan yaitu harus
ada pembagian kewenangan yang jelas sesuai kompetensi untuk perawat pada
setiap level pendidikan sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit kronik sesuai dengan level kompetensinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing Theories and Their Work (8 edition ed.): Elsevier.

Alligood, M. R. (2014). Introduction to nursing theory: Its history, significance and analysis.
In A. M. Tomey & M. R. Alligood (Eds.), Nursing theorists and their work (8th ed.,
pp. 3–15). St. Louis: Elsevier.

Blais, kathleen koening dkk. 2006. Praktik keperawatan profesional. Jakarta : Kedokteran


ECG

Basford, lynn dkk. 2006. Teori dan praktik keperawatan. Jakarta : Kedokteran ECG

Bermeb, audrey dkk. 2008. Fundamental of nursing. New Jersey : Pearson education

Kasron, Sahran dan Ohorella B Usman. 2016.Teori Keperawatan dan Tokohnya. Jakarta: CV.
Trans Info Medika

Kelly, T. K., & Jones, P. A. (2010). Epigenetics in cancer. Carcinogenesis, 31(1), 27-36.

Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A vision for holistic health care and

Kozier, B & Erd. (2002). Fundamental Of Nursing. St Louis Toronto: Mosby Company

McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York: Routledge.

Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in


nursing research and practice. New York: SpringerPublishingCompany.

Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice.
3rd ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to

Nursing Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development
Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing Company .

Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New
York: Springer Publishing Company.

Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV
Mosby Company St. Louis

http://nursediana14.blogspot.com/2017/02/falsafah-dan-teori-keperawatan.html?m=1

23
http://galih-priambodo.blogspot.com/2013/02/teori-keperawatan-chronic-sorrow.html

http://suseloselo897gmail-suselo.blogspot.com/2008/12/middle-range-theory-chronic-
sorrow.html

24

Anda mungkin juga menyukai