Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI CHRONIC SORROW

DI SUSUN OLEH
NAMA : NOVIYANA ARIFIN.T
NIM : 21010019
NAMA : OKRIANDA MODJO
NIM : 21010022

Mata Kuliah : Falsafah Dan Teori Keperawatan


Dosen Pembimbing : Ns. Siti Hajar Salawali, M.Kep, Sp. Kep. J

STIKES HUSADA MANDIRI POSO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat ALLAH S.T.T, karena dengan
limpah rahmat-Nya lah kami dapat menyelasaikan Tugas Teori CHRONIC SORROW
ini dengan tepat waktu.

Bagi Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
pihak sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Poso, 12 Oktober 2021


Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang
menimbulkan berkurang atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan
dalam 1 tahun atau mengalami hospitalitas lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun
(Hockenberry, 2007). Hal ini menjadikan individu dengan penyakit kronik
mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu tersebut
mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus , komprehensif dan
berkelanjutan. Penyakit kronik memberikan efek yang penting bagi
berjalannya fungsi keluarga. Salah satunya adalah efek yang substansial pada
fungsi keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang
lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar,
pembiayaan, ketidakpastian masa depan, keterbatasan kecukupan ekonomi,
kehilangan secara emosional, reaksi terhadap stigma dalam masyarakat,
isolasi sosia, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara normal.
Berdasarkan hal ini keluarga menjadi faktor pendukung yang sangat
berpengaruh terhadap kondisi yang terjadi pada salah satu anggota
keluarganya.
Salah satu pengaruh yang besar pada keluarga adalah penasaran
berduka atau kehilangan disebabkan karena kelurga mempersepsikan adanya
perbedaan individu dengan individu normal lainnya. Perasaan berduka atau
kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional seperti putus asa,
menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-
ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi. Keadaan ini berlangsung lama
disebabkan respon emosional itu akan selalu muncul pada saat-saat dimana
terjadi kejadian-kejadian yang menyebabkan kondisi emosional tidak efektif.
B . Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran konsep dasar teori keperawatan chronic sorrow
dan penerapannya pada asuhan keperawatan ditatanan pelayanan kesehatan
Tujuan Khusus
1 Meningkatkan pengetahuan dan pemahanan perawat tentang konsep
teori chronic sorrow.
2 Mampu menerapkan pada asuhan keperawatan dengan pendekatan
proses keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A . Pendahuluan
Teori Middle Range, merupakan level kedua dari teori keperawatan, abstraknya pada
level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel
terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle Range memiliki sejumlah hubungan
yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik
menurut Merton (1968) menunjukan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin
praktik, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-Range theories
menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep ekonomi secara normal yang nampak
dalam grand teori. Akibatnya mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Mid-range theories berfokus
pada konsep peminatan perawat dan mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri,
harapan, kenyamanan, martabat, dan kualitas hidup.
Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori ini membahas
tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang tibul dari penyakit
kronis mencakup proses brrduka, kehilangan, faktor pencetus dan metoda menajemennya.
Karena kespesifikan teori tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik
keperawatan.

B . Riwayat
1 . Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Easkes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma
keperawatan dari sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966
dan pada tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina
Agricultural dan Technical state University. Eakes melanjutkan M.S.N pada University or
North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North Carolina State University
pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan untuk studi masternya dan dari North
Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia dilantik dalam Sigma Theta Tau Internasional
Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor Society 1988.

2 . Marry Lermann Burke


Di lahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan
secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good
Samaritan Hospital school of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikut serrtifikat
post graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa tahun
bekerja di keperawatan pediatric, Burke lulus dengan Summa Cumlaude dari Rhode island
college Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia menerima master degree
pada parent-child nursing dari Boston Univesity. Dan selama program ini dia juga menerima
penghargaan sertifikat dalam Parent-cild nursing dan Interdisciplinary Training in
Development Center of Rhode Island Hospital and the Section on Reproductive and
Devolopmental Medicine, Brown university. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow
selama program masternya. Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool
Children with Myelomeningocele’ , yang mengindentifikasi emosi tentang kesedihan yang
mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow
Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with myelomeningocele’ .

3 . Margaret A Hainsworth
Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan
sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di Brockville
General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke united State dan
menerima diploma keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan
pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam bidang keperawatan
tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental psikiatrik dari Boston
College tahun 1974. Dia menerima program doctor dari University Connecticut tahun 1986.
Tahun 1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam keperawatan kesehatan
mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan
dengan dukacita dimulai saat dia sebagai fasilator untuk memberikan dukungan pada
wanita dengan multiple sklerosis.

C . Model Teori Chronic Sorrow


Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan
yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun suatu kejadian. Pengalaman kehilangan
tersebut akana menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan
kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita
berkepanjangan/mendalam yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang
dan permanen. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan
menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat
berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif maka
individu akan meningkat perasaan kenyamananya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal
sebaliknya.

D . Konsep Utama
1 . Dukacita kronis atau chronic sorrow
Penderitaan atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang berkelanjutan
sebagai hasil dari suatu kehilangan, dengan karateristik dapat menyebar dan bisa juga
menetap. Gejala berduka berulang pada waktu tertentu dan gejala ini berpotensi progresif.
Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi :
a . individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al, 1998), Multiple Sclerosis
(Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993 ; Hainsworth, 1994), dan penyakit
Parkinson (Lindgren,1996)
b . Spouse caregivers/individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental
Kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth,
1995),
dan penyakit parkinson (Lindgren, 1996)
c . Parent caregivers/ orang tua yang memiliki anak dewasa dengan penyakit mental
kronik (Eakes, 1995)

2 . Kehilangan
Kehilangan terjadi akibat dari perbedaan antara suatu “ideal” atau harapan dan
situasi nyata atau pengalaman. Kehilangan (Loss) adalah situasi aktual atau potensial
dimana seseorang atau objek yang dihargai tidak dapat dicapai atau diganti sehingga
dirasakan tidak berharga seperti semula.

3 . Peristiwa Pencetus
Peristiwa pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi berbeda atau
perasaan kehilangan yang berulang (kambuh) atau baru mulai yang memperburuk
perasaan berduka. NCRCS membandingkan dan membedakan pencetus pada individu
dengan kondisi kronik, family caregivers, pada orang yang kehilangan (Burke, Eakes, &
Hainsworh, 1999).

4 . Metode Manajemen
Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan
kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga
kesehatan atau intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu
melemah bila efektif dalam mengatur perasaan, bisa secara internal maupun eksternal.
Strategi manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping internal. NCRCS ditunjuk
lebih lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti tindakan, kognitif, interpersonal,
dan emosional.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi
kronis dan pemberi perawatannya. (Eakes, 1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999; Hainsworth
et al., 1995; Lidgren, 1996). Kognitif koping contohnya berpikir positif, membuat sesuatu
dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu (Eakes, 1995; Hainsworth,
1994, 1995). Contoh koping interpersonal adalah pergi memeriksakan diri ke psikiater,
masuk dalam suatu kelompok atau grup dan berbicara atau berkomunikasi dengan orang
lain (Eakes, 1993; Hainsworth, 1994, 1995)
Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et al.,
1998; Hainsworth,1995). Manajemen ekternal adalah intervensi yang di berikan oleh tenaga
kesehatan (Eakes et al, 1998). Pelayanan kesehatan diberikan secara profesional dapat
membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang
kompeten lainnya.
5 . Inefektif Manajemen
Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan meningkatnya
ketidaknyamanan individu atau menambah rasa duka yang mendalam.
6 . Efektif manajemen
Strategi manajemen yang efektif berperan penting meningkatkan kenyamanan
perasaan individu secara efektif.

E . Strategi Manajemen
NCRCS (the Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) meyangkinkan bahwa
kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan manajemen perasaan
secara efektif. Manajemen strategi terdiri dari internal dan eksternal.
1 . Strategi koping internal meliputi :
a . Action (tindakan), mekanisme koping individu baik yang bersangkutan maupun yang
memberikan perawatan. Contohnya metode distraksi yang umum digunakan untuk
menghadapi nyeri
b . Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas
menerima semua ini
c . Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi ahli jiwa,
bergabung dengan kelompok pendukung, melakukan curhat
d . Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan
mengekspresikan emosi. Strategi manajemen ini semua dianggap efektif bila individu
mengaku terbantu untuk menurunkan perasaan berduka (regrief).
2 . Strategi koping eksternal, didekkripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh
profesional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan
bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan profesional
komponen lainnya.

F . Asumsi Utama
1 . Kesperawatan
Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan lingkup
praktik keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi berduka pada individu yang
beresiko. Peran utama perawat meliputi menunjukan rasa empati, ahli/profesional, caring
dan pemberi asuhan keperawatan yang kompeten
2 . Manusia
Manusia mempunyai presepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan.
Orang membandingkan pengalamannya dengan kedua kenyataan tadi sepanjang
kehidupannnya. Walaupun setiap orang pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan
umumnya kehilangan dapat diramalkan atau diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi
dari kehilangan tersebut.
3 . Kesehatan
Kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung
atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. Koping yang efektif akan
menghasilkan respon yang normal akibat dari kehilangan.
4 . Lingkungan
Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan
keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan. Respon individu di
kaji berdasarkan hasil interaksi individu terhadap norma-norma sosial. (Eakes, Burke, &
Hainsworth, 1998)

G . Dampak Kehilangan
1 . Masa kanak-kanak
a . Mengancam kemampuan anak untuk berkembang
b . Kadang-kadang regresi
c . Merasa takut ditinggalkan dibiarkan kesepian

2 . Remaja dan dewasa muda


a . Disintergrasi dalam keluarga
b . Kematian pada orang tua “wajar”

3 . Dewasa tua
a . Kematian pasangan
b . Masalah kesehatan meningkat

H . Berduka (Grieving)
Berduka adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan
dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran.

I . Reaksi Kehilanga & Berduka


1 . KUBLER-ROSS’ MODEL
Kubler Ross (1969) mengemukakan 5 tahapan pada berduka :
a . Menola (denial)
b . Marah (anger)
c . Tawar menawar (bergaining)
d . Depresi (depression)
e . Menerima (acceptance)

2 . Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan dan berduka

a . Sumber personal dan stressor


Setiap orang melalui situasi kehilangan dengan kombinasi khusus pada sumber personal
dan stressor seperti :
1 . Keterampilan koping
2 . Pengalaman sebelumnya dengan kehilangan
3 . Kestabilan emosi
4 . Agama
5 . Family developmental stage
6 . Status sosial ekonomi
b . Sumber sosial kultural dan stressor
Sumber sosial kultural meliputi dukungan sosial yang didaptkan dari keluarga, teman,
teman sekerja dan lembaga formal

J . Penerapan dalam Keperawatan


1 . Praktek keperawatan
Membantu perawat dalam menghadapi pasien dan keluarga, perawat secara efektif
memenejemen kejadian-kejandian pemicu kesedihan kronis
2 . Pendidikan
Memberi masukan bagi NANDA dalam diagnosa keperawatan diterima pada tahun 1998.
Merupakan langkah penting dalam mengajarkan praktek berbasis bukti atau fakta
3 . Riset
Menjadi dasar pengembangan studi ini terhadap populasi, misalnya pasien dengan HIV/
AIDS, ibu dengan anak anemia sickle cell, asma dan DM

Anda mungkin juga menyukai