Anda di halaman 1dari 13

STIKES HUSADA MANDIRI POSO

Makalah Etika dan Hukum Keperawatan


(Ns. Fauziah. H.Tambula, M.Kep)

Membahas Tentang Teori Hedonisme


Disusun oleh :
Fauziah Singkiki (21010011)
Gilberd G. Pesoba (21010012)
Nurul Azfiyah B (21010021)

S1 KEPERAWATAN
(2021)
KATA PENGANTAR
Terimakasih kami panjatkan kehadirat tuahan yang maha esa karena atas
perkenaannya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya,
semua itu hanya karena berkat serta tuntunan Tuhan. Dalam makalah yang kami susun ini
berisi tentang “Materi Hedonisme”

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam penyusunan makalah ini, baik itu teman-teman, dosen, dan semua yang telah
membantu yang kami tidak sebut satu persatu.

Besar harapan bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat di gunakan dengan
sebaik-baiknya. Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................2

A. Pengertian Etika Keperawatan.........................................................2


B. Teori Hedonisme..............................................................................3
C. Nilai Etik Dalam Keperawatan.........................................................5
D. Prinsip Etik Dalam Keperawatan.....................................................6
E. Peka Budaya Dalam Etik..................................................................7

BAB 4 PENUTUP.......................................................................................................9

A. Kesimpulan.......................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan
merupakan dasar adanya profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan
adalah universal, karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna kulit, politik,
status, sosial, dan lain-lain. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat
akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan
pasien dan kesehatannya. Etika berbagai profesi digariskan dalam berbagai kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi.
Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang
(pemakaian mesin untuk memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ
manusia, penelitian yang memakai objek manusia) ini memerlukan pertimbangan
yanng menyangkut nilai, hak-hak dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi
diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan
nilai-nilai tersebut melalui kode etik yang disusunnya. Kadang-kadang perawat
diperhadapkan dengan situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil
tindakan.
Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat; menerima
tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkukngan fisik, sosial, dan spiritual yang
memungkinkan untuk penyambuhan dan menekankan pencegahan penyakit; serta
meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
B. Tujuan
- Mengetahui pengertian tentang etika keperawatan
- Mencari penjelasan tentang teori Hedonisme
- Mencari apa saja nilai etik dalam keperawatan
- Apa saja prinsip etik dalam keperawatan
- Peka budaya dalam etik

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Keperawatan

a. Secara Umum, terbagi menjadi 2 yaitu,


- Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Ethos” (Araskar dan David 1979)
berarti kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sutu tindakan. Etika adalah kode perilaku yang meperlihatkan
perbuatan yang baikdan benar bagi kelompok tertentu. Etika berhubungan dengan
peraturan untuk perbuatan atau tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah,
serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral karena
tidak ada undang-undang atau peratuaran yang menegaskan hal yang harus
dilakukan.
- Moral
Moral merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk
jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan baik (kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk. Pengertian moral yaitu,
1) Perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku
dan nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat
tempat ia tinggal.
2) Nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi sesorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
3) Sesuatu tentang ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan mana yang wajar.

Etika memilik terminologi yang erbeda dengan moral bila istilah etik
mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang
masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan
dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.

b. Dalam Etika Keperawatan


Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya
disuatu pelayanan keperaawtan yang bersifat profesional. Secara umum tujuan
etika keperawatan yaitu menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien
kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan
masyarakat kepada profesi kperawatan. Hubungan antara perawat dan pasien
dipandang sebagai suatu tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap pasien yang
hakekatnya adalah hubungan memelihara (caring). Perawat harus selalu
mempertahankan filosofi keperawatan yang mengandung prinsip-prinsip etik.

2
B. Teori Hedonisme
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani “hedonismos” dari akar kata
“hedone”, artinya “kesenangan”. Paham ini menjelaskan adalah baik apa yang
memuaskan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.
Atau pengertian lainnya adalah hedonisme yaitu pandangan hidup yang mengaggapa
bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkindan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang mnyakitkan.
Hedonisme merupakan ajaranatau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan
merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Terdapat tiga aliran pemikiran dalam
hedonis yaitu Cyrenaics, Epikureanisme, dan Utilitarianisme.
1. Sejarah
Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM.
Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi
manusia?” Hal ini diawali dengan sokrates yang menanyakan tentang apa yang
sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355
SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan.
Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari
kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang
lain lagi. Pandangan tentang kesenangan (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan
seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM). Menurutnya,
tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun
demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup
kesenangan badani saja seperti Kaum Aristippos , melainkan kesenangan rohani
juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.
2. Tokoh
a) Aristippus
Aristippus dari Kyreneadalah seorangfilsuf Yunaniyangmemperlajari
ajaran-ajaranProtagoras. Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya,
yaituKyrene, Afrika Utara. Aristippuskemudian mencari Sokrates dan
menjalin hubungan baik dengannya. Setelah Sokrates wafat, Aristippos tampil
sebagai "Sofis" dan menjadi guru profesional di Atena. Lalu di Kyrene ia
mendirikan sekolah yang dinamakan ''Cyrenaic School'' yang merupakan salah
satu sekolah Sokratik yang tidak dominan. Sekolah ini mengajarkan perasaan-
perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup. Kesenangan
adalah baik termasuk juga kepuasan badani Kehidupan orang bijak selalu
mencari jaminan kesenangan maksimal. Aristippus menyetujui pendapat
Sokrates bahwa keutamaan adalah mencari "yang baik". Akan tetapi, ia
menyamakan "yang baik" ini dengan kesenangan "hedone"
Menurutnya, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan
dan meminimalkan kesusahan. Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka
rasional tentang kenikmatan. Kesenangan menurut Aristoppus bersifat badani
(gerak dalam badan). Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:
Gerak kasar, Gerak halus, dan Tiada gerak. Aristippus melihat kesenangan
sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. Kesenangan

3
bukan sebuah masalalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya
ingatan akankesenangan (hal yang sudah pergi) dan masa depan adalah hal
yang belum jelas.
- Sorotan
- Tambah
- Catatan
Berbagi Kutipan Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh
Aristoppus, ada batasan kesenangan itu sendiri. Batasan itu berupa
pengendalian diri.Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan
berartimeninggalkan kesenangan. Misalnya, orang yang sungguh-sungguhmau
mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan danminum bukan
dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus,tetapi harus
dikendalikan/dikontrol agar mencapai kenikmatan yangsebenarnya.
b) Epikuros
Epikuros lahir tahun 342 SMdi kotaYunani, Samos, danmeninggal di
Atena tahun 270 SM. Ajaran Epikuros menitikberatkan persoalan kenikmatan.
Apa yang baik adalah segala sesuatu yangmendatangkan kenikmatan, dan apa
yang buruk adalah segalasesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan. Namun
demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang
dijunjungKaumEpikurean,melainkan kenikmatan yang dipahami
secaramendalam. Kaum Epikurean membedakan keinginan alami yang perlu
(seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (sepertimakanan yang
enak), serta keinginan yang sia-sia (sepertikekayaan/harta yang berlebihan).
Keinginan pertama harusdipuaskan dan pemuasannya secara terbatas
menyebabkankesenangan yang paling besar. Oleh sebab itu kehidupan
sederhanadisarankan oleh Epikuros. Tujuannya untuk mencapai''Ataraxia'',
yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau,dan
keadaan seimbang.
Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan (phoronesis) Menurutnya,
orang yang bijaksanaadalah seorangsenimanyang dapat mempertimbangkan
pilihannikmat atau rasa sakit. Orang bijaksana bukanlah orang
yangmemperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhanagar
dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan. Iamenghindari
tindakan yang berlebihan. Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang
dilakukan oleh Kaum Epikurean dalammempertimbangkan segi-segi positif
dan negatif untuk mencapaikenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri
kepada ataraxia.
c) Jeremy Bentham
Bentham adalah pendiri pandanganutilitarian, dia memilikihubungan
erat dengan John Stuart Mill. Bentham membagi prinsipmanusia kepada tiga
hal yakni ascesticism, sympathy, dananthipathy. Menurut Bentham tugas
negara adalah mengarahkanwarganya kepada kesenangan, untuk menjamin
kesenangan adalahtugas dari negara untuk menggunakan metode hadiah dan
hukuman pada warganya

4
3. Faktor Etika Hedonisme
a) Faktor eksternal
Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang
masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu
dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan
memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui
simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat
memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan.
b) Faktor internal
Lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap
perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura
semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang
menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang
suka mengejar kesenangan”
4. Karakteristik Etika Hedonisme
Karakteristik Hedonisme di bagi 2 yaitu :
a) Hedonisme Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan
kesenangansemaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah
dapatdinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya : makan-
makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang
cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala
Romawi. Bila perut sudah penuh,maka disediakan sebuah alat untuk menggitit
kerongkongan, dengandemikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian
dapat diisikembali jenis makanan yang lain, sampai puas.
b) Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme
=kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila
berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak
boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya
yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.

C. Nilai Etik Dalam Keperawatan


Tujuh nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional antara lain yaitu,
- Aesthetics (keindahan)
Kualitas objek suatu peristiwa/kejadian, seorang memberikan kepuasan
termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensifitas, dan kepedulian.
- Altruism (mengutamakan orang lain)
Bentuk tindakan yang memperhatikan dan mementingkan kesejahteraan serta
keselamatan bagi orang lain. Atruisme didalam praktik profesional diwujudkan
dengan memberikan perhatian dan advokasi seorang perawat untuk kesejahteraan
bagi klien.
- Equality (kesetaraan)

5
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap
kejujuran, harga diri, dan toleransi.
- Freedom (kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan,
disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
- Human Dignity (martabat manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia
sebagai individu termasuk didalam kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan,
penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
- Justice (keadilan)
Menjujunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan, dan keadilan serta kewajaran.
- Truth (kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, termasuk akuntabilitas, kejujuran, keunikan dan
reflektifitas yang rasional.
D. Prinsip Etik Dalam Keperawatan
Ketika seorang perawat memberikan pelayanan kesehatan pada klien, maka
perawat tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip etika keperawatan yang ada.Dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada klien, ada beberapa tahapan yang harus dilalui
oleh pasien diantaranya,
1) Otonomy (Autonomy)
2) Berbuat Baik (Beneficience)
3) Keadilan (Justice)
4) Tidak Merugikan (Non Meleficienci)
5) Kejujuran (Veracity)
6) Menepati Janji (Fidelity)
7) Kerahasiaan (Confidentiality)
8) Akuntablitas (Accountability)
9) Avoiding Killing, belum semua negara menerpakan prinsip ini hanya beberapa
Artinya, pelayanan keperawatan sebenarnya tidak hanya mementingkan
tercapainya tujuan, tetapi juga mementingkan proses bagaimana pelayanan tersebut
diberikan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pengertian praktek keperawatan yang
bermakna tindakan perawat yang dilakukan melalui kolaborasi dengan klien dan atau
tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan yang dilandasi dengan substansi keilmuan khusus, pengambilan
keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip ilmu
biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Prinsip dari tahapan proses
keperawatan juga sesuai dengan pengertian asuhan keperawatan yang bermakna
sebagai sebuah proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang
diberikan kepada klien di sarana kesehatan dan tatanan pelayanan lainnya, dengan
menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar
praktik keperawatan. Tahapan proses keperawatan telah diidentikkan sebagai metode
ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan, disajikan sesuai
dengan langkah-langkah dari proses keperawatan. Atas dasar itu, berikut ini akan
dijelaskan secara detail tentang prinsip tahapan proses keperawatan terhadap pasien.
1) Prinsip Etis dalam Melakukan Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam melakukan pengumpulan data dari berbagai

6
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Lyer etal, 1996). Tujuan dari pengkajian adalah agar perawat dapat
mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien, khususnya mengenai
keluhan yang dideritanya sehingga memudahkan perawat mengambil tindakan
keperawatan.Dalam pengkajian tersebut, data-data yang terkumpul mencakup
klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, maupun kebudayaan.
2) Prinsip Etis dalam Menetapkan Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan tahap kedua yang dilakukan perawat dalam
tindakan keperawatan atau proses keperawatan. Pengertian dari diagnosa
keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat
diagnosis keperawatan.Menurut Carpenito (2000), diagnosis keperawatan adalah
suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu, kelompok dimana perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan.
Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data
yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekan medis dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain. Diagnosis keperawatan adalah suatu bagian integral dari
proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah
analisis, dimana perawat mengidentifikasi respons-respons individu terhadap
masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Jadi, intervensi merupakan
metode komunikasi tentang asuhan keperawatan pada klien.Dibeberapa negara,
mendiagnosis diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai suatu
tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional.
Diagnosis keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi
yang pasti, dimana perawat bertanggung jawab didalamnya. Diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi mendalam terhadap
data yang diperoleh perawat dari pengkajian keperawatan klien. Salah satu
manfaat dari diagnosis keperawatan adalah memberikan gambaran tentang
masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan batas wewenang perawat.

E. Peka Budaya Dalam Etik


Budaya dapat diidentifikasi sebagai sifat nonfisik, seperti nilai, keyakinan,
sikap, dan kebiasaan, yang dibagi bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan
dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Asuhan budaya adalah konsep yang
menjelaskan pemberian asuhan keperawatan melintasi batasan budaya dan
mempertimbangkan konteks tempat tinggal klien tersebut dan situasi yang
menyebabkan munculnnya masalah kesehatan klien.
Keperawatan Asuhan Budaya sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
asuhan keperawatan yang kompleks pada individu, keluarga, dan komunitas tertentu.
Ini adalah pemberian asuhan keperawatan yang melintasi batasan budaya dan
mempertimbangkan kompleks tempat tinggal klien tersebut serta situasi yang
menyebabkan munculnya masalah kesehatan klien. Dibagi menjadi tiga komponen :
1) Peka budaya menyatakan bahwa perawat memiliki beberapa pengetahuan dasar
dan sikap konstruktif terhadap tradisi kesehatan kesehatan yang terobsesi diantara
kelompok budaya yang berbeda yang ditemukan ditatanan tempat praktik mereka.

7
2) Tepat-budaya menyiratkan bahwa perawat menerapkan latar belakang
pengetahuan dasar yang harus dimiliki guna memberikan layanan kesehatan
terbaik kepada klien tertentu.
3) Kompeten secara budaya menyiratkan bahwa perawat memahami dan
memberikan perhatian terhadap konteks menggunakan kombinasi kompleks
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pemberian asuhan.

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah
laku dengan pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya disuatu pelayanan
keperaawtan yang bersifat profesional. Dalam dunia keperawat ada teori yang dimaksud
dengan teori hedonisme yaitu pandangan hidup yang mengaggapa bahwa orang akan menjadi
bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkindan sedapat mungkin menghindari
perasaan-perasaan yang mnyakitkan. Hedonisme merupakan ajaranatau pandangan bahwa
kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Karakteristik
Etika Hedonisme di bagi 2 yaitu, Hedonisme Egoistis, adalah hedonisme yang bertujuan
untuk mendapatkan kesenangansemaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah
dapatdinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Dan Hedonisme Universal, adalah
suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme =kesenangan maksimal bagi semua,
bagi banyak orang.
Etika keperawatan mempunyai beberapa nilai-nilai etik yaitu Aesthetics (keindahan),
Altruism (mengutamakan orang lain), Equality (kesetaraan), Freedom (kebebasan), Human
dignity (martabat manusia), Justice (keadilan), dan Truth (kebenaran). Serta ada pula prinsip-
prinsip dalam etika keperawatan yaitu Otonomy (Autonomy), Berbuat Baik (Beneficience),
Keadilan (Justice), Tidak Merugikan (Non Meleficienci), Kejujuran (Veracity), Menepati
Janji (Fidelity), Kerahasiaan (Confidentiality), Akuntablitas (Accountability), Avoiding
Killing, belum semua negara menerpakan prinsip ini hanya beberapa saja. Dalam dunia
keperawatan perawat harus mempunyai sikap yang dinamakan peka budaya etik, peka
buadaya etik ini terbagi menjadi tiga komponen yaitu Peka budaya menyatakan bahwa
perawat memiliki beberapa pengetahuan dasar dan sikap konstruktif terhadap tradisi
kesehatan kesehatan yang terobsesi diantara kelompok budaya yang berbeda yang ditemukan
ditatanan tempat praktik mereka, Tepat-budaya menyiratkan bahwa perawat menerapkan latar
belakang pengetahuan dasar yang harus dimiliki guna memberikan layanan kesehatan terbaik
kepada klien tertentu, dan Kompeten secara budaya menyiratkan bahwa perawat memahami
dan memberikan perhatian terhadap konteks menggunakan kombinasi kompleks
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pemberian asuhan.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/439250244/MAKALAH-ETIKA-KEPERAWATAN-docx

https://www.scribd.com/document/338820786/Pengertian-etika-keperawatan

https://id.scribd.com/presentation/446671205/peka-budaya-pptx

10

Anda mungkin juga menyukai