Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH EKONOMI DENGAN KASUS EUTHANASIA PASIF

TERHADAP PASIEN PASCA MELAHIRKAN

Dosen Pengampu:
Ns. Ni Made Dwi Ayu Martini, S.Kep., M.Kes

Nama Kelompok:
1. Harni Wati Jufrin (C1122044)
2. Hina Ranja Taka (C1122045)
3. I Gede Arya Lesmana (C1122046)
4. I Gede Edi Darmawan (C1122047)
5. I Ketut Adi Pramana (C1122048)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI 2022/2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia
dan Rahmat Beliau, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “PENGARUH EKONOMI DENGAN KASUS EUTHANASIA PASIF
TERHADAP PASIEN PASCA MELAHIRKAN”, makalah ini dibuat guna memenuhi
tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.

Penulis mengetahui bahwa makalah ini tidak dapat lengkap tanpa bantuan
pihak sekitar. Baik dalam perampungan dan penyempurnaan makalah. Oleh karena
itu sudah sepatutnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat
dan penghargaan setinggi – tingginya kepada :

1. Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan Ibu Ns. Ni
Made Dwi Ayu Martini, S.Kep., M.Kes
2. Serta teman-teman Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan yang selalu memberikan
saran serta masukan yang membangun.

Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari
berbagai pihak. Penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Badung, 4 November 2022

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Konsep Moral, Etika dan Legal Keperawatan ............................................... 3
2.2 Konsep Isu yang Diangkat ............................................................................... 4
2.3 Resume ............................................................................................................... 6
2.4 Elaborasi Teori dan Kasus ............................................................................... 6
BAB III............................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 9
3.2 Saran .................................................................................................................. 9
3.3 Lampiran ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus
kehidupan yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di
dunia dengan berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian.
Dari proses siklus kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang
masih mengandung misteri besar dan ilmu pengetahuan belum berhasil
menguaknya. Untuk dapat menentukan kematian seseorang sebagai
individu diperlukan kriteria diagnostik yang benar berdasarkan konsep
diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan
hak dari Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun,
termasuk mempercepat waktu kematian. Tetapi bagaimana dengan hak
pasien untuk mati guna menghentikan penderitaannya. Hal itulah yang
masih menjadi pembahasan hangat di Indonesia.
Hak pasien untuk mati, yang seringkali dikenal dengan istilah
euthanasia, sudah kerap dibicarakan oleh para ahli. Namun masalah ini akan
terus menjadi bahan perdebatan, terutama jika terjadi kasus-kasus menarik.
Untuk itulah masalah skenario pertama mengenai kasus euthanasia sangat
menarik untuk dibahas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep moral, etika dan legal keperawatan?
2. Apa saja konsep dari Isu Etika yang diangkat?
3. Bagaimana resume dari artikel tersebut?
4. Apa saja elaborasi teori dan kasus tersebut?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep moral, etika dan legal keperawatan
2. Mengetahui konsep dari isu yang diangkat
3. Mengatahui bagaimana resume artikel
4. Mengetahui elaborasi teori dan kasus tersebut.

1
1.4 Manfaat
Agar kita mengetahui tentang konsep moral, etika dan legal keperawatan
dari artikel yang diangkat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Moral, Etika dan Legal Keperawatan


• Konsep Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata
‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang
masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila
kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis,
kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-
sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti
kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’
adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu
‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral,
maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan
norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita
mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang
tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
• Etika
Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal
dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan (custom). Biasanya etika berkaitan erat dengan
perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan),
dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Perbedaan moral dan etika adalah moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Pengertian moralitas adalah

3
pedoman yang dimiliki setiap individu atau kelompok mengenai apa
yang benar dan salah berdasarkan standar moral yang berlaku dalam
masyarakat.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak, berdasarkan
norma-norma tertentu. Moralitas dipertanyakan tampak (tangible)
dalam perilaku tidak jujur dan tidak tampak (intangible) dalam pikiran
yang bertentangan dengan hati nurani dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan. Moralitas yang dengan sengaja menentang hati nurani
adalah soal integritas, yaitu keteguhan hati untuk berpendirian tetap
mempertahankan nilai-nilai baku.
• Legal Keperawatan
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah
izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk
melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Tanda Registrasi (STR)
bila bekerja di dalam suatu institusi. Kewenangan itu, hanya diberikan
kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga
kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus
perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang
bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai
penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran.

2.2 Konsep Isu yang Diangkat


Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah,
bagus, terhormat atau gracefully and with dignity dan Thanatos yang berarti
mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan

4
baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai
pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.
Kata euthanasia terdiri dari dua kata dari bahasa Yunani eu (baik)
dan thánatos (kematian). Jadi secara harafiah euthanasia berarti mati yang
layak atau mati yang baik (good death) atau kematian yang lembut.
Beberapa kata lain yang berdasar pada gabungan dua kata tersebut
misalnya: Euthanatio: aku menjalani kematian yang layak,
atau euthanatos (kata sifat) yang berarti “mati dengan mudah“, “mati
dengan baik” atau “kematian yang baik”. (K. Bertens, 2001)

Euthanasia dalam Kamus Oxford English Dictionary dirumuskan


sebagai “kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama pada kasus
penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan”. Sedangkan dalam
Kamus Kedokteran Dorland euthanasi mengandung dua pengertian, yaitu:
1. Suatu kematian yang mudah dan tanpa rasa sakit.

2. Pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran kehidupan seseorang


yang menderita dan tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan,
secara hati-hati dan disengaja.

• Jenis-Jenis Euthanapia

Dari penggolongan Euthanasia, yang paling praktis dan mudah dimengerti


adalah:
a. Euthanasia aktif
Tindakan secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain
untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Merupakan
tindakan yang dilarang, kecuali di negara yang telah membolehkannya
lewat peraturan perundangan.
b. Euthanasia pasif
Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak lagi memberikan
bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, misalnya

5
menghentikan pemberian infus, makanan lewat sonde, alat bantu nafas,
atau menunda operasi.
c. Auto euthanasia
Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima
perawatan medis dan dia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek
atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut ia membuat
sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto euthanasia pada
dasarnya adalah euthanasia pasif atas permintaan.

2.3 Resume
Ny Agian karena lama tidak sadarkan diri dari sakitnya membuat
sang suami minta agar RS menyuntik mati saja (euthanasia). Menurut dr
Marius Widjajarta, apa yang dilakukan RS terhadap Ny Agian sudah masuk
kategori euthanasia pasif. Ny Agian Isna Nauli (33) hingga kini dirawat di
bagian stroke RSCM, Jakarta, setelah berbulan-bulan tidak sadarkan diri
pasca melahirkan. Karena ketiadaan ongkos, suaminya (Hassan Kusuma)
meminta RSCM menyuntik mati istrinya karena dirasa tidak ada harapan
hidup normal kembali.Tapi RSCM menolak menyuntik mati Agian karena
secara kedokteran tidak bisa dikatakan koma meskipun dia tidak bisa
melakukan kontak.

2.4 Elaborasi Teori dan Kasus


• Kode Etik Keperawatan
1. Perawat dan Klien
Artinya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan menghormati nilai-nilai budaya dan
kelangsungan hidup klien. Yang dilakukan perawat kepada pasien
merupakan hal yang tidak bertentangan karena perawat menolak
Ny.Again untuk di suntik mati yang diperintahkan oleh suaminya.
2. Perawat dan Praktik
Artinya Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi
yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan sertakualifikasi

6
seseorang bilamelakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain. Perawat ini menunjukan
perbuatan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk kliennya
karena dalam kode etik keperawatan tidak boleh melakukan euthanasia
(suntik mati)
3. Perawat dan Masyarakat
Artinya Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat
untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat. Peran perawat dengan
kasus suntik mati ini sudah baik, karena perawat memberikan edukasi
kepada klien untuk tidak melakukan suntik mati.
4. Perawat dan Teman Sejawat
Artinya Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Perawat
disini bekerja sama dengan dokter agar bisa menolak permintaan suami
dari Ny.Again tentang suntik mati ini.
5. Perawat dan Profesi
Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi. Perawat disini melakukan cara lain
yang bisa menyembuhkan pasien daripada harus disuntik mati agar
dalam proses kerja perawat tidak dikenakan hukuman dan bisa
menciptakan suasana yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
• Prinsip Etik
1. Ketaatan (fidelity)
Perawat tidak melanggar untuk melakukan hal yang
membahayakan pasien. Perawat dalam kasus ini tidak melakukan
perbuatan yang dapat menyebabkan pasien tersebut meninggal
walaupun perawat tersebut diperintahkan oleh keluarga pasien,

7
mereka tetap menolak karena bisa dikenakan hukuman atas
perbuatan tersebut.
2. Non-maleficence
Tidak melakukan tindakan yang membahayakan, merugikan, atau
memperburuk keadaan pasien. Perawat dalam kasus ini menolak
untuk disuruh memberikan suntik mati kepada pasien oleh
keluarganya

Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa perintah, beberapa


pasal yang berhubungan dengan euthanasia adalah :

➢ Pasal 338 KUHP : “ Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa


orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya
lima belas tahun”.
➢ Pasal 340 KUHP : “Barang siapa dengan sengaja den direncanakan lebih
dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan
direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
➢ Pasal 359 KUHP : “Barang siapa kerena salah menyebabkan matinya
orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-
lamanya satu tahun.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah,
bagus, terhormat atau gracefully and with dignity dan Thanatos yang berarti
mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan
baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai
pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang. Jenis-jenis
Euthanasia yaitu Euthanasia aktif, Euthanasia pasif dan Auto Euthanasia.
Dalam kasus yang diangkat diatas, merupakan Euthanasia pasif. Adapun
prinsip etik yang berkaitan dengan kasus yang diangkat yaitu ketaatan dan
non-maleficence.

3.2 Saran
Kami menyadari jika dalam penulisan makalah ini memiliki
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah ini dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh sebab itu, kami sebagai penulis
mengharapkan adanya saran, kritik, serta masukan mengenai penulisan
makalah ini.

9
3.3 Lampiran

10
DAFTAR PUSTAKA
V.Nurhati. 2020. ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN CRITICAL CARE.
https://idoc.pub/documents/03aspek-legal-dan-etik-keperawatan-kritispdf-
6ngeg9oyrklv.
Dede Nasrullah Dkk. 2019. Etika Keperawatan. http://repository.um-
surabaya.ac.id/5026/1/ilovepdf_merged_removed_(1).pdf.

11

Anda mungkin juga menyukai