Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Dan Hukum Kesehatan
Disusun Oleh :
RS Ciremai – Cirebon
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul 'Isu etik
dalam pelayanan kebidanan' ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Anggit kartikasari. S.SiT, M.Kes. pada studi ETIKA DAN HUKUM
KESEHATAN Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anggit Kartikasari. S.SiT, M.Kes.
selaku dosen Etika dan hukum kesehatan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat memberikan tugas
ini dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang Kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
30
Halaman Judul..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................30
3.2 Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31
30
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan
manusia. Etika Merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan
penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994).
Etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan
yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dan konsep yang
membimbing makhluk hidup dalam berfikir dan bertidak serta menekankan nilai-
nilai mereka. (Shirley R Jones – Ethics in Midewifery)
Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik, atau
buruk walaupun situasi berbeda. Teori moral mencoba menformulasikan suatu
prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah etik
30
Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan moral
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler :
a. Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal
ini orang tiggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di
bidang moral
b. Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama
dan hanya bersifat duniawi semata-mata.
Bagi kita umat beragama, tentu moral keagamaan yang harus dianut dan
bukannya moral sekuler, karena etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai
filsafat moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan
secara tradisional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau
buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral
yang menjadi pedoman bagi tidakan manusia, dan moral diartikan menganai apa
yang dinilainya seharusnya oleh masyarakat dan etik dapat diartikan pula sebagai
moral yang ditunjukan kepada profesi, oleh karena itu etik profesi sebaiknya juga
berbentuk normatif.
30
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalm menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
pernyataan itu baik atau buruk. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan
topik yang penting yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan
yang menyangkut baik dan buruknya.
a. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat.
Issue mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan. Sebagai profesional yang menjalankan praktik bisa terjadi
penyimpangan etik dalam praktik kebidanan. Issue muncul karena adanya
konflik sehingga menimbulkan dilema bagi bidan.
b. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan teman sejawat adalah issue
yang terjadi antara bidan dengan bidan lainnya. Masalah muncul dalam
praktik kebidanan, dimana muncul masalah dan salah satu pihak
mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
c. Issue etik bidan dengan team kesehatan lainnya. Yaitu perbedaan sikap
etika yang terjadi pada bidan dengan tenaga medis lainnya, sehingga
menimbulkan ketidak sepahaman atau kerenggangan sosial.
d. Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu
topik masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan
organisasi profesi karena terjadinya suatu hal-hal yang menyimpang dari
aturan-aturan yang telah ditetapkan.
1. Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah
sebagai berikut:
a. Persetujuan dalam proses melahirkan.
b. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.
c. Kegagalan dalam proses persalinan.
d. Pelaksanan USG dalam kehamilan.
e. Konsep normal pelayanan kebidanan.
f. Bidan dan pendidikan seks.
30
2. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:
a) Perawatan intensif pada bayi.
b) Skreening bayi.
c) Transplantasi organ.
d) Teknik reproduksi dan kebidanan.
3. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:
a. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.
b. Otonomi bidan dan kode etik profesional.
c. Etik dalam penelitian kebidanan.
d. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif.
4. Biasanyan beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan kebidanan
adalah berhubungan dengan masalah-masalah sebagai berikut:
1) Agama / kepercayaan.
2) Hubungan dengan pasien.
3) Hubungan dokter dengan bidan.
4) Kebenaran.
5) Pengambilan keputusan.
6) Pengambilan data.
7) Kematian.
8) Kerahasiaan.
9) Aborsi.
10) AIDS.
11) In-Vitro fertilization
Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik
dan buruk yang mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik
buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan,
30
pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Hal ini yang disebut kesadaran
moral.
Issue moral adalah merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar
dan salah dalam kehidupan sehari-hari. Issue moral juga berhubungan dengan
kejadian yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari seperti menyangkut konflik
malpraktik perang dsb.
Issue moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada
kaitannya dengan pelayanan kebidanan. Beberapa contoh issue moral dalam
kehidupan sehari-hari yaitu kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk terminasi
kehamilan.
Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah
karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan
yang dibuat berhubungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab
moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk dapat menjalankan praktik
kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik,
serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan juga harus mempunyai
pemahaman issue etik dalam pelayanan kebidanan.
30
Bidan dikatakan profesional bila menerapkan etika dalam menjalankan praktik
kebidanan. Dengan memahami peran sebagai bidan akan meningkatkan tanggung
jawab profesionalnya kepada pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang
baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan
pengetahuan tentang etika untuk menerapakan dalam strategi praktik kebidanan.
Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik
dan buruk yang mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik
buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan,
pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Hal ini yang disebut kesadaran
moral. Issue moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting
yang berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada
kaitannya dengan pelayanan kebidanan.
1. Kasus abortus.
Menurut KUHP
30
Selain pengertian diatas disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran
kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja
(abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai
macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah
kehamilan berhebti karena factor-faktor alamiah (abortus spontaneous).
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
30
Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau
mematikan kandunga seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.(2) Jika
perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukankejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu
melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga
dandapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
manakejahatan dilakukan”.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni :
30
1. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut
2. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
pertimbangan tim ahli
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga
Lalu dalam UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP, UU no. 7 thn. 1984 dan
UU no 3 thn.1992 aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dalam kondisi
tertentu.
30
3. Pelekatan pada kavum uteri. Melakukan kerokan secara sempurna
memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan,
tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa
tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan. Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa
ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi. Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada
saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain. Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian
NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian
besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal
dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar
tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.
2. Euthanansia.
30
Bidang medis membagi proses kematian ke dalam tiga cara yaitu : pertama,
Orthothansia ialah proses kematian yang terjadi karena proses ilmiah atau secara
wajar, seperti proses ketuaan, penyakit dan sebagainya. Kedua, dysthanasia ialah
proses kematian yang terjadi secara tidak wajar, seperti pembunuhan, bunuh diri
dan lain-lain. Ketiga, euthanasia ialah proses kematian yang terjadi karena
pertolongan dokter.
Euthanasia atau jenis kematian ketiga yang disebutkan diatas merupakan jenis
kematian yang hingga saat ini menimbulkan dilema bagi para petugas medis
khususnya dokter karena belum adanya ketetapan hukum. Karena tidak jarang
pasien yang menderita penyakit parah dan sudah tidak ada harapan lagi untuk
sembuh menginginkan dokter melakukan euthanasia terhadap dirinya atau pasien
yang tidak sadarkan diri selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sehingga
keluarganya tidak tega melihat penderitaan yang dialami oleh pasien tersebut
sehingga keluarga meminta kepada dokter untuk melakukan tindakan euthanasia.
Baik itu dengan cara menghentikan pengobatan, memberikan obat dengan dosis
yang berlebihan (over dosis), dan dengan berbagai macam cara lainnya.
Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dari mana sudut
pandangnya atau cara melihatnya.
30
Berdasarkan cara pelaksanaannya, Euthanasia dapat dibedakan menjadi :
1) Euthanasia pasif
Hal ini sudah jelas, karena seorang pasien yang sedang menjalani perawatan
pastilah didukung oleh obat-obatan sebagai salah satu tindakan medis yang
dilakukan oleh petugas medis atau dokter demi kesembuhan pasien. Apabila
petugas medis/dokter membiarkan pasien meninggal atau pasien menolak untuk
diberikan pertolongan oleh dokter dengan cara menghentikan pemberian obat-
obatan bagi pasien, misalnya seperti memberhentikan alat bantu pernapasan (alat
respirator) maka secara otomatis pasien meninggal. Cara yang dilakukan oleh
dokter tersebut merupakan euthanasia pasif.
2) Euthanasia aktif
30
medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien atau
memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini biasa disebut mercy killing.
Contohnya, dokter memberikan suntikan zat yang dapat segera mematikan pasien.
Euthanasia aktif tidak langsung adalah keadaan dimana dokter atau tenaga
medis melakukan tindakan medik tidak secara langsung untuk mengakhiri hidup
pasien, namun mengetahui adanya resiko yang dapat memperpendek atau
mengakhiri hidup pasien. Contohnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan
lainnya.
Bagi pasien yang harapannya untuk sembuh sangat kecil biasanya mengajukan
permintaan kepada petugas medis untuk mengakhiri hidupnya agar pasien tersebut
tidak mengalami penderitaan yang berkepanjangan. Berdasarkan hal tersebut,
maka Euthanasia dapat dibedakan menjadi :
1) Euthanasia voluntir
2) Euthanasia involuntir
Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang
sudah tidak sadar. Biasanya permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini berasal
dari pihak ketiga yaitu keluarga pasien dengan berbagai alasan, antara lain : biaya
perawatan yang mahal sehingga tidak bisa ditanggung lagi oleh keluarga pasien,
kasihan terhadap penderitaan pasien, dan beberapa alasan lainnya. Menurut
Leenen, seperti dikutip oleh Chrisdiono, terdapat beberapa kasus yang disebut
30
pseudo-euthanasia atau euthanasia semu, yang tidak dapat dimasukkan pada
larangan hukum pidana. Empat pseudo-euthanasia menurut Leneen adalah :
Pada tanggal 5 Mei tahun 1980, kongregasi untuk ajaran iman telah
menerbitkan Dekalarasi tentang eutanasia ("Declaratio de euthanasia") yang
menguraikan pedoman ini lebih lanjut, khususnya dengan semakin meningkatnya
kompleksitas sistem-sistem penunjang hidup dan gencarnya promosi eutanasia
sebagai sarana yang sah untuk mengakhiri hidup. Paus Yohanes Paulus II, yang
prihatin dengan semakin meningkatnya praktik eutanasia, dalam ensiklik Injil
Kehidupan (Evangelium Vitae) nomor 64 yang memperingatkan kita agar
melawan "gejala yang paling mengkhawatirkan dari `budaya kematian' dimana
30
jumlah orang-orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai
beban yang mengganggu." Paus Yohanes Paulus II juga menegaskan bahwa
eutanasia merupakan tindakan belas kasihan yang keliru, belas kasihan yang
semu: "Belas kasihan yang sejati mendorong untuk ikut menanggung penderitaan
sesama. Belas kasihan itu tidak membunuh orang, yang penderitaannya tidak
dapat kita tanggung"
30
Buddha sangat menekankan pada "welas asih" ("karuna"). Mempercepat kematian
seseorang secara tidak alamiah adalah merupakan pelanggaran terhadap perintah
utama ajaran Buddha yang dengan demikian dapat menjadi "karma" negatif
kepada siapapun yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna memusnahkan
kehidupan seseorang tersebut.
Dalam Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak
tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat
menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22 : 66; 2 : 243). Oleh
karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks
dalam Al Quran maupun Hadits yang secara eksplisit melarang bunuh diri.
Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan
belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2: 195), dan dalam ayat lain
disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang
makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan." Dengan
demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya
(pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut
(eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja
tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan
penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Pada konferensi
pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak
ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan
berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga. Euthanasia
aktif menurut agama islam biasa disebut dengan taisir al-maut al-fa'al. Yang
dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan
kematian si sakit karena kasih sayang yang dilakukan oleh dokter dengan
mempergunakan instrumen (alat). Memudahkan proses kematian secara aktif
30
(eutanasia positif) adalah tidak diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan
ini seorang dokter melakukan suatu tindakan aktif dengan tujuan membunuh si
sakit dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis dan
ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar
yang membinasakan.
30
penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan
hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup tersebut".
Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi
sebagai suatu perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan
fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-
sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan
atau dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik
untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa
kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan
yang lebih baik. Pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila
tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk
perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan
kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan.
Bartens menjelaskan etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “ethos”
dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik.
Bentuk jamak dari ethos adalah “ta etha” artinya adat kebiasaan. Lebih lanjut,
Poerwadarminta menyimpulkan bahwa : etika adalah sama dengan akhlak, yaitu
pemahaman tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta pemahaman tentang
hak dan kewajiban orang. Etika sebagai kajian ilmu membahas tentang moralitas
atau tentang manusia terkait dengan perilakunya terhadap makhluk lain dan
sesama manusia. James J. Spillane SJ1mengungkapkan bahwa etika atau ethic
memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam
pengambilan keputusan moral. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik
30
kesimpulan bahwa etika merupakan suatu aturan yang mengatur tingkah laku
dalam bermasyarakat sehingga bisa menmbedakan apa yang baik dan apa yang
buruk serta mana yang hak dan mana kewajiban.
Secara garis besar etika dikelompokkan menjadi dua, yaitu etika umum dan
etika khusus. Etika umum merupakan aturan bertindak secara umum dalam
kelompok masyarakat tertentu. Etika khusus, yang selanjutnya berkembang
menjadi etika profesi adalah aturan bertindak pada kelompok-kelompok
masyarakat yang bersifat khusus, yakni kelompok profesi. Tujuan dari etika
profesi ini adalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan profesi.
Oleh karena itu, etika profesi ini harus ditaati dan dipatuhi oleh setiap orang yang
menjalankan profesi tertentu, misalnya seorang dokter yang harus tunduk dan taat
pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI).
Segala tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter harus sesuai dengan
keahliannya yang diperoleh dari pendidikan kedokteran yang telah ditempuhnya
serta perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 2 Kode Etik Kedokteran, yaitu “seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.” Standar
profesi tertinggi yang dimaksud adalah melakukan profesi sesuai dengan ilmu
pengetahuan kedokteran yang mutakhir atau sesuai dengan perkembangan IPTEK
kedokteran, etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama. Pendidikan
kedokteran mutakhir yang dimaksud di atas adalah sesuai dengan Pasal 28 ayat 21
(1) Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, yaitu
“setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktek wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi
dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran atau kedokteran gigi.”
Selain itu, dalam Kode Etik Kedokteran yaitu pada Pasal 7c bahwa “seorang
dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.” Hak pasien yang
30
dimaksud pada Pasal tersebut salah satunya adalah hak untuk hidup dan hak atas
tubuhnya sendiri. Maka berdasarkan Pasal 7c seorang dokter harus memenuhi
permintaan pasien yang ingin dieutahanasia sebab pasien tersebut berhak atas
hidup dan tubuhnya sendiri. Tetapi pada Pasal 7d menyatakan bahwa “setiap
dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup insani.” Artinya,
dalam tindakan medis yang dilakukan oleh dokter bertujuan untuk memelihara
kesehatan dan mempertahankan hidup pasien. Sehingga dokter tidak boleh
melakukan tindakan yang tidak memelihara atau mempertahankan hidup pasien
salah satunya adalah Euthanasia.
30
yang tidak sesuai, atau tidak memenuhi prosedur medis yang seharusnya
dilakukan, yang dapat terjadi karena faktor kesengajaan atau kelalaian dari
seorang dokter.15 Menurut C. Berkhouwer dan L. D. Vorstman, suatu kesalahan
dalam melakukan profesi bisa terjadi karena adanya tiga faktor, yaitu :
1) Kurangnya pengetahuan.
2) Kurangnya pengalaman.
3) Kurangnya pengertian.
Tanggung jawab dokter dari sudut hukum meliputi tanggung jawab hukum
pidana, hukum perdata dan hukum administrasi. Tanggung jawab hukum pidana
apabila terjadi kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas maka dokter
harus bertanggung jawab. Tanggung jawab hukum perdata bersumber pada 2
dasar, yaitu : Pertama, berdasarkan pada wanprestasi (contractual liability)
sebagaimana diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata; Kedua, berdasarkan
perbuatan melanggar hukum (onrechmatigedaad) sesuai dengan ketentuan Pasal
1365 KUHPerdata. Tanggung jawab hukum administrasi yaitu apabila tindakan
dokter atau tenaga medis lain mengakibatkan timbulnya kerugian bagi pasien.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia mengartikan anak angkat adalah anak
orang lain yang diambil (dipelihara) serta disahkan secara hukum sebagai anak
sendiri.22Menurut Ensiklopedia Umum, anak angkat adalah suatu cara untuk
mengadakan hubungan antara orangtua dan anak yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Menurut Hilman Hadikusuma, anak angkat adalah anak orang lain yang
dianggap anak sendiri oleh orangtua angkat dengan resmi menurut hukum adat.
Dari segi etimologi yaitu asal usul kata pengangkatan anak berasal dari bahasa
Belanda “Adoptie” atau adoption (bahasa Inggris) yang berarti pengangkatan
anak.
30
Dalam bahasa arab disebut “Tabanni” yang menurut prof. Mahmud Yunus
diartikan dengan “mengambil anak angkat”, sedang menurut kamus Munjid
diartikan “menjadikannya sebagai anak”. Pengertian dalam bahasa Belanda
menurut kamus hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk sebagai anak
kandungnya sendiri.
30
pengangkatan anak harus dilandasi oleh semangat kuat untuk memberikan
pertolongan dan perlindungan sehingga masa depan anak angkat akan lebih baik
dan lebih maslahat.
Tujuan pengangkatan anak di Indonesia jika ditinjau dari segi hukum adat
berdasarkan penjelasan dan sumber literatur yang ada, terbagi atas beberapa
macam alasan dilakukan pengangkatan anak, yaitu:
30
terhadap nasib si anak seperti tidak terurus. Karena si anak sering
penyakitan atau selalu meningggal, maka untuk menyelamatkan si anak
diberikanlah anak tersebut kepada keluarga atau orang lain yang belum
atau tidak mempunyai anak dengan harapan agar si anak yang
bersangkutan akan selalu sehat dan panjang umur.
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 2 Tahun 1979 jo. No 6 Tahun
1983 tentang pengangkatan anak menerangkan bahwa pasangan suami istri yang
tidak mempunyai anak atau yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak dapat
mengajukan permohonan pengesahan atau pengangkatan anak. Demikian juga
bagi mereka yang memutuskan untuk tidak menikah atau tidak terikat dalam
perkawinan
30
Ter Haar menyebutkan bahwa anak angkat berhak atas warisan sebagai anak,
bukannya sebagai orang asing. Sepanjang perbuatan ambil anak (adopsi) telah
menghapuskan perangainya sebagai “orang asing’ dan menjadikannya perangai
“anak” maka anak angkat berhak atas warisan sebagai seorang anak. Itulah titik
pangkalnya hukum adat. Wirjono Prodjodikoro berpendapat pada hakekatnya
seorang baru dapat dianggap anak angkat, apabila orang yang mengangkat itu
memandang dalam lahir dan batin anak itu sebagai anak keturunannya sendiri.
4. Transplantasi
30
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat lain pada tubuhnya sendiri atautubuh orang lain
dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Dalam Kamus Kedokteran DORLAND dijelaskan bahwa transplantasi
berasal dari transplantation (trans + L.plantare menanam) berarti
penanaman jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari individu
lain. Adapun trasplant berarti:
1. Menstransfer jaringan dari satu bagian ke Bagian lain.
2. Organ atau jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam di daerah lain
pada badan yang sama atau ke individu lain.
Terdapat dua hal penting yang mendasari transplantasi, yaitu eksplantasi dan
implantasi. Eksplantasi adalah usaha mengeluarkanatau mengambil jaringan atau
organ dari donor yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Sedangkan
implantasi adalah usaha penempatan organ atau jaringan atau jaringan yang telah
yang telah di ambil dari tubuh donor untuk ditempatkan pada tubuh pendonor itu
sendiri atau ditempatkan pada tubuh resipient lain
Jika dilihat dari sudut penerima organ, maka transplantasi dibedakan menjadi:
Sedangkan jika dilihat dari jenis transplantasi itu sendiri dibedakan menjadi dua:
30
1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan cornea mata dan menambal
bibir sumbing.Transplantasi jaringan ini jika tidak dilakukan tidak
membahayakan kelangsungan hidup penderita, tujuannya hanyalah
menyempurnakan kekurangan yang ada.
2. Transplantasi organ, seperti jantung, hati, dan ginjal. Transplantasi ini
dilakukan untuk melangsungkan hidup penderita, karena jika tidak
dilakukan transplantasi maka akan membahayakan kelangsungan hidup
penderita.
B. Tujuan transplantasi organ tubuh
30
b. Keluarganya yang terdekat dengan pertimbangan untuk kepentingan ilmu
kedokteran, sehingga dapat diketahui sebab kematian penderita yang
bersangkutan
5. Bayi tabung
Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan
sel telur diluar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil tersebut
dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat
tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya kehamilan biasa.Status bayi tabung
ada 3 macam :
Hal itu karena memanfaatkan teknologi bayi tabung merupakan hak bagi
pasangan yang berikhtiar untuk memperoleh keturunan. Namun, jika sperma dan
rahim yang digunakan bukan berasal dari pasangan suami istri yang sah, maka hal
itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antara lawan jenis di luar
pernikahan yang sah. Dengan kata lain, bisa terjadi rahim seorang perempuan
dipinjamkan untuk proses bayi tabung dari embrio seorang lelaki yang bukan
suaminya. Nah, hal itu sama saja dengan perzinaan.tau tenaga medis lain
mengakibatkan timbulnya kerugian bagi pasien.
30
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Materi ini sangat penting bagi mahasiswa bidan untuk mengetahui tentang
apa itu etika, apa itu moral dan bagaimana menerapkannya dalam praktik
kebidanan sehingga seorang bidan akan terlidung dari kegiatan pelanggaran etik
ataupun pelanggaran moral yang sedang berkembang dihadapan public dan erat
kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan sebagai provider
kesehatan harus kempeten dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang tepat
untuk bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
http://galerymakalah.blogspot.com/2012/12/makalah-issue-etik-yang-terjadi-
dalam.html?m=1
http://inatiganna.blogspot.com/2017/04/issue-etik-dalam-pelayanan-
kebidanan.html
https://www.slideshare.net/LatifahSafriana/materi-issue-etik-yang-terjadi-dalam-
pelayanan-kebidanan
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Praktikum-Konsep-Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-
Praktik-Kebidanan
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwjJ79_t5sLsAhVvFbcAHbwcCkoQFjAMegQIE
RAB&usg=AOvVaw2L4Xy5lVafBh4Y24044mkO
30