Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

Disusun oleh :
1. Bayu Steven
2. Desti Antika
3. M. Endika Ernandi
4. Nadia
5. Pengki Saputra
6. Siti Anisa

Dosen Pengasuh : Junaidi kosim, S.Ag


Mata kuliah : Pendidikan Agama

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
STIE MULIA DARMA PRATAMA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat


Allah SWT. karena atas limpahan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya yang
berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Etika, Moral dan Akhlak”
dapat kami selesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok matakuliah
Pendidikan Agama. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala
kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangunkan, kami terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi para pembacanya, atas perhatian dan kesempatan
yang diberikan untuk membuat makalah ini kami ucapkan
terimakasih.

Palembang, Desember 2022

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar belakang............................................................................... 1
B. Rumusan masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 2
A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak............................................... 2
1. Pengertian Etika........................................................................ 2
2. Pengertian Moral...................................................................... 4
3. Pengertian Akhlak..................................................................... 6
B. Karakteristik Etika Islam................................................................. 7
C. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat................... 10
BAB 3 PENUTUP..................................................................................... 12
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : Etika,
Moral dan Akhlak. Semua tercantum dalam Al Qur’an dan Hadist. Timbulnya
kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai


perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari
cara bertutur kata dan bertingkah laku. Etika, Moral dan Akhlak masing masing
individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan
eksternal tiap-tiap individu.

Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap


perkembangan Etika, Moral dan Akhlak seseorang. Kita amati perkembangan
perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak
kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang
kurang baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami bermaksud menyusun makalah ini


dengan alasan ingin mengetahuai lebih jauh lagi apa perbedaan antara Etika,
Moral dan Akhlak serta ingin mengetahui apakah ada perbedaan antara Etika,
Moral dan Akhlak dan dalil apakah yang membahas lebih jelas lagi mengenai
akhlak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan di
bahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apa Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
2. Bagaimana karakteristik etika islam
3. Apa saja aktualisasi akhlak dalam kehidupan bermasyarakat

C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini agar kita semua mendapatkan ilmu dan
mengetahui apa itu Pengertian Etika, Moral dan Akhlak, Karakteristik Etika Islam
dan Aktualisasi akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak


1. Pengertian Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat kebiasaan.
Etika merupakan istilah lain dari akhlak, tetapi memiliki perbedaan yang
substansial, yaitu konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah
laku manusia, sedangkan konsep etika berasal dari pandangan tentang tingkah
laku manusia dalam perspektif filsafat.

Etika adalah tingkah laku manusia yang ditransmisikan dari hasil pola pikir
manusia. Dalam Ensiklopedi Winkler Prins dikatakan bahwa etika merupakan
bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan dan alasan-
alasan diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan yang telah dirasionalisasi.

Dalam ensiklopedi New American, sebagaimana diuraikan oleh Hamzah Ya’qub


disebutkan bahwa etika adalah kajian filsafat moral yang tidak mengkaji fakta-
fakta, tetapi meneliti nilai-nilai dan perilaku manusia serta ide-ide tentang
lahirnya suatu tindakan.

Ide-ide rasional tentang tindakan baik dan buruk telah lama menjadi bagian
dari kajian para filusuf. Salah satunya adalah ajaran etika Epikuros tentang
pencarian kesenangan hidup. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah
dan rohaniah. Hal penting dan paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena
kesenangan jiwa akan menjangkau kenikmatan metafisikal. Tujuan etik Epikuros
adalah memperkuat jiwa untuk menghadapi berbagai keadaan. Dalam suka dan
duka, perasaan manusia hendaklah sama. Ia tetap berdiri sendiri dengan jiwa
yang tenang, pandai memelihara tali persahabatan. Pengikut Epikuros tidak
mengeluh dan menangis menghadapi berbagai cobaan. Keteguhan jiwa
menurutnya dapat diperoleh dari keinsafan dan pandangan tentang kehidupan
yang abadi.

Dari pandangan filosofis Epikuros, dapat diambil pemahaman tentang arti


etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia
yang menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai sesuatu yang
substansinya paling besar.

2
Kaidah-kaidah kebenaran dari tindakan digali oleh akal sehat manusia dan
distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti sumber kebenaran adalah
jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak kekal pada dasarnya bukan
kebenaran substansial.

Etika dapat diartikan sebagai berikut:


1. Pandangan benar dan salah menurut ukuran rasio;
2. Moralitas suatu tindakan yang didasarkan pada ide-ide filsafat;
3. Kebenaran yang sifatnya universal dan eternal;
4. Tindakan yang melahirkan konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan manusia;
5. Sistem nilai yang mengabadikan perbuatan manusia di mata manusia lainnya;
6. Tatanan perilaku yang menganut ediologi yang diyakini akan membawa manusia
pada kebahagiaan hidup;
7. Simbol-simbol kehidupan yang berasal dari jiwa dalam bentuk tindakan konkret;
8. Pandangan tentang nilai perbuatan yang baik dan yang buruk yang bersifat relatif
dan bergantung pada situasi dan kondisi;
9. Logika tentang baik dan buruk suatu perbuatan manusia yang bersumber dari
filsafat kehidupan yang dapat diterapkan dalam pergumulan sosial, politik,
kebudayaan, ekonomi, seni, profesionalitas pekerjaan, dan pandangan hidup
suatu bangsa.

Etika (adab) bisa diartikan dengan standar-standar moral yang mengatur


prilaku kita. Hal ini senada dengan perkataan Mufti Amir yang mengutif pendapat
Deddy Mulyana bahwa etika (adab) adalah : “Standar-standar yang mengatur
prilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak.
Etika (adab) pada dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung
jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu, ia
berkaitan dengan penilaian tentang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau
tidak berguna, dan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.”

Selanjutnya Hamzah Mahmud yang merujuk kepada beberapa pendapat para


ahli menyebutkan pengertian etika secara terminologis.
a. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang
disistematisasi tentang tindakan moral yang betul.
b. Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang
tindakan, hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.
c. Etika merupakan ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi tentang
nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia tetapi tentang idenya, karena
itu bukan ilmu positif tetapi ilmu yang formatif.
d. Ilmu tentang moral atau prinsip-prinsip kaidah moral tentang tindakan dan
kelakuan.

3
Etika (adab) menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya yang telah disepakati
masyarakat sebagai norma yang dipatuhi bersama. Karena nilai yang disepakati
bersama itu tidak selalu sama pada semua masyarakat, maka norma etik dapat
berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

Dari semua pandangan yang berhubungn dengan pengertian etika di atas,


dapat diambil pemahaman bahwa etika adalah cara pandang manusia tentang
tingkah laku yang baik dan buruk, yang digali dari berbagai sumber yang
kemudian dijadikan sebagai tolak ukur tindakan dengan pendekatan rasional dan
filosofis.

2. Pengertian Moral
Poespoprodja, seperti dikutip Masnur Muskich menyebutkan bahwa “Moral
berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata “Mores”
bersinonim dengan mos, moris, manner, mores, atau manners, morals.”

Apabila moral diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan ukuran adat,
konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dibagi pada dua
macam adat, yaitu:
1. Adat Shahihah, yaitu adat yang merupakan moral masyarakat yang sudah lama
dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-nilainya telah
disepakati secara normatif dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran yang
berasal dari agama Islam, yaitu Alquran dan As-Sunnah;
2. Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat,
tetapi bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya kebiasaan melakukan
kemusyrikan, yaitu memberi sesajen di atas kuburan setiap malam Selasa atau
Jumat. Seluruh kebiasaan yang mengandung kemusyrikan dikategorikan sebagai
adat yang fasidah , atau adat yang rusak.

Berbicara tentang moral berarti berbicara tentang tiga landasan utama


terbentuknya moral, yaitu:
1. Sumber moral atau pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat sumber
moral dapat berasal dari adat kebiasaan dan pembuatnya bisa seorang raja,
sultan, kepala suku, dan tokoh agama, bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh
kebudayaan masyarakat yang penciptanya tidak pernah diketahui, seperti mitos-
mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas Islam, sumber moral
dari wahyu Alquran dan As-Sunnah , sedangkan Pencipta standar moralnya Allah
SWT., yang telah menjadikan para nabi dan rasul, terutama Nabi Muhammad
SAW. yang menerima risalah-Nya berupa sumber ajaran Islam yang tertuang di
dalam kitab suci Alquran. Nabi Muhammda SAW. adalah pembuat sumber kedua
setelah Allah SWT.;

4
2. Objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial yang
berasal dari adat, objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang
sifatnya lokal, karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu, artinya tidak
bersifat universal, tetapi teritorial. Dalam moralitas Islam, subjek dan objeknya
adalah orang yang telah baligh dan berakal yang disebut mukallaf
3. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan kepada target tertentu, misalnya
bertujuan untuk ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan, dan
sebagainya. Dalam moralitas Islam, tujuan moral adalah mencapai kemaslahatan
duniawi dan ukhrawi. Contohnya moralitas yang berkaitan dengan pola makan
yang dianjurkan Alquran surat Al-Baqarah ayat 168

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْلْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًباۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو‬
‫ُّم ِبْيٌن‬

Ayat tersebut adalah perintah yang hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam
: untuk memakan harta yang halal dan bergizi. Pada ayat di atas terdapat kalimat

‫َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِن‬

Ayat itu adalah larangan maka haram hukumnya bagi orang yang beriman
mengikuti pola hidup dengan sistem yang dibangun dan dibentuk oleh setan.
Kaitannya dengan makanan yang dimaksud dengan pola hidup setan adalah
menikmati harta benda hasil korupsi, manipulasi, hasil menipu, merampok, dan
.bentuk kejahatan lainnya

Dengan memahami ilustrasi di atas, pengertian moral sama dengan akhlak


karena secara bahasa artinya sama, yaitu tindakan atau perbuatan. Moralitas
manusia dibagi menjadi dua, yaitu: (1) moralitas yang baik; dan (2) moralitas yang
buruk. Perbedaan dari kedua konsep itu, yaitu akhlak dan moral terletak pada
standar atau rujukan normatif yang digunakan. Akhlak merujuk pada nilai-nilai
.agama, sedangkan moral merujuk pada kebiasaan

Heri Gunawan dalam bukunya menyebutkan “yang dimaksud dengan moral


adalah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang wajar, mana yang pantas dan mana
”.yang tidak pantas

Dengan pengertian moral sepeti di atas, maka tampak banyak persamaan


antara etika dan moral. Perbedaan yang muncul hanya bahwa etika bersifat teori
.sedangkan moral lebih banyak bersifat praktik

5
3. Pengertian Akhlak
Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun” yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab,
dan tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau khalaqun artinya
kejadian, serta erat hubungan dengan “Khaliq” yang artinya menciptakan,
tindakan, atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya
pencipta dan makhluq yang artinya diciptakan.

Secara linguistis, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar
(bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af’ala yuf’ilu if’alan yang berarti al sajiyah (perangai), ath-
thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-
maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din (agama). Kata akhlaq juga isim masdar
dari kata akhlaqa, yaitu ikhlak. Berkenaan dengan ini, timbul pendapat bahwa
secara linguistis, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim
yang tidak memiliki akar kata. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan
dengan etika atau nilai moral.

Ahmad Amin dalam bukunya al-akhlaq, mendefinisikan akhlak dengan


kebiasaan seseorang. Atau kecenderungan hati atas suatu perbuatan dan telah
berulang kali dilakukan sehingga mudah mengerjakannya tanpa lebih dahulu
banyak pertimbangan.

Semua definisi akhlak secara subtansi tampak saling melengkapi, dengan lima
ciri akhlak, yaitu sebagai berikut.
1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini
tidak berarti bahwa saat melakukan perbuatan, orang yang bersangkutan
dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan
yang bersangkutan.
4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas semata-
mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan pujian.

Secara terminologis, pengertian akhlak adalah tindakan yang berhubungan


dengan tiga unsur yang sangat penting berikut :

6
1. Kognitif sebagai pengetahuan dasar manusia melalui potensi
intelektualitasnya;
2. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya
menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu
pengetahuan
3. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional ke dalam bentuk
perbuatan yang konkret.

Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa


akhlak itu abstrak, tidak dapat diukur diberi nilai oleh indrawi manusia. Untuk itu
memberi penilaian baik atau buruknya akhlak seseorang dilihat dari perbuatan-
perbuatan yang sudah menjadi kebiasaannya, dan inilah yang disebut dengan
perbuatan akhlak.

2. Karakteristik Etika Islam


Ada beberapa karakteristik etika dalam Islam yang juga memilki kesamaan
dengan etika zaman Socrates dan Plato. Menurut Haidar Bagir dalam buku Amin
Abdullah, karakteristik etika Islam diantaranya ialah sebagai berikut:

Pertama, Islam berpihak pada teori tentang fitri. Artinnya bahwa setiap
manusia baik muslim maupun bukan pada hakikatnya memiliki pengetahuan
tentang perbuatan baik dan buruk. Dan hal inilah yang menjadi letak persamaan
antara etika dalam Islam dan Yunani era Socrates dan Plato, Kant dan masa
modern (Alfan, 2011: 23). Tampaknya para pemikir Islam dari bebagai
pendekatan sama dan sepakat mengenai hal ini. Namun sebagian diantaranya
serpti Mu’tazilah (sekte teolog Rasional) yang berpendapat bahwa manusia dalam
memperoleh pengetahuan tentang etika yang benar, mampu diraih dengan
mengunakan pikiran rasional. Sementara teolog tradisional yaitu Asy’ariah
berpandangan bahwa dalam memperoleh pengetahuan tentang etika
menekankan pada penggunaan wahyu, walaupun hanya sekedar pembangkit
potensi tentang bawaan yang telah ada dalam diri manusia (Abdullah, 2020: 12).

Dalam Al-qur’an ada beberapa ayat yang berbicara tentang fitrah bawaan
manusia, salah satunya dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams ayat 7-8:

Artinya: “demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka dialah yang


mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan”.

7
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa fitrah manusia adalah suci. Selain itu
potensi yang ia miliki itu dapat didukung oleh akal untuk menentukan mana
perbuatan yang baik yang boleh dilakukan, maka oleh karena itu kita dapat
mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Dalam Al-Qur’an sudah jelas
istilah mana yang baik dan mana yang buruk, yang kesemua itu mengandung
kebaikan dengan tujuan untuk memberikan penilaian. Seperti kata Ma’ruf
mengandung arti perbuatan yang baik, dan Mungkar mengandung arti tentang
perbuatan yang buruk (Kurniati, 2020: 53). Perintah untuk mengerjakan amal
Ma’ruf dan menjauhi yang mungkar terdapat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat
110:

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar.

Maka oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui tentang baik dan
buruk agar kita mampu membedakanya sebelum menjadi sebuah tindakan.
Karena hal itu dapat mengantarkan kita kepada jalan yang benar dan dapat
menghindarkan kita dari pelanggaran.

Kedua, etika sebagi sumber puncak kebahagiaan. Salah satu tokoh yang gencar
membicarakan tentang etika yaitu Ibnu Miskawaih, dalam pandangannya ia
membedakan antara al-khair (kebaikan) dan sa’adah (kebahagiaan). Ia mengambil
alih konsep etika yang dibangun oleh Aristoteles yang akan mengantarkan
manusia kepada kebahagiaan sejati. Dalam pandangannya kebahagiaan tertinggi
adalah kebijaksanaan yang menghimpun dua aspek teoritis, yaitu berpikir tentang
hakikat wujud, dan aspek praktis yaitu mengutamakan jiwa dan melahirkan
perbuatan baik. Oleh karena itu untuk mencapai kebahagiaan tertinggi Miskawaih
berpendapat bahwa manusia hendaknya berpegang teguh kepada nilai-nilai
syariat sebagai petunjuk jalan mereka.

Semantara itu Mutaharri mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial


dan cendrung untuk melakukan interkasi dengan manusia lain, maka tujuan moral
yang paling utama adalah bahagia. Menurutnya, tidak ada satupun manusia di
dunia ini yang tidak menginginkan bahagia, oleh karena itu, etika menyiapkan
jalan untuk mencapai kebahagian tersebut. Karena itu menjadi orang yang baik
adalah akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan. Yang menarik adalah
Mutaharri mengatakan bahwa orang yang baik, hanya orang yang sehat
mentalnya, selanjutnya ia memberikan contoh bagaimana orang yang memiliki
penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan lainnya, hanya akan membuat ia
menjadi gelisah, resah, tidak tenang, dan tidak sehat mentalnya karena hatinya
sudah di hinggapi dengan penyakit hati sehingga ia tidak akan pernah merasakan
kebahagiaan yang telah di anugrahkan oleh Tuhan.

8
Dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang beroreantasi tentang kebahagiaan,
diantaranya surah Al-Baqarah ayat 189:

Artinya: dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung

Ketiga, moralitas Islam berdasarkan pada keadilan, menempatkan sesuatu


pada tempatnya. Artinya bahwa etika dalam Islam sangat relatif, nilai suatu
perbuatan itu diyakini bersifat relatif sesuai dengan konteks dan tujuan
perbuatan itu sendiri. Seperti contoh, memakan Babi itu haram, tetapi pada saat
situasi tertentu ia akan menjadi mubah, bahkan wajib.

Keempat, tindakan etis bersifat rasional. Artinya bahwa Islam tidak menafikkan
potensi yang telah diberikan oleh Tuhan berupa akal pikiran. Islam sangat percaya
terhadap rasionalitas dalam mencari sebuah kebenaran. Dalam Al-Quran tidak
sedikit ayat yang memerintahkan untuk menggunakan akal pikiran. Sebagai
contoh dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah: 44, 219) dan ( Ali Imran: 65).

Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah:


"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “yang lebih dari keperluan”.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

Artinya: Hai ahli kitab, Mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim,
padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. apakah
kamu tidak berpikir?

Dari uraian di atas, dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa karekteristik etika
dalam Islam memilki kemiripan atau kesamaaan dengan karakteristik etika dalam
pandagan Barat, tetapi yang menjadi catatan penulis bahwa apa yang menjadi
karakteristik dalam etika Islam tidak pernah keluar dari Al-Qur’an dan Hadis,
maka itulah beberapa ayat Al-Qur’an terkait dengan beberapa karakteristik etika
dalam Islam.

9
3. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji
atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan
perbuatan manusia lahir maupun batin. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana
seseorang dapat mengimplementasikan iman yang dimilikinya dengan
mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari, dan
akhlak yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim
adalah:

1. Akhlak kepada Allah


 Mentauhidkan Allah dan tidak syirik kepada Allah, beriman kepada Allah dan
hanya menyembah Allah tidak menduakan Allah. Contoh : menyembah
pohon, berhala.
 Berdzikir kepada Allah, memohon ampunan-Nya karena kita manusia pasti
melakukan kesalahan. Contoh : kita merasa paling benar dibandingkan orang
lain.

2. Akhlak terhadap Rasulullah


 Mengikuti dan menjalankan Sunnah Rasul. Contoh: mengaji, datang ke
pengajian.
 Bersholawat kepada Rasul, karena memang sudah kewajiban yang diberikan
Allah kepada umatnya untuk senantiasa bersholawat kepada Rasul agar kita
bisa mendapatkan syafaatnya kelak baik di dunia maupun di akhirat.

3. Akhlak terhadap diri sendiri


 Sikap sabar, kita harus selalu sabar dalam keadaan apapun dan bersikap sabar
dapat menaikkan derajat manusia.
 Sikap syukur, kita harus selalu bersyukur atas segala hal yang telah Allah
berikan kepada kita.

4. Akhlak terhadap keluarga


 Mendidik keluarga agar menjadi keluarga yang baik. Contoh: orang tua
mengajari anaknya tata cara sholat dan mengaji
 Memelihara keturunan, artinya kita harus menghindarkan anak atau
keturunan kita dari hal yang tidak baik. Karena keturunan merupakan penerus
kita kelak.

10
5. Akhlak terhadap sesama manusia
 Menjalin persaudaraan
 Saling tolong menolong, jika ada orang yang kesusahan kita wajib membantu
sebisa kita
 Menepati janji, merupakan sebagian dari iman.

6. Akhlak terhadap sesama makhluk


 Memanfaatkan alam, bukan berarti menghabiskan semua yang ada di alam.
Contoh: adanya tanah diolah agar bisa menjadi lahan pertanian.
 Menjaga alam, tidak merusak alam. Contoh: tidak membakar hutan, tidak
menebang pohon sembarangan.

11
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai