Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA, MORAL, SUSILA DAN HUBUNGANNYA DENGAN


ILMU AKHLAK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak TAsawuf
Dosen Pengampu: Bapak Irhamuddin

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Akuntansi Syariah II F
Putri Aulia Br Siregar 0502192124

Rizky Nurul Huda 0502193189

Fitria Ratna Lingga 0502193192

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
AKUNTANSI SYARIAH
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “etika, moral, dan akhlah” guna
memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi agung
kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk
kami semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini
hingga rampungnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua.

Medan, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang
baik.Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah
yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan
peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan
untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila
adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan
tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah
menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana
manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan
buruk.Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam
dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek
menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan
sesudah pekerjaan itu dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep Etika, Moral dan Akhlak
2. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)
3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan Akhlak
2. Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak
3. Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Untuk mengetahui Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahmad Amin
mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-
nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan yang dapat merupakan
perbuatan. Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan
bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan
masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan
hukum.
Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika
sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas,
problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia Britanica , etika
dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan
konsep-konsepnilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya.Dari beberapa
definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal:
Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal fikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memilki kekurangan dan kelebihan. Selain
itu etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas prilaku
manusiaseperti ilmu antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi
dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu
sama-sama memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan
manusia.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan
demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah prilaku yang
dilaksanakan oleh manusia. Peranan etika dalam hal ini tampak sebagai wasit atau
hakim, dan bukan sebagai pemain. Ia merupakan konsep atau pemikiran mengenai
nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang
dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian system nilai-nilai
yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntunan zaman.
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan
para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokkan
kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika
sifatnya humanistis dan anthropocentris ,yakni berdasarkan pada pemikiran manusia
dan diarahkan pada manusia.Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah
laku yangdihasilkan oleh akal manusia.1
Pengertian Etika Menurut Para Ahli
1. Menurut K. Bertens: Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral, yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.
2. Menurut W. J. S. Poerwadarminto: Etika merupakan studi tentang prinsip-prinsip
moralitas (moral).
3. Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno: Etika adalah ilmu yang mencari
orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.
1
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996hlm 43
4. Menurut Ramali dan Pamuncak: Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang
benar dalam profesi.
5. Menurut H. A. Mustafa: Etika adalah ilmu yang menyelidiki, yang baik dan yang
buruk untuk mengamati tindakan manusia sejauh bisa diketahui oleh pikiran.
6. Menurut Maryani dan Ludigdo : Etika ialah seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun
yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau prifesi.
7. Menurut Aristoteles di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia,
Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang artinya etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia. dan yang kedua yaitu, Manner dan Custom yang artinya
membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang
melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan
pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
8. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Etika ialah nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:

1. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup


(sila) yang lebih baik (su).
2. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
3. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang
pembahasan Etika.
4. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini ialah, etika dipelajari untuk
ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
5. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature)
yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.2

2
https://angomi.wordpress.com/2016/06/12/akhlak-tasawuf/
Jadi dapat kita simpulkan etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

B. Jenis-Jenis Etika
1. Etika Filosofis
Secara harfiah etika filosofis dapat dianggap sebagai etika berasal dari
aktivitas berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena
itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat
dipisahkan dari filsafat.Oleh karena itu, jika Anda ingin tahu unsur-unsur etika
maka kita harus bertanya juga tentang unsur-unsur filsafat. Berikut ini
menjelaskan dua sifat etika :
1) Filsafat non-empiris diklasifikasikan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu
pengetahuan empiris adalah ilmu berdasarkan fakta atau beton. Tapi
filosofi ini tidak terjadi, filosofi mencoba untuk melampaui beton seakan
bertanya apa yang ada di balik gejala beton.
2) Cabang filsafat praktis untuk berbicara tentang sesuatu “ada”. Misalnya,
filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Tetapi etika tidak terbatas pada
itu, tapi bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”.Dengan demikian
etika sebagai cabang filsafat praktis karena langsung berhubungan dengan
apa yang harus dan tidak harus menjadi manusia. Tapi ingat bahwa etika
tidak praktis dalam arti menyajikan resep siap pakai.
2. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis
.Pertama, etika teologis tidak terbatas pada agama tertentu, tapi setiap agama
dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etikata teologis
merupakan bagian dari etika secara umum, karena banyak unsur di dalamnya
yang dalam etika secara umum, dan dapat dipahami sebagai memahami etika
secara umum.
C. Manfaat Etika

Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut  :

1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.


2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang
boleh dirubah.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.

Contoh Etika

1. Mengucapkan salam saat bertamu


2. Cium tangan orang tua sebelum melakukan aktifitas sehari-hari
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Meminta maaf saat melakukan kesalahan
5. Makan menggunakan tangan kanan3
D. Pengertian Moral
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki
nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang
harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan prosessosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
3
http://forum.teropong.id/2017/08/03/pengertian-etika-jenis-jenis-dan-manfaat-etika-beserta-
contohnya/
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga
dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan
seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,
tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau


salah, tepat atau tidak tepat.
2) Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap
benar, baik, adil dan pantas.
3) Memiliki Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan
benar atau salah.Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang
lain sesuai dengan kaidah- kaidah perilaku nilai benar dan salah.
4) Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan
orang lain

Secara umum, MORAL dapat diartikan sebagai batasan pikiran, prinsip,


perasaan, ucapan, dan perilaku manusia tentang nilai-nilai baik dan buruk atau
benar dan salah. Moral merupakan suatu tata nilai yang mengajak seorang
manusia untuk berperilaku positif dan tidak merugikan orang lain. Seseorang
dikatakan telah bermoral jika ucapan, prinsip, dan perilaku dirinya dinilai baik
dan benar oleh standar-standar nilai yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.4

E. Macam- macam Moral


1. Moral keagamaan
Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.
2. Moral sekuler
4
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996hlm 45
Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat
duniawi semata-mata.5
F. Pengertian Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti
baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a
susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur) misalnya
sering diberi gelar sebagai Tuna Susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.
Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu
kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.6

5
Drs. Zahruddin AR, M,M.Si.2004.Pengantar Studi Akhlak.Jakarata:PT Raja Grafindo Persadahlm 62
6
Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADAhlm
52
G. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji
atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran, dan
perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik
bisa buruK yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik yang muncul
adalah perilaku yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat hatinya buruk, yang
akan muncul adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah).

Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.

1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu ini
cenderung kepada kelezatan jaamaniyah, misalnya makan, minum dan nafsu
seksual.
2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu
yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai serta mengalahkan
yang lain.
3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan. Dengan nafsu
ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah, dan
memahami fenomena alam.

Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan nafsu


syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat menjadi lebih unggul dan
mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang berakhlak al karimah.

Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Qur’an bukan hanya
memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-
ayat yang berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat
yang berbicara tentang salat, puasa, haji, zakat, dan muamalah selalu dikaitkan dan
diakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak. (Al-Baqarah: 183, 197).

H. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati
(tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan Allah Swt. tetapi
malah dapat mengenal Allah Swt. (al-ma’rifah). Menurut Dzun Nun al-Misri, ada tiga
macam pengetahuan tentang Allah Swt.
a. Pengetahuan Awam : Allah Swt. dengan perantaraan kalimat syahadat.
b. Pengetahuan Ulama : Allah Swt. menurut logika akal.
c. Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Swt. dengan perantaraan hati sanubari.

Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang disertai
dengan kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari
perilaku manusia dan tasawuf adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan hati.
Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat dan penting karena
satu sama lain saling mendukung.

Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu tasawuf :

1) Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah Swt.


2) Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah Swt.
3) Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.
4) Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam menjalankan
seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan memiliki
akhlak mulia.

 Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).


 Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).
 Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).
 Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)
 Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).
 Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

I. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat


Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung
tinggi pentingnya berakhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai,
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang
mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran
Islam ke dalam tingkah laku sehari hari.
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan syariat islam.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.
c. Berdo’a kepada Allah. Do’a merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di
hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
f. Berhusnudzon kepada Allah, yaitu berprasangka baik kepada Allah karena apa
yang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik untuk hamba-Nya.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. sabar, yaitu perilaku sebagai pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa
yang menimpanya.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas nikmat yang telah di beri oleh Allah,
baik syukur dalam ucapan maupun perbuatan.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati dan selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin.
3. Ahlak kepada keluarga
a. Memuliakan dan menghormati kedua orang tua
b. Mendoakan kedua orang tua
c. Bersikap baik kepada kedua orang tua
d. Berkata lembut kepada kedua orang tua
e. Menyanyangi kedua orang tua seperti mereka menyayamgi kita sewaktu kecil
4. Akhlah kepada sesama manusia
a. Menciptakan ukhuwah atau persaudaraan
b. Menumbuhkan sikap Ta’awun atau saling tolong menolong
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
d. Menepati janji yang telah dibuat
J. HUBUNGAN ANTARA AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA.
1. Persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila.
Akhlaq, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang
berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni
sama-sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali
berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan
sekaligus orang yang mengerti susila. Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk
di sebut orang yang tidak berakhlaq, tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang
yang tidak berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat bergantung
pada sifat positif atau negative dari suatu perbuatan manusia sebagai makhluk
individual dalam komunitas sosialnya.
Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua pilihan
yaitu baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus yang sesuai
dengan petunjuk ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya, yakni jalan
menyimpang atau jalan setan, kebenaran atau kesesatan. Itu sebuah logika binner
yang tidak pernah bertemu dan tidak pernah ada kompromi. Artinya, tidak boleh
ada jalan ketiga sebagai jalan tengah antara keduanya.
Keempat istilah tersebut sama-sama mengacu pada perbuatan manusia yang
selanjutnya ia diberikan kebebasan untuk menentukan apakah mau memilih jalan
yang berniai baik atau buruk, benara atau salah berdasarkan kepeutusannya. Tentu
saja, masing-masing pilihan mempunyai konsekuensi berbeda.
Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan
suatu proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus
terus-menerus di dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia –
manusia yang memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian
terefleksikan ke dalam bentuk perilaku pada tataran fakta empiric di lapangan
sosial dimana manusia tinggal. Kesadaran terhadap arah yang positif ini menjadi
penting ditanamkan, agar supaya tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-ardi
menjadi kenyataan sesuai titah Allah swt. Bukankah Allah telah membekali
manusia berupa sebuah potensi fitri, jika manusia mampu memeliharanya, maka ia
akan mencapai drajad yang lebih mulia dari pada malaikat.
Sebaliknya, jika tidak mampu, maka ia akan jatuh ke posisi drajad binatang
dan bahkan lebih sesat lagi. Inilah di antara argumentasinya, bahwa betapa
perilaku manusia itu harus senatiasa dibina, di bombing, di arahkan bahkan harus
di control melalui regulasi-regulasi, agar supaya manusia selalu berada di jalan
yang benar dan lurus. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, memang dibutuhkan
suatu proses yang panjang sekaligus dengan cost yang tidak sedikit.
2. Perbedaan antara akhlak, etika, moral dan susila.
Berdasarkan paparan di atas, maka secara formal perbedaan keempat istilah
tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
1) Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio.
2) Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
3) Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau
teoritis.
4) Pada aras aplikatif, etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus,
dengan demikian dia disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal juga
dengan adab/tatakrama/tatasusila.
5) Moral berada pada dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku
yang berkembang dalam masyarakat.
6) Etika di pakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
7) Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai
suatu perbuatan.
8) Akhlaq berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat
umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam
(termasuk salah satu dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah
akhlaq itu sendiri.
9) Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik
dalam tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-
kearifan local.
10) Akhlaq juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan
individual/ komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab encari
ilmu, adab pergaulan keluarga dan lain-lain.7

7
https://angomi.wordpress.com/2016/06/12/akhlak-tasawuf/
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang
menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena memang etika
adalah bagian dari filsafat.
 Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu masyarakat.
 Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga
sikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya
adalah wahyu tuhan.
 Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri
kepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu
tasawuf. Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug ) adalah
tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku.
 Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat
mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan
seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari- hari. Seperti akhlak
kepada tuhan, diri sendiri, keluarga, dan sesama manusia.
B.
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT


RAJAGRAFINDO PERSADA

Drs. Zahruddin AR, M,M.Si.2004.Pengantar Studi Akhlak.Jakarata:PT Raja Grafindo


Persada

https://angomi.wordpress.com/2016/06/12/akhlak-tasawuf/

http://forum.teropong.id/2017/08/03/pengertian-etika-jenis-jenis-dan-manfaat-etika-
beserta-contohnya/

Anda mungkin juga menyukai