OLEH : KELOMPOK 7
Aditya Pradana
Adhika Prastya
Anita Prabawati Pratama
Bunga Novitalia
Dien Aulia
Dimas Panca Andhika
Dyah Wening Prawesti
Gunar Isya F.
Kenia Izzawa
Mira Dwi Andiyanti
Nadia Dwi Arini
Yusuf Rizal
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2008
010810485
010810104
010810068
010810554
010810579
010810543
010810122
010810649
010810483
010810071
010810566
010810061
KATA PENGANTAR
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
2.
3.
LATAR BELAKANG
TUJUAN
MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
1
1
1
2
2
6
18
18
19
26
1. SIMPULAN
2. SARAN
26
26
DAFTAR PUSTAKA
27
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, banyak orang khususnya kaum muslimin telah lupa
bahwa mereka telah menyimpang dari pedoman Agama Islam. Meraka
telah melewati batas etika, moral dan akhlak. Banyak dari mereka
melakukan
hal
yang
tidak
terpuji
seperti
mencuri,
bertengkar,
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Akhlak
Kata akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata
khulukun yang berarti: budi pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah laku atau
sistem perilaku yang dibuat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah
ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terbaik dan
tercela baik itu berupa perkataan maupun perbuatan manusia lahir dan batin.
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum
bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul
dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang
dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup
tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan
munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika
nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan
membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan
mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau
paksaan dari luar.
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan
pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami
juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang
universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan
social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping
mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga
mengakui nilai-nilai bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilainilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa
akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral,
walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak
yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan
karena etika terbatas pada sopan santun antara sesame manusia saja, serta
hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan
untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat
dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran
Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak
diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap
Allah, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
dan benda-benda yang tak bernyawa)
yang tidak membangunkan orang yang sedang tidur, namun dapat didengar
oleh orang yang bangun".(HR. Muslim).
5) Disunnatkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah sekalipun
rumah itu kosong, karena Allah telah berfirman yang artinya:
" Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah
salam atas diri kalian" (An-Nur: 61)
Dan karena ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma : "Apabila
seseorang akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka
hendaklah ia mengucapkan : Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin"
(HR. Bukhari di dalam Al-Adab
Al-Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani).
6) Dimakruhkan memberi salam kepada orang yang sedang di WC
(buang hajat), karena hadits Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma yang
menyebutkan "Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan orang itu memberi
salam. Maka Nabi tidak menjawabnya". (HR. Muslim)
7) Tidak memulai memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :" Janganlah kalian terlebih
dahulu memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani....." (HR.
Muslim). Dan apabila mereka yang memberi salam maka kita jawab dengan
mengucapkan "wa `alaikum" saja, karena sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa sallam : "Apabila Ahlu Kitab memberi salam kepada kamu, maka jawablah:
wa `alaikum".(Muttafaq'alaih).
8) Disunnatkan memberi saam kepada orang yang kamu kenal ataupun
yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar Radhiallaahu 'anhu
disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Shallallaahu
'alaihi wa sallam : "Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi:
Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang telah
kamu kenal dan yang belum kamu kenal". (Muttafaq'alaih).
9) Disunnatkan menjawab salam orang yang menyampaikan salam
lewat orang lain dan kepada yang dititipinya. Pada suatu ketika seorang lelaki
datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu berkata:
penghormatan,
karena
hadits
yang
bersumber
dari
Anas
antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu. (Al-Baqarah: 172).
Yang baik disini artinya adalah yang halal.
2) Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar
bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan
minummu itu.
3) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang
ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di
dalam haditsnya menuturkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama
sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika
tidak, maka ia tinggalkan. (Muttafaqalaih).
4) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan
menyungkur. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda; Aku tidak
makan sedangkan aku menyandar. (HR. al-Bukhari). Dan di dalam haditsnya,
Ibnu Umar Radhiallaahu anhu menuturkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam telah melarang dua tempat makan, yaitu duduk di meja tempat minum
khamar dan makan sambil menyungkur. (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh
Al-Albani).
5) Tidak makan dan minum dengan menggunakan bejana terbuat dari
emas dan perak. Di dalam hadits Hudzaifah dinyatakan di antaranya bahwa
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: ... dan janganlah kamu
minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak, dan jangan
pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, karena keduanya untuk
mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kita di akhirat kelak.
(Muttafaqalaih).
6) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca
Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Sallam bersabda: Apabila seorang diantara kamu makan, hendaklah
menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan jika lupa menyebut nama Allah
Subhanahu wa Ta'ala pada awalnya maka hendaknya mengatakan : Bismillahi
awwalihi wa akhirihi. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Adapun meng-akhirinya dengan Hamdalah, karena Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya Allah sangat meridhai seorang
hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia memuji-Nya dan apabila
minum minuman ia pun memuji-Nya. (HR. Muslim).
7) Hendaknya makan dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di
depanmu. Rasulllah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda Kepada Umar bin
Salamah: Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah apa yang di depanmu. (Muttafaqalaih).
8) Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu
sesudahnya. Diriwayatkan dari Ka`ab bin Malik dari ayahnya, ia menuturkan:
Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam makan dengan tiga jari dan
ia menjilatinya sebelum mengelapnya. (HR. Muslim).
9) Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan membuang
bagian yang kotor darinya lalu memakannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda: Apabila suapan makan seorang kamu jatuh hendaklah ia
mengambilnya dan membuang bagian yang kotor, lalu makanlah ia dan jangan
membiarkannya untuk syetan. (HR. Muslim).
10) Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat
minum. Hadits Ibnu Abbas menuturkan Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi
wa Sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya. (HR. AtTurmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
11) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum. Karena
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Tiada tempat yang yang
lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya, cukuplah bagi
seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun
terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minu-mannya dan
sepertiga lagi untuk bernafas. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
12) Hendaknya pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat ke muka
orang-orang yang sedang makan, namun seharusnya ia menundukkan
pandangan matanya, karena hal tersebut dapat menyakiti perasaan mereka dan
membuat mereka menjadi malu.
13) Hendaknya kamu tidak memulai makan atau minum sedangkan di
dalam majlis ada orang yang lebih berhak memulai, baik kerena ia lebih tua
atau mempunyai kedudukan, karena hal tersebut bertentangan dengan etika.
14) Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang lain bisa
merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan
kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan nadanada yang mengandung makna kotor dan menjijik-kan.
15) Jangan minum langsung dari bibir bejana, berdasarkan hadits Ibnu
Abbas beliau berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum
dari bibir bejana wadah air. (HR. Al Bukhari)
16) Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di
dalam hadits Anas disebutkan Bahwa sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi
wa Sallam melarang minum sambil berdiri. (HR. Muslim).
(Sumber: Kitab "Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari" By : Al-Qismu
Al-Ilmi-Dar Al-Wathan)
Etika Bergaul dengan Orang Lain
1) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai
mereka cacat.
2) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq
mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang
sepantasnya.
3) Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing
dari mereka diberi hak dan dihargai.
4) Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan
tanyakanlah keadaan mereka.
5) Bersikap tawadhu'lah kepada orang lain dan jangan merasa lebih
tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap mereka.
6) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain.
7) Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal
mereka.
8) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai
mereka.
9) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
Membaca
basmalah
sebelum
melakukan
jima`.
Rasulullah
Maka
janganlah
kamu
tunduk
dalam
berbicara
sehingga
Mensyukuri apa yang sudah Allah berikan pada diri kita sendiri
4.2.
a.
b.
c.
4.3.
4.4.
Kepada lingkungan
Membuang sampah pada tempat yang seharusnya
Tidak melakukan perburuan liar
Tidak merusak fasilitas umum
Mematuhi peraturan lalu lintas
Menyingkirkan batu di jalan
Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang
dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang
berkecimpung dalam soal-doal dakwah.
Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek
dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan
dengan hari ibadah seperti khutbah Jum'at atau khutbah hari Raya, kajian yang
disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan
dengan metode dialog dengan hadirin.
Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata.
Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan
hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang
besar pada diri penerima dakwah.
Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau
mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan
mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah
Islamiyah.
Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit atTadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku,
majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah
sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun
sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari
darahnya para syuhada".
Dakwah bil Hikmah
Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif
bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek
dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah
merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas
dasar persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin
wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:
Menurut bahasa:
akal
5.2. Jihad
Dalam Islam, arti kata Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh.
Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu
menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai
dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul
adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada
aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan
mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi
khalifah Allah di bumi.
Pelaksanaan Jihad
Pelaksanaan Jihad dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jangan berkhianat.
Jangan berlebih-lebihan.
BAB III
PENUTUP
1. SIMPULAN
Agama Islam telah mengajarkan kepada kita untuk selalu
bertingkah laku sesuai etika, moral, dan akhlak. Ketiga unsur itu,
berhubungan dengan benar-salah, baik-buruk dalam aturan berperilaku
baik terhadap Allah, diri sendiri dan orang lain serta lingkungan. Semua
itu sudah tercantum dalam kitab suci alquran. Namun, pemahaman tentang
etika, moral, dan akhlak yang baik akan sia-sia apabila tidak diamalkan
dengan perbuatan. Salah satu cara mengamalkannya adalah dengan
berjuang di jalan Allah, berdakwah ataupun berjihad. Dakwah ataupun
jihad dalam hal ini tidak boleh sampai merugikan pihak lain, karena
bagaimanapun juga, kita memiliki aturan dalam berhubungan dengan
orang lain. Dan pada akhirnya, semua aturan itu bisa membawa umat
muslim menuju keseimbangan dan kebahagiaan yang hakiki.
2. SARAN
Sebagai umat muslim, kita harus menaati aturan (moral, etika,
akhlak) islam yang dapat dimulai dari diri kita sendiri sebagai upaya untuk
mengatasi kemerosotan sosial umat muslim saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://adab.uin-suka.ac.id/file_kuliah/Akhlak-Tasawuf.doc
http://www.qalbu.net
http://www.wikipiedia.com
Mansoer, Hamdan, dkk. Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum.2004. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama
Islam Departemen Agama RI.
"Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari" By : Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan