Anda di halaman 1dari 81

PEDOMAN ETIK

RUMAH SAKIT HERMINA BALIKPAPAN

RUMAH SAKIT HERMINA BALIKPAPAN


2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
SK PEMBERLAKUAN PEDOMAN ETIK RUMAH SAKIT HERMINA BALIKPAPAN
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
Tujuan ……………………………………………………………………... 2
BAB II Etika, Etiket, Disiplin Hukum Rumah Sakit……………………………….. 3
BAB III Pengelolaan Etika………………………………………………………….. 38
Etika Karyawan……………………………………………………………. 11
Etika Promosi………………………………………………………………. 72
Etika Bisnis………………………………………………………………… 73
BAB IV Pelayanan Rohani Di Rumah Sakit………………………………………… 76
BAB V Alur Penyelesaian Masalah Etika Di Rumah Sakit Hermina Balikpapan….. 78
BAB VI Perlindungan Terhadap Profesi Dan Petugas Rumah Sakit………………… 79
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG
Masyarakat semakin kritis dalam memandang masalah yang ada termasuk pelayanan
yang diberikan dalam bidang kesehatan. Masyarakat kini menuntut agar seorang dokter atau
instansi kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tidak jarang masyarakat
merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang ada dan tidak menutup kemungkinan unsur-
unsur yang terkait dengan pelayanan kesehatan dituntut dimuka keadilan.
Rumah sakit adalah sebuah lembaga, merupakan bagian Sistem Pelayanan Kesehatan,
fungsinya melaksanakan aspek pelayanan kesehatan :
- Preventif (sosialisasi aspek-aspek pencegahan berbagai penyakit)
- Kuratif (berobat jalan, rawat inap, tindakan medis dan penunjang medis)
- Rehabilitative
- Promotif
Semua aspek pelayanan kesehatan tersebut akan terlaksana secara optimal apabila
rumah sakit memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, beretika dan ditunjang
oleh sumber dana yang cukup.
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran etika dan disiplin, sejak tahun 2010 dibentuk
panitia Etika Rumah Sakit, sesuai dengan perkembangan ilmu dan dinamika pelayanan maka
perlu direvisi, sehingga dapat digunakan sebagai panduan bagi segenap tenaga kerja yang
bekerja di RS Hermina Balikpapan . Di Rumah Sakit lain disebut Komite Etik Rumah Sakit
(KERS, yaitu nama yang mengacu kepada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia).
Panitia Etik Rumah Sakit RS Hermina Balikpapan sebagai nama tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan. Apabila rumah sakit diibaratkan sebagai sekerenjang bunga,
PERS bertugas mengupayakan agar bunga-bunga itu tetap segar dan harum. Agar dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik, PERS memerlukan kerjasama dengan semua pihak.
Selain itu PERS menghimbau agar setiap individu yang bekerja di RS Hermina Balikpapan
memiliki panduan profesinya masing-masing.
Unsur ketenagaan di bidang pelayanan kesehatan merupakan ujung tombak dalam
menjalani roda organisasi sebuah rumah sakit. Oleh karena itu para dokter, perawat dan
karyawan di bidang penunjang kesehatan di rumah sakit perlu menjaga dan mempertahankan
etika, baik etika perumahsakitan pada umumnya maupun etika kedokteran serta keperawatan
pada khususnya.
1
2. TUJUAN
2.1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan mutu SDM sehingga diharapkan dalam memberikan tindakan
medis/tindakan penunjang/asuhan keperawatan kepada pasien dapat berjalan dengan lancar
serta dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai kode etika profesi sehingga tercapainya
kepuasan pelanggan.

2.2. TUJUAN KHUSUS


a. Sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam kedokteran / keperawatan /
penunjang medis.
b. Kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab
kepada masyarakat, anggota tim kesehatan lain dan kepada profesi.
c. Membentuk strategi/cara dan menganalisis moral yang terjadi dalam praktek
keperawatan serta mampu menghubungkan prinsip moral yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Perawat dapat mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat
menampung keinginan dan mengatasi masalah-masalah.

2
BAB II
ETIKA, ETIKET, DISIPLIN HUKUM RUMAH SAKIT

II. 1. DEFINISI ETIKA


Etika rumah sakit adalah norma yang memuat kewajiban dan tanggung jawab moral
dalam kehidupan dan perilaku setiap individu yang bekerja di rumah sakit dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan peripurna (good corporate governance and good
etinical governance).
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya
“Mores” yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindar hal – hal tindakan yang buruk etika dan
moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari - hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian sistem nilai –nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identic dengan etika, yaitu :
1. Susila (Sansekerta), lebih menunjukkan kepada dasar – dasar, prinsip, aturan hidup
(sila) yang lebih baik (su).
2. Akhlak (Arab), berarti moral dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomachela, menjelaskan tentang pembahasan Etika
sebagai berikut :
1. Terminus Techius, Pengertian Etika dalam hal ini adalah etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2. Manner dan custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan
(adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat
dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya antara lain
:
1. Merupakan prinsip – prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari
hak (The principles of morality. Including the science of good and the nature of the
right).
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari
kegiatan manusia (The rules of conduct, recognize in respect in a particular class of

3
human actions).

3. Ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip – prinsip moral sebagai individual (The
science of human in its ideal state and moral principles as of can individual).
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).

II. 1. 1. ASAS UMUM ETIKA


Pada dasarnya azas umum etika, yaitu :
1. Beneficence :
Kewajiban berbuat baik di dalam melayani pasien maupun masyarakat.
2. Non Maleficence :
Tidak menimbulkan atau menambah penderitaan.
3. Respect for persons :
a. Autonomi : menghormati hak pasien mengambil keputusan untuk dan tentang
dirinya sendiri.
b. Privacy : hak pasien untuk dilayani sebagai pribadi sendiri.
c. Telling the truth : berkata jujur dan benar kepada pasien/keluarga dan masyarakat.
d. Confidentiality : menjadi kerahasiaan kondisi penyakit pasien.
4. Justice :
Berlaku adil kepada semua pasien tanpa memandang latar belakang (agama, ras, suku,
kebangsaan, social-ekonomi dan pendidikan).

II. 1. 2. ETIKA
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah
manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas
keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan Penciptanya. Termasuk di
dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua
macam etika (Keraf : 1991, 23), sebagai berikut :
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yaini
mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi

4
dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan
kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan
apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang
dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang
buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika, tersebut di atas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut :
e. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
f. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersma. Definisi tersebut
tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya
ketidaksamaam waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan
lebih bersifat sosiologi.
g. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normative, dan evaluative yang hanya memberikan nilai baik buruknya
terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya
fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih
bersifat informative, direktif dan reflektif.

II. 2. ETIKET
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut
terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan
sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan
dengan nilai sopan santun, tata karma dalam pergaulan formal.
Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normative yang etis. Artinya
memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu
melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan. Istilah etiket berasal dari
Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan
semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan
para elite kerajaan atau bangsawan.
5
Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata
karma yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara
bersalaman, cara berbicara dan cara bertamu dengan sikap serta perilaku yang penuh sopan
santun dalam pergaulan formal atau resmi. Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa
pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar
manusia yang beadab.
Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui
oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma setiap panutan dalam bertingkah laku sebagai
anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.
2. Norma dan Kaidah
Di dalam kehidupan sehari – hari sering dikenal dengan istilah norma – norma atau
kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan
tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap/bertindak dan berperilaku sesuai
dengan peraturan – peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut
sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi
(Soekanto : 1989 ; 7).

Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya masing – masing sesuai
dengan tata peraturan dan tata itu lazim disebut “kaedah” (bahasa Arab) dan norma (bahasa
Latin) atau ukuran – ukuran yang menjadi pedoman, norma – norma tersebut mempunyai dua
macam isinya, yaitu :
a. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibatnya dipandang baik.
b. Larangan, yang merupakan keharusan bagi sesorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh
karena akibatnya dipandang tidak baik.
Norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus
bertindak dalam masyarakat serta perbuatan – perbuatan mana yang harus dijelaskan dan
perbuatan –perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil, 1989 : 81). Norma- norma itu dapat
dipertahankan melalui sanksi –sanki yaitu berupa ancaman hukuman terhadap siapa yang
telah melanggarnya. Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat, bila seseorang
melanggar suatu norma maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu
pelanggaran yang terjadi, misalnya sebagai berikut :
a. Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok dihadapan tamu
atau orang yang dihormatinya dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap
tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang. Seseorang tamu yang hendak
6
pulang, menurut tata krama harus diantar sampai depan pintu rumah atau kantor, bila
tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong dan tidak
menghormati tamunya.
b. Mengangkat gagang telepon setelah diujung bunyi ke tiga kalinya serta mengucapkan
salam dan jika mengangkat telepon sedang bordering dengan kasar, maka sanksinya
dianggap “intupsi” adalah menunjukkan ketidaksenangan yang tidak sopan dan tidak
menghormati si penelepon atau orang yang ada disekitarnya.
c. Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka
sanksinya cukup berat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman
pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).
Kemudian norma tersebut dalam pergaulan hidup terdapat 4 (empat) kaedah atau norma, yaitu
norma Agama, Kesusilaan, Kesopanan dan Hukum. Dalam pelaksanaannya, terbagi – bagi
menjadi norma – norma umum (Non Hukum) dan Norma Hukum.
Pemberlakuan norma – norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua
macam kaidah, sebagai berikut :
a. Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi :
- Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang
beriman.
- Kehidupan kesusilaan, nilai moral dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup
pribadi demi tercapainya kesucian hati nurani yang berakhlak berbudi luhur
(akhlakul kharimah).
b. Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat) meliputi :
- Kaidah atau norma – norma sopan santun, tata krama dan etiket dalam pergaulan
sehari – hari dalam bermasyarakat (pleasant living together).
- Kaidah – kaidah hukum yang tertuju kepada terciptanya ketertiban, kedamaian dan
keadilan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan
kepastian atau ketentraman (peaceful living together). Sedangkan masalah norma
non hukum adalah masalah yang cukup penting dan selanjutnya akan dibahas
secara lebih luas mengenai kode perilaku dan selanjutnya akan dibahas secara
lebih luas mengenai kode profesi Humas / PR, yaitu seperti nilai – nilai moral,
etika, etis, etiket, tata krama dalam pergaulan social atau bermasyarakat sebagai
nilai aturan yang telah disepakati bersama, dihormati, wajib dipatuhi dan ditaati.
2. Perbedaan Etiket dengan Etika
K.B ertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat) macam

7
perbedaan etiket dengan etika, yaitu :
a. Etiket menyangkut cara (tata cara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Missal :
Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkan dengan
menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkan dengan tangan kiri, maka saya
dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari
perbuatan itu sendiri. Missal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin
karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri.
“Jangam mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah
pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
b. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain
disekitar kita). Bila tidak ada orang lain disekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Misal: Saya sedang makan bersama teman sambil meletakkan
kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggar etiket. Tetapi kalau saya
sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika
saya makan dengan cara demikian.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal :
Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang
yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
c. Etiket bersifat relative. Yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan, bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : Makan dengan tangan atau
bersendawa waktu makan.
Etika bersifat absolut, “ Jangan mencuri, Jangan Membunuh” merupakan prinsip –
prinsip etika yang tidak bisa ditawar – tawar.
d. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket
bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “manusia berbulu
ayam”, dari luar sangat sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat
munafik, sebab orang yang bersifat etis pasti orang yang sungguh – sungguh baik.

8
Etik dan Hukum
Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”. Etik merupakan
morma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi terentu dalam memberikan
pelayanan jasa kepada masyarakat.
Hukum adalah pereturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuaaan, dalam
mengatur pergaulan hidup masyarakat.
Etik dan hukum memeiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib dan tentramnya
pergaulan hidup dalam masyarakat.
Persamaan etik dan hukum adalah sebagai berikut:
1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.
2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat agar tidak saling
merugikan.
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.
5. Sumbernya adalah hasi pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior.
Sedangkan perbedaan Etik dan hukum adalah sebagai berikut:
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi . Hukum berlaku untuk umum.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi. Hukum disusun oleh badan
pemerintah.
3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang-
undang dan lembaran/berita negara.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan. Sanksi terhadap pelanggaran
hukum berupa tuntutan.
5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK),
yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan kepada
Panitia Pembinaan Etika Kedokteran (P3EK), yang dibentuk oleh Departemen
Kesehatan (DEPKES). Pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan.
6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik. Penyelesaian
pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik.

9
Etika Rumah Sakit
Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis (practical ethics),
yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti perlakuan
terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan untuk
bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi
yang mampu untuk membantu yang tidak mampu, dan sebagainya. Jadi, etika rumah sakit
adalah etika umum yang diterapkan pada (pengoperasian) rumah sakit.
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda
dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi,
perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno
menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab
pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Peter Singer,
filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu
dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya
tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti
kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta
bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga
terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil,
profesional dan terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab
khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan
profesi, terhadap pemerintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap
masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk
eksekutif lain di rumah sakit.
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan
dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan
dan pelayanan profesi itu.
Etika Rumah Sakit adalah suatu etika praktis yang dikembangkan untuk Rumah Sakit sebagai
suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran etika biomedis.
Atau dapat juga dikatakan etika institusional rumah sakit adalah pengembangan dari etika
biomedika (bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama sekali
sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan teknologi biomedis,

10
justru terjadi di rumah sakit. Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan reproduksi dibantu
transplantasi organ.
Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :
v Etika administratif
v Etika biomedis

ETIKA PEGAWAI RS HERMINA BALIKPAPAN :


1. Prinsip kepatuhan peraturan
2. Prinsip kerahasiaan
3. Prinsip kebenaran pencatatan
4. Prinsip kejujuran
5. Prinsip kehormatan profesi
6. Prinsip tanggung jawab sosial
7. Prinsip keselarasan kepentingan
8. Prinsip keterbatasan keterangan
9. Prinsip persamaan perlakuan
10. Prinsip kebersihan diri

URAIAN
1. PRINSIP KEPATUHAN PERATURAN
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan memiliki prinsip untuk selalu patuh,
taat dan menghormati seluruh peraturan perundangan yang berlaku.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan wajib mengetahui, mematuhi dan
melaksanakan seluruh peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan profesi
masing – masing.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan wajib mematuhi, mengetahui dan
melaksanakan seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan RS
Hermina Balikpapan .
2. PRINSIP KERAHASIAAN
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan berkewajiban menjaga dan melindungi
segala informasi yang diketahuinya tentang rumah sakit dan dilarang
menyampaikan informasi kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan manajemen
RS.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan berkewajiban menjaga dan

11
melindungi kehormatan para pelanggan rumah sakit, dengan tidak menyebar
luaskan hal – hal yang diketahuinya berkaitan dengan kondisi kesehatan atau hal
– hal yang bersifat pribadi.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan berkewajiban menyimpan dan
menjaga agar dokumen yang memuat data – data pelanggan tidak berada pada
yang tidak berhak.

3. PRINSIP KEBENARAN PENCATATAN


Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya senantiasa melaksanakan pencatatan sesuai ketentuan yang berlaku
dengan data yang sesungguhnya dan dapat dipertanggungjawabkan secara professional.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam melaksanakan pencatatan
selalu lengkap, benar dan tepat waktu.

4. PRINSIP KEJUJURAN
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan menjunjung tinggi kejujuran dalam
menjalankan tugas profesinya, dengan tidak melakukan manipulasi terhadap data
ataupun kejadian yang sesungguhnya terjadi.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan selalu terbuka dalam menerima saran
dan kritik yang positif demi peningkatan kompetensi dan mutu pelayanan.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam melaksanakan kewajibannya
tidak menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk
kepentingan pribadi.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan tidak menggunakan dana, fasilitas
dan barang milik rumah sakit untuk kepentingan pribadi tanpa tata cara dan
prosedur yang berlaku.

5. PRINSIP KEHORMATAN PROFESI


o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan senantiasa memahami, menjunjung
tinggi dan melaksanakan Etika Profesi masing-masing dan Etika Rumah Sakit.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan tidak menerima hadiah atau imbalan
berupa apapun untuk melanggar peraturan dan prinsip kerahasiaan perusahaan
dan pasien.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan senantiasa menjaga kehormatan dan
12
keluhuran profesinya dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan pelanggan
rumah sakit.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan selalu berupaya menjaga dan
meningkatkan kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan profesional
terbaik kepada para pelanggan.

6. PRINSIP TANGGUNG JAWAB SOSIAL


o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan senantiasa peduli pada kepentingan
pasien, pelanggan dan rekan kerjanya.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan memiliki tanggung jawab moral
untuk tidak menyebar luaskan informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan
sosial pasien, pelanggan dan rekan kerjanya.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan tidak melaksanakan pemasaran untuk
meningkatkan kinerja rumah sakit melalui upaya menjatuhkan nama baik dokter,
rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain/pesaing.

7. PRINSIP KESELARASAN KEPENTINGAN


o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya selalu berorientasi dan mengutamakan kepuasan pelanggan yang
dilayani.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan senantiasa loyal terhadap
kepentingan rumah sakit dan tidak melaksanakan kegiatan ataupun usaha yang
dapat merugikan rumah sakit.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam memberikan pelayanan
senantiasa memperhatikan dan mengindahkan hak-hak pasien.

8. PRINSIP KETERBATASAN KETERANGAN


o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam memberikan keterangan
senantiasa berlandaskan pada kewenangan yang dimiliki, sehingga tidak
dibenarkan menyampaikan informasi yang diketahuinya namun bukan
merupakan kewenangan pada pihak lain yang tidak berhak.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam menyampaikan penjelasan dan
keterangan selalu berlandaskan azas kepatuhan dan profesionalisme dan tidak
memberikan opini pribadi terhadap informasi yang disampaikan.

13
9. PRINSIP PERSAMAAN PERLAKUAN
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam melaksanakan tugas profesinya
tidak membedakan pelanggan berdasarkan ras, agama, golongan atau keadaan
sosial ekonomi pelanggan.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan dalam memberikan pelayanan
senantiasa berlandaskan pada hati nurani, sehingga selalu berorientasi pada
bagaimana dirinya ingin diperlakukan.

10. PRINSIP KEBERSIHAN DIRI


o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan senantiasa memperhatikan dan
menjaga penampilan fisiknya agar layak dalam interaksi dengan orang lain saat
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan selain menjaga penampilan fisiknya,
senantiasa menjaga hati dan nuraninya dengan melaksanakan kewajiban ibadah
sesuai ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing.
o Pegawai Rumah Sakit Hermina Balikpapan tidak melakukan perbuatan tercela,
baik yang diatur tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan norma yang telah
diterima masyarakat

Siapa yang harus melaksanakan Etika Rumah Sakit


Pada prinsipnya yang harus melaksanakan Etika Rumah Sakit ialah semua karyawan/ti rumah
sakit mulai dari pimpinan (Direktur) sampai pelaksana terendah, baik itu tenaga medis
maupun non medis, baik didalam melaksanakan tugasnya berhubungan langsung dengan
pasien/ masyarakat pemakai jasa rumah sakit, maupun yang tidak langsung
1. Corporate
Mulai dari pimpinan (direktur) sampai pelaksana paling bawah
2. Clinical
Medis, perawat bidan, penunjang medis dan tenaga kesehatan lainnya

Siapa yang menerima manfaat Etika Rumah Sakit


1. Semua karyawan/ti rumah sakit baik medis maupun non medis
2. Pasien
3. Masyarakat yang membutuhkan jasa rumah sakit

14
II. 3. DISIPLIN
Merupakan wujud kewajiban dan tanggung jawab seluruh karyawan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS Hermina Balikpapan dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat termasuk apa yang benar di hati nurani.
Tujuan dari tindakan kedisiplinan adalah, agar :
1. Setiap karyawan mewujudkan kewajiban dan tanggung jawab, mengerti apa yang
harus dan tidak seharusnya dikerjakan satu dan lain, sesuai dengan ketentuan
rumah sakit dan norma-norma yang berlaku di masyarakat apa yang benar di hati
nurani
2. Terciptanya budaya kerja yang selaras dengan nilai RS Hermina Balikpapan
3. Mayoritas karyawan yang alam dan kepribadiannya jangan sampai terpengaruh
oleh minoritas karyawan yang alam dan kepribadian nakal, vokal dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan atas sikap dan tingkah lakunya yang kurang terpuji
4. Bagi karyawan yang nakal dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atas sikap dan
tingkah lakunya yang kurang terpuji, diberi kesempatan untuk intropeksi diri dan
mau merubah sikap menjadi terpuji
Setiap pimpinan, yaitu yang memegang jabatan dari Dewan Pengurus Yayasan, Direktur
beserta jajarangnya berwenang, berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan
ketidaksiplinan bagi setiap karyawan dibawah pimpinannya yang telah melakukan
pelanggaran tata tertib yang berlaku di rumah sakit atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
Pengenaan tindakan disiplin didasarkan pada :
a. Jenis dan besarnya masing-masing pelanggaran
b. Frekuensi pelanggaran
c. Unsur-unsur kesengajaan

Jenis tindakan kedisiplinan


a. Peringatan/ teguran lisan
Teguran diberikan apabila karyawan tidak mengikuti peraturan kerja dan atau
melanggar tata tertib rumah sakit, yang dilakukan tidak berulang kali.
Teguran ini dilakukan pada jenis pelanggaran ringan dengan maksimal 2 (dua) kali
pelanggaran
b. Surat Peringatan
Surat peringatan adalah surat resmi yang dikeluarkan oleh Manajer SDM karena

15
adanya tindakan atau perbuatan pelanggaran tata tertib atau peraturan yang berlaku
atau karena diabaikan teguran lisan
Surat peringatan terdiri dari :
1. Surat Peringatan Pertama
2. Surat Peringatan Kedua
3. Surat Peringatan Ketiga
Surat Peringatan tidak harus diberikan bertahap akan tetapi disesuaikan dengan
jenis dan bobot pelanggaran sesuai Pasal 7 dalam KKB. Setiap Surat Peringatan harus
diketahui oleh Manajer SDM Rumah Sakit. Manajer SDM berwenang, berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk membuat, menanda tangani dan menyampaikan Surat
Peringatan pada setiap karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib. Setiap Surat
Peringatan yang dibuat Manajer SDM harus berdasarkan hasil pengamatan sendiri atau
rekomendasi atasan atau usulan tertulis karyawan yang bersangkutan.
Selanjutnnya karyawan yang bersangkutan wajib menerima dan menanda tangani
Surat Peringatan tersebut.
c. Skorsing
Adalah pembebasan tugas sementara. Skorsing dapat dikenakan pada karyawan yang
melakukan pelanggaran berat atau melakukan pelanggaran setelah mendapat teguran/
Surat Peringatan atau tindakan yang merugikan rumah sakit. Jangka waktu skorsing
paling lama 1 (satu) bulan.
d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
PHK dapat dilakukan oleh rumah sakit, sanksi atas pelanggaran berat yang dilakukan
karyawan. Dilihat dari tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan, maka
tindakan PHK dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori :
1. Pelanggaran yang tidak termasuk dalam wilayah hukum pidana, maka akan
ditempuh prosedur PHK, sesuai dengan PKB
2. Pelanggaran yang termasuk wilayah hukum pidana, maka dapat ditempuh prosedur
PHK sesuai dengan PKB dan prosedur hukum pidana yang berlaku secara paralel.
Wewenang melakukan tindakan PHK
PHK harus persetujuan Direksi Rumah Sakit .

II. 4. DILEMA ETIK


1. Merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan.
2. Suatu kondisi dimana alternatif yang memuaskan dan yang tidak memuaskan
sebandung (Thomson & Thomson)
16
PENYEBAB TIMBULNYA DILEMA ETIK
1. Masalah etik yang sebelumnya
a. Tidak diperkirakan
b. Tidak diantisipasi secara cepat'
2. Masalah etik yang mungkin telah diperkirakan/ diantisipasi namun tidak diketahui
cara menghindarinya
3. Masalah etik yang timbul dalam situasi belum ada pedoman untuk
menyelesaikannya
4. Masalah etik timbul karena adanya tuntutan kepentingan yang berbeda

II. 5. HUKUM
PENGERTIAN
HUKUM
a. Himpunan peraturan berupa perintah dan larangan yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat (E. Utrecht).
b. Peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia didalam
masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi berwenang, dan pelanggaran terhadap
peraturan tersebut berakibat diambilnya tindakan berupa hukuman (Woeryono S-
JTC. Simorangkir).
c. Keseluruhan kumpulan peraturan dan kaidah dalam suatu kehidupan bersama yang
dapat dilaksanakan pelaksanaannya dengan sangsi. (Prof. DR. Sudikno
Mertokusume, SH)

TUJUAN HUKUM
a. Mengabdi pada tujuan negara yang intinya adalah mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan rakyat dengan cara menyelenggarakan keadilan dan ketertiban (Prof.
Subekti, SH)
b. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai (Prof. M.J. Van Apeldorn).
c. Melindungi kepentingan tiap manusia agar kepentingan tersebut tidak diganggu;
mencegah agar orang tidak menjadi hakim sendiri. (Prof. Mr. J. Van Kan)

FUNGSI HUKUM
Mentertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan
masalah yang timbul.
Unsur :

17
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin

LANDASAN HUKUM
Pada zaman modern ini dapat dikatakan hampir tidak ada bidang kehidupan
masyarakat yang tidak tersentuh oleh hukum. Demikian juga halnya dengan rumah sakit.
Hal ini diakibatkan oleh masyarakat yang sudah memahami hak dan kewajibannya,
bertambahnya penduduk dan perkembangan budaya yang pesat, perkembangan IPTEK di
bidang medis, kebudayaan asing yang memberikan dampak terhadap norma serta
pandangan hidup masyarakat pada umumnya.
Pada dasarnya pertimbangan tersebut, pengelola rumah sakit tidak lagi didasari pada
norma-norma etis dan moral, tetapi harus berpedoman pada peraturan yang lebih pasti,
yaitu Hukum Rumah Sakit (Hospital Law). Namun demikian tidak berarti norma etik tidak
diperhatikan lagi, oleh karena norma hukum saja hanya akan membawa rumah sakit
kepada tingkat dasar etik (bottom line ethics), yang berada dibawah rumah sakit yang etik.
Menyadari hal tersebut diatas, masyarakat perumahsakitan di Indonesia telah
mengantisipasi dengan menyusun Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (Kodersi). Kodersi
memuat norma-norma etik yang wajib dijunjung tinggi oleh seluruh insani rumah sakit
serta institusinya. Kodersi juga memandatkan dibentuk KERS di setiap Rumah Sakit dan
etika profesi di tingkat rumah sakit.
Masalah Etik dihadapi oleh semua pihak yang ada dirumah sakit. Panitia Etik
Rumah Sakit (PERS) selanjutnya berusaha menyelesaikan masalah etika yang terjadi di
dalam rumah sakti, dengan mengacu kepada prinsip-prinsip Etika Kedokteran, Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia, Kode Etik berbagai Profesi terkait.
Beberapa masalah yang segera tampak diatas permukaan adalah sebagai berikut :
a. Masalah etika sehari-hari yang dihadapi berkaitan rumah sakit swasta, komunikasi
dengan pasien secara umum dan khususnya berkaitan dengan persetujuan tindakan
medis (informed consent), komunikasi antar tenaga kesehatan dalam rangka
konsultasi, kelengkapan rekam medis sebelum atau setelah pasien pulang dan
berbagai masalah etika sehari-harinya.
b. Masalah etika kedokteran dan perawatan pada suatu klinik tertentu, masalah
teknologi kedokteran, masalah pada pasien dalam stadium terminal, orang dengan
HIV/AIDS, dan lain-lain masalah etik klinis lainnya.
c. Beban penyelesaian masalah etis yang ada pada setiap insani rumah sakit dan unit

18
fungsional terkaitnya tidak seluruhnya dapat dialihkan kepada panitia etik dan
disiplin rumah sakit, oleh karena sifat urgensinya yang membutuhkan dengan
segera. Persoalan yang timbul adalah beban penyelesaian etis yang mana yang
dapat dan atau harus diteruskan kepada Panitia Etik Rumah Sakit dan beban
penyelesaian etis yang mana dapat dan/ atau harus diselesaikan secara individu
atau diselesaikan di tingkat unit Fungsional.
Keputusan yang diambil terhadap masalah seorang pasien tergantung harus tetap
dilakukan dengan clinical dan ethical judgement petugas kesehatan yang bertanggung jawab
atas pasien tersebut, tetap dengan menghargai prinsip konfidensial.
Panitia Etik Rumah Sakit harus peka terhadap kenyataan bahwa usaha-usahanya
dimaksudkan untuk meringankan beban (dan bukan menambah beban) pihak-pihak lain, yaitu
pasien, dokter, perawat pengelola rumah sakit, dalam masalah-masalah etik.
PERS (Panitia Etik Rumah Sakit) harus menyadari bahwa segal informasi yang
didapat dari pasien (rekam medis) merupakan privileged information harus dijaga
kerahasiannya.
Mengacu kepada peraturan Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit dan keputusan Direktur RS Hermina Balikpapan No. 537.a/KEP-
DIR/RSARC/VII/2017 tentang Etika dan Hukum Rumah Sakit, maka cara kerja RS Hermina
Balikpapan harus dilandasi kerangka kerja etis (ethical frame work). Tanpa kerangka kerja
yang jelas, panitia rumah sakit tidak layak untuk memulai melaksanakan tugasnya.

HAK DALAM HUKUM


a. Hak kebenar (hak mutlak) : hak atas benda yang dapat dipertahankan kepada setiap
orang.
b. Hak perseorangan (hak relatif) : hak yang hanya dapat dipertahankan kepada orang
tertentu saja.

SUMBER KEWAJIBAN
a. Kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasiennya timbul karena adanya hubungan
konsensual yang bersifat profesional antara tenaga kesehatan tersebut (dokter,
perawat, bidan) dengan pasien.
b. Hubungan hukum antara tenaga dengan pihak ketiga (mis. Asuransi):
a) Tanggung jawab tenaga kesehatan tetap berlangsung sampai misalnya pasien
menghentikan hubungan hukum dengan tenaga kesehatan tersebut.
b) Pengecualian adalah dalam keadaan darurat, atau pasien tidak mau
19
melaksanakan kewajibannya sehingga tidak membantu proses perawatan.
c) Namun bila pasien dalam keadaan sakit yang sangat berbahaya atau akut, maka
tenaga kesehatan berkewajiban merawatnya terus (sumpah jabatan kode etik
profesi).

HAK DAN KEWAJIBAN


DASAR HUKUM
a) KUHAP Pasal 170
b) UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
c) PMK No. 36/2012 tentang wajib simpan Rahasian Kedokteran
Hak :
Kekuasaan/kewenagan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Kewajiban :
Suatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hukum.
Pasien :
Penerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit.
Rumah sakit :
Sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
a. HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN KARYAWAN
a) Masing-masing pihak saling menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti
peranan serta hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan
proses pelayanan.
b) Pengusaha perlu menjamin pemberian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan
sesuai dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh karyawan dan sesuai denga
kemajuan yanh dicapai oleh rumah sakit.
c) Karyawan harus memiliki kesadaran dalam turut bertanggung jawab atas
kelancaran, kemajuan dan kelangsungan hidup rumah sakit.
b. HAK RUMAH SAKIT
a) Rumah sakit berhak membuat peraturan (Hospital by Laws) yang berlaku di rumah
sakitnya, sesuai dengan kondisi/ keadaan yang ada di rumah sakit.
b) Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan

20
rumah sakit.
c) Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati instruksi yang
diberikan dokter kepadanya.
d) Rumah sakit berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit
melalui panitia kredensial.
e) Rumah sakit berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wansprestasi
(termasuk pasien, pihak ketiga, dll).
f) Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum.
c. KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
a) Rumah sakit wajib mematuhi perundangan dan peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
b) Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan suku,
ras, agama, seks, dan status sosial.
c) Rumah sakit wajib merawat sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas
perawatan (duty of care)
d) Rumah sakit wajib menjaga mutu perawatan tidak membedakan kelas perawatan
e) Rumah sakit wajib memberikan pertolongan pengobatan di IGD tanpa meminta
materi terlebih dahulu.
f) Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan
g) Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan medik (medikal equipment)
sesuai dengan standar yang berlaku
h) Rumah sakit wajib menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam
keadaan siap pakai (ready for use)
i) Rumah sakit wajib merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak memiliki
sarana, prasarana, peralatan dan tenaga yang diperlukan
j) Rumah sakit wajib mengusahakan adanya sistem, sarana, dan prasarana
pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana
k) Rumah sakit wajib melindungi dokter dan memberi bantuan administrasi dan
hukuman bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapat perlakuan
tidak wajar atau tuntutan hukum dari pasien atau keluarganya.
l) Rumah sakit wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang
bekerja di rumah sakit.
m) Rumah sakit wajib membuat standar dan prosedur tetap, baik untuk pelayanan
medik, penunjang medik, non medik.

21
APA YANG DIINGINI PASIEN DARI PETUGAS/PERAWAT
Roberta L Messener
1. Sebagai petugas/perawat ada menyakiini telah memberikan asuhan keperawatan
yang bermutu kepada para pasien, namun apakah benar pasien anda
mendefinisikan “pelayanan keperawatan yang bermutu” seperti pengertian
yang kita yakini?
2. Tugas pertama kita selalu petugas/ perawat adalah memahami siapa pasien kita dan
apa sesungguhnya yang mereka harapkan dari pelayanan kesehatan. Seperti yang
biasa berlaku dalam suatu industri “Usahakan lebih mendekati pelanggan”
jadikan ini motto kita dalam memberikan pelayanan !

PASIEN
a. HAK PASIEN
Hak pasien adalah hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien :
a) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
b) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur.
c) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai standar profesi
kedokteran/ kedokteran gigi tanpa diskriminasi.
d) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan.
e) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
f) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan.
g) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakti tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang deritanya, sepengetahuan
dokter yang merawat.
h) Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
i) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi : penyakit yang diderita,
tindakan medik yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat
tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya,

22
prognosenya dan perkiraan biayannya.
j) Pasien berhak menyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
k) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawabnya sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
l) Pasien dalam keadaan kritis berhak didampingi keluarganya.
m) Pasien berhak menjalani ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya
selama itu tidak menganggu pasien lainnya.
n) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit
o) Pasien berhak mengajukan usulan, saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit
terhadap dirinya.
p) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual.

b. KEWAJIBAN PASIEN
a) Pasien dan keluargany berkewajibannya untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit.
b) Pasien kewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatan.
c) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawatnya.
d) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan
jasa pelayanan rumah sakit dan dokter.
e) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telha
disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.

KARYAWAN RUMAH SAKIT


a. HAK KARYAWAN SECARA UMUM
a) Mendapatkan perlindungan hukum, keamanan, dan kenyamanan saat bekerja
b) Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun pasien dan atau keluarga
c) Mendapatkan :
▪ Bagi karyawan bulanan komponen upah terdiri dari : upah pokok, tunjangan
fungsional , dan tunjangan masa kerja

23
▪ Bagi yang memiliki jabatan mendapatkan tunjangan jabatan
▪ Mendapatkan uang lembur bagi karyawan yang menjalankan lembur
▪ Mendapat upah selama sakit, besar upah yang diterima sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
▪ Mendapatkan upah hari raya keagamaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
▪ Mendapatkan sumbangan sukarela dari rumah sakit sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
d) Mendapatkan tunjangan kesehatan (rawat jalan-rawat inap) bagi karyawan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
e) mendapatkan cuti tahunan, cuti besar, libur umum, cuti hamil (karyawan wanita),
cuti menikah , cuti kematian untuk keluarga , cuti mengkitankan anak / baptis anak
, cuti istri melahirkan dan dari izin sesuai dengan ketentuan berlaku.
f) Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang
masing-masing secara terus-menerus
g) Mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya
h) Diikutsertakan dalam penyusunan/penerapan kebijakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit
i) Menolak pihak lain yang memberikan anjuran, permintaan tertulis untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan
j) Dalam menjalankan tugas profesinya, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien serta kerja sama dengan profesi kesehatan terkait.
k) Diperhatikan privasinya dan haknya menuntut apabila nama baiknya dicemar oleh
pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya
l) Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidangnya
b. KEWAJIBAN KARYAWAN SECARA UMUM
a) Mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan Nilai RS Hermina Balikpapan
b) Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik rumah sakit didalam dan diluar rumah
sakit
c) Menjalankan, mematuhi dan menjunjung tinggi kode etik profesi masing-masing
d) Menjaga dan memelihara dengan baik milik rumah sakit
e) Mentaati dan melaksanakan tindakan yang ditentukan dari semua atasan
sehubungan dengan tugas pekerjaan yang sah
f) Meningkatkan kreatifitas, kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap kehadiran

24
serta produktifitas kerja
g) Mengemukakan saran-saran yang konstruktif dan bermanfaat bagi rumah sakit
melalui atasan atasan atau saluran lain yang berwenang untuk menanggapi saran-
sarannya
h) Bersikap, bertingkah laku, berpakaian, berdandan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan mengindahkan norma-norma sosial dan sopan santun yang berlaku di
masyarakat
i) Menolak pemberian dalam bentuk apapun dari seorang/organisasi yang ada
hubungan kerja dengan rumah sakit kecuali sepengetahuan manajemen
j) Menjaga hubungan baik antara atasan dan bawahan

DOKTER
c. HAK DOKTER
a) Dokter berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya
b) Dokter berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak
otonomi
c) Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
perundang-undangan, profesi dan etika
d) Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya pada pasien apabila hubungan
dengan pasien sudah berkembang sedemikian buruk, sehingga kerja sama yang
baik sudah mungkin dilanjutkan lagi, kecuali pasien gawat darurat dan wajib
menyerahkan pasien pada dokter lain
e) Dokter berhak atas privacy (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan)
f) Dokter berhak mendapatkan informasi lengkap dari pasien yang dirawatnya atau
dari keluarganya
g) Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi
pasien tidak puas terhadap pelayanannya
h) Dokter berhak diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun oleh
pasien
i) Dokter berhak untuk mendapat imbalan atas jasa profesi yang diberikannya
berdasarkan perjanjian dan ketentuan/ peraturan yang berlaku di rumah sakit.

25
d. KEWAJIBAN DOKTER
a) Dokter wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan antara
dokter tersebut dengan rumah sakit
b) Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
menghormati hak-hak pasien
c) Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain/ rumah sakit lain yang mempunyai
keahlian yang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan
d) Dokter wajib memberikan kesempatan pada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya
e) Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu sesuai dengan yang diketahuinya
tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia
f) Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya
g) Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan
medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkannya
h) Dokter wajib membuat rekam medik yang baik secara berkesinambungan
berkaitan dengan keadaan pasien
i) Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran/ kedokteran gigi
j) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian yang telah
dibuatnya
k) Dokter wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien
l) Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit

e. KEWAJIBAN PERAWAT/BIDAN
(SK Dir Jen Yan Med No. YM 03.2.6.956 tgl 19 Okt 1998)
a) Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit dengan hubungan hukum
antara perawat dengan pihak rumah sakit
b) Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit
c) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian yang telah

26
dibuatnya
d) Perawat wajib memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan sesuai standar profesi
dan batas kewenangannya/ otonomi profesi
e) Perawat wajib menghormati hak-hak pasien
f) Perawat wajib merujuk pasien pada perawat lain/ tenaga kesehatan lain yang
mempunyai keahlian. Kemampuan yang lebih baik
g) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarganya dan dapat menjalani ibadah sesuai dengan
agama/ keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan
kesehatan
h) Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan lain yang
terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
i) Perawat wajib memberi informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan
tentang tindakan kepada pasien atau dan keluarga sesuai dengan batas
kewenangannya
j) Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan
kesinambungan
k) Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan dan kepuasan pasien
l) Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan secara terus menerus
m) Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai
dengan batas kewenangannya
n) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien
bahkan juga setelah pasien meninggal kecuali jika diminta keterangan oleh yang
berwenang

f. HAK PERAWAT/BIDAN
(SK Dir Jen Yan Med no. YM 03.2.6.956 tgl 19 Okt 1998)
a) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
b) Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang
pendidikan
c) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peralatan perundangan serta
profesi dan kode etik keperawatan

27
d) Mendapat informasi lengkap dari pasien yang tidak puas terhadap pelayanan
e) Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang
keperawatan/ kesehatan secara terus menerus
f) Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun pasien dan atau keluarga
g) Mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya
h) Diikutsertakan dalam penyusunan/ penerapan kebijakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit
i) Diperhatikan privasinya dan haknya menuntut apabila nama baiknya dicemar oleh
pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya
j) Menolak pihak lain yang memberikan anjuran/ permintaan tertulis untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar
profesi dan kode etik
k) Mendapat penghargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai peraturan/
ketentuan yang berlaku di rumah sakit
l) Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya

g. KEWAJIBAN PERAWAT GIGI


(Kep. Men. Kes. RI No. 1035/MENKES/SK/IX/1998)
a) Perawat gigi adalah setiap orang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan perawat gigi yang telah diakui pemerintah dan lulusan ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku
b) Perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok
keperawatan, yang dalam menjalankan tugas profesinya harus berdasrkan standar
profesi
c) Dalam menjalankan tugas profesinya, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan
kerja sama dengan profesi kesehatan terkait
d) Perawat gigi dibina dan diawasi oleh Ka. Kanwil DEPKES setempat

AVOKASI
AVOKASI MEMILIKI 3 PENGERTIAN (Crela dan Parker 2000), yaitu :
a. Model perlindungan terhadap hak
a) Melindungi hak pasien
b) Tidak merugikan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan

28
c) Informasikan hak pasine dalam pemberian asuhan keperawatan
d) Mencegah pelanggaran hak pasien
b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien :
a) Menghormati keputusan yang diambil pasien
b) Tidak dibolehkan memaksa nilai-nilai pribadi pengambilan keputusan pasien
c) Membantu pasien mengeksporasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif
pilihan/ keputusan
c. Model penghargaan terhadap orang lain :
a) Menghargai pasien sebagai manusia yang unik
b) Pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain
c) Mampu memberikan semua yang terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya
pada saat ini

LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT KEPUTUSAN (Thompson & Thompson)


a. Mengembangkan data dasar
a) Orang-orang yang terlibat
b) Rencan tindakan
c) Tujuan dari tindakan diusulkan
d) Konsekuensi dari tindakan
b. Indentifikasi konflik dengan situasi yang ada
c. Alternatif tindakan
d. Pelaksanaan tindakan
e. Evaluasi

PEDOMAN DALAM MELAKUKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS


(Tymchuck)
a. Kode Etik Profesi
b. Nilai atau sistem pribadi
c. Hukum dan pengaturan
d. Hasil penelitian dan pengalaman
e. Antisipasi perkembangan dimasa yang akan datang

MAL PRAKTIK
(Menurut G.G Coughlin)
a. Kesalahan sikap profesional dari sebagian orang-orang profesional seperti kedokteran,
tehnik, pengacara, akunting, dokter gigi, dokter hewan
29
b. Merupakan hasil dari kelalaian, kealpaan, atau skill yang kurang dari perilaku tanggung
jawab profesional, sehingga melakukan praktek tidak legal.
Menurut Bernzweig, 1990
 Kelalaian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang yang berkaitan dengan profesi
atau pekerjaan yang mempunyai kemampuan atau skill profesioanl atau tehnik yang
tinggi
“KELALAIAN HARUS DIBUKTIKAN DI PENGADILAN”
TERSANGKA TERPIDANA DAN TERDAKWA
a. Tersangka
Adalah orang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
b. Terdakwa :
Adalah tersangka yang dituntut diperiksa dan diadili di sidang pengadilan
c. Terpidana :
Adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap
DASAR HUKUM :
KUHP, KUH Perdata,
UU No. 32/ 2009 tentang kesehatan
UU No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen
PP No. 36/ 2014 tentang tenaga kesehatan
UNSUR PEMBUKTIAN
a. Kewajiban (Duty) :
Ada kewajiban profesional terhadap pasien
b. Kebebasan dan kewajiban (Breach Of Duty) :
Pelanggaran kewajiban/ tidak memenuhi norma yang ditetapkan oleh standar
c. Kecacatan (Damages) :
Kerugian/ kerusakan. Cedera pada pasien dapat bersifat fisik, finansial atau emosional
d. Penyebab (Causation) :
Adanya hubungan sebab akibat antara unsur “kebebasan dari kewajiban dengan
kecacatan”

30
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERAWATAN/ BIDAN
Penilaian ada tidaknya kesalahan mengacu kepada :
a. Standar praktek
b. Kode etik profesi
c. SPO
d. Standing order/ protokol medik
e. Kewenangan melakukan praktek (Bidan)

 BIDANG – BIDANG DALAM HUKUM


a. BIDANG HUKUM PIDANA
Perawat profesional harus mempertanggung jawabkan sendiri dimuka hukum
semua kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan kepada pasien
Dalam Hukum : Kitab UUH Pidana (KUHP) dan peraturan perundang-undangan
lainnya (mis. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan).
Kesehatan dalam asuhan keperawatan dapat karena disengaja atau akibat
kelalaian.
b. BIDANG HUKUM PERDATA
Perawat/ bidan profesional dapat dituntut ganti rugi dan sangsi hukum lainnya bila
dianggap telah melakukan perbuatan pelanggaran hukum yang merugikan pasien.
Dengan kata lain bahwa perawat/ bidan telah melakukan “wanprestasi” yaitu tidak
memenuhi kewajiban dalam kontrak asuhan.
Hak dan kewajiban perawat/ bidan telah diatur didalam peraturan perundang-
undangan tentang Registrasi dan Praktek : SK Dirjen Yan Med Depkes RI No. YM
00.003.2.6.956 tentang hak dan kewajiban Perawat dan bidan di rumah sakit.
Tentang siapa yang menanggung beban ganti rugi, dapat melihat pada kontruksi
perjanjian kontrak kerja perawat/ bidan dengan institusi tempat mereka bekerja
(RS, Klinik, Praktek, Dokter, RB atau sarana kesehatan lainnya) kemungkinan
dapat :
a. Ditanggung penuh oleh Instansi
b. Ditanggung sendiri oleh perawat/ bidan
c. Ditanggung bersama menurut proporsi yang diatur

31
c. BIDANG HUKUM ADMINISTRASI
Sangsi dapat dikenakan kepada perawat/ bidan dan atau institusi tempat mereka
bekerja. Menurut dokrin, rumah sakit memiliki “Duty Of Care” terhadap
masyarakat yang menggunakan jasa layanannya. Itulah salah satu alasan mengapa
rumah sakit perlu diakreditasi secara periodik oleh lembaga independen yang
berwenang (Indonesia oleh DepKep RI).
UU No. 32/ 2009 tentang kesehatan pasal 77, menetapkan sbb :
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administrasi terhadap tenaga
kesehatan yang melanggar UU ini. Tindakan administrasi terhadap Perawat/ bidan
dilakukan dengan memperhatikan Pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan.
Tindakan administrasi dapat berupa :
a. Pencabutan izin usaha bagi saran kesehatan
b. Pencabutan izin praktek bagi petugas kesehatan yang bersangkutan

 TANGGUNG GUGAT
a. TANGGUNG GUGAT PERAWAT
a. Salah satu kemampuan yang menjadi ciri khas dari perilaku profesi
b. Konsekuensi dari adanya tanggung jawab profesi
c. Menunjuk tanggung jawab keperawatan perawat terhadap pasien
d. Menjawab tuntutan/ klaim dari pasien didalam ataupun diluar pengadilan
e. Menggunakan acuan baku untuk menilai (peraturan perundangan, Standar
praktek, kode etik, prosedur/ SPO, regulasi lain)
f. Dikaitkan dengan suatu kejadian khusus/ insiden dalam asuhan
berhubungan dengan tindakan tertentu dari seorang perawat (ada dugaan
kelalaian/ malpraktek)
b. MENGELOLA TANGGUNG
GUGAT Fokus :
a. Mencegah kesalahan praktek (kelalaian, kealpaan, dan keteledoran)
b. Kemungkinan kesalahan diperkecil
c. Penyelesaian keaslahan secara efektif dan efisien

32
Pendekatan :
a. Manajemen waktu
b. Manajemen resiko
Strategi
a. Kelengkapan aturan dan peraturan (nasional dan lokal)
b. Perbaikan dan peningkatan kualitas SDM
c. Kontrol terhadap kompetensi, kapabilitas dan kapasitas
d. Membangun jaringan kerjasama interdisiplin dan tim
e. Membangun budaya kerja profesional
f. Menciptakan iklim “spiritualitas” dalam organisasi kerja

c. KEMAMPUAN PERAWAT BERTANGGUNG GUGAT


Faktor pendukung antara lain :
a. Praktek keperawatan yang legal :
a. Mematuhi peraturan per UU – an yang berlaku
b. Berdasarkan kode etik dan standar profesi keperawatan
c. Berdasarkan peraturan yang sah di RS
b. Pemberdayaan perawat yang berlanjut, melalui :
a. Perbaikan kualitas SDM dan pengelolahanya
b. Penetapan sistem pemberian asuhan yang profesional
c. Pengembangan clinical leader ship
d. Komisi keperawatan : nursing community, peer group, self evaluasi, self
regulation, nursing audit dsb
d. TANGGUNG GUGAT DAN KESIAPAN INDIVIDU
Tanggung gugat selalu melekat pada setiap perawat pretektisi, sebagai konsekuensi
legal dari profesi yang dipilihnya. Oleh karena itu perlu ada upaya khusus dari
setiap perawat agar dapat bertanggung gugat secara efektif dan efisien.
a. Kenalilah semua peraturan tentang pelayanan kesehatan yang berlaku di
rumah sakit perawat bekerja
b. Membangun relasi yang baik dengan pasien dan keluarga
c. Kenalilah dan tegakkan hak-hak pasien (hati-hati dalam menjalankan
fungsi advokasi)
d. Kolaborasi dalam tim asuhan dengan cara yang legal dan efektif (al.

33
Kesiapan protokol, APO, job description, sis-sur berkomunikasi,
pencatatan dan pelaporan, Sis-dur konsultasi dan rujukan)
e. Secara terencana meningkatkan kemampuan profesional (kompentasi,
kapabilitas, kapasitas pribadi)
e. HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
a. Hak prioritas penyelesaian perkara, baik pada tingkat penyelidikan
pelimpahan perkara kepada hakim dan tingkat peradilan
b. Hak persiapan pembelaan
c. Hak memberikan keterangan secara jelas
d. Hak mendapat bantuan hukum/ didampingi oleh penasehat hukum
e. Hak memilih sendiri penasehat hukum
f. Hak memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma
g. Hak menghubungi penasehat hukum
h. Hak dikunjungi oleh dokter pribadi
i. Hak diberitahukan kepada keluarga dan dikunjungi oleh sanak keluarga
j. Hak berkirim dan menerima surat
k. Hak menerima kunjungan rohaniawan
l. Hak diadili pada sidang terbuka untuk umum
m. Hak mengajukan saksi de charge dan saksi ahli
n. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian
o. Hak banding dan kasasi
p. Hak mendapat peninjauan kembali keputusan telah memperoleh kekuatan
tetap
f. ALAT BUKTI
a. Membuktikan mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan
kebenaran atas suatu peristiwa, sehingga dapat diterima oleh akal
kebenaran tersebut.
b. Hakim pidana dalam membuktikan mempunyai kebebasan, sebaliknya
hakim perdata terikat pada berbagai pembatasan.
g. JENIS DAN URUTAN ALAT BUKTI
a. HUKUM ACARA PERDATA (Psl 164 HIR atau 1866 KUHPer):

34
a) Bukti tertulis
b) Bukti saksi
c) Persangkaan
d) Sumpah
b. HUKUM ACARA PIDANA (Psl 184 KUHP):
a) Keterangan saksi
b) Keterangan ahli
c) Surat (akte otentik, dibawah tangan, biasa)
d) Petunjuk
e) Keterangan terdakwa
f) Hal yang secara umum sudah diketahui, tidak perlu dibuktikan

HUKUMAN
BIDANG HUKUM PIDANA Pasal 10 KUH Pidana :
a. Hukum pokok
a) Hukuman mati
b) Penjara
c) Kurungan
d) Denda
b. Hukukm tambahan
a) Pencabutan hak-hak tertentu
b) Perampasan barang
c) Pengumuman oleh hakim
BIDANG HUKUM PERDATA (KUH. Perdata (BW)
a. Sangsi ganti rugi
b. Kurungan
c. Penyitaan

SANGSI ADMINISTRASI YANG DIBERIKAN BERDASARKAN SKORING


a. Dalam penyelesaian kasus pelanggaran dibahas dan dilakukan scoring untuk
pelanggaran ringan sampai sedang / berat / kecuali criminal tidak dilakukan
skroring )
b. Skoring dilakukan oleh atasan masing – masing dan dilakukan pembahasan pada
rapat rekrutmen .

35
c. SPO pemberian sangsi pembinaan
TINGKAT JUMLAH SKOR JENIS SANGSI
PELANGGARAN
Tidak ada pelanggaran 0 -
1-4 Lisasn I
RINGAN 5-9 Lisan II
10-14 Lisan III
15-19 Tertulis I
SEDANG 20 – 24 Tertulis II
25 – 29 Tertulis III
30 – 34 Surat Peringatan I
BERAT 35 – 39 Surat Peringatan II
40 - 42 Surat Peringatan III
BERAT - KRIMINAL TIDAK DISKORING PHK

RUMAH SAKIT MEMUTUSKAN HUBUNGAN KERJA DENGAN PEKERJA


YANG MELAKUKAN KESALAHAN :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/ atau uang milik RS
Hermina Balikpapan
b. Memberi keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan RS Hermina
Balikpapan
c. Melakukan asusila dilingkungan tempat kerja
d. Mabuk dan minuman keras atau membawa/ menggunakan obat terlarang di
lingkungan RS Hermina Balikpapan
e. Mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut atau sebanyak 6 (enam) kali dalam
sebulan/ 30 hari
f. Mengancam dan atau menganiaya pengusaha, atasan, teman sekerja, dan
keluarganya
g. Menggunakan nama dan fasilitas RS Hermina Balikpapan untuk melakukan
kegiatan yang bertentangan dengan hukum/ peraturan yang berlaku untuk
kepentingan pribadi
h. Dengan sengaja mengakibatkan hilangnya dan rusaknya aset RS Hermina

36
Balikpapan
i. Dengan sengaja atau ceroboh merusak barang milik perusahaan yang
mengakibatkan kerugian bagi RS Hermina Balikpapan
j. Keterangan data atau informasi metode teknik, formula proses kerja, pelanggan
kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan perusahaan dan menimbulkan kerugian
RS Hermina Balikpapan
k. Memberikan keterangan palsu sehingga merugikan RS Hermina Balikpapan
l. Berkelahi dengan sesama pekerja di lingkungan RS Hermina Balikpapan
m. Membawa senjata api atau senjata tajam dan bahan berbahaya lainnya ke
lingkungan rumah sakit tanpa izin yang berwenang
n. Tidak cakap bekerja meskipun sudah dicoba beberapa jenis pekerjaan dalam kurun
waktu yang memadai
o. Menolak perintah kerja dari RS Hermina Balikpapan tanpa alasan yang bisa
diterima oleh Pimpinan Rumah Sakit
p. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapat surat peringatan

37
BAB III
PENGELOLAAN ETIKA

1. Panitia Etik RS Hermina Balikpapan


 Fungsi
Fungsi Panitia Etik Rumah Sakit (PERS) ialah :
a. Memberi nasehat atau konsultasi melalui diskusi dan berperan dalam menilai
penyelesaian dan kebijakan
b. Melaksanakan pendidikan pada lingkungan
c. Berhubungan secara khusus dan memberikan anjuran-anjuran pada layanan
reviu kasus sulit
 Tugas
Tugas Panitia Etik Rumah Sakit (PERS) ialah :
1. Membina etika profesi dan mengatur kewenangan fungsional profesi
2. Memberikan masukan kepada bidang baik di minta atau tidak dalam
pembinaan masalah etika profesi.
3. Melaksanakan penilaian/pemantapan berkala apakah sudah mendapat asuhan
sesuai dengan standar yang telah dibuat
4. menyusun standar-standar ptofesi untuk kelancaran pelayanan keprofesian
 Tata Kerja Panitia Etik
1. Menyelenggarakan rapat rutin ,setiap 1 x sebulan untuk silang informasu dan
pengambilan keputusan terutama bila ada pelanggaran masalah etik profesi dan
memberikan rekomendari
2. Menetapkan jumlah anggota tidak tetap bila sewaktu-waktu dibutuhkan
3. Ketua panitia bersama anggota menentukan sasaran yang akan dicapai, rencana
kerja dan jadwal pertemuan
4. Hasil kerja anggota dilaporkan secara tertulis kepada Ketua
 Manfaat
Manfaat Panitia Etik Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a. PEKRS merupakan sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan
masalah etika di Rumah Sakit
b. Masalah – masalah etik dapat diidentifikasi sehingga PERS sekaligus pula
dapat memberikan gambaran tentang penyelesaiannya
c. PEKRS memberikan nasehat kepada Direksi Rumah Sakit untuk menentukan

38
atau tidak meneruskan penyelewengan masalah etik melalui pengadilan

 Pengorganisasian
Panitia etik rumah sakit mempunyai Ketua Anggota tetap yang ditunjuk oleh Direktur
RS Hermina Balikpapannggota tidak tetap terdiri dari Kepala Instalasi, Kepala
Ruangan dan perktu ditunjuk oleh Ketua bila dibutuhkan
 Persyaratan
1. Persyaratan Ketua
a. Pendidikan minimal DIII
b. Dipilih oleh direktur d
c. Berwibawa, berdedikasi dan loyal terhadap profesi
d. Disegani dan disenangi oleh karyawan
e. Dapat berkomunikasi dengan baik
2. Persyaratan Anggota
a. Pendidikan minimal DIII
b. Dipilih oleh ketua
c. Berwibawa, berdedikasi dan loyal terhadap profesi
d. Dapat berkomunikasi dengan baik
e. Mau mengembangkan profesi

 Pedoman Etik bagi Panitia Etik Rumah Sakit (PERS)


Meminta pihak-pihak lain untuk menurut peraturan yang dibuat oleh Panitia
Etika Rumah Sakit (PERS) secara unilateral merupakan tindakan yang oleh para
ahli filsafat dianggap tidak etis. Salah satu mengatasi masalah ini adalah dengan
melibatkan para anggota profesi (perkumpulan-perkumpulan dokter spesialis dan
para pakar dalam keahliannya masing-masing) dan anggota masyarakat awam
yang mewakili para pasien dalam usaha yang kompleks ini untuk menyusun
kerangka kerja eti bagi Panitia Etik Rumah Sakit.
Dengan demikian, akan terjadi pengertian yang sama tentang standar moral
yang mendasar dalam masyarakat yang dilayani oleh rumah sakit.
Ada tiga prinsip etis dalam cara kerja Panitia Etik Rumah Sakit (PERS) yaitu :
a. Adanya kerangka kerja etis yang telah disepakati sebelumnya;
b. Legitimasi keberadaan PERS di dalam lingkungan rumah sakit;
c. Adanya jaminan tidak akan timbul konflik-konflik kepentingan para
anggotanya yang dapat menghambat pengambilan keputusan.
39
Untuk melaksanakan tugasnya Panitia Etik Rumah Sakit perlu diatus secara
organisasi melalui suatu pengurusan sekurang-kurangnya seorang ketua, seorang
sekretaris dan beberapa anggota.
Keputusan Panitia Etik Rumah Sakit dianggap sah apabila keputusan itu disetujui
sekurang-kurangnya oleh lima anggota. Hasil keputusan Panitia Etik Rumah Sakit
diteruskan.
Dengan demikian, akan terjadi pengertian yang sama tentang standar moral yagn
digunakan dalam masyarakat yang dilayani oleh rumah sakit.
Ada tiga prinsip etis dalam cara kerja Panitia Etik Rumah Sakit (PERS) yaitu :
a. Adanya kerangka kerja etis yang telah disepakati sebelumnya;
b. Legitimasi keberadaan PERS di dalam lingkungan rumah sakit;
c. Adanya jaminan tidak akan timbul konflik-konflik kepentingan para
anggotanya yang dapat menghambat pengambilan keputusan.
Untuk melaksanakan tugasnya Panitia Etik Rumah Sakit perlu diatus secara
organisasi melalui suatu pengurusan sekurang-kurangnya seorang ketua, seorang
sekretaris dan beberapa anggota.
Pengurusan tersebut bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Keputusan Panitia Etik Rumah Sakit dianggap sah apabila keputusan itu disetujui
sekurang-kurangnya oleh lima anggota.
Hasil keputusan Panitia Etik Rumah Sakit diteruskan.

Panduan penerapan Etika Rumah Sakit di RS Hermina Balikpapan sebagai rumah


sakit Swastatusan PERSI
Merupakan rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan kesehatan secara umum
kepada masyarakat. Seluruh pelayanan medis dilaksanakan dibawah supervise dokter-dokter
spesialis bahkan dokter konsultan SDM yang profesional and qualified dengan sarana prasarana
yang cukup memadai.
Pada saat pasien datang ke RS Hermina Balikpapan, baik gawat darurat maupun tidak,
diterima kemudian dilakukan pengkajian oleh perawat profesional dan selanjutnya pasien
tersebut diperiksa oleh dokter yang professional and qualified.

40
Mekanisme hubungan antar dokter umum dengan dokter konsulen
a. Konsulen harus berada di tempat, Pada situasi tidak ada konsulen atau
konsulen tidak ada ditempat, posisi kedua (konsulen cadangan). Jadi sebaiknya
dalam daftar jaga konsulen selalu dicantumkan juga nama konsulen ke dua
(cadangan). Seandainya konsulen kedua juga tidak dapat dihubungi, diizinkan
“dokter jaga umum” menangani sementara sampat konsulen lain dapat
dihubungi.
b. Dokter jaga umum wajib melaporkan setiap pasien kepada konsulen. Tujuan
utama melaporkan setiap pasien ialah dalam rangka mekanisme alih
pengetahuan dan keterampilan berjalan sesuai dengan kemampuan dokter
tersebut.
c. Setiap tindakan medis yang diberikan harus di informasikan kepada dokter
konsulen bila pasien tersebut akan menjalani perawatan diRS Hermina
Balikpapan.
d. Dalam menangani kasus-kasus yang sulit, konsulen membantu dokter umum
menangani pasien, bahkan perlu yang melakukan tindakan konsulen sendiri.
Khusus pasien-pasien gawat darurat yang tidak mampu ditangani oleh dokter
umum harus langsung ditangani oleh dokter Konsulen Kegawat-daruratan
Medis yang kompeten, karena tidak jarang pasien memerlukan tindakan “life
saving” dengan cepat, misalnya syok, serangan jantung, stroke, kecelakaan
lalu lintas yang parah lain-lain.
 Sarana Prasarana
Pasien yang datang berharap dan beranggapan bahwa RS Hermina Balikpapan
sebagai Rumah Sakit swasta tentunya yang mempunyai sarana dan prasarana
cukup lengkap dan mutahir.
Mengenai sarana prasarana ini sudah saatnya dibahas dengan direksi terutama
dengan direktur umum dan direktur pelayanan. Karena menyangkut anggaran yang
sangat besar.
Adalah tidak etis bila karena ketiadaan sarana, pasien dirujuk “dirujuk lagi”
kerumah sakit lain yang memiliki sarana yang dibutuhkan pasien, kecuali pada
keadaan tertentu seperti force majeur (kejadian luar biasa). Atau pasien tidak
diperiksa dengan menggunakan sarana yang seharusnya.
Berapa jumlah sarana/ alat medik khusus (mis. Respirator), seharusnya dimiliki
oleh rumah sakit . Dimana letak tanggung jawab moral-etik rumah sakit sebagai

41
rumah sakit swasta tingkat nasional apabila ada pasien memerlukan respirator,
ternyata alatnya tidak tersedia.
Pasein dengan penyakit khusus seperti Flu Burung atau SARS harus/ boleh dirujuk
kerumah sakit rujukan lain. Rumah Sakit rujukan yaitu rumah sakit yang sudah
ditentukan Dinas Kesehatan .

Sistem rujukan yang integrated (terpadu) dengan sistem rujukan kesehatan


Sistem rujukan yang integrated ialah sebuah sistem rujukan yang bertanggung
jawab, baik bagi perujuk maupun rumah sakit rujukan, kedua belah pihak harus
bertanggung jawab. Maksudnya, setiap pasien yang harus dirujuk pasien yang
benar-benar tidak dapat ditangani di rumah sakit perujuk, baik dari aspek medis
maupun sarana prasarana.
Setiap dokter/ rumah sakit perujuk harus mentaati sistem rujukan terintegrasi ini.
Maka perlu audit medis khususnya dalam hal pasien-pasien yang dirujuk, apakah
sudah benar indikasi merujuk pasien tersebut.
Dokter/ rumah sakit perujuk dituntut mempunyai tanggung jawab moral-etik
dalam hal merujuk pasien. Setelah pasien sembuh atau dapat dikembalikan ke
dokter/ rumah sakit yang merujuk dokter RS Hermina Balikpapan yang mengenai
pasien tersebut harus membekali pasien dengan laporan medik tentang apa yang
telah dilakukan terhadap pasien.

Anggaran yang cukup


RS Hermina Balikpapan merupakan rumah sakit swasta tingkat nasional yang
harus mempunyai rencana bisnis dan Anggaran (RBA) yang disusun dan
dilaksanakan secara profesional. Sehingga dalam memberi pelayanan kesehatan
pada pasien dapat berjalan dengan lancar dan kesejahteraan karyawan terpenuhi.

Pokok-pokok yang berhubungan dengan Data Pasien/ Rekam Medis


Data Pasien/ Rekam Medis di Rumah Sakit
a. Rekam Medis di Rumah Sakit
Sesuai dengan undang-undang Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 peraturan
Menteri Kesehatan No. 749A/Menkes/Per/XII/1089 tentang rekam medis/ Medikal
Record, data pasien yang berbentuk rekam medis/ Medikal Record, data pasien yang
berbentuk rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

42
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien,
pada sarana pelayanan kesehatan.
Data pasien dalam rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan rumah sakit,
sedangkan isi dari data rekam medis adalah milik pasien.
b. Kecukupan dan kebenaran data
Data rekam medis merupakan alat informasi dan komunikasi seorang pasien, baik
terhadap dokter, perawat, pelayanan umum dan keuangan rumah sakit, pihak
kepolisian, pihak peradilan, maupun terhadap pihak keluarga pasien itu sendiri.
Karena memberi andil pembuatan rekam medis ini adalah seluruh petugas rumah sakit
yang ada kaitannya dengan penyakit pasien, maka perlu diperhatikan dalam
penyimpanan data rekam medis pasien yang tertata rapi dan teratur.
Tidak dibenarkan terjadinya penyimpangan dalam hal-hal yang seharunya tidak
terjadi, misalnya ketidak lengkapan data, tidak berurutannya pengisian berdasarkan
kronologi kejadian, keterlambatan pembuatan resume, kesalahan pemberian kode
penyakit, kesalahan pencatuman biaya rawat inap. Hal ini yang dapat menyebabkan
kerugian-kerugian, baik ditinjau dari pihak rumah sakit sebagai penyelenggara jasa
pelayanan kesehatan, maupun dari pihak pasien sebagai konsumen jasa rumah sakit.
c. Penyimpanan Data dan Pembukuan
Data psien/ rekam medis begitu penting bagi pihak-pihak yang sedang
memerlukannya, sehingga data itu kadang-kadang diperebutkan, baik untuk keperluan
rumah sakit, dokter yang merawatnya, maupun untuk keperluan pasien itu sendiri,
sehingga untuk hal itu perlu dicarikan jalan pemecahan yang sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya. Petugas kesehatan dapat memanfaatkan data untuk kepentingan pasien
ataupun kepentingan profesi dan keilmuan, namun tetap wajib menjaga privasi dan
kerahasiaanya data pasien.
Pasien dapat mengetahui isi (informasi medis) miliknya melalui dokter yang
merawatnya tentunya dengan tata cara yang etis, sebatas masih dalam hubungan
dokter-pasien.
Pasien dapat meminta keterangan dokter untuk diberikan kepada pihak lain untuk
kepentingannya, seperti asuransi ataupun institusi pemberi kerja sama.
d. Etika dan perilaku rumah sakit terhadap rekam medis
a) Etika dan perilaku para dokter terhadap data rekam medis pasien
Sesuai dengan keahliannya, dokter merupakan petugas rumah sakit yagn
mempunyai andil dalam mengisi data pasien/ rekam medis, baik pasien yang

43
sedang dirawatnya maupun pasien yang sedang dikonsultasikan kepadanya.
b) Etika dan perilaku petugas tenaga perawatan dan non perawatan terhadap data
Rekam Medis Pasien
Tenaga perawatan dan tenaga non perawatan merupakan petugas rumah sakti
yang ikut andil dalam pengisian catatan data pasien/ rekam medis selama pasien
berada dalam pelayanan suatu rumah sakit. Oleh karena itum sesuai dengan
kewenangan yang diberikan kepadanya, pengisian data pasien oleh kedua jenis
pertugasan ini benar-benar sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
c) Etika dan perilaku tenaga rekam medis Rumah Sakit terhadap data rekam medis
Pasien
Bagian pendaftaran dan petugas rekam medis rumah sakit adalah salah satu
petugas rumah sakit yang ikut andil dalam pembuatan data catatan pasien dalam
batas-batas data non medis, sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat pasien
meninggalkan rumah sakit.
Data yang dibuat oleh petugas pendaftaran dan rekam medis rumah sakit erat
kaitannya dengan individuali si pasien sehingga pengisian catatan-catatan,
terutama dalam hal identitas dan pencantuman biaya, akan sangat mempengaruhi
kepentingan pasien ataupun rumah sakit.
Oleh karena itu, selain diperlukan etika khusus mengenai hal itu, juga perlu
diciptakan suatu mekanisme komunikasi tarif layanan rumah sakit yang
dikomunikasikan secara terbuka, baik kepada seluruh petugas rumah sakit
maupun kepada masyarakat.
Hal ini merupakan pengawasan yang efektif terhadap kebenaran data pasien/
rekam medis, khususnya data non medis
d) Dalam hal yang menggunakan sistem informasi secara elektronik, maka
perlakuan terhadap informasi dalam rekam medis tetap berlaku sebagaimana
dalam bentuk berkas kertas.
 Pokok-pokok Etika dalam memperoleh Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent)
Adalah tidak etis apabila tenaga kesehatan melakukan tindakan medis terhadap
seorang pasien tanpa memperoleh persetujuan terlebih dahulu kepada pasien atau
keluarga bila ia tidak dapat melakukan sendiri. Hal ini dapat dianggap melanggar
hak otonomi pasien.

44
Masalah etis yang kadang dijumpai adalah
a) Apabila pasien tidak memahami apa yang terjadi padanya, dan apa yang
akan dilakukan terhadapnya.
Sebelumnya pasien dapat memutuskan apa yang dilakukan, maka pasien
perlu memahami terlebih dahalu tentang keadaan kesehatannya (Diagnosa
dan prognosis), rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien beserta
alternatif, manfaat dan resiko dari masing-masing tindakan, kemungkinan
timbul komplikasi dan segala sesuatu yang diperlukan pasien untuk
mengambil keputusan. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya wajib secara
moral memberikan penjelasan kepada pasien/ keluarga.
b) Apabila pasien dalam keadaan tidak mampu mengambil keputusan, baik
oleh karena kesehatan fisik dan/ atau mental, ataupun usianya. Apabila
pasien didampingi walinya, maka walinyalah yang diminta persetujuan.
Apabila dalam keadaan darurat mengancam nyawa pasien, dokter
dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
tindakan.
c) Apabila pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri, namun telah pernah
menyatakan atau berpesan untuk dilakukan sesuatu terhadapnya apabila
kelak pasien tidak sadar, maka pesan tersebut dianggap wajib dilaksanakan
apabila pesan tersebut nyata dan memiliki bukti.
d) Dokter atau tenaga kesehatan dapat menolak melakukan tindakan medis
yang diminta oleh pasien, apabila diyakini melanggar standar profesi atau
keyakinan moral. Diperkenankan merujuk pasien kepada sejawat dengan
cara-cara yang etis.
e) Dalam keadaan ragu atau tidak yakin, maka setiap individu dalam RS
Hermina Balikpapan dapat atau haru berkonsultasi dengan PERS.

 Pokok-pokok Etik Perawatan Pasien


Perawatan pasein di rumah sakit dapat dilakukan oleh dokter, perawat, bidan,
teknisi penunjang ataupun juga oleh petugas kesehatan lainnya. Perawatan pasien
dapat meliputi pelayanan klinis dan pelayanan non klinis. Pada perawatan klinis
yaitu perawatan yang bersifat darurat ataupun yang tidak bersifat darurat demikian
juga dapat dilakukan perawatan biasa dan perawatan luar biasa (Extra-ordinary
care).

45
Dalam menjalani profesinya, setiap tenaga kesehatan yang melakukan perawatan
terhadap pasien-pasien RS Hermina Balikpapan, wajib mematuhi etika profesi
masing-masing dan mematuhi kewajiban profesi sesuai dengan standar profesi
masing-masing standar pelayanan dan standar prosedur operasional yang berlaku
di RS Hermina Balikpapan
Masalah etika dapat muncul pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
a) Pasien gawat darurat, yaitu pasien yang memerlukan tindakan medis segera
untuk menyelamatkan nyawanya atau menyelamatkan bagian tubuhnya/
organ tubuh tertentu. Dalam hal ini rumah sakit berkewajiban secara etis
untuk melakukan perawatan gawat darurat tanpa mempersoalkan jaminan
finansial.
b) Keterbatasan sumber daya rumah sakit, baik berupa sumber daya manusia
maupun sumber daya sarana dan prasarana. Rumah sakit wajib menjelaskan
situasi kondisi tersebut kepada pasien dan/atau keluarga agar tidak
menimbulkan kesalah pahaman di kemudian hari. Untuk merujuk ke rumah
sakit yang lebih mampu harus dijelaskan.
c) Keterbatasan sumber daya pasien, khususnya sumber daya finansial. Dalam
hal pasien tidak berada dalam keadaan gawat darurat medis sebagaimana
diatas, maka rumah sakit dapat memberikan penjelasan dan merujuk pasien
tersebut ke rumah sakit lain yang sesuai dengan kemampuan finansial pasien
dengan tata cara yang etis. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka
rumah sakit dan mengadvokasi pasien untuk memperoleh bantuan dana dari
asuransi kesehatan pemerintah.
Rumah sakit tidak diperkenankan menolak pasien atau menolak melakukan
perawatan kepada pasien atas dasar diskriminasi atas alasan-alasan tertentu, seperti :
ras, suku, agama, dan golongan. Seluruh individu di dalam rumah sakit harus selalu
mengacu kepada peraturan, standar dan pedoman yang berlaku dalam melakukan
perawatan terhadap pasien-pasien rumah sakit.

A. Pokok-pokok Etika dalam Pelayanan Pasien Anak


Etika kedokteran yang khas untuk anak yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
1. Komunikasi
Yang perlu diketahui ialah :
a. Kapan siapa informasi itu harus diberikan

46
b. Siapa yang harus mengambil keputusan, misalnya ayah, ibu, atau kakak
2. Perawatan pasien
Yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perawatan pasien ialah :
a. Apakah anak harus berpisah dari orangtuanya atau menjalani rawat tunggu
b. Perlakuan terhadap pasien anak karena sifatnya yang negativitis
c. Pendekatan terapi atau diagnostik terhadap pasien anak
d. Perawatan terhadap pasien anak terutama mengenai kebersihan
3. Lingkungan
a. Di rumah sakit pendidikan anak terhenti sementara
b. Anak terpisah dari orang tua dan keluarga bati yang menetek (sedang diberi
ASI)
c. Anak terpisah dari kawan mainnya
d. Anak tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari
e. Anak terpisah dari rangsangan-rangsangan tumbuh kembang sehari-hari

Permasalahan yang terjadi seperti diatas tidak semua dapat disadari ataupun terlihat.
Kepekaan terhadap pelanggaran etik sehubungan dengan masalah diatas sangat
tergantung pada pengalaman, norma-norma masyarakat, kebudayaan dan keadaan
sosial ekonomi masyarakat.
Beberapa penyimpangan oleh masyarakat desa mungking dianggap suatu hal yang
wajar, tetapi untuk masyarakat kota hal itu mungkin dianggap sebagai suatu
pelanggaran terhadap hak asasi pasien.
Etika pelayanan kesehatan pada anak hakikatnya sama dengan pelayanan kesehatan
orang dewasa. Yang perlu dibedakan ialah soal pendekatannya. Kalau kita
memeriksa anak, kadang-kadang anak perlu dipegang dengan kuat tanpa
memandang seksnya agar pemeriksaan dapat dilakukan dalam keadaan anak tidak
bergerak-gerak.
Untuk anak yang belum mengenal rasa malu, pemeriksaan anak tidak perlu
dilakukan di tempat tertutup. Pemeriksaan terhadap anak kadang-kadang perlu
dilakukan dengan paksaan. Demikian hal dengan pengobatan.
4. Etika Pelayanan kesehatan Anak
Walaupun pendekatannya berbeda, pada hakekatnya pokok-pokok etika
pelayanan kesehatan anak tidak perlu dibedakan dari etika kedokteran pada
umumnya, yaitu :

47
a. Memberi pelayanan kesehatan manusiawi dengan penghargaan yang
setinggi-tingginya pada martabat manusia sesuai dengan tahap
pertumbuhannya
b. Meningkatkan derajat kesehatan anak dan melindungi anak dari penyakit
yang lain serta memberi kesempatan tumbuh kembang yang optimal
c. Melindungi anak dari tindakan yang tidak sesuai dengan tahap
pertumbuhannya
d. Melindungi anak tindakan amoral orang dewasa, tenaga medis, dan
pertumbuhannya
e. Berusaha meningkatkan kemampuan profesional dan pengetahuan, sesuai
dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan yang cocok dengan ideologi
dan kebudayaan Indonesia
f. Memegang teguh rahasia jabatan
g. Memberikan informasi yang sejujur-jujurnya kepada orangtua atau walinya
mengenai kesehatan anak atau mengenai kemungkinan perkembangan
selanjutnya dan prognosisnya

B. Pokok-pokok Etika dalam Pelayanan Kesehatan Bidang Reproduksi Manusia


1. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Standar pelayanan secara baku
Pengertian tentang pelayanan reproduksi manusia masih terbatas pada
masalah wanita hamil, persalinan dan masa nifas dengan demikian
pembuatan standar pelayanan tidak terlalu sulit. Dengan semakin
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin luas ruang
lingkup reproduksi manusia antara lain meliputi masalah perkawinan,
seksualitas, fertilitas, konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, abortus,
vertilisasi in vitro, instrumentasi dan penelitian ditambah akhir-akhir ini
masalah etik yang berkaitan dengan stem-cell, skrining genetika dan
cloning. Dengan permasalahan diatas pembuatan standar pelayanan menjadi
semakin sulit. Dimana disiplin lain seperti hukum dan psikologi juga terlibat
dalam pelaksanaannya.
b. Pelanggaran etik
Sering terjadinya pelanggaran etik disebabkan oleh adanya kontroversi
dalam bidang reproduksi manusia, disamping pelanggaran terhadap etika

48
kedokteran secara umum, Latar belakang kepercayaan, budaya, dan
pendidikan yang berbeda di masyarakat, pasien dan tenaga dokter, yang
pada umumnya menyangkut masalah motivasi sosial ekonomi, sering pula
menjadi penyebab pelanggaran etika.
2. Etika dalam pengobatan dan perawatan bidang reproduksi Manusia
a. Kewajiban terhadap Pasein
 Seorang dokter hendaknya bekerja secara optimal dan profesional dalam
memberikan pelayanan kepada pasien
 Seorang dokter hendaknya menempatkan kepentinga pasien diatas
kepentingan pribadinya
 Segala bentuk pemeriksaan dilakukan dengan sopan santun dan “logo
artis”
 Dalam melakukan pelayanan reproduksi manusia, seorang dokter harus
didampingi sekurang-kurangnya oleh satu orang perawat/ bidan
 Seorang dokter harus jelas memberikan informasi mengenai penyakit,
rencana tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasiennya
 Rencana tindakan pada pasien harus tercantum dalam informed consent
 Hal-hal lain hendaknya sesuai dengan kode etik kedokteran Indonesia
b. Kewajiban terhadap sesama spesialis Dokter Obstetrik-Ginekologi
 Perasaan kolegalitas harus terbina diantara sesama dokter spesialis
obstetrik-genekologi
 Rujukan antara dokter spesialis obstetrik-genekologi harus disertai
dengan keterangan yang jelas mengenai masalah pasien
 Antar dokter spesialis obstetrik-genekologi harus saling menasehati dan
mengontrol sehingga terhindar dari tindakan yang melanggar etika
 Hal-hal lain hendaknya sesuai dengan kode etik kedokteran Indonesia
c. Kewajiban terhadap sejawat dibidang lain
 Perasaan kolegalitas harus mendasari hubungan antar sejawat
 Rujukan harus diikuti dengan keterangan/ maksud yang jelas
 Hal-hal ini hendaknya sesuai dengan kode etik kedokteran Indonesia
d. Kewajiban terhadap tenaga keperawatan
 Seluruh perawat/ bidan membina hubungan dan kerja sama antar tim
keperawatan dalam kelancaran asuhan keperawatan
 Meningkatkan tanggung jawab dan hubungan kerja sama antar tim

49
keperawatan dan instalasi penunjang kesehatan lainnya
 Meningkatkan pengetahuan asuhan keperawatan secara berkala pada
perawat/ bidan

I. 2. Panduan penerapan Etika Rumah Sakit berkaitan dengan masalah-masalah


khusus dalam Instalasi
PENDAHULUAN
Rumah sakit dalam sejarahnya disebutkan sebagai satu lembaga kemanusiaan yang
memiliki nilai-nilai dan martabat luhur. Dalam hal ini berarti nilai-nilai moral serta nilai-
nilai formal yang normatif menjadi salah satu kebijakan utamanya.
Selain hal yang dituliskan diatas, Rumah Sakit juga merupakan tempat berkumpulnya
banyak orang, sehingga perlu adanya pengaturan dan peraturan guna menjaga tetap
eksisnya akan nilai-nilai mulia tersebut diatas.
Karena itu RS Hermina Balikpapan membuat Pedoman Kode Etik RS Hermina
Balikpapan sebagai upaya menjunjung tinggi prinsip-prinsip nilai moral dan nilai formal
yang normatif di RS Hermina Balikpapan.
Dari sisi Etika, persoalan khusus bagian dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok keperawatan
2. Kelompok penunjang medis
3. Kelompok penunjang umum
Pembahasan mengenai masalah khusus instalasi
Dari sudut pandang RS Hermina Balikpapan, maka yang terpenting adalah pelayan
dengan penuh cinta kasih.
Dari sisi pelayanan ada 3 kategori penentu, yaitu :
1. Kualitas asuhan keperawatan
2. Keselamatan pasien
3. Kepuasan pelanggan
Dalam melakukan pelayanan terhadap satu pasien bersama-sama, harus menunjukkan
suatu sistem dan cara kerja tim yang baik, jangan hanya mempertahankan sudut pandang
masing-masing divisi/ bagian.
 Aspek etika yang utama dalam masing-masing golongan tersebut adalah
 Golongan yang bersifat keperawatan
Aspek etika yang utama adalah mengenai informed consent
Dan perlu diberikan perhatian penuh pada infeksi nosokomial dan resistensi

50
antibiotika
 Golongan penunjang medis
Aspek yang utama adalah menyangkut ekspertise
Harap memperhatikan konsistensi dan koherensi dengna data-data klinik
 Golongan penunjang umum
Menuju kepuasan pelanggan dalam menikmati fasilitas ruangan, administrasi
yang cepat dan akurat dan fasilitas-fasilitas lainnya yang mendukung
kenyaman selama menjalani perawatan.
 Dalam penerapan etika rumah sakit dengan baik, maka setiap bagian
diharapkan memiliki :
1. Panduan pelayanan medis
2. Panduan konsultasi antar bagian, karena di dalam suatu rumah sakit selalu ada
interaksi antar bagian
3. Panduan interaksi antar bagian Medik
Ini diperlukan dalam perawatan pasien khusus, maka harus dibentuk tim
4. Selalu memperhatikan prinsip dasar etika, yaitu :
 Beneficence
 Non malficence
 Respect for persen
 Confidentiality

A. Bagian pelayanan medis dan penunjang medis yang terdapat di RS Hermina


Balikpapan
1. Bagian pelayanan obstetrik dan genekologi
Bagian obstetrik dan genekologi memiliki daerah keilmuan yang berkaitan dengan
reproduksi. Proses kerja atau yang lazim disebut cara kerja keilmuan :
a. Promosi kesehatan wanita, khususnya kesehatan reproduksi
b. Evaluasi penyakit
c. Kuratif non operatif dan operatif
d. Menolong melahirkan
e. Menolong kegagalan kandungan
f. Berkaitan dengan infertilitas
g. Keluarga berencana
Problem etika, bahkan problem medikolegal yang sampai saat ini dihadapi adalah :

51
a. Kehamilan pada kegagalan KB dengan anak sudah banyak dimana suami tidak
menghendaki kehamilan dicegah
b. Kehamilan akibat perkosaan
c. Kehamilan akibat perkosaan terhadap gadis cacat dan lemah mental
d. Kehamilan akibat pacaran yang kurang hati-hati
e. Kehamilan pada pengguna narkoba
f. Kehamilan pada penderita HIV sekaligus pengguna narkoba
g. Kehamilan dengan cacat bawaan
h. Visum et repartum dalam aduan pemerkosaan
Spectrum problem etika profesi maupun etika rumah sakit pada bagian obstetrik dan
genekologi menjadi sangat luas karena memiliki sisi (aspek) yang banyak, yaitu :
a. Aspek profesi
b. Aspek religi
c. Aspek etika
d. Aspek sosial
e. Aspek emosional kemanusiaan
f. Aspek perundang-undangan
g. Aspek hukum
Dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai peristiwa tersebut, sangat sering
timbul dilema etik. Dalam menghadapi dilema etik, maka Panitia Etika Rumah Sakit
memberikan petunjuk sebagai berikut :
a. Dalam menghadapi dilema etik maka setiap warga bagian/ instalasi harus sadar
bahwa pelaksanaan menghadapi dilema etik dapat bersangkutan dengan moral
keagamaan
b. Dalam menghadapi dilema etik dapat bersangkutan dengan hukum, misalnya UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 15 dan KUHP
c. Dalam menghadapi dilema etik persoalan dapat diajukan ke Panitia Etika Rumah
Sakit
d. Pelaksanaan (eksekusi) dilema etika harus dikerjakan melalui surat persetujuan
tindakan yang jelas dan kuat melibatkan biro hukum RS Hermina Balikpapan
e. Dalam menyelesaikan dilema etik, dokter yang bersangkutan, Ketua Bagian dan
Direktur harus bebas dari kemungkinan tuntutan hukum
2. Bagian pelayanan anestesiologi
Dalan keilmuan bagian Anestesiologi adalah :

52
a. Menghilangkan rasa sakit
b. Membuat seorang yang sadar menjadi tidak sadar agar dapat dilakukan operasi
c. Perawatan Gawat Darurat dalam arti resusitasi jantung paru
d. Perawatan intensif
Dari aspek profesional, bagian Anestesi bekerja membuat seorang pasien yang sadar
menjadi tidak sadar dan selanjutnya sadar kembail. Selain itu bagian Anestesi berkairan
erat dengan perawatan intensif dimana dirawat pasien-pasien berat yang secara
keilmuan dapat dimengerti bahwa mortalitas perawatan intensif lebih tinggi
dibandingkan perawatan non-intensif.
Keberhasilan kerja seorang Dokter Spesialis Anestesi tergantung pada :
a. Personil
b. Alat
c. Obat
d. Lingkungan/ kamar
Alat, obat dan lingkungan yang baik merupakan bagian tugas manajerial, Aspek lain
yang perlu diperhatikan adalah komplikasi dari anestesi yang sebagian tidak dapat
diprediksi. Berdasarkan uraian tersebut diperlukan surat persetujuan tindakan anestesi.
Dalam aspek perawatan intensif dapat diidentifikasi beberapa permasalahan Etika
Rumah Sakit yaitu tentang pernyataan pasien meninggal dalam hubungannya dengan
meneruskan atau menghentikan perawatan intensif.
Perawatan intensif berhubungan dengan konsep gawat darurat, profesi anestesi perlu
diberikan suatu kepercayaan dan keleluasaan untuk bertindak menurut kaidah-kaidah
keilmuaan termasuk kaidah Evidence dan Value Based Medicine.
3. Bagian pelayanan bedah
Pelayanan bedah berhubungan dengan pembedahan pada pasien, disebabkan suatu
masalah penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan dilakukan oleh seorang ahli
bedah.
Dokter ahli bedah harus menginformasikan kepada pasien atau keluarga, alasan pasien
dilakukan pembedahan, resiko yang mungkin terjadi, keberhasilan dari pembedahan,
tindakan lanjut setelah pembedahan dengan jelas. Setelah pasien dan keluarga paham
akan penjelasan yang diterima, diperlukan informed consent.
Dalam perawatan pembedahan diperlukan kemampuan dalam merawat pasien post
operasi sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
Permasalahan etika rumah sakit yang mungkin timbul terjadinya infeksi nosokomial

53
serta angka resistensi antibiotika yang tinggi.
4. Bagian pelayanan Penyakit Dalam
Pendekatan utama dalam Ilmu Penyakit Dalam dilaksanakan secara komprehensif,
integratif dan holistik. Tidak ada hal-hal khusus selain dari segi mutu, keselamatan dan
kepuasan pasien serta keluarganya. Yang terpenting adalah perhatian terhadap masalah
cost effectiveness dan cost benefit. Komunikasi interpersonal yang prima menjadi
persyarat untuk mencapai kepuasan pasien beserta keluarganya. Kepuasan ini dapat
mencegah problem etika maupun problem medikolegal.
5. Bagian pelayanan Kesehatan Anak
Bidang keilmuan Bagian Pelayanan Kesehatan Anak pada saat ini bertumpu pada
tumbuh kembang aspek terpenting adalah edukasi dan komunikasi
Meningkat Informed Consent, orang tua/ keluarga yang bertanggung jawab merupakan
faktor yang utama. Apabila terdapat perbedaan pendapat maupun kepentingan antara
pandangan profesional dengan keinginan orang tua/ penanggung jawab/ keluarga, maka
dokter wajib memberikan keterangan yang seksama tapi seandainya keterangan tersebut
tidak mengubah keputusan keluarga, maka keputusan akhir diserahkan kepada keluarga
dalam pernyataan tertulis.
6. Bagian pelayanan telinga hidung tenggorokan
Permasalahan etika rumah sakit pada bagian THT adalah :
e. Mencegah Over-utilization peralatan canggih
f. Mencegah undertreatment terhadap pasien yang kurang mampu dan tidak
membayar
Tindakan spesifik THT yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan OAE
b. Pemeriksaan diagnostic
c. Operasi FESS (Function Endoscopic Sinus Surgery)
d. Mikroskopi diagnostic
e. Endoskopy THT
Diharapkan sudah ada standar prosedur

54
7. Instalasi Farmasi
a. Mengupayakan sarana produksi
b. Melakukan pengolahan barang farmasi sebaik mungkin (.........produksi,
penyimpanan, pendistribusian, dll)
c. Melayani kegiatan farmasi klinis sebaik mungkin (..........pengobatan penderita,
pengkajian penggunaan obat, terapi obat)
d. Melakukan fungsi pengawasan

8. Instalasi Patologi Klinik


Memiliki kekhususan sebagai berikut :
a. Memberikan petunjuk yang jelas kepada pasien berkaitan dengan pengambilan
darah
b. Distribusi sampel yang baik dan benar, tidak tertular/ hilang, jumlah cukup dan
tidak rusak
c. Pelayanan yang nyaman dan pengambilan bahan tanpa efek samping
d. Keselamatan kerja yang optimal dalam menganalisis bahan
e. Pembuangan limbah biologis dan kimia yang aman dan memadai
f. Menyediakan jenis test yang sesuai dengan permintaan dokter yang merawat
pasien
g. Analisa yang cepat dan akurat hasil ekspertise dan saran yagn tepat

9. Instalasi Gizi
Memiliki kekhususan sebagai berikut :
a. Mengawasi proses perencanaan, pengelohan, penyediaan, dan penyampaian
makan bagi pasien di ruang rawat inap
b. Menjaga hygiene makanan yang disediakan
c. Memenuhi kebutuhan pasien akan zat gizi berdasarkan kondisi penyakit dan
kemampuan pasien, bekerjasama dengan dokter yang merawat

10. Bagian pelayanan kesehatan kulit dan kelamin


Memiliki ciri khusus tersendiri terutama dalam menghadapi kasus-kasus Penyakit
Menular Seksual (PMS), Morbus Hansen (MH), dan kosmetik medik
Untuk pelayanan PMS perlu ditekankan adalah :

55
f. Perlindungan dan kerahasian penderita pada waktu pemeriksaan, dokter
didampingi pihak ketiga
g. Prosedur pemeriksaan sesuai indikasi pemeriksaan dalam (inspekulo) tidak
boleh dilakukan terhadap pasien wanita dengan hymen yang masih utuh (belum
menikah) tetapi wanita yang belum menikah hymennya sudah tidak utuh lagi
harus dilakukan dengan persetujuan pasien secara tertulis
h. Dokter spesialis tidak boleh memberikan visum hymen seseorang, tetapi boleh
memberikan keterangan mengenai keadaan hymen dan mencantumkannya pada
lembaran informed consent
i. Pada pengambilan sampel oleh dokter dan kerahasiaan hasil laboratorium harus
dijaga

 Kewajiban dokter spesialis terhadap pasien :


a) Dalam setiap pemeriksaan pasien IMS, harus ada pihak ketiga yang
mendampingi dokter pemeriksa, dapat dokter dan perawat/ bidan. Kehadiran
pihak lain itu harus dengan persetujuan pasien.
b) Pemeriksaan dalam (inspekulo) tidak boleh dilakukan terhadap pasien
wanita dengan hymen yang masih utuh, “belum menikah”, tetapi hymen
sudah tidak utuh lagi harus dilakukan dengna persetujuan pasien secara
tertulis.
c) Dokter spesialis tidak boleh memberikan visum mengenai keadaan hymen
seseorang, tetapi boleh memberikan keterangan mengenai keadaan hymen
dan mencantumkan pada lembaran informed consent.
d) Setiap pengambilan spesimen dari daerah genitel pasien wanita dan pria
harus dilakukan oleh seorang dokter.
e) Dalam penanganan pasien IMS dan pasangannya, pemberian informasi
penyakit kepada pasien.
 Kewajiban tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan lainnya
a) Setiap perawat yang mendampingi dokter pemeriksa dalam ruang
pemeriksaan. Pasien wanita harus perawat wanita sedangkan pasien pria
dapat perawat pria atau perawat wanita.
b) Perawat atau analis laboratorium dapat/ diperbolehkan pengambilan
spesimen darah pasien.
c) Setiap hasil pemeriksaan laboratorium spesiemn disampaikan kepada dokter

56
yang memegang pasien tersebut atau yang bertugas di divisi IMS.
d) Perawat atau petugas laboratorium tidak boleh memberikan informasi atau
komentar langsung kepada pasien tersebut.
 Kewajiban dokter spesialis kulit dan kelamin terhadap data pasien
a) Menyusun data pasien secara lengkap dengan tulisan yang harus dapat dibaca
dengan mudah sesuai dengan standar Depkes.
b) Bila data rekam medis pasien yang sudah pernah berobat tidak ditemukan,
pelayanan harus tetap diutamakan dengan membuat rekam medis sementara,
sambil mencari rekam medis asli.
c) Mengingat penyakit MH sangat panjang dan dapat kambuh kembali, maka
penyimpanan rekam medis sekurang-kurangnya 10 tahun.
 Kewajiban dokter spesialis kulit dan kelamin terhadap peralatan medis
tertentu
Mengupayakan agar alat-alat yang digunakan untuk menunjang diagnostic
(biopsi, bakterioscopi) harus steril, kecuali objek gelas. Objek gelas yang telah
dipakai tidak boleh dipakai ulang, tetapi harus dibuang setelah disterilkan.
 Kewajiban dokter spesialis kulit dan kelamin terhadap tenaga non medik
Memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada tenaga non medis agar
memahami perihal MH, agar tidak leprofobia, serta dapat memberikan penjelasan
bahwa mereka wajib merahasiakan apa yang diketahui tentang penyakit pasien.
 Kewajiban dokter spesialis kulit dan kelamin terhadap masalah rujukan
dan konsultasi terhadap spesialis lain
Menerima konsultasi dan wajib memberikan informasi sejelas-jelasnya tentang
penyakit MH kepada teman sejawat lain dengan nasehat khusus.
 Kewajiban dokter spesialis kulit dan kelamin terhadap dokter umum
Jawaban dari dokter umum harus ditanggapi da ndibalas mulai dari diagnosis,
pengobatan, nasehat, dampak sosial penderita, prognosis, tindak lanjut dan bila
perlu diminta persetujuan untuk ambil alih.
 Untuk pelayanan dermatologi kosmetik dan fotografi
a) Kepada pasien diterangkan tindakan medis yang dapat dilakukan dan
kemungkinan hasil maksimal yang mungkin diperoleh. Umumnya yang dapat
diterima adalah cara estetika lebih diterima, bukan mengembalikan kearah
kulit kelamin
b) Dalam bidang fotografi, pencucian/ percetakan/ reproduksi film dilakukan

57
dengan menjaga kerahasiannya. Penyimpanan diatur oleh penanggung jawab
dengan menjaga kerahasiaannya
c) Data medis kasus harus disimpan dan dijaga kerahasiannya sekurang-
kurangnya selama 5 menit

 Dermatologi kosmetik
Ialah bidang kedokteran yang menangani kelainan kulit, rambut dan kuku yang
dikelola secara medis dengan memperhatikan hasil sedapat mungkin memenuhi
keinginan pasien, meliputi kelainan :
a) Kulit : acne, kelainan pigmentasi (seperti melasma, nevus otta,
againg skin, dll)
b) Rambut : telogen efiuvium, alopesia areata, alopesia totalis dan hair
loss)
c) Kuku : distrofi
d) Tumor kulit
a) Jinak : (Trikoepitilioma, siringoma, nervus melanositik, granuloma,
kista aterioma, keratosis seboroik, dll)
b) Ganas : karsinoma sel basal, karsinoma insita (dini) (keganasan non
melanoma dini)
Perkembangan bedah kulit yang termasuk dalam dermatologi kosmetik meliputi
penguasaan keterampilan :
a) Bedah listrik
b) Bedah pisau (eksisi fusiformis, flap, skin graft)
c) Bedah kimia
d) Dermabrasi
e) Sedot lemak
f) Hair reduction
g) Tanduk rambut
h) Blefaroplasti
i) Laser
j) Suntikan (berbagai jenis filter, Bonlinum tozin A)
k) Bedah beku (kima) – N2
- Kepada pasien diberi penjelasan mengenai istilah dermatologi lebih mendetail
terutama yang menyangkut soal estetik/ penampilan. Diterangkan tindakan medik

58
apa yang dapat diperoleh agar kulitnya semaksimal mungkin mendekati kulit
normal.
- Skin Care/ perawatan kulit, diberi penjelasan lebih khusus kepada pasien soal
menjaga kebersihan kulit dan menyarankan untuk semakin bahan-bahan kosmetik
yang sesuai dengan jenis kulit (kering, berminyak, normal). Khusus untuk kulit
berminyak (berjerawat diajarkan bagaimana lemak keluar dengan dilatasi pori-
pori kulit dikompres hangat dan masker). Pada perawatan kulit tidak diberikan
kosmetik sebagai tata rias.
- Pembiayaan
Pada saat menggunakan alat-alat canggih mis. Laser dan hal-hal khusus seperti
penyuntikan acid, Botox A dan transinolon asetonida, pasien perlu diterangkan
secara jelas mengenai biaya yang lebih tinggi karena menyangkut pemeliharaan
dan pengadaan sarana yang mahal.
- Bila akan dilakukan tindakan medik, diperlukan Informed Consent tertulis
- Tindakan medik yang dilakukan sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang ada
- Tindakan medik yang perlu diberikan perhatian khusus :
a) Bedah listrik : yang dikerjakan dengan indikasi lebih menonjol kearah estetik,
diberikan penjelasan lebih lanjut soal pemeliharaan pasca tindakan dengan
memperhatikan panjanan sinar matahari serta memperketat indikasi dan
kontra indikasi (khususnya pasien dengan pacu jantung)
b) Bedah pisau : yang dikerjakan dengan indikasi estetik perlu diterangkan lebih
mendalam kemungkinan jaringan perut atau bekas yang terjadi, dibandingkan
dengan kelainan sebelum tindakan.
c) Suntikan triamsinolon asetonida (TA) pada :
▪ Akne : diberikan penjelasan lebih mendalam manfaat penyuntikan TA
pada akne vulgaris, akne kistika (anti infarmasi). Juga dijelaskan adanya
pengulangan suntikan.
▪ Keloid, Hypertrophic scar, diberikan penjelasan kemungkinan berkurang.
Hilangnya keluhan subyektif seperti rasa nyeri, sakit, dan gatal serta
kemungkinan rasa nyeri/ sakit waktu penyuntikan. Hasil yang dicapai
dengan penyuntikan TA tergantung pada umur, besar, dan lokasi lesi. Perlu
suntikan teratur dan ulang pada neurodermatitis. Pengawasan tindak lanjut

59
pasca suntikan tetap diperlukan karena kemungkinan relative tetap ada
d) Suntikan Hyaluronic Acid (filler), diberikan penjelasan jenis bahan yang
disuntikan dan manfaat test kulit sebelum disuntikan di lesi. Hasil suntikan
tidak menetap, sehingga jangka waktu tertentu perlu diulang.
e) Rejuvenasi, tidak memberikan hasil yang sempurna, perlu penjelasan yang
mendetail. Untuk mencegah timbulnya hiperpigmentasi dianjurkan
mempersiapkan kulit secara baik, menghindari sinar matahari langsung atau
memakai tabir surya, dapat secara kimiawi atau VBL.
f) Bedah laser :
▪ Laser CO2 : untuk tumor-tumor jinak dan ganas
▪ Laser biostimulation – diode laser – epitelisasiLaser V Beam : kelainan
vascular, skars dan rejuvenas

11. Bagian pelayanan gigi dan mulut


a. Mengingat bagian gigi dan mulut terdiri dari problem yang murni berasal dari
rongga mulut dan masalah gigi mulut yang sekunder akibat adanya masalah
dari organ tubuh yang lain maka integrasi dan kerja sama bagian pelayanan
gigi dan mulut dengan bagian pelayanan lain di RS Hermina Balikpapan.
b. Perlu ada kode etik kedokteran gigi tersendiri.

12. Instalasi kamar jenazah


a. Pemulangan Jenazah
a) Melaksanakan aturan-aturan yang ada terutama dalam hal memandikan
jenazah. Ada aturan-aturan yang baku sesuai dengan agama dan adat.
Apabila petugas kurang memahami dapat menyerahkan pada keluarga.
b) Membantu keluarga dalam melaksanakan pemulasan termasuk dalam
penyediaan sarana diperlukan.
b. Pemeriksaan jenazah
Pemeriksaan jenazah dilakukan dibagian forensik oleh kedokteran forensik,
karena RS Hermina Balikpapan tidak memiliki fasilitas pelayanan tersebut
maka bila ada jenazah yang perlu di visum, maka dikirim ke RSUD /
RSCM.
c. Transit jenazah dikamar jenazah
Setelah jenazah dimadikan pasien dibawa dibawa ke kamar jenazah

60
sementara sampai dengan ada keluarga yang membawa jenazah tersebut
untuk disemayamkan dirumah duka atau dibawa pulang kerumah keluarga.

Pedoman penyimpanan sementara jenazah adalah :


 Menghormati jenazah sebagaimana menghormati yang masih hidup.
 Jenazah ditempatkan pada tempat yang teratur, rapi, dan ada tirai
penghalang sehingga tidak langsung terlihat oleh umum.

d. Pengangkutan Jenazah
Pengangkutan jenazah RS Hermina Balikpapan bekerja sama dengan rumah
duka yang tersebat di Bandung, dimana petugas kamar jenazah dapat
membantu keluarga untuk mencarikan rumah duka yang diingini keluarga.

e. Pelayanan surat
Dalam melaksanakan pelayanan surat kematian, form tersebut dikeluarkan
oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Bandung yang terdiri 3
rangkap.
Pada form surat kematian, isi data pasien harus sama dengan KTP agar tidak
bermasalah dikemudian hari. Surat kematian hanya 1 kali dikeluarkan dan
diserahkan kepada keluarga yang bertanggung jawab terhadap jenazah
tersebut kemudian di dokumentasikan pada buku pengambilan surat kematian.

14. Bagian pelayanan Bedah Syaraf


a. Inform consent harus dilakukan oleh dokter yang cukup menguasai seluk beluk
penyakit yang diderita pasien
b. Dalam melakukan bedah persyarafan para tim bedah syaraf harus
memperhatikan stamina yang prima dalam melakukan operasi yang
membutuhkan waktu yang lama
c. Akibat efek samping bedah syaraf, biaya yang cukup besar dan waktu yang
lama dalam melakukan operasi maka informed consent wajib disampaikan
pada keluarga.

15. Bagian Pelayanan Neurologis


Berkaitan dalam pelayanan neurologi yang tentunya berhubungan dengan
syaraf pusat dan perifer diperlukan kerja sama secara interdisiplin dengan pelayan
yang memiliki ranah pelayan yang hampir sama yaitu Neurologi anak, spikogeriatri,
61
geriatric penyakit dalam, bedah syaraf, rehabilitasi medik, dll

16. Unit Rehabilitasi Medik


a) Menerapkan dan mensosialisasikan kasus-kasus apa saja yang dapat diatasi
oleh rahabilitasi medik beserta penjelasan atas lamanya waktu yang dibutuhkan
berikut efek samping tindakan.
b) Bekerja sama dengan rumah sakit lain bila ada pasien membutuhkan terapi
okupasi, terapi wicara dan rehabilitasi geriatri. Hal ini dilakukan apabila RS
Hermina Balikpapan belum memiliki sumber daya manusia terlatih dan sarana/
prasarana yang memadai.

17. Bagian pelayanan Patologi Anatomi


Sosialisasi SPO permohonan pemeriksaan dan cara pengiriman spesimen.
a) Perlunya pengaturan aktivitas pemeriksaan PA di unit laboratorium konsep
penaganan agar dapat terlaksana sesuai dengan kompetensi dan wewenang
b) Perlunya manajemen RS Hermina Balikpapan memprioritas dukungan sarana
dan SDM bagi kelancaran kinerja Pelayanan Patologi Anatomi
c) Perlu pengaturan aktivitas pemeriksaan PA, perihal kewenangan dan
kompetensi praktek profesional.

Kerawanan dalam pelayanan PA


a) Sarana/ prasarana :
Tempat penyimpanan jaringan tubuh tidak memenuhi syarat
b) Keterangan :
Tidak memahami/ mematuhi prosedur baku yang telah diterapkan
c) Sistem/ manajemen :
Tidak memahami/ mematuhi sistem dan manajemen yang telah ditetapkan
d) Kesadaran masyarakat :
Kurangnya pengertian dari masyarakat/ pasien terhadap pentingnya pemeriksaan
jaringan tubuh.
Setiap dokter spesialis obstetric-ginekologi hendaklah menjadi panutan dalam
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
e) Kewajiban terhadap rumah sakit
Dalam memenuhi kewajiban terhadap rumah sakit, setiap dokter spesialis
obstetric-ginekologi hendaklah :

62
 Melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan
profesinya, baik dalam segi pendidikan maupun pelayanan
 Melaksanakan pekerjaan sehari-hari secara jujur dan tanggung jawab
 Mengupayakan kemajuan rumah sakit dengan segala gagasan, usulan
maupun penemuan baru bagi pelayanan terhadap pasien.
Saran-saran :
a. Peningkatan tenaga melalui pendidikan dan latihan berkala kursus-kursus
b. Peningkatan sarana/ prasarana disesuiakan dengan kemajuan teknologi/
IPTEK
Untuk mendapatkan gambaran rinci tentang etika/ medikolegal diusulkan dibuat
kuesioner yang terarah.

18. Bagian pelayanan psikiatri


Pemasalahan etika rumah sakti yang berhubungan dengan pelayan psikiatri
adalah ruangan pemeriksaan yang harus memenuhi syarat berikut :
a. Terjaminnya privasi/ kedap suara
b. Tidak dilihat oleh orang lain/ pasien lain
Teknik dan wawancara psikiatri merupakan bagian terpenting dalam
keseluruhan penatalaksanaan pasien menimbulkan masalah, baik masalah etik
maupun hukum. Wawancara psikiatri tidak merupakan sarana untuk
mengumpulkan data atau menegakkan dignosis, tetapi juga merupakan bagian
dari terapi/ psikoterapi. Dalam menghadapi pasien gaduh gelisah sering
dilakukan tindakan atau cara khusus. Untuk dapat pelayanan yang bermutu, etis,
efisien diperlukan sumber daya manusia sebagai satu tim yang terdiri dari dokter
psikiater, perawat, psikolog, pekerja sosial dan tenaga administrasi.
Berbeda dengan bidang kedokteran lain, dimana pasien gangguan psikiatri
memerlukan pertimbangan dokter mengenai dapat atau tidaknya isi rekam medis
diberikan kepada pihak lain sesuai dengan pertimbangan penilaian terhadap
kondisi pasien.

63
Karena terdapat potensi yang cukup tinggi akan timbulnya permasalahan etik
dan medikolegal pada pasien-pasien dengan gangguan psikiatri, maka
diperlukan perhatian khusus terhadap hal-hal berikut ini :
 Surat keterangan mengenai keadaan pasien, penjemputan pasien, dan
pasien yang berobat tanpa identitas yang jelas
 Pemberian surat keterangan mengenai keadaan pasien, seperti surat
sakit, surat istirahat yang dibuat sesuai dengan standar profesi, kepada
pihak lain harus dengan persetujuan pasien atau wali hukum
Dalam hal apapun harus dipertimbangkan segala konsekuensi etik/ hukum yang dapat
ditimbulkan oleh penerbitan surat tersebut. Penjemputan pasien psikiatri dari rumah
harus ada surat rujukan dari dokter.

19. Bagian Pelayanan Mata


Hal khusus bagian pelayanan mata adalah :
c. Pelayanan kesehatan (pemeriksaan, pengobatan, pembedahan) kepada pasien
penyakit mata
d. Fasilitas rujukan penyakit mata
e. Fasilitas tenaga medis dan non medis

20. Instalasi Radiologi


Radiologi menggunakan instrument dan zat yang berpengaruh terhadap
lingkungan, karena itu instalasi radiologi harus senantiasa memperhatikan aspek
keamanan lingkungan.
Dokter radiologi akan selalu memperhatikan dampak negatif dari penggunaan alat
dan bahan yang menimbulkan radiasi dan pencegahan merupakan prioritas utama.
Instrumen radiologi dapat berpotensi berbahaya bagi para staf yang meliputi faktor-
faktor
 Pencegahan terhadap bahaya radiasi
 Prosedur penanganan bila terjadi kecelakaan kerja
 Standard baku pelayanan dan sebagainya
Hasil-hasil pemeriksaan radiologi hanya bisa diterangkan kepada pasien oleh dokter
yang melakukan pemeriksaan.

64
B. PANDUAN PENERAPAN ETIKA RUMAH SAKIT ANTAR INSTALASI
Panduan umum komunikasi
Penyampaian informasi kepada pasien harus selalu memperhatikan keilmuan dan
etika, sehingga informasi yang disampaikan memberi rasa nyaman dan aman pada
pasien.
Apabila informasi yang disampaikan berpotensi tidak menyenangkan, harap
memperhatikan kaidah-kaidah informasi yagn jelek disampaikan (how to inform the bad
news), yaitu sampaikan informasi dengan bijaksana, bertahap dan dalam waktu yang
telah disiapkan, dengan memperhatikan tingkat kemampuan penerima pesan (pasien/
keluarganya). Informasi itu dapat langsung disampaikan pada pasien atau melalui
keluarganya.
1. Panduan konsulen antar spesialis
a. Pembuatan surat konsultasi
a) Surat konsultasi ditulis dengan jelas, dibuat dan ditandatangani oleh
konsulen dengan mencantumkan nama lengkap
b) Konsultasi harus diketahui dan disetujui oleh pasien dan keluarganya.
c) Bila konsulen memberi instruksi melalui media elektronik (telepon, sms, fax,
e-mail, dll), maka surat konsultasi tersebut dibuat dan ditandatangani oleh
dokter konsulen.
b. Pembuatan surat jawaban konsultasi
a) Surat jawaban konsulen ditulis dengan jelas, dibuat dan ditandatangani oleh
konsulen dengan mencantumkan nama jelas.
b) Bila konsulen memberi instruksi melalui media elektronik (telepon, sms, fax,
e-mail, dll), maka surat jawaban konsultasi tersebut dibuat dan
ditandatangani oleh dokter konsulen.
2. Panduan etik rumah sakit tentang interaksi antar spesialis
Dalam hal perawatan bersama, dibentuk tim. Ketua tim dapat dipilih
berdasarkan kesepakatan anggota tim atau ditetapkan oleh Direktur. Juru bicara,
dapat ketua tim, atau yang ditunjuk sesuai kesepakatan.
3. Panduan etik rumah sakit tentang perawatan pasien khusus atau kasus khusus
Dalam hal perawatan khusus atau kasus khusus (dengan kondisi spesifik) perlu
bantuan tim. Yang dimaksud dengan pasien khusus seperti teman sejawat, figur
public, orang penting, dll

65
Yang dimaksud dengan kasus khusus adalah kasus yang perlu penanganan yang
terdiri dari disiplin ilmu dan potensil menimbulkan aspek hukum maupun aspek
etik.
Ketua tim dapat dipilih berdasarkan kesepakatan anggota tim atau ditetapkan oleh
direktur. Juru bicara dapat ketua tim atau ditunjuk sesuai kesepakatan.
4. Prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan
a. Dalam hal kontraversi mengenai penatalaksanaan pasien, maka dokter
penangung jawab pasien berhak mengambil keputusan.
Contoh: Pasien penatalaksanaan syok septik dulu digunakan kortikosteroid,
sedangkan saat ini manfaat kortikosteroid pada syok septik diragukan,
sehingga hal ini menjadi kontra versi.
Pada kondisi seperti ini dokter penanggung jawab dapat/ berhak
memutuskan apakah kortikosteroid akan diberikan atau tidak
b. Dalam keadaan dimana suatu cara penatalaksanaan telah terbukti memberikan
hasil yang baik bagi pasien secara Evidence based medicine, maka profesi boleh
mendahului melaksanakan penatalaksanaan tersebut, walaupun dalam Panduan
Pelayanan Medis cara tersebut belum tercantum.

C. PANDUAN PENERAPAN ETIKA RUMAH SAKIT PADA KONDISI


SPESIFIK Keadaan yang memerlukan penerapan etika biomedik
Penerapan etika biomedik perlu dilaksanakan pada beberapa keadaan, antara lain pada :
a. Pemakaian dan pelepasan sarana kelangsungan hidup
Untuk dapat menentukan tindakan tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang
definisi hidup, penetapan mati setelah pemakaian teknologi modern dalam menunjang
kehidupan.
Keadaan yang memerlukan tindakan tersebut antara lain :
a) Brain death
Istilah ini merancukan definisi klasik mati berdasarkan kegagalan fungsi jantung
dan paru. Kriteria brain death menurut havard medical school Ad Hoc Committee
adalah tidak dapat diterima dan bereaksi, tidak ada pergerakan dan pernafasan,
tidak ada refleks, EEG datar. Pada konsep dan kriteria tersebut sel tubuh dapat
diusahakan masih tetap hidup/ berfungsi dengan teknologi modern meski tanpa
adanya aktifitas otak.

66
b) Persisten Vegetative states (PVS)
Gejala karakteristik sindrom tersebut adalah secara klinis terdapat kehilangan
fungsi neokortikal secara permanent, sedangkan secara umum masih berfungsi
batang otak dan pasien masih dapat bernafas secara mandiri.
c) Do not resuscitate (DNR)
Resusitasi kardiopulmoner (CPR) dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
dapat diberikan pada setiap pasien di rumah sakit. Penerapan DNR sebaiknya
setelah mendapat kesepakatan antara keluarga, pasien, dan petugas kesehatan.
Diperlukan adanya istilah dan petunjuk pelaksanaan mengenai DNR, misalnya :
 Tindakan DNR hendaknya dibuat rekaman tertulis secara rinci
 Menyebutkan tindakan spesifik yang hendaknya dihentikan
 Pasien bila mungkin turut menentukan prosedur yang diputuskan
 Keputusan merupakan hasil musyawarah tim
 DNR memerlukan revisi dalam jangka waktu tertentu
Keputusan untuk mempertahankan kehidupan biologis memerlukan
keterlibatan berbagi pihak terutama keluarga pasien dengan memperhitungkan
besarnya dampak tindakan terhadap individu dan keluarga, dan terhadap harapan
akan kelangsungan hidup pasien.
b. Kondisi lain :
a) Perawatan biasa dan tidak biasa (ordinary & extraordinary care)
Perawatan baisa termasuk obat dan pengobatan, dan operasi yang memberikan
harapan keuntungan dan dapat dilaksanakan tanpa biaya tinggi, rasa sakit atau
ketidaknyamanan lain.
Perawatan yang tidak biasa adalah semua obat, pengobatan, dan operasi yang tidak
dapat dilaksanakan atau pakai tanpa biaya tinggi, tanpa rasa sakit, atau tanpa
ketidaknyamanan, atau apabila dilaksanakan tidak akan memberi harapan
keuntungan.
b) Personhood, perlu dipertimbangkan pada keadaan kehilangan harapan hidup.
Manusia mempunyai hak dan kewajiban sebagai seorang/ person/ individu
yang mempunyai perhatian, kesadaran kognitif (ingatan, harapan, dan
kepercayaan), dalam menjalankan hubungan dengan sesama, dan mempunyai
harapan masa mendatang.
c) Advenced direction, menunjuk seseorang untuk bertindak atas namanya,

67
misalnya apabila kemungkinan berada dalam keadaan Persistent vegetative
state.
d) Proxy deciston making standard, apabila tidak mampu menolak pengobatan
maka kadang-kadang dokter, rumah sakit, atau keluarga mencari/ meminta
pendapat pengadilan sebelum menerapkan suatu keputusan.
e) Donai organ tubuh, umumnya perlu pertimbangan kapan waktu pengambilan,
siapa yang akan menerima, dan bagaimana tentang pembiayaan. Suka relawan
tidak mencukupi kebutuhan penyediaan organ, sehingga timbul beberapa
kemungkinan :
 Mandated choice, setiap orang dewasa yang berkeinginan mendonasi salah
satu organ tubuh
 Finansial incentives, kadang-kadang masih “dimungkinkan” dengan
persyaratan tertentu
 Altering the current meaning of death, menyangkut pengertian/ definisi
“mati” organ dapat diambil
 Used of condemned prisoners, tidak etis, kecuali yang bersangkutan
menghendaki
f) Euthanasia, berasal dari bahasa Yunani yang berarti kematian dengan baik
(Good death), sedangkan arti dalam bahasa Inggris adalah mati dengan mudah
atau mempercepat kematian tanpa rasa sakit. Dalam hal ini euthansia diartikan
sebagai titik melakukan tindakan untuk memperpanjang kehidupan atau
menghindari kematian, dan euthanasia aktif adalah tindakan untuk
mempercepat proses kematian. Umumnya menyangkut pasien dibawah 70
tahun tersering pada pasien keganasan.
g) Masalah reproduksi, masih belum mencapai kesepakatan mesti telah sepakat
untuk menghargai janin mulai dari masa pembuahan. Dalam keadaan tertentu
perlu adanya kebijakan lain yang dipertimbangkan, termasuk masalah aborsi
dimana terdapat 2 opsi posisi : posisi menunjang kehidupan (pro-life position)
dan posisi menunjang pilihan (pro-choice position). Dimana apa bila terjadi
kehamilan pada anak dibawah umur serta korban perkosaan dimana telah
terdapat pedoman yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
bahwa kehamilan dapat dihentikan sebelum usia kandungan 16 minggu.
h) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), terkait dengan pencegahan

68
infeksi (penggunaan obat/ jarum suntik, perilaku seksual), resiko pekerjaan
termasuk petugas kesehatan, keharusan mengobati penyakit, keharusan
melakukan pemeriksaan, keharusan memakai alat pelindung diri, pemilihan
pengobatan, sikap terhadap pasien yang berada pada stadium terminal
penyakit, sikap terhadap petugas kesehatan yang menderita AIDS, arti
confidential pada kasus AIDS.
Bila seorang dokter sudah menerapkan diagnosis kerja HIV terhadap seorang
pasien, maka rumah sakit berhak melakukan pemeriksaan HIV atas biaya rumah
sakit dan bersifat rahasia, walaupun pasien yang bersangkutan menolak.
Apabila dalam suatu proses pengobatan ada petugas yang mengalami luka tusuk,
maka segera dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah
pasien menderita HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C, untuk melindungi petugas
kesehatan.
i) Human genome project, memetakan gen manusia secara lengkap. Hal ini
merupakan suatu riset, salah satu pernyataan mendasar yang belum mencapai
kesepakatan adalah pantaskah hal tersebut diterapkan atau dipunyai oleh
manusia (proper for human to possess). Hal tersebut perlu untuk kepentingan
terapi dan pencegahan kecatatan, termasuk penggunaan stem sell, cloning
untuk terapi, screening janin yang diikuti tindakan aborsi pada kelainan genetic
yang berat.
j) Kasus kosmetik, dengan kemajuan teknologi terdapat istilah kosmesetikal
(Cosmecuetical) yaitu gabungan antara kosmetik dan obat. Oleh karena itu
seperti lazim setiap tindakan diperlukan informed consent, demikian pula
untuk setiap tindakan menggunakan kosmetika.
Sebagai contoh yang termasuk kosmetika dan obat :
 Shampoo termasuk kosmetik
 Shampoo anti ketombe termasuk obat
k) Kasus geristrik, masalah yang sering dihadapi adalah ketidak mampuan untuk
membuat keputusan dalam hal pemilihan pengobatan. Guna mengatasi hal
tersebut perlu dipersiapkan pernyataan secara lisan maupun tertulis. Apabila
keadaan diatas tidak mungkin maka diperlukan adanya wakil yang dapat
bertindak atas nama pasien (surrogate), bila hal diatas tidak memungkinkan
maka diperlukan tim yang terdiri dari tenaga kesehatan berbagai disiplin yaitu

69
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang terkait dengan penanganan
pasien.
Apabila tidak terdapat kesepakatan antara pihak keluarga dan pihak yang merawat maka
panitia etik dapat dimintakan pendapat, sedangkan pendapat pengadilan merupakan
pilihan terakhir. Pada keadaan terminal maka pertimbangan lebih ditekankan pada kualitas
hidup dibandingkan dengan perpanjangan hidup
l) Permasalahan narkoba, perlu penanganan yang strategi dengan mengetahui latar
belakang permasalahan yang menyebabkan pasien menyalahgunakan narkoba dan obat
spikotropika. Terkait dengan bidang psikologi dan psikiatri, sehingga penanganan
harus secara terpadu dengan memperhatikan 3 faktor utama individu, narkoba, dan
lingkungan sosial. Dilaksanakan dengan menghormati hak individu tanpa kesan
mengadili.
Dalam penerapan etik rumah sakit mengenai masalah spesifik diperlukan pemahaman
tentang masing-masing permasalahan. Dalam menjalankan tugas tersebut kaidah dasar
etika biomedik yang meliputi truth, outnomy, beneficence, onmaleficence, fidelity,
confidential, justice, and virtue harus selalu jadi pedoman.

D. KERJA SAMA ANTAR PROFESI DAN HUBUNGAN DENGAN PASIEN


 Lingkungan Sehat dan Aman di Rumah Sakit
Rumah sakit berupaya agar pasien berada dalam lingkungan sehat dan aman.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, rumah sakit bekerja sesuai dengan
prosedur dan kebijakan yang disusun dengan mengemukakan kepentingan umum
dan pasien secara khusus. Dengan demikian terhindar dari perlakuan yang tidak
diinginkan (abusued & neglected).
Guna mewujudkan hal tersebut diatas telah didukung kebijakan tentang :
1. Pengendalian infeksi nosokomial, pedoman dan petunjuk teknis, edisi ke 2, 1999
(hospital infection control progamme to ensure the improvement of health
service quality, makalah Djoko W, 2004)
2. Kebijakan layanan sterilisasi
3. Peran infection control nurse
4. Pengelolaan layanan sterilisasi
5. Petunjuk pelaksanaan penentuan mati dan pengertian resusitasi darurat serta
pengertian/ penundaan bantuan hidup, SK direktur RS Hermina Balikpapan
6. Kebijakan dan prosedur unit pelayanan Laundry, RS Hermina Balikpapan (

70
Laundry & pengendalian nosokomial)
7. Panduan pelayanan transfusi darah, RS Hermina Balikpapan 2017

 Kemitraan dalam perawatan pasien di rumah sakit


Dalam melaksanakan perawatan di rumah sakit, tenaga medis dan profesional
lain di rumah sakit bekerja sama dengan sadar saling mempercayai dan saling
menghormati. Selain itu mutlak diperlukan kerja sama yang baik dengna pasien dan
anggota keluarganya untuk mencapai kesehatan yang didambakan. Tujuan utama
adalah melaksanakan pelayanan sebaik mungkin dengan memperhatikan hak dan
kewajiban masing-masing petugas kesehatan dengan penuh cinta kasih. Dalam
menjalankan tugas tersebut hubungan pasien dan tenaga kesehatan hendaknya
berdasarkan kaidah dasar etika biomedik, yaitu :
1. Mendapatkan kebenaran dari permasalahan pasien (varacity atau truth)
2. Pasien berhak memilih dan menerapkan keputusannya, tercakup didalamnya
kemampuan melaksanakan keputusan, menghargai keputusan orang lalin
(Autonomy self-determination)
3. Berguna dalam mencegah/menghilangkan derita serta selalu berbuat baik
(beneficence)
4. Tidak menyebabkan penderitaan (normaleficence), memperhatikan peran
masing-masing individu sebagai bagian dari suatu tim (role of fidelity)
5. Menjaga kerahasiaan (confidentiality), aspek penting dalam kepercayaan pasien
terhadap dokter/ tenaga kesehatan
6. Jujur dan adil dalam menjalankan tugasnya (justice)
7. Semua tugas dilaksanakan berdasarkan moral sesuai dengan fungsi sosial rumah
sakit dan bukti ilmiah yang dianut oleh profesi kedokteran (virtue)
 Pelayanan terhadap pasien diharapkan dilaksanakan dengan :
1. Pelayanan bermutu tinggi, yang dilaksanakan secara profesional dengan
keterampilan ketekunan dan perhatian tinggi. Pasien berhak mengetahui identitas
dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan
2. Lingkungan bersih dan aman, perlu diupayakan agar pasien selalu merasa
“aman” terbebas dari rasa takut akan terjadi kesalahan tindakan kecerobohan,
serta kurang perhatian (neglected)
3. Keterlibatan pasien dalam penetapan kebijakan kesehatan yang diperlukan

71
melalui :
a. Kesepakatan mengenai kondisi medis pasien dan informasi tentang tindakan
dan prosedur yang diperlukan dalam terapi, meliputi :
a) Keunggulan dan resiko setiap pengobatan
b) Apakah yang diharapkan dari terapi tersebut dan efek jangka panjang
terkait kualitas hidup
c) Apakah diperlukan perawatan selanjutnya setelah keluar RS Hermina
Balikpapan
d) Konsekuensi finansial yang diperlukan atas pemilihan terapi tersebut
b. Kesepakatan tentang rencana terapi, apabil seseorang di rawat di rumah sakit
secara umum telah terjadi kesepakatan tentang terapi. Dalam beberapa
prosedur tindakan diperlukan informed consent secara tertulis
c. Keterangan tentang seluruh riwayat kesehatan pasien, termasuk jaringan
terkair dengan kesehatan secara finansial
4. Melindungi privasi, kerahasian hubungan dengan tenaga kesehatan dan informasi
medis terkait
5. Persiapan sebelum meninggalkan rumah sakit, keberhasilan pengobatan seorang
pasien bergantung pula pada kerja sama dokter dan pasien termasuk kepatuhan pasien
dalam menjalankan rencana terapi, diet, dan latihan-latihan yang diperlukan serta
kebutuhan finansial untuk hal tersebut.
Dalam menjalani pelayanan kesehatan perlu pula dipertimbangkan antara lain efek
Ganda (double effect) yaitu hal yang baik atau netral secara moral, hal yang baik tidak
merupakan hasil yang mengikuti efek buruk, efek buruk tidak boleh merupakan tujuan
tetapi hanya risiko ikutan terhadap tindakan yang baik. Perlu diperhitungkan tentang
surrogacy.

ETIKA PROMOSI
Dalam menjalankan pelayanan diperlukan juga suatu promosi suatu produk pelayanan di
maka akan di atur sesuai dengan pedoman etik promosi rumah sakit tahun 2011 dari
PERSI adalah sebagai berikut :
a. Pemasaran
Promosi :
 Harus menggunakan bahasa yang baik, jelas dan mudah dipahami
masyarakat.

72
 Harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan nilai, norma
dan hukum yang berlaku di Indonesia.
 Tidak boleh diskriminatif , menyinggung perasaan dan merendahkan
martabat Negara, agama, tata susila, adat, budaya, suku dan golongan.
 Harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat
 Layanan yang ditawarkan harus professional dan bermutu. Setiap rumah
sakit dan institusi pelaku pelayanan kesehatan harus selalu mengacu
kepada etika profesi dan etika rumah sakit.
 Tarif layanan yang ditawarkan wajar, dapat dipertanggung jawabkan .
 Layanan yg ditawarkan harus merata dan ditujukan kepada seluruh anggota
masyarakat
 Layanan yang ditawarkan harus mampu memberikan rasa aman dan
nyaman bagi pengguna layanan.

Menyampaikan informasi tentang :


o Letak Rumah Sakit,
o Jenis dan kapasitas rumah sakit,
o Fasilitas layanan yang dimiliki dengan sarana pendukung /penunjang.
o Kualitas dan mutu pelayanan yg telah dicapai.
o Promosi pelayanan promotif dan preventif dengan harga khusus

Informasi bisa diberikan dalam bentuk :


o Wawancara untuk cover story oleh media cetak.
o Leaflet dan brosur
o Siaran Radio atau televise
o Kegiatan Sosial
o Website, media sosial lainnya
o Pameran
o Liputan Media Massa
o Program khusus potongan harga
o Sponsor kegiatan ,jalan sehat dan sebagainya.

73
b. Keuangan
 Pembayaran Deposit Pasien Rawat Inap:
o Bagian front office menjelaskan perkiraan biaya ruang perawatan sesuai
dengan pilihan pasien dan tindakan yg akan dilakukan .
o Menjelaskan jumlah Deposit yang harus disimpan.
o Pasien Gawat Darurat tidak diharuskan menyimpan deposit, tetapi tetap
dijelaskan perkiraan biaya.tanpa membedakan pelayanan ke pasien
o Bagi pasien yang belum dapat menyimpan deposit, dibuat surat
penundaan Deposit yg ditandatangani oleh penanggung jawab pasien.

 Pemberian Discount pembayaran pasien


o Pasien yang sudah regestrasi dan menyimpan DEPOMIL, secara
otomatis mendapatkan Discount sesuai dengan ketentuan yg berlaku.
o Keluarga Karyawant, setelah mengajukan permohonan dan diketahui
oleh bagian personalia,akan diberikan discount sesuai ketentuan.
o Pasien umum yang dirawat di kelas 3 atau perawatan intensif, dengan
terlebih dahulu mengajukan permohonan discount kepada Direksi dan
alasan permintaan discount.
o Pasien yang menempati perawatan VIP dan ke atas, tidak mendapat
discount.
o Rekanan/perusahaan juga diberikan discount dan tertera dalam
perjanjian kontrak kerja sama.

 Penanganan Pasien Pulang Bermasalah


o Pasien pulang yang diketahui ada permasalahan di pembayaran biaya
pelayanan,penanggung jawab pasien wajib mengisi surat pernyataan,
kapan akan membayar atau menyicil.
o Identitas penanggung jawab harus sesuai dengan identitas yang masih
berlaku.
o Pasien diantar pulang ke tempat tinggal, dan petugas yang mengantar
meminta keabsahan dari RT/RW setempat bahwa alamat tersebut benar
tempat tinggal ybs.

74
 Penagihan Piutang Pasien Rawat Inap Bermasalah
o Pasien Rawat Inap yang bermasalah pelunasan pembayaran dan telah
mengisi surat pernyataan kesanggupan bayar, apabila sampai waktu
yang dijanjikan tidak dating, maka urusan piutang harus
menindaklanjuti dengan menghubungi penanggung jawab pasien.
o Petugas Piutang pertama kali menghubungi per telepon, bila tidak hadir
pada waktu yang disepakati, maka petugas akan menelpon kembali
( maksimal 3 x telepon dalam waktu 1 bulan )
o Petugas piutang membuat laporan hasil tindak lanjut tsb.
o Petugas piutang melakukan kunjungan rumah, utk bertemu dengan
penanggung jawab pasien.
o Bila selama 6 bulan tidak ada pembayaran, maka bagian piutang
mengajukan untuk pemutihan kepada Direktur RS dilanjutkan ke
Direktur PT.

75
BAB IV
PELAYANAN ROHANI DI RUMAH SAKIT

1. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan rohani sesuai dengan agama/
aliran kepercayaan yang dianutnya
2. Pelayanan rohani disampaikan dalam sebuah sistem dan dilaksanakan dalam bentuk
suatu panduan pelayanan rohani yangmenunjang etika

76
BAB V
ALUR PENYELESAIAN MASALAH ETIKA DI RUMAH SAKIT
HERMINA BALIKPAPAN

Pengendalian keprofesian merupakan pengaturan ke dalam profesi sehingga hal itu


merupakan tanggung jawab seluruh anggota profesi
Kelompok profesi harus menetapkan, melaksanakan dan menilai mekanisme pengendalian
etika secara menyeluruh. Untuk keperluan itu, perlu dibentuk suatu wadah yang menangani
masalah pelanggaran etika.
Pelanggaran Etika Profesi
Istilah pelanggaran etika profesi dipergunakan untuk kelakuan yang tidak sesuai
dengan mutu profesional yang tinggi, kebiasaan cara-cara atau kebijakan seperti yang lazim
dipergunakan. Melanggar etika profesi termasuk melanggar prinsip-prinsip moral.
Alur penyelesaian pengaduan pelanggaran etik rumah sakit lihat dihalaman berikutnya

Pengendalian etika di dalam rumah sakit juga meliputi akan etika karyawan selain juga
etika bisnis, etika promosi. Adanya ketidak sesuaian atas yang terjadi di dalam rumah sakit
akan ditangani dalam wadah panitia etik rumah sakit. Panitia ini akan bekerja denganm
adanya pengudan baik dari yang bersangkutan maupun dari unit pelayanan/unit kerja.

77
ALUR PENGADUAN PELANGGARAN ETIKA RUMAH SAKIT

DIREKTUR

ETIKA RS PERS

KOMITE MEDIK
ETIKA PROFESI

KOMITE
KEPERAWATAN

BIDANG/BAGIAN

UNIT PELAYANAN

78
BAB VI
PERLINDUNGAN TERHADAP PROFESI DAN PETUGAS
RUMAH SAKIT

Buku panduan ini disusun dengan maksud memberikan pelayanan kesehatan dengan
penuh kasih sayang dan yang bermutu tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, disamping
penerapan profesional dan etika yang baik, diperlukan kerja sama yang baik dengan pasien
maupun keluarga.
Diharapkan pasien dan keluaga memahami profesi yang dijalani oleh dokter, perawat
dan tenaga lain agar dapat dicapai hasil yang optimal.
Pihak manajemen-pimpinan Rumah Sakit dan biro hukum akan melindungi setiap
dokter, perawat dan petugas lain yang telah bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan secara
optimal terhadap setiap usaha yang mengganggu atau merendahkan martabat profesi,
contohnya menghina, menyakiti secara fisik.
Setiap kesalah pahaman antara pasien-keluarga dengan pihak Rumah Sakit diusahakan
untuk diselesaikan secara musyawarah.

79

Anda mungkin juga menyukai