Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH

KODE ETIK DAN SUMPAH APOTEKER

BERDASARKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN

OLEH :

NAMA : ADI RAHMANDANU

STAMBUK : 151 2019 0138

DOSEN : Prof. DR H. Tadjuddin Naid.,S.Si.,M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam etika farmasi memiliki kewajiban untuk melindungi pasien dari kerugian
akibat kesalahan pemakaian obat yang merugikan. Diawal Farmasi memeriksa kebutuhan
pasien, ditengah memeriksa kembali semua informasi dan memilih solusi bagi
DRP (Drug Related Problem), diakhir menilai hasil intervensi (evaluasi) sehingga
didapat hasil yang optimal, sehingga pada akhirnya diharapkan kualitas hidup pasien
meningkat serta hasilnya memuaskan. Dengan mengutamakan keselamatan dan
melindungi pasien dari penggunaan obat yang membahayakan diri pasien, berarti
farmasis turut memelihara kehidupan pasien tersebut sesuai dengan anjuran ajaran Islam
yaitu berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadist.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia didalamnya memuat banyak hal dalam
kehidupan ini, mulai dari urusan yang kecil hingga dalam pengaturan suatu negara
termasuk didalamnya adalah mengenai ilmu pengobatan dan kefarmasian. Farmasi
merupakan suatu seni untuk mengenali jenis, bentuk dan sifat-sifat fisika dari suatu
bahan, serta seni mengetahui bagaimana mengolahnya untuk dijadikan sebagai obat
sesuai dengan resep dokter. Karakter perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
farmasi memiliki karakter yang menarik untuk dipelajari karena keunikan ajaran Islam
sebagai agama yang sempurna mengatur setiap sisi kehidupan manusia.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari etika, profesi, dan kode etik.
2. Mengetahui dan memahami Alquran sebagai landasan etika profesi.
3. Mampu menjadi farmasis yang didalam praktiknya tidak bertentangan dengan koridor
ajaran Islam.
BAB II
ETIKA PROFESI DALAM PANDANGAN ISLAM
A. Definisi Etika dan Kode Etik
Kata etika berasal dari dua kata Yunani yang hampir sama bunyinya, namun berbeda
artinya. Pertama berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan atau adat, sedangkan yang
kedua dari kata ethos, yang artinya perasaan batin atau kencenderungan batin yang
mendorong manusia dalam perilakunya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dijelaskan dengan membedakan tiga
arti sebagai berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.
Macam-macam etika dibedakan menjadi sebagai berikut :
1. Etika deskriftif
Yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika Deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif
Yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etika Normatif juga
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan
yang akan dilakukan.
3. Etika Umum
Mengajarkan tentang kondisi-kondisi dan dasar-dasar bagaimana seharusnya
manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
pula dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian
umum dan teori-teori etika.
4. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan.
Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam
kehidupannya dan kegiatan profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral.
Namun, penerapan itu dapat juga berwujud Bagaimana manusia bersikap atau
melakukan tindakan dalam kehidupan terhadap sesama. Etika khusus ini dibagi
menjadi etika individual yang memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
etika sosial yang membicarakan tentang kewajiban manusia sebagai anggota umat
manusia.
Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk
aturan yang disebut kode etik.
Kode etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Kode Etik
Profesi menguraikan peraturan-peraturan dasar perilaku yang dianggap perlu bagi
anggota profesinya untuk melaksanakan fungsinya secara jujur dan menjaga kepercayaan
masyarakat. Prinsip-prinsip itu dirumuskan dan suatu aparatur tata tertib mengenakan
sanksi atas pelanggaran yang terjadi.
Kode etik tertulis secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral
yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense)
dinilai menyimpang dari kode etik.
Kode Etik Apoteker Indonesia, merupakan pedoman organisasi untuk melakukan
pembinaan terhadap anggota serta pedoman anggota dalam melaksanakan pengabdian
profesinya sebagai Apoteker. Kode Etik Apoteker Indonesia mengatur tentang kewajiban
dan larangan terhadap :
1. Diri sendiri
2. Teman sejawat
3. Penerima jasa
4. Tenaga kesehatan lain
B. Definisi Profesi dan Profesionalisme
Profesi adalah suatu pekerjaan yang berkaitan dengan bidang yang didominasi oleh
pendidikan dan keahlian, yang diikuti dengan pengalaman praktik kerja purna waktu.
Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Ciri-ciri profesi yaitu sebagai
berikut :
1. Memiliki keahlian dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan
dan pengalaman bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi berdasarkan pada kode etik
profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, meletakkan kepentingan pribadi di bawah
kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Karena menyangkut nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Profesionalisme mengacu kepada sikap
mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Dalam menentukan profesi
yang kita pilih hendaklah kita pahami dahulu seberapa besar potensi yang kita miliki
dan peluang yang dapat kita ambil sebelum kita menentukan atau memilih suatu profesi
karena tidak ada yang dapat ahli dalam berbagai bidang, seperti dalam Al Quran surat
At-taubah ayat 122 :

Artinya :
“Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa
tidak dari tiap golongan diantara mereka beberapa untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga diri. (QS. Attaubah:122)
C. Standar Kompetensi Apoteker
Kompetensi Apoteker merupakan karakteristik yang akan meliputi dimensi
kemampuan sekaligus spektrum keahlian atau kewenangan yang menjadi tanggung
jawabnya, baik secara ilmu pengetahuan, teknologi, moral maupun etik untuk melakukan
pekerjaannya sewaktu berpraktek profesi. Standar kompetensi apoteker antara lain :
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai
Standar Yang Berlaku
5. Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang
Berlaku
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal
Dalam melakukan Praktik Kefarmasian
9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan
Dengan Kefarmasian
D. Tugas Dasar Apoteker
1. Seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta dalam
mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan
Tuhan Yang Maha Esa. Bekerja dalam pandangan Islam memilki nilai ibadah, firman
allah dalam Quran surat Adzariyat ayat 56 :

Artinya :
“Sesungguhnya tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar beribadah
kepada-Ku”
Kerja bernilai ibadah apabila didasari keikhlasan dan menjadikan si pekerja
tidak semata-mata mengharapkan imbalan duniawi saja tetapi juga berharap akan
balasan yang kekal diyaumil akhirah.
2. Seorang Apoteker menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Apoteker
mempunyai kewajiban mengamalkan ilmu dan memberikan informasi dan
penjelasan mengenai semua yang berkaitan dengan obat. Seluruh aspek pelayanan
menjadi tanggung jawab.
Artinya :
“Perumpamaan orang yang dipikulkan kepada Taurat, kemudian mereka tiada
memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal, amatlah
buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah
tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”.
(QS. Al-Jumu’ah ayat 5)

Artinya :
“Sesungguhnya kami telah mendatangkan al kitab (Qur’an) kepada mereka yang
kami menjelaskan atas dasar pengetahuan kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf ayat 52)
3. Seorang Apoteker menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri. Didalam
menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian (pasal 5 KEAI) . Seorang Apoteker harus memiliki sifat jujur yang
melandasi dalam ucapan, keyakinan, dan amal perbuatan atas dasar nilai- nilai yang
benar berdasarkan ajaran islam.

Artinya :
“Hai orang-orang yang berimnan bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar” ( Qs. At-taubah : 119)
Sifat amanah harus dimiliki oleh Apoteker , karena ia mempunyai hubungan
dengan pelayanan masyarakat.

Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya”. (Qs. An-nisa’ : 58)
4. Seorang Apoteker senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker.
Dalam melakukan pekerjaan seorang Apoteker harus memiliki pengetahuan atas apa
yang akan ia kerjakan, hal ini akan berdampak pada apa yang akan dihasilkan dari
pekerjaan itu.

Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(QS. Al-alaq: 1-5)

Artinya :
”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(QS. Al-Isra :36)
Selain Ilmu yang dimiliki kita juga harus memiliki keahlian dalam bekerja yang
juga akan berdampak pada hasil yang kita dapatkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah saat
kehancurannya”. (HR. Bukhori)
Ketepatan dalam peracikan obat sangat diperlukan bagi masyarakat, khususnya
yang menderita sakit. Ketepatan peracikan obat itu sangatlah mutlak diperlukan,
karena akan mempengaruhi beberapa aspek. Di dalam proses peracikan obat secara
tepat, maka diperlukan ilmu agar apa yang menjadi tujuan dapat bermanfaat. Ilmu
yang diperlukan salah satunya adalah teknologi dan sains.
5. Apoteker memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan,
saling mengingatkan dan saling menasehati dgn teman sejawat.

Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2)
6. Apoteker mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Artinya:
“Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. At-Taubah : 105)
7. Seorang apoteker harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya secara terus menerus. Setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan bidang kesehatan umumnya dan bidang farmasi khususnya ( pasal 4
KEAI). Hadist Rasulullah Muhammad s.a.w :

Artinya : “ Menuntut ilmu sejak buaian sampai liang lahad”.


Jika merujuk kepada Al-Qur’an akan ditemukan beberapa tuntutan ajaran Islam
tentang etika kerja diantaranya adalah:
1. Niat yang baik dan ikhlas.
2. Tidak melalaikan kewajiban kepada Allah SWT.
3. Suka sama suka (tidak ada keterpaksaan).
4. Akhlak yang baik.
5. Tidak curang dan tidak pula memberi mudharat kepada orang lain.
6. Menerapkan administrasi dan manajemen yang baik.
7. Obyek usaha haruslah yang halal.
SUMPAH APOTEKER
Nilai norma dari sumpah/janji seorang apoteker mengandung 5 substansi:
1. Tidak mempergunakan pengetahuan kefarmasian untuk sesuatu yang bertentangan
dengan hukum dan perikemanusiaan.
2. Membaktikan hidup guna kepentingan kemanusiaan dalam bidang kesehatan.
3. Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian.
4. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena pekerjaan dan keilmuan.
Dengan sungguh-sungguh berikhtiar agar tidak terpengaruh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik/kepartaian dan kedudukan sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etika dalam Islam layaknya sebagai landasan atau pondasi sehingga dapat menjamin
nilai, kualitas dan ilmu farmasi menjadi lebih bermanfaat.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab yang besar berkaitan dengan penjaminan hak
konsumen muslim dalam mengkonsumsi produk obat.
3. Tantangan ahli farmasi muslim adalah meampu menjadi farmasis yang didalam
praktiknya tidak bertentangan dengan koridor ajaran Islam yaitu berdasarkian al-
Qur'an dan al-Hadist.
4. Tantangan ahli farmasi muslim adalahmengusahakan membuat bentuk sediaan
obat dankosmetik halal, serta menguji khasiat obat dengan in vitro tanpa hewan uji.
5. Seseorang yang sakit dapat menggunakan obat yang haram jika saat itu tidak terdapat
alternatif lain setelah keadaan darurat dinilai oleh tenaga ahli yang memiliki
kompetensi dan mengetahui persis kondisi pasien, dan pemerintah berwenang untuk
kondisi darurat yang menangkut kepentingan umum.
B. Saran
1. Peran pemerintah perlu menganalisis kembali UU No.7 pasal 30 ayat 2 (e) agar
memberikan jaminan dan kepastian mengenai kehalalan bagi konsumen.
2. MUI memberikan sertifikat halal bekerja sama dengan pemerintah.
3. Bagi produsen yang menggunakan hewan sebagai bahan pembuatan obat, dapat
menanyakan hukum hewan yang digunakannya apakah halal atau haram.
4. Perlunya membangun kesadaran semua pihak tentang pentingnya regulasi halal untuk
obat dan kosmetik serta selektif memilih produk yang halal dan toyib.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2005. Al Quran dan Terjemahannya. PT. Syamil Cipta Media,
Indonesia.

Wasito, H. dan D. Herawati. 2008. Etika Farmasi dalam Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anonim. 2009. Kode Etik Apoteker Apoteker Indonesia dan Implementasi-Jabaran Kode
Etik. Ikatan Apoteker Indonesia.

Anonim. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Th 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai